BAB II LANDASAN TEORI. fase pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. fase pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rancang Bangun Sistem Menurut Pressman (2012), perancangan adalah langkah pertama dalam fase pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefinisikan sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan dilakukan realisasi fisik. Bangun sistem adalah membangun sistem informasi dan komponen yang didasarkan pada spesifikasi desain (Whitten dkk, 2007). Dengan demikian pengertian rancang bangun merupakan kegiatan menerjemahkan hasil analisis ke dalam bentuk paket perangkat lunak kemudian menciptakan sistem tersebut ataupun memperbaiki sistem yang sudah ada. 2.2 Aplikasi Pengertian Aplikasi menurut (Jogiyanto, 2010) adalah penggunaan dalam suatu komputer, instruksi (instruction) atau pernyataan (statement) yang disusun sedemikian rupa sehingga komputer dapat memproses input menjadi output. Aplikasi merupakan rangkaian kegiatan atau perintah untuk dieksekusi oleh komputer. Program merupakan kumpulan instruction set yang akan dijalankan oleh pemroses, yaitu berupa software. Program berisi konstruksi logika yang dibuat oleh manusia, dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa mesin sesuai dengan format yang ada pada instruction set.program aplikasi merupakan program siap pakai. Program yang direkam untuk melaksanakan suatu fungsi bagi 9

2 10 pengguna atau aplikasi yang lain. Contoh-contoh aplikasi ialah program pemproses kata dan Web Browser. 2.3 Pengoptimalan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, pengoptimalan adalah proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi dan sebagainya). Menurut Ledesma (2008) optimalisasi adalah sarana untuk mengekspresikan, dalam model matematika hasil dan penyesuaian suatu masalah dengan cara terbaik. Hal ini dapat diartikan sebagai menjalankan bisnis untuk memaksimalkan keuntungan dan efisiensi serta meminimalkan kerugian, biaya atau resiko. Keinginan untuk memecahkan masalah dalam model optimalisasi secara umum dapat digunakan pada hampir semua bidang aplikasi. Menurut Crama dan Schyns (2001), persoalan optimalisasi adalah suatu persoalan untuk membuat suatu nilai fungsi beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Biasanya pembatasan-pembatasan tersebut meliputi tenaga kerja (men), uang (money), dan material yang merupakan input serta waktu dan ruang. Sedangkan menurut National Institute of Standard and technology (NIST), masalah optimalisasi adalah masalah komputasi dimana tujuannya adalah menemukan yang terbaik dari semua solusi yang mungkin. Secara garis besar, optimalisasi adalah tindakan untuk memberikan hasil yang paling baik, apakah itu hasil maksimal ataupun hasil minimum, untuk membuat sistem yang seefektif mungkin untuk menemukan yang terbaik dari semua solusi yang mungkin.

3 Kambing Peranakan Etawa (PE) Menurut Redaksi Agromedia (2009), kambing peranakan etawa merupakan hasil persilangan antara kambing etawa (asal India) dengan kambing kacang. Kambing peranakan etawa dimanfaatkan sebagai penghasil daging dan susu (perah). Penampilan kambing peranakan etawa mirip dengan kambing etawa, tetapi peranakan tubuhnya lebih kecil. Peranakan yang penampilannya mirip kambing kacang disebut blingon atau jawarandu yang merupakan tipe pedaging. Karakteristik kambing peranakan etawa, antara lain: 1. Bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut 2. Terdapat gelambir dibawah leher yang tumbuh dari sudut janggut 3. Telinga panjang, lembek, menggantung, dan ujungnya agak melipat 4. Ujung tanduk agak melengkung 5. Tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung mengombak ke belakang 6. Bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung, dan paha 7. Bulu paha panjang dan tebal 2.5 Peternakan Kambing PE Menurut Handoyo (2012), Kambing etawa atau di Indonesia dikenal dengan kambing PE memiliki tempat atau kelas tersendiri di kalangan peternak, khususnya di pulau Jawa. Perkembangan dan minat dari peternak dalam membudidayakan kambing PE meningkat pesat dari tahun ke tahun. Hal ini diikuti pula dengan peningkatan harga dan kualitas dari kambing PE itu sendiri. Secara sederhana, minat atau keinginan peternak atau calon peternak dalam upayanya mendirikan peternakan kambing PE merujuk pada:

4 12 1. Kambing PE memiliki postur tubuh yang sangat besar dan elegan dibanding kambing pada umumnya yang ada di Indonesia. Dengan demikian, masyarakat akan berpendapat bahwa apabila kambing PE dijadikan sebagai kambing pedaging, tentu lebih memuaskan karena jumlah dagingnya lebih banyak. 2. Kambing PE ternyata dapat dijadikan sebagai salah satu potensi kambing perahan. Susu hasil perahan kambing ini mempunyai nilai ekonomis yang jauh lebih tinggi dibandingkan susu perahan dari sapi. Harga per liter susu kambing PE tahun 2011 adalah Rp , sedangkan harga susu sapi hanya Rp Feses atau kotoran dan urin kambing PE dapat dijadikan sebagai pupuk organik yang sangat baik untuk menyuburkan tanah dan tanaman. Terlebih jika kotoran dan urin difermentasikan terlebih dahulu untuk menghilangkan residu dan cendawan yang mungkin dapat menghambat pertumbuhan dan kesuburan tanaman tertentu. 2.6 Metode Pearson Square Sebuah definisi persentase yang pasti dari protein, energi, kalsium, fosfor yang biasanya terdapat dalam ransum. Pearson Square menyediakan metode sederhana dan cepat yang memungkinkan pencampuran dari dua pakan (atau campuran pakan) dengan konsentrasi hara yang berbeda ke dalam campuran dengan konsentrasi yang diinginkan. Hal ini biasanya digunakan dalam kasus pakan pencampuran kaya energi dengan pakan kaya protein. Metode ini bekerja dengan tingkat yang disesuaikan dengan gizi yang dibutuhkan oleh ternak dan komposisi bahan yang akan dicampur. Metode ini memungkinkan substitusi cepat

5 13 bahan pakan sebagai respon terhadap fluktuasi pasar tanpa mengganggu isi dari nutrisi yang dipertimbangkan. Hal ini penting untuk peternak yang harus merespon dengan cepat terhadap perubahan harga bahan pakan. (Technical Bulletin No.16) Pearson Square adalah cara yang sederhana, cepat untuk menghitung jumlah pakan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak dan hewan lainnya. Sebagai contoh, ketika dua bahan pakan dicampur untuk bagian dari jatah campuran total atau sebagai suplemen untuk makan rumput, Pearson Square dapat digunakan untuk menentukan kuantitas setiap bahan pakan yang diperlukan untuk mencapai tingkat gizi tertentu dalam campuran. (National Research Council, 2001) 2.7 Kebutuhan Nutrisi Kambing Kebutuhan nutrisi kambing berdasarkan bobot badan dan pertambahan bobot badan (Ginting, 2009) dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini 2.8 Nutrisi Bahan Pakan Kambing (Ginting, 2009) Nutrisi bahan pakan kambing dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini.

6 14 Tabel 2.1 Kebutuhan Nutrisi Kambing Bobot (kg) PBBH (g) BK (g) TDN (%) Protein (%) Ca (%) P (%) ,9 0, ,2 0, ,5 1, ,9 1, ,2 0, ,5 1, ,9 1, ,2 1, ,5 1, ,8 1, ,39 2,1 1, ,37 0, ,8 1, ,1 1, ,4 1, ,7 2, ,1 1, ,4 1, , ,1 2, ,5 1, ,8 2, ,1 2, ,3 0,24 0, ,6 2, ,8 2, ,1 2, ,5 2, ,7 1, ,8 2, ,1 2, ,6 2, ,5 1, ,9 2, ,2 2, ,6 2, ,5 1, ,8 2, ,1 2, ,8 2,9

7 15 Tabel 2.2 Nutrisi Bahan Pakan Kambing Bahan Pakan BK (%) PK (%) SK (%) TDN (%) Ca (%) P (%) Rumput gajah Rumput benggala 20 8,7 34, ,7 0,2 Rendeng segar 35 15,10 22, ,51 0,2 Daun singkong Daun lamtoro 29 22,3 14,4-2,1 0,01 Daun gamal segar 25 24, ,6 0,2 Rumput lapangan 35 6,7 34, Daun kaliandra ,6 0,2 Dedak padi 88,4 13, Jerami padi 86 4, Dedak jagung 86 13,8 5, ,2 1,2 Dedak gandum 86 15,00 15,70 70,00 0,15 1,23 Jagung kuning 86 10,30 1,4 80,00 0,02 0,33 Gaplek 86 1,70 1,6 69,00 0,10 0,04 Onggok 86 2,20 26,90 65,00 0,68 0,05 Cantel (sorghum) 86 11,20 2,8 80,00 0,19 0,20 Tepung jagung 86 6, ,2 0,2 Tepung ikan 90 44, Tetes 86 4, ,00 0,71 0,07 Bungkil kedelai 86 45,00 5, ,20 0,74 Pollard 91 16, ,14 0,32 Bungkil kacang 86 49,50 5, ,11 0,74 Bungkil kelapa 86 21,60 10, ,08 0,67 Bungkil kapok 86 31,70 24, ,47 0,97 Bungkil kapas 86 44,20 15, ,22 1,34 Bungkil kelapa sawit 86 20,40 9, ,31 0, Formulasi Bahan Pakan Metode Pearson Square Syarat-syarat sebelum merumuskan menggunakan metode Pearson Square: 1. Harus terdapat daftar kebutuhan nutrisi 2. Faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi hasil akhir pertambahan bobot

8 16 antara lain: a. Usia, jenis kelamin, ukuran tubuh, jenis produksi (pertumbuhan, laktasi, kehamilan,dll) dan tingkat produksi b. Umumnya yang dihitung adalah protein, TDN, kalsium, dan fosfor yang dipertimbangkan dalam penyusunan ransum untuk kambing 3. Metode ini hanya efisien apabila tidak lebih dari dua bahan yang digunakan, namun memungkinkan untuk menggunakan metode ini lebih dari dua bahan pakan 4. Persyaratan jumlah yang akan dihitung nutrisinya harus berada diantara konsentrasi nutrisi dalam pakan keduanya. Contoh, jika kebutuhan Protein 16% maka, salah satu pakan harus lebih besar dari 16% kandungan proteinnya dan Protein yang lain harus kurang dari 16% 5. Selalu menggunakan angka positif 6. Akan terdapat beberapa hasil dari metode ini yang tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang diinginkan, tetapi itu tidak masalah karena metode ini hanya menghitung kebutuhan pakan kambing saja tanpa memperhitungkan variabel lain seperti faktor-faktor yang telah disebutkan diatas Rumus Pearson Square Dua Bahan Pakan Di bawah ini adalah langkah-langkah yang akan digunakan dalam rumus Pearson Square menggunakan dua bahan pakan untuk kambing peranakan etawa (PE). (Ginting, 2009) 1. Menggambar sebuah persegi metode Pearson Square X PropY PK Y PropX

9 17 X : Bahan pakan pertama Y : Bahan pakan kedua PK : Protein yg diketahui dari berat badan kambing PropY : Hasil pengurangan antara PK dengan bahan pakan pertama dan hasilnya harus selalu positif PropX : Hasil pengurangan antara PK dengan bahan pakan kedua dan hasilnya harus selalu positif 2. PropX = PK X 3. PropY = PK Y BasisX = PropY Prop 100% 6. BasisY = PropX Prop 100% 7. Menghitung jumlah BK yang tersedia dari bahan pakan: N BK = X BK + Y BK N BK : Jumlah BK yang tersedia dari bahan pakan X dan Y 11. Menghitung komposisi pakan yang harus diberikan: X ransum : Jumlah bahan pakan X yang harus diberikan pada kambing Y ransum : Jumlah bahan pakan Y yang harus diberikan pada kambing 14. Pengecekan jumlah kandungan nutrisi Protein:

10 N PK = X PK + Y PK BK 100 N PK : Jumlah protein yang disumbangkan oleh bahan X dan Y 18. Pengecekan jumlah kandungan nutrisi Ca (Calcium): N Ca = X Ca + Y Ca BK 100 N Ca : Jumlah kalsium yang disumbangkan oleh bahan X dan Y 22. Pengecekan jumlah kandungan nutrisi P (Fosfor): N P = X P + Y P BK 100 N P : Jumlah fosfor yang disumbangkan oleh bahan X dan Y Keterangan : a. BB : Berat Badan b. BK : Bahan Kering c. TDN : Total Digestible Nutrient d. Prop : Hasil penambahan antara PropX dengan PropY e. BasisX : Pembagian antara PropX dengan Prop dikalikan 100% f. BasisY : Pembagian antara PropY dengan Prop dikalikan 100% g. : Jumlah BK yang tersedia dari bahan X h. : Jumlah BK yang tersedia dari bahan Y

11 19 i. : Jumlah bahan pakan X yang harus diberikan pada kambing j. : Jumlah bahan pakan Y yang harus diberikan pada kambing k. : Jumlah protein yang disumbangkan oleh bahan X l. : Jumlah protein yang disumbangkan oleh bahan Y m. : Jumlah calcium yang disumbangkan oleh bahan X n. : Jumlah calcium yang disumbangkan oleh bahan Y o. : Jumlah fosfor yang disumbangkan oleh bahan X p. : Jumlah fosfor yang disumbangkan oleh bahan Y Implementasi Rumus Pearson Square Dua Bahan Pakan Menyusun bahan pakan untuk kambing penggemukan dengan berat badan 30 Kg dan PBBH 100 gram per hari. Bahan pakan yang tersedia adalah rumput benggala dan daun kaliandra. (Ginting, 2009) Cara mengerjakan: Menentukan kebutuhan ternak dengan data sebagai berikut: a. Jenis ternak: kambing b. Berat badan: 30 Kg c. Kebutuhan nutrisi (pada Tabel 2.1 dan 2.2) Tabel 2.3 Kebutuhan Nutrisi Kambing Dua Bahan Pakan (Ginting, 2009) BB (Kg) PBBH BK (gram) Protein (%) Ca (%) P (%) ,37 0,23

12 20 d. Kandungan nutrisi bahan pakan yang tersedia (pada Tabel 2.4) Tabel 2.4 Kandungan Nutrisi Dua Bahan Pakan (Ginting, 2009) Bahan Pakan BK (%) Protein (%) Ca (%) P (%) Rumput Benggala 20 8,7 0,7 0,2 Daun Kaliandra ,6 0,2 1. 8, ,3 2. PropX = 11 8,7 = 2,3 3. PropY = = BasisX = 13 15,3 100% = 0, % 6. BasisY = 2,3 100% = 0, % 15,3 7. Jumlah BK yang tersedia dari bahan: 8. X BK = 0, = 1104, gram 9. Y BK = 0, = 195, gram 10. N BK = 1104, , = 1300 gram 11. Komposisi pakan yang harus diberikan: 12. X ransum = Y ransum = , = 5522, gram atau 5,5 Kg 195, = 501, gram atau 0,501 Kg 14. Pengecekan kandungan nutrisi Protein: 15. X PK = 8,7% 1104, = 96, gram 16. Y PK = 24% 195, = 46, gram

13 N PK = 96, , = 11% 18. Pengecekan kandungan nutrisi Ca (Calcium): 19. X Ca = 0,7% = 7, gram 20. Y Ca = 1,6% 195, = 3, gram 21. N Ca = 7, , = 0, % 22. Pengecekan kandungan nutrisi P (Fosfor): 23. X P = 0,2% = gram 24. Y P = 0,2% 195, = gram 25. N P = = 0,2 % Sehingga kandungan nutrisi ransum yang disusun adalah Tabel 2.5 Komposisi Bahan dan Kandungan Nutrisi Ransum yang Telah Disusun Bahan Pakan Jumlah BK Protein Ca P Rumput benggala 5522,4 20 8,7 0,7 0,2 Daun kaliandra 500, ,6 0,2 Kandungan nutrisi ransum 6023, ,99 0,83 0,2 Kebutuhan ,37 0,23 Komposisi bahan dan kandungan nutrisi ransum yang telah disusun diatas sudah optimal, karena minimal jumlah BK dan proteinnya sesuai Rumus Pearson Square Tiga Bahan Pakan Di bawah ini adalah langkah-langkah yang akan digunakan dalam rumus Pearson Square menggunakan tiga bahan pakan untuk kambing Peranakan Etawa (PE). (Ginting, 2009)

14 22 1. : Asumsi dari bahan kedua (Y) yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan BK dari keseluruhan pakan. As: Asumsi yang ditentukan oleh peternak. BK: Kandungan Bahan Kering yang berasal dari kebutuhan nutrisi kambing 2. KP: Kandungan Protein 3. BK: Kekurangan Kandungan BK 4. P: Kekurangan Kandungan Protein 5. %-P = -P -BK 100 % - P: Kekurangan Kandungan Protein dalam persen 6. Menggambar sebuah persegi metode Pearson Square X PropZ %-P Z PropX X: Bahan Pakan Pertama Z: Bahan Pakan Ketiga % - P: Kekurangan Kandungan Protein dalam persen PropZ: Hasil pengurangan antara %-P dengan bahan pakan Z dan hasilnya harus selalu positif

15 23 PropX: Hasil pengurangan antara %-P dengan bahan pakan X dan hasilnya harus selalu positif 7. PropZ = Z %-P 8. PropX = X %-P Jumlah BK yang tersedia dari bahan: N BK = X BK + Z BK N BK : Jumlah BK yang tersedia dari bahan X dan Z 16. Komposisi pakan yang harus diberikan: N ransum = Y ransum + X ransum + Z ransum N ransum : Jumlah bahan pakan yang harus diberikan 21. Pengecekan kandungan nutrisi Protein:

16 N PK = Y PK + X PK +Z PK BK 100 : Jumlah kandungan nutrisi protein dari masing-masing bahan 26. Pengecekan kandungan nutrisi Serat Kasar (SK): N SK = Y SK + Z ZK +X SK BK 100 N SK : Jumlah kandungan nutrisi serat kasar Keterangan : a. Y : Bahan Pakan Kedua b. Prop : Hasil penambahan antara PropX dengan PropZ c. BasisX : Pembagian antara PropX dengan Prop dikalikan 100% d. BasisZ : Pembagian antara PropZ dengan Prop dikalikan 100% e. : Jumlah BK yang tersedia dari bahan X f. : Jumlah BK yang tersedia dari bahan Y g. : Jumlah bahan pakan X yang harus diberikan pada kambing h. : Jumlah bahan pakan Y yang harus diberikan pada kambing i. Z ransum : Jumlah bahan pakan Z yang harus diberikan pada kambing j. : Jumlah protein yang disumbangkan oleh bahan X k. : Jumlah protein yang disumbangkan oleh bahan Y l. Z PK : Jumlah protein yang disumbangkan oleh bahan Z m. X SK : Jumlah serat kasar yang disumbangkan oleh bahan X n. Y SK : Jumlah serat kasar yang disumbangkan oleh bahan Y

17 25 o. Z SK : Jumlah serat kasar yang disumbangkan oleh bahan Z Implementasi Rumus Pearson Square Tiga Bahan Pakan Menyusun bahan pakan untuk kambing dengan bobot badan 50 Kg dan PBBH 76 gram/hari. Bahan pakan yang tersedia adalah rumput lapangan, dedak padi dan daun lamtoro. (Ginting, 2009) Cara mengerjakan: Menentukan kebutuhan ternak berdasarkan Tabel 2.1 sebagai berikut: a. Jenis ternak : kambing b. Bobot badan : 50 Kg Tabel 2.6 Kebutuhan Nutrisi Kambing Tiga Bahan Pakan. (Ginting, 2009) BB (Kg) PBBH (g) BK (gram) Protein (%) Ca (%) P (%) ,3 0,24 0,23 Kandungan nutrisi bahan pakan yang tersedia (lihat tabel kandungan nutrisi bahan pakan) Tabel 2.7 Kandungan Nutrisi Tiga Bahan Pakan. (Ginting, 2009) Bahan Pakan BK (%) Protein (%) Ca (%) P (%) SK (%) Rumput Lapangan 35 6, ,2 Dedak Padi , Daun Lamtoro 29 22,3 2,1 0,01 14,4 Membuat asumsi dedak padi yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan BK 10% dari keseluruhan ransum, sehingga BK dedak padi adalah: 1. = 170 gram BK 2. Kandungan protein yang terpenuhi dari dedak:

18 26 3. = 22,78 gram protein Sehingga untuk menyusun ransum dengan kebutuhan BK 1700 gram dan protein 9.3% masih kekurangan: 4. = 1530 gram 5. = 158,1 22,78 = 135,32 gram 6. %-P = 135, = 8,84 % Kekurangan tersebut harus dipenuhi dari hijauan (rumput lapangan dan daun lamtoro) dengan perhitungan sebagai berikut: 7. 6,7 13,5 8,84 22,3 2,14 8. PropX = 6,7 8,84 = 2,14 9. PropZ = 22,3 8,84 = 13,5 10. = 15, = 13,7 % 12. = 86,5% 13. Menghitung jumlah BK yang tersedia dari bahan: 14. = 1323,95 gram 15. = 209,6 gram 16. N BK = 209, ,95 = 1533,55 gram 17. Menghitung komposisi pakan yang harus diberikan:

19 = 722,75 gram 21. Pengecekan kandungan nutrisi Protein: 22. = 22,78 gram 23. = 88,7 gram 24. = 46,74 gram 25. N PK = 22,78+88,7+46, = 9,3% 26. Pengecekan kandungan nutrisi Serat Kasar (SK): 27. = 18,7 gram 28. = 452,79 gram 29. = 30,18 gram 30. N SK = 18,7+452,79+30, = 29,5 % Pengecekan kandungan nutrisi Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) tidak bisa dilakukan karena kandungan nutrisi tersebut tidak terdapat di tabel, sehingga cukup hanya dengan kandungan nutrisi yg ditemukan saja. Kandungan nutrisi ransum yang disusun adalah: Tabel 2.8 Komposisi Bahan dan Kandungan Nutrisi Ransum yang Telah Disusun Bahan Pakan Jumlah BK Protein Ca P Dedak 192,3 Rumput Lapangan 3781,28 Daun Lamtoro 722,75 Kandungan nutrisi ransum ,3 Kebutuhan ,3

20 28 Komposisi bahan dan kandungan nutrisi ransum yang telah disusun diatas sudah optimal, karena minimal jumlah BK dan proteinnya sesuai Rumus Pearson Square Empat Bahan Pakan Dibawah ini adalah langkah-langkah yang akan digunakan dalam rumus Pearson Square menggunakan empat bahan pakan untuk kambing peranakan etawa (PE). (Ginting, 2009) 1. Menggambar sebuah persegi Pearson Square untuk pencampuran bahan pakan pertama A PropB Pro B PropA A: Bahan Pertama B: Bahan Kedua Pro: Protein PropB: Hasil pengurangan antara Pro dengan bahan pakan kedua (B) dan hasilnya harus selalu positif PropA: Hasil pengurangan antara Pro dengan bahan pakan pertama (A) dan hasilnya harus selalu positif PropB = B Pro 4. PropA = A Pro 5. 6.

21 29 7. Menghitung kandungan TDN yang terdapat dalam campuran I: 8. TDN BC1 = BasisB TDN diketahuibahan1 9. TDN AC1 = BasisA TDN diketahuibahan2 10. TDN camp1 : Jumlah kandungan TDN yang terdapat pada campuran I 11. Menghitung kandungan Protein yang terdapat dalam campuran I: 12. Pro BC1 = BasisB Pro diketahuibahan1 13. Pro BC1 = BasisA Pro diketahuibahan2 14. Pro camp1 = Pro AC1 Pro BC1 Pro camp1 : Jumlah kandungan protein yang terdapat dalam campuran I 15. Menghitung campuran II antara C dan D: 16. Menggambar persegi Pearson Square untuk pencampuran bahan pakan II C PropD Pro D PropC C: Bahan Ketiga D: Bahan Keempat Pro: Protein PropD: Hasil pengurangan antara Pro dengan bahan pakan keempat (D) dan hasilnya harus selalu positif PropC: Hasil pengurangan antara Pro dengan bahan pakan ketiga (C) dan hasilnya harus selalu positif 17.

22 PropD = D Pro 19. PropC = C Pro Menghitung jumlah kandungan TDN yang terdapat dalam campuran II: 23. TDN DC2 = BasisD TDN diketahuibahan3 24. TDN CC2 = BasisC TDN diketahuibahan4 25. TDN camp2 : Jumlah kandungan TDN yang terdapat dalam campuran II 26. Menghitung jumlah kandungan Protein yang terdapat dalam campuran II: 27. Pro DC2 = BasisD Pro diketahuibahan3 28. P rodc2 = BasisD Pro diketahuibahan4 29. Pro camp2 = Pro DC2 Pro CC2 Pro camp2 : Jumlah kandungan Protein yang terdapat dalam campuran II 30. Menggabungkan campuran I dan campuran II berdasarkan kebutuhan TDN: 31. TDNCamp1 TDNdiket TDNCamp2 TDNdiket: Jumlah TDN yang terdapat dalam tabel kebutuhan nutrisi kambing PropCamp2: Hasil pengurangan antara Pro dengan TDNCamp2 dan hasilnya harus selalu positif

23 31 PropCamp1: Hasil pengurangan antara Pro dengan TDNCamp1 dan hasilnya harus selalu positif = TDNCamp2 34. = TDNCamp Menggabungkan campuran I dan campuran II berdasarkan kebutuhan Protein: ProCamp1 Pro ProCamp2 Pro: Jumlah Protein yang terdapat dalam tabel kebutuhan nutrisi kambing 38. Prop = Prop Camp1 + Prop Camp2 39. Prop Camp2 = ProCamp2 Pro diket 40. Prop Camp1 = ProCamp1 Pro diket 41. Basis Camp1 = Prop Camp1 Prop 42. Basis Camp2 = Prop Camp2 Prop 100% 100% 43. Maka prosentase masing-masing bahan dalam ransum:

24 Sehingga kandungan BK setiap bahan pakan: N BK = BK A + BK B + BK C + BK D N BK : Jumlah total kandungan BK dari setiap bahan pakan 54. Kebutuhan dalam bahan segar: Pengecekan Kandungan TDN: 60. A TDN = TDN A BK A 61. B TDN = TDN B BK B 62. C TDN = TDN C BK C 63. D TDN = TDN D BK D 64. N TDN = A TDN + B TDN +C TDN +D TDN BK 100% N TDN : Jumlah total kandungan TDN dari setiap bahan pakan 65. Pengecekan Kandungan Protein: 66. A Pro = Pro A BK A

25 B Pro = Pro B BK B 68. C Pro = Pro C BK C 69. D Pro = Pro D BK D 70. N Pro = A Pro + B Pro +C Pro +D Pro BK 100% N Pro : Jumlah total kandungan Protein dari setiap bahan pakan Keterangan : a. Prop : Hasil penambahan antara PropA dengan PropB b. BasisB : Pembagian antara PropB dengan Prop dikalikan 100% c. BasisA : Pembagian antara PropA dengan Prop dikalikan 100% d. : Jumlah Kandungan TDN yang terdapat pada bahan A dalam campuran I e. : Jumlah Kandungan TDN yang terdapat pada bahan B dalam campuran I f. BasisD : Pembagian antara PropD dengan Prop dikalikan 100% g. BasisC : Pembagian antara PropC dengan Prop dikalikan 100% h. : Jumlah Kandungan TDN yang terdapat pada bahan D dalam campuran II i. : Jumlah Kandungan TDN yang terdapat pada bahan C dalam campuran II j. : Pembagian antara PropCamp1 dengan Prop dikalikan 100% k. : Pembagian antara PropCamp2 dengan Prop dikalikan 100%

26 Implementasi Rumus Pearson Square Empat Bahan Pakan Menyusun bahan pakan untuk kambing dengan bobot badan 20 Kg. Bahan pakan yang tersedia adalah rumput gajah, daun singkong, jerami padi, dan tepung ikan. Cara mengerjakan: Menentukan kebutuhan ternak berdasarkan Tabel Kebutuhan Nutrisi Kambing (2.1) sebagai berikut: Jenis ternak : kambing Bobot badan : 50 Kg Tabel 2.9 Kebutuhan Nutrisi Kambing Empat Bahan Pakan. (Ginting, 2009) BB PBBH BK Protein TDN Ca P (Kg) (g) (gram) (%) (%) (%) (%) , Tabel 2.10 Kandungan Nutrisi Empat Bahan Pakan. (Ginting, 2009) Bahan Pakan BK (%) Protein (%) TDN (%) Ca (%) P (%) Rumput Gajah Daun Singkong Jerami Padi 86 4, Tepung Ikan 90 44, Kekurangan tersebut harus dipenuhi dari hijauan (rumput gajah dan daun singkong) dengan perhitungan sebagai berikut: 1. Golongan bahan dalam kriteria TDN yang berdekatan digabungkan, yaitu golongan pertama rumput gajah dan daun singkong dan golongan kedua adalah jerami padi dan tepung ikan.

27 35 2. Menghitung dengan metode pearson square antara Rumput Gajah dengan Daun Singkong (campuran I) ,61 12, , PropB = 17 12,39 = 4,61 6. PropA = 10 12,39 = 2,39 7. = 65,85 % 8. = 34,14 % 9. Kandungan TDN yang terdapat dalam campuran I: 10. = 58,61 % 11. = 27,66 % 12. = 86,27 % 13. Menghitung campuran II antara Jerami Padi dan Tepung Ikan: 14. 4,4 32,41 12,39 44,8 7, = 40,4 % 16. PropD = 44,8 12,39 = 32, PropC = 4,4 12,39 = 7,99

28 = 80,22 % 19. = 19,77 % 20. Kandungan TDN yang terdapat dalam campuran II: 21. = 41,72 % 22. = 14,83 % 23. = 56,55 % 24. Menggabungkan campuran I dan campuran II berdasarkan kebutuhan TDN yaitu 72%: 86, , = 29,72 % 26. = 86,27 = 15, = 56,55 = 14, = 52,29 % 29. = 47,71 % 30. Maka prosentase masing-masing bahan dalam ransum: 31. % 32. = 17,85 % 33. = 38,27 % 34. = 9,43 % 35. Sehingga kandungan BK setiap bahan pakan:

29 = 206,64 gram 37. = 107,1 gram 38. = 229,62 gram 39. = 56,58 gram 40. Kebutuhan dalam bahan segar atau yang diberikan kepada kambing: 41. = 984 gram = 267 gram 44. = 62,87 gram 45. Pengecekan kandungan TDN: 46. A TDN = 89% 206,64 = 183,90 % 47. B TDN = 81% 107,1 = 86,75 % 48. C TDN = 52% 229,62 = 119,40 % 49. D TDN = 75% 56,58 = 42,43 % 50. N TDN = 183,90+86,75+119,40+42, Pengecekan kandungan Protein: 52. A Pro = 10% 206,64 = 20,66 % 53. B Pro = 17% 107,1 = 18,20 % 54. C Pro = 4,4% 229,62 = 10,10 % 55. D Pro = 44,8% 56,58 = 25,34 % 56. N Pro = 20,66+18,20+10,10+25, % = 72 % 100% = 12,39 %

30 38 Tabel 2.11 Komposisi Bahan dan Kandungan Nutrisi Ransum yang Telah Disusun Bahan Pakan Jumlah BK Protein TDN Ca P Rumput Gajah Daun Singkong 465, Jerami Padi Tepung Ikan 62, Kandungan nutrisi ransum , Kebutuhan , Komposisi bahan dan kandungan nutrisi ransum yang telah disusun diatas sudah optimal, karena minimal jumlah BK, protein serta TDNnya sesuai Analisis Sistem Menurut Jogiyanto (2010), analisis sistem (system analysis) dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya. Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap perencanaan sistem (system planning) dan sebelum tahap desain sistem (system design) Data Flow Diagram (DFD) Menurut Jogiyanto (2010), diagram arus data merupakan diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem. Beberapa simbol yang digunakan dalam penggambaran DFD (Data Flow Diagram) mewakili:

31 39 a. Kesatuan Luar (External Entity) Merupakan kesatuan di luar lingkungan sistem yang dapat berupa orang, organisasi dan sebagainya yang akan memberikan masukan (input) atau menerima keluaran (output) dari sistem. b. Arus Data (Data Flow) Menunjukkan arus dari data yang dapat berupa masukan untuk sistem atau hasil dari proses sistem. Arus data ini mengalir diantara proses (process), simpanan data (data store) dan kesatuan luar (external entity). c. Proses (Process) Merupakan kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk dihasilkan arus data yang akan keluar dari proses. d. Penyimpanan Data (Data Store) Merupakan simpanan dari data yang berupa file atau database dari komputer, arsip atau catatan manual Entity Relationship Diagram (ERD) Entity Relationship Diagram (ERD) adalah gambaran pada sistem dimana di dalamnya terdapat hubungan antara entity beserta relasinya. Model ER adalah persepsi terhadap dunia nyata sebagai terdiri objek-objek dasar yang disebut entitas dan keterhubungan (relationship) antar entitas-entitas itu. Konsep paling dasar di model ER adalah entitas, relationship dan atribut. Model ER penting dalam perancangan basis data. Model ER menyediakan konsep-konsep berguna yang mementingkan bergerak dari deskripsi-deskripsi informal apa yang diinginkan pemakai terhadap basisdata

32 40 menuju deskripsi-deskripsi lebih rinci dan presisi yang dapat diimplementasikan DBMS. Menurut Marlinda (2004), Atribute adalah kolom di sebuah relasi. Macam-macam atribute yaitu : a. Simple Atribute Atribute ini merupakan atribute yang unik dan tidak dimiliki oleh atribute lainnya, misalnya entity mahasiswa yang atribute-nya NIM. b. Composite Atribute Composite atribute adalah atribute yang memiliki dua nilai harga, misalnya nama besar (nama keluarga) dan nama kecil (nama asli). c. Single Value Atribute Atribute yang hanya memiliki satu nilai harga, misalnya entity mahasiswa dengan atribute-nya umur (tanggal lahir). d. Multi Value Atribute Multi value atribute adalah atribute yang banyak memiliki nilai harga, misalnya entity mahasiswa dengan atribute-nya pendidikan (SD, SMP, SMA). e. Null Vallue Atribute Null value atribute adalah atribute yang tidak memiliki nilai harga, misalnya entity tukang becak dengan atribute-nya pendidikan (tanpa memiliki ijazah). Sedangkan relasi adalah hubungan antar entity yang berfungsi sebagai hubungan yang mewujudkan pemetaan antar entity.

33 41 Komponen utama pembentuk ER Model adalah : a. Entity Entity adalah segala hal nyata maupun abstrak yang berhubungan dengan masukan dan keluaran data. Contoh: Mahasiswa, matakuliah, dan sebagainya. Mahasiswa Gambar 2.1 Simbol Entity b. Attribute Attribute adalah identifikasi dari suatu entitas atau entity. Contoh: Entity mahasiswa mempunyai attribute NIM, Nama, dan seterusnya. c. Relationship Relation yang berisi komponen himpunan entitas don himpunan relasi yang masing-masing dilengkapi dengan atribut-atribut yang mempresentasikan seluruh fakta dari dunia yang kita tinjau, dapat digambarkan dengan lebih sistematis menggunakan Diagram Entity Relationship (Diagram ER). Macam-macam relasi itu sendiri antara lain: 1. One to One (1:1) Relasi dari entity satu dengan entity dua adalah satu berbanding satu. Contoh: Pada pelajaran privat, satu guru mengajar satu siswa dan satu siswa hanya diajar oleh satu guru. Guru Siswa

34 42 Gambar 2.2 Relasi One to One 2. One to Many (1: m) Relasi antara entity yang pertama dengan entity yang kedua adalah satu berbanding banyak atau dapat pula dibalik, banyak berbanding satu. Contoh: Pada sekolah, satu guru mengajar banyak siswa dan banyak siswa diajar oleh satu guru. Guru Siswa Gambar 2.3 Relasi One to Many 3. Many to Many (m : m) Relasi antara entity yang satu dengan entity yang kedua adalah banyak berbanding banyak. Contoh: Pada perkuliahan, satu dosen mengajar banyak mahasiswa dan satu mahasiswa diajar oleh banyak dosen pula. Dosen Mahasiswa Gambar 2.4 Relasi Many to Many Entity Relationship Diagram ini diperlukan agar dapat menggambarkan hubungan antar entity dengan jelas, dapat menggambarkan batasan jumlah entity dan partisipasi antar entity, mudah dimengerti pemakai dan mudah disajikan oleh perancang database. Untuk itu Entity Relationship Diagram dibagi menjadi dua jenis model, yaitu:

35 43 a. Conceptual Data Model (CDM) Conceptual Data Model (CDM) adalah jenis model data yang menggambarkan hubungan antar tabel secara konseptual. b. Physical Data Model (PDM) Physical Data Model (PDM) adalah jenis model data yang menggambarkan hubungan antar tabel secara fisikal Design System Setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan, maka analis sistem telah mendapatkan gambaran yang jelas apa yang harus dikerjakan. Kemudian memikirkan bagaimana membentuk sistem tersebut. Menurut Jogiyanto (2010), desain sistem dapat diartikan sebagai berikut : a. Tahap setelah analisis dari siklus pengembangan sistem. b. Pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional. c. Persiapan untuk rancang bangun implementasi. d. Menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk. e. Berupa gambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi. f. Menyangkut mengkonfigurasi dari komponen-komponen perangkat lunak dan perangkat keras dari suatu sistem System Development Life Cycle (SDLC)

36 44 Siklus Hidup Pengembangan Sistem atau Software Development Life Cycle (SDLC) dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak adalah proses pembuatan atau pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. Menurut McLeod dan Schell (2008), siklus hidup pengembangan sistem dirancang untuk menanggulanggi masalah yang timbul pada proyek berskala besar yang melibatkan banayak pemakai dan memerluka banyak waktu dalam pengembangan analisis dan pemrograman. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi. SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem perangkat lunak, yang terdiri dari tahap-tahap: requirement elicitation (elisitasi kebutuhan), requirements analysis (analisis kebutuhan), software design (perancangan sistem), software construction (penulisan kode program), software testing (uji coba aplikasi) dan implementation (instalasi) Requirements Elicitation Elisitasi kebutuhan adalah sekumpulan aktivitas yang ditunjukkan untuk menemukan kebutuhan suatu sistem melalui komunikasi dengan pelanggan, pengguna sistem dan pihak lain yang memiliki kepentingan dalam pengembangan sistem (Sommerville dan Sawyer, 2011). Sejalan dengan proses rekayasa kebutuhan secara keseluruhan, elisitasi kebutuhan bertujuan untuk (Leffingwell dan Widrig, 2015): a. Mengetahui masalah apa saja yang perlu dipecahkan dan mengenali batasanbatasan sistem. b. Mengenali siapa saja para pemangku kepentingan.

37 45 c. Mengenali tujuan dari sistem yaitu sasaran-sasaran yang harus sistem selesaikan Requirements Analysis Dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak, analisis kebutuhan mencakup pekerjaan-pekerjaan penentuan kebutuhan atau kondisi yang harus dipenuhi dalam suatu produk baru atau perubahan produk, yang mempertimbangkan berbagai kebutuhan yang bersinggungan antar berbagai pemangku kepentingan. Kebutuhan dari hasil analisis ini harus dapat dilaksanakan, diukur, diuji, terkait dengan kebutuhan bisnis yang teridentifikasi, serta didefinisikan sampai tingkat detail yang memadai untuk desain sistem Software Design Perancangan sistem dijelaskan sebagai proses mendefinisikan arsitektur, kompenen, antarmuka, dan karakteristik lain dari sistem (IEEE Computer Society, 2004). Perancangan sistem merupakan penguraian suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian kompurisasi yang dimaksud, mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, menentukan kriteria, menghitung konsistensi terhadap kriteria yang ada, serta mendapatkan hasil atau tujuan dari masalah tersebut serta mengimplementasikan seluruh kebutuhan operasional dalam membangun aplikasi Software Construction Software Construction (SC) menurut IEEE Computer Society (2004) adalah bagian dari disiplin rekayasa perangkat lunak. Didasarkan pada rincian

38 46 pengerjaannya, yang berarti software melalui kombinasi dari koding, verifikasi, unit testing, testing terintregasi dan debugging Software Testing and Implementation Testing adalah suatu proses yang dibuat sedemikian rupa untuk mengidentifikasikan adanya ketidaksesuaian suatu hasil sebuah sistem informasi dengan apa yang diharapkan (IEEE Computer Society. 2004). Tujuan dari testing adalah untuk memastikan kualitas dari suatu produk apakah sesuai dengan kualitas yang dipersyaratkan dan untuk memastikan/menjaga (quality assurance) mutu suatu produk. Testing dibagi menjadi beberapa tahap, dimulai dari Software Testing Fundamentals yang melingkupi definisi dasar tentang testing dan hubungannya dengan kegiatan lain. Tahap kedua adalah Test Levels yang dibagi menjadi dua topik, yaitu daftar pembagian level testing dan testing untuk kondisi tertentu. Tahap ketiga adalah Test Techniques yang menjelaskan teknik-teknik testing yang dapat digunakan. Tahap keempat adalah Tes-related Measures yang menjelaskan ukuran-ukuran pencapaian untuk dapat dievaluasi kembali. Tahap terakhir adalah Test Process yang menjelaskan tentang aktivitas testing. Pengujian non-functional dan functional harus dilakukan untuk meyakinkan kecukupan pengujian. Pengujian non-functional berdasarkan analisis struktural cenderung untuk menemukan kesalahan selama pengkodean program, sementara pengujian functional berdasarkan analisis fungsional cederung akan menemukan kesalahan dalam pengimplementasian kebutuhan. Pengujian functional memastikan bahwa semua kebutuhan-kebutuhan telah dipenuhi dalam sistem aplikasi. Dengan demikian fungsi-fungsinya adalah

39 47 tugas-tugas yang didesain untuk dilaksanaan sistem. Pengujian functional tidak berkonsentrasi pada bagaimana prosesnya terjadi, tetapi pada hasil dari proses. Pengujian non-functional menitikberatkan pada pemastian kecukupan pengujian implementasi dari suatu fungsi. Walaupun digunakan selama pengkodean, analisis struktural harus digunakan dalam semua unsur dalam SDLC dimana perangkat lunak direpresentasikan secara formal dalam bahasa algoritma, desain atau kebutuhan. Tujuan dari pengujian non-functional adalah untuk memperkirakan implementasi dengan cara menemukan data pengujian yang mewakili ruang lingkup dari struktur-struktur yang ada dalam aplikasi yang diimplementasikan.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras dan perangkat lunak untuk sistem ini adalah sebagai berikut:

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras dan perangkat lunak untuk sistem ini adalah sebagai berikut: BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Untuk dapat menjalankan sistem yang dibuat ini diperlukan perangkat keras dan perangkat lunak dengan spesifikasi tertentu. Adapun kebutuhan perangkat

Lebih terperinci

JSIKA Vol. 4, No. 2. September 2015 ISSN X

JSIKA Vol. 4, No. 2. September 2015 ISSN X RANCANG BANGUN APLIKASI PENGOPTIMALAN KOMPOSISI PAKAN KAMBING PERANAKAN ETAWA MENGGUNAKAN METODE PEARSON SQUARE PADA PETERNAKAN NYOTO Alfian Sutrisno 1) Januar Wibowo 2) Henry Bambang Setiawan 3) Program

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. yang disusun guna menyelesaikan masalah secara sistematis. Pada bab ini akan

BAB III LANDASAN TEORI. yang disusun guna menyelesaikan masalah secara sistematis. Pada bab ini akan BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori adalah adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun guna menyelesaikan masalah secara sistematis. Pada bab ini akan membahas landasan teori yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Data dan Informasi Data merupakan fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, uraian karakter yang mempunyai arti pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik dalam ketersediaan, distribusi dan konsumsi daging sapi dan kerbau belum memenuhi tujuan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. permasalahan yang dibahas. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut

BAB III LANDASAN TEORI. permasalahan yang dibahas. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut digunakan sebagai landasan pemikiran

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 3. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Ada definisi menurut beberapa para ahli yang menerangkan tentang sistem. Menurut Jogianto (2005:2) dengan bukunya yang berjudul Analisis dan Desain Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB III 3. LANDASAN TEORI. manajemen dan individu lain terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal

BAB III 3. LANDASAN TEORI. manajemen dan individu lain terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal BAB III 3. LANDASAN TEORI 3.1. Konsep Dasar Sistem Informasi Sistem informasi dapat dikatakan seperti suatu sistem yang terdapat pada suatu organisasi yang merupakan kumpulan dari individu, teknologi,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi,

BAB III LANDASAN TEORI. organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem di dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. permasalahan yang dibahas. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut

BAB III LANDASAN TEORI. permasalahan yang dibahas. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut digunakan sebagai landasan pemikiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. disebut dengan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS). SHPS adalah. dijelaskan langkah-langkah yang terdapat pada SHPS.

BAB II LANDASAN TEORI. disebut dengan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS). SHPS adalah. dijelaskan langkah-langkah yang terdapat pada SHPS. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Dalam melakukan kegiatan berupa analisa dan merancang sistem informasi, dibutuhkan sebuah pendekatan yang sistematis yaitu melalui cara yang disebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut O Brien dalam Baridwan dan Hanum (2007:155) terdapat tiga dimensi pengukuran kualitas informasi, ketiga dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan landasan teori yang digunakan dalam menyusun laporan kerja praktek. Landasan teori yang akan dibahas meliputi tentang permasalahan atau prosedur yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analisis Sistem Terminologi sistem digunakan dalam berbagai cara yang luas sekali, sehingga sulit untuk mendefinisikannya dalam suatu pertanyaan yang merangkum semua penggunaannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan unsur atau komponen yang saling berinteraksi, terkait serta saling bergantung satu dengan yang lain. Kumpulan unsur tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Perhitungan Penjualan PT Panca Patriot Prima

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Perhitungan Penjualan PT Panca Patriot Prima BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perhitungan Penjualan PT Panca Patriot Prima Sistem penjualan pada PT Panca Patriot Prima memiliki rumus perhitungan sendiri mengenai proses transaksi penjualan, rumus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Institut merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI. Institut merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Informasi Umum Pendidikan Tinggi Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia dijabarkan bahawa Institut merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Pengertian produksi menurut Sofyan Assauri(1980:7), definisi produksi

BAB III LANDASAN TEORI. Pengertian produksi menurut Sofyan Assauri(1980:7), definisi produksi BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Produksi Pengertian produksi menurut Sofyan Assauri(1980:7), definisi produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan sesuatu barang atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Aplikasi adalah perangkat lunak yang digunakan untuk melayani berbagai macam kebutuhan. Teknologi canggih dari sebuah perangkat keras akan berfungsi bila diberi instruksi-instruksi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jasa akan selalu melekat pada sumbernya atau pada penjualnya. Dengan

BAB III LANDASAN TEORI. Jasa akan selalu melekat pada sumbernya atau pada penjualnya. Dengan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Jasa Menurut Kotler (1997:83), jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Kambing Etawa Menggunakan Metode Pearson Square pada Peternakan Nyoto.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Kambing Etawa Menggunakan Metode Pearson Square pada Peternakan Nyoto. BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi permasalahan, analisis permasalahan, solusi permasalahan dan perancangan sistem dalam Rancang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Menurut (Soemarso, 2009) akuntansi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mengumpulkan (input), memanipulasi (process), menyimpan, dan menghasilkan

BAB III LANDASAN TEORI. mengumpulkan (input), memanipulasi (process), menyimpan, dan menghasilkan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi Ialah sebuah set elemen atau komponen terhubung satu sama lain yang mengumpulkan (input), memanipulasi (process), menyimpan, dan menghasilkan (output) data dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kebutuhan akan beberapa aktivitas seperti sistem perniagaan, permainan, pelayanan masyarakat, periklanan (Pramana, 2005).

BAB II LANDASAN TEORI. kebutuhan akan beberapa aktivitas seperti sistem perniagaan, permainan, pelayanan masyarakat, periklanan (Pramana, 2005). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Aplikasi adalah satu unit perangkat lunak yang dibuat untuk melayani kebutuhan akan beberapa aktivitas seperti sistem perniagaan, permainan, pelayanan masyarakat, periklanan

Lebih terperinci

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D. HP: 0815-7810-5111 E-mail: Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. ini, adapun teori-teori yang digunakan adalah sebagai berikut :

BAB III LANDASAN TEORI. ini, adapun teori-teori yang digunakan adalah sebagai berikut : BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Hal ini sangat penting karena teoriteori tersebut digunakan sebagai landasan pemikiran

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 2001) suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu seperti:

BAB III LANDASAN TEORI. 2001) suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu seperti: BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan suatu dasar mengenai pendapat penelitian atau penemuan yang didukung oleh data dan argumentasi. Landasan teori digunakan untuk menjelaskan teori-teori yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Rancang Bangun 3.1.1 Pengertian Rancang Rancang merupakan serangkaian prosedur untuk menerjemahkan hasil analisa dari sebuah sistem ke dalam bahasa pemrograman untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

2. BAB II LANDASAN TEORI. lanjut sehingga terbentuk suatu aplikasi yang sesuai dengan tujuan awal.

2. BAB II LANDASAN TEORI. lanjut sehingga terbentuk suatu aplikasi yang sesuai dengan tujuan awal. 2. BAB II LANDASAN TEORI Dalam merancang dan membangun aplikasi, sangatlah penting untuk mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar teori yang digunakan. Dasar-dasar teori tersebut digunakan sebagai landasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga komputer dapat memproses input menjadi output.

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga komputer dapat memproses input menjadi output. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Menurut Jogiyanto (1999) adalah penggunaan dalam suatu komputer, instruksi (instruction) atau pernyataan (statement) yang disusun sedemikian rupa sehingga komputer dapat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Menurut Herlambang (2005:116), terdapat dua pendekatan untuk mendefinisikan sistem, yaitu pendekatan secara prosedur dan komponen. Berdasarkan pendekatan prosedur, sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang dengan kambing Peranakan Etawa (PE). Kambing jenis ini mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia sebagian besar masih dikelola secara sederhana/tradisional oleh peternak. Hal tersebut disebabkan latar belakang pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Aplikasi Menurut Rizky (2009:32), aplikasi (application) adalah software yang dibuat oleh suatu perusahaan komputer untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu, misalnya Microsoft

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembelian dilakukan dengan mengubah bentuk barang. 2003). Menurut Soemarso S.R (1994) kegiatan pembelian dalam perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. pembelian dilakukan dengan mengubah bentuk barang. 2003). Menurut Soemarso S.R (1994) kegiatan pembelian dalam perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembelian Pembelian adalah usaha pengadaan barang-barang untuk perusahaan. Dalam perusahaan dagang pembelian dilakukan dengan dijual kembali tanpa mengadakan perubahan bentuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori digunakan untuk menjelaskan teori-teori yang mendukung penyusunan laporan kerja praktek ini, antara lain: 3.1 Akuntansi Menurut (Soemarso, 2009) akuntansi didefinisikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. khususnya di bidang perbidanan dalam suatu wilayah kerja. BPS hanya

BAB III LANDASAN TEORI. khususnya di bidang perbidanan dalam suatu wilayah kerja. BPS hanya BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bidan Praktek Swasta Bidan Praktek Swasta (BPS), merupakan penyedia layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Landasan Teori merupakan dasar tentang pendapat dalam melakukan penelitian atau penemuan yang didukung oleh data data dan argumentasi penulis. Fungsi dari landasan teori adalah untuk

Lebih terperinci

: ENDRO HASSRIE NIM : MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA

: ENDRO HASSRIE NIM : MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA NAMA : ENDRO HASSRIE NIM : 41813120047 MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA Pemodelan data (ER Diagram) adalah proses yang digunakan untuk mendefinisikan dan menganalisis kebutuhan data yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Basis Data 2.1.1 Pengertian Data Menurut Turban (2003, p2), data ialah fakta yang belum diolah atau gambaran dari transaksi yang ditangkap, direkam, disimpan dan diklasifikasikan.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Menurut Jogiyanto (2005), sistem merupakan kumpulan dari elemenelemen yang satu dengan yang lain berinteraksi dan bersama-sama beroperasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Data Data merupakan fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, uraian karakter yang mempunyai arti pada suatu konteks

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

BAB III LANDASAN TEORI. rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Administrasi Menurut Sondang P. Siagian (1994:3), definisi administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara 2 orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Lusyani Sunarya S.Sn (2010:45) Company Profile. sebuah aset lembaga atau perusahaan yang biasa digunakan sebagai tanda

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Lusyani Sunarya S.Sn (2010:45) Company Profile. sebuah aset lembaga atau perusahaan yang biasa digunakan sebagai tanda BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Company Profile Menurut Lusyani Sunarya S.Sn (2010:45) Company Profile adalah sebuah aset lembaga atau perusahaan yang biasa digunakan sebagai tanda pengenal perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang digunakan untuk mendukung penyusunan laporan kerja praktek ini. Landasan teori yang akan dibahas meliputi permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Gaji Gaji merupakan salah satu hal yang mendorong atau memotivasi pegawai untuk bekerja atau mengabdi secara menyeluruh terhadap perusahaan. Gaji sering disebut juga sebagai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dibahas meliputi permasalahan-permasalahan atau prosedur-prosedur yang

BAB III LANDASAN TEORI. dibahas meliputi permasalahan-permasalahan atau prosedur-prosedur yang BAB III LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang digunakan untuk mendukung penyusunan laporan kerja praktek ini. Landasan teori yang akan dibahas meliputi permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori digunakan untuk menyelesaikan masalah secara sistematis. Pada bab ini akan membahas landasan teori yang meliputi landasan teori mengenai hal-hal dari permasalahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Dalam membangun aplikasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu penelitian serta menyelesaikan permasalahan yang ada berkaitan dengan sistem yang akan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Menurut Hartono (1999 : 23 ) pada bukunya yang berjudul Analisis dan Desan Sistem Informasi, menyebutkan bahwa sistem merupakan kumpulan dari elemenelemen yang satu dengan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu. operasional atau teknis yang menjelaskannya.

BAB III LANDASAN TEORI. yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu. operasional atau teknis yang menjelaskannya. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Sistem Menurut Herlambang Soendoro (2005), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur pendekatan secara komponen. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif.

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan. Maksudnya pemberi

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Sistem Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu. belum mempunyai arti bagi penggunanya. Untuk dapat mempunyai arti data

BAB III LANDASAN TEORI. yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu. belum mempunyai arti bagi penggunanya. Untuk dapat mempunyai arti data BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 3.1.1 Sistem Menurut Herlambang (2005:116), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Sistem Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan kegiatan atau untuk melakukan sasaran tertentu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. yang saling berhubungan yaitu antara sistem dan informasi. Sistem adalah suatu

BAB III LANDASAN TEORI. yang saling berhubungan yaitu antara sistem dan informasi. Sistem adalah suatu BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut (Wilkinson, 2007:3-4) Sistem informasi berasal dari dua kata yang saling berhubungan yaitu antara sistem dan informasi. Sistem adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. semua bentuk kegiatan pencatatan yang berkaitan dengan pemanfaatan,

BAB III TEORI PENUNJANG. semua bentuk kegiatan pencatatan yang berkaitan dengan pemanfaatan, 10 BAB III TEORI PENUNJANG 3.1 Sirkulasi Perpustakaan Kata sirkulasi berasal dari bahasa inggris Circulation yang berarti perputaran atau peredaran. Dalam ilmu perpustakaan, sirkulasi dikenal dengan peminjaman

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. bertahan dalam jangka waktu tertentu. Menurut (Kristanto, 2008:1) sistem

BAB III LANDASAN TEORI. bertahan dalam jangka waktu tertentu. Menurut (Kristanto, 2008:1) sistem BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Sistem adalah suatu unit kesatuan yang saling berinteraksi dan bergantung satu dengan lainnya yang diarahkan pada suatu tujuan dan dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. pertama adalah sistem, dan yang kedua adalah sistem informasi itu sendiri.

BAB III LANDASAN TEORI. pertama adalah sistem, dan yang kedua adalah sistem informasi itu sendiri. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Konsep dasar dari Sistem Informasi terbagi atas dua pengertian. Yang pertama adalah sistem, dan yang kedua adalah sistem informasi itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Landasan teori ini merupakan dasar tentang teori-teori dalam melakukan

BAB III LANDASAN TEORI. Landasan teori ini merupakan dasar tentang teori-teori dalam melakukan BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori ini merupakan dasar tentang teori-teori dalam melakukan penelitihan atau penemuan yang didukung oleh data dan sumber informasi. Fungsinya yaitu untuk menjelaslan beberapa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Untuk pembuatan website penjualan cd demo program Surabaya, mengambil beberapa teori penunjang sebagai acuan pembuatan website ini. Teoriteori tersebut antara lain : 3.1 Pengertian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. sistem secara garis besar dibedakan menjadi 2, yaitu: tetapi dapat diuraikan elemen-elemennya.

BAB III LANDASAN TEORI. sistem secara garis besar dibedakan menjadi 2, yaitu: tetapi dapat diuraikan elemen-elemennya. BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Konsep Dasar Sistem Menurut Jogiyanto (2001) Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedurprosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Dalam melakukan kegiatan berupa analisa dan merancang sistem informasi, dibutuhkan sebuah pendekatan yang sistematis yaitu melalui cara yang disebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu digunakan untuk memberi suatu perbandingan referensi proyek yang telah dikerjakan, terdapat 4 contoh referensi dari penelitian terdahulu,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Analisis Permasalahan dan Analisa Kebutuhan Sistem

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Analisis Permasalahan dan Analisa Kebutuhan Sistem BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Permasalahan dan Analisa Kebutuhan Sistem Ransum merupakan gabungan dari beberapa bahan pakan yang di susun sedemikian rupa dengan formulasi tertentu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas, dan menjelaskan system yang digunakan pada kerja praktik ini. Adapun teori-teori

Lebih terperinci

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA )

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA ) MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA ) Disusun Oleh : MUKHAMAT JAFAR 41813120014 MATA KULIAH : REKAYASA PERANGKAT LUNAK DOSEN : WACHYU HARI HAJI, S.KOM, MM UNIVERSITAS MERCUBUANA 2015 Mukhamat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. informasi (Information System) atau disebut juga processing system atau

BAB III LANDASAN TEORI. informasi (Information System) atau disebut juga processing system atau BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. STIKES Yayasan Dr. Soetomo Stikes Yayasan RS Dr. Soetomo adalah perguruan tinggi swasta milik Yayasan RS. Dr. soetomo yang memperoleh ijin operasional berdasar Surat keputusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pendidikan Fungsi pendidikan adalah untuk menyiapkan peserta didik, yang dapat diartikan bahwa peserta didik pada hakikatny abelum siap, tetapi perlu disiapkan dan juga menyiapkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. tentang ilmu yang terkait dalam permasalahan tersebut.

BAB III LANDASAN TEORI. tentang ilmu yang terkait dalam permasalahan tersebut. BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori digunakan untuk menyelesaikan masalah secara sistematis. Pada bab ini akan membahas landasan teori yang meliputi landasan teori mengenai hal hal dari permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi Bina Sejahtera Paguyuban Keluarga Bogem terletak di Kelurahan Kebonjayanti Kecamatan Kiaracondong Kota Bandung yang beralamat di Jl. Kebonjayanti No. 39 Kota

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian Pengabdian kepada Masyarakat. kepada masyarakat adalah kegiatan yang mencakup upaya-upaya peningkatan

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian Pengabdian kepada Masyarakat. kepada masyarakat adalah kegiatan yang mencakup upaya-upaya peningkatan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Pengabdian kepada Masyarakat Menurut Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia (2011:4), pengabdian kepada masyarakat atau kegaitan pengabdian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 9 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konseling Menurut Surya (1988), Konseling merupakan seluruh upaya bantuan yang diberikan konselor kepada klien supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri,

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK

REKAYASA PERANGKAT LUNAK REKAYASA PERANGKAT LUNAK A. Pengertian Rekayasa Perangkat Lunak Rekayasa perangkat lunak (RPL, atau dalam bahasa Inggris: Software Engineering atau SE) adalah satu bidang profesi yang mendalami cara-cara

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dalam kertas atau lainnya. Tujuan utama seseorang menulis surat tidak lain

BAB III LANDASAN TEORI. dalam kertas atau lainnya. Tujuan utama seseorang menulis surat tidak lain BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Surat Surat adalah alat komunikasi antara dua pihak yang berupa tulisan dalam kertas atau lainnya. Tujuan utama seseorang menulis surat tidak lain adalah untuk mengkomunikasikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Data Data merupakan fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, uraian karakter yang mempunyai arti pada suatu konteks

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk menjelaskan teori-teori yang mendukung penyusunan laporan kerja praktik

BAB III LANDASAN TEORI. untuk menjelaskan teori-teori yang mendukung penyusunan laporan kerja praktik BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan suatu dasar mengenai pendapat penelitian atau penemuan yang didukung oleh data dan argumentasi. Landasan teori digunakan untuk menjelaskan teori-teori yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. bercerita banyak, sehingga perlu diolah lanjut. Informasi dapat dihasilkan dari

BAB III LANDASAN TEORI. bercerita banyak, sehingga perlu diolah lanjut. Informasi dapat dihasilkan dari BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen. Berdasarkan pendekatan prosedur, sistem didefinisikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Flippo (1984) mendefinisikan sebagai berikut: Penarikan calon pegawai

BAB III LANDASAN TEORI. Flippo (1984) mendefinisikan sebagai berikut: Penarikan calon pegawai BAB III LANDASAN TEORI 1. 3.1 Rekrutmen Flippo (1984) mendefinisikan sebagai berikut: Penarikan calon pegawai atau tenaga kerja adalah proses pencarian tenaga kerja yang dilakukan secara seksama, sehingga

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut: Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur

BAB III LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut: Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau elemennya.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian berisi tentang gambaran objek yang ada dalam suatu penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi Pemesanan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Menurut Hartono (1999 : 23 ) pada bukunya yang berjudul Analisis dan Desain Sistem Informasi, menyebutkan bahwa sistem merupakan kumpulan dari elemen-elemen yang satu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. suatu paket atau application suite. Aplikasi-aplikasi dalam suatu paket biasanya

BAB III LANDASAN TEORI. suatu paket atau application suite. Aplikasi-aplikasi dalam suatu paket biasanya BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Aplikasi Menurut Ibisa, Aplikasi adalah alat bantu untuk mempermudah dan mempercepat proses pekerjaan dan bukan merupakan beban bagi penggunanya. Beberapa aplikasi yang digabung

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi Menurut Joseph (1993:3-4), sistem informasi berasal dari dua kata yaitu sistem dan informasi. Sistem adalah suatu kerangka kerja yang sangat terpadu serta mampunyai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dipanggil oleh pengguna. Data disimpan dengan cara-cara tertentu sehingga mudah

BAB III LANDASAN TEORI. dipanggil oleh pengguna. Data disimpan dengan cara-cara tertentu sehingga mudah BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Basis Data Menurut (Adi, 2011), basis data didefinisikan sebagai kumpulan data yang saling terhubung dan terorganisasi sehingga mudah disimpan, dimanipulasi, serta dipanggil

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek data penulis adalah Program Aplikasi Penjualan pada Butik Sally Lovely Berbasis Web Menggunakan PHP yang berlokasi di Jalan Bidadari No. 9 Flores NTT.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 hingga April 2011 di peternakan sapi rakyat Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, dan di Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. perlu dipahami terlebih dahulu konsep dasar system informasi yang berbasis

BAB III LANDASAN TEORI. perlu dipahami terlebih dahulu konsep dasar system informasi yang berbasis BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori adalah dasar dasar yang digunakan dalam pembuatan kerja praktek ini, sebagai langkah awal dalam menyusun Laporan Kerja Praktek perlu dipahami terlebih dahulu konsep

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan dalam checking antara kinerja dan target yang telah ditentukan.

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan dalam checking antara kinerja dan target yang telah ditentukan. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Monitoring Monitoring didefinisikan sebagai siklus kegiatan yang mencakup pengumpulan, peninjauan ulang, pelaporan, dan tindakan atas informasi suatu proses yang sedang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dikutip oleh Supardi & Leonard mengatakan, Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,

BAB III LANDASAN TEORI. dikutip oleh Supardi & Leonard mengatakan, Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Hasil Belajar Siswa Pada hakikatnya, pendidikan merupakan kegiatan yang telah berlangsung seumur dengan manusia. Artinya, sejak adanya manusia telah terjadi usaha-usaha

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. sistem. Menurut Davis (1984: 68) sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian saling

BAB III LANDASAN TEORI. sistem. Menurut Davis (1984: 68) sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian saling 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Sistem Dalam merancang sistem perlu dikaji tentang konsep dan definisi dari sistem. Menurut Davis (1984: 68) sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang beralamat di Jalan Jl. Surapati No.235. Toko ini belum memiliki media dalam

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon Terbaik dalam pelayanan servis di bengkel.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon Terbaik dalam pelayanan servis di bengkel. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian di Bengkel Trijaya Motor Bandung yang berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon 022-70221812 3.1.1. Sejarah

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KURSUS MUSIK BERBASIS WEB (STUDI KASUS MASTER MUSIC COURSE DI PURWAKARTA)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KURSUS MUSIK BERBASIS WEB (STUDI KASUS MASTER MUSIC COURSE DI PURWAKARTA) RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KURSUS MUSIK BERBASIS WEB (STUDI KASUS MASTER MUSIC COURSE DI PURWAKARTA) Irsan Jaelani, M.Kom. 1, Astri Nurhidayah 2 1, Dosen Teknik Informatika, Ilmu Komputer, STT Wastukancana

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja, daftar atau tabel kegiatan

BAB III LANDASAN TEORI. waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja, daftar atau tabel kegiatan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Penjadwalan Pengertian jadwal menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja, daftar atau tabel kegiatan atau rencana

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di Jl. Naripan No.111 Bandung 40112 Toko ini masih menggunakan sosial media

Lebih terperinci