ORNAMEN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KOMPLEKS MAKAM RAJA-RAJA BINAMU KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ORNAMEN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KOMPLEKS MAKAM RAJA-RAJA BINAMU KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN"

Transkripsi

1 ORNAMEN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KOMPLEKS MAKAM RAJA-RAJA BINAMU KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN Oleh: DAMAR TRI AFRIANTO Pengajar Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Dan Budaya Indonesia di Sulawesi Selatan Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan memberikan pemahaman tentang ornamen atau ragam hias di kompleks makam Raja-raja Binamu yang mempunyai peran penting bagi citra wisata di tempat tersebut. Analisa dalam penelitian ini diuraikan secara deskriptif kualitatif dengan pendekatan interpretatif. Pendekatan interpretatif digunakan untuk menganalisa ornamen dengan menggunakan teori komposisi ornamen Thomas Murno yang dikembangkan oleh Guntur. Hasil yang diperoleh berupa pemahaman bahwa ornamen di kompleks makam Raja-raja Binamu mengandung dua kognisi yaitu ornamen sebagai unsur dekoratif dibuktikan dengan kehadiran ornamen yang bersifat tematis repetisi seperti motif bunga parengreng. Ornamen di kompleks makam Raja-raja Binamu juga bersifat simbolik, hal ini didukung dengan adanya motif-motif fauna seperti ayam, kuda, macan dan motif penggambaran manusia. Terkait dengan potensi makam Raja-raja Binamu sebagai daya tarik wisata, kehadiran ornamen perlu adanya pemahaman dan srategi citra berupa 1) memunculkan ragam hias atau ornamen pada setiap media promosi, 2) memberikan informasi tentang jenis-jenis ragam hias atau ornamen pada buku (booklet) panduan wisata dan 3) menciptakan merchandise yang diambil dari motif-motif ornamen di kompleks makam Raja Binamu. Kata kunci:ornamen, Kompleks makam Raja-raja Binamu, daya tarik wisata sejarah. Abstract The aims of this research are to analyze and provide an understanding about the graves ornament of the Binamu kings. The analysis used in this research is descriptive qualitative through interpretative approach. Interpretative approach is used to analyze ornament by utilizing the theory of composition proposed by Thomas Murno which is then developed by Guntur. The study reveals that the ornament at the graves of Binamu kings consist of two cognitions including decorative ornament which is shown on repetitive thematics (parenreng flower) as well as symbolic ornament which is shown on animal motifs such as chicken, horse, tiger and description of human beings. To support the graves as tourism attraction, it is necessary to provide an understanding about the ornament including 1) promoting the existence of the ornament on promotion media; 2) providing information about kinds of ornament through booklets and guidebook; 3) creating merchandises that are inspired from the motifs of the Binamu kings graves. Keywords: Ornament, graves of Binamu kings, historical tourism attractions 28

2 PENDAHULUAN Kebudayaan leluhur selalu mewariskan wacana pengetahuan bagi masa kini. Kekuatan simbolik yang terdapat di banyak warisan budaya menginterpretasikan tentang karya intelektual yang tumbuh di setiap peradaban. Indonesia mempunyai beragam hasil ekspresi kebudayaan yang memiliki pesona tersendiri. Warisan pengetahuan berupa hasil ekspresi kebudayaan menjadi bukti peradaban masa lalu yang menyimpan nilai-nilai luhur kehidupan. Salah satu wujud peninggalan peradaban dapat kita temui lewat keberadaan ornamen. Ornamen merupakan salah satu media rekam yang menyimpan informasi tentang peristiwa dan pengalaman masa lalu. Keberadaan ornamen tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur kearifan lokal dan cerminan kebudayaan setempat. Hal ini juga dijelaskan oleh Guntur (2004: 4) ornamen merupakan eskpresi gagasan, sikap, dan perilaku masyarakat selain itu ornamen juga mengusung pesanpesan sosial, moral, religi, dan bahkan politis. Ornamen sebagai bentuk produk kebudayaan telah memberikan penampilan yang indah dan estetis pada sebuah benda sehingga dapat meningkatkan penghargaan terhadap benda tersebut, baik secara spiritual dan material. Di samping itu, ornamen yang dibubuhkan pada suatu produk memiliki nilai simbolik atau mengandung pesan-pesan tertentu. Kompleks Makam Raja-raja Binamu di Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan memiliki daya pesona menarik yaitu dengan kehadiran ornamen-ornamen yang menghiasi hampir di seluruh makam yang ada di kompleks makam tersebut. Kompleks pemakaman Raja-raja Binamu tidak hanya memberi informasi tentang kepahlawanan Rajaraja yang pernah berkuasa, namun ornamen-ornamen yang melekat pada makam juga turut memberi informasi tentang kehidupan Raja-raja Binamu. Secara umum bahwa keberadaaan makam Raja-raja Binamu adalah tempat peristirahatan terakhir dan tanda legitimasi bagi suatu kerajaan dalam hal ini Kerajaan Binamu Kabupaten Jeneponto. Ornamen yang melekat di makammakam tersebut memiliki ragam hias yang berbeda-beda di setiap makamnya. Jenis ornamen yang terdapat di makam tersebut diantaranya ornamen flora seperti bunga teratai, Bunga parengreng (sulur), bunga tanri, dan motif fauna seperti singa, ayam dan kuda, juga terdapat beberapa motif-motif dari stilasi manusia. Motif-motif ornamen tersebut tersebar di beberapa kompleks makam. Kompleks pemakaman Rajaraja Binamu menjadi bukti sejarah bahwa Jeneponto pernah memiliki kerajaan besar di Sulawesi Selatan. Keberadaan warisan sejarah yang hingga kini masih bisa dijumpai tersebut secara tidak langsung memperkaya khasanah budaya di Bumi Turatea. Kompleks pemakaman Raja-raja Binamuterdapat 1250 nisan yang merupakan keturunan kerajaan Binamu. Jumlah makam yang begitu banyak disertai ornamen yang indah di 29

3 setiap sisi makam menjadi keunikan sehingga membuat masyarakat ingin melihat lebih dekat tentang keberadaan makam Raja-raja Binamu. Selain untuk kegiatan berziarah masyarakat, tempat tersebut kerap menjadi kunjungan pelajar dari tingkat dasar hingga menengah untuk studi sejarah dan juga beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi memanfaatkan tempat tersebut untuk melakukan penelitian. Ornamen yang menghiasi makam Raja-raja Binamu menggambarkan suatu pencapaian tertentu di masa lalu yang patut dikagumi. Keragaman pola di setiap ornamen yang terdapat di makam Raja-raja Binamu mempunyai pesan simbolik yang harus dicari untuk mengetahui makna yang terdapat di setiap pola. Pengkajian lebih mendalam tentang kehadiran ornamen mampu mengungkapkan kehidupan masa lampu sebagai sumber inspirasi dalam menapaki masa yang akan datang. Kehadiran ornamen di kompleks makam Raja-raja Binamu mempunyai kekhasan sendiri dibanding dengan kompleks makammakam yang ada di Sulawesi Selatan. Keunikan ornamen tersebut menjadi aspek penting dalam mengembangkan kompleks makam Raja-raja Binamu sebagai alternatif daerah tujuan wisata sejarah yang ada di Sulawesi Selatan. Melalui uraian tersebut perlu kiranya dilakukan pengamatan dan telaah analitik tentang potensi ornamen di kompleks makam Raja-raja Binamu. Hal itu mendukung keberadaan kompleks makam Raja-raja Binamu sebagai daya tarik wisata khususnya bagi wisatawan yang ingin mengetahui tentang sejarah kerajaan Binamu. Pengkajian mendalam tentang keberadaan ornamen diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi pemangku kebijakan untuk mengembangkan kompleks makam sebagai destinasi wisata sejarah di Kabupaten Jeneponto. Kegiatan Penelitian sangat dibutuhkan sebagai wujud pelestarian pengetahuan yang ada di kompleks makam Raja-raja Binamu. Penelitian ini memfokuskan tentang peranan ornamen sebagai media daya tarik wisata sejarah di kompleks Raja Binamu Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan meliputi bagaimana bentuk dan fungsi ornamen di kompleks makam Raja Binamu dan bagaimana peranan ornamen sebagai media daya tarik wisata di kompleks makam Raja-raja Binamu. LANDASAN TEORI Penelitian pada dasarnya mensyaratkan teori yang memadai untuk mengungkap realitas di lapangan. Tjetjep Rohendi Rohidi menjelaskan bahwa teori sebenarnya merupakan sistem penjelasan yang terdiri atas konsep-konsep yang saling berkaitan satu sama lain dalam upaya menanggapi, menggambarkan, memahami, dan menjelaskan realitas (Rohidi, 2011: 145). Dengan berlandaskan teori sebuah penelitian dapat terbantu dalam analisis hingga pengungkapaan realitas di lapangan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua perspektif teori, yaitu teori yang 30

4 berkaitan dengan ragam hias atau ornamen dan konsep daya tarik wisata Teori yang berkaitan dengan ragam hias digunakan untuk menganalisis obyek ornamen di Kompleks Makam Raja-raja Binamu. Sedangkan teori daya tarik wisata digunakan untuk mengungkapkan ornamen sebagai media dalam menunjang pengembangan wisata sejarah di kompleks makam Raja-raja Binamu. Teori dari perspektif ragam hias atau ornamen menggunakan teori Thomas Murno yang dikembangkan dalam Guntur, menurut Murno pengorganisasian komposisi dalam karya seni dalam hal ini ornamen terdapat empat model, yaitu: komposisi yang berdasarkan kemanfaatan, komposisi yang berdasarkan representasi, komposisi yang berdasarkan ekspositori, dan komposisi yang berdasarkan tematik. Komposisi kemanfaatan dicapai melalui susunan bagian-bagian dengan cara tertentu sebagai instrumen untuk tujuan atau kegunaan aktif. Kegunaan. Sedangkan komposisi representative adalah susunan bagianbagian sebagi cara untuk menyajikan imajiniasi konkret suatu objek. Representasi dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu representasi yang bersifat mimetik atau imitative dan representasi yang bersifat simbolik. Lebih lanjut, komposisi ekspositori adalah penyusunan bagian-bagian untuk menata hubungan-hubungan umum, seperti hubungan sebab-akibat atau hubungan logis-makna abstrak, kuliitas pervasive, prinsip-prinsip umum atau kaidah pokok. Komposisi yang terakhir yaitu komposisi tematik, atau desain adalah suatu cara perorganisasian karya melalui repetisi, variasi, kontras, dan integrasi sifat atau karakter tertentu (Guntur, 2004: 130). Melalui perpsektif pariwisata mengacu pada salah satu konsep yang dijelaskan gunn dalam M. Liga Suryadana dan Vanny Octavia (2015) bahwa daya tarik dikategorikan memiliki sumber daya dan budaya, meliputi arkeologi, sejarah, perdagangan, hiburan, kesehatan, keagamaan, dan olahraga. Konsep ini mencoba menggarisbahwahi bahwa kehadiran makam Raja-raja Binamu memiliki unsur sejarah dan arkeologi yang menjadi salah satu daya tarik wisata. Melalui persprektif ini pula dikembangkan sebuah pandangan atas strategi-srategi yang disusun berdasarkan penelitian dan pemahaman tentang oranamen di makam Raja-raja Binamu. METODE PENELITIAN Metode penelitian dihadirkan untuk menghasilkan penelitian yang sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan jenis penelitian kualitatif untuk memberi gambaran komprehensif eksistensi ornamen makam Raja-raja Binamu sebagai daya tarik wisata. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan, observasi, studi pustaka dan dokumentasi. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan interpretasi analisis yaitu metode analisis dengan menafsirkan realitas dengan konsep maupun teori tertentu. 31

5 PEMBAHASAN Ruang Lingkup dan Tinjauan Oranamen di Kompleks Raja-Raja Binamu Seperti diketahui daya tarik wisata tidak hanya berupa eksotisme alam dan produk unik dalam suatu daerah, namun persoalan sejarah memiliki relevansi untuk setor pariwisata. Daya tarik wisata berupa aspek kesejarahan melaui peninggalannya dapat menarik kekaguman orang, dan dapat memperkaya wawasan dan pengalaman pengunjung. Kompleks makam Raja Binamu di Jeneponto selain menyimpan informasi sejarah namun memiliki pemandangan unik yaitu dengan kehadiran ornamen yang indah di sekililing makam. Soepratno (1997: 11) menjelaskan tentang pengertian ornamen. Menurutnya ornamen berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ornare yang berarti hiasan atau perhiasan. Ragam hias atau ornamen itu sendiri terdiri dari berbagai jenis motif. Motif-motif itulah yang digunakan sebagai penghias suatu yang ingin kita hiasi. Oleh karena itu motif adalah dasar untuk menghias sesuatu ornamen. Ornamen dimaksudkan untuk menghiasi sesuatu bidang atau benda, sehingga benda tersebut menjadi indah seperti yang kita lihat pada hiasan kulit buku, piagam, kain batik, tempat bunga dan barang-barang lainnya. Lebih lanjut, Guntur (2004: 53) menjelaskan bahwa ornament merupakan seni yang menggunakan elemen-elemen dekorasi (motif) sebagai media pengeskpresiannya untuk memperindah sesuatu, baik yang bersifat dua dimensi maupun tiga dimensi. Ornamen, dengan demikian, merupakan bagian unsur universal kebudayaan yang termasuk dalam ranah seni. Kebutuhan menghias atau aktifitas ornamen di Indonesia telah berlangsung sejak lama. Menurut Van Der Hoop kebutuhan menghias tampak pada kebudayaan dong-soon atau perunggu. Pada masa itu ditemukan ragam hias atau oranamen berupa pilin berbentuk S atau pilin berganda, swastika dan meander (1949: 13). Perkenalan dengan ragam hias dengan kurun waktu yang lama tentunya telah menjadi sebuah kebudayaan. Ornamen tidak lagi sebuah kegiatan sampingan namun merupakan ekspresi kebudaayan yang telah menggakar dan memiliki maksud dan tujuan tertentu. Seperti yang disinggung dalam latar belakang, ornamen tidak hanya menempel begitu saja pada makam, namun syarat makna yang tersimpan di baliknya. Konsep dasar ornamen adalah menghias sesuatu agar menjadi lebih indah. Manifestasi perdaban yang paling tua (prasejarah) menunjukkan peran penting ornamen dalam berbagai produk kebudayaan. Artefak-artefak masa lalu dan juga masa kini tidak terlepas dari jasa ornamen (Guntur, 2004: 15). Melalui pemahaman tersebut jelas bahwa ornamen tidak cukup hanya dikonsepsikan sebagai aktivitas memperindah objek namun ada informasi-informasi tentang masa lalu dan motivasi terbentuknya ornamen. Makam Raja-raja Binamu di Jeneponto selain kepentingan 32

6 pragmatis sebagai tempat peristirahatan terakhir, namun dengan ornamen memiliki kepentingan lain sebagai media untuk membaca informasi-informasi yang terkait dengan kehidupan raja-raja binamu. Seperti salah satu makam di kompleks makam yaitu makam Raja Karaeng Palangkei Daeng Lagu yang juga merupakan raja pertama Binamu (Wawancara Supardi, 28 Mei 2016). Menurut penjelasan dari Supardi, Karaeng Palangkei Lagu dikenal raja yang menyukai sabung, ayam, raja tersebut memiliki kekuatan yang sangatlah tinggi karena mampu melawan musuh-mushnya dalam jumlah besar. Kebesaran dan kekuatan Raja Karaeng Palangkei Daeng Lagu tercermin dalam ornamen yang melekat pada makamnya. Ornamen yang ada dalam makam raja tersebut memilliki banyak motif diantara motifmotif di makam lainnya. Motif ornamen tersebut mulai dari motif fauna berupa macan di ujung atas makam, lalu motif kuda, ayam, anjing dan motif flora seperti menjalarannya ornamen bunga, dan beberapa juga terdapat motif geometris seperti spiral. Komposisi ornamen di Makam Raja Karaeng Palangkei Daeng Lagu disusun mendasarkan aspek kemanfaatan. Komposisi kemanfaat ornamen dalam hal ini memupunyai manfaat untuk informasi secara umum tentang kebesaran Raja Karaeng Palangkei Daeng Lagu. Hal ini terlihat komposisi ornamen dengan ukuran besar seperti macan, juga ornamen yang padat di setiap sisi makam. Kompoisi tersebut memberi manfaat membangun citra yang kuat terhadap kebesaran Raja tersebut. Komposisi representatif ornamen di makam Raja Palangkei Daeng Lagu juga memiliki dua representative yang berupa mimetic dan simbolik. Representasi mimetic hadir pada sejumlah motif flora yang berupa bunga parenreng di bagian tengah makam. Motif bunga parengreng ini merupakan bentuk imatasi bunga parengreng yang menjalar sambung-menyambung. Gambar 1. Makam Raja Karaeng Palangkei Daeng Lagu(Foto: Penulis, 2016) Gambar 2. Ornamen dengan komposisi representasi mimetik bunga parengreng (Foto: Penulis, 2016) 33

7 Representasi simbolik hadir dengan banyak simbol dalam makam Raja Raja Palangkei Daeng Lagu. Simbol yang muncul diantaranya adalah motif ayam pada panel pertama. Motif fauna bergambarkan ayam merupakan representasi simbolik dari kegiatan Raja Palangkei Daeng Lagu yang semasa hidupnya suka menyabung ayam. Selain ayam juga terdapat motif penggambaran manusia dengan menggunakan sejanta lengkap pada panel kedua hal ini merupakan representasi simbolik bahwa Raja Palangkei Daeng Lagu merupakan kesatria perang yang ditakuti dan terampil menggunakan peralatan perang. Pada panel ketiga terdapat motif penggambaran manusia dengan kuda, hal ini merupakan representasi simbolik bahwa dalam memimpin kerajaan dan pada saat perang Raja Palangkei Daeng menggunakan kuda sebagai kendaraannya. Komposisi ekspositori pada makam Raja Palangkei Daeng Lagu terlihat pada motif fauna yaitu macan pada sisi atas makam. Macan dalam makam tersebut dikomposisikan untuk hubungan sebab-akibat atau hubungan logis-makna abstrak yaitu menyampaikan ide-ide tentang keberanian. Macan dalam konsepsi masyarakat Sulawesi Selatan disebut macan Kebo yang artinya sebutan bagi pemimpin paling depan dalam membela kerajaannya, dalam hal ini Raja Palangkei Daeng Lagu. Gambar 4. Motif ornamen macan yang merupakan komposisi ekspositori (Foto: Penulis, 2016) Gambar 3. Panel Ornamen dengan komposisi representasi simbolik berupa motif ayam, manusia bersenjata dan penggambaran manusia dengan kuda. Motif macan yang berdiri kokoh di atas makam sejajar dengan wajah menghadap ke depan, juga terdapat motif flora yatu bunga parengreng dengan frame segitiga. Ornamen macan inilah menajdi pusat perhatian di kompleks makam Raja Binamu Ornamen macan hanya terdapat pada makam Raja Palangkei Daeng Lagu. Makam ini selalu yang pertema dikunjungi oleh wisatawan diantara makam-makam yang lain. 34

8 Selain ornamen yang padat dan memilkiki keunikan daripada makam yang lain, makam ini juga terdapat tulisan arab dan lontara di atasnya. Komposisi selanjutnya itu terkait dengan komposisi yang bersifat teamatik. Komposisi tematik ini dalam makam raja-raja binamu banyak terdapat pada motif-motif geometrik, dan beberapa juga terdapat pada motif naturalis. Tematik yang pertama yaitu komposisi repitisi. Komposisi ini mensyaratkan penggambaran yang diulang-ulang. Hampir seluruh makam di kompleks makam Raja Binamu terdapat motif bunga panrenreng yang tersusun secara repetisi. Gambar 6. Motif dengan tematik variasi geometrik dan naturalis (Foto: Penulis, 2016) Tematik selanjutnya yaitu tematik kontras. Tematik kontras mensyaratkan perbedaan-perbedaan yang lebih besar/kecil maupun perbedaan mencolok di antara detail, bagian, kualitas, atau peristiwa. Di kompleks makam Raja Binamu ini ditemui komposisi yang bersifat tematik kontras yaitu penggabungan dua unsur motif yang berbeda dari motif geometrik spiral dengan motif penggambaran manusia dalam gambar di bawah ini. Gambar 5. Motif dengan tematik repetisi (Foto: Penulis, 2016) Tematik selanjutnya untuk komposisi berdasarkan variasi. Komposisi variasi mensyaratkan perbedan-perbedaan antara detil, bagian, kualitas, atau peristiwa. Tematik variasi seperti halnya tematik repetisi, dibangun oleh motif-motif flora (bunga parenreng) dan kombinasi oleh motif geometrik. Gambar 7. Motif dengan tematik Kontras (Foto: Penulis, 2016) 35

9 Analisa ornamen di atas menunjukkan bahwa ornamen tidak hanya sekedar melekat untuk sebuah dekorasi makam. Namun, lebih dari itu ornamen memiliki informasi-informasi tentang kehidupan raja yang dimakamkan di sana. Serta berbagai macam bentuk dan variasi ornamen yang hadir memberikan pemahaman tentang ragam hias yang berkembang di masa itu. Ornamen Sebagai Citra dan Faktor Daya Tarik Wisata Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh kuatnya faktor-faktor pendorong (push factor) dan faktorfaktor penarik (pull factor) (Pitana & Gayatri, 2005: 66). Tentunya banyak faktor yang memotifasi perjalanan wisata. Faktor yang dominan biasanya adalah escape yang artinya ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasa menjemukan atau sekedar keinginan relaksasi. Namun perkembangan lebih lanjut, perjalanan wisata tidak hanya bermuara pada aspek tersebut, namun merambah pada perjalanan wisata pengetahuan atau education. Kompleks Makam Raja-raja Binamu di Jeneponto tentunya memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata yang berbasis pengetahuan dan sejarah. Kesejarahan menjadi pusat perhatian dalam destinasi ini. Namun disisi lain selain aspek kesejarahan, ragam hias atau ornamen yang melekat pada makam-makam tersebut kiranya mampu menambah daya tarik wisata. Hal ini tentunya belum banyak kesadaran tentang ornamen sebagai daya tarik wisata. Salah satu daya pikat masyarakat ingin berkunjung di kompleks makam Raja Binamu yaitu kehadiran ornamen. Namun pemahaman tentang ornamen kadang tidak disampaikan oleh pemandu wisata dan ornamen tidak diangkat sebagai citra kompleks makam Raja Binamu. Kompleks makam Raja Binamu di Jeneponto tidak banyak mengetahui keberadaan khusus untuk meng-creat-nya sebagai destinasi wisata. Kehadirannya masih terbatas sebagai tempat kunjungan siswa sekolah dasar hingga menengah untuk studi-studi sejarah. Padahal, keindahan ornamen dan kesejarahan memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata. Untuk itu perlunya sebuah citra destinasi wisata melalui potensi dalam hal ini ornamen. Ornamen dengan segala aspek dekoratif dan keindahan ketika dicitrakan dengan metode yang benar maka mampu menajadi daya tarik wisata. Hal ini juga dijelaskan Pitana dan Gayatri (2005: 65) bahwa citra juga bisa memberikan kesan bahwa suatu destinasi kan memberikan suatu atraksi yang berbeda dengan destinasi lainnya, sehingga menambah keinginan untuk mengunjungi destinasi. Melihat kurangnya daya tarik wisata ke Kompleks Makam Raja Binamu maka melalui tulisan ini mencoba mengajukan strategi citra dengan menggunakan eksotisme ornamen yang telah di bahas pada sub awal. Gagasan yang diajukan diantaranya 1) memunculkan ragam hias atau ornamen pada setiap media promosi, artinya pada saat ini 36

10 kompleks Raja-raja Binamu di Jeneponto hanya dikenal sebagai makam dan wisata sejarah, namun tidak banyak yang tahu bahwa makam tersebut kaya akan ornamen yang indah dan menyimpan informasiinfomasi masa lalu. 2) memberikan informasi tentang jenis-jenis ragam hias atau ornamen pada buku (booklet) panduan wisata, sehingga ketika wisatawan berkunjung ke destinasi tidak hanya mengabadikan foto ornamen namun memahami penjelasan melalui buku atau booklet. 3) menciptakan merchandise yang diambil dari motif-motif ornamen yang ada di kompleks makam Raja Binamu. Merchandise dapat berupa variasi produk, dari mulai gantungan kunci, miniature, atau replika dst. Hal ini salah satu strategi untuk mengenalkan ragam hias atau ornamen pada wisatawan. Melalui pemahaman dan gagasan yang ditawarkan melalui strategi tersebut, diharapkan ornamen mampu menunjang citra destinasi wisata selain aspek kesejarahan yang ada dalam kompleks makam Raja Binamu di Jeneponto. PENUTUP Artefak-artefak masa lalu dan juga masa kini tidak terlepas dari keberadaan ornamen. Oranamen atau ragam hias telah mengakar pada kehidupan masyarakat Indonesia. Peristiwa dan kehidupan pada masa lalu mampu dibaca melalui ornamen. Selain sebagai media membaca peristiwa masa lalu, ornamen menawarkan keindahan yang bersugestikan pada alam. Berkaitan dengan hal ini ornamen tentuharusdikaji lebih mendalam karena memiliki potensi yang besar khususnya di bidang Pariwisata. Komplek makam Raja Binamu di Jeneponto, Sulawesi Selatan selain sebagai tempat bersejarah juga menyuguhkan eksotisme ornamen yang melekat di hampir semua makam. Keindahan ini tidak hanya memanjakan mata, namun juga memberi pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan masa lalu yang menggambarkan kejayaan kerajaan Binamu yang terkenal pemberani dan tangguh dalam mempertahankan kerajaannya. Potensi ornamen ini tentunya akanmenjadi daya pikat tersendiri bagi wisatawan yang menaruh perhatian pada jenis wisata sejarah dan edukasi. Strategi yang baik serta pemahaman ornamen yang mendalam merupakan faktor besar dalam mendukung upaya menjadikan Kompleks Makam Rajaraja Binamu sebagi destinasi wisata yang berbasis seni dan kebudayaan. Melalui analisa terkait ornamen di Makam Raja-raja Binamu dapat ditarik pemahaman bahwa ornamen di sana mengandung dua pemahaman yaitu ornamen sebagai unsur dekoratif yaitu dengan kehadiran ornamen yang bersifat tematis repetisi seperti motif bunga parengreng. Selain sebagai dekoratif ornamen di makam tersebut juga bersifat simbolik, hal ini dengan adanya motif-motif fauna seperti; ayam, kuda, macan dan motif penggamabaran manusia. Ornamen yang bersifat simbolik tersebut menjelaskan kehidupan dan kegiatan raja-raja semasa hidupnya dan memiliki pesan moral. 37

11 Terkait dengan potensinya sebagai daya tarik wisata, kehadiran ornamen perlu adanya pemahaman dan srategi citra berupa 1) memunculkan ragam hias atau ornamen pada setiap media promosi, 2) memberikan informasi tentang jenis-jenis ragam hias atau ornamen pada buku (booklet) panduan wisata dan 3) menciptakan merchandise yang diambil dari motifmotif ornamen yang ada di kompleks makam Raja Binamu. Melalui pemahaman ornamen sebagai karya dekoratif dan simbolik dan strategi citra wisata di harapkan Kompleks makam Raja Binamu menjadi alternatif destinasi wisata yang strategis untuk wisata berbasis, seni, sejarah dan pendidikan. Upaya untuk merealisasikan memerlukan perhatian dari seganeap pihak, baik pemerintah, masyarakat dan akademisi. Seperti diketahui wisata yang berabasis pada sejarah, pendidikan dan kebudayaan kurang mendapat perhatian dibandingankan wisata yang berbasis keindahan alam. Semarang: Cipta Prima Nusantara. Soepratno Ornamen Ukir Tradisional Jawa II. Semarang: IKIP Semarang Press. Suryadana, M. Liga dan Vanny Octavia Pengantar Pemasaran Pariwisata. Bandung: Alfabeta. DAFTAR PUSTAKA Guntur Ornamen Sebuah Pengantar. Surakarta: STSI Surakarta Press. Hoop. Van Der Indonesian Ornamenal Design. Batavia, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Pitana, I Gede dan Putu G. Gayatri Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbi Andi. Rohidi, Tjetjep Rohendi Metodologi Penelitian Seni. 38

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN KODE : MKK-05204 MATA KULIAH/SKS : Ornamen SEMESTER/PROG. STUDI : 1 / Batik JURUSAN / FAKULTAS : Kriya / FSRD ISI Surakarta DOSEN PENGAMPU : Drs. Subandi, M.Hum. dan Drs. Agus

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ornament berarti perhiasan. Secara umum ornament adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Visual Motif dan Makna Simbolis Batik Majalengka yang telah di uraikan, akhirnya peneliti memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Karya seni adalah merupakan salah satu produk budaya suatu bangsa, dengan sendirinya akan berdasar pada kebhinekaan budaya yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri,

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan yang tumbuh di negara kita. Dalam bidang seni kerajinan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Project Pada zaman sekarang ini, manusia selalu memperoleh tekanan untuk bertahan hidup. Tekanan untuk bertahan hidup ini mendorong manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi untuk memperindah sesuatu atau sebagai simbol yang mengandung makna untuk mencapai sesuatu yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A) 53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG 1.1. Latar Belakang Bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan bangga akan kebudayaannya sendiri. Dari kebudayaan suatu bangsa bisa dilihat kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan suatu sektor yang sangat penting bagi suatu Negara. Karena sektor pariwisata merupakan sektor yang menguntungkan banyak pihak. Dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau 1 KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau penyalinan naskah-naskah Jawa mengalami perkembangan pesat pada

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi industri yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata terlihat dari munculnya atraksi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Kuliah : MENGGAMBAR ETNIS Semester : I Kode : - SKS : 4 Jurusan : Desain Komunikasi Visual Dosen : Anton Rosanto, Asmoro Nurhadi Panindias Kompetensi : Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah yang disusun sebagai kerangka garis besar laporan Tugas Akhir Rancang bangun Aplikasi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 3.1 Multimedia Definisi multimedia menurut Suyanto (2003) dalam bukunya Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Multimedia sebagai alat yang dapat menciptakan presentasi

Lebih terperinci

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

Menata Pola Ragam Hias Tekstil MENATA POLA RAGAM HIAS TEKSTIL 81 Menata Pola Ragam Hias Tekstil A. RINGKASAN Dalam bab ini kita akan belajar menata pola ragam hias tekstil. Sebelumnya kita telah memiliki pengetahuan tentang keragaman

Lebih terperinci

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sajian pemberitaan media oleh para wartawan narasumber penelitian ini merepresentasikan pemahaman mereka terhadap reputasi lingkungan sosial dan budaya Kota Yogyakarta.

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 208 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Merujuk uraian pada bab-bab yang terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perwujudan ragam hias kumudawati pada langit-langit pendhapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah batik. Batik juga merupakan produk khazanah budaya yang khas dari Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan mengolah benda-benda dan kekayaan alam lingkungan sekitar kita menjadi suatu benda yang mempunyai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DESA WISATA TANGGUL WETAN KECAMATAN TANGGUL - KABUPATEN

PENGEMBANGAN DESA WISATA TANGGUL WETAN KECAMATAN TANGGUL - KABUPATEN PENGEMBANGAN DESA WISATA TANGGUL WETAN KECAMATAN TANGGUL - KABUPATEN Nunung Nuring Hayati*, Ivan Agusta** *Fakultas Teknik Universitas Jember ** Universitas Jember Email: nunung.nuring@unej.ac.id Desa

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Serangga bersayap sisik ini biasanya memiliki sayap yang sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang bersayap indah, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain menjadi kota pelajar dan kota gudeg Yogyakarta. Yogyakarta memiliki banyak daya tarik wisata

Lebih terperinci

MATERI & TUGAS-TUGAS PERKULIAHAN ORNAMEN

MATERI & TUGAS-TUGAS PERKULIAHAN ORNAMEN MATERI & TUGAS-TUGAS PERKULIAHAN ORNAMEN Judul Mata Kuliah : Ornamen Nusantara Kode / SKS : MKK 12103 / 3 SKS Prodi /Jurusan : D.4 - Batik / Kriya Fakultas : FSRD ISI Surakarta Semester/Tahun : I / 2016-2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari sabang hingga merauke. Oleh karena itu Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang popular ialah buku Indonesische siermotieven yang disusun oleh Van Der

BAB I PENDAHULUAN. yang popular ialah buku Indonesische siermotieven yang disusun oleh Van Der BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad. Salah satu dari buku yang popular

Lebih terperinci

2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belalang Masalah Motif batik di Indonesia sejauh ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Motif-motif batik yang ada bukan hanya motif batik resmi yang dipakai pada

Lebih terperinci

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Surakarta atau sering disebut dengan nama kota Solo adalah suatu kota yang saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas kota dengan berbagai strategi. Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widayati Prihatiningsih, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widayati Prihatiningsih, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata berkembang pesat seiring dengan kebutuhan manusia yang kian meningkat. Dahulu masyarakat berpergian dari satu tempat ke tempat lainnya dengan tujuan

Lebih terperinci

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata JOKO PRAYITNO Kementerian Pariwisata " Tren Internasional menunjukkan bahwa desa wisata menjadi konsep yang semakin luas dan bahwa kebutuhan dan harapan dari permintaan domestik dan internasional menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang 55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah, BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam membangun sumber daya diberbagai bidang pembangunan. Peran remaja pada usia produktif sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengutamakan keterampilan tangan. Seni kriya termasuk ke dalam seni rupa terapan,

BAB V KESIMPULAN. mengutamakan keterampilan tangan. Seni kriya termasuk ke dalam seni rupa terapan, BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Seni kriya merupakan seni kerajinan yang berwujud tiga dimensi dan sering disebut dengan kerajinan tangan, karena memang dalam proses pembuatannya lebih mengutamakan keterampilan

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kabupaten Semarang merupakan salah satu daerah yang kaya akan obyek wisata baik wisata alamnya yang sangat menarik, wisata budaya, peninggalan sejarah maupun sejarah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mapun pembahasan, penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kawasan Dataran Tinggi Dieng adalah sebuah saujana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014 LKPJ WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2014 4.1.17 URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 4.1.17.1 UMUM Keberadaan seni dan budaya memerlukan pelestarian agar tidak punah, dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang melakukan fasilitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan sektor paling strategis untuk menaikan atau menambah devisa bagi negara dan dapat membuka lapangan pekerjaan. Pariwisata merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN Menurut Davidson (1991:2) warisan budaya merupakan produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Hasil dari penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka ini, menghasilkan kesimpulan

Lebih terperinci

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dapat merubah pola hidup manusia maupun nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dapat merubah pola hidup manusia maupun nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dapat merubah pola hidup manusia maupun nilainilai suatu budaya. Seseorang dapat dengan mudah memperoleh sesuatu yang ada dipikirannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kudus Perancangan Motif Batik Buah Parijoto sebagai sumber pengembangan motif batik Parijoto Konsep desain Aspek Estetis Aspek Bahan Aspek Teknik

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia sangat beragam, mulai dari Sabang sampai Merauke. Masing-masing kebudayaan memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Selain keberagaman kebudayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di bidang ini fotografer dapat bereksperimen dengan leluasa, menciptakan fotografi seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi dan kemampuan manusia untuk mengembangkan sangat beragam. Keragaman tersebut antara lain dalam pengembangan kreatifitasnya. Seperti halnya dalam manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional maupun bahasa daerah. Masyarakatnya

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA 1. Latar Belakang Program pelestarian dan pengembangan kebudayaan pada dasarnya dilaksanakan untuk mengetengahkan nilai-nilai kebudayaan guna memperkokoh ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan

Lebih terperinci

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn GAMBAR ORNAMEN Dwi Retno SA., M.Sn PENGERTIAN ORNAMEN berasal dari kata ORNARE (bahasa Latin) yang berarti menghias. juga berarti dekorasi atau hiasan sering disebut sebagai disain dekoratif atau disain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Friedman (2000) mengatakan, dalam perspektif global saat ini tidak banyak dipertentangkan tentang fakta bahwa homogenisasi dunia barat, tetapi kebanyakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam BAB III METODE PERANCANGAN Merancang sebuah Griya Seni dan Budaya Terakota sesuai dengan konsep dan teori yang diinginkan tidak terlepas dari metode perancangan. Metode perancangan merupakan paparan deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian skripsi tentang kerajinan atau kriya kayu lame di kampung Saradan, penulis menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi

Lebih terperinci