BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak terbitnya Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta No.19 Tahun 2013 tentang seleksi terbuka camat dan lurah, program lelang jabatan posisi camat dan lurah di pemerintah provinsi DKI Jakarta langsung dilaksanakan. Pada awalnya program lelang jabatan posisi camat dan lurah menimbulkan beberapa penolakan dari beberapa pihak termasuk juga camat ataupun lurah incumbent yang menganggap program tersebut terlalu dipaksakan dan tidak memperhatikan aspek senioritas. Alasan tersebut dianggap oleh beberapa pihak sebagai bentuk ketakutan dari camat dan lurah incumbent karena dapat menyebabkan posisi mereka digantikan oleh orang yang lebih berkompeten dan berkualitas. Setelah terlaksanakanya program lelang jabatan posisi camat dan lurah di lingkungan pemerintah provinsi DKI Jakarta, banyak pihak yang mengapresiasi pelaksanaannya karena dianggap telah menjalankan strategi reformasi birokrasi yang nyata demi terciptanya tata pemerintahan yang lebih baik. Berdasarkan hal-hal tersebutlah, penelitian ini dilakukan untuk membahas dan menganalisis lebih lanjut terkait program lelang jabatan posisi camat dan lurah yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Penulisan ini mengangkat judul Pelaksanaan Program Lelang Jabatan Posisi Camat dan Lurah Dalam Perspektif Reformasi Birokrasi (Studi pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta). 1.2 Rumusan Masalah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Era Kepemimpinan Joko Widodo berusaha untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance). Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melaksanakan upaya reformasi birokrasi di jajaran birokrasi pemerintahannya. Upaya dalam melaksanakan reformasi birokrasi tersebut diwujudkan dalam program yang 1

2 2 disebut dengan Lelang Jabatan. Program Lelang Jabatan merupakan sistem seleksi dan promosi pegawai secara transparan, kompetitif, dan objektif. Pada hal ini, peneliti memfokuskan pada program lelang jabatan yang ditujukan pada pengisian posisi camat dan lurah di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Oleh karena itu, penulis merumuskan beberapa masalah yang perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, diantaranya adalah: 1. Bagaimanakah proses pelaksanaan program lelang jabatan posisi camat dan lurah di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta? 1.3 Gagasan Kreatif Sudah menjadi rahasia umum mental birokrasi kita: korup, lamban, malas, dan gila hormat. Birokrasi semacam itu lebih banyak menjadi benalu ketimbang pelayan rakyat. Sudah begitu, mereka sangat boros dan terus menggerogoti anggaran negara. Duet kepemimpinan DKI Jakarta saat itu, Jokowi dan Basuki, terus berjuang menghancur-leburkan birokrasi lama itu. Rapat-rapat dan aktivitas Pemda pun dipublikasi ke publik. Ada juga rencana mempublikasi anggaran di website dan papan-papan pengumuman. Katanya, agar rakyat bisa mengontrol penggunaan anggaran. Nah, kali ini Jokowi mengumumkan rencana Pemda DKI Jakarta menerapkan sistem lelang-jabatan. Untuk tahap awal, lelang-jabatan itu akan diuji-coba kan di level Lurah dan Camat. Tak menutup kemungkinan, jika berhasil di tahap uji-coba, metode ini akan dipraktekkan pada level jabatan yang lebih tinggi. Jokowi mengakui, gagasan lelang-jabatan ini merupakan kritik dan keluhan dari massa-rakyat. Katanya, masyarakat selama ini merasa belum mendapat pelayanan yang baik. Di sana-sini masih terjadi pungutan liar (pungli), berbelitbelit, banyak hambatan, dan kurang responsif.banyak yang mengapresiasi lelang jabatan ini. Dengan model perekrutan ini, Jokowi yakin, pejabat yang terekrut dan terpilih nantinya akan punya kemampuan, integritas, dan komitmen lebih baik. Metode lelang ini akan mengikis praktek klientalisme, nepotisme, dan korupsi. Terobosan Jokowi ini juga bisa memutus relasi senior-junior dalam tubuh birokrasi kita. Biasanya, prioriotas untuk jabatan yang lebih tinggi diutamakan ke senior. Pertimbangan utamanya: pengabdian dan pengalaman. Namun, pada prakteknya, tak jarang mereka yang muda lebih bersemangat, punya kemampuan,

3 3 tidak kaku, berdedikasi, dan inovatif. Penghancuran relasi senior-yunior akan mempercepat kaderisasi dan bisa menyegarkan birokrasi kita. 1.4 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses pelaksanaan program lelang jabatan posisi camat dan lurah di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 1.5 Manfaat Penulisan 1. Manfaat Akademis a. Bagi Akademisi Sebagai salah satu kajian studi ilmu administrasi yang membahas tentang pelaksanaan program lelang jabatan posisi camat dan lurah yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dimana dikaitkan dengan perspektif reformasi birokrasi. b. Bagi Penulis lain. Hasil penulisan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang akan melakukan penulisan lebih lanjut. 2. Kontribusi Praktis a. Bagi pemerintah Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintahan Indonesia baik itu di tingkat nasional, regional, maupun lokal agar mampu melaksanakan sistem seleksi dan promosi pegawai secara terbuka, kompetitif, dan objektif. b. Bagi masyarakat Penulisan ini diharapkan memberi masukan dan informasi bagi masyarakat tentang pelaksanaan program lelang Jabatan posisi camat dan lurah yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dimana dikaitkan dengan perspektif reformasi birokrasi.

4 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penempatan dalam jabatan Penempatan merupakan langkah selanjutnya setelah proses penyaringan selesai. Salah satu cara efektif yang sering digunakan dalam penempatan pegawai baru adalah dengan cara orientasi. Program orientasi dimaksudkan untuk mensosialisasikan kepada pegawai baru mengenai hal-hal yang terkait dengan organisasi. Misalnya kultur atau budaya organisasi, nilai-nilai organisasi yang dianut, norma-norma yang berlaku, dan sebagainya. Institusi yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah biro/bagian kepegawaian di pemerintah pusat dan badan kepegawaian di daerah (Thoha,2014:57). Penempatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan (Pasal 17 UU No.43 Tahun 1999). Sedarmayanti (2014:375) mengklasifikasikan penempatan pegawai menjadi tiga yaitu : Promosi Promosi adalah penempatan pegawai pada jabatan yang lebih tinggi dengan wewenang dan tanggung jawab yang lebih tinggi dan penghasilan yang lebih tinggi pula (Sedarmayanti,2014:375). Dasar promosi bagi pengangkatan jabatan antara lain adalah prestasi kerja,disiplin, loyalitas, Daftar Urut Kepangkatan (DUK) yang dikategorikan baik, dan pegawai yang akan dipromosi harus mempunyai perilaku yang tidak tercela, serta telah lulus dari diklat penjenjangan. Selain hal-hal tersebut, pertimbangan Baperjakat menjadi dasar bagi penunjukan seorang pegawai untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi. 4

5 5 Adanya perampingan struktur organisasi, maka pegawai diarahkan juga untuk mengisi jabatan fungsional, misalnya widyaiswara dan peneliti. Staf pindahan dari instansi yang dilikuidasi juga diperlakukan sama dalam hal promosi, baik ke dalam jabatan struktural maupun jabatan fungsional (Thoha,2014:59) Jenis Jabatan Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan disebut Jabatan Karier. Jabatan Karier adalah jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri yang telah beralih status sebagai Pegawai Negeri Sipil (Penjelasan pasal 17 UU No.43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepagawaian). Jabatan Karier dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu : 1) Jabatan Struktural Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi. 2) Jabatan Fungsional Jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam struktur organisasi, tetapi dari sudut fungsinya diperlukan oleh organisasi, seperti Peneliti, Dokter, Pustakawan, dan lain-lain yang serupa dengan itu Reformasi Birokrasi Reformasi birokrasi merupakan upaya penataan mendasar yang diharapkan dapat berdampak pada perubahan sistem dan struktur. Sistem berkaitan dengan hubungan antar unsur dan elemen yang saling mempengaruhi dan berkaitan membentuk suatu totalitas (Reza, 2013). 2.2 Konsep Yang Relevan Menurut kami, gagasan lelang jabatan itu masih dalam batas-batasan perombakan dalam kerangka sistem. Belum merupakan perombakan terhadap sistem birokrasi itu sendiri. Buruknya birokrasi, termasuk ketidak-disiplinan pegawai, tidak bisa diatasi hanya dengan mekanisme yang diperketat atau penciptaan berbagai aturan. Tetapi yang lebih penting adalah menciptakan konsep ruang bagi partisipasi rakyat, yaitu :

6 6 Pertama, partisipasi tidak bisa direduksi menjadi sekedar kesediaan pemerintahan provinsi mendengar saran atau masukan kelompok atau organisasi massa yang mengatasnamakan massa-rakyat (Redaksi, 2013). Suara atau aspirasi rakyat itu tidaklah homogen, tetapi bisa beragam berdasarkan isu atau persoalan yang dihadapi, geografi wilayah, sektoral, dan tingkat ekonominya. Karena itu, tidak masuk akal untuk menunjuk kehadiran organisasi tertentu sebagai representasi dari aspirasi warga kota Jakarta. Kedua, partisipasi rakyat juga tidak sekedar memberi kesempatan rakyat untuk terlibat dalam diskusi dan memberikan opini terkait perencanaan dan pembangunan kota. Kalau cuma begini, nanti kegiatan membuka kotak pos atau SMS center dianggap sudah partisipatoris. Ketiga, partisipasi rakyat tidak mungkin terjadi tanpa desentralisasi, khususnya desentralisasi kewenangan dan transfer sumber daya, yang memungkinkan masyarakat di akar rumput menjalankan proyek-proyek pembangunan berbasis komunitas.

7 7 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008:224). Untuk memperoleh data yang valid dan relevan dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut sebagai berikut : 1. Studi Kepustakaan Menurut Nazir (2003: 112) studi kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topic penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll). Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. 3.2 Pengolahan Data Dari data yang terkumpul, penulis mencoba untuk mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu analisis yang mengungkapkan suatu masalah tidak dalam bentuk angka angka melainkan dengan nilai yang didasarkan pada hasil pengolahan data dan penilaian penulis. Memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data agar data yang 7

8 8 tersajimenjadi mudah dipahami dan informatif bagi orang yang membacanya. Analisa deskriptif menjelaskan berbagai karakteristik data seperti rata-rata (mean), jumlah (sum) simpangan baku (standard deviation), varians (variance), rentang (range), nilai minimum dan maximum dan sebagainya. 3.3 Analisis Sintesis Persoalan lelang jabatan tentang seleksi camat dan lurah yang terjadi di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta menimbulkan beberapa penolakan dari beberapa pihak termasuk juga camat ataupun lurah incumbent yang menganggap program tersebut terlalu dipaksakan dan tidak memperhatikan aspek senioritas. Alasan tersebut dianggap oleh beberapa pihak sebagai bentuk ketakutan dari camat dan lurah incumbent karena dapat menyebabkan posisi mereka digantikan oleh orang yang lebih berkompeten dan berkualitas. Setelah terlaksanakanya program lelang jabatan posisi camat dan lurah di lingkungan pemerintah provinsi DKI Jakarta, banyak pihak yang mengapresiasi pelaksanaannya karena dianggap telah menjalankan strategi reformasi birokrasi yang nyata demi terciptanya tata pemerintahan yang lebih baik. Kemudian dari permasalahan tersebut, dapat dianalis dengan teori reformasi birokrasi. Dalam Permen Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 11 tahun 2011 tentang Kriteria dan Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi ada 3 indikator utama keberhasilan reformasi birokrasi yaitu terwujudnya pemerintah yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, kemudia terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik pada masyarakat dan meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. a. Terwujudnya pemerintah yang bebas KKN Proses lelang jabatan camat dan lurah yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta melalui prosedur yang ketat. Camat dan lurah yang terpilih wajib melaporkan laporan hasil kekayaan penyelenggaraan negara ke KPK. Hal ini ditujukan untuk meminimalisir tingkat korupsi di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. b. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik pada masyarakat Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta I Made Karmayoga mengatakan, rata-rata warga Jakarta menyatakan puas terhadap pelayanan yang diberikan lurah dan camat di wilayah mereka. Menurut Karmayoga, secara ratarata masyarakat Jakarta menilai kinerja camat dan lurah saat ini lebih baik

9 9 dibandingkan dengan pejabat sebelumnya. Bahkan lebih dari 80 persen masyarakat sudah setuju dengan kebijakan lelang jabatan camat dan lurah. Sisanya yang 20 persen menyatakan tidak tahu dan tidak setuju. c. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi Kapasitas dan akuntabilitas camat dan lurah Pemprov DKI Jakarta menghasilkan nilai yang cukup baik, hal itu dilihat dari data yang ada pada website Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Kapasitas sering digunakan ketika berbicara tentang peningkatan kemampuan seseorang, ketika kita memperoleh sertifikasi, mengikuti pelatihan atau mengikuti pendidikan. Dalam pengertian yang lebih luas, yang sekarang digunakan dalam pembangunan masyarakat, kapasitas tidak hanya berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan individu, tetapi juga dengan kemampuan organisasi untuk mencapai misinya secara efektif dan kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang. 3.4 Mengambil Kesimpulan Dalam pencapaian tujuan dari lelang jabatan tersebut, ada 3 indikator keberhasilan program tersebut, yaitu pertama, terwujudnya pemerintah yang bebas KKN. Maksudnya, Camat dan lurah yang terpilih wajib melaporkan laporan hasil kekayaan penyelenggaraan negara ke KPK. Hal ini ditujukan untuk meminimalisir tingkat korupsi di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Kedua terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik pada masyarakat. Dan yang ketiga yaitu, Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. 3.5 Merumuskan Saran Saran yang diberikan penulis untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan proses lelang jabatan yang dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta berdasarkan analisis sintesis demi mewujudkan keberhasilan proses reformasi birokrasi berdasarkan 3 indikator utama keberhasilan reformasi birokrasi.

10 10 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Lelang jabatan timbul atas dasar banyaknya opini negatif yang berkembang di media dan masyarakat mengenai buruknya birokrasi di DKI Jakarta. Lelang jabatan ini tidak mengarah langsung kepada masyarakat, tetapi pembenahannya dilakukan terhadap aparatur pemerintahan yang akan langsung berhadapan dengan masyarakat, yaitu Lurah dan Camat. 4.2 Rekomendasi Dalam melaksanakan program baru tentunya banyak hal yang harus diperhatikan, jangan sampai kesalahan yang sama pada sistem perekrutan sebelumnya terulang lagi pada program baru yang dicanangkan. Pengawasan dalam pelaksanaan sistem rekruitmen sesuai standar operasional prosedur (SOP) perlu dilaksanakan secara merata dan menyeluruh kepada setiap aspek yang terkait dalam program promosi jabatan terbuka, agar tidak terjadi lagi penyakitpenyakit pada birokrasi yang telah disebutkan sebelumnya, karena perekrutan sudah berbasis kompetensi dan komitmen bukan lagi karena adanya faktor keakraban atau nepotisme.

11 11 DAFTAR PUSTAKA Nazir Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta: Galia Indonesia. Redaksi, Lelang Jabatan. Melalui [04/04/2015]. Redaksi, Sasaran dan Indikator Keberhasilan RB. Melalui [10/04/2015]. Redaksi, Warga Puas dengan Layanan Lurah dan Camat, Apa Kata Basuki. Melalui dengan.layanan.lurah.dan.camat.apa.kata.basuki. Reza, Hery A., Reformasi Birokrasi. Melalui [16/04/2015] Sugiyono, Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Thoha, Miftah, Birokrasi dan Dinamika Kekuasaan. Jakarta: Prenada Media Group. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN 11

BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil merupakan sumber daya manusia organisasi negara memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik. Meskipun

Lebih terperinci

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan PROMOSI JABATAN MELALUI SELEKSI TERBUKA PADA JABATAN ADMINISTRATOR; TATA CARA PELAKSANAAN DAN KEMUNGKINAN PENERAPANNYA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KAB. KOLAKA Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sehingga harus benar-benar dapat digunakan secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sehingga harus benar-benar dapat digunakan secara efektif dan efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil adalah sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi pemerintah yang digunakan untuk menggerakkan atau mengelola sumber daya lainnya

Lebih terperinci

ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur PEMERINTAH ADALAH PELAYAN MASYARAKAT SETUJUKAH ANDA?? Kantor Pemerintah Kantor Pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak reformasi yang terjadi di Indonesia ditinjau dari segi politik dan ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan sejarah Indonesia, khususnya pada era Orde Baru terdapat berbagai permasalahan dalam pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia. Bentuk permasalahannya berupa

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh Opong Sumiati Dasar Hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) NO. 1. Judul Undang-undang tentang Pokok- Pokok kepegawaian

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA SISTEMATIKA (JUMLAH BAB: 13 JUMLAH PASAL: 89 ) BAB I KETENTUAN UMUM BAB II JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN Bagian

Lebih terperinci

profesional, bersih dan berwibawa.

profesional, bersih dan berwibawa. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG 1. Visi Visi Badan Kepegawaian Daerah adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai BKD melalui penyelenggaraan tugas dan

Lebih terperinci

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. 1 A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. Oleh karena itu dengan cara apapun dan jalan bagaimanapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesuksesan sebuah penyelenggaraan tugas pemerintahan, terutama pada penyelenggaraan pelayanan public kepada masyarakat sangat tergantung pada kualitas SDM Aparatur.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Seleksi Pegawai. Lembaga Penegak Hukum. Promosi.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Seleksi Pegawai. Lembaga Penegak Hukum. Promosi. No.64, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Seleksi Pegawai. Lembaga Penegak Hukum. Promosi. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pemerintah adalah alat pelaksana pelayanan publik. Pemerintahan hadir

BAB I. PENDAHULUAN. Pemerintah adalah alat pelaksana pelayanan publik. Pemerintahan hadir BAB I. PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Pemerintah adalah alat pelaksana pelayanan publik. Pemerintahan hadir sebagai alat penyedia layanan yang mengurusi masyarakat, dan dituntut untuk memuaskan masyarakat

Lebih terperinci

KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI KARIMUN NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG MERITOKRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI KARIMUN NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG MERITOKRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN 1 KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI KARIMUN NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG MERITOKRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI SECARA TERBUKA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sulit mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Reformasi dilakukan

Lebih terperinci

B. Maksud dan Tujuan Maksud

B. Maksud dan Tujuan Maksud RINGKASAN EKSEKUTIF STUDI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DAN PENANGANANNYA DI KOTA BANDUNG (Kantor Litbang dengan Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I LAN-RI ) Tahun 2002 A. Latar belakang Hakekat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola yang baik (good governance) adalah suatu sistem manajemen pemerintah yang dapat merespon aspirasi masyarakat sekaligus meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN setujui. Substansi Prosedur Tetap tentang Penanganan Pengaduan Masyarakat telah saya Disetujui di Jakarta pada tanggal Februari 2011 SEKRETARIS UTAMA,

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124/SK/MENKES/V/2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN 1 WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGISIAN JABATAN TINGGI PRATAMA APARATUR SIPIL NEGARA SECARA TERBUKA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama, kelembagaan yang efektif dan efisien dengan tata laksana yang jelas dan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KOMPETENSI DAN KUALIFIKASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang.

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang. PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN UMUM 1. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.879, 2015 KEMENPOLHUKAM. Jabatan Pimpinan Tinggi. Terbuka. Pengisian. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bila dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Lebih terperinci

M A N A J E M E N A S N

M A N A J E M E N A S N ader PNS BAHAN AJAR PELATIHAN DASAR CALON PNS GOLONGAN III M A N A J E M E N A S N Oleh: Ir. DJOKO SUTRISNO, M.Si Widyaiswara Ahli Utama NIP. 19561112 198503 1 006 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI Jakarta, 11 Agustus 2015 Disampaikan pada acara : Rapat kerja Tengah Tahun Lembaga Penyiaran RRI Tahun 2015 Esensi Reformasi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

RANCANGAN UNDANG UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) RANCANGAN UNDANG UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi September 2012 Permasalahan PNS (1/4) 1. Pengaturan kepegawaian terdapat di berbagai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era Reformasi Birokrasi saat ini, setiap organisasi pemerintahan dituntut untuk selalu melaksanakan semua aspek yaitu legitimasi, kewenangan, maupun aktivitas utama

Lebih terperinci

BAHAN PEMBAHASAN KOMISI I FORUM KONSULTASI JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN HOTEL ALILA, JAKARTA 2 DESEMBER 2013

BAHAN PEMBAHASAN KOMISI I FORUM KONSULTASI JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN HOTEL ALILA, JAKARTA 2 DESEMBER 2013 BAHAN PEMBAHASAN KOMISI I FORUM KONSULTASI JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN HOTEL ALILA, JAKARTA 2 DESEMBER 2013 PERMASALAHAN PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sulawesi Utara Dalam upaya mewujudkan rencana pembangunan jangka menengah daerah 2010-2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk dilakukan karena pengelolaan pegawai di instusi pemerintahan akan

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk dilakukan karena pengelolaan pegawai di instusi pemerintahan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan pegawai di Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dianggap penting untuk dilakukan karena pengelolaan pegawai di instusi pemerintahan akan menentukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan Dasar hukum terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Latihan

Lebih terperinci

Strategi Penerapan SPMI : Dari Mental Turun Ke TI

Strategi Penerapan SPMI : Dari Mental Turun Ke TI PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI Strategi Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi Strategi Penerapan SPMI : Dari Mental Turun Ke TI Addy Suyatno Hadisuwito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan Indonesia jangka panjang yaitu Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis, serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. organisasi (Hasibuan, 2011:10). Walaupun suatu organisasi telah memiliki visi,

I. PENDAHULUAN. organisasi (Hasibuan, 2011:10). Walaupun suatu organisasi telah memiliki visi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi (Hasibuan,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PENELUSURAN KADER POTENSIAL (TALENT SCOUTING) JABATAN ADMINISTRATOR DAN JABATAN PENGAWAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama, kelembagaan yang efektif dan efisien dengan tata laksana yang jelas dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, negara sebagai penjamin kehidupan masyarakat harus mampu menyelenggarakan

Lebih terperinci

BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR

BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR Padang, (29/08/2017) BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR TAP MPR Nomor VI Tahun 2002 merekomendasikan kepada Presiden untuk membangun kultur birokrasi ( budaya kerja ) yang transparan, akuntabel, bersih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut segala aspek kehidupan yang sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai

Lebih terperinci

2017, No di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tenta

2017, No di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tenta No.43, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. PPNPN. Tata Cara. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR

RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR integeritas, profesional, akuntabel RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 2013 Created by aba subagja 1. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN RB @2017 PENDAHULUAN BAGAIMANA TRANSFORMASI BIROKRASI INDONESIA? 2025 2018 2013 Dynamics bureaucracy Vision and Performance based

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011)

KEBIJAKAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011) KEBIJAKAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011) KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 2013 Created by aba subagja Penataan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi sebagai wadah kegiatan manusia yang memiliki tujuan tertentu, secara absolut sangatlah tergantung dari kualitas pengelolaan sumber daya manusia di dalamnya.

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 3A TAHUN 2016 TENTANG PENILAIAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL BUPATI LOMBOK BARAT, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin

Lebih terperinci

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses B A B I P E N D A H U L UA N A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui langkah-langkah strategis

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Pangkalpinang, April 2014 POLA PIKIR MANAJEMEN SDM APARATUR DASAR HUKUM UU No. 5 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat. dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki baik

BAB I PENDAHULUAN. bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat. dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki baik BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sekumpulan manusia yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

PANITIA SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA KEPALA DINAS KESEHATAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PANITIA SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA KEPALA DINAS KESEHATAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PANITIA SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA KEPALA DINAS KESEHATAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK RUANG RAPAT BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (GEDUNG PEMDA LANTAI 3) Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN OKTOBER 2012 1. Krisis ekonomi Tahun 1997 berkembang menjadi krisis multidimensi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja pada dasarnya menitikberatkan permasalahan pada proses perencanaan, pelaksanaan, dan juga hasil yang di dapatkan setelah melaksanakan pekerjaan. Pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KARIR JABATAN FUNGSIONAL

MANAJEMEN KARIR JABATAN FUNGSIONAL MANAJEMEN KARIR JABATAN FUNGSIONAL DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG ASN DAN PP NOMOR 11 TAHUN 2017 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI @2017 POKOK BAHASAN 1 2 PENGANTAR MANAJEMEN

Lebih terperinci

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bila dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN 3.1 Arah Strategi dan kebijakan Nasional Arah strategi dan kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembangunan mencapai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGISIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi politik yang bergulir sejak Tahun 1998 merupakan upaya untuk mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu pemerintahan yang berkeadilan,

Lebih terperinci

HUT KORPRI SEBAGAI MOMENTUM UNTUK TERUS MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK (Di Era Pelaksanaan Undang-Undang ASN)

HUT KORPRI SEBAGAI MOMENTUM UNTUK TERUS MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK (Di Era Pelaksanaan Undang-Undang ASN) HUT KORPRI SEBAGAI MOMENTUM UNTUK TERUS MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK (Di Era Pelaksanaan Undang-Undang ASN) Oleh : Dias Prihantoro Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) memiliki liku perjalanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi tersebut. Budaya tersebut dapat tercermin pada perilaku para karyawan, kebijakan-kebijakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Apabila manusia yang ada

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Apabila manusia yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dibutuhkan tenaga dan pikirannya untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Apabila manusia yang ada dan bekerja di dalam organisasi

Lebih terperinci

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Disampaikan dalam Rapat Kerja/Sosialisasi Reformasi Birokrasi kepada Pemerintah Daerah Regional I (Provinsi/Kabupaten/Kota se-sumatera, DKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja Instansi Pemerintah merupakan gambaran mengenai pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dirumuskan sebagai proses perubahan yang terencana dari suatu situasi nasional yang satu ke situasi nasional yang lain yang dinilai lebih tinggi (Katz, dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI,

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orangorang

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

BAB II PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 BAB II PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Perjanjian kinerja atau yang pada beberapa waktu lalu disebut dengan Penetapak kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai oleh para

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 800/3669/BKD TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 800/3669/BKD TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 800/3669/BKD TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 800/4830/BKD TENTANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 14 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PAKTA INTEGRITAS APARATUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua Jumat, 27 Februari 2015 Abstrak Perkembangan teknologi, serta

Lebih terperinci

BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG 2017

BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG 2017 LAPORAN PENGELOLAAN PENGADUAN MASYARAKAT BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) LEMBANG SEMESTER I - TAHUN 2017 BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG 2017 0 B a l a i B e s a r P e l a t i h a n P e

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PANITIA SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SEKRETARIS DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PANITIA SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SEKRETARIS DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PANITIA SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SEKRETARIS DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK RUANG RAPAT BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (GEDUNG PEMDA LANTAI 3) Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No.

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN KOMPETENSI APARATUR DALAM PENYELENGGARAN PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejarah pemerintahan Indonesia mencatat berbagai kebijakan mengenai

I. PENDAHULUAN. Sejarah pemerintahan Indonesia mencatat berbagai kebijakan mengenai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah pemerintahan Indonesia mencatat berbagai kebijakan mengenai pemerintahan di daerah. Hal itu dapat dilihat baik pada masa orde lama, orde baru, maupun orde reformasi.

Lebih terperinci

DISIPLIN ASN DENGAN BERLAKUNYA PP NOMOR 11 TAHUN 2017

DISIPLIN ASN DENGAN BERLAKUNYA PP NOMOR 11 TAHUN 2017 DISIPLIN ASN DENGAN BERLAKUNYA PP NOMOR 11 TAHUN 2017 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI 2017 1 APARATUR SIPIL NEGARA APARATUR SIPIL NEGARA (ASN): profesi bagi pegawai negeri

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DAN JABATAN ADMINISTRATOR SECARA

Lebih terperinci

Kebutuhan Pelayanan Publik

Kebutuhan Pelayanan Publik BAB I Pendahuluan Bagian pendahuluan merupakan uraian yang mengantarkan pembaca untuk memahami apa yang dibicarakan dalam buku ini. Uraian terbagi dalam tiga subbab, yakni kebutuhan perbaikan pelayanan

Lebih terperinci

LAPORAN REVIEW SOP SEMESTER II 2016

LAPORAN REVIEW SOP SEMESTER II 2016 LAPORAN REVIEW SOP SEMESTER II 2016 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar lagi keberadaannya dan mutlak terpenuhi.

Lebih terperinci

BUPATI OGAN KOMERiNG ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI OGAN KOMERiNG ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI OGAN KOMERiNG ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SECARA TERBUKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk mempersiapkan diri dalam kehidupan global

Lebih terperinci

PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI

PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI Herry Yana Sutisna Deputi Bidang Pengawasan dan

Lebih terperinci

Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM Aparatur

Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM Aparatur CAPAIAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI PADA PROGRAM PROGRAM PENATAAN SDM APARATUR Terdapat 6 (enam) Sasaran yang akan dicapai pada Program Penataan ini, ketaatan terhadap pengelolaan transparansi dan

Lebih terperinci