PERBEDAAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA PUTRI YANG MENGGUNAKAN LAMPU DAN TIDAK MENGGUNAKAN LAMPU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA PUTRI YANG MENGGUNAKAN LAMPU DAN TIDAK MENGGUNAKAN LAMPU"

Transkripsi

1 PERBEDAAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA PUTRI YANG MENGGUNAKAN LAMPU DAN TIDAK MENGGUNAKAN LAMPU Joko Wiyono, Imam Subekti, Tanto Hariyanto Poltekkes Kemenkes malang, Jl. Besar Ijen No 77 C Malang jokowi07@yahoo.co.id Abstract: This study aims to determine the differences in the quality of sleep in young women who use and do not use light bulbs. Design research using comparative study design. Data were analyzed using t-test. The study population of young women in the boarding school Al Jasmeen Singosari Malang. Number of samples 18 people with purposive sampling sampling. Statistical analysis using t-test. The results showed a good enough quality sleep sleeping young woman using a light at Boarding School El Jasmeen Singosari Malang much as 61.1% had a good sleep quality, while the young women who were not using lights at Boarding School El Jasmeen Singosari Malang as much as 66.7% had a very good sleep quality. The results of t-test with a significant 95% obtained P value of which means that H0 is rejected, there are differences in the quality of sleep of young women who use the lights and do not use the lamp in Boarding School El Jasmeen Singosari Malang. Keywords: quality of sleep, young, light Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur pada remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu. Desain penelitian menggunakan rancangan studi komparatif. Analisa data menggunakan uji t-test. Populasi penelitian ini remaja putri di pondok pesantren Al Jasmeen Singosari Malang. Jumlah sampel 18 orang dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Analisis statistik menggunakan uji t-test. Hasil penelitian menunjukan kualitas tidur cukup baik remaja putri yang tidur menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 61,1% mempunyai kualitas tidur baik, sedangkan remaja putri yang tidur tidak menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 66,7% mempunyai kualitas tidur sangat baik. Hasil uji t-test dengan signifikan 95% diperoleh P value sebesar yang berarti H 0 ditolak, ada perbedaan yang kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang. Kata kunci: kualitas tidur, remaja putri, lampu PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam perkembangan seseorang. Remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial. Masa remaja berlangsung antara 11 sampai 20 tahun, dengan pembagian: masa remaja awal 11 sampai 13 tahun, masa remaja pertengahan 14 sampai 16 tahun, masa remaja lanjut 17 sampai 20 tahun (Soetjiningsih, 2004). Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Data hasil polling tidur di Amerika oleh National Sleep Foundation didapat bahwa ternyata wanita lebih banyak mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 63% : 54%. Hal ini diperkirakan karena perempuan memiliki risiko lebih tinggi dalam mengalami kelelahan terkait pubertas, prevalensi gangguan mental yang lebih tinggi serta lebih sensitif terhadap masalah keluarga, dan tingginya tuntutan dalam kehidupan keluarga dan pergaulan (National Sleep Foundation, 2007). Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti 60 pissn eissn

2 Wiyono, Perbedaan kualitas tidur pada remaja putri berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan bahkan hal menjengkelkan. Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat, Narrow (1967) mengemukakan enam karakteristik yang berhubungan dengan istirahat diantaranya, : merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi, merasa diterima, mengetahui apa yang sedang terjadi, bebas dari gangguan ketidaknyamanan, mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan, mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan (Ambar, 2012). Menurut Andreas Prasadja (2009) mengemukakan mekanisme pengaturan tidur yaitu: seperti siklus lain dalam tubuh, proses tidur juga diatur oleh sebuah mekanisme khusus yang disebut sebagai irama sirkadian (circadian rhythm). Dalam bahasa latin circa berarti sekitar dan dian berarti satu hari atau 24 jam. Secara harfiah irama sirkardian diartikan sebagai sebuah siklus yang berlangsung sekitar 24 jam. Irama sirkardian berperan sebagai jam biologis manusia. Irama sirkardian terletak di Supra Chiasmatic Nukleus (SCN) yang berfungsi sebagai pengatur irama sirkardian dalam tubuh. Ia merupakan bagian kecil dari otak yang terletak tepat di atas persilangan saraf mata. Itu sebabnya pengaturan jam biologis peka terhadap perubahan cahaya. Hormon melatonin sangat berperan dalam proses tidur dan kualitas tidur seseorang. Kinerja hormon tidur tersebut sangat dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya yang ada pada saat kita tidur akan menghambat dan menurunkan produksi melatonin di dalam darah. Secara tidak langsung, cahaya lampu menghambat mekanisme irama sirkardian (jam biologis). Tanda awal terganggunya irama sirkardian adalah terganggunya proses tidur akibat rendahnya produksi hormon melatonin (Pebriana, 2010). Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur, menurut American Psychiatric Association (2000), dalam Wavy (2008), didefinisikan sebagai suatu fenomena kompleks yang melibatkan beberapa dimensi. Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur. Aspek-aspek kualitas tidur tersebut meliputi rasa nyenyak selama tidur (tidak mengalami gangguan tidur), waktu tidur minimal enam jam, tidak memperoleh mimpi buruk, tidur lebih awal dan bangun lebih awal, dan merasa segar saat terbangun. Beberapa penelitian melaporkan bahwa efisiensi tidur pada usia dewasa muda adalah 80-90% (Dament et al, 1985; Hayashi & Endo, 1982 dikutip dari Carpenito, 1998). Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang. Cahaya merupakan energi yang dipancarkan ke semua arah berbentuk gelombang dan membantu kita melihat benda di sekeliling kita. Sifat-sifat cahaya adalah bergerak lurus ke semua arah. Melalui cahaya kita tidak hanya mendapatkan informasi secara visual tetapi cahaya juga mempengaruhi fungsi tubuh. Dalam suatu ruangan atau kamar biasanya menggunakan penerangan berupa cahaya lampu, terutama saat malam hari. Cahaya dari lampu ini dapat menembus kelopak mata kemudian dapat merangsang otak untuk tetap beraktivitas, meskipun seseorang dalam kondisi memejamkan mata sekalipun. Hal ini dapat mempengaruhi produksi hormon melatonin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar pineal yang berada dekat dengan otak manusia. Hormon ini dapat berperan penting dalam mengatur siklus tidur seseorang. Hormon melatonin dapat diproduksi atau dihasilkan jika ruangan kamar tidur dalam kondisi yang gelap (Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2012). Tujuan umum penelitian untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur pada remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang. Tujuan khusus penelitian : 1) pissn eissn

3 mengidentifikasi kualitas tidur pada remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang, 2) menganalisis perbedaan kualitas tidur yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu pada remaja putri di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah studi komparatif, yaitu peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu, dengan kata lain telah diamati bahwa kelompok berbeda pada variabel dan peneliti berusaha mengidentifikasi faktor utama yang menyebabkan perbedaan tersebut. Dalam penelitian akan di uji perbedaan kualitas tidur pada remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang. Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah semua remaja putri di pondok pesantren El Jasmeen Singosari Malang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 18 remaja putri dengan kriteria sampel : 1) usia tahun, 2) sehat jasmani dan rohani, 3) remaja putri yang tinggal di di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang. Kriteria eksklusi nya: 1) tidak sedang mengalami stress fisik dan psikologis, 2) kurang dari 3 jam mengkonsumsi diet tinggi protein, 3) tidak sedang mengkonsumsi obat deuretik, 4) anti depresan dan golongan beta bloker, 5) tidak mengonsumsi kafein dan alkohol Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik non probability sampling tipe purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan tujuan tertentu sesuai kriteria yang ditetapkan yang menjadi fokus penelitian. Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang pada bulan November Terdapat 2 variabel dalam penelitian yakni : kualitas tidur pada remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang. Pengumpulan data dengan rancangan Cross Sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (Hidayat, 2008). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah menggunakan alat bantu kuesioner, yaitu berupa pertanyaan tertutup yang sudah tersedia jawaban tentang kualitas tidur. Teknik analisa data : 1) analisis Univariat yaitu digunakan untuk meringkas atau mendeskriptifkan data yang dikumpulkan melalui sampel yang diobservasi, 2) analisis bivariat digunakan untuk menganalisis perbedaan kualitas tidur pada remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang dengan menggunakan t-test. HASIL PENELITIAN Data umum dalam penelitian ini meliputi karakteristik responden berdasarkan usia, waktu yang diperlukan untuk tidur, lama waktu tidur pulas dan data khusus. Karakteristik responden berdasarkan usia. Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui usia remaja putri di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 8 orang (44.4%) Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui waktu yang diperlukan masuk untuk masuk tidur remaja putri lebih dari 30 menit di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 7 orang (55,6%) Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui lama waktu tidur pulas 5-6 jam remaja putri di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 11 orang (61,1%). Data khusus dalam penelitian ini adalah kualitas tidur remaja putri. Kualitas tidur remaja putri dibedakan berdasarkan kualitas tidur remaja putri yang tidur menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu. Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa kualitas tidur baik remaja putri yang tidur menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 11 orang (61,1%) 62 pissn eissn

4 Wiyono, Perbedaan kualitas tidur pada remaja putri Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia remaja putri Usia (tahun) F % , ,7 Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan waktu yang diperlukan untuk masuk tidur remaja putri Waktu yang diperlukan untuk F % masuk tidur < 15 menit 5 11, menit 6 33,3 > 30 menit 7 55,6 Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama waktu tidur pulas Lama waktu tidur F % < 5 jam 6 33,3 5 6 jam 11 61,1 6 7 jam 1 5,6 > 7 jam 0 0 Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa kualitas tidur sangat baik remaja putri yang tidur tidak menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 12 orang (67,7%) Pengujian komparatif dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu. Statistik uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik uji t-test. Hasil uji t-test dengan signifikan 95% diperoleh P value sebesar yang berarti H 0 ditolak, ada perbedaan yang kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang. Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu Sikap F % Sangat baik 6 33,3 Baik 11 61,1 Cukup baik 1 5,6 Kurang baik 0 0 Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kualitas tidur remaja putri yang tidur tidak menggunakan lampu Sikap F % Sangat baik 12 66,7 Baik 6 33,3 Cukup baik 0 0 Kurang baik 0 0 PEMBAHASAN Skor kualitas tidur remaja putri dalam penelitian ini dibagi menjadi empat kategori yaitu 0-5 (sangat baik), 6-10 (baik), (cukup baik), (kurang baik). Kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu dengan kategori sangat sebanyak 33,3%, baik sebanyak 61,1%, dan cukup baik sebanyak 5,6% sedangkan kualitas tidur dengan kategori kurang baik tidak ada. Kualitas tidur dengan kategori kurang baik tidak didapatkan pada remaja putri yang menggunakan lampu dimungkinkan faktor usia. Usia remaja putri di Pondok Pesantren El Jasmeen tahun sebanyak 44,4% dan usia tahun sebanyak 39%. Menurut Maas (2002) menyatakan bahwa periode masa remaja dimungkinkan akan terjadi pertumbuhan fisik dan perubahan psikologis yang pesat yang berdampak pada kebutuhan tidur yang tinggi pada remaja, yaitu 8,5 jam per hari. Hal tersebut bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa cahaya merupakan stimulus yang dapat dapat menyebabkan gangguan tidur. Orang yang kualitas tidurnya buruk, didapatkan peningkatan aktivitas simpatis dan penurunan aktivitas parasimpatis. Sistem saraf simpatis akan di ti ngkatkan sehi ngga memi cu terj adi nya peni ngkatan tekanan darah, meni ngkatkan pissn eissn

5 kecepatan dan tekanan denyut jantung serta melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah. Hormon ini juga berfungsi untuk merangsang atau memperpanjang kondisi terjaga sehingga tubuh akan senantiasa didorong untuk terus beraktivitas (Wendy et al, 2007). Hasil penelitian kualitas tidur remaja putri yang tidak menggunakan lampu, didapatkan kualitas tidur dengan kategori sangat baik sebanyak 66,7% dan kualitas tidur dengan kategori baik sebanyak 33,3%, sedangkan kualitas tidur dengan kategori cukup baik dan kurang baik tidak ada. Penelitian kualitas tidur pada remaja putri yang tidak menggunakan lampu tidak didapatkan data tentang intensitas lampu, karena responden dalam penelitian ini tidur dengan mematikan lampu. Kualitas tidur dengan lingkungan kamar yang seperti ini lebih baik karena cahaya merupakan salah satu faktor yang memengaruhi produksi hormon melatonin. Produksi melatonin mulai meningkat pada awal kegelapan, mencapai puncaknya saat tengah malam dan menurun menjelang pagi. Jika periode kegelapan memanjang, melatonin dihasilkan melalui periode yang lebih lama pula. Menurut teori, hormon ini mempunyai peranan penting dalam tubuh diantaranya berperan sebagai pengatur proses metabolisme tubuh, menekan aktivitas gelombang otak dan menyiapkan untuk tidur, mengurangi kemungkinan terbentuknya gumpalan-gumpalan darah yang pada gilirannya melindungi kita dari stroke dan serangan jantung, sebagai antibodi dan antioksidan (Bock et al., 1995). Tubuh menerjemahkan informasi dari dunia luar ke dalam pesan kimia yang menjangkau setiap bagian tubuh dan membantu menjaga keharmonisan sistem yang komplek ini. Pesan ini berawal dari mata, di mana cahaya yang menimpa retina menghasilkan impuls saraf dan dari impuls mata di kirim ke dalam kelenjar pineal oleh jalur saraf. Ketika impuls ini sampai ke kelenjar pineal, ia mengkoordinasi serangkaian reaksi kimia yang menghasilkan produksi hormon serotonin dan melatonin. Ketika mata menangkap cahaya, kelenjar pineal menghasilkan serotonin dan sama sekali tidak menghasilkan melatonin. Ketika kegelapan datang, pineal mulai mengubah serotonin menjadi melatonin. Dengan bekerja sama, mata dan kelenjar pineal menerjemahkan informasi dari luar (cahaya dan kegelapan) ke dalam pesan kimia (serotonin dan melatonin) yang dapat dibaca oleh setiap sel dalam tubuh (Suroto, 2011). Kelenjar pineal tidak menyimpan melatonin yang dihasilkan. Ia memompa hormon ini secara langsung ke dalam aliran darah. Sepanjang malam kadar melatonin yang relatif tinggi beredar melalui aliran darah menuju setiap bagian tubuh. Jika cahaya dari mata menghentikan produksi pineal, kadar melatonin dalam aliran darah dan jaringan-jaringan menurun hampir dengan segera (Suroto, 2011). Hormon melatonin ini sangat penting untuk menjadikan tidur lebih nyenyak. Tubuh yang terpapar sinar dapat menekan produksi melatonin yang diperlukan oleh tubuh. Gelombang cahaya dapat masuk ke kelopak mata kemudian diterima oleh retina dan lensa mata, sehingga akan merangsang aktivitas otak untuk bekerja dan mengolah informasi yang masuk. Hormon melatonin di dalam tubuh mengatur irama sirkadian, sehingga orang dapat tidur pada malam hari dan bangun pada pagi hari. Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup semua orang. Menurut Hidayat (2008), kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Hasil uji statistik diketahui bahwa tingkat kemaknaan (Sig. 2 Tailed) r value sebesar 0,003 < 0,05 artinya H 0 ditolak. Berarti ada perbedaan bermakna antara kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu dan remaja putri yang tidak menggunakan lampu. Perbedaan kualitas tidur pada remaja putri dimungkinkan oleh sekresi hormon melatonin yang dipengaruhi cahaya. Cahaya yang ditangkap oleh retina menghasilkan impuls saraf, impuls saraf ini dibawa oleh fotoreseptor spesifik. Impuls saraf ini kemudian 64 pissn eissn

6 Wiyono, Perbedaan kualitas tidur pada remaja putri ditransmisikan ke daerah supra chiasmatic nukleus (SCN) dan diteruskan ke kelenjar pineal. Kelenjar pineal ini berfungsi sebagai regulator untuk menghasilkan hormon melatonin. Sintesis dan pelepasan melatonin dipicu oleh kegelapan dan dihambat oleh cahaya (Suroto, 2011). Perbedaan kualitas tidur yang terjadi pada remaja putri juga dimungkinkan oleh sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tetap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal. Fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidurbangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami pergeseran. Perbedaan kualitas tidur ini dari hasil penelitian menunjukan hanya sebagian saja indikator yang mengalami perubahan yaitu : kualitas tidur yang diukur dari indikator penilaian subyektif secara umum, waktu mulai tidur dan perasaan beraktifitas yang merupakan salah satu dampak dari menurunya kualitas tidur. Menurut peneliti perubahan yang tidak menyeluruh tersebut diakibatkan masa perlakuan tidur mengunakan cahaya lampu dan masa tidur tidak menggunakan cahaya lampu hanya 3 hari. Waktu yang pendek ini dimungkungkinkan hanya berdampak pada gejala-gejala yang bersifat gangguan langsung tetapi dampak akibat terjadi perubahan pola tidur tidak didapatkan. PENUTUP Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) kualitas tidur remaja putri yang menggunakan lampu termasuk kategori sangat baik 33,3%, kualitas tidur remaja putri dengan kategori baik 61,1%, dan kualitas tidur remaja putri dengan kategori cukup baik 5,6%, 2) kualitas tidur remaja putri yang tidak menggunakan lampu termasuk kategori sangat baik 66,7% dan kualitas tidur remaja putri dengan kategori baik 33,3%, 3) terdapat perbedaan kualitas tidur yang signifikan antara remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu. Remaja putri yang tidur menggunakan lampu sebaiknya menggunakan lampu dengan intensitas yang lebih rendah dari biasanya yaitu memilih lampu tidur dengan intensitas < 18 watt karena dari hasil penelitian pada remaja putri yang tidak menggunakan lampu didapatkan kualitas tidur yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ambar Konsep Istirahat Tidur. ibuambar.blogspot.com/2012/05/v-behavior urldefaultvmlo.html. (Diakses tanggal 17 Desember 2012) Aziz, Alimul. A Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Buysse, D.J., Reynold III, C.F., Monk, T.H., Berman, S.R., & Kupfer, D.J Pittsburg Sleep Quality Indeks (PSQI). Diakses dari: com/p/articles/mi_mofss/is_4_12/ai_n (Diakses tanggal 14 Januari 2013) Bock, Steven J., & Michael Boyette.1995.Stay Young The Melatonin Way.USA:Penguin Group Christoph & Cornelia Biological Effects of Light. loads/2012/02/biological-effects-of-light- %E2%80%93-Literature-overviewEnglish.pdf. (Diakses tanggal 19 Desember 2012) Firmansyah Psikologi Faal-Hormon. firmansyahthedos.blogspot.com/2011/05/ psikologi-faal hormon.html?zx=a64feb56df3c09b2. (Diakses tanggal 04 Januari 2013) Hidayat, A. A Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur. (Diakses tanggal 20 Desember 2012) National Sleep Foundation. Amerika (Online), (Diakses tanggal 20 Desember 2012) Notoadmojo, Soekidjo Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Pebriana, Melisa Info Kesehatan. hdsjdhjdhuiwe.blogspot.com/2011/11/skripsi- pissn eissn

7 melisa-pebriana.html. (Diakses tanggal 17 Desember 2012) Soetjiningsih Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagang Seto. Sugiyono, Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suroto, Agus Makalah tentang Melatonin. /agus suroto.blogspot.com/2012/09/makalahtentang melatonin.html#!/2012/09/makalahtentang-melatonin.html. (Diakses tanggal 03 Januari 2013) Wendy M, et al, Marital Quality and Marital Bed: Examining The Covariation Between Relationship Quality and Sleep. NIHPA Author Marmscripts Available from: (Diakses tanggal 19 Mei 2013) 66 pissn eissn

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *  ABSTRAK Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Berdasarkan Skor Pittsburgh Sleep Quality Index di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Bantul Yogyakarta RELATIONSHIP BETWEEN ELDERLY GYMNASTIC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia melakukan pekerjaan yang berbeda setiap harinya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia melakukan pekerjaan yang berbeda setiap harinya, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia melakukan pekerjaan yang berbeda setiap harinya, dibalik setiap rutinitas yang dilakukan, manusia juga membutuhkan tidur untuk mengistirahatkan tubuh.

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks, tidak stress, menganggur,.. Namun tidak berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. Peningkatan atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA TUNGGUL WULUNG LOWOKWARU KOTA MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA TUNGGUL WULUNG LOWOKWARU KOTA MALANG ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA TUNGGUL WULUNG LOWOKWARU KOTA MALANG Rudi Febrianto 1), Tanto Hariyanto 2), Vita Maryah Ardiyani 3) 1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Media Sosial a. Pengertian Media Sosial Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang untuk mengembalikan stamina tubuh dalam kondisi yang optimal. Tidur dapat diartikan sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istirahat atau tidur yang cukup merupakan kebutuhan setiap orang agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Maslow mengatakan kebutuhan fisiologis dasar manusia terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Tidur Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-benar

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN

STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN Amalia Safitrie 1), M.Hasib Ardani 2) 1). Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap (Hurlock, 1999). Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat terkait dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya kesehatan yang dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT UMUR DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI POSYANDU PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS KECAMATAN LOWOKWARU MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT UMUR DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI POSYANDU PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS KECAMATAN LOWOKWARU MALANG ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT UMUR DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI POSYANDU PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS KECAMATAN LOWOKWARU MALANG Rudimin 1), Tanto Harianto 2), Wahidyanti Rahayu 3) 1) Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG ABSTRAK

PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG ABSTRAK PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG Syifa Fauziyah 1), Tanto Hariyanto 2), Wahidyanti Rahayu S 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan kesehatan emosional (Colten & Altevogt, 2006). Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi (Prawirohardjo,2008 dalam Kumalasari, 2015).

Lebih terperinci

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI Overview of Sleep Quality and Sleep Disorders In Elderly at Social Home Tresna Werdha Budi Luhur

Lebih terperinci

Tidur dan Ritme Sirkadian

Tidur dan Ritme Sirkadian Modul ke: Tidur dan Ritme Sirkadian Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Pengertian Tidur : Tidur berasal dari bahasa latin somnus yang berarti alami

Lebih terperinci

Irama Sirkadian. Anastasia Tri Anggarwati. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Irama Sirkadian. Anastasia Tri Anggarwati. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Irama Sirkadian Anastasia Tri Anggarwati 102012191 triaanastasia@gmail.com Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perkumpulan lansia Kartasura pada bulan November 2016 didapatkan

Lebih terperinci

seseorang. Setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk Kozier(2008) dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah:

seseorang. Setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk Kozier(2008) dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah: 1 Naskah Publikasi Pendahuluan Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai.tidur memberikan peran yang esensial bagi kebutuhan fisiologis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur multidisipliner yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Keperawatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA ANAK BUAH KAPAL YANG BEKERJA DI KAMAR MESIN KAPAL MANADO-SANGIHE PELABUHAN MANADO TAHUN 2015 Handre Sumareangin* Odi Pinontoan* Budi T. Ratag* *Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berlangsung dari minggu ke-1 hingga minggu ke-13, trimester kedua dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berlangsung dari minggu ke-1 hingga minggu ke-13, trimester kedua dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah suatu kondisi maternal berkembangnya fetus di dalam tubuh (DeCherney et al., 2007). Kehamilan dibagi menjadi trimester pertama yang berlangsung dari

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kualitas Tidur dengan Kebiasaan Senam Lansia di Lembaga Lanjut Usia Indonesia Provinsi Jawa Barat Relationship Of Sleep Quality With Elderly Gymnastic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia saat ini. Gawai elektronik digunakan untuk berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia saat ini. Gawai elektronik digunakan untuk berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gawai elektronik atau smartphone memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia saat ini. Gawai elektronik digunakan untuk berbagai macam hal seperti browsing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein merupakan zat psikoaktif yang terdapat pada banyak sumber seperti kopi, teh, soda dan cokelat. Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kopi terbesar ke-4

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN Ambar Winarti STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN ABSTRAK Tidur merupakan kebutuhan manusia

Lebih terperinci

Stikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist.

Stikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist. HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MELAKUKAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI STIKES PAGUWARMAS MAOS CILACAP Eka Mei Susanti, Prodi Kebidanan, Stikes Paguwarmas Maos Cilacap,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS Sevi Budiati & Dwi Anita Apriastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

commit to user BAB V PEMBAHASAN

commit to user BAB V PEMBAHASAN 48 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai perbedaan kualitas tidur antara pasien asma dengan pasien PPOK dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013 di Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) HUBUNGAN PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL FACEBOOK DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN ANGKATAN 2012 Manis Lestari 1), Joko Wiyono 2), Yanti

Lebih terperinci

PERBEDAAN KUALITAS TIDUR SEBELUM DAN SESUDAH MELAKUKAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA LANSIA ABSTRAK

PERBEDAAN KUALITAS TIDUR SEBELUM DAN SESUDAH MELAKUKAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA LANSIA ABSTRAK PERBEDAAN KUALITAS TIDUR SEBELUM DAN SESUDAH MELAKUKAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA LANSIA Yohanes Daud Djawa 1), Tanto Hariyanto 2), Vita Maryah Ardiyani 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN KONSENTRASI BELAJAR DAN INDEKS PRESTASI MAHASISWA PROGRAM DIII KEBIDANAN STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN KONSENTRASI BELAJAR DAN INDEKS PRESTASI MAHASISWA PROGRAM DIII KEBIDANAN STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN KONSENTRASI BELAJAR DAN INDEKS PRESTASI MAHASISWA PROGRAM DIII KEBIDANAN STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : AYU AMALIA PUTRI 201110104183 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003)

BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat kini menghadapi persaingan dunia kerja hingga bekerja dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003) shift kerja merupakan kerja

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA ABSTRAK

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA ABSTRAK HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA Sapuat 1), Tri Anjaswarni 2), Sarimun 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persaingan ketat dibidang kualitas semua instansi berlomba-lomba untuk

I. PENDAHULUAN. Persaingan ketat dibidang kualitas semua instansi berlomba-lomba untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan ketat dibidang kualitas semua instansi berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas instansi mereka. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memberlakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Tidur Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (Wahit dan Nurul, 2007). Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG Nina Susanti * ) Wagiyo ** ), Elisa *** ) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEROKOK AKTIF DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR (INSOMNIA) PADA MAHASISWA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PEROKOK AKTIF DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR (INSOMNIA) PADA MAHASISWA ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PEROKOK AKTIF DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR (INSOMNIA) PADA MAHASISWA Khairul Hakimin 1), Sugianto Hadi 2), Ani Sutriningsih 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit hipertensi esensial telah berdampak pada satu milyar orang diseluruh dunia, mengungguli serangan jantung dan stroke. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sarana dan internet seperti yang terdapat pada smartphone (Sunarto,

BAB I PENDAHULUAN. dengan sarana  dan internet seperti yang terdapat pada smartphone (Sunarto, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat, maka internet menjadi salah satu media yang paling mudah dan murah untuk digunakan. Sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dari dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti seseorang dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memiliki kebutuhan khusus yang harus dipenuhi, baik secara fisiologis maupun psikologis. Terdapat banyak kebutuhan fisiologis manusia, salah satunya adalah

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Andri Gunawan e-mail : mixtape.inside.andri@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan salah satu pegawai yang selalu

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTERI TENTANG SADARI DALAM UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI PONDOK PESANTREN ADDAINURRIYAH II SEMARANG

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTERI TENTANG SADARI DALAM UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI PONDOK PESANTREN ADDAINURRIYAH II SEMARANG TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTERI TENTANG SADARI DALAM UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI PONDOK PESANTREN ADDAINURRIYAH II SEMARANG Muliatul Jannah SST.,M.Biomed Dosen Universitas Islam Sultan Agung

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 pada Desember Dari 150

BAB V PEMBAHASAN. Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 pada Desember Dari 150 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 pada Desember 2015. Dari 150 mahasiswa ini kemudian dinilai lama penggunaan telepon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Tengah (Jateng), termasuk salah satu dari tujuh provinsi di Indonesia yang berpenduduk dengan struktur tua (lansia). Data Departemen Sosial (Depsos)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang membutuhkan tidur, makan, air dan oksigen untuk bertahan hidup. Untuk manusia sendiri, tidur adalah suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA 60-70 TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO Oleh S.Nurul Sya diyah AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN Mahdalena 1 Muhlis 2 M. Fadli 3 1 Jurusan Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan seperti perkembangan fisik, emosional, maupun sosial yang

Lebih terperinci

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat 2 Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, penyakit jantung koroner, pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan insulin atau penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen (Preeksperiments design). Penelitian ini menggunakan rancangan one group pre test dan post test design.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan akses utama dalam memperoleh perawatan di rumah sakit, mempunyai peranan sangat penting dalam menangani pasien dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh manusia untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Tidur merupakan keadaan seseorang memasuki alam bawah

Lebih terperinci

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur 1.2.1 Pengkajian Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri VISUAL SCHEDULE TERHADAP PENURUNAN BEHAVIOR PROBLEM SAAT AKTIVITAS MAKAN DAN BUANG AIR PADA ANAK AUTIS (Visual Schedule towards the Decline of Behavioral Problems in Feeding Activities and Defecation in

Lebih terperinci

Sarah Youna Moniung Rolly Rondonuwu Yolanda B. Bataha

Sarah Youna Moniung Rolly Rondonuwu Yolanda B. Bataha HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK DENGAN KUALITAS TIDUR PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BAHU MANADO Sarah Youna Moniung Rolly Rondonuwu Yolanda B. Bataha Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PERBEDAAN GENDER TERHADAP WAKTU REAKSI TERHADAP CAHAYA MERAH

ABSTRAK PENGARUH PERBEDAAN GENDER TERHADAP WAKTU REAKSI TERHADAP CAHAYA MERAH ABSTRAK PENGARUH PERBEDAAN GENDER TERHADAP WAKTU REAKSI TERHADAP CAHAYA MERAH Bonggas Sihombing, 2011, Pembimbing 1: Djusena, dr., AIF. Pembimbing 2: Widura, dr., M.S. Latar belakang waktu reaksi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam daur kehidupan yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa, terjadi pertumbuhan dan perkembangan. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi gangguan tidur pada remaja mengalami peningkatan selama 10

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi gangguan tidur pada remaja mengalami peningkatan selama 10 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi gangguan tidur pada remaja mengalami peningkatan selama 10 tahun terakhir (Thorleifsdottir et al. 2002; National Foundation 2004). Penelitian pada sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian case control, yaitu penelitian dengan cara membandingkan

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian case control, yaitu penelitian dengan cara membandingkan digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian case control, yaitu penelitian dengan cara membandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI Indah Risnawati STIKES Muhammadiyah Kudus, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal.istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI Retno Palupi Yonni STIKes Surya Mitra Husada Kediri e-mail

Lebih terperinci

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup

MASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup (Istirahat) MASYARAKAT KINI Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup DI AMERIKA SERIKAT Perasaan letih termasuk 10 alasan utama mengapa penderita mengunjungi dokter

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI Annysa Yanitama, Iwan Permana, Dewi Hanifah Abstrak Salah satu masalah remaja adalah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu aktivitas dalam kehidupan keseharian kita, termasuk kedalam kebutuhan dasar yang harus dipenuhi layaknya makan, minum bernafas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci