BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Devi Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Validasi Hasil Simulasi Validasi program dilakukan dengan cara membandingkan hasil proses simulasi penelitian sekarang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zhigang pada tahun Zhigang menyelesaikan simulasi proses RSW logam sejenis dengan arus lisrik 12,2 ka dan weld time 0,2 detik dan waktu tahan (holding time) hingga 0,6 detik. (a) (b) Gambar 4.1. (a) Distribusi temperatur penelitian Zhigang dan (b) distribusi temperatur penelitian sekarang Perbandingan penelitian disajikan pada gambar 4.1. Kedua grafik merepresentasikan kesamaan fenomena yang terjadi, temperatur system terus naik secara drastis hingga akhir dari weld time kemudian turun secara perlahan setelah arus listrik dimatikan (memasuki holding time). Temperatur tertinggi pada penelitian Zigang mencapai lebih dari 2000 C, sedangkan pada penelitian sekarang hanya mencapai 1944 C. Temperatur pada keda elektroda juga menunjukkan perbedaan, pada penelitia Zhigang mencapai 1000 C, sedangkan pada penelitian sekarang hanya mencapai 500 C. Perbedaan distribusi temperatur yang terjadi pada hasil penelitian sekarang dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhigang disebabkan karena perbedaan dari material yang digunakan dalam pemodelan, sehingga properties dari material juga sangat berbeda. Perbandingan hasil 30
2 31 penelitian menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan sekarang valid karena menghasilkan tren fenomena yang mirip dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Validasi juga dilakukan pada simulasi untuk dissimilar metal dengan cara membandingkan hasil grafis simulasi dengan foto struktur mikro yang dihasilkan pada penelitian Kolarik pada tahun Gambar 4.2. Perbandingan distribusi temperatur penelitian sekarang dengan foto stuktur mikro penelitian Kolarik Hasil perbandingan menunjukkan bahwa bentuk nugget pada penelitian sekarang dekat dengan hasil penelitian yang dilakukan secara eksperimental sebelumnya. Namun masih terdapat perbedaan di antara keduanya, hal ini membuktikan bahwa penyimpangan mungkin terjadi pada hasil penelitian secara simulasi Simulasi Grafis Hasil Pemrograman Program yang digunakan untuk simulasi proses RSW adalah program dengan perangkat lunak ansys 12.0 seperti yang tercantum dalam lampiran. Data temperatur pada setiap nodal diperoleh melalui program simulasi yang sudah dijalankan dengan software ansys. Model komputasi yang digunakan untuk mensimulasikan proses RSW bertujuan untuk memahami dampak dari perubahan parameter proses pada perpindahan panas yang terjadi. Model yang dikembangkan digunakan untuk mendefinisikan suhu pada setiap lokasi pada benda kerja dan elektroda sebagai fungsi waktu dari awal hingga akhir proses RSW. Model yang pertama adalah proses RSW baja karbon yaitu SS 400. Arus listrik yang diaplikasikan pada proses ini sebesar 14,2 ka dan weld time 0,26 detik.
3 Temperatur ( C) Elektroda Bawah - Elektroda Atas - Gambar 4.3. Grafik distribusi temperatur RSW baja karbon dengan arus listrik 14,2 ka dan weld time 0,26 detik Gambar 4.3 menunjukkan distribusi temperatur yang terjadi pada pengelasan titik logam sejenis. Temperatur pada permukaan faying surface meningkat dengan sangat cepat pada saat arus listrik diaplikasikan, kemudian akan turun secara perlahan pada waktu penahanan. Beberapa grafis hasil pemrograman untuk RSW logam sejenis dalam hal ini adalah baja karbon rendah pada beberapa waktu yang berbeda ditunjukkan pada gambar ,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 0,700 Waktu (detik)
4 33 (a) Distribusi Temperatur pada 0,02 Detik (b) Distribusi Temperatur pada 0,08 Detik (c) Distribusi Temperatur pada 0,2 Detik (d) Distribusi Temperatur pada 0,26 Detik (e) Distribusi Temperatur pada 0,3 Detik (f) Distribusi Temperatur pada 0,6 Detik Gambar 4.4. Proses RSW baja karbon dengan arus listrik 14,2 ka dan weld time 0,26 detik Panas mulai muncul di antara kedua permukaan pelat logam yang dilas atau biasa disebut dengan faying surface pada awal proses pengelasan titik baja karbon seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.4 (a) dan 4.4 (b). Panas terbesar muncul pada permukaan kedua pelat yang saling bersentuhan karena tahanan terbesar berada pada bagian tersebut (Thakur,
5 ). Panas kemudian merambat ke arah aksial menjauhi permukaan. Bertambahnya waktu pengelasan menyebabkan meningkatnya temperatur tertinggi yang tercapai. Temperatur tertinggi yang tercapai pada akhir waktu pengelasan adalah 1367 C seperti ditunjukkan pada gambar 4.4 (d). Nilai ini diambil sebagai titik lebur dari baja karbon rendah, sehingga dapat diasumsikan bahwa pada waktu tersebut nugget mulai terbentuk. Nugget yang terjadi berbentuk menyerupai elips dan terlihat sangat datar. Ukuran nugget yang terbentuk terlihat simetri terhadap permukaan faying surface. Hal ini menunjukkan bahwa penetrasi panas pada kedua pelat yang dilas adalah sama. Elektroda terlihat ikut memanas pada akhir proses pengelasan akibat rambatan panas dari pelat yang dilas. Elektroda dibuat dari bahan yang tidak mudah mengalami deformasi karena elekroda juga ikut mengalami perubahan temperatur (Rajanarender, 2012). Distribusi temperatur pada proses penahanan atau biasa disebut dengan holding time ditunjukkan oleh gambar 4.4 (e) dan 4.4 (f). Arus listrik pada elektroda telah dimatikan pada fase ini sehingga tidak terjadi penambahan panas pada kedua pelat. Temperatur pada kedua pelat terlihat menurun secara perlahan. Gambar 4.4 (e) mempresentasikan distribusi temperatur setelah 0,4 detik, dimana temperatur nugget telah turun mencapai 1019 C. Nugget tetap berbentuk elips dan simetri terhadap faying surface. Seiring dengan bertambahnya waktu, temperatur pada sistem semakin turun. Gambar 4.4 (f) menggambarkan distribusi temperatur setelah 0,6 detik dan temperatur tertinggi hanya sebesar 336 C, namun perambatan panas terlihat semakin meluas. Selisih temperatur pelat dengan elektroda semakin kecil dan keseluruhan sistem telah mengalami perubahan temperatur akibat perambatan panas dari material yang dilas. Model yang dikembangkan berikutnya adalah RSW logam tak sejenis yaitu SUS 304 dan SS 400. Pemodelan juga ditujukan untuk mendefinisikan suhu pada setiap lokasi pada benda kerja dan elektroda sebagai fungsi waktu dari awal hingga akhir proses. Perbedaan sifat fisik dan termal dari material diberikan sebagai masukan dari program.
6 35 Gambar 4.5. Distribusi temperatur pada 0,04 detik Suhu pada permukaan pelat meningkat sangat cepat pada awal proses pengelasan dan menyebabkan terjadinya selisih temperatur yang sangat signifikan pada kedua pelat yang dilas. Temperatur tertinggi telah melampaui 600 C pada waktu pengelasan 0,04 detik, sedangkan suhu antar muka elektroda - pelat belum menunjukkan adanya peningkatan seperti ditunjukkan pada gambar 4.5. Panas yang dihasilkan sepanjang garis kontak antar permukaan pelat terjadi akibat adanya hambatan pada permukaan kontak (Zhigang, 2006). Gambar 4.6. Distribusi temperatur pada 0,06 detik
7 36 Temperatur benda kerja terus naik selama arus listrik diaplikasikan pada proses RSW. Gambar 4.6 menunjukkan distribusi temperatur pada waktu 0,06 detik dan temperatur tertinggi mencapai 719 C, sedangkan suhu antar muka elektroda - pelat mulai naik secara perlahan akibat adanya perpindahan panas secara konduksi dari benda kerja ke elektroda. Kedua pelat yang dilas mulai menunjukkan distribusi temperatur yang tidak seimbang karena perbedaan sifat termal kedua material yang sangat berbeda. Material SUS304 memiliki resistivitas yang lebih tinggi daripada material SS400 pada suhu yang sama. Baja karbon SS400 memiliki resistivitas 26.7 x 10 ⁸ Ωm pada suhu 204 C sedangkan resistivitas SUS304 pada suhu yang sama adalah 78 x 10 ⁸ Ωm sehingga panas yang muncul pada SUS304 cenderung lebih tinggi. Namun pola distribusi temperature yang terjadi menunjukkan hal yang berbeda karena material SS400 memiliki konduktivitas termal yang lebih tinggi daripada SUS304. Sebagai contoh, pada suhu 316 C nilai konduktivitas termal SS400 adalah W/m⁰C dan SUS304 hanya 17.9 W/m⁰C. Hal ini menyebabkan SS400 mampu menghantarkan panas dengan lebih cepat daripada SUS304. Hal ini menyebabkan penyebaran panas pada pelat SS400 menjadi lebih luas (Kolarik, 2012). Gambar 4.7. Distribusi temperatur pada 0,1 detik
8 37 Suhu tertinggi mencapai 883 C pada weld time 0,1 detik. Area yang berwarna merah menunjukkan area yang memiliki temperatur yang paling tinggi, area tersebut berbentuk menyerupai elips dan sangat datar seperti ditunjukkan pada gambar 4.7. Elektroda juga telah mengalami kenaikan temperatur mencapai 300 C dan distribusi temperatur pada pelat SUS 304 dengan pelat SS 400 semakin tidak seimbang. Temperatur tertinggi selalu berada di antara permukaan pelat yang dilas. Panas pada proses RSW akan selalu timbul pada permukaan dengan nilai tahanan yang paling tinggi dan peleburan material akan terjadi pertama kali pada permukaan kedua pelat yang menempel (Okumura, 1996). Nilai temperatur yang paling tinggi terjadi selalu pada akhir dari siklus pengelasan, dimana arus listrik terakhir diaplikasikan pada kedua elektroda yang dilas. Berikut adalah beberapa grafis distribusi temperatur yang terjadi pada akhir siklus pengelasan: Gambar 4.8. Distribusi temperatur pada weld time 0,18 detik
9 38 Gambar 4.9. Distribusi temperatur pada weld time 0,2 detik Gambar Distribusi temperatur pada weld time 0,22 detik Gambar Distribusi temperatur pada weld time 0,24 detik
10 39 Gambar Distribusi temperatur pada weld time 0,26 detik Gambar Distribusi temperatur pada weld time 0,28 Detik Gambar Distribusi temperatur pada weld time 0,3 Detik
11 40 Gambar Distribusi temperatur pada weld time 0,32 Detik Gambar Distribusi temperatur pada weld time 0,34 Detik Gambar 4.8 hingga gambar 4.16 menginterpretasikan distribusi temperatur yang berbeda seiring dengan bertambahnya weld time dimana arus listrik diaplikasikan pada benda kerja. Suhu tertinggi memiliki nilai yang bervariasi pada waktu pengelasan yang berbeda. Gambar 4.6 adalah distribusi temperatur yang terjadi setelah arus listrik diaplikasikan selama 0,18 detik dantemperatur tertinggi hanya mencapai 1116 C. Hal ini menunjukan bahwa nugget sama sekali belum terbentuk pada pengelasan dengan arus listrik 12,2 ka dan waktu pengelasan 0,18 detik. Hal ini disebabkan karena panas yang terjadi pada akhir siklus pengelasan belum mencapai titik cair dari kedua material yang dilas. Hal ini juga terjadi pada variasi weld time 0,2 detik; 0,22 detik; 0,24 detik; dan 0,26 detik seperti
12 41 ditunjukkan pada gambar 4.8 hingga 4.12, dimana temperatur tertinggi yang terjadi adalah berturut-turut 1178 C, 1238 C, 1294 C, dan 1350 C sehingga nugget juga belum terbentuk. Hubungan antara weld time dengan temperatur tertinggi yang tercapai dijelaskan pada gambar Temperatur ( ⁰C) ,18 0,2 0,22 0,24 0,26 0,28 0,3 0,32 0,34 Temperatur Tertinggi Weld Time (detik) Gambar 4.17 Grafik hubungan antara weld time dengan temperatur tertinggi yang terjadi. Nugget mulai terbentuk pada variasi weld time 0,28 detik, dimana temperatur tertinggi mencapai 1404 C dan nilai ini dipilih sebagai titik cair dari material SUS 304. Distribusi temperatur yang terjadi pada kondisi ini ditunjukkan pada gambar Bentuk nugget terlihat masih tetap elips dan sangat datar dan distribusi temperatur yang terjadi pada kedua pelat yang dilas semakin tidak seimbang. Nugget menjadi hal yang sangat penting pada RSW, karena kualitas dan kekuatan hasil lasan ditentukan oleh dimensi dan struktur dari nugget yang dihasilkan Data Hasil Pemrograman Pengambilan data pada pemrograman untuk proses RSW material pelat SUS 304 dan pelat SS 400 dengan variasi weld time dilakukan pada tiga titik. Titik pertama berada pada pusat elektroda bawah pelat SS 400, titik kedua berada pada pusat permukaan elektroda atas pelat SUS 304, dan titik terakhir berada pada pusat permukaan pelat SUS 304 pelat SS400 seperti dijelaskan pada gambar 4.18.
13 42 Gambar Posisi titik pengambilan data komputasi Perbedaan weld time yang diaplikasikan pada proses RSW juga menyebabkan perbedaan pola distribusi temperatur yang terjadi. Hasil komputasi yang telah dilakukan menunjukan perbedaan skala distribusi temperatur. Prediksi distribusi temperatur untuk berbagai variasi weld time diperlihatkan oleh gambar Temperatur ( C) Elektroda Bawah - Elektroda Atas ,000 0,200 0,400 0,600 0,800 Waktu (detik) Gambar Grafik Distribusi Temperatur Pada RSW logam tak sejenis dengan Weld Time 0,18 Detik
14 Temperatur ( C) Elektroda Bawah - Elektroda Atas ,000 0,200 0,400 0,600 0,800 Waktu (detik) Gambar Grafik Distribusi Temperatur Pada RSW logam tak sejenis dengan Weld Time 0,2 Detik Temperatur ( C) Elektroda Bawah - Elektroda Atas ,000 0,200 0,400 0,600 0,800 Waktu (detik) Gambar Grafik Distribusi Temperatur Pada RSW logam tak sejenis dengan Weld Time 0,22 Detik
15 Temperatur ( C) Elektroda Bawah - Elektroda Atas ,000 0,200 0,400 0,600 0,800 Waktu (detik) Gambar Grafik Distribusi Temperatur Pada RSW logam tak sejenis dengan Weld Time 0,24 Detik Temperatur ( C) ,000 0,200 0,400 0,600 0,800 Waktu (detik) Elektroda Bawah - Elektroda Atas - - Gambar Grafik Distribusi Temperatur Pada RSW logam tak sejenis dengan Weld Time 0,26 Detik
16 45 Temperatur C ,000 0,200 0,400 0,600 0,800 Waktu (detik) Elektroda Bawah - Elektroda Atas - - Gambar Grafik Distribusi Temperatur Pada RSW logam tak sejenis dengan Weld Time 0,28 Detik Temperatur C ,000 0,200 0,400 0,600 0,800 Waktu (detik) Elektroda Bawah - Elektroda Atas - - Gambar Grafik Distribusi Temperatur Pada RSW logam tak sejenis dengan Weld Time 0,3 Detik
17 46 Temperatur C ,000 0,200 0,400 0,600 0,800 Waktu (detik) Elektroda Bawah - Elektroda Atas - - Gambar Grafik Distribusi Temperatur Pada RSW logam tak sejenis dengan Weld Time 0,32 Detik Temperatur C ,000 0,200 0,400 0,600 0,800 Waktu (detik) Elektroda Bawah - Elektroda Atas - - Gambar Grafik Distribusi Temperatur Pada RSW logam tak sejenis dengan Weld Time 0,34 Detik Kesembilan grafik di atas menginterpretasikan kesamaan fenomena yang terjadi, yaitu temperatur yang terus naik hingga mencapai nilai tertinggi pada batas waktu arus listrik diaplikasikan kemudian turun secara drastis setelah arus listrik dimatikan. Fase ini disebut fase penahanan atau disebut dengan holding time. Temperatur tertinggi dicapai sesaat sebelum arus listrik dimatikan kemudian turun seiring dengan bertambahnya holding time. Nilai temperatur terbaik pada kesembilan variasi didapat pada variasi weld time 0,28 detik. Temperatur pada titik ketiga atau titik
18 47 yang berada di antara pelat yang dilas mencapai 1404 C seperti dijelaskan pada gambar Nilai temperatur ini diambil sebagai titik lebur dari baja karbon rendah SS400 dan stainless steel SUS304, sehingga dapat diasumsikan bahwa pada waktu tersebut nugget mulai terbentuk (Incropera, 1981). Hasil simulasi pada kedua penelitian yag telah dilakukan menunjukkan hasil yang berbeda. Arus listrik yang dibebankan pada RSW logam sejenis yaitu baja karbon rendah adalah 14,2 ka, sedangkan nilai weld time minimal yang diperlukan untuk menghasilkan nugget secara sempurna adalah 0,26 detik. RSW logam tak sejenis yaitu SUS304 SS400 memerlukan weld time sebesar 0,28 detik untuk menghasilkan nugget secara sempurna dan arus listrik yang dibebankan adalah 12,2 ka. Hal ini terjadi karena SUS304 memiliki resistivitas yang relatif lebih besar daripada SS400 (Kolarik, 2012). (a) (b) (a) Distribusi Temperatur Setelah 0,4 Detik (c) Gambar Distribusi Temperatur Holding Time pada RSW dengan Weld Time 0,18 Detik Setelah (a) 0,3 Detik, (b) 0,4 Detik, (c) 0,6 detik
19 48 (a) (b) (c) Gambar Distribusi Temperatur Holding Time pada RSW dengan Weld Time 0,2 Detik Setelah (a) 0,3 Detik, (b) 0,4 Detik, (c) 0,6 Detik (a) (b) (c) Gambar Distribusi Temperatur Holding Time pada RSW dengan Weld Time 0,22 Detik Setelah (a) 0,3 Detik, (b) 0,4 Detik, (c) 0,6 Detik
20 49 (a) (b) (c) Gambar Distribusi Temperatur Holding Time pada RSW dengan Weld Time 0,24 Detik Setelah (a) 0,3 Detik, (b) 0,4 Detik, (c) 0,6 Detik (a) (b) (c) Gambar Distribusi Temperatur Holding Time pada RSW dengan Weld Time 0,26 Detik Setelah (a) 0,3 Detik, (b) 0,4 Detik, (c) 0,6 Detik
21 50 (a) (b) (c) Gambar Distribusi Temperatur Holding Time pada RSW dengan Weld Time 0,28 Detik Setelah (a) 0,3 Detik, (b) 0,4 Detik, (c) 0,6 Detik (a) (b) Gambar Distribusi Temperatur Holding Time pada RSW dengan Weld Time 0,3 Detik Setelah (a) 0,4 Detik, (b) 0,6 Detik (a) (b) Gambar Distribusi Temperatur Holding Time pada RSW dengan Weld Time 0,32 Detik Setelah (a) 0,4 Detik, (b) 0,6 Detik
22 51 (a) (b) Gambar Distribusi Temperatur Holding Time pada RSW dengan Weld Time 0,34 Detik Setelah (a) 0,4 Detik, (b) 0,6 Detik Hasil grafis dari simulasi untuk holding time yang berbeda ditujukkan oleh gambar 4.28 hingga Gambar tersebut memperlihatkan kesamaan pola yaitu penurunan temperatur yang sangat signifikan pada logam yang dilas maupun elektroda. Perbedaan ditribusi temperatur dari sistem disebabkan karena temperatur tertinggi yang dicapai pada tiap proses RSW berbeda pada setiap variasi weld time. Panas yang semula muncul pada permukaan faying surface menyebabkan temperatur semua logam meningkat, namun setelah sumber panas yaitu arus listrik dimatikan terjadi penyebaran panas keluar dari sistem. Hal ini disebabkan karena perpindahan panas konveksi yang menjadi batas pada sisi terluar dari sistem. Udara diasumsikan mengalir di sekitar sistem sehingga mengakibatkan terjadinya perambatan energi panas dari permukaan sistem ke lingkungan (Cengel, 2002). Proses perpindahan kalor konveksi juga menjadi batas sistem pada sisi dalam kedua elektroda karena elektoda diasumsikan dilengkapi dengan sistem pendingin yaitu air yang disirkulasikan.
BAB II LANDASAN TEORI
digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Teknologi pengelasan las tahanan listrik mula-mula dikembangkan oleh Elihu Thompson pada akhir abad 19. Kini proses tersebut telah berkembang
Lebih terperinciGambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )
digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Resistance Spot Welding (RSW) atau Las Titik Tahanan Listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan plat yang disambung ditekankan satu
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN ANALISA
BAB IV DATA DAN ANALISA Pengelasan plug welding pada material tak sejenis antara logam tak sejenis antara baja tahan karat 304L dan baja karbon SS400 dilakukan untuk mengetahui pengaruh arus pengelasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resistance Spot welding adalah salah satu jenis metode pengelasan dimana dua plat atau lebih disambungkan menggunakan panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik.
Lebih terperinciPERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41
C.8 PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41 Fauzan Habibi, Sri Mulyo Bondan Respati *, Imam Syafa at Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciPENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA
Tugas Akhir PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Disusun oleh : Awang Dwi Andika 4105 100 036 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pada saat ini, banyak sekali alat-alat yang terbuat dari bahan plat baik plat fero maupun nonfero seperti talang air, cover pintu, tong sampah, kompor minyak, tutup
Lebih terperinciJurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN
PENGARUH VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS TITIK (SPOT WELDING) LOGAM DISSIMILAR STAINLESS STEEL DAN BAJA KARBON RENDAH NSTRUCTION TO AUTHORS (Times New Roman,
Lebih terperinciJurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
TUGAS AKHIR MN 091382 ANALISA PENGARUH VARIASI TANGGEM PADA PENGELASAN PIPA CARBON STEEL DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN FCAW TERHADAP DEFORMASI DAN TEGANGAN SISA MENGGUNAKAN ANALISA PEMODELAN ANSYS
Lebih terperinciTUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )
1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan, karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam dunia industri, bahan-bahan yang digunakan kadang kala merupakan bahan yang berat. Bahan material baja adalah bahan paling banyak digunakan, selain jenisnya bervariasi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena suhu
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur
Lebih terperinciPENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER
PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER Wisma Soedarmadji*), Febi Rahmadianto**) ABSTRAK Tungsten Innert Gas adalah proses
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam topik penelitian ini, ada beberapa hasil yang telah dicapai dalam penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan distribusi panas yang terjadi pada proses pemesinan.
Lebih terperinciPENGARUH HEAT TREATMENT
TUGAS AKHIR PENGARUH HEAT TREATMENT SESUDAH PENGELASAN (POST WELD) PADA BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KOMPOSISI KIMIA Disusun : CATUR WIDODO YUNIANTO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua logam atau lebih yang menggunakan energi panas. Teknologi pengelasan tidak hanya digunakan untuk memproduksi
Lebih terperinciFrekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la
Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam
Lebih terperinciLatar belakang. Oleh: Sukendro. Bs Nrp
Analisa Pengaruh Tebal Pelat Dan Kuat Arus Terhadap Distorsi Sudut, Struktur mikro Dan Kekerasan Pada Pengelasan Multilayer Pelat Datar Dengan Menggunakan GMAW Metal Transfer Type Pulsa Oleh: Sukendro.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi semakin maju, baik di dalam perakitan maupun perawatan. Seiring kemajuan teknologi dalam bidang konstruksi, membuat kebutuhan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-340 Analisa Pengaruh Variasi Tanggem Pada Pengelasan Pipa Carbon Steel Dengan Metode Pengelasan SMAW dan FCAW Terhadap Deformasi dan Tegangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengamatan, pengukuran serta pengujian terhadap masingmasing benda uji, didapatkan data-data hasil penyambungan las gesek bahan Stainless Steel 304. Data hasil
Lebih terperinciPerpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02
MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan
Lebih terperinciPENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS
PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Joko Waluyo 1 1 Jurusan Teknik Mesin Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Lebih terperinciJl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak
PENGUJIAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADASAMBUNGAN PENGELASAN GESEK SAMA JENIS BAJA ST 60, SAMA JENIS AISI 201, DAN BEDA JENIS BAJA ST 60 DENGAN AISI 201 *Hermawan Widi Laksono 1, Sugiyanto 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciAdanya pengembangan penggunaan gas pelindung pada las TIG. Ditemukannya porositas pada setiap variasi gas dari logam hasil las-lasan.
PENGARUH PARAMETER DAN KOMPOSISI GAS PELINDUNG TERHADAP DIMENSI MANIK LAS, POROSITAS DAN LAJU KOROSI PADA PROSES PELEBURAN LOGAM MENGGUNAKAN TORCH GTAW Disusun Oleh : Pungky Anggara Kurniawan NRP. 213
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 1 Januari 2017; 10-14 STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L Ojo Kurdi Departement Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. waktu pengelasan dan pengaruh penambahan filler serbuk pada
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai sifat mekanik pengaruh arus pengelasan, waktu pengelasan dan pengaruh penambahan filler serbuk pada sambungan las titik dengan material feritik Stainless
Lebih terperinciTugas Akhir ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE
Tugas Akhir ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Disusun Oleh : Metriks Ghozali Wicaksono
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka
BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengelasan logam tak sejenis antara baja tahan karat dan baja karbon banyak diterapkan di bidang teknik, diantaranya kereta api, otomotif, kapal dan industri lain.
Lebih terperinciSimposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X
STUDI PENGARUH VARIASI VOLUMETRIK GAS ARGON DAN PARAMETER PROSES PENGELASAN SPOT WELDING TERHADAP KUALITAS SAMBUNGAN PADA PADUAN ALUMINIUM Muhammad Alfatih Hendrawan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. jalan Kolam No. 1 / jalan Gedung PBSI Telp , Universitas Medan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal pengesahan usulan oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai yang direncanakan berlangsung selama
Lebih terperinciPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMEN DAN PENDEKATAN ELEMEN HINGGA UNTUK MENENTUKAN JARAK OPTIMAL ANTAR MANIK LAS PADA PENGELASAN RSW BAJA SPCD Disusun Oleh : Antony Rizky Allesa NRP. 2104 100
Lebih terperinciPENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK LOGAM DISSIMILAR AL-STEEL
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK LOGAM DISSIMILAR AL-STEEL *Yustiasih Purwaningrum,
Lebih terperinciOleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng
TUGAS AKHIR (MN 091482) ANALISIS PENGARUH APLIKASI POST WELD HEAT TREATMENT (PWHT) PADA PENGELASAN CAST STEEL (SC 42 ) DENGAN CARBON STEEL (Grade E) TERHADAP Oleh Wahyu Ade Saputra (4109.100.034) Dosen
Lebih terperinciBAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan
II - 1 BAB II PENGELASAN SECARA UMUM 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Pengelasan Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama las cair (fussion welding) yaitu pengelasan
Lebih terperinciKAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL
KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL Disusun Oleh : Brigita Octovianty Yohana W 125100601111030 Jatmiko Eko Witoyo 125100601111006 Ravendi Ellyazar 125100600111006 Riyadhul
Lebih terperinciKAJIAN METALOGRAFI HASIL PENGELASAN TITIK (SPOT WELDING) ALUMINIUM PADUAN DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON
KAJIAN METALOGRAFI HASIL PENGELASAN TITIK (SPOT WELDING) ALUMINIUM PADUAN DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON Muh Alfatih Hendrawan 1), Achmad Choironi Syaiful Huda 2), Dany Maryanto 3) 1,2,3) Teknik Mesin Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan beberapa pengujian dengan tujuan mengetahui hasil pengelasan preheat setelah PWHT, pengujian yang
Lebih terperinciPengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah
TUGAS AKHIR Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah Disusun : MT ERRY DANIS NIM : D.200.01.0055 NIRM : 01.6.106.03030.50055
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini merupakan eksperimen untuk mengetahui pengaruh temperatur media pendingin pasca pengelasan terhadap laju korosi dan struktur mikro.
Lebih terperinciVolume 13 No.1 Maret 2012 ISSN :
PENGARUH WAKTU DAN ARUS LISTRIK PENGELASAN RSW TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK PADA SAMBUNGAN LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA TAHAN KARAT SS316 DAN BAJA KARBON ST37 Achmad Nurhidayat 1, Triyono 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI STUDI METALOGRAFI PENGARUH ARUS DAN HOLDING TIME PADA PENGELASAN SPOT WELDING MATERIAL STAINLESS STEEL
NASKAH PUBLIKASI STUDI METALOGRAFI PENGARUH ARUS DAN HOLDING TIME PADA PENGELASAN SPOT WELDING MATERIAL STAINLESS STEEL Disusun Sebagai Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata Satu Pada Jurusan Teknik
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Material yang digunakan adalah baja AISI 1045 berupa pelat yang memiliki komposisi kimia sebagai berikut : Tabel 7.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA
TUGAS AKHIR PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program
Lebih terperinciDAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... Error! Bookmark not defined. persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak...
Lebih terperinciPENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL
PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL A. TUJUAN 1. Mengukur konduktivitas termal pada isolator plastisin B. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dapat diperhatikan pada gambar 1.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Spesimen 4.1.1. Proses Pengelasan Setelah pengamatan, pengukuran serta pengujian dilaksanakan terhadap masing-masing benda uji, pada pengelasan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.
Lebih terperinciPengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah
TUGAS AKHIR Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah Disusun : HENDRA ADHI NAGARA NIM : D.200.01.0173 NIRM : 01.6.106.03030.50173
Lebih terperinciPersentasi Tugas Akhir
Persentasi Tugas Akhir OLEH: MUHAMMAD RENDRA ROSMAWAN 2107 030 007 Pembimbing : Ir. Hari Subiyanto,MSc Program Studi Diploma III Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciPengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37
Nusantara of Engineering/Vol. 2/ No. 1/ISSN: 2355-6684 23 Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37 Sigit Nur Yakin 1 ), Hesti Istiqlaliyah 2 ) 1 )Teknik Mesin S1, Fakultas
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA
C.9. Studi Komparasi Kualitas Produk Pengelasan Spot Welding dengan Pendingin... (Muh Alfatih Hendrawan) STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Proses pendinginan sangat diperlukan dalam dunia perindustrian. Terutama industri yang bergerak di bidang material logam. Untuk menghasilkan logam dengan kualitas baik
Lebih terperinciJl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *
ANALISA PENGARUH KUAT ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, KEKUATAN TARIK PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN LAS SMAW MENGGUNAKAN JENIS ELEKTRODA E7016 Anjis Ahmad Soleh 1*, Helmy Purwanto 1, Imam Syafa
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045
Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045 Hari Subiyanto 1,*, Subowo 1, Gathot DW 1, Syamsul Hadi
Lebih terperinciPengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 8, No.2, Mei 2017 27 Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083 Satrio Hadi 1, Rusiyanto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelasan adalah salah satu proses penggabungan logam dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelasan adalah suatu proses penggabungan logam dimana logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan selain digunakan untuk memproduksi suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pengelasan merupakan proses penyambungan dua potong logam dengan pemanasan sampai keadaan plastis atau cair, dengan atau tanpa tekanan. Perlu diketahui bahwa ada
Lebih terperinciPENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN PIPA YANG MENEMBUS PELAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA
PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN PIPA YANG MENEMBUS PELAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Ir. Budie Santosa, MT*, Arga Setya Anggara** * Dosen Jurusan Teknik Perkapalan ** Mahasiswa
Lebih terperinciBAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS
BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS A. Gambaran Umum Deformasi. Deformasi adalah perubahan bentuk akibat adanya tegangan dalam logam yaitu tegangan memanjang dan tegangan melintang, yang disebabkan oleh
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Oleh : Dwi Agus Santoso
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 ANALISA PENGARUH TEKANAN TEMPA TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA ST 41 (Diameter 14 mm
Lebih terperinciGambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)
BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan
Lebih terperinciINFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW
INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 (211-218) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW Ma ruf Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam industri, teknologi konstruksi merupakan salah satu teknologi yang memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan manusia. Perkembangannya
Lebih terperinciHEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL
HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL KELOMPOK II BRIGITA O.Y.W. 125100601111030 SOFYAN K. 125100601111029 RAVENDIE. 125100600111006 JATMIKO E.W. 125100601111006 RIYADHUL B 125100600111004
Lebih terperinciPENGGUNAN LAS TAHANAN LISTRIK PADA PROSES PERAKITAN SHADOW MASK PADA INDUSTRI TABUNG TELEVISI
PENGGUNAN LAS TAHANAN LSTRK PADA PROSES PERAKTAN SHADOW MASK PADA NDUSTR TABUNG TELEVS Melvin Emil Simanjuntak *) *) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan Abstrak Proses welding adalah
Lebih terperinciMAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)
MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN
STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik IMBARKO NIM. 050401073
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap las gesek telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tentang parameter kekuatan tarik, kekerasan permukaan dan struktur
Lebih terperinciPENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G
PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (1%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 39 G Ir.Soegitamo Rahardjo 1, Dwiki Darmansyah 2 Lecture 1,College student
Lebih terperinciPENGARUH ARUS, KANDUNGAN SULFUR, DAN GAS PELINDUNG TERHADAP MORFOLOGI LASAN PADA PENGELASAN GTAW DENGAN BUSUR DIAM.
PENGARUH ARUS, KANDUNGAN SULFUR, DAN GAS PELINDUNG TERHADAP MORFOLOGI LASAN PADA PENGELASAN GTAW DENGAN BUSUR DIAM. Disusun Oleh : IGede Angga Wiradharma NRP. 2103 100 003 Dosen Pembimbing Dr. Ir Abdullah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi proses produksi yang saat ini sedang populer adalah teknologi penggabungan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam konsumsi sumber daya
Lebih terperinciDASAR PENGUKURAN LISTRIK
DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Contoh Simpulan Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai energi panas dan temperatur.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
4 cm BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Makro dan Mikro Gambar 5.1 menunjukkan bahwa pengelasan MFSW dengan feedrate 1 mm/min mengalami kegagalan sambungan dimana kedua pelat tidak menyambung setelah
Lebih terperinciPEGAS DAUN DENGAN METODE HOT STRETCH FORMING.
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kendaraan roda empat merupakan salah satu alat transportasi yang banyak digunakan masyarakat. Salah satu komponen alat transportasi tersebut adalah pegas daun yang mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aluminium adalah salah satu logam yang memiliki sifat resistensi yang baik terhadap korosi, hal ini disebabkan karena terjadinya fenomena pasivasi. fenomena pasivasi adalah
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga
G77 Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga Rafid Buana Putra, Achmad Zubaydi, Septia Hardy Sujiatanti Departemen
Lebih terperinciGambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.
38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Mikro Struktur mikro yang dihasilkan pada Gambar 4.1 memiliki tiga bagian, titik 0 mm dan 5 mm dari sumbu las masuk pada daerah las, titik 10 mm dan 15 mm sudah
Lebih terperinciIr Naryono 1, Farid Rakhman 2
PENGARUH VARIASI KECEPATAN PENGELASAN PADA PENYAMBUNGAN PELAT BAJA SA 36 MENGGUNAKAN ELEKTRODA E6013 DAN E7016 TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2 Lecture
Lebih terperinci7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi
Standar Kompetensi 7. Menerapkan konsep suhu dan kalor 8. Menerapkan konsep fluida 9. Menerapkan hukum Termodinamika 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi 11. Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH ARUS DAN WAKTU PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK (SPOT WELDING) LOGAM TAK SEJENIS
STUDI PENGARUH ARUS DAN WAKTU PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK (SPOT WELDING) LOGAM TAK SEJENIS Muh Alfatih Hendrawan 1*, Deni Dwi Rusmawan 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-77 Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen
Lebih terperinciGambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi dalam bidang konstruksi yang semakin maju dewasa ini, tidak akan terlepas dari teknologi atau teknik pengelasan karena mempunyai peranan yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Pada FSW Pengelasan menggunakan metode friction stir welding ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengelasan dengan metode FSW ini merupakan pengelasan yang terjadi
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU TEKAN DAN HASIL GUMPALAN TERHADAP KEKUATAN GESER PADA LAS TITIK. Abstract
PENGARUH WAKTU TEKAN DAN HASIL GUMPALAN TERHADAP KEKUATAN GESER PADA LAS TITIK Oleh : Nofriady Handra Dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Padang Abstract Spot welding is actually used for body of car
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka
BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Erwanto (2015), meneliti tentang pengaruh kecepatan putar tool terhadap kekuatan mekanik sambungan las FSW menggunakan aluminium 5052-H34 standar ASM tahun 2015
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fase Fase Dalam Proses Perancangan Perancangan merupakan rangkaian yang berurutan, karena mencakup seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan dalam
Lebih terperinciPurna Septiaji Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, 55183, Indonesia
ANALISA PERHITUNGAN MRR, OVERCUT, DAN KETIRUSAN PADA STAINLESS STEEL 304 DAN ALUMINIUM 00 DENGAN PENGARUH VARIASI TEGANGAN DAN GAP PADA PROSES ELECTRO-CHEMICAL MACHINING (ECM) MENGGUNAKAN ELEKTRODA TERISOLASI
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Pada FSW Hasil pengelasan menggunakan metode FSW ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengelasan FSW adalah penyambungan pada kondisi padat atau logam las tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena
Lebih terperinci