BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Aktivitas produksi sebagai bagian dari fungsi organisasi perusahaan bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapat dijual. Untuk melaksanakan fungsi produksi tersebut, diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu system produksi. Ada tiga fungsi utama dari kegiatan-kegiatan produksi yang dapat kita identifikasi, yaitu : Proses produksi, yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk Perencanaan produksi, yaitu merupakan tindakan antisipasi dimasa mendatang sesuai dengan periode waktu yang direncanakan Pengendalian produksi, yaitu tindakan yang menjamin bahwa semua kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan telah dilakukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. TEKNIK INDSUTRI Page 1

2 2.1.1 Pengertian Sistem Produksi Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub system sub system yang saling berinteraksi dengan tujuan mentrasformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan brikut adalah hasil sampingannya seperti limbah, informasi, dan sebagainya. Informasi Informasi INPUT OUTPUT Material Tenaga Kerja Dana Mesin Informasi Proses Transformasi Produk Limbah Informasi Dana Masuk Proses Manajemen Dana Keluar Informasi Informasi Gambar 2. 1 Input - Output Sistem Produksi Sub system sub system dari system produksi tersebut antara lain adalah Perencanaan dan Pengendalian Produksi, pengendalian kualitas, penentu standar-standar opersi, penentuan fasilitas produksi, perawatan fasilitas produksi, dan penentuan harga pokok produksi. TEKNIK INDSUTRI Page 2

3 Sub system sub system dari system produksi tersebut akan membentuk konfigurasi system produksi. Keandalan dari konfigurasi system produksi ini akan bergantung dari produk yang dibuat serta bagaimana cara membuatnya (proses produksinya) Sistem Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output Proses produksi merupakan cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumberdaya produksi (tenaga kerja, mesin, bahan baku, dan dana) yang ada. System produksi menurut proses menghasilkan output secara ekstrim dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : Proses Produksi Kontinyu (Continues Process) Pada proses ini, tidak memerlukan waktu set up yang lama dikarenakan proses ini memproduksi secara terus menerus hanya untuk jenis produk yang sama. Proses Produksi Terputus (Intermittent Process/ Discrete System) Proses produksi terputus ini memerlukan total waktu set up yang sangat lama karena pada proses ini memproduksi berbagai jenis spesifikasi barang sesuai pesanan, sehingga adanya pergantian jenis barang yang diproduksi tersebutlah yang akan membutuhkan kegiatan set up yang lebih lama dan berbeda dengan proses kontinyu. TEKNIK INDSUTRI Page 3

4 Pada konteks manufaktur, proses produksi ini sering disebut juga sistem Job Shop. Selain dua jenis ekstrim tersebut, beberapa ahli system produksi mengidentifikasikan adanya proses produksi menurut cara menghasilkan output yang cukup penting, yaitu Proses Produksi Repetitif. Heizer (1988) mendefinisikan proses produksi repetitif merupakan kombinasi antara proses kontinyu dan proses terputus. Kelebihan dari proses produksi repetitif adalah karakteristik produk yang dihasilkan lebih khusus dibandingkan dengan proses kontinyu sehingga proses repetitive memberikan keunggulan ekonomis dari model kontinyu tersebut. Adapun karakteristik khusus dari produksi repetitif ini adalah : 1. Biasanya produk yang dihasilkan berupa produk standar dengan opsi-opsi yang berasal dari modul-modul, dimana modulmodul tersebut akan menjadi modul bagi produk lainnya 2. Memerlukan sedikit tempat penyimpanan dengan ukuran medium atau lebar untuk lintasan perpindahan materialnya dibandingkan dengan proses terputus, tetapi masih lebih banyak bila dibandingkan dengan proses kontinyu 3. Mesin dan peralatan yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin dan peralatan tetap yang bersifat khusus untuk masing-masing lintasan perakitan yang tertentu 4. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat tetap dan khusus, maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan TEKNIK INDSUTRI Page 4

5 cukup besar, sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian atau keterampilan yang menengah dalam pengerjaan produk tersebut 5. Proses produksi agak sedikit terganggu (terhenti) bila terjadi kerusakan atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan 6. Operasi-operasi yang berulang akan mengurangi kebutuhan pelatihan dan perubahan instruksi-instruksi kerja 7. Sistem persediaan ataupun pembeliannya bersifat tepat waktu (Just in Time, JIT) 8. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang bersifat tetap dan otomatis, seperti konveyor, mesinmesin transfer, dan AVG yang terprogram Proses Produksi Kontinyu (Continues Process) Proses produksi kontinyu memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produksi missal) dengan variasi yang sangat sedikit dan sudah distandarisasikan 2. Proses seperti ini biasanya menggunakan system atau cara penyusunan peralatan berdasarkan ururtan pengerjaan dari produk yang dihasilkan atau departemenlisasi berdasakan produk TEKNIK INDSUTRI Page 5

6 3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi ini adalah mesin-mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut, yang dikenal dengan nama Special Purpose Machines 4. Oleh karena mesin-mesin bersifat khusus atau semi otomatis, maka pengeruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan kecil sekali, sejingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian atau keterampilan yang tinggi untuk pengerjaan produk tersebut 5. Apabila terjadi salah satu mesin atau peralatan rusak, maka seluruh produksi akan terhenti 6. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi dari produknya kecil maka job strukturnya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak terlalu banyak 7. Persediaan bahan baku dan bahan dalam proses adalah lebih rendah dibandingkan dengan proses produksi terputus (intermittent process) 8. Oleh karena mesin-mesin yang diapai bersifat khusus, maka proses seperti ini membutuhkan ahli pemeliharaan yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak TEKNIK INDSUTRI Page 6

7 9. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang tetap (fixed path equipment) yang menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan (conveyor) Kekurangan dari proses produksi yang terus menerus (continues process) yaitu : 1. Adanya kesuliltan dalam menghadapi perubahan produk yang diminta oleh konsumen dan langganan. Jadi proses produksi seperti ini adalah khusus untuk menghasilkan produk-produk yang sifatnya sebagai berikut : a. Permintaannya tinggi dan stabil b. Desain produknya tidak mudah berubah 2. Proses produksi mudah terhenti karena apabila terjadi kemacetan pada suatu tingkatan proses (awal, tengah atau belakang), maka kemungkinan seluruh proses produksi akan terhenti. Hal ini disebabkan adanya saling hubungan dan uruturutan antara masing-masing tingkatan proses 3. Adanya kesulitan dalam menghadapi perubahan tingkat permintaan, karena biasanya tingkat produksinya (production rate)telah tertentu, sehingga sangat sulit untuk merubah kapasitas Sedangkan kelebihannya adalah sebagai berikut : TEKNIK INDSUTRI Page 7

8 1. Dapat dicapainya biaya produksi per unit (unit production cost) yang rendah apabila : a. Dapat dihasilkannya produk dalam volume yang cukup besar b. Produk yang dihasilkan terstandarisasi 2. Dapat dikurangi pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga manusia, terutama karena system pemindahan bahan yang menggunakan tenaga mesin/listrik 3. Biaya tenaga kerja (labor cost) nya dalah rendah, karena jumlah tenaga kerja yang digunakan sedikit dan tidak memerlukan tenaga yang ahli (cukup yang setengah ahli) dalam pengerjaan produk yang dihasilkan 4. Biaya pemindahan bahan di dalam pabrik juga lebih rendah, karena jarak antara mesin yang satu dengan mesin yang lain lebih pendek dan pemindahan tersebut digerakkan dengan tenaga mesin (mekanisasi) Proses Produksi Terputus (Intermittent Process/ Discrete System) Proses produksi terputus mempunyai karakteristk sebagai berikut : 1. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan variasi yang sangat besar dan didasarkan atas pesanan (MTO) TEKNIK INDSUTRI Page 8

9 2. Proses seperti ini biasanya menggunakan system, atau cara penyusunan peralatan yang berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi, di mana peralatan yang sama, dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut dengan process layout atau departementalisasi berdasarkan peralatan 3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir sama 4. oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan biasanya kurang otomatis, maka pengaruh individual terhadap produk yang dihasilkan sangat besar, sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian atau keterampilan yang tinggi dalam pengerjaan produk tersebut 5. Proses produksi tidak akan mudah terhenti walaupun terjadi kerusakan atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan 6. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan variasi dari produknya besar, maka terdapat pekerjaan yang bermacammacam, sehingga pengawasannya lebih sulit 7. persediaan bahan baku biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam proses akan lebih tinggi TEKNIK INDSUTRI Page 9

10 dibandingkan proses kontinyu, karena prosesnya terputusputus/ terhenti-henti 8. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang bersifat fleksibel (varied path equipment) dengan menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong atau forklift 9. Dalam proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan yang bolak-balik sehingga perlu adanya ruangan gerak yang besar dan ruangan tempat bahan-bahan dalam proses (work in process) yang besar Kekurangan dari proses produksi yang terputus adalah sebagai berikut : 1. penjadwalan dan routing untuk pengerjaan produk yang akan dihasilkan sangat sukar dilakukan karena adanya kombinasi urut-urutan pekerjaan yang banyak sekali di dalam memproduksi satu macam produk. Disamping itu, dibutuhkan penjadwalan dan routing yang banyak sekali Karena produk yang dihasilkan berbeda-beda tergantung dari pemesannya 2. Oleh Karena pekerjaan penjadwalan dan routing banyak sekali dan sulit dilakukan maka pengawasan produksi (production control) dalam proses produksi seperti ini sangat sulit dilakukan TEKNIK INDSUTRI Page 10

11 3. Dibutuhkan investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan baku dan bahan-bahan dalam proses, karena prosesnya terputus-putus dan produk yang dihasilkan tergantung dari pemesanan 4. Biaya operator dan biaya perpindahan bahan sangat tinggi, karena banyak dipergunakannya tenaga manusia dan operator yang dibutuhkan adalah operator yang ahli dalam pengerjaan produk tersebut Sedangkan kelebihannya adalah sebagai berikut : 1. Mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk dengan variasi yang cukup besar. Fleksibitas ini diperoleh terutama dari : a. Sistem penyusunan fasilitasnya (layout) yang berbentuk process layout b. Jenis mesin yang digunakan dalam proses yang bersifat umum (General Purpose Machines) c. Sistem pemindahan bahan yang tidak menggunakan tenaga mesin, tetapi tenaga manusia 2. Oleh karena mesin-mesin yang digunakan dalam proses bersifat umum (General Purpose Machines), maka biasanya dapat diperoleh penghematan uang dalam investasi mesinmesinnya, sebab harga mesin-mesin ini lebih murah dari mesin-mesin yang khusus (Special Purpose Machine) TEKNIK INDSUTRI Page 11

12 3. Proses produksi tidak mudah terhenti akibat terjadinya kerusakan atau kemacetan di suatu tingkatan proses Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasinya Dilihat dari tujuan perusahaan melakukan operasinya dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan konsumen, maka system produksi dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : Engineering To Order (ETO), yaitu bila pemesan meminta produsen untuk membuat produk yang dimulai dari proses perancangannya Assembly To Order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar, modul-modul opsinya standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi tertentu dari modul-modul tersebut sesuai dengan pesanan konsumen. Modul-modul standar tersebut bisa dirakait untuk berbagai tipe produk Make To Order (MTO), yaitu bila produsen akhirnya menyelesaikan item hanya jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut Make To Stock (MTS), yaitu bila produsen membuat itemitem yang diselesaikan dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima. Item akhir tersebut baru akan dikirim dari system persediaannya setelah pesanan konsumen diterima TEKNIK INDSUTRI Page 12

13 2.1.4 Sistem Produksi Menurut Aliran Operasi dan Variasi Produk Kriteria terpenting dalam mengklasifikasikan proses produksi adalah jenis aliran operasi dari unit-unit produk yang melalui tahapan kunversi. Ada tiga jenis dasar aliran operasi, yaitu flow shop, job shop, dan proyek (Kostas, 1982). Ketiga jenis dasar aliran operasi ini berkembang menjadi aliran operasi modifikasi dari ketiganya, yaitu batch dan continues. Adapun karakteristik dari masing-masing aliran operasi tersebut adalah sebagai berikut : Flow Shop, proses konversi dimana unit-unit output secara berturutturut melalui urutan operasi yang sama pada mesin-mesin khusus, biasanya ditempatkan sepanjang suatu lintasan produksi. Prosese ini biasanya digunakan untuk produk yang mempunyai desain dasar yang tetap sepanjang waktu yang lama dan ditujukan untuk pasar yang luas, sehingga diperlukan penyusunan bentuk proses produksi flow shop yang biasanya bersifat MTS (Make To Order). Bentuk umum proses flow shop dapat dibagi menjadi jenis produksi flow shop kontinyu yaitu proses bekerja untuk memproduksi jenis output yang sama dan flow shop terputus yaitu kerja prosesnya secara periodikdiinterupsi untuk melakukan set up bagi pembuatan produk dengan spesifikasi yang berbeda. Continous, proses ini merupakan bentuk ekstrim dari flow shop dimana terjadi aliran material yang konstan, tidak dapat mengidentifikasi unit-unit output urutan prosesnya secara tepat. TEKNIK INDSUTRI Page 13

14 Biasanya satu litasan produksi pada proses ini hanya dialokasikan untuk satu produk saja Job Shop, yaitu merupakan bentuk proses konversi dimana unit-unit untuk pesanan yang berbeda akan mengikuti urutan yang berbeda pula dengan melalui pusat-pusat kerja yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Volume produksi tiap jenis produk sedikit, variasi produknya banyak, lama proses produksi tiap jenis produk agak panjang, dan tidak ada lintasan produksi khusus. Job shop ini bertujuan memenuhi kebutuhan khusus konsumen, jadi biasanya bersifat MTO (Make To Order) Batch, yaitu merupakan bentuk satu langkah kedepan dibandingkan job shop dalam hal standarisasi produk, tetapi tidak terlalu terstandarisasi seperti produk yang dihasilkan pada aliran lintasan perakitan flow shop. System batch memproduksi banyak variasi produk dan volume, lama proses produksi untuk tiap produk agak pendek, dan satu lintasan produksi dapat dipakai untuk beberapa tipe produk. Proyek, yaitu merupakan proses penciptaan suatu jenis produk yang agak rumit dengan suatu pendefinisian urutan tugas-tugas yang terakhir akan kebutuhan sumber daya dan dibatasi oleh waktu penyelesaiannya. Pada jenis proyek ini, beberapa fungsi-fungsiyang mempengaruhi produksi seperti perencanaan, desain, pembelian, TEKNIK INDSUTRI Page 14

15 pemasaran, penambahan personal/ mesin (yang biasanya dilakukan secara terpisah pada system job shop dan flow shop) harus diintegrasikansesuai dengan urut-urutan waktu penyelesaian, sehingga dicapai penyelesaianyang ekonomis. 2.2 Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien, sedangkan kekurangan persediaan dapat berakibat terganggunya stabilitas perusahaan. Oleh karena itu, kebijakan pengendalian persediaan merupakan aspek penting dalam kegiatan manajemen sehari-hari Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) akan mempunyai pengertian yang bermacammacam, tergantung dari sudut pandang seseorang dalam menafsirkannya. Tetapi persediaan merupakan suatu istilah umum untuk menunjukan kepemilikan atau harta organisasi yang disimpan untuk antisipasi terhadap pemenuhan permintaan baik dari internal maupun eksternal organisasi. Dengan demikian, persediaan merupakan harta yang dalam status menunggu untuk digunakan oleh mekanisme organisasi dalam upaya menjaga stabilitas sistem organisasi. TEKNIK INDSUTRI Page 15

16 Ringkasnya, persediaan dapat didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode selanjutnya. Sebagaimana yang terdapat dalam Biegel (1992), Inventory may be define as material held in storage for later use or sale. Pada topik manajemen produksi dan persediaan, Fogarty dkk. (1991) menyatakan: Persediaan meliputi semua barang dan bahan yang digunakan pada proses produksi dan distribusi bahan baku, komponen bagian, subrakitan, dan produk akhir, dimana semua persediaan itu merupakan berbagai pasokan yang dibutuhkan dalam proses produksi dan distribusi perusahaan Lebih khusus pada kajian manajemen bahan dan persediaan, Tersine (1994) memandang persediaan sebagai sumberdaya menganggur (idle resources) yang menunggu proses selanjutnya. Sedangkan pada istilah ekonomi didapati menurut Assauri (1999) persediaan merupakan : suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persedia-an bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam proses produksi Pengertian persediaan diatas, lebih identik dengan istilah persediaan keluaran produk (product output) meskipun banyak organisasi menyimpan persediaan lain, seperti uang, peralatan, ruangan, dan tenaga kerja. TEKNIK INDSUTRI Page 16

17 Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan segala sumberdaya milik perusahaan; baik itu berupa jenis persediaan keluaran produk (seperti bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, subrakitan, dan bahan pembantu) maupun jenis persediaan lain (misalnya uang, peralatan, ruangan, dan tenaga kerja), yang disimpan untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan sehingga menjamin kelancaran proses produksi dan distribusi. Aktivitas pengendalian persediaan (inventory control) ditujukan sebagai aktivitas dan teknik pemeliharaan persediaan pada tingkat yang diinginkan. Menurut Assauri (1999), aktivitas pengendalian persediaan merupakan bagian dari urutan-urutan kegiatan yang berkaitan erat satu sama lain dalam seluruh operasi perusahaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan baik waktu, kuantitas maupun ongkosnya. Definisi pengendalian sendiri menurut Ahyari (1995) adalah: Pengendalian merupakan pengawasan yang sekaligus dapat mengambil beberapa tindakan untuk perbaikan yang diperlukan. Oleh karena itu, pengendalian persediaan merupakan bagian dari aktivitas manajemen (manajemen produksi dan operasi) yang mempunyai pengertian sebagai usaha-usaha perencanaan, penyelenggaraan, dan perbaikan sistem serta pengelolaan secara optimal penggunaan sumberdaya-sumberdaya atau faktor-faktor produksi dalam proses transformasi bahan dan tenaga kerja untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu produk atau jasa (Handoko, 1992; Assauri, 1999). TEKNIK INDSUTRI Page 17

18 Berdasarkan definisi-definisi tersebut, manajemen persediaan dapat diartikan sebagai kebijakan pengelolaan terencana dalam memelihara, memperkirakan, dan menentukan tingkat persediaan yang diinginkan, yang hasilnya dapat dievaluasi dan dipertanggungjawabkan kepada keseluruhan operasi perusahaan. Pada umumnya terdapat dua masalah yang dihadapi suatu system di dalam mengelola persediaanya yaitu : 1. Masalah kuantitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan penentuan kebijaksanaan persediaan, antara lain : Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan/ dibuat Kapan pemesanan/ pembuatan barang harus dilakukan Berapa jumlah persediaann pengamannya Metode pengendalian persediaan mana yang paling tepat 2. Masalah kualitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan system pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan system persediaan seperti : Jenis barang apa yang dimiliki Di mana barang tersebut berada Berapa jumlah barang yang sedang dipesan TEKNIK INDSUTRI Page 18

19 Siapa saja yang menjadi pemasok (supplier) masingmasing item Fungsi dan Jenis Persediaan Persediaan timbul disebabkan oleh ketidakseimbangan permintaan (demand) dengan pasokan (supply) dan waktu yang digunakan untuk memproses bahan. Untuk menjaga keseimbangan permintaan dengan pasokan dan waktu proses, maka diperlukan persediaan. Fungsi persediaan ditentukan oleh empat faktor, yaitu : 1. waktu 2. ketidakpastian penggunaan dalam pabrik 3. ketidakpastian waktu datang 4. factor ekonomi Suatu persediaan diadakan mulai dari bentuk bahan baku sampai barang jadi, antara lain berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan pasokan b. Menghilangkan resiko pengembalian mutu barang yang cacat c. Mengantisipasi pasokan yang dihasilkan secara musiman d. Mempertahankan stabilitas operasi e. Mencapai penggunaan mesin yang optimal f. Menjamin tetap tersedianya barang jadi sehingga memberikan kepuasan kepada pelanggan TEKNIK INDSUTRI Page 19

20 g. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualan. Dilihat dari jenisnya, persediaan terbagi menjadi empat macam yaitu : 1. Bahan baku (raw materials) adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok (supplier)dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan dihasilkan oleh perusahaan 2. Bahan setengah jadi (work in process) adalah bahan baku yang sudah diolah atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah lanjutan agar menjadi produk jadi 3. Barang jadi (finished goods) adalah barang jadi yang telah selesai diproses, siap untuk disimpan di gudang barang jdi, dijual, atau didistribusikan ke lokasi-lokasi pemasaran 4. Bahan-bahan pembantu (supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkanuntuk menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan Dari informasi diatas, dapat digambarkan titik-titik jenis persediaan yang terjadi pada proses transformasi bahan ke produk yang terlihat pada Gambar 2.2 sehingga diketahui keadaan suatu persediaan. Bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi menjadi klasifikasi utama dalam persediaan, dan dua persediaan lainnya merupakan klasifikasi tambahan. Pada kepala sistem, bahan baku menjadi masukan (input) untuk dapat melakukan proses produksi, maka harus direncanakan dengan baik dan TEKNIK INDSUTRI Page 20

21 mendapat prioritas karena menyangkut kelancaran jalannya proses produksi dan distribusi barang jadi kepada pelanggan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Tingkat permintaan barang jadi mempengaruhi besarnya tingkat persediaan bahan baku yang harus ada sehingga tidak terjadi keterlambatan pasokan bahan yang akan diproduksi. PROSES TRANSFORMASI (KONVERSI) Bahan baku Barang dalam proses Barang jadi Bahan pembantu Komponen rakitan Gambar 2. 2 Titik Persediaan Pada Proses Transformasi Bahan ke Produk Ongkos Persediaan Suatu ongkos atau biaya didefinisikan sebagai waktu dan sumberdaya yang dibutuhkan dan menurut konvensi diukur dengan satuan mata uang. Dalam kaitan biaya dikenal istilah cost dan expense, cost didefinisikan sebagai suatu nilai tukar prasyarat, pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat, sedangkan expense merupakan arus keluar barang atau jasa, yang akan dibebankan (matched) dengan pendapatan untuk menentukan laba. Pada literatur akuntansi biaya (cost accounting) berbahasa Indonesia, cost diistilahkan dengan biaya dan expense adalah beban, walaupun TEKNIK INDSUTRI Page 21

22 demikian banyak orang seringkali menganggap keduanya sama yaitu biaya. Oleh karena itu, pada laporan tugas akhir ini, istilah cost akan diartikan sebagai ongkos karena dalam pengertian umum lebih tepat untuk menyatakan nilai satuan mata uang. Secara umum ongkos persediaan terdiri dari ongkos tetap dan ongkos variabel. Untuk tujuan penentuan besarnya persediaan biasanya perhatian lebih dipusatkan pada ongkos variabel (Handoko, 1992). Ongkos persediaan didasarkan pada parameter ekonomis yang relevan dengan jenis ongkos, adalah terdiri dari : a. Ongkos pembelian (purchasing cost), adalah ongkos untuk pembelian barang, besarnya bergantung kepada jumlah dan harga barang tiap unit. b. Ongkos pesan (order cost/setup cost), adalah ongkos pengadaan barang (procurement costs) yang berasal dari pembelian pesanan dari pemasok atau ongkos persiapan (setup cost) apabila barang diproduksi sendiri. Ongkos ini meliputi ongkos: pemrosesan pesanan dan ekspedisi, upah, telepon, surat menyurat, pengepakan, pengiriman ke gudang, dan sebagainya. c. Ongkos simpan (holding cost/carrying cost), adalah ongkos yang dikeluarkan atas investasi persediaan, penyimpanan dan pemeliharaan persediaan. d. Ongkos kekurangan persediaan (stockout cost) adalah ongkos yang timbul akibat kehabisan persediaan, misalnya kerugian TEKNIK INDSUTRI Page 22

23 akibat kehilangan penjualan/permintaan, dan ongkos proses pemesanan ulang Pengendalian Persediaan berikut ini adalah langkah-langkah yang biasa diperlukan untuk mengendalikan persediaan adalah : 1. Menetapkan Metode Pengendalian Persediaan Dalam menetapkan metode mana yang terbaik tergantung pada jenis dan sifat persediaan, kapasitas gudang, modal yang tersedia dan keadaan pasar. Yang perlu diperhatikan, pendekatan pengendalian persediaan adalah berdasarkan metode penilaian permintaan. Dimana ada asumsi bahwa permintaan suatu barang berhubungan langsung dengan permintaan barang lain (dependen), dan sebaliknya ada asumsi bahwa permintaan suatu barang tidak tergantung dari permintaan barang lain (independen). Metode statistikal menggunakan asumsi permintaan persediaan bersifat independen, sedangkan metode nonstatistikal adalah menggunakan asumsi permintaan persediaan bersifat dependen. 2. Menetapkan Jumlah Persediaan Agar jumlah persediaan sesuai dengan kebutuhan, maka dapat dilakukan dengan cara : a. peramalan kebutuhan (forecast) TEKNIK INDSUTRI Page 23

24 b. menentukan jumlah pesanan dengan memperhatikan jumlah kebutuhan tiap periode dan ongkos-ongkos yang akan dikeluarkan c. menentukan persediaan pengaman jika persediaan akan melebihi perkiraan d. menentukan titik pemesanan kembali yang merupakan strategi operasi persediaan sehubungan dengan adanya tenggang waktu dan persediaan pengaman. 3. Menetapkan Administrasi Persediaan Administrasi persediaan (stock administration) harus memperhatikan : 1) prosedur pembelian, penerimaan, penyimpanan, dan pemakaian 2) masalah pembukuan dan inventarisasi 3) masalah pengawasan. Secara kronologis terdapat tiga metode pengendalian persediaan, yaitu : Metode pengandalian tradisional Metode perencanaan kebutuhan material (MRP) Metode kanban Dari ketiga metode tersebut, maka pada penulisan Laporan Tugas Akhir ini yang dipakai adalah Metode Perencanaan Kebutuhan Material (MRP). Pemilihan metode tersebut didasarkan pada keadaaan dan situasi pada perusahaan yang telah diteliti. TEKNIK INDSUTRI Page 24

25 2.3 Peramalan Kebijakan optimum manajemen persediaan tergantung dari besarnya permintaan, dan besarnya permintaan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan peramalan (forecast). Peramalan dapat didefinisikan sebagai suatu perkiraan dari tingkat kebutuhan yang diharapkan terjadi pada suatu barang atau beberapa barang pada periode mendatang (Biegel, 1992:15). Dengan diketahuinya kebutuhan untuk periode mendatang, kita dapat mempersiapkan kebijakan atau tindakan yang perlu dilakukan Definisi, Tujuan dan Fungsi Peramalan Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa yang akan datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk yang diharapkan akan terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang. Peramalan permintaan ini menjadi masukan yang sangat penting dalam keputusan perencanaan dan pengendalian perusahaan. Karena bagian operasional produksi bertanggungjawab terhadap pembuatan produk yang dibutuhkan konsumen, maka keputusan-keputusan operasi produksi sangat mempengaruhi hasil dari peramalan permintaan. Peramalan permintaan ini digunakan untuk meramalkan permintaan dari produk yang bersifat bebas (tidak tergantung). TEKNIK INDSUTRI Page 25

26 Pada dasarnya terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam membuat suatu ramalan untuk menjamin efektifitas dan efisiensi dari sistem peramalan yaitu : 1. menentukan tujuan dari peramalan 2. memilih item independent demand yang akan diramalkan 3. menentukan horison waktu bagi peramalan 4. memilih metode peramalan 5. memperoleh data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan 6. validasi metode peramalan 7. membuat peramalan 8. implementasi hasil-hasil peramalan 9. verifikasi peramalan Tujuan utama dari peramalan dalam management permintaan adalah untuk meramalkan permintaan dari item-item independent demand di masa yang akan datang kemudian mengkombinasikannya dengan pelayanan pesanan yang bersifat pasti, kita dapat mengetahui total permintaan dari suatu item atau produk sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dari manajement produksi dan inventori dalam industri manufaktur. Fungsi dari peramalan itu sendiri ada 3 yaitu : menentukan apa yang dibutuhkan untuk perluasan pabrik menentukan perencanaan lanjutan bagi produk-produk yang ada untuk dikerjakan dengan fasilitas-fasilitas yang ada TEKNIK INDSUTRI Page 26

27 menentukan penjadwalan jangka pendek produk-produk yang ada untuk dikerjakan berdasarkan peramalan yang ada Peramalan dan Horison Waktu Dalam hubungannya dengan horison waktu, peramalan diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu : a. Peramalan Jangka Panjang Umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya b. Peramalan Jangka Menengah Berkisar 1 sampai 2 tahun. Peramalan ini lebih khusus dibandingkan peramalan jangka panjang. Biasanya digunakan untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi, dan penentuan anggaran. c. Peramalan Jangka Pendek Berkisar antara 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya suatu aktivitas seperti lemburr, penjadwalan kerja, dan lain-lain Metode Peramalan yang Digunakan Peramalan dapat didasarkan atas bermacam-macam cara, yang dikenal dengan metode peramalan. Metode peramalan dapat diartikan sebagai cara memperkirakan secara kuantitatif apa yang akan terjadi pada masa depan berdasarkan data yang relevan pada masa lalu. TEKNIK INDSUTRI Page 27

28 Secara umum metode peramalan dibagi dalam 2 kategori, yaitu : 1. Peramalan Kualitatif Peramalan teknik kualitatif digunakan terutama jika data masa lalu tidak tersedia atau tidak diandalkan untk memperkirakan permintaan mendatang seperti ketika perusahaan akan memperkenalkan atau melempar produk baru kepasar dan peramalan tidak memerlukan data yang serupa seperti pada peramalan teknik kuantitatif. Peramalan ini terutama digunakan untuk peramalan jangka panjang dan dilakukan dengan menggunakan judgement, pengetahuan, pendapat pribadi, pendapat ahli, penelitian pasar dan pengalaman dari orang yang melakukannya. Beberapa model peramalan digolongkan sebagai model subyektif (kualitatif) yaitu : Dugaan Manajemen (management estimate), dimana peramalan semata-mata berdasarkan pertimbangan manajemen, umumnya oleh manajemen senior. Metode ini akan cocok dalam situasi yang sangat sensitif terhadap intuisi dari satu atau kelompok kecil orang yang karena pengalamannya mampu memberikan opini yang kritis dan relevan. Teknik ini akan dipergunakan dalam situasi dimana tidak ada alternatif lain dari model peramalan yang dapat diterapkan. Riset Pasar (market research), merupakan metode peramalan berdasarkan hasil-hasil survey pasar yang dilakukan tenaga- TEKNIK INDSUTRI Page 28

29 tenaga pemasar produk atau yang mewakilinya. Metode ini akan menjaring informasi dari pelanggan atau pelanggan potensial (konsumen) berkaitan dengan rencana pembelian mereka dimasa mendatang. Riset pasar tidak hanya akan membantu peramalan, tetapi juga untuk meningkatkan desain produk dan perencanaan untuk produk-produk baru. Metode Delphi, merupakan cara sistematis untuk mendapatkan keputusan bersama dari suatu group yang terdiri dari para ahli dan berasal dari beberapa disiplin ilmu yang berbeda dan masing-masing mereka diminta pendapatnya secara terpisah, semacam kuisioner, dan hasilnya kemudian dianalisa untuk dibuat suatu permintaan. Analogi Historis (historical analogy), merupakan teknik peramalan berdasarkan pola data masa dari produk-produk yang dapat disamakan secara analogi, misalnya peramalan untuk pengembangan pasar televisi multisistem menggunakan model permintaan televisi hitam putih atau berwarna biasa. Analogi historis cenderung akan menjadi terbaik untuk penggantian produk di pasar dan apabila terdapat hubungan subtitusi langsung dari produk dalam pasar itu. 2. Peramalan Kuantitatif Peramalan teknik kuantitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif masa lalu. Hasil peramalan ini tergantung pada metode yang TEKNIK INDSUTRI Page 29

30 digunakan dalam peramalannya, karena dengan metode yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda. Peramalan teknik kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut: Tersedia informasi masa lalu dan mengenai kondisi yang lain, Informasi tersebut dapat di kuantitatifkan dalam data numerik, Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang atau dengan pola masa mendatang merupakan kelanjutan pola masa lalu. Beberapa model peramalan digolongkan sebagai model obyektif (kuantitatif) yaitu : Metode Time Series, yaitu metode peramalan yang didasarkan atas dasar penggunaan analisa pola hubungan antara variabel yang diperkirakan dengan variasi waktu, yang merupakan deret waktu (time senies). Metode ini hanya cocok untuk peramalan jangka pendek pada kegiatan produksi. Metode ini dipengaruhi oleh 4 komponen, yaitu : Trend/ Kecenderungan (T), merupakan sifat dari permintaan di masa lalu terhadap waktu terjadinya apakah permintaan tersebut cenderung naik, turun, atau konstan. Peramalan yang sesuai adalah metode regresi linier, exponential smoothing. TEKNIK INDSUTRI Page 30

31 Cycle/ Siklus (C), yaitu permintaan suatu produk dapat memiliki siklus yang berulang secara periodik. Biasanya lebih dari 1 tahun, sehingga pola ini tidak perlu dimasukkan dalam ramalan jangka pendek. Pola ini amat berguna untuk peramalan jangka menengah dan jangka panjang. Season/ Pola Musiman (S), fluktuasi permintaan suatu produk dapat naik turun di sekitar garis tren, dan biasanya berulang setiap tahun. Pola ini biasanya disebabkan oleh faktor cuaca, musim liburan panjang, dan hari raya keagamaan yang akan berulang secara periodik setiap tahunnya. Random/ Variasi Acak (R), permintaan suatu produk dapat mengikuti pola variasi secara acak karena factorfaktor adanya bencana alam, bangkrutnya perusahaan pesaing, promosi khusus, dan kejadian-kejadian lainnya yang tidak mempunyai pola tertentu. Variasi acak ini diperlukan dalam rangka menentukan persediaan pengaman untuk mengantisipasi kekurangan persediaan bila terjadi lonjakan permintaan. TEKNIK INDSUTRI Page 31

32 Siklis Seasonal Trend Random Gambar 2. 3 Plot Deret Waktu Metoda kausal, yaitu peramalan yang didasarkan atas dasar penggunaan analisa pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel yang lain yang mempengaruhinya, yang disebut metode korelasi atau sebab akibat (causal methods). Metode ini cocok untuk peramalan jangka panjang karena dapat menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas dalam hasil peramalannya dan dapat memprediksi titik-titik perubahan Dalam laporan ini, penulis membatasi penjelasan pada penggunaan tiga metode peramalan saja yakni Linier, eksponential smoothing, dan Kuadratik. Hal ini dikarenakan pola data permintaan yang akan dibahas dalam laporan ini cenderung stabil dalam jangka waktu yang panjang. Metode Regresi Linier TEKNIK INDSUTRI Page 32

33 Pada metode regresi, suatu model perlu dispensifikasi sebelum dilakukan pengumpulan data dan analisisnya. Contoh yang paling sederhana dari metode regresi ini adalah metode regresi linier sederhana dengan variabel pengaruh tunggal. Formula untuk metode regresi sebagai berikut : d ' y'( t) a bt. Keterangan : y '( t) = Perkiraan permintaan t a = Variabel bebas yang mempengaruhi y = Nilai tetap y bila x=0 (merupakan perpotongan dengan sumbu y) b = Derajat kemiringan persamaan garis regresi Untuk menentukan nilai a dan b digunakan formula sebagai berikut : y( t) b. a n n t b n. t. y( t) y( t). 2 n. t t 2 t Metode Regresi Kuadratik Peramalan ini digunakan untuk menentukan pola data cenderung berbentuk kuadratik dari tiap periodenya.untuk menentukan nilai peramalan dengan metode ini, maka digunakan persamaan sebagai berikut: TEKNIK INDSUTRI Page 33

34 y 2 t a b. t c. t Untuk mencari nilai a, b, dan c maka digunakan persamaan sebagai berikut: Keterangan : 2 2 t n t 4 a y n t b. t c. t n n 2. t t y n t. y 2. t t 2 t y n. t. y t 2. t n t 2 t n. t 2 3 t.. b 2 b. c Metode Eksponential Smoothing Dimana bentuk umum dari persamaan Metode Eksponential Smoothing adalah sebagai berikut : Keterangan : F F A t F t 1 t 1 t 1 F t = nilai ramalan untuk periode waktu ke-t F t-1 = nilai ramalan untuk satu periode waktu yang lalu, t-1 A t-1 = nilai aktual untuk satu periode waktu yang lalu, t-1 TEKNIK INDSUTRI Page 34

35 = konstanta pemulusan (smoothing constant) Pada perhitungan dengan Metode Eksponetial Smoothing ini yang dipilih adalah dengan nilai 0,1 ; 0,2 dan 0,9. pemilihan tersebut dikarenakan pertimbangan data-data yang ada cenderung konstan pada akhir periode sehingga nilai yang paling cocok digunakan adalah yang relatif mendekati satu karena akan memperkecil hasil perhitungan untuk nilai Errornya Akurasi Hasil Peramalan Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan, maka ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu : 1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi tetapi tidak dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut. 2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran kesalahan, artinya karena permalan pasti mengandung kesalahan maka penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang mungkin terjadi. 3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar TEKNIK INDSUTRI Page 35

36 pula kemungkinan terjadinya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan. Untuk perhitungan Error atau Akurasi Hasil Peramalannya pada pengolahan dan penulisan laporan ini menggunakan 3 ukuran, yaitu : 1. Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD ) Dengan perhitungan rumusnya adalah : A t Ft MAD n Keterangan : A t F t N = Permintaan aktual pada periode t = Peramalan permintaan pada periode t = Jumlah periode peramalan yang terlibat 2. Rata-Rata Kuadrat Kesalahan ( Mean Square Error = MSE ) Dengan perhitungan rumusnya adalah : A t Ft MSE n 2 3. Rata-Rata Kesalahan Peramalan (Mean Forecast Error = MFE ). Dengan perhitungan rumusnya adalah : MFE A t Ft n Setelah parameter-parameter forecast error dari masing-masing metode dihitung, maka diperbandingkan satu sama lainnya. Metode dengan nilai TEKNIK INDSUTRI Page 36

37 MAD, MSE, dan MFE terkecil merupakan metode yang dipilih sebagai metode yang tepat (terbaik) untuk menggambarkan pola permintaan pada laporan ini karena memiliki kesalahan peramalan paling minim (kecil) Karakteristik Peramalan yang Baik Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain akurasi, biaya dan kemudahan. Penjelasan dari kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut : AKURASI. Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasaan dan kekonsistensian peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bias bila peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya permalan relatif kecil. Peramalan yang terlalu rendah akan mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi segera, akibatnya adalah perusahaan dimungkinkan kehilangan pelanggan dan kehilangan keuntungan penjualan. Peramalan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan, sehingga banyak modal yang terserap sia-sia. Keakuratan dari hasil peramalan ini berperan penting dalam menyeimbangkan persesiaan yang ideal (meminimasi penumpukan persediaan dan memaksimasi tingkat pelayanan). TEKNIK INDSUTRI Page 37

38 BIAYA. Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan adalah tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga faktor pemicu biaya tersebut akan mempengaruhi berapa banyak data yang dibutuhkan, bagaimana pengolahan datanya (manual atau komputerisasi), bagaimana penyimpanan datanya dan siapa tenaga ahli yang diperbantukan. Pemilihan metode peramalan harus disesuaikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin di dapat, misalnya item-item yang penting akan diramalkan dengan metode yang canggih dan mahal, sedangkan item-item yang kurang penting bisa diramalkan dengan metode yang sederhana dan murah. Prinsip ini merupakan adopsi dari hukum pareto (analisa ABC). KEMUDAHAN. Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma memakai metode yang canggih, tetapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana, sumberdaya manusia, maupun peralatan teknologi. Sekalipun peramalan hanyalah sebuah perkiraan, tetapi karena perkembangan metodenya, perkiraan ini dapat memberikan hasil yang baik. Walaupun demikian, masih mungkin terjadi adanya penyimpangan sebagaimana umumnya suatu metode ilmiah lainnya, paling tidak faktor ketidakpastian sulit untuk diantisipasi secara tepat. TEKNIK INDSUTRI Page 38

39 Beberapa rekomendasi pemilihan metode peramalan yang sesuai dengan pola data adalah sebagai berikut : Metode single exponential smoothing sesuai untuk pola data horisontal. Metode moving average sesuai untuk pola data horisontal berfluktuasi di awal. Metode double exponential smoothing sesuai untuk pola data eksponensial. Metode regresi linear sesuai untuk pola data trend. Metode trend kuadratic sesuai untuk pola data trend eksponensial. Metode Winter's sangat sesuai untuk pola data musiman Peta Moving Range Peta Moving Range dirancang untuk membandingkan nilai permintaan actual dengan nilai peramalan. Dengan kata lain, kita melihat data permintaan actual dan membandingkannya dengan nilai peramal pada periode yang sama. Peta tersebut dikembangkan ke periode yang akan datang hingga kita dapat membandingkan data peramalan dengan permintaan aktual. Selama periode dasar (periode pada saat menghitung peramalan), peta Moving Range digunakan untuk melakukan verifikasi teknik dan parameter peramalan. Setelah metode peramalan ditentukan, peta Moving Range digunakan untuk pengujian kestabilan sistem sebab-akibat yang mempegaruhi permintaan. TEKNIK INDSUTRI Page 39

40 Moving Range dirumuskan sebagai berikut : MR ' y t y y y t t 1 t 1 Rata-rata Moving Range didefinisikan sebagai : MR MR n 1 Garis tengah peta Moving Range adalah pada titik nol. Batas kendali atas dan bawah pada peta Moving Range adalah : BKA 2.66MR BKB 2.66MR Perubahan atau perbedaan yang digambarkan pada Moving Range adalah : y ' 1 y t y1 Jika ditemukan satu titik yang berada diluar batas kendali pada saat peramalan diverifikasi maka harus ditentukan apakah data harus diabaikan atau mencari peramala baru. Jika ditemukan sebuah titik berada diluar batas kendali maka harus diselidiki penyebabnya. Jika semua titik berada di dalam batas kendali, diasumsikan bahwa peramalan permintaan yang dihasilkan telah cukup baik. Jika terdapat titik yang berada di luar batas kendali, jelas bahwa peramalan yang didapat kurang baik dan harus direvisi. Berikut ini adalah contoh grafik dari hasil perhiungan moving range : TEKNIK INDSUTRI Page 40

41 y' - y TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA Peta Moving Range Periode y' - y BKA BKB Gambar 2. 4 Contoh Grafik Moving Range Peta Moving Range untuk Pengedalian Peramalan Peta kendali dapat digunakan untuk mengetahui apakah terjadi perubahan sistem sebab-akibat yang melatarbelakangi permintaan sehingga dapat ditentukan persamaan peramalan yang lebih cocok atas sistem sebabakibat saat ini. Telah disinggung sebelumnya bahwa peta Moving Range dapat digunakan sebagai alat untuk memperhatikan kestabilan sistem yang melatarbelakangi fungsi peramalan. Apabila terjadi kondisi diluar kendali, tindakan terhadap peramalan harus dilakukan. Dua tindakan yang dapat dilakukan adalah : Merevisi peramalan dengan memasukan data dan sistem sebab-akibat baru, atau Mengunggu bukti lebih lengkap. TEKNIK INDSUTRI Page 41

42 2.4 Material Requirement Planning (MRP) Perkembangan teknologi computer telah banyak mengurangi peran manajemen tradisional dalam berbagai bidang, salah satunya adalah dalam kegiatan manufaktur, yaitu dalam hal perencanaan sumber daya material. Salah satu kesulitan yang dialami manajemen tradisional dalam perencanaan sumber daya material adalah menentukan tingkat persediaan optimal untuk komponen-komponen yang bersifat dependent (bergantung) dan banyak jenisnya. Metode perencanaan sumber daya material ini dikenal dengan istilah MRP atau Material Requirement Planning Definisi dan Tujuan MRP MRP adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencacatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan jadwal induk produksi (MPS) menjadi kebutuhan bersih (Net Requirement) material untuk semua item komponen produk. MRP dikembangkan sebagai metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventory untuk item-item dependent demand, dimana permintaan cenderung discontinues dan lumpy (tidak halus/ tidak rata). Tujuan utama dari system MRP adalah merancang suatu system yang mampu menghasilkan informasi untuk melakukan aksi yang tepat (pembatalan pesanan, pesan ulang, penjadwalan ulang) Terdapat empat kemampuan yang menjadi ciri utama dari MRP yaiatu : 1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat TEKNIK INDSUTRI Page 42

43 Menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus selesai (material harus tersedia) untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan dalam jadwal induk produksi. 2. Pembentukan kebutuhan minimal setaip item Deengan diketahui kebutuhan akan produk akhir, MRP dapat menentukan secara tepat system penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item. 3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan Memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat di pabrik sendiri. 4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan menentukan prioritas pesanan yang realistic. Jika penjadwalan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu pesanan harus dilakukan Keberhasilan suatu system manufaktur sangat tergantung pada kemampuan untuk mengontrol aliran bahan yang tepat, di suatu tempat yang tepat, pada TEKNIK INDSUTRI Page 43

44 saat yang tepat untuk memenuhi jadwal pengiriman kepada konsumen (dengan waktu ancang-ancang sebagai pembatas), menekan jumlah persediaan seminimum mungkin, memelihara tingkat pembebanan atas pekerjaan dan mesin, pada akhirnya untuk mencapai efisiensi produksi yang optimum Input Untuk Sistem MRP Ada tiga input yang dibutuhkan oleh system MRP, yaitu : 1. Master Production Schedule/ Jadwal Induk Produksi (MPS) jadwal induk produksi merupakan suatu rencana produksi yang menetapkan jumlah serta waktu suatu produk harus tersedia sesuai dengan jadwal yang harus diproduksi. MPS biasanya diperoleh dari hasil peramalan kebutuhan melalui tahapan perhitungan perencanaan produksi yang baik serta jadwal pemesanan produk dari pihak konsumen. Tabel 2. 1 Contoh Jadwal Induk Produksi Product Period A B C Struktur Produk/ Bill of Material (BOM) Struktur produk berisi informasi tentang hubungan antara komponen-komponen dalam suatu perakitan. Informasi ini sangat TEKNIK INDSUTRI Page 44

45 penting dalam penentuan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih. Lebih jauh lagi, struktur produk memberikan informasi tentang semua item, seperti : nomor item, jumlah yang dibutuhkan pada setiap perakitan, jumlah produk akhir yang harus dibuat. Level Product Structure for Item A 0 A 1 B C 2 3 D E (6) F (2) Gambar 2. 5 Contoh Struktur Produk (BOM) 3. Inventory Master File/ Catatan Keadaan Persediaan Catatan keadaan persediaan menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan. Setiap item persediaan harus didefinisikan untuk menjaga kekeliruan perencanaan. Pencatatan-pencatatan itu harus dijaga agar tetap up to date, dengan selalu melakukan pencatatan tentang transaksi-transaksi yang terjadi, seperti : penerimaan, pengeluaran, produk gagal dan sebagainya. Catatan persediaan juga harus berisi data tentang waktu ancang-ancang, teknik ukuran lot yang digunakan, persediaan cadangan, dan catatan-catatan penting lainnya dari semua item. Tabel 2. 2 Contoh Catatan Persediaan TEKNIK INDSUTRI Page 45

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Aktivitas produksi sebagai suatu bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang berfungsi untuk bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Persediaan (Inventory) Persediaan adalah sumber daya menganggur (idle resources) yang menunggu proses selanjutnya, yang dimaksud dengan proses yang lebih lanjut tersebut adalah

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Peramalan Peramalan adalah suatu proses dalam menggunakan data historis yang telah dimiliki untuk diproyeksikan ke dalam suatu model peramalan. Dengan model peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Agar dapat melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan baik, maka diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk Sistem Produksi. Sistem Produksi merupakan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan timbunan bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan untuk menghadapi kelangkaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan BAB V ANALISA HASIL Bab ini berisikan mengenai analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan MRP Dolly pada satu tahun yang akan datang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. 5.1 Analisa Peramalan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI

PERENCANAAN PRODUKSI PERENCANAAN PRODUKSI Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu: Memahami pengembangan sistem pengendalian produksi dan umpan balik informasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

Ratih Wulandari, ST., MT

Ratih Wulandari, ST., MT 10/7/2015 Teknik IndustriIndustri-UG Ratih Wulandari, ST., MT Perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang

BAB V ANALISA HASIL. Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan perencanaan kebutuhan material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Proses produksi adalah cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang dengan sumber daya yang ada. Untuk melaksanakan fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi,

BAB II LANDASAN TEORI. dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, Landasan Teori 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Produksi Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang mengungkapkan suatu teori-teori yang sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yang dibahas.

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produksi Menurut (Herjanto, 1999): Secara umum, kegiatan produksi atau operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau pembuatan barang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Manajemen Permintaan Pada dasarnya manajemen permintaan (demand management) didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan untuk memastikan kelancaran operasi rantai pasok 1. Peramalan dalam organisasi 2. Pola permintaan 3. Metode peramalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Kata manajemen sudah sangat dikenal di masyarakat. Manajemen juga mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan sistem produksi yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan sering dipandang sebagai seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - data penjualan - data kebutuhan bahan baku - data IM F - data biaya pesan - data biaya simpan Pengolahan Data : - Peramalan

Lebih terperinci

Membuat keputusan yang baik

Membuat keputusan yang baik Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki. penyimpangan atau kesalahan dari keadaan aslinya.

BAB V ANALISA HASIL. yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki. penyimpangan atau kesalahan dari keadaan aslinya. BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Peramalan Permintaan Pada umumnya setiap metode peramalan hanya merupakan sebuah alat yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki penyimpangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Dalam menyelesaikan permasalah yang ditemui, metodologi yang digunakan adalah perencanaan persediaan dan tingkat persediaan pengaman.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Definisi sistem produksi adalah suatu aktivitas untuk mengolah atau mengatur sumber daya (resources) yang ada dalam proses produksi barang atau jasa dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP.

BAB V ANALISA HASIL. dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP. BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data data yang dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP. Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan hasil

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #7

Pembahasan Materi #7 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Pengertian Moving Average Alasan Tujuan Jenis Validitas Taksonomi Metode Kualitatif Metode Kuantitatif Time Series Metode Peramalan Permintaan Weighted Woving

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan global penghasil peralatan listrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan global penghasil peralatan listrik BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan di perusahaan global penghasil peralatan listrik (Electrical Equipment) yaitu PT.. Schneider

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melihat dan mengkaji situasi dan kondisi di masa mendatang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan CV. Mitra Abadi Teknik merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan dan manufaktur untuk peralatan

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi Pengantar Manajemen Produksi & Operasi 1 Manajemen Operasi Manajemen Operasi bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau jasa dalam organisasi. Manajer operasi mengambil keputusan yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

Week 11 SIA SIKLUS PRODUKSI. Awalludiyah Ambarwati

Week 11 SIA SIKLUS PRODUKSI. Awalludiyah Ambarwati Week 11 SIA SIKLUS PRODUKSI Awalludiyah Ambarwati Production Methods Continuous Processing creates a homogeneous product through a continuous series of standard procedures. Batch Processing produces discrete

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi, Analisis, dan Evaluasi Sistem Pengendalian Bahan Baku Tahun 2011 Bahan baku merupakan suatu material yang memiliki peranan penting dalam proses produksi. Ketersediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Distribusi Distribusi merupakan suatu proses kegiatan aliran atau penyaluran barang dari produsen sampai ke tangan konsumen. Distribusi memerlukan perencanaan, dan pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Edward (1998) menjelaskan bahwa sebuah work center terdiri dari banyak jenis mesin, dan pada kenyataannya work center lebih sering diindikasikan sebagai mesin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama.

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Pengertian manajemen menurut Robbins dan Coulter (2010;23) adalah pengkoordinasikan dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Permintaan 2.1.1 Pengertian Manajemen permintaan didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin bahwa penyusunan jadwal induk

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Forecasting is the art and science of predicting the events of the future. Forecasting require historical data retrieval and project into the future with some

Lebih terperinci