BAB II KERANGKA TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KERANGKA TEORI"

Transkripsi

1 BAB II KERANGKA TEORI A. Investasi 1. Pengertian Investasi Kata investasi merupakan kata adopsi dari bahasa Inggris, yaitu investment. Kata invest sebagai kata dasar dari investment memiliki arti menanam. Investasi yaitu penempatan sejumlah kekayaan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. 1 Menurut Antonio, investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung risiko karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian. 2 Dalam definisi lain, Kamaruddin Ahmad mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut. 3 Pendapat lainnya mengatakan bahwa investasi diartikan sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan 1 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm Muhamad Syafi'i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm Ahmad Kamaruddin, Dasar-dasar Manajemen Investasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm

2 12 pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. 4 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi merupakan sejumlah dana atau sejumlah kekayaan yang dilakukan sekarang yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan di masa depan. 2. Tujuan Investasi Tujuan melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang dan untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Secara lebih khusus, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah sebagai berikut: 5 a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. 2010), hlm Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Kanisius, 5 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi hlm. 7-9.

3 13 c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. 3. Proses Investasi Proses investasi adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi (memilih sekuritas), kapan investasi sebaiknya dilakukan, dan seberapa ekstensif investasi itu harus dilakukan. Untuk mendukung agar proses investasi berjalan dengan terbuka, bersih, dan berakuntabilitas, maka bursa dilengkapi dengan suatu fungsi yang akan menyebarkan informasi kepada publik. Proses investasi memerlukan dukungan sistem informasi investasi dan analisis investasi. 6 Proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan. Proses keputusan investasi terdiri dari lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan kelima tahap yang ada dalam proses keputusan investasi. 7 6 Murfidin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi: Proyek dan Bisnis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm

4 14 Gambar 2.1. Proses Keputusan Investasi 1. Penentuan tujuan investasi 2. Penentuan kebijakan investasi 3. Pemilihan strategi portofolio 4. Pemilihan aset 5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio Sumber: Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi, Investasi dalam Perspektif Islam Dalam Islam, investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan, karena dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi produktif dan juga mendatangkan manfaat bagi orang lain. Banyak pilihan untuk menanamkan modalnya dalam bentuk investasi.salah satu bentuk investasi adalah menanamkan hartanya di pasar modal. 8 Islam mendorong setiap manusia untuk bekerja dan meraih sebanyak-banyaknya materi. Islam membolehkan setiap manusia mengusahakan harta sebanyak ia mampu, mengembangkan, memanfaatkannya sepanjang tidak melanggar ketentuan agama. 9 Menurut beberapa pandangan kontemporer, seorang Muslim yang menginvestasikan dana atau tabungannya tidak akan dikenakan pajak pada jumlah yang telah diinvestasikannya, tetapi dikenakan pajak pada hlm Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010),

5 15 keuntungan yang dihasilkan dari investasinya, karena dalam perekonomian Islami semua aset-aset yang tidak termanfaatkan dikenakan pajak, investor Muslim akan lebih baik memanfaatkan dananya untuk investasi daripada mempertahankan dananya dalam bentuk yang tidak termanfaatkan. Investasi di dalam perekonomian Islami adalah fungsi dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Tingkat keuntungan yang diharapkan juga bergantung pada bagian relatif dari keuntungan yang dialokasikan antara investor dan mereka yang menyediakan dana-dananya pada bentuk kerja sama atau pinjaman. 10 B. Saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang melakukan penawaran umum (go public) dalam nominal ataupun persentase tertentu. 11 Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal kepada perseroan, dengan bukti penyertaan tersebut, maka pemegang saham berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari usaha perusahaan tersebut. Konsep penyertaan modal dengan hak bagian hasil usaha ini merupakan konsep yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah. Prinsip Syariah mengenal konsep ini sebagai kegiatan musyarakah atau syirkah. Berdasarkan 10 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 60.

6 16 hal tersebut, maka secara konsep, saham merupakan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 12 Jual beli saham dalam Islam pada dasarnya adalah merupakan bentuk dari syirkah mudharabah, di antara pengusaha dan pemilik modal sama-sama berusaha yang nantinya hasilnya bisa dibagi bersama. Mudharabah merupakan teknik pendanaan di mana pemilik modal menyediakan dana untuk digunakan oleh unit defisit dalam kegiatan produktif dengan dasar loss profit sharing. 13 C. Return Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam konteks manajemen investasi, tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Dalam investasi perlu dibedakan antara return harapan (expected return) dan return aktual atau yang terjadi (realized return). Return harapan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang. Sedangkan return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu. Antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan tingkat keuntungan yang diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return harapan dengan return yang benar-benar diterima merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi sehingga dalam 12 Otoritas Jasa Keuangan, Pasar Modal Syariah: Saham Syariah, (Jakarta: Direktorat Pasar Modal Syariah, 2013), hlm Iggi H. Achsien, Investasi Syariah di Pasar Modal, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 58.

7 17 berinvestasi di samping memperhatikan tingkat keuntungan, juga harus mempertimbangkan risiko dari suatu investasi. 14 Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Misalnya, jika berinvestasi pada sebuah obligasi, maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga obligasi yang dibayarkan. Demikian pula halnya dalam saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang diperoleh. Sedangkan, capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga, yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Dalam kata lain, capital gain (loss) bisa diartikan sebagai perubahan harga sekuritas. 15 Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield sebagai berikut: 14 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi hlm. 102.

8 18 Capital gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu: Pt Pt-1 = Harga saham pada periode t = Harga saham pada periode sebelum t (t-1) Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Dt Pt-1 = Dividen yang dibayarkan pada periode t = Harga saham pada periode sebelum t (t-1) Untuk mengukur expected return dengan menggunakan model CAPM maupun APT, diperlukan perhitungan return market. Pada titik keseimbangan, investor mempunyai harapan yang sama terhadap return dan risiko. Oleh karena itu, portofolio saham yang dipegang oleh seorang investor sama dengan investor lain, sehingga secara total akan membentuk market portfolio. Market portfolio adalah portofolio investasi yang berisi semua sekuritas yang ada di pasar, di mana proporsi nilai kapitalisasi sekuritas tersebut terhadap nilai pasar keseluruhan. Secara teoretis, pasar tidak hanya terdiri dari saham tetapi juga jenis investasi lain. Akan tetapi, dalam praktiknya banyak orang membatasi pasar hanya dalam bentuk pasar saham biasa saja. Return dan

9 19 risiko pasar dihitung berdasarkan indeks harga pasar. 16 Return market dihitung dengan formula sebagai berikut: 17 Rm IHSGt = return market = indeks harga pasar periode t IHSGt-1 = indeks harga pasar periode sebelum t D. Risiko Di samping memperhitungkan return, investor juga perlu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Risiko adalah suatu ketidakpastian. Investor dalam berinvestasi akan mendapatkan return di masa datang dengan nilai yang belum diketahui. Risiko dalam investasi dilihat sebagai variabilitas return realisasi terhadap return yang diharapkan. Risiko dalam investasi selalu ada, investor akan selalu memperhatikan terhadap risiko yang mungkin bisa terjadi. 18 Risiko didefinisikan sebagai perbedaan antara hasil yang diharapkan (expected return) dengan realisasinya. Return dan risiko investasi merupakan dua kata yang tidak dapat dipisahkan. Investor bersedia menerima risiko yang 16 Zalmi Zubir, Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi Saham, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hlm Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan: Teori dan Soal Jawab, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm Irham Fahmi, Analisis Investasi dalam Perspektif Ekonomi dan Politik, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hlm. 103.

10 20 lebih besar tetapi harus dikompensasi dengan kesempatan untuk mendapatkan return yang juga besar. Makin besar hasil yang diinginkan makin besar pula risikonya. Sebaliknya, makin kecil risiko yang diambil, makin kecil pula hasil yang akan diperoleh. Risiko investasi dapat diperkecil melalui pembentukan portofolio yang efisien. Implementasi teori portofolio untuk menurunkan risiko adalah melalui diversifikasi investasi dalam portofolio tersebut. Melalui pemilihan saham-saham dan proporsinya yang tepat, risiko portofolio dapat diturunkan sampai tingkat minimum. 19 Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain: Risiko Suku Bunga Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik. Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun. Demikian pula sebaliknya, jika suku bunga turun, harga saham naik. 2. Risiko Pasar Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, ataupun perubahan politik. 19 Zalmi Zubir, Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi Saham, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hlm Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm

11 21 3. Risiko Inflasi Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karenanya, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya. 4. Risiko Finansial Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi hutang yang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan. 5. Risiko Likuiditas Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan yang bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid suatu sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. Semakin tidak likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan. 6. Risiko Nilai Tukar Mata Uang Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal sebagai risiko mata uang (currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk).

12 22 Dalam konsep investasi, secara umum risiko dapat diklasifikasikan menjadi dua: Risiko sistematis (systematic risk), merupakan bagian dari variasi-variasi dalam pengembalian investasi yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi oleh investor. Variasi ini berasal dari berbagai faktor yang memengaruhi seluruh saham. Risiko sistematis bersifat makro karena terkait dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan dan dapat mengakibatkan variabilitas return investasi. 2. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk), adalah bagian dari variasi dalam return investasi yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi. Risiko yang dapat didiversifikasi ini merupakan risiko yang terkait dengan perubahan kondisi mikro perusahaan tertentu sehingga secara spesifik hanya akan memengaruhi return investasi dari perusahaan tersebut. 21 Arthur J. Keown, dkk., Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, terjemahan Marcus Prihminto Widodo, Edisi 10, (Jakarta: Indeks, 2008), hlm. 201.

13 23 Gambar 2.2. Risiko Sistematis dan Tidak Sistematis Risiko Portofolio Risiko Total Risiko Tidak Sistematis Risiko Sistematis Jumlah Sekuritas Sumber: Mamduh M.Hanafi, Manajemen Keuangan, E. Capital Asset Pricing Model (CAPM) CAPM dikembangkan oleh William Sharpe, John Lintner, dan Jan Mossin dua belas tahun setelah Harry Markowitz mengemukakan teori portofolio modern pada tahun CAPM adalah sebuah model hubungan antara risiko dan expected return suatu sekuritas atau portofolio. Model tersebut dapat digunakan untuk menentukan harga aset berisiko. 22 Model penetapan harga aset (CAPM) adalah suatu persamaan yang menyatakan bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi merupakan fungsi dari tingkat bebas risiko, risiko sistematis dan premi risiko 22 Zalmi Zubir, Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi Saham, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hlm. 197.

14 24 yang diharapkan untuk portofolio pasar dari semua surat-surat berharga yang berisiko. 23 CAPM merupakan model keseimbangan antara expected return dan risiko suatu aset di pasar. Model tersebut menggambarkan tingkah laku investor secara bersama-sama dalam melakukan investasi. Dengan memahami tingkah laku investor keseluruhan dalam berinvestasi, dapat memahami proses pemilihan dan pembentukan portofolio investasi yang dilakukan oleh investor. CAPM mengasumsikan beberapa kondisi sebagai berikut: Tidak ada biaya transaksi. 2. Saham dapat dipecah-pecah dalam satuan yang tidak terbatas. 3. Tidak ada pajak pendapatan 4. Seseorang tidak dapat memengaruhi harga saham melalui tindakan membeli atau menjual saham yang dimilikinya. 5. Investor adalah orang yang rasional. 6. Short sale dibolehkan dan tidak terbatas. 7. Lending dan borrowing pada tingkat bunga bebas risiko dapat dilakukan dalam jumlah yang tidak terbatas. 8. Semua saham dapat dipasarkan (marketable). Asumsi-asumsi di atas jelas tidak realistis. Tetapi baik atau tidaknya suatu model tidak tergantung dari realistis atau tidaknya asumsi yang dipakai. Baik atau tidaknya model akan tergantung dari kemampuannya menjelaskan 23 Arthur J. Keown, dkk., Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, terjemahan Marcus Prihminto Widodo, Edisi 10, (Jakarta: Indeks, 2008), hlm Zalmi Zubir, Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi Saham, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hlm. 198.

15 25 fenomena yang ada. Dengan kata lain, baik atau tidaknya teori tersebut akan ditentukan oleh bukti empiris, apakah mendukung dengan model tersebut atau tidak. 25 Milton Friedman dalam Zalmi Zubir, juga mengatakan bahwa asumsiasumsi yang digunakan dalam suatu model tidak harus menggambarkan semua realita yang ada, yang penting adalah seberapa bagus model tersebut dapat digunakan untuk memprediksi hasil yang ingin dicapai. 26 Menurut CAPM, risiko yang dinilai oleh investor yang rasional hanya systematic risk karena risiko tersebut tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. Model tersebut menyatakan bahwa expected return sebuah sekuritas atau portofolio sama dengan return sekuritas bebas risiko ditambah dengan risk premium dikalikan dengan systematic risk sekuritas tersebut. 27 Risiko sistematis dapat diukur dengan beta (β). Besarnya risiko suatu saham ditentukan oleh beta. Beta menunjukkan hubungan antara saham dan pasarnya (saham secara keseluruhan). Dalam pembahasan CAPM dan berbagai rumus yang diterapkan beta sering digunakan. Untuk mengestimasi besarnya koefisien beta, model regresi berikut ini bisa digunakan untuk menghitung risiko sistematis: Mamduh M. Hanafi, Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: BPFE-YOGTAKARTA, 2014), hlm Zalmi Zubir, Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi Saham, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hlm Zalmi Zubir, Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi Saham hlm Mamduh M. Hanafi, Manajemen Keuangan hlm. 235.

16 26 Ri αi = return saham i = intercept dari regresi tersebut βi = koefisien regresi (indikator risiko sistematis saham i) Rm e i = return market = random residual error Keseimbangan pasar dalam CAPM digambarkan dalam dua bentuk hubungan antara expected return dan risiko investasi, yaitu capital market line (CML) dan security market line (SML). CML adalah garis yang menggambarkan suatu hubungan antara expected return dengan total risk pada portofolio efisien dalam kondisi pasar yang seimbang. 29 Garis CML dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.3.Capital Market Line (CML) E(R i ) CML R m M R f K σ σ m Sumber: Zalmi Zubir, Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi Saham, Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keungan: Teori dan Soal Jawab, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 340.

17 27 Dari gambar di atas tampak bahwa pilihan investor akan berada di sepanjang garis R f M, yaitu garis hubungan antara expected return portofolio dengan deviasi standarnya yang disebut juga sebagai capital market line (CML). Semua portofolio yang tidak efisien berada di bawah CML. Dalam keseimbangan, semua investor dapat membentuk portofolio yang optimal dengan mengombinasikan risk free asset dengan market portfolio. Investor tentu tidak akan memilih portofolio yang berada di bawah garis R f K, karena expected return portofolio tersebut lebih rendah dari R f. Tetapi dalam kenyataannya tidak ada investor yang memegang merket portfolio, sehingga portofolio tersebut di bawah CML. 30 Jika CML menggambarkan hubungan antara risiko dengan expected return untuk portofolio yang efisien, sedangkan SML merupakan garis yang menghubungkan antara expected return dari suatu sekuritas dengan risiko sistematis. SML sering digunakan untuk menilai sekuritas secara individual dalam kondisi pasar yang seimbang.risiko sistematis dapat diukur dengan menggunakan beta (β). Semakin tinggi beta, maka semakin tinggi risiko yang terjadi, dengan kata lain kondisi beta yang tinggi menggambarkan sensitivitas suatu sekuritas terhadap berbagai perubahan pasar. Hubungan expected return dengan beta dapat digambarkan sebagai berikut: Zalmi Zubir, Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi Saham, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hlm Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keungan: Teori dan Soal Jawab, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 341.

18 28 Gambar 2.4.Security Market Line (SML) E(R i ) Low risk SML R m M High risk R f β m β Sumber: Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan: Teori dan Soal Jawab (2014) Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi beta, maka expected return yang akan diperoleh juga semakin tinggi, dan begitu pula sebaliknya semakin rendah beta, maka akan semakin rendah expected return yang akan diperoleh. Melihat gambar di atas dapat disimpulkan bahwa SML memiliki keeratan hubungan dengan rumus CAPM, yaitu: 32 E(Ri) Rf βi Rm = expected return saham i = risk free atau bebas risiko = beta saham i = return market 32 Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan: Teori dan Soal Jawab, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 342.

19 29 F. Arbitrage Pricing Theory (APT) Terdapat model alternatif selain CAPM yang dikembangkan oleh Stephen Ross pada tahun 1976 yang disebut Teori Penentuan Harga Arbitrase (Arbitrage Pricing Theory). APT mengasumsikan bahwa return sekuritas berhubungan dengan sejumlah faktor. 33 APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda. Konsep yang dipergunakan adalah hukum satu harga (the law of one price). Apabila aktiva yang berkaitan sama tersebut terjual dengan harga berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrase dengan membeli aktiva yang berharga murah dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sehingga memperoleh laba tanpa risiko. 34 Sebenarnya CAPM tidak lain adalah sama dengan APT dengan satu faktor. Kelompok sekuritas tertentu mungkin mempunyai sensitivitas yang berbeda terhadap faktor pertama dengan kelompok sekuritas yang lain. Sehingga tingkat keuntungan portofolio ditentukan oleh faktor fundamental yang berbeda. APT memiliki beberapa kelebihan jika dibanding dengan CAPM karena beberapa alasan seperti: 1. Tidak adanya asumsi mengenai distribusi normal tingkat keuntungan sekuritas seperti halnya dalam CAPM; 2. APT memungkinkan penggunaan lebih dari satu faktor; 33 William F. Sharpe, Gordon J. Alexander, dan Jeffery V. Bailey, Investasi, terjemahan Pristina Hermastuti dan Doddy Prastuti, Edisi 6, Jilid I, (Jakarta: Indeks, 2005), hlm Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 354.

20 30 3. Tidak disyaratkan adanya portofolio pasar dalam APT sementara CAPM mensyaratkan portofolio yang efisien. Namun, APT juga memiliki beberapa kelemahan di antaranya adalah: 1. Faktor-faktor yang digunakan dalam model APT tidak dijelaskan secara spesifik; 2. CAPM telah dikembangkan cukup lama dan diterapkan dalam keputusan keuangan; 3. CAPM lebih menarik dibanding dengan APT karena tidak begitu jelas bagaimana menentukan faktor fundamental. APT didasari oleh pandangan bahwa return harapan untuk suatu sekuritas akan dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Faktor-faktor risiko tersebut akan menunjukkan kondisi ekonomi secara umum, dan bukan merupakan karakteristik khusus perusahaan. 35 Menurut Suad Husnan, APT akan sangat bermanfaat jika dapat: Mengidentifikasi tidak terlalu banyak faktor-faktor makroekonomi; 2. Mengukur expected return dari masing-masing faktor tersebut; 3. Mengukur kepekaan masing-masing saham terhadap faktor tersebut. Proses penghasil return menurut APT dapat dirumuskan sebagai berikut: Ri E(Ri) = tingkat keuntungan (return) aset i yang terjadi = tingkat keuntungan aset i yang diharapkan 35 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 350.

21 31 βn RFn = risiko sistematis aset terhadap faktor n = tingkat keuntungan dari faktor n E(RFn) = tingkat keuntungan yang diharapkan dari faktor n Persamaan di atas menunjukkan bahwa return suatu aset sama dengan (1) return yang diharapkan, (2) perubahan faktor yang tidak diharapkan [RF n E(RF n )], (3) sensitifitas aset i terhadap perubahan faktor pada nomor (2), dan (4) random term. Model di atas dapat ditulis ke dalam model berikut ini: Ri E(Ri) βn Fn = tingkat keuntungan (return) aset i yang terjadi = tingkat keuntungan aset i yang diharapkan = risiko sistematis (sensitivitas) aset terhadap faktor n = surprise faktor n Dalam APT, hanya perubahan yang tidak terduga yang dikompensasi oleh return. Return dapat dipecah ke dalam return yang diharapkan dan return yang tidak diharapkan, seperti terlihat di bawah ini: 37 atau hlm Mamduh M. Hanafi, Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA),

22 32 R E(R) = return actual = return yang diharapkan Unexpected = return yang tidak diharapkan Untuk menghitung keuntungan yang diharapkan dalam model APT dirumuskan sebagai berikut: 38 E(Ri) Rf bin = return harapan dari sekuritas i = return bebas risiko = koefisien besarnya pengaruh faktor n terhadap return sekuritas i = premi risiko untuk faktor n (E(F n ) Rf) Beberapa faktor risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Inflasi Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang selalu dihadapi setiap negara. Namun, buruknya masalah inflasi ini akan berbeda dari satu waktu ke waktu lainnya, dan berbeda pula dari negara satu ke negara lainnya. Tingkat inflasi biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai di mana buruknya permasalahan ekonomi yang dihadapi suatu negara. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. 39 Inflasi merupakan 38 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm. 212.

23 33 kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan sehingga terjadi penurunan daya beli uang dan dapat mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.kondisi ekonomi yang mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. 40 Inflasi menyebabkan orang-orang menjadi tidak ingin untuk memegang uang karena uang menjadi semakin menyusut nilainya. Kecenderungan orang untuk tidak memegang uang akan mengakibatkan permintaan uang akan menurun. 41 Inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Menurut Slifer dan Carnes dalam Muhammad Syafii Antonio, secara teoritis terdapat hubungan negatif antara inflasi dan kinerja saham. Inflasi dinilai akan menurunkan nilai riil dari perusahaan termasuk juga deviden, sehingga ketika terjadi kenaikan tingkat inflasi maka akan mengakibatkan Sadono Sukirno, Makroekonomi: Teori Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 40 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 169.

24 34 melemahnya harga saham, sebaliknya jika tingkat inflasi menurun maka harga saham akan mengalami penguatan. 42 Berdasarkan pada sumber atau penyebab atas kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu: 43 a. Inflasi Tarikan Permintaan (demand pull inflation) Inflasi ini terjadi karena terjadinya kenaikan permintaan atas suatu komoditas yang biasanya terjadi pada masa perekonomian yang berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran ini akan menimbulkan inflasi karena terlalu banyak uang yang beredar. b. Inflasi Desakan Biaya (cost push inflation) Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi yang biasanya juga berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaanperusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah, maka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi. Langkah ini mengakibatan 42 Muhammad Syafii Antonio, Hafidhoh, dan Hilman Fauzi, "The Islamic Capital Market Volatility: A Comparative Study between in Indonesia and Malaysia" (t.tp: Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2013), hlm Sadono Sukirno, Makroekonomi: Teori Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.

25 35 biaya produksi meningkat, yang akhirnya menyebabkan kenaikan harga-haraga berbagai barang. c. Inflasi Diimpor (imported inflation) Inflasi ini disebabkan oleh terjadinya inflasi di luar negeri.inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga memiliki peranan penting dalam kegiatan pengeluaran di perusahaan. Kenaikan harga bahan baku yang diimpor dari luar negeri menyebabkan kenaikan harga pula di dalam negeri. Dalam ekonomi Islam, Taqiuddin Ahmad ibn al-maqrizi (1346 M M), yang merupakan salah satu murid Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua golongan, yaitu: 44 a. Natural Inflation Inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah, di mana orang tidak mempunyai kendali atasnya (dalam hal mencegah). Ibn al- Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif dan permintaan agregatif. Maka Natural Inflation dapat diartikan sebagai: 1) Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian. Misalnya jumlah barang dan jasa mengalami penurunan, sedangkan jumlah uang yang beredar dan kecepatan peredaran uang tetap, maka konsekuensinya tingkat harga akan mengalami kenaikan. 44 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm

26 36 2) Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar daripada nilai impor, sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan jumlah uang yang beredar mengalami penurunan sehingga jika kecepatan uang beredar dan jumlah barang dan jasa yang diproduksi tetap, maka terjadi kenaikan harga. b. Human Error Inflation Human Error Inflation atau False Inflation dikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan dari manusia itu sendiri (sesuai dengan QS Al-Rum: 41). Human Error Inflation menurut penyebabpenyebabnya adalah sebagai berikut: 1) Korupsi dan administrasi yang buruk (Corruption and Bad Administration) Korupsi akan mengganggu tingkat harga karena produsen akan menaikkan harga jual produksinya untuk menutupi biaya-biaya 'siluman' yang telah mereka keluarkan tersebut. Harga yang terjadi terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada sehingga akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi. Pada akhirnya akan terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang akan merugikan masyarakat secara keseluruhan. 2) Pajak yang berlebihan (Excessive Tax) Efek yang ditimbulkan oleh Excessive Tax pada perekonomian hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh Corruption and

27 37 Bad Administration. Pajak yang tinggi akan mengakibatkan penawaran agregatif. 3) Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (Excessive Seignorage) Ibn al-maqrizi berpendapat bahwa pencetakan uang yang berlebihan jelas-jelas akan mengakibatkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan (inflasi). Menurut Ibn al-maqrizi, kenaikan harga-harga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang (fulus) atau nominal, sedangkan jika diukur dengan emas (dinar emas), maka harga-harga komoditas tersebut jarang sekali mengalami kenaikan. Uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi (jual-beli) dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal kecil. (supaya tidak ditumpuk atau hoarding). 2. Nilai Tukar Mata Uang (Kurs) Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang sesuatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. 45 Nilai tukar mata uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan dalam berbagai Sadono Sukirno, Makroekonomi: Teori Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.

28 38 transaksi, antara lain perdagangan internasional dan investasi internasional. 46 Perubahan nilai tukar mata uang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 47 a. Perubahan dalam Citarasa Masyarakat Perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka terhadap barang-barang yang diproduksi di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan dapat pula menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. b. Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya, kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. Dengan demikian perubahan harga Adiwarman A.Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm Sadono Sukirno, Makroekonomi: Teori Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.

29 39 harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan ke atas mata uang negara tersebut. c. Kenaikan Harga Umum (Inflasi) Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai sesuatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan karena dampak inflasi sebagai berikut: 1) Inflasi menyebabkan harga-harga dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi cenderung menambah impor sehingga menyebabkan permintaan ke atas valuta asing bertambah. 2) Inflasi menyebabkan harga-harga berang ekspor menjadi lebih mahal, oleh karena itu inflasi cenderung mengurangi ekspor sehingga menyebabkan penawaran terhadap valuta asing berkurang,maka harga valuta asing akan bertambah, yang berarti harga mata uang negara yang mengalami inflasi merosot. d. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggiakan menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara itu. Apabila lebih banyak modal yang mengalir ke suatu negara, permintaan ke atas mata uang akan bertambah, maka nilai mata uang

30 40 tersebut bertambah. Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara yang dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di negaranegara lain. e. Pertumbuhan Ekonomi Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan itu terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan ke atas mata uang negara itu bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara itu naik. Akan tetapi, apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor berkembang lebih cepat dari ekspor, penawaran mata uang begara itu lebih cepat bertambah dari permintaannya dan oleh karen itu nilai mata uang negara tersebut akan merosot. Menurut Octavia dalam Muhammad Syafii Antonio, ketidakstabilan kurs cenderung akan menyebabkan penurunan ekspor dan berakibat buruk pada neraca pembayaran. Memburuknya neraca pembayaran tentunya akan berpengaruh pada cadangan devisa. Berkurangnya cadangan devisa ini pada gilirannya akan mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian domestik dan pada akhirnya menimbulkan dampak negatif terhadap kinerja saham di pasar modal. Perubahan kurs akan mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi. Ekspektasi meningkatnya nilai tukar mata uang domestik

31 41 terhadap mata uang asing akan mendorong peningkatan harga saham, ini terjadi karena investor merasa lebih menguntungkan berinvestasi di dalam negeri dibandingkan dengan berinvestasi di luar negeri. 48 Kenaikan kurs US$ yang tajam terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki utang dalam dolar sementara produk emiten tersebut dijual secara lokal. Sementara itu, emiten yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs US$ tersebut. Artinya bahwa harga saham emiten yang terkena dampak positif akan meningkat harga sahamnya. Nilai tukar mencerminkan berapa unit dari setiap mata uang domestik yang dapat digunakan untuk membeli mata uang lainnya. Perubahan nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat suku bunga, inflasi, jumlah uang beredar, dan faktor lainnya. 3. Tingkat Suku Bunga Kenaikan tingkat suku bunga memiliki dampak negatif terhadap setiap emiten, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba per saham juga menurun dan akhirnya berakibat turunnya harga saham di pasar. Di sisi lain, naiknya suku bunga deposito akan mendorong investor untuk menjual saham dan kemudian menabung hasil penjualan itu dalam deposito. Penjualan saham secara besar-besaran akan menjatuhkan harga 48 Muhammad Syafii Antonio, Hafidhoh, dan Hilman Fauzi, "The Islamic Capital Market Volatility: A Comparative Study between in Indonesia and Malaysia" (t.tp: Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2013), hlm. 396.

32 42 saham di pasar. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga akan mengakibatkan turunnya harga saham. 49 Menurut Putong dalam Muhammad Syafii Antonio, suku bunga merupakan variabel makro yang berpengaruh langsung terhadap perekonomian, terutama pada investasi. Dalam teorinya, Keynes menyatakan bahwa fungsi investasi memiliki slope negatif artinya semakin rendah tingkat suku bunga maka akan semakin besar investasinya, tetapi sekecil apapun tingkat suku bunga bila investasi yang dilakukan akan mendatangkan keuntungan yang lebih kecil dari suku bunga tersebut, maka tingkat investasi akan tetap saja rendah atau terbatas. Walaupun secara normatif interest-rate bukanlah instrumen yang digunakan dalam transaksi ekonomi syariah, namun dalam aplikasinya interest-rate dirasa masih cukup besar. Beberapa penelitian telah dilakukan oleh Nazwar (2008) dan Al-Faizin (2010), dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa interest-rate signifikan berpengaruh negatif terhadap kinerja saham syariah. 50 Tingkat suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan dan akan menyebabkan return yang disyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat. Di samping itu, tingkat suku bunga yang meningkat dapat menyebabkan investor menarik hlm Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Porotofolio, (Jakarta: Erlangga, 2006), 50 Muhammad Syafii Antonio, Hafidhoh, dan Hilman Fauzi, "The Islamic Capital Market Volatility: A Comparative Study between in Indonesia and Malaysia" (t.tp: Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2013), hlm. 396.

33 43 investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan maupun deposito. 51 G. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu, dalam penelitian ini digunakan untuk membantu mendapatkan gambaran mengenai penelitian ini. Di samping itu, untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari beberapa penelitian dan faktor-faktor penting lainnya, sebagai referensi, sumber acuan dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain: a. Musdalifah Azis, 52 penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis perbandingan keakuratan antara metode CAPM dan APT terhadap return saham industri manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Persamaan dengan penelitian ini adalah membandingkan keakuratan metode CAPM dan APT yang diukur dengan Mean Absolute Deviation. Perbedaannya adalah penelitian Musdalifah Azis menganalisis saham industri manufaktur yang terdaftar di BEI periode , sedangkan penelitian ini menganalisis saham syariah pada perusahaan yang terdaftar di JII periode b. Anwar Ramli, 53 penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui risk dan return pada saham perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di 51 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm Musdalifah Azis, "Mean Absolute Deviation Capital Asset Pricing Model dan Arbitrage Pricing Theory terhadap Return Saham Industri Manufaktur", (Samarinda: ISSN: , Edisi 1, Januari, V, 2010). 53 Anwar Ramli, "Risk dan Return Saham Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia", (t.tp: Jurnal Aplikasi Manajemen, No. 4, November, VIII, 2010).

34 44 Bursa Efek Indonesia. Persamaan dengan penelitian ini adalah menghitung returnsaham. Perbedaannya adalah penelitian Anwar Ramli menganalisis saham perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan penelitian ini menganalisis saham syariah perusahaan di JII. c. Isnurhadi, 54 tujuan penelitian tersebut adalah untuk pengujian model CAPM dalam memprediksi tingkat return saham syariah dan konvensional periode Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan model CAPM dalam memprediksi return saham. Perbedaannya adalah penelitian Isnurhadi dalam hanya menggunakan metode CAPM dalam memprediksi return saham syariah dan konvensional periode , sedangkan penelitian ini menggunakan metode CAPM dan APT dalam memprediksi return saham syariah periode d. Hielmiyani Maftuhah, 55 penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui metode mana yang lebih tepat antara metode CAPM dan APT dalam memprediksi return saham JII periode Persamaan dengan penelitian ini adalah membandingkan metode CAPM dan APT dalam memprediksi return saham JII, sedangkan perbedaannya adalah penelitian Hielmiyani Maftuhah menggunakan variabel inflasi, kurs, suku bunga SBI, dan IHSG sebagai faktor makro ekonomi dalam metode APT, sedangkan 54 Isnurhadi, "Analisis Model CAPM dalam Memprediksi Tingkat Return Saham Syariah dan Konvensional", (Palembang: Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis dan Terapan, No. 1, April, XI, 2014). 55 Hielmiyani Maftuhah, "Perbandingan Metode CAPM dan APT dalam Menghitung Return Saham JII", Skripsi Prodi Muamalat (Ekonomi Islam), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014).

35 45 penelitian ini menggunakan tiga variabel makro ekonomi, yaitu inflasi, kurs, dan suku bunga SBI. e. Nurhidayah dan Rony Okta Adrianto, 56 penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis kinerja saham perusahaan subsektor properti dan real estate yang terdaftar di BEI. Persamaan dengan penelitian ini adalah menganalisis saham menggunakan metode CAPM, sedangkan perbedaannya adalah penelitian Nurhidayah dan Adrianto menganalisis saham perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menggunakan metode CAPM, sedangkan penelitian ini memprediksi return saham syariah pada perusahaan yang terdaftar di JII menggunakan metode CAPM dan APT. f. Kristin Laia dan Ivonne Saerang, 57 penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui keakuratan masing-masing model dalam memprediksi expected return serta mengetahui model manakah yang paling akurat antara CAPM dan APT dalam memprediksi expected return pada bank umum swasta nasional devisa. Persamaan dengan penelitian ini adalah membandingkan keakuratan CAPM dan APT dalam memprediksi return. Perbedaannya adalah sampel yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu bank-bank swasta nasional devisa yang ada dalam direktori Bank 56 Nurhidayah dan Rony Okta Adrianto, "Penerapan Capital Asset Pricing Model untuk Menilai Kinerja Saham", (Malang: Jurnal JIBEKA, No. 2, Agustus, VIII, 2014). 57 Kristin Laia dan Ivonne Saerang, "Perbandingan Keakuratan Capital Assets Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam Investasi Saham pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI", (Manado: Jurnal EMBA, No. 2, Juni, III, 2015).

36 46 Indonesia, sedangkan penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di JII. g. Lemiyana, 58 penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui keakuratan model CAPM dan APT dalam memprediksi return saham JII periode Persamaan dengan penelitian ini adalah membandingkan keakuratan metode CAPM dan APT dalam memprediksi return saham JII, sedangkan perbedaannya adalah penelitian Lemiyana menggunakan variabel pertumbuhan GDP, inflasi, dan suku bunga SBI sebagai faktor makro ekonomi dalam metode APT, sedangkan penelitian ini menggunakan tiga variabel makro ekonomi, yaitu inflasi, kurs, dan suku bunga SBI. 58 Lemiyana, "Analisis Model CAPM dan APT dalam Memprediksi Tingkat Return Saham Syariah (Studi Kasus Saham di Jakarta Islamic Index", (Palembang: I-Finance, No. 1, Juli, I, 2015).

37 47 Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No. Penelitian Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian Perbedaan 1. Mean Absolute Deviation Capital Asset Pricing Model dan Arbitrage Pricing Theory terhadap Return Saham Industri Manufaktur oleh Musdalifah Azis. 2. Risk dan Return Saham Perusahaan Untuk membandingkan keakuratan antara metode CAPM dan APT dalam memprediksi return saham industri manufaktur periode Untuk mengetahui gambaran risk dan return saham Keakuratan metode CAPM dan APT diukur dengan Mean Absolute Deviation (MAD), dan untuk membandingkan keakuratan antara metode CAPM dan APT menggunakan uji rata-rata sampel independen. Variabel Model CAPM; Ri : Sampel saham industri manufaktur Rf : SBI Rm : return IHSG Variabel Model APT; Ri : Sampel saham industri manufaktur Rf : SBI F : Perubahan tingkat suku bunga BI, perubahan inflasi, dan perubahan nilai tukar mata uang atau kurs Untuk menghitung risk dan return menggunakan metode CAPM. Rata-rata MAD model CAPM dalam memprediksi return saham industri manufaktur sebesar 0,0278 dengan standar deviasi 0, Adapun rata-rata MAD model APT dalam memprediksi return saham industri manufaktur sebesar dengan standar deviasi 0, Hal tersebut menunjukkan bahwa model CAPM lebih akurat dibandingkan model APT dalam memprediksi return saham industri manufaktur. Dari 15 saham yang diteliti, memiliki tingkat risiko β < 1, artinya Menggunakan metode CAPM dan APT untuk menghitung return saham yang berbeda, yaitu saham JII. Menghitung return saham yang berbeda,

38 48 Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia oleh Anwar Ramli. Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Januari sampai Desember tahun Variabel yang digunakan: Ri : Sampel saham industri barang konsumsi Rf : SBI Rm : return IHSG bahwa saham yang tergolong industri Barang Konsumsi umumnya bergerak lebih lambat dari pasar. Artinya, jika pasar naik, saham tersebut juga akan naik, namun selalu lebih rendah dari kenaikan pasar. Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan bahwa return yang diharapkan setiap jenis saham mengikuti besarnya risiko. yaitu saham JII. Selain metode CAPM, juga menggunakan metode APT dalam memprediksi return saham. 3. Analisis Model CAPM dalam Memprediksi Tingkat Return Saham Syariah dan Konvensional oleh Isnurhadi. Untuk mengetahui akurasi hasil model CAPM dalam memprediksi saham syariah di Jakarta Islamic Index dan saham konvensional di Bursa Efek Indonesia periode Keakuratan model CAPM pada saham JII dan saham LQ45 diukur dengan MAD. Variabel yang digunakan: Ri : Sampel saham JII dan LQ45 Rf : SBI Rm : return IHSG Model CAPM akurat pada seluruh saham LQ45, kecuali saham KLBF dan TINS pada saham JII. Dapat ditarik kesimpulan bahwa model CAPM memiliki tingkat akurasi yang cukup baik dalam mengestimasi return saham LQ45 dan JII. Selain menggunakan metode CAPM, juga menggunakan metode APT.

BAB I PENDAHULUAN. ini diperlukan peranan pasar modal sebagai suatu wadah untuk memobilisasi. dana masyarakat selain lembaga keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini diperlukan peranan pasar modal sebagai suatu wadah untuk memobilisasi. dana masyarakat selain lembaga keuangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, salah satu hal yang harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB III CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING TEORY (APT)

BAB III CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING TEORY (APT) BAB III CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING TEORY (APT) 3.1 Model Keseimbangan Pada titik keseimbangan, investor mempunyai harapan yang sama terhadap return dan risiko. Menurut Jacob

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Risiko Pada dasarnya risiko muncul akibat adanya kondisi ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan terjadi dimasa yang akan datang. Sesuatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian mengenai CAPM salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Irawati (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Metode CAPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. fiskal dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi global saat ini telah mendorong para investor untuk berinvestasi di pasar modal. Keberadaan pasar modal di suatu negara bisa menjadi acuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan tersebut (Rodoni, 1996). Investasi pada hakikatnya meruapakan penempatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor properti merupakan sektor yang menarik mengingat sektor ini sangat ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PORTOFOLIO PASAR GARIS PASAR MODAL (CAPITAL MARKET LINE/CML) GARIS PASAR SEKURITAS (SECURITY MARKET LINE/SML) PENGUJIAN TERHADAP CAPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor.

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu penanaman modal secara langsung ataupun tidak langsung, jangka pendek maupun jangka panjang, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang

Lebih terperinci

Model-model Keseimbangan

Model-model Keseimbangan Materi 5 Model-model Keseimbangan Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MODEL-MODEL MODEL KESEIMBANGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PORTOFOLIO PASAR GARIS PASAR MODAL (CAPITAL GARIS PASAR SEKURITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian suatu negara termasuk di Indonesia. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian suatu negara termasuk di Indonesia. Pasar modal 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keberadaan pasar modal merupakan faktor yang paling penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara termasuk di Indonesia. Pasar modal merupakan salah satu alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, sektor perbankan sangat berperan penting dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan. Dahulu sektor perbankan tersebut tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi dapat dilakukan baik

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sektor ekonomi global saat ini didominasi oleh peranan pasar modal. Globalisasi telah memungkinkan hubungan saling terkait dan saling mempengaruhi dari hampir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian saham Saham merupakan salah satu sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal. Saham juga merupakan sekuritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kegiatan investasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut didukung dengan kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian yang akan dicapai, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian. 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri

Lebih terperinci

Menentukan Return Portofolio yang Dikenakan Pajak terhadap Deviden dan Capital Gain Menggunakan Capital Asset Pricing Model

Menentukan Return Portofolio yang Dikenakan Pajak terhadap Deviden dan Capital Gain Menggunakan Capital Asset Pricing Model Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Menentukan Return Portofolio yang Dikenakan Pajak terhadap Deviden dan Capital Gain Menggunakan Capital Asset Pricing Model 1 Siti Jubaedah, 2 Eti Kurniati, 3 Onoy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut CAPM. Model ini memberikan prediksi yang tepat tentang bagaimana hubungan antara risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

Dua model keseimbangan:

Dua model keseimbangan: Dua model keseimbangan: 3/40 Capital Asset Pricing Model (CAPM) Arbitrage Pricing Theory (APT) CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) CAPM adalah model hubungan antara tingkat return harapan dari suatu aset

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Investasi Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti pengorbanan dollar sekarang. Dua berbeda atribut biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh keuntungan tertentu. Investasi memiliki 2 bentuk yaitu investasi pada real asset produktif seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan pasar modal Indonesia semakin pesat, terlihat dari semakin banyak kalangan masyarakat mulai tertarik untuk berinvestasi saham. Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki dana (Investor) dengan pihak yang memerlukan dana (Emiten). Investor menanamkan dananya dengan mengharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 mengakibatkan kondisi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan keberadaan isu globalisasi tidak dapat di elakkan lagi. Hal itu dapat kita lihat dampaknya pada perkembangan perekonomian dunia yang semakin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Reksa Dana Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan di beberapa jenis pasar keuangan, mulai dari pasar uang, pasar modal, hingga pasar derivatif. Dalam setiap jenis pasar ini, investasi memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kegiatan investasi saham menarik perhatian masyarakat dan diminati oleh usahawan dikarenakan adanya kebutuhan yang direncanakan untuk masa depan.

Lebih terperinci

CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN Overview CAPM (Capital Asset Pricing Model) Portofolio pasar Garis pasar modal Garis pasar sekuritas Estimasi Beta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita amati, pada umumnya masyarakat menengah keatas menyimpan sebagian pendapatannya secara periodik atau bahkan telah memiliki akumulasi pendapatan, diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat menarik bagi seorang investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan mengharapkan return

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan mengandung pengertian sebagai berikut: Manajamen keuangan berkepentingan dengan bagaimana cara menciptakan dan menjaga nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Industri Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX)), merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN RETURN DAN RISIKO SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

ANALISIS HUBUNGAN RETURN DAN RISIKO SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) ANALISIS HUBUNGAN RETURN DAN RISIKO SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) Anton (anton_lee90@yahoo.com) Ervita Safitri (ervitasafitri@gmail.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh inflasi, suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam pasar modal saat ini kian menarik banyak investor untuk melakukan investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang tahu memanfaatkan peluang untuk memperoleh keuntungan maksimal dari harta yang dimilikinya. Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

INVESTASI PADA PASAR MODAL DAN RISIKONYA

INVESTASI PADA PASAR MODAL DAN RISIKONYA INVESTASI PADA PASAR MODAL DAN RISIKONYA Mursidah Nurfadillah STIE Muhammadiyah Samarinda ABSTRACT Invesment basically aim to get the advantage, but in itself invesment do not be quit of the happening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara serta menunjang ekonomi suatu negara ( Parmono, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara serta menunjang ekonomi suatu negara ( Parmono, 2001 ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau bursa efek merupakan suatu obyek penelitian yang menarik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan bahwa pasar modal memiliki daya tarik. Pertama,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan menerbitkan surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

ririkyunita@yahoo.co.id Konsumsi Kebutuhan Inflasi Apa sih alasan berinvestasi Peningkatan Nilai Kekayaan Keinginan Ketidakpastian masa depan Penanaman uang dengan harapan : 1. Mendapat hasil, dan 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA S AHAM S EKTOR PROPERTI

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA S AHAM S EKTOR PROPERTI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dunia investasi selalu mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. Mereka berharap dengan melakukan investasi dapat memperoleh keuntungan di waktu mendatang. Sesuai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat 23 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Menurut UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengertian pasar modal adalah kegiatan

Lebih terperinci

Model-model keseimbangan

Model-model keseimbangan Model-model keseimbangan Model-model keseimbangan Capital aset pricing model (CAPM) Model Capital aset pricing model (CAPM) merupakan model keseimbangan yang menggambarkan hubungan risiko dan return secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi bagi para pemilik modal atau investor (Adji, Suwerli dan Suratno,

BAB I PENDAHULUAN. investasi bagi para pemilik modal atau investor (Adji, Suwerli dan Suratno, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal berfungsi sebagai sumber pendanaan usaha bagi perusahaan dan sarana investasi

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif dan instrumen lainnya. Pasar modal merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut Indeks harga saham. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut Indeks harga saham. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Berbicara tentang kegiatan pasar modal saat ini tidak terlepas dari apa yang disebut Indeks harga saham. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan ekonomi bergerak,naik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stabilitas dan kemajuan ekonomi merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh negara karena perkembangan ekonomi merupakan tonggak berhasil tidaknya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. 1 Dalam

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, pasar modal merupakan tempat atau sarana bertemunya permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang umumnya lebih dari 1 (satu)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1. Pasar Modal Menurut Husnan (2003) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono,2013:5). Umumnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono,2013:5). Umumnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan sejumlah dana pada asset

Lebih terperinci

2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk

2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Dan Surat Berharga Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian yang tidak selalu stabil, membuat para pengusaha untuk mengantisipasi dalam mengolah dana perusahaannya. Tidak jarang para pengusaha memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan

BAB I PENDAHULUAN. daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi sumber daya alam yang sangat melimpah, baik yang dapat diperbaharui (hayati) maupun yang tidak dapat diperbaharui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah deviden di masa yang akan datang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Salemba, 2012), h. 4.

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Salemba, 2012), h. 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal yaitu pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Investasi menurut Jones (2004:3) adalah the commitment

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Investasi menurut Jones (2004:3) adalah the commitment BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Investasi Pengertian Investasi menurut Jones (2004:3) adalah the commitment of funds to one or more assets that will be held over some future time period. Investasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2006, secara bertahap akan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2006, secara bertahap akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia pada tahun 2006, secara bertahap akan kembali membaik dengan didukung pulihnya daya beli masyarakat dan makin tingginya kepercayaan dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan keakuratan antara metode CAPM dan APT. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Berikut ringkasan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

Dasar-Dasar. Proses Valuasi. Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis. 1. Perekonomian. Fiscal Policy. (Kebijakan Fiskal)

Dasar-Dasar. Proses Valuasi. Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis. 1. Perekonomian. Fiscal Policy. (Kebijakan Fiskal) Proses Valuasi Dasar-Dasar Valuasi Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis 1. Perekonomian Fiscal Policy Longgar: mendorong konsumsi (Kebijakan Fiskal) Ketat: memperlambat konsumsi Monetary Policy (Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian investasi secara umum adalah penanaman dana dalam jumlah tertentu pada saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pengembalian Saham Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh imbalan atas dana yang ditanamkanya, imbalan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham

Lebih terperinci