Membuat Pilihan-Pilihan Bijaksana tentang Hutan: Apakah Peranan CIFOR? Frances Seymour Direktur Jenderal CIFOR 14 November, 2006
|
|
- Hadian Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Membuat Pilihan-Pilihan Bijaksana tentang Hutan: Apakah Peranan CIFOR? Frances Seymour Direktur Jenderal CIFOR 14 November, 2006 Bapak Kaban yang terhormat, Pak Wahjudi, para perserta panel, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sekalian. Merupakan kehormatan bagi saya untuk menerima sambutan dari Bapak Menteri Kehutanan dan atas kehadiran Bapak pada pagi hari ini, dan saya sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan pada saya hari ini untuk memperkenalkan diri kepada saudara sekalian sebagai Direktur Jenderal CIFOR yang baru. Pertemuan ini memiliki arti yang sangat penting bagi saya secara pribadi. Sebagaimana sebagian besar dari saudara ketahui, saya sangat senang dapat tinggal dan bekerja selama 5 tahun di Indonesia pada hampir 20 tahun yang lalu. Adalah sesuatu yang menyenangkan dapat disambut kembali oleh begitu banyak teman-teman lama; sebagai contoh, saya sangat senang melihat nama Menteri Kehutanan terdahulu, Bapak Jamaludin, ada di dalam daftar yang hadir pagi ini. Saya juga merasa sangat gembira melihat begitu banyak orang muda cemelang yang saya temui dahulu saat ini telah menjadi pejabat-pejabat senior di Kementrian Kehutanan maupun Perum Perhutani, telah menjadi pemimpin-pemimpin di berbagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau memegang berbagai posisi kepemimpinan lain di masyarakat Indonesia. Selalu merupakan hal yang menyenangkan memiliki teman-teman yang menempati posisi penting. Pertemuan ini juga merupakan even yang penting dari perpektif kelembagaan. Walaupun CIFOR merupakan lembaga internasional dengan para penelitinya yang bekerja di berbagai belahan dunia, kami tidak pernah melupakan fakta bahwa Indonesia adalah rumah kami. Dan selain memiliki hubungan baik dengan berbagai badan pemerintah dan sektor-sektor lain di masyarakat Indonesia, kami memiliki hubungan yang khusus dengan Kementrian Kehutanan. Untuk itu sangatlah sesuai bila even public pertama saya sebagai Direktur Jenderal CIFOR yang baru diselenggarakan di sini di Jakarta di Gedung Manggala Wanabhakti. Pada kesempatan sebelumnya di tahun ini, CIFOR telah dikaji oleh sebuah tim yang terdiri dari ahliahli independen. Sebagai tuan rumah bagi CIFOR, kami berharap Pemerintah Indonesia dan juga seluruh warga negara Indonesia, dapat sama-sama merasa bangga dengan hasil kajian tim ahli tersebut yang menyatakan bahwa CIFOR adalah pusat penelitian kehutanan internasional yang terdepan di bidangnya. Sebagai pendatang baru, saya tidak ambil bagian dalam banyak pencapaian CIFOR selama ini. Tetapi kedepannya, saya sudah tentu akan turut mengemban tanggung jawab untuk membangun di atas dasar pencapaian-pencapaian yang telah ada dan mendorong pencapaian-pencapaian yang baru. Dan pada kesempatan hari ini saya berada di sini untuk meminta bantuan saudara sekalian dalam memberikan arahan bagi kemajuan CIFOR di masa mendatang. Tim pengkaji yang sama yang telah memberikan penilaian yang sangat tinggi pada CIFOR juga merekomendasikan kami untuk menyusun strategi yang baru, karena strategi yang ada sekarang adalah strategi yang dibuat 10 tahun yang lalu. Karena itulah pada tahun mendatang, kami akan mengkaji apa yang dibutuhkan oleh dunia dalam hal penelitian kehutanan, dan apa yang CIFOR dapat berikan/penuhi dalam hal ini. Berkonsultasi dengan para partner dan pihak-pihak terkait, seperti yang hadir di ruangan ini, akan merupakan bagian penting dalam proses tersebut. Karenanya, yang saya ingin lakukan dalam waktu yang terbatas ini adalah untuk berbagi dengan saudara sekalian tentang sebagian dari tantangan-tantangan yang kami hadapi dan kompromikompromi yang harus kami lakukan saat kami memikirkan tentang strategi kami untuk membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat pilihan-pilihan bijaksana tentang hutan. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan khusus kepada para panelis dan seluruh peserta. Beberapa dari pertanyaan-pertanyaan ini juga dihadapi oleh semua lembaga penelitian. Beberapa lainnya merupakan pertanyaan khusus bagi CIFOR. Dan sementara kami berharap dapat mengumpulkan input sebanyak mungkin pada pagi hari ini, jendela kesempatan untuk membahas pertanyaan-pertanyaan ini akan tetap terbuka selama bulanbulan mendatang. Untuk itu, bila kami belum bisa mendapatkan tanggapan atas pertanyaanpertanyaan tersebut dari saudara hari, maka kami berharap bisa mendapatkannya segera. 1
2 Keempat pertanyaan yang ingin saya ajukan adalah sebagai berikut: Seperti apakah perimbangan yang benar antara mencoba menjawab pertanyaanpertanyaan yang relevan hari ini dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan oleh para pembuat keputusan lima tahun mendatang? Bagaimanakah kami dapat menyeimbangkan peranan kami sebagai penasihat bagi pemerintah dan sektor swasta, dan peranan kami sebagai sumber analisa independen? Bagaimana kami harus menentukan prioritas diantara berbagai audiens hasil-hasil penelitian kami, yang terdiri dari komunitas penelitian ilmiah sampai dengan masyarakat/kalayak umum. Dan yang terakhir, yang terutama penting bagi CIFOR, bagaimana kami dapat menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan penelitian khusus di tempat-tempat dan momenmomen politik tertentu, dengan mandat kami untuk menghasilkan materi-materi bagi masyarakat internasional. Ijinkan saya menjelaskan secara singkat setiap pertanyaan diatas. Pertanyaan pertama adalah tentang apakah kami harus lebih memfokuskan pada menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para pembuat kebijakan saat ini, atau pada penelitian yang mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi penting pada lima tahun mendatang. CIFOR saat ini melakukan penelitian jangka panjang untuk sejumlah topik. Sebagai contoh, minggu lalu kami menjadi tuan rumah untuk sebuah pertemuan dari sebuah jaringan penelitian tentang manajemen perkebunan yang telah berkolaborasi selama sepuluh tahun. Di Indonesia, kami telah bekerja dengan masyarakat dan pemerintah daerah di Kabupaten Malinau di Kalimantan Timur untuk jangka waktu yang hampir sama. Proyek-proyek jangka panjang tersebut sangat besar nilainya tidak hanya bagi kekayaan hasil penelitian yang mereka hasilkan, tetapi juga untuk hubungan kemitraan dan capacity building yang pembentukannya memerlukan waktu relatif lama. Proyek-proyek jangka panjang tersebut sangat besar nilainya. Proyek-proyek tersebut tidak hanya menghasilkan kekayaan hasil-hasil penelitian, melainkan juga menyediakan waktu yang dibutuhkan untuk membangun secara utuh relasi dengan partner dan mengoptimalkan kegiatan-kegiatan capacity building. Bagaimanapun, kami juga perlu untuk mengantisipasi ancaman-ancaman baru terhadap pengelolaan hutan secara berkesinambungan, dan untuk merespons kesempatan-kesempatan yang baru. Kita ambil contoh masalah-masalah seputar kebakaran hutan dan perubahan iklim. Sebagai respons terhadap bencana kebakaran hutan pada tahun , CIFOR melakukan penelitian tentang nilai kerugian akibat kebakaran dan tentang akar penyebabnya. Saat ini ketika masalah asap kembali menjadi berita, semua orang bertanya kepada CIFOR tentang penyebab-penyebab dan konsekuensi kebakaran. Karenanya, merupakan sebuah tantangan untuk tetap kembali dan tetap melakukan apa yang telah kita lakukan sebelumnya. Saat ini, peranan hutan dalam mencegah dan menyeimbangkan perubahan iklim menjadi hal yang sangat penting. Pada kenyataannya, pada minggu ini di Nairobi, hutan menjadi topic utama diskusi di Conference of the Parties to the climate convention. Sekarang ketika kita tahu bahwa emisi yang dihasilkan oleh kebakaran lahan gambut di Indonesia menghasilkan emisi karbon global yang signifikan, apakah tidak seharusnya penelitian kami difokuskan pada mekanisme untuk mengintegrasikan hutan ke dalam sistem iklim global? Dan sekarang kami banyak meneliti tentang biofuel sebagai alternatif ramah-iklim dari bahan bakar-bahan bakar fosil. Tidakkah seharusnya kami memfokuskan penelitian kami pada ancamanancaman dan kesempatan-kesempatan yang ada pada cara penggunaan lahan yang baru ini terhadap hutan dan masyarakat yang bergantung pada hutan? Pertanyaan kedua adalah tentang menyeimbangkan peranan para peneliti sebagai penasihat bagi para pembuat keputusan dengan kebutuhan kami untuk mempertahankan independensi kami sebagai sumber analisa tentang kepentingan publik. Kita lihat pertanyaan ini dari sisi yang berbeda, sebagai tambahan terhadap menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari pemerintah dan bisnis, tidakkah seharusnya kerja CIFOR adalah juga untuk memberitahu mereka, dan kalayak yang lebih luas, pertanyaan-pertanyaan apa yang seharusnya mereka ajukan? Bahkan juga bila temuan-temuan kami menunjukkan tidak menyenangkan? 2
3 Dalam pemahaman saya CIFOR telah sangat berhasil dalam membuat jengkel berbagai partner dan pihak-pihak terkait dengan hasil-hasil penelitian kami. Kadang-kadang para pemerintah merasa kurang senang dengan hasil-hasil penelitian kami. Kadang-kadang industri kehutanan merasa kurang senang, dan kadang-kadang LSM-LSM juga merasa kurang senang. Ijinkan saya memberikan beberapa contoh yang terjadi baru-baru ini. Pada tahun 2003, CIFOR mempublikasikan sebuah laporan yang menunjukkan bahwa pendapatan yang tinggi dari pembangunan di bidang minyak dan mineral dapat mengurangi tekanan pada hutan. LSM-LSM internasional merasa kecewa terhadap CIFOR karena mengumumkan temuan ini. Pada tahun 2004, CIFOR mempublikasikan sebuah laporan yang mengaitkan peternakan dengan perusakan hutan tropis Amazon. Walaupun para peneliti CIFOR menggunakan data-data dari dinasdinas pemerintahan dalam analisisnya, Pemerintah Brazil merasa kurang senang dengan hasil-hasil tersebut. Dalam lima tahun terakhir, sejumlah pemerintah, baik di belahan Utara maupun Selatan, telah bersatu dalam sebuah kampanye terhadap masalah kejahatan hutan, terutama pembalakan liar. Sudah pasti itu merupakan inisiatif yang penting, dan CIFOR telah turut ambil bagian di dalamnya. Tetapi pada saat yang sama, penelitian kami menunjukkan bahwa pemecahan masalah kejahatan hutan yang dilakukan selama ini cenderung berfokus pada bukan pelaku utama contohnya petani miskin yang menebang satu pohon secara illegal. Cara-cara pemecahan seperti ini cenderung mengabaikan para pelaku utama contohnya perusahaan-perusahaan yang tidak bertanggung jawab yang menebang atau membakar ribuan hektar pohon. Ketika CIFOR mempublikasikan temuan-temuannya tentang topik ini, beberapa kolega donor kami merasa kurang senang. Mereka merasa kawatir bahwa dengan mengkritisi dampak dari penegakan hokum terhadap kaum miskin dapat melemahkan kampanye terhadap kejahatan hutan secara keseluruhan. Contoh yang lain dari hasil-hasil penelitian yang kurang dapat diterima adalah kerja CIFOR tentang keuangan industri kehutanan. Laporan-laporan CIFOR mengenai hal ini telah mencoba menginformasikan kepada para pemodal tentang pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya mereka ajukan tentang dampak-dampak sosial dan lingkungan dari investasi-investasi baru di bidang industri kehutanan. Tetapi laporan-laporan tersebut telah membuat kawatir/mengganggu beberapa pemerintah, perusahaan, dan lembaga-lembaga keuangan yang sedang mencoba membuat atau menarik investasi yang bertanggung jawab dalam sektor kehutanan. Jadi hasil penelitian kami telah menyinggung perasaan LSM-LSM, pemerintah-pemerintah, perusahaan-perusahaan swasta, dan para pemodal. Adakah cara-cara dimana kami dapat berkoordinasi lebih baik dengan para partner tersebut untuk mencegah terjadinya kejutan-kejutan yang tidak menyenangkan, tetapi pada saat yang sama tetap menjaga independensi kami? Pertanyaan ketiga berkaitan dengan bagaimana temuan-temuan penelitian harus dikemas dan disebarluaskan, dan dari sekian banyak audiens sasaran potensial yang mana harus mendapatkan prioritas. Beberapa pihak berargumen bahwa bahwa mempublikasikan dalam jurnal-jurnal ilmiah yang telah dikaji banding merupakan prioritas tertinggi/utama. Sementara yang lainnya berargumen bahwa kami harus memfokuskan diri pada publikasi-publikasi yang secara umum lebih aksesibel. Satu dari mekanisme-mekanisme penyebarluasan oleh CIFOR yang paling popular adalah POLEX listserve, yang meringkas penelitian yang telah dipublikasikan baru-baru ini ke dalam sebuah layar tunggal yang diperuntukan bagi para pembuat kebijakan dan prakstisi yang sibuk. Haruskah kami lebih aktif di web? Haruskan kami mencari liputan pers yang lain? Ketika kembali ke United States (Amerika), beberapa orang mengatakan pada saya bahwa CIFOR terlalu banyak bertindak sebagai menara gading, dan tidak berbuat cukup banyak untuk menyebarluaskan hasil-hasil penelitiannya. Ketika sampai di Indonesia, saya diberitahu bahwa CIFOR telah berubah banyak kearah advokasi. Dimanakah sebenarnya posisi CIFOR, dan dimanakah seharusnya kami membiarkan pihak lain yang memimpin? Pertanyaan keempat dan terakhir adalah unik hanya bagi CIFOR karena kami adalah organisasi internasional. Bagaimanakah kami dapat menghasilkan penelitian yang relevan pada tempat-tempat tertentu dan waktu-waktu tertentu, tetapi yang juga berguna di tempat-tempat lain dan waktuwaktu lain, dan tetap menginformasikan diskusi-diskusi hangat tentang masalah kehutanan global? CIFOR mencoba untuk menyeimbangkan tujuan-tujuan yang berpotensi saling bertentangan ini dengan cara melakukan investasi pada penelitian perbandingan di tingkat internasional pada areaarea seperti pengelolaan/manajemen perkebunan, hutan kemasyarakatan, dan kaitan antara kemiskinan dan lingkungan. Proyek-proyek tersebut dapat membawa pengalaman internasional ke 3
4 tingkat lokal, dan sekaligus membawa pengalaman di tingkat lokal kepada masyarakat internasional. Satu contoh adalah penelitian CIFOR tentang desentralisasi. Tahun lalu kami mempublikasikan sebuah buku yang berisi studi-studi kasus dari sejumlah negara tentang kaitan antara desentralisasi dengan pengelolaan hutan. Pak Wahjudi memberikan kontribusi sebuah bab tentang pengalaman Indonesia di dalam buku tersebut, dan sekarang terjemahannya ke dalam Bahasa Indonesia akan membawa pengalaman internasional tersebut ke Indonesia. Pendekatan yang lain adalah dengan memfokuskan penelitian kami pada penyusunan alat pengkajian untuk membantu pihak-pihak lain menemukan jawaban-jawaban yang tepat terhadap masalah-masalah umum di tempat-tempat tertentu. Penelitian jenis ini menyediakan sebuah alatt yang dapat digunakan dimanapun, tetapi sekaligus juga menggarisbawahi bahwa tidak ada satupun satu ukuran yang sesuai untuk semuanya. Penelitian CIFOR yang lama tertunda tentang manajemen kolaboratif adalah salah satu contoh pendekatan ini. Tetapi apakah kami telah mendapatkan penyeimbangan yang tepat? Apakah ada bentuk-bentuk sinergi lain yang masih dapat digali lebih jauh diantara tingkat lokal dan global? Jadi itulah keempat pertanyaan tersebut. Apakah kami harus melanjutkan garis-garis penelitian yang telah ada untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada saat ini, atau bergerak ke area-area baru untuk memenuhi kebutuhn-kebutuhan di masa datang? Haruskah kami lebih seperti konsultan bagi para pemerintah, perusahaan-perusahaan, dan LSM-LSM, atau mengambil resiko berseberangan dengan mereka dengan mempublikasikan kebenaran-kebenaran yang tidak menyenangkan? Dimanakah seharusnya kami berada pada spectrum antara akademisi di menara-menara gading dan aktivis-aktivis yang menggantungkan spanduk-spanduk di menara-menara tersebut? Dan bagaimana kami membuat kompromi-kompromi antara kebutuhan-kebutuhan lokal dan global? Sebelum saya menyimpulkan, saya ingin mengusulkan sebuah aturan untuk diskusi dimana kita semua akan ambil bagian. Tidak seorangpun diijinkan untuk mengatakan, Kamu harus melakukan semuanya. Sayangnya, melakukan semuanya memang tidak mungkin. Bahkan bila sumberdaya bukan merupakan hambatan, kami ingin secara strategis memilih topik-topik kami, audiens sasaran kami, dan kendaraan penyebarluasan kami. Kami juga tidak perlu melakukan hal-hal yang dapat dilakukan lebih baik oleh pihak-pihak lain. Tetapi pada kenyataannya sumberdaya memang terbatas. Pendanaan bagi penelitian kehutanan tidak lagi melimpah, dan anggaran CIFOR khususnya telah tekena dampak kegagalan beberapa pemerintah untuk memenuhi komitmen-komitmen yang mereka buat sebelumnya. Jadi kami benarbenar harus membuat pilihan-pilihan yang sulit, dan memerlukan bantuan dari saudara semua dalam mewujudkannya. Ijinkan saya menutup dengan sebuah perenungan tentang kaitan antara penelitian dan pembuatan kebijakan dari pengalaman terdahulu saya di Indonesia. Dahulu, sebagai pemberi bantuan dan bukan sebagai pencari bantuan, saya menyediakan dukungan bagi LSM-LSM seperti Bina Swadaya dan universitas-universitas seperti IPB dan UI untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan hutan. Temuan-temuan mereka mengungkapkan akar penyebab dari konflik antara para pengelola hutan dan masyarakat lokal. Dan temuan-temuan ini tidaklah selalu merupakan kabar baik bagi Kementrian Kehutanan atau bagi Perum Perhutani. Tetapi seiring berjalannya waktu, dan walaupun dengan adanya kebenaran-kebenaran yang tidak menyenangkan yang kadang terjadi, hubungan kepercayaan telah terbangun antara para peneliti dan para pejabat kehutanan. Dan pada akhirnya, dana dari the Ford Foundation tidak lagi diperlukan untuk mendukung hubungan tersebut. Ketika pejabat-pejabat kehutanan memerlukan pertolongan dari peneliti-peneliti independent, atau ketika para peneliti independen ingin mempresentasikan hasil penelitiannya kepada para pejabat kehutanan, mereka akan saling menelepon secara langsung. Ketika saya berpikir tentang bagaimana para peneliti dapat membantu para pembuat keputusan dalam membuat pilihan-pilihan bijaksana tentang hutan, hubungan seperti diataslah yang ada di dalam benak saya. Saya menunggu komentar dari saudara semua. 4
5 Terima kasih. (Indonesian translation Nita Irawati Murjani) 5
Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012
For more information, contact: Leony Aurora l.aurora@cgiar.org Cell Indonesia: +62 (0)8111082309 Budhy Kristanty b.kristanty@cgiar.org Cell Indonesia: +62 (0)816637353 Sambutan Frances Seymour, Direktur
Lebih terperinciIlmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon
Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Nita Murjani n.murjani@cgiar.org Regional Communications for Asia Telp: +62 251 8622 070 ext 500, HP. 0815 5325 1001 Untuk segera dipublikasikan Ilmuwan
Lebih terperinci2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu
No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah dimulai sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris yang pada akhirnya menyebar keseluruh dunia hingga saat sekarang ini.
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif
Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari : Kamis Tanggal : 31 Juli 2008 Pukul : 09.00 Wib
Lebih terperinciPemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")
Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan
Lebih terperinciLESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri
LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 01 I 11 April 2016 USAID LESTARI KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri PENGANTAR Bagi ilmuwan, kebakaran
Lebih terperinciJakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
Sambutan KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Pada Launching Road Map Keuangan Berkelanjutan dan Buku Pedoman Energi Bersih yang dilanjutkan dengan Seminar Nasional Jakarta, 5 Desember 2014 Assalamu
Lebih terperinciBab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia
Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia Nelayan (Koleksi Bank Dunia ) Foto: Curt Carnemark 4 Berinvestasi untuk Indonesia yang Lebih Berkelanjutan 1.1 Karakteristik Utama Tantangan Lingkungan
Lebih terperinciTerjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011
Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Pak Muliadi S.E yang terhormat, Terima kasih atas surat Anda tertanggal 24 Februari 2011 mengenai Kalimantan Forests and Climate
Lebih terperinciTEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL. Pendahuluan
TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL Pendahuluan Pengumpulan dana bisa jadi sangat lama, mahal, dan merupakan proses yang membuat frustasi, dan tiada jalan yang bisa memastikan
Lebih terperinciKabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau
Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau No. 6, September 2001 Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik, Salam sejahtera, jumpa lagi dengan Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama.
Lebih terperinciKetika Negara Gagal Mengatasi Asap. Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar
Ketika Negara Gagal Mengatasi Asap Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar Tahun 2015 menjadi tahun terburuk bagi masyarakat di Sumatera dan Kalimantan akibat semakin parahnya kebakaran lahan dan hutan. Kasus
Lebih terperinciKomite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL
Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Rapat SAC ke-10 di Pangkalan Kerinci, Riau - Indonesia, 23-25 Mei 2017 ANGGOTA SAC TURUT
Lebih terperinci6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM
48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciPemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth
Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Memprioritaskan Investasi: Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau Oktober 2013 Kata Sambutan Dr Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Kementerian Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengembangan pemanfaatan sumberdaya energi non minyak saat ini sangat diperlukan, mengingat semakin tipisnya cadangan minyak bumi kita. Salah satu langkah yang ditempuh
Lebih terperinciMenerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut
Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu
Lebih terperinciKERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN
LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperinciDOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor
DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP Laporan No.: Nama Proyek Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor Lingkungan dan Pedesaan ID
Lebih terperinciTINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI
TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya
Lebih terperincisumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global.
BAB V KESIMPULAN Greenpeace sebagai organisasi internasional non pemerintah yang bergerak pada bidang konservasi lingkungan hidup telah berdiri sejak tahun 1971. Organisasi internasional non pemerintah
Lebih terperinciAustralia Awards Indonesia
Australia Awards Paket Aplikasi Studi Singkat Kepemimpinan Organisasi dan Praktek-praktek Manajemen untuk Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) Page 1 Maksud dan tujuan Australia Awards Australia Awards
Lebih terperinciPRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012
PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards
Lebih terperinciNASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)
NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditas unggulan Indonesia
Lebih terperinciKERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)
KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD Lingkungan yang baik sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun tidak, komunikasi telah menjadi bagian dan kebutuhan hidup manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial, baik sebagai individu ataupun kelompok akan selalu berkomunikasi. Sehingga disadari ataupun tidak,
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sumberdaya air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan dan penghidupan manusia
Lebih terperinci- Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah
- Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah SAMBUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PADA LOKAKARYA MENYIAPKAN SKEMA PENGELOLAAN HUTAN BERBASISKAN MASYARAKAT SEBAGAI PENERIMA MANFAAT UTAMA PENDANAAN KARBON
Lebih terperinciGovernance Brief. Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur
C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Forests and Governance Programme Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari
Lebih terperinciSaudara-saudara yang saya hormati,
PIDATO PENUTUPAN MENTERI KEHUTANAN PADA KONFERENSI INDONESIA FORESTS: ALTERNATIVE FUTURES TO MEET DEMANDS FOR FOOD, FIBRE, FUEL, AND REDD+ Jakarta, 27 September 2011 Menteri Lingkungan Hidup Kerajaan Norwegia,
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI
Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH YANG DIPEROLEH DARI INDUSTRI EKSTRAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPolitik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012
Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang
Lebih terperinciINDONESIA YANG LEBIH BERKELANJUTAN BERINVESTASI UNTUK. Brosur Ringkasan ANALISA LINGKUNGAN INDONESIA 2009
sure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Pembangunan Berkelanjutan, Kawasan Asia Timur dan Pasifik ANALISA LINGKUNGAN INDONESIA 2009 Report No. 50762 - ID Brosur Ringkasan
Lebih terperinciPermintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal
Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Untuk Knowledge Sector Initiative Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal Nomor Permintaan Aplikasi: 01/KSI/SG-S/Des/2014 Tanggal Mulai dan Penutupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki prospek di masa mendatang dan menjadi komoditas menarik bagi Indonesia. Produk industri kehutanan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumberdaya air merupakan kebutuhan pokok bagi
Lebih terperinci2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.37, 2018 KEMENPAN-RB. Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA, PEMERINTAH DAERAH,
Lebih terperinciLaporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar
Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias
Lebih terperinciRoyal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas
Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciPandangan Indonesia mengenai NAMAs
Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak
Lebih terperinciKerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional
Kegiatan Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional SFDRR (Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana) dan Pengarusutamaan PRB dalam Pembangunan di Indonesia Tanggal 17 Oktober
Lebih terperincimemberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan
INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek
Lebih terperinciIndonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan
Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN
Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman
Lebih terperinci-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2017 KEMEN-LHK. Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran. Perusakan Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan Hutan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbincangan hangat di masyarakat. Pemanasan global menurut Putro Agus dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir, isu mengenai pemanasan global menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Pemanasan global menurut Putro Agus dalam artikelnya di www.detikhealth.com
Lebih terperinci21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,
21 Maret 2013 Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat, 5 Februari 2013 mungkin merupakan hari paling penting dalam sejarah APP. Pada tanggal tersebut kami mengumumkan Kebijakan Konservasi Hutan, dengan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciShared Resources Joint Solutions
Lembar Informasi Shared Resources Joint Solutions Sawit Watch - Padi Indonesia SRJS di Kabupaten Bulungan Program dengan pendekatan bentang alam ini memilih Daerah Aliran Sungai Kayan dengan titik intervensi
Lebih terperinciKEPEMIMPINAN, MANAJEMEN PERUBAHAN, DAN PRIORITAS UNTUK PENGADILAN FEDERAL. 30 September 2011
KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN PERUBAHAN, DAN PRIORITAS UNTUK PENGADILAN FEDERAL 30 September 2011 1. Ketua Mahkamah Agung RI Harifin Tumpa dan rekan-rekan dari Mahkamah Agung Republik Indonesia. 2. Terima kasih
Lebih terperinciIndonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan
Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.
Lebih terperinciBAB IX MANAJEMEN PERUBAHAN SISTEM PEMASYARAKATAN
BAB IX MANAJEMEN PERUBAHAN SISTEM PEMASYARAKATAN A. Alasan Perlunya Perubahan Sudah menjadi kecenderungan umum, bahwa hukum akan selalu terlambat dari perkembangan masyarakat. Demikian pula dengan kemampuan
Lebih terperinciMEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA
PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis
Lebih terperinciInisiatif Accountability Framework
Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda
Lebih terperinciPERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK
PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH YANG DIPEROLEH DARI INDUSTRI EKSTRAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciNOTA DINAS Nomor: ND. /II-PHM/2012
NOTA DINAS Nomor: ND. /II-PHM/2012 Maret 2012 Kepada Yth. : Menteri Kehutanan Dari : Sekretaris Jenderal Lampiran : 1 (Satu Berkas) Hal : Laporan Rekap Berita Minggu IV Bulan Februari Memperhatikan berita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas. Penggunaan teknologi yang tidak hanya terbatas pada bidang bisnis dan perdagangan tetapi lebih
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL
Lebih terperinciGERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL
GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL Revolusi Mental adalah gerakan seluruh rakyat Indonesia bersama Pemerintah untuk memperbaiki karakter bangsa menjadi Indonesia yang lebih baik. Banyak permasalahan yang
Lebih terperinciWarta Kebijakan. Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dasar Hukum
No. 6, Agustus 2002 Warta Kebijakan C I F O R - C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang Dasar Hukum Di masyarakat ada kesan
Lebih terperinciMENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA
PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis
Lebih terperinciKepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia
ISSN : 2085-787X Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM Jl. Gunung Batu No.
Lebih terperinciBANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya
BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan
Lebih terperinciProyek GCS- Tenurial. Kepastian tenurial bagi masyarakat sekitar hutan. Studi komparasi global ( )
Proyek GCS- Tenurial Kepastian tenurial bagi masyarakat sekitar hutan Studi komparasi global (2014-2016) Pendahuluan Dalam beberapa tahun terakhir ini, reformasi tenurial sektor kehutanan tengah menjadi
Lebih terperinciBAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI
BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI 6.1. Kebijakan Pengembangan Investasi di Kabupaten Banyuaesin Konsep dan design arah pengembangan investasi di Kabupaten Banyuasin dibuat dengan mempertimbangkan potensi wilayah
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciRevitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND
MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2014 T E N T A N G
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2014 T E N T A N G PENGELOLAAN KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI DALAM USAHA PERKEBUNAN DI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLembaga kehutanan publik di abad dua puluh satu
MEI 2014 PENULIS TASSO AZEVEDO Mantan Direktur Layanan Hutan Brazil BOEN PURNAMA Mantan Sekretaris Jendral, Kementrian Kehutanan, Indonesia DALE BOSWORTH Mantan Ketua, Layanan Hutan AS SALLY COLLINS Mantan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan
Lebih terperinciRatifikasi Setengah Hati Undang-Undang Penanganan Bencana Asap Lintas Negara
Ratifikasi Setengah Hati Undang-Undang Penanganan Bencana Asap Lintas Negara Setelah 12 tahun menunggu, DPR RI akhirnya menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Pengesahan ASEAN Agreement on Transboundary
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar merupakan salah satu kelompok hutan tropis ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Zaire, yang mempunyai fungsi utama sebagai
Lebih terperinciX. KESIMPULAN DAN SARAN. identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin
X. KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil kajian mengenai analisis identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan berbasis
Lebih terperinciDIALOG KEHUTANAN. Model Proses ILCF. Dominic Elson
DIALOG KEHUTANAN Model Proses ILCF Dominic Elson Dialog Lapangan tentang Berinvestasi di Hutan yang Dikontrol Secara Lokal 6-9 Februari 2012 - Yogyakarta, Indonesia Tinjauan Umum Bagaimana LCF bisa ada
Lebih terperinciRekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+
Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+ Dr. Henry Barus Konsultan UN-REDD untuk Optimalisasi Multiple Benefit REDD+ Disusun Berdasarkan Pengalaman dan Evaluasi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk
Lebih terperinciPengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas Penyelenggaraan Ibadah Haji, 13 Juli 2010 Selasa, 13 Juli 2010
Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas Penyelenggaraan Ibadah Haji, 13 Juli 2010 Selasa, 13 Juli 2010 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SIDANG KABINET TERBATAS PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS
TROPICAL FOREST CONSERVATION ACTION FOR SUMATERA RENCANA STRATEGIS 2010-2015 A. LATAR BELAKANG Pulau Sumatera merupakan salah kawasan prioritas konservasi keanekaragaman hayati Paparan Sunda dan salah
Lebih terperinciOutline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs
Outline Presentasi PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II Bengkulu, 14 Oktober 2014 Kristanto Sinandang UNDP Indonesia Proses Penyusunan SDGs Tujuan dan sasaran
Lebih terperinciBAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA
BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2014 T E N T A N G PENGELOLAAN KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI DALAM USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA
BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang :
Lebih terperinciRencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia
Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia¹ TUJUAN & RINGKASAN Kegiatan pemantauan secara independen terhadap sektor
Lebih terperinci-- PEMBANGUNAN KOPERASI -- SUATU METODE PERINTISAN DAN PENGORGANISASIAN KOPERASI PERTANIAN DI NEGARA BERKEMBANG Folke Dubell
-- PEMBANGUNAN KOPERASI -- SUATU METODE PERINTISAN DAN PENGORGANISASIAN KOPERASI PERTANIAN DI NEGARA BERKEMBANG Folke Dubell 1. PENDAHULUAN Jika anda seorang petugas koperasi yang bekerja pada koperasi
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan
Lebih terperinciProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat
ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat Asdep Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan Deputi Bidang Komunikasi dan Peningkatan Peranserta Masyarakat Kementrerian Lingkungan
Lebih terperinciMENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION
Lebih terperinci