BAB I PENDAHULUAN. termasuk golongan orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Dalam periode ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. termasuk golongan orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Dalam periode ini"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara sampai 20 tahun yang menjelang masa dewasa muda. Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Dalam periode ini terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial. Masa ini juga merupakan periode pencarian identitas diri, sehingga remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan. Umumnya proses pematangan fisik lebih cepat dari pematangan psikososialnya. Karena itu seringkali terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap stres. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami periode menstruasi atau haid dalam perjalanan hidupnya, yaitu pengeluaran darah yang terjadi secara periodik melalui vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Keluarnya darah tersebut disebabkan karena sel telur tidak dibuahi sehingga terjadi peluruhan lapisan dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah (Mochtar, 1989). Beberapa saat sebelum menstruasi, sejumlah gadis dan wanita biasanya mengalami rasa tidak enak. Mereka biasanya merasakan satu atau beberapa gejala yang disebut dengan kumpulan gejala sebelum datang 1

2 2 bulan atau istilah populernya premenstrual syndrome (PMS). Hal-hal yang sering dirasakan adalah nyeri payudara, rasa penuh atau kembung di perut bagian bawah, merasa sangat lelah, nyeri otot, terutama di punggung bagian bawah atau perut, perubahan kebasahan vagina atau tumbuh jerawat dan emosi yang sangat kuat atau sukar di kontrol. Banyak wanita setiap bulan mengalami sekurang-kurangnya satu dari gejala-gejala diatas dan sejumlah wanita lain mengalami semua gejala. Seorang wanita bisa merasakan gejala yang berbeda-beda dari satu bulan ke bulan berikutnya (Burns, 2000). Banyak wanita tidak terpengaruh sama sekali, sementara yang lainnya mengalami gejala yang hebat dan sangat melemahkan (Brunner & Suddarth, 2001). Ciri khas dari kelainan ini adalah keluhan muncul saat menjelang haid dan akan hilang dengan sendirinya begitu haid datang (Karyadi, 1999). Pada perempuan-perempuan yang sedang mengalami perdarahan haid, biasanya mengeluhkan gejala-gejalanya yang terjadi dalam dua hari pertama, yang mungkin pada awal perdarahan haid tidak menampakkan gejala-gejala PMS-nya. Gejala fisik yang paling umum adalah rasa tidak nyaman, nyeri dan kembung di daerah perut, rasa tertekan pada daerah kemaluannya, dan dismenore. Sifat dan itensitas dari gejala PMS tersebut mungkin bervariasi pada setiap sikus haidnya (Hendrik, 2006). Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut akhirnya membentuk siklus menstruasi. Siklus menstruasi dihitung dari hari pertama menstruasi sampai tepat satu hari sebelum menstruasi bulan

3 3 berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara hari, dan hanya sekitar % wanita memeliki siklus 28 hari. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh serangkaian hormon yang diproduksi oleh tubuh yaitu Luteinizing Hormon, Follicle Stimulating Hormone dan estrogen. Selain itu siklus juga di pengaruhi oleh kondisi psikis perempuan sehingga sehinga bisa maju dan mundur (Fitria, 2007). Perempuan kadang mengalami menstruasi yang tidak teratur ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar hormon akibat setres atau sedang dalam keadaan emosi. Di samping itu perubahan drastis dalam porsi olahraga atau perubahan berat badan yang drastis juga dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur (Nita, 2008). Gangguan menstruasi dapat terjadi pada sebagian perempuan dari negara industri maupun negara berkembang. Gangguan-gangguan proses menstruasi seperti lamanya siklus menstruasi dapat menimbulkan resiko penyakit kronis. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi seperti fungsi hormon terganggu, kelainan sistemik, cemas, kelenjar gondok, setres, aktivitas fisik, kelainan fisik (alat reproduksi) dan diet Hestiantoro (2009). Diantara beberapa faktor tersebut yang sangat berhubungan dengan gangguan menstruasi adalah fungsi hormon terganggu, cemas, aktivitas fisik.

4 4 Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 26 September 2013, di STIKES Muhamadiyah Gombong jumlah seluruh mahasiswi angkatan 2010 adalah 41 mahasiswi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap 5 mahasiswi diketahui 3 diantaranya mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur. Mahasiswa semester 8 memiliki aktivitas fisik yang tinggi karena disibukkan dengan rutinitas kegiatan perkualihan dan praktek klinik. Mahasiswa semester 8 juga disibukkan dengan tugas akhir yang terkadang menimbulkan kecemasan. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ganguan Menstruasi pada Mahasiswi S1 Keperawatan STIKES Muhamadiyah Gombong. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka terdapat rumusan masalah Faktor apa saja yang mempengaruhi ganguan menstruasi pada Mahasiswi S1 Keperawatan STIKES Muhamadiyah Gombong?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk megetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ganguan menstruasi pada mahasiswi S1 keperawatan STIKES Muhamadiyah Gombong.

5 5 2. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui pengaruh kecemasan terhadap ganguan menstruasi pada mahasiswi S1 Keperawatan STIKES Muhamadiyah Gombong. 2. Untuk mengetahui pengaruh aktifitas fisik terhadap ganguan menstruasi pada Mahasiswi S1 Keperawatan STIKES Muhamadiyah Gombong. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pengembang Ilmu pengetahuan Bagi pengembang ilmu pengetahuan penelitian ini dapat berguna untuk menambah informasi tentang menstruasi. 2. Bagi Keperawatan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bukti dan acuan dalam memberikan pendidikan kesehatan pada remaja putri tentang ganguan menstruasi. 3. Bagi Peneliti Sebagai suatu pengalaman penelitian bidang kesehatan untuk melengkapi tugas akhir pembelajaran dan memberikan wawasan mengenai betapa pentingnya ganguan menstruasi dan menjaga kesehatan reproduksi pada umumnya. 4. Bagi Siswa Dapat meningkatkan kesehatan menstruasi, dan memberikan Informasi yang berkenaan tentang bagaimana berperilaku yang

6 6 baik pada saat menstruasi sehingga angka kejadian penyakit reproduksi dapat berkurang. E. Keaslian Penelitian 1. Dewi (2008) meneliti tentang Efektifitas Pendidikan Hygiene menstruasi Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kebersihan Diri Saat Menstruasi di SMP Negeri Kerambitan. Metode penelitian yang digunakan pra eksperimen one group pre test post test design. Hasil penelitian sebelum dilakukan sebanyak 1 orang (0,9%) memiliki pengetahuan sangat baik, sebanyak 3 orang (2,7%) memiliki pengetahuan, 6 orang (5,41%) memiliki pengetahuan cukup, 13 orang (11,71%) memiliki mpengetahuan sangat kurang dan 88 orang (79,28%) berpengetahuan sangat kurang. Setelah dilakukan penyuluhan maka diperoleh tingkat pengetahuan remaja putri tentang hygiene yakni : sebanyak 47 orang (42,34%) memiliki pengetahuan sangat baik, sebanyak 58 orang (52,25%) memiliki pengetahuan baik, 1 orang (0,90%) memiliki pengetahuan cukup, 2 orang (1,80%) memiliki pengetahuan kurang dan 3 orang (2,70%) berpengetahuan sangat kurang. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Dewi yaitu kesamaan tema tentang menstrusi sedangkan perbedaanya pada sampel dan tempat penelitian.

7 7 2. Penelitiann yang dilakukan oleh Pancawati 2007, dengan judul hubungan tingkat pengetahuan tentang menstruasi yang berkaitan dengan kecemasan siswa SMP Muhammadiyah Gombong. Pengetahuan siswa tentang menstruasi dalam kategori cukup (86, 66%), sedangkan kecemasan dalam kategori berat (43,33%). Kecemasan dapat terjadi pada setiap orang,termasuk pada remaja yang belum mengalami menstruasi. Pengetahuan yang cukup akan membantu remaja dalam memahami dan mempersiapkan mental dalam menghadapi menstruasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah, terletak pada subjek, lokasi, dan tempat penelitian yaitu subyeknya terletak pada ganguan menstruasi dan tempat penelitiannya pada Mahasiswi S1 Keperawatan STIKES Muhamadiyah Gombong.

8 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Mentruasi / Haid a. Menstruasi Ciri khas kedewasaan manusia ialah adanya perubahanperubahan siklik pada alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Pada wanita ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), uterus dan vagina membesar, buah dada membesar serta jaringan ikat dan saluran darah bertambah, sifat kelamin sekunder tampil, lengkung tubuh berkembang, adanya bulu-bulu ketiak dan pubis pelvis melebar. Dan pada umumnya remaja putri belajar tentang menstruasi dari ibunya (Liwellyn, 2007). Menstruasi adalah secret fisiologik darah dan jaringan mukosa serta bersiklus yang melalui vagina dari uterus tidak hamil, dibawah pengendalian hormone dan pada keadaan normal timbul kembali, biasanya dalam interval sekitar empat minggu, kecuali dalam kehamilan dan laktasi selama reproduktif (Danis, 2007). Menstruasi atau haid ialah pendarahan secara periodic dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. 8

9 9 b. Siklus menstruasi Siklus menstruasi matang adalah kejadian berulang-ulang yang melibatkan hipofisis, hipotalamus, ovarium, dan uterus (Handerson, 2006). Menstruasi terjadi pada usia sekitar tahun yang disebut dengan menarche (menstruasi petama). Hormone penting yang mengendalikan siklus menstruasi matur adalah estrogen, progesterone, gonodotropin, dan GnRh (Handerson, 2006). Pengaruh hormone FSH (Folikel Stimulating Hormone) kedua indung telur memilih satu sel telur untuk dimatangkan. Sel telur yang matang ini dilapisi selaput yang sangat tipis, kemudian sel ini akan mendekat permukaan indung telur, selaput pembungkusnya pecah dan sel telur ke luar. Dan peristiwa ini disebut ovulasi. Sel telur yang bebas dan menuju rahim dan lebih kurang dalam seminggu sampai rahim. Sebelum ovulasi terjadi penebalan dinding rahim jaringan pembuluh darahnya bertambah, hal ini dimaksudkan untuk memberi makanan bagi calon bayi, bila tidak terjadi pembuahan persiapan ini tidak terpakai dan dinding rahim menebal itu akan lepas dan keluar sebagai menstruasi. Satu siklus dihitung dari hari pertama menstruasi sampai menstruasi berikutnya. Umumnya jarak siklus menstruasi berkisar dari hari, dengan rata-rata 4-6 hari. Darah menstruasi tidak membeku. Jumlah kehilangan darah

10 10 tiap siklus berkisar dari ml. pada tiap siklus dikenal tiga masa utama, ialah sebagai berikut : 1) Masa haid selama 2-8 hari, pada waktu endometrium dilepas, sedangkan hormon-hormon ovarium paling rendah (minimum). 2) Masa proliferasi sampai hari ke-14, maka pada waktu endometrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Antara hari ke-12 sampai ke-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi. 3) Masa sekresi, pada waktu korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesterone. Dibawah pengaruh progesterone kelenjar endometrium mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma endometriuym berubah kearah desidua, terutama berada diseputar pembuluh-pembuluh arterial, sehingga memudahkan adanya nidasi(ilmu kebidanan, 2004). Mentruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai umur tahun. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Daur menstruasi tergantung berbagai hal

11 11 termasuk kesehatan fisik, emosi,dan nutrisi wanita tersebut. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interakasi hormone yang dikeluarkan hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Anak-anak perempuan yang tidak mengenal tubuh mereka dan proses reproduksi dapat mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat menstruasi mereka. Bahkan saat menstruasi akhirnya dikenali sebagai proses normal, perasaan kotor dapat tinggal sampai masa dewasa. c. Pola Menstruasi Pola menstruasi merupakan serangkaian proses menstruasi yang meliputi siklus menstruasi, lama perdarahan menstruasi dan dismenorea. Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3-5 hari, ada yang 7-8

12 12 hari. Setiap hari ganti pembalut 2-5 kali. Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik dan gizi (Wiknjosastro;2005, Octaria;2009). Siklus menstruasi dipengaruhi oleh serangkaian hormon yang diproduksi oleh tubuh yaitu Luteinizing Hormon, Follicle Stimulating Hormone dan estrogen. Selain itu siklus juga dipengaruhi oleh kondisi psikis sehingga bisa maju dan mundur. Masa subur ditandai oleh kenaikan luteinizing hormone secara signifikan sesaat sebelum terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium). Kenaikan LH akan mendorong sel telur keluar dari ovarium menuju tuba falopi. Didalam tuba falopi ini bisa terjadi pembuahan oleh sperma. Masa-masa inilah yang disebut masa subur, yaitu bila sel telur ada dan siap untuk dibuahi. Sel telur berada dalam tuba falopi selama kurang lebih 3-4 hari namun hanya sampai umur 2 hari masa yang paling baik untuk dibuahi, setelah itu mati. LH surge yaitu kenaikan LH secara tiba-tiba akan mendorong sel telur keluar dari ovarium. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu jam setelah terjadi peningkatan LH. Beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada bagian perut bawah pada saat hal ini terjadi. Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan

13 13 endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium. Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun (Heffner; 2008). d. Faktor-faktor yang mempengaruhi ganguan pola menstruasi Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan pola menstruasi dalam Hestiantoro (2009) adalah: 1) Fungsi hormon terganggu. Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisis. System hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu otomatis siklus menstruasi pun akan terganggu.

14 14 2) Kelainan sistemik. Wanita yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus bisa mempengaruhi siklus menstruasinya karena sistem metabolism didalam tubuh tidak bekerja dengan baik. Wanita penderita penyakit diabetes juga akan mempengaruhi sistem metabolismenya sehingga siklus menstruasinya tidak teratur. 3) Cemas. Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi bahaya (Nanda, 2005). Kecemasan atau ansietas adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, 2005). Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman yang biasanya berupa perasaan gelisah, takut, khawatir yang merupakan manifestasi dari faktor psikologi dan fisiologi (Mansjoer, 2005). Kecemasan atau ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2007) Cemas juga dapat mengganggu sistem metabolisme didalam tubuh, bisa saja karena stress/ cemas wanita jadi mulai lelah, berat badan turun drastis, sakit-sakitan, sehingga

15 15 metabolismenya terganggu. Bila metabolismenya terganggu, siklus menstruasinya pun ikut terganggu. 4) Kelenjar gondok. Terganggu fungsi kelenjar gondok/ tiroid juga bisa menjadi penyebab tidak teraturnya siklus mentruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid), pasalnya sistem hormonal tubuh terganggu. 5) Hormon prolaktin berlebihan. Pada wanita menyusui produksi hormon prolaktin cukup tinggi. Hormon prolaktin ini sering kali membuat wanita tak kunjung menstruasi karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada kasus ini tidak masalah, justru sangat baik untuk memberikan kesempatan guna memelihara organ reproduksinya. Sebaliknya, tidak sedang menyusui, hormon prolaktin juga bisa tinggi. Biasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala. 6) Kelainan fisik (alat reproduksi) Kelainan fisik yang dapat menyebabkan tidak mengalami menstruasi (aminorea primer) pada wanita adalah: a) Selaput dara tertutup sehingga perlu operasi untuk membuka selaput dara. b) Indung telur tidak memproduksi ovum.

16 16 c) Tidak mempunyai ovarium e. Gangguan menstruasi Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Banyak wanita yang tidak mengalami kenyamanan fisik selama beberapa hari sebelum menstruasi mereka datang. Kira kira setengah dari seluruh wanita menderita akibat menstruasi. Beberapa gangguan pada menstruasi: 1) Amenore Amenore primer adalah tidak terjadinya menarche sampai usia 17 tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder. Amenore sekunder berarti tidak terjadinya menstruasi selama bulan atau lebih pada orang yang mengalami siklus menstruasi. Amenore merupakan gejala atau bukan suatu penyakit. Penyebab amenore dapat fisiologik, organik, atau akibat gangguan perkembangan. 2) Disminore Disminore adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus. Penyebabnya adalah adanya jumlah prostaglandin F2 yang berlebihan pada menstruasi yang merangsang hiperaktivitas uterus. Gejalagejalanya antara lain: nyeri (dapat tajam, tumpul, siklik,

17 17 menetap) dapat berlangsung dalam beberapa jam sampai 1 hari, mual, diare, sakit kepala, dan perubahan emosional. Selain gangguan-gangguan yang disebutkan diatas gangguangangguan lain yang dapat mucul antara lain: payudara yang melunak, putting susu nyeri, bengkak, mudah tersinggung, keram yang disebabkan kontraksi otot-otot halus rahim, sakit pada bagian perut tengah, gelisah, letih, hidung tersumbat, dan ingin menangis. Dalam bentuk yang berat sering melibatkan depressi dan kemarahan berat (Dani, 2007). Biasanya gangguan menstruasi yang sering terjadi adalah siklus menstruasi tidak teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau abnormal, termasuk akibat sampingan yang ditimbulkannya, seperti nyeri perut, pusing, mual atau muntah. Adapun beberapa ganguan menstruasi berdasarkan sebabsebabnya yaitu (Prawirohardjo, 2008): 1) Menurut Jumlah Perdarahan a) Hipomenorea Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit dari biasanya. b) Hipermenorea Perdarahan menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya (lebih dari 8 hari).

18 18 2) Menurut Siklus atau Durasi Perdarahan. a) Polimenore Siklus menstruasi tidak normal, lebih pendek dari biasanya atau kurang dari 21 hari. b) Oligomenorea Siklus menstruasi lebih panjang atau lebih dari 35 hari. c) Amenorea Amenorea adalah keadaan tidak ada menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. 3) Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi, diantaranya: a) Premenstrual tension Gangguan ini berupa ketegangan emosional sebelum haid, seperti gangguan tidur, mudah tersinggung, gelisah, sakit kepala. b) Mastadinia. Nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum menstruasi. c) Mittelschmerz Rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff dapat juga disertai dengan perdarahan/ bercak. d) Dismenorea. Rasa nyeri saat menstruasi yang berupa kram ringan pada

19 19 bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas seharihari Mansjoer (1999) mengatakan beberapa gangguan haid adalah : 1) Premenstrual tension (ketegangan prahaid) Ketegangan pra haid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti. 2) Mastodinia Mastodinia adalah nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum menstruasi. 3) Mittleschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) Mittleschmerz adalah rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff dapat juga disertai dengan perdarahan/bercak. 4) Dismenore Dismenore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid sampai membuat perempuan tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. f. Fase menstruasi Hari pertama haid dianggap sebagai permulaan dari siklus haid, 4 hari pertama siklus didefinisikan sebagai fase haid sebagai fase haid, dalam fase ini terdapat gangguan dan perontokan

20 20 kelenjar endometriun dan stroma, infiltrasi leukosit, dan ekstravasasi sel darah merah. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ganguan menstruasi a. Aktifitas Fisik Aktivitas fisik merupakan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus-menerus dalam bekerja menjadi penyebab 1 dari 10 kematian dan kecacatan lebih dari 2 juta kematian setiap tahun di sebabkan kurangnya bergerak atau aktivitas fisik (Giriwijoyo, 2010). 1) Macam macam aktivitas fisik Macam macam aktivitas fisik menurut Giriwijoyo (2010) meliputi: a) Ketahanan (endurance) Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih bertenaga. Untuk mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 minggu perhari). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: Berjalan kaki,

21 21 misalnya turunlah dari bus lebih awal menuju tempat kerja kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti di halte yang menghabiskan 10 menit berjalan kaki menuju rumah, lari ringan,berenang, senam, bulu tangkis, bermain tenis, berkebun dan kerja di taman. b) Kelenturan (flexibility) Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu) contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: Peregangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan atau sentakan, lakukan secara teratur untuk detik, bisa mulai dari tangan dan kaki, Senam taichi, yoga, mencuci pakaian, mobil, Mengepel lantai. c) Kekuatan (strength) Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis (keropos pada tulang). Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik

22 22 yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per minggu) Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: Pushup, pelajari teknik yang benar untuk mencegah otot dan sendi dari kecelakaan. Naik turun tangga, Angkat berat/beban, Membawa belanjaan, Mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness). Aktivitas fisik tersebut akan meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran kalori), misalnya: (1) Berjalan kaki (5,6-7 kkal/menit) (2) Berkebun (5,6 kkal/menit) (3) Menyetrika (4,2 kkal/menit) (4) Menyapu rumah (3,9 kkal/menit) (5) Membersihkan jendela (3,7 kkal/menit) (6) Mencuci baju (3,56 kkal/menit) (7) Mengemudi mobil (2,8 kkal/menit) b. Kecemasan Kecemasan atau ansietas adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, 2011). Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman yang biasanya berupa perasaan gelisah, takut, khawatir yang merupakan manifestasi dari faktor psikologi dan fisiologi (Mansjoer, 2009). Kriteria cemas menurut rosidy (2012) 1) Cemas Ringan

23 23 Hubungannya dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Cemas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. 2) Cemas Sedang Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Memusatkan pada hal-hal yang penting dengan mengesampingkangkan hal yang lain. 3) Cemas Berat Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang, seseorang cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Dengan kata lain lapangan persepsi sangat menurun.

24 24 B. Kerangka Teori Faktor yang mempengaruhi ganguan menstruasi : 1. Cemas 2. Aktifitas fisik 3. Fungsi hormon terganggu 4. Kelainan sistemik 5. Hormon prolaktin berlebihan 6. Kelainan fisik (alat reproduksi) 7. Kelenjar gondok Ganguan Menstruasi Gangguan menstruasi 1. Menurut Jumlah Perdarahan a) Hipomenorea b) Hipermenorea 2. Menurut Siklus atau Durasi Perdarahan. a) Polimenore b) Oligomenorea c) Amenorea 3. Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi, diantaranya: a) Premenstrual tension b) Mastadinia. c) Mittelschmerz d) Dismenorea Gambar : 2.1 Kerangka Teori Menurut: Giriwijoyo (2010), Rosidy (2012), Kusmiran (2011) dan Hestiantoro (2009)

25 25 C. Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan teori diatas dapat dikemukakan oleh penulis, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut : Variabel Bebas Faktor yang mempengaruhi ganguan menstruasi : 1. Cemas 2. Aktifitas fisik 3. Fungsi hormon terganggu 4. Kelainan sistemik 5. Hormon prolaktin berlebihan 6. Kelainan fisik (alat reproduksi) 7. Kelenjar gondok Variabel Terikat Ganguan Menstruasi Keterangan : : diteliti : tidak diteliti Gambar : 2.2 Kerangka Konsep

26 26 D. Hipotesa Penelitian Beberapa hipotesa yang dipakai dalam penelitian (ha) tersebut adalah sebagai berikut : 1. Ada pengaruh kecemasan terhadap ganguan menstruasi pada mahasiswi S1 Keperawatan STIKES Muhamadiyah Gombong. 2. Ada pengaruh aktifitas fisik terhadap ganguan menstruasi pada Mahasiswi S1 Keperawatan STIKES Muhamadiyah Gombong.

27 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian yang digunakan Metode penelitian ini adalah survey yang bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif (Nursalam, 2003). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (variabel resiko) yaitu cemas dan aktifitas fisik terhadap variabel terikat (efek) yaitu ganguan menstruasi pada Mahasiswi S1 Keperawatan STIKES Muhamadiyah Gombong. B. Populasi dan sampel penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Atau menurut Sugiyono (2003) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswi S1 Keperawatan STIKES Muhamadiyah Gombong dengan jumlah populasi sebanyak 41 mahasiswi. 2. Sampel penelitian Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006) atau menurut Nursalam (2003) sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai obyek 27

28 28 peneliti melalui sampling. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2006). Sampel dalam penelitian ini adalah 41 mahasiswi. Dalam penelitian ini, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel tersebut digunakan. a. Mahasiswi STIKES Muhamadiyah Gombong. b. Mahasiswi semester akhir angkatan tahun c. Mahasiswi yang bersedia menjadi responden Sedangkan kriteria ekslusi : a. Mahasiswi yang tidak menjadi responden b. Mahasiswi yang bukan semester akhir. C. Variabel Penelitian Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliiti untuk diamati sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam sekelompok itu (Sugiyono, 2006). Sesuai dengan rumusan masalah maka variabel ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Variabel independen (variabel bebas): adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat dengan kata lain variabel yang mempengaruhi (Sugiyono, 2006). Adapun variabel independen pada penelitian ini yaitu: cemas dan aktifitas fisik.

29 29 2. Variabel dependen (variabel terikat): adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006). Dalam hal ini variabel terikat yaitu ganguan menstruasi pada Mahasiswi S1 Keperawatan STIKES Muhamadiyah Gombong. D. Definisi Operasional Varibel Cemas Aktifitas fisik Ganguan menstruasi Definisi Operasional Kecemasan atau ansietas adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi Pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang meliputi 3 aspek yaitu : 2. Ketahanan 3. Kelenturan 4. Kekuatan Adalah suatu keadaan yang tidak seharusnya atau suatu keadaan yang terjadi suatu ganguan system siklus menstruasi. Tabel : 3.1 Definisi Operasional variable-variabel penelitian Alat Ukur Hasil Ukur Skala Menggunakan kuesioner sebanyak 21 soal dengan pengukuran likert, skor untuk tiap jawaban 0-3 berdasarkan Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) Menggunakan kuesioner sebanyak 15 soal dengan pengukuran skala likert 3 = Selalu 2 = Kadang- Kadang 1 = Tidak Pernah Menggunakan kuesioner sebanyak 1 soal Diperoleh nilai minimal 0 dan nilai maksimal 63 Nilai kemudian dikategorikan: (normal) (ringan) (sedang) (berat) (Sangat berat) Diperoleh nilai minimal 15 dan nilai maksimal 45 Nilai kemudian dikategorikan: : Rendah : Sedang : Tinggi Jawaban Ya : jika siklus menstruasi teratur hari tetap, hari tetap, hari tetap diberi skor (0), jawaban tidak : jika siklus menstruasi tidak tentu atau tidak teratur diberi skor (1) Ordinal Ordinal Nominal

30 30 E. Intsrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Dalam penelitian instrumen yang digunakan merupakan kuesioner tertutup dengan bentuk pilihan yang terdiri dari beberapa alternatif jawaban karena diharapkan bahwa responden lebih cermat menentukan jawaban (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini instrument menggunakan kuesioner/angket. 1. Cemas Tingkat kecemasan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan angket yang diadaptasi dari model kuesioner baku Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21), angket langsung diberikan kepada responden untuk langsung diisi selanjutnya setelah angket diisi langsung diserahkan kepada peneliti, jenis angket yang digunakan juga merupakan angket tertutup dimana jawaban dari tiap pertanyaan sudah disediakan dan responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan. Angket kecemasan tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas dikarenakan Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) merupakan skala baku untuk mengukur tingkat kecemasan yang sudah diukur nilai validitas dan reliabilitasnya. Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) merupakan kuesioner tentang kecemasan sebanyak 21 soal dengan pengukuran likert, skor untuk tiap jawaban 0-3, sehingga nilai minimal 0 dan nilai

31 31 maksimal 63. Nilai kemudian dikategorikan: 0-12 (normal); (ringan); (sedang); (berat); dan (Sangat berat) 2. Aktifitas Fisik Untuk mengukur aktivitas fisik yang dilakukan sehari hari menggunakan kuesioner, responden diminta untuk memilih 3 jawaban dari 15 item pertanyaan dengan pengukuran skala linkert yaitu jawaban selalu dengan nilai 3, kadang-kadang dengan nilai 2 dan tidak pernah dengan nilai 1. Berikut ini adalah tabel kisi-kisi kuesioner yang akan digunakan untuk pengumpulan data aktivitas fisik. Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Aktivitas Fisik No Indikator Butir Pertanyaan Jumlah item 1 Ketahanan (Endurance) 1,2,3,4,5 5 2 Kelenturan (Flexibility) 6,7,8,9, Kekuatan (Strength) 11,12,13,14,15 5 Total 15 Aktivitas Fisik terdiri dari 15 item pertanyaan, setiap jawaban diberi bobot nilai 3 sampai 1. Diperoleh nilai minimal 15 dan nilai maksimal 45. Nilai kemudian dikategorikan: : Rendah, : Sedang, : Tinggi. Angket aktifitas fisik tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas dikarenakan diadopsi dari angket penelitian Hana prastiana (2012) dengan judul hubungan aktivitas fisik seharihari dengan kejadian dismenore pada remaja siswi kelas X SMK Batik Sakti 1 Kebumen yang sudah diukur nilai validitas dan reliabilitasnya.

32 32 F. Analisa data Dalam pengelolaan data peneliti menggunakan beberapa cara: 1. Analisa Univariat Analisa univariat adalah pengelolaan data yang dilakukan dengan cara mendekripsikan semua hasil survei sesuai dengan tujuan penelitian dalam bentuk variasi dan tabel frekuensi. 2. Analisa Bivariat atau analisis tabel silang (cross tabulation), (Basirun, 2009). Analisa bivariat dilakukan dengan membuat tabel untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel terikat dan variabel bebas yaitu Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi ganguan menstruasi pada Mahasiswi S1 Keperawatan STIKES Muhamadiyah Gombong. Dengan menggunakan rumus uji Chi- Kuadrat (chisquare). Rumus chi-square : Keterangan : X 2 = chi-square f 0 = frekuensi berdasarkan data f h = frekuensi yang diharapkan Apabila dari perhitungan ternyata bahwa harga X 2 atau lebih besar dari harga X 2 yang tertera dalam tabel, sesuai dengan taraf signifikan yang telah ditetapkan, maka kesimpulan kita adalah ada perbedaan antara fo dengan fh. Akan tetapi bila dari perhitungan ternyata nilai X 2 lebih kecil dari harga kritik dalam tabel menurut taraf signifikan yang

33 33 telah ditentukan, maka kesimpulannya tidak ada perbedaan yang meyakinkan antara fo dan fh. G. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penelitian telah mendapatkan rekomendasi dari prodi S1 STIKES Muhammadiyah Gombong untuk mengajukan permohonan ijin kepada Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong untuk melakukan penelitian. Setelah peneliti memperoleh ijin dari Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong, penelitian dimulai. Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting mengingat keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka peneliti menjamin hak asasi responden dalam penelitian ini. Masalah etika dalam penelitian keperawatan meliputi : 1. Informed consent Merupakan cara persetujuan anatara peneliti dengan responden. Peneliti menjelaskan maksud atau tujuan penelitian dan dampak atau akibat dari penelitian ini. Setelah mendapat penjelasan, 2. Anomity (tanpa nama) Peneliti tidak akan menuliskan nama responden pada lembar kuisioner hanya menuliskan kode saja. Kode ini merupakan pemberian nomor untuk dalam analisa data.

34 34 3. Confidentiality (kerahasiaan) Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil peneliti baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, kemudian akan dimusnahkan apabila keseluruhan proses penelitian telah selesai. Hanya kelompok skor dan hasil analisa data saja yang akan dilaporkan pada hasil riset. H. Jalannya penelitian Jalannya penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap sebagai berikut : 1. Tahap persiapan a. Membuat proposal untuk rencana penelitian b. Melakukan perijinan untuk melaksanakan penelitian 2. Tahap pelaksanaan a. Melakukan pengumpulan data primer dengan memberikan kuisioner kepada siswa. b. Melakukan pengolahan data dan analisa data secara manual. 3. Tahap penyelesaian Tahap penyelesaian adalah penyusunan skripsi dan dilanjutkan seminar hasil penelitian.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan 0 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya berkembang dalam sisi psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahanperubahan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap remaja akan mengalami pubertas. Pubertas merupakan masa awal pematangan seksual, yakni suatu periode dimana seorang remaja mengalami perubahan fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap perempuan sebagai tanda bahwa organ reproduksi sudah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai aktifitas salah satunya adalah belajar. Seseorang yang dikatakan remaja berada dalam usia 10 tahun sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan dari beberapa masa yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat lebih dari 70 juta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. World Health Organisation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja sudah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun dan menggunakan usia 12 20 tahun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat menstruasi sebagian besar perempuan sering mengalami keluhan sensasi yang tidak nyaman seperti nyeri pada perut bagian bawah sebelum dan selama menstruasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Wanita yang mulai memasuki usia pubertas normalnya dalam perjalanan hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah pengeluaran darah yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 (555-563) HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA Ricka, Wahyuni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta Abstrack:

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Penulis mendapat sumber data mengenai materi menstruasi didapat melalui pengalaman pribadi, sumber media cetak dan media digital (internet dan e book). 2.2 Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menstruasi pertama (menarche) merupakan peristiwa paling penting pada remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah di mulai. Datangnya menstruasi pertama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menstruasi Normal Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan psikologispancaindra, korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen (uterus-endometrium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami periode menstruasi atau haid dalam perjalanan hidupnya, yaitu pengeluaran darah yang terjadi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tahap perkembangan manusia, setiap manusia pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 tahun, sedangkan

Lebih terperinci

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore Gambaran Perbedaan Intensitas Dismenore Setelah Melakukan Senam Dismenore Pada Remaja OCTA DWIENDA RISTICA, RIKA ANDRIYANI *Dosen STIKes Hang Tuah ABSTRAK Dismenore merupakan gangguan menstruasi yang sering

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VI, No.3 September 2015

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VI, No.3 September 2015 ORIGINAL RESEARCH HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG DISMENOREA DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI DISMENOREA PADA SISWI KELAS VII DI SMP NEGERI 8 PONTIANAK TENGGARA TAHUN 2015 Wuriani, S.Kep, Ns..M,Pd

Lebih terperinci

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi non-eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan metode cross sectional. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang yang lebih tua melainkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun yag ditandai dengan perubahan perilaku seperti susah diatur dan

Lebih terperinci

2015 PERBED AAN TINGKAT D ISMENORE PAD A AKTIVITAS RINGAN, SED ANG, D AN BERAT ATLET WANITA KBB

2015 PERBED AAN TINGKAT D ISMENORE PAD A AKTIVITAS RINGAN, SED ANG, D AN BERAT ATLET WANITA KBB BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wanita pada umumnya menginjak usia pubertas pada usia 8 hingga 10 tahun. Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI Yudha Indra Permana & Ida Untari Akper PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Masa reproduksi adalah masa yang penting bagi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN Nur Aini Rahmawati 1), Siti Komariyatun 2) Abstrak : Haid adalah perdarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari/mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota

BAB I PENDAHULUAN. senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olahraga senam sudah sedemikian maju, khususnya senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota besar maupun di kota-kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk, 2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan

Lebih terperinci

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: Dewi Kurniawati J410

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*) HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Nurhidayati 1*) 1 Dosen Diploma-III Kebidanan Universitas Almuslim *) email : yun_bir_aceh@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA

UNIVERSITAS GUNADARMA PENGARUH HORMON SEKSUAL TERHADAP WANITA Oleh : Rini Indryawati. SPsi UNIVERSITAS GUNADARMA November 2007 ABSTRAK Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dan langsung diedarkan oleh darah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa, pada masa remaja seseorang akan mengalami pubertas. Pubertas adalah masa ketika seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa yang lebih dewasa. Ia memandang dunianya seperti apa yang ia inginkan, bukan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Zulliati 1, Muhammad Basit 2,Tria Dwi Putri 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 KOTA JAMBI TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 KOTA Irma Harahap 1 *, Erris 2 1 Akademi Keperawatan Jambi 2 Politeknik Kesehatan Jambi Jurusan Kesehatan Lingkungan *Korespondensi

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Reproduksi normal pada wanita dikarakteristikan dengan perubahan ritme bulanan pada sekresi hormon dan perubahan fisik di ovarium dan organ seksual lainya. Pola ritme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan keadaan sehat karena dengan keadaan sehat setiap orang dapat melakukan segala aktifitas tanpa hambatan. Begitu pula dengan wanita. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan atau storm and stress, suatu masa dimana ketegangan emosi meningkat akibat perubahan fisik dan kelenjar yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT)

HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) Sri Utami, Keilmuan Dasar Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia, Staf Akademik Departemen Keperawatan Maternitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pola Menstruasi a. Pengertian Menstruasi Haid atau menstruasi adalah salah satu proses alami seorang perempuan yaitu proses dekuamasi atau meluruhnya dinding

Lebih terperinci

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu terutama wanita. Pada masa ini, terjadi proses transisi dari masa anak ke

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik. Studi ini dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara tingkat stres dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penelitian Pratiwi (2010) menopause adalah. keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penelitian Pratiwi (2010) menopause adalah. keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tahap kehidupan yang pasti dialami seorang wanita adalah datangnya menopause, menopause adalah keadaan biologis yang wajar ditandai dengan berhentinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu kejadian yang hanya dialami oleh wanita saja yaitu terlapasnya dinding rahim yang diikuti dengan perdarahan. Peristiwa ini terjadi satu kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menopause merupakan suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita. Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen dan dianggap sebagai suatu bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana terjadi perkembangan bentuk tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu perkembangan tersebut adalah perkembangan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI MENSTRUASI (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI DI BEBERAPA SMA DI KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2013

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI MENSTRUASI (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI DI BEBERAPA SMA DI KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2013 FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI MENSTRUASI (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI DI BEBERAPA SMA DI KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2013 Romy wahyuni * *Dosen Prodi D - III Kebidanan Universitas Pasir

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen Design dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Two Group Pre Test and Post

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD dan SMP sedang menjalani pendidikan dasar yang merupakan titik awal anak mengenal sekolah yang sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah keluarnya periodik darah, lendir dan sel-sel epitel dari rahim yang terjadi setiap bulan. Ini merupakan tonggak penting dalam proses pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fisik terjadinya kematangan alat reproduksi, salah satunya adalah datangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fisik terjadinya kematangan alat reproduksi, salah satunya adalah datangnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan terjadi selama periode remaja yang ditandai dengan perubahan biologi seperti pertumbuhan fisik, maturasi seksual,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja sering disebut masa pubertas. Dimana masa pubertas adalah masa peralihan dari anak anak menjadi dewasa. Dimulai antara usia 7-13 tahun untuk perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada laki-laki. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan tipe atau jenis penelitian quasi eksperimen kuantitatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan memberikan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenapa dikatakan istimewa karena selain jumlah populasinya yang lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Kenapa dikatakan istimewa karena selain jumlah populasinya yang lebih dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wanita merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa. Kenapa dikatakan istimewa karena selain jumlah populasinya yang lebih dari 50%, wanita juga memiliki

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci