PENGELOMPOKAN EMPAT VARIETAS... (Musa acuminata Colla) MELALUI PENDEKATAN FENETIK SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOMPOKAN EMPAT VARIETAS... (Musa acuminata Colla) MELALUI PENDEKATAN FENETIK SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENGELOMPOKAN EMPAT VARIETAS PISANG (Musa acuminata Colla) MELALUI PENDEKATAN FENETIK PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016

2 PENGELOMPOKAN EMPAT VARIETAS PISANG (Musa acuminata Colla) MELALUI PENDEKATAN FENETIK PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016 i

3

4

5 PEDOMAN PENGGUNAAN Skripsi ini tidak dipublikasikan namun tersedia di perpustakaan Universitas Airlangga. Diperkenankan untuk dipakai sebagai informasi kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penyusun dan harus menyebutkan sumbernya sesuai dengan kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga. iv

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia, rahmat, dan hidayah-nya penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengelompokan Empat Varietas Pisang (Musa acuminata Colla) melalui Pendekatan Fenetik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi. Penyusun menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu diharapkan saran, kritik, dan komentar yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi ilmiah dan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Surabaya, Juni 2016 Penyusun, Lia Anggraeni Mulyono v

7 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia, rahmat, dan hidayah-nya sehingga penyusun mampu menyelesaikan skripsi ini. Rasa terima kasih juga ingin penyusun sampaikan atas bimbingan, arahan, saran dan dukungan yang luar biasa dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada segenap pihak yang turut membantu selesainya skripsi ini, antara lain kepada: 1. Dr. Hamidah, M.Kes. selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan segala ilmu, waktu, tenaga, kesabaran, nasihat, dan perhatian dalam membimbing dan mengarahkan penyusun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Prof. Dr. Bambang Irawan, M.Sc. selaku dosen pembimbing II, yang telah mencurahkan ilmu, waktu, kesabaran, masukan, serta dukungan selama membimbing penyusun dalam menulis skripsi ini. 3. Prof. H. Hery Purnobasuki, M.Si., Ph.D. selaku dosen penguji III, yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. 4. Dr. Ni matuzahroh selaku dosen penguji IV yang telah memberikan banyak masukan dan koreksi yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. 5. Dr. Sucipto Hariyanto, DEA. selaku Ketua Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga yang telah memberikan dukungan kepada penyusun untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh bapak dan ibu dosen Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, atas seluruh ilmu, waktu, tenaga, motivasi, bimbingan, dan arahan yang telah penyusun terima selama masa studi sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Kedua orangtua penyusun yang telah memberikan segala doa, kasih sayang, motivasi, dan dukungan yang sangat luar biasa kepada penyusun. Kepada Mohammad Helmy, adik tersayang yang selalu menghibur penyusun di kala penat mengerjakan skripsi vi

8 8. Sanak saudara di Tulungagung yang telah membantu dalam lancarnya pencarian dan pengambilan data yang diperlukan untuk skripsi ini: Mbak Prapti, Pak Sukar, Pak Rojik dan Bu Endah, Tante Atiek, Bu Tin, Mbak Novi, di Ngunut. Mbak Kam, Bu Sulami dan Pak Masiran di Ngantru. 9. Sahabat-sahabat tersayang: Sarah, Elisabeth, Yulia, Nina, dan Nindia. Canda tawa, hiburan, dan dukungan yang kalian berikan membuat penyusun tetap bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman satu bimbingan skripsi: Latifa, Husnus, Mety, Juanita, Patricia, Rahmawati, dan Ajeng. Terima kasih atas perhatian yang kalian berikan, juga motivasi dan semangat yang kalian tularkan pada penyusun untuk mengerjakan skripsi ini. Tak ketinggalan juga kepada seluruh teman-teman Biologi angkatan 2012 seperjuangan. Terima kasih atas semangat yang kalian tunjukkan, sehingga penyusun termotivasi dalam pengerjaan skripsi ini. 11. Segenap laboran dan karyawan Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga: Pak Suyanto, Pak Sujoko, Pak Eko, Pak Sukadji, Pak Sunar, Bu Ambar, Bu Arie, Bu Yatminah, Pak Catur Dwi, dan Pak Catur Sasongko atas pelayanan dan arahan dalam mengurus segala keperluan administratif yang diperlukan sehingga sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Pihak-pihak lainnya yang telah membantu selesainya skripsi ini, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu. Terima kasih banyak atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penyusun. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-nya, dan membalas dengan kebaikan yang sempurna. vii

9 Lia Anggraeni Mulyono, Pengelompokan Empat Varietas Pisang (Musa acuminata Colla) melalui Pendekatan Fenetik. Skripsi ini di bawah bimbingan Dr. Hamidah, M.Kes. dan Prof. Dr. Bambang Irawan, M.Sc. Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi, karakter morfologi pembeda utama, pengelompokan, dan kunci identifikasi dari empat varietas pisang jenis Musa acuminata Colla. Empat varietas yang digunakan adalah varietas kidang, varietas mas, varietas susu, dan varietas ambon. Penelitian ini menggunakan metode fenetik dengan mengamati 54 karakter morfologi yang meliputi karakter perawakan, batang semu, daun, jantung pisang, dan buah. Data yang didapatkan kemudian diolah menggunakan program komputer SPSS 16. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan karakter morfologi yang dimiliki oleh keempat varietas pisang. Hasil analisis komponen utama dan analisis manual menunjukkan bahwa terdapat dua karakter yang dapat digunakan sebagai pembeda utama pada keempat varietas pisang, yaitu warna ibu tulang daun bagian bawah dan warna kulit buah masak. Hasil dendrogram menunjukkan bahwa terdapat dua kelompok utama pisang Musa acuminata Colla dengan nilai kemiripan 0,046, yakni kelompok utama pertama beranggotakan varietas mas dan kelompok utama kedua beranggotakan varietas kidang, varietas susu, dan varietas ambon. Pengelompokan terdekat adalah antara pisang varietas susu dan varietas ambon dengan nilai kemiripan 0,478. Kunci identifikasi dari empat varietas pisang Musa acuminata Colla dapat disusun berdasarkan karakter-karakter dari batang semu dan daun, jantung pisang, dan buah. Kata kunci: fenetik, Musa acuminata Colla, karakter morfologi, kunci identifikasi, pengelompokan viii

10 Lia Anggraeni Mulyono, Grouping of four varieties of banana (Musa acuminata Colla ) through phenetic approach. This thesis was under the guidance of Dr. Hamidah, M. Kes. and Prof. Dr. Bambang Irawan, M.Sc. Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Airlangga University, Surabaya. ABSTRACT This study aimed to determine the morphological characters, the main distinguishing morphological characters, grouping, and identification key of the four varieties of banana Musa acuminata Colla. Four varieties observed are kidang, mas, susu, and ambon. This study used phenetic approach by observing 54 morphological characters which includes the character of plant general appearances, pseudostem, leaf, male bud, and fruit. The data obtained were processed using computer program SPSS 16. Descriptive analysis shows that there are similarities and differences in morphological characters owned by the four varieties of bananas. The results of principal component analysis and manual analysis shows that there are two key characters that can be used to distinguish between four varieties, they are color of midrib lower surface and mature fruit peel color. Dendrogram grouping shows that there are two main groups of Musa acuminata Colla with 0,046 similarity value, the first group consists of mas varieties and a second group consists of kidang varieties, susu varieties, and ambon varieties. The closest grouping is between susu varieties and ambon varieties with 0,478 similarity value. Identification key to four varieties of banana Musa acuminata Colla can be arranged based on the characters from the pseudostem and leaf, male bud, and fruit. Keywords: grouping, identification key, morphological characters, Musa acuminata Colla, phenetic ix

11 DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN i ii iii iv v vi viii ix x xii xiii xiv Latar Belakang Rumusan Masalah Asumsi Penelitian Hipotesis Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Keanekaragaman Hayati Tinjauan Umum Biosistematika dan Taksonomi Tinjauan Umum Pengelompokan Tinjauan Umum Karakter Morfologi Tinjauan Umum Metode Fenetik Tinjauan Umum Pisang Klasifikasi Morfologi Pemanfaatan BAB III METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Bahan penelitian Alat penelitian Prosedur Penelitian Persiapan Penelitian Pengumpulan data Pendataan karakter Analisis data x

12 3.4. Karakter yang Diamati Perawakan Batang semu Daun Jantung pisang Buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Karakter morfologi dari empat varietas pisang Musa acuminata Colla Pisang Musa acuminata Colla varietas kidang Pisang Musa acuminata Colla varietas mas Pisang Musa acuminata Colla varietas susu Pisang Musa acuminata Colla varietas ambon Karakter pembeda paling penting dari empat varietas pisang Musa acuminata Colla Pengelompokan empat varietas pisang Musa acuminata Colla berdasarkan persamaan karakter morfologi Kunci identifikasi empat varietas pisang Musa acuminata Colla Pembahasan Karakter morfologi dari empat varietas pisang Musa acuminata Colla Karakter pembeda paling penting dari empat varietas pisang Musa acuminata Colla Pengelompokan empat varietas pisang Musa acuminata Colla berdasarkan karakter morfologi Kunci identifikasi empat varietas pisang Musa acuminata Colla BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman Habitus tanaman pisang... Daun pisang... Jantung pisang... Variasi bentuk buah pisang... Pengisian lembar kerja Data View pada program SPSS Pengisian lembar kerja Variable View pada program SPSS Langkah kerja analisis classify hierarchical cluster... Kotak awal hierarchical cluster analysis... Pengisian data kotak hierarchical cluster analysis... Pengisian data pada kotak hierarchical cluster analysis: statistics... Pengisian data pada kotak hierarchical cluster analysis: plots... Pengisian data pada kotak hierarchical cluster analysis: method... Tampilan output analisis gugus... Langkah kerja analisis komponen utama... Pengisian data untuk analisis komponen utama... Tampilan output analisis komponen utama... Habitus Musa acuminata Colla var. kidang... Bagian-bagian tanaman pisang Musa acuminata Colla var. kidang.. Buah pisang Musa acuminata Colla var. kidang... Habitus Musa acuminata Colla var. mas... Bagian-bagian tanaman pisang Musa acuminata Colla var. mas... Buah pisang Musa acuminata Colla var. mas... Habitus Musa acuminata Colla var. susu... Bagian-bagian tanaman pisang Musa acuminata Colla var. susu... Buah pisang Musa acuminata Colla var. susu... Habitus Musa acuminata Colla var. ambon... Bagian-bagian tanaman pisang Musa acuminata Colla var. ambon... Buah pisang Musa acuminata Colla var. ambon... Dendrogram hubungan fenetik antara empat varietas pisang Musa acuminata Colla yang diteliti xii

14 DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman Perbandingan karakter morfologi dari empat varietas Musa acuminata Colla... Nilai komponen matriks setiap karakter pembeda... Karakter pembeda paling penting dari empat varietas pisang Musa acuminata Colla berdasarkan analisis manual... Indeks kemiripan sampel dengan koefisien simple matching... Tahap pengelompokan 12 STO dari empat varietas Musa acuminata Colla xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Hasil Pengamatan varietas kidang Hasil Pengamatan varietas mas Hasil Pengamatan varietas susu Hasil Pengamatan varietas ambon Karakter Morfologi Musa acuminata Colla Karakter Morfologi Musa acuminata Colla Karakter Morfologi Musa acuminata Colla Karakter Morfologi Musa acuminata Colla 5 Tabel Numerik dari Karakter Morfologi Empat Varietas Musa acuminata Colla 6 7 Tabel Ketentuan Pengamatan dan Skoring Musa acuminata Colla Warna-warna RGB yang Digunakan dalam Penelitian xiv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang adalah salah satu komoditas penting bagi negara-negara berkembang di wilayah tropis dan subtropis. Tanaman ini mudah dibudidayakan dan dapat dijumpai hampir di berbagai kondisi agroekologi. Buahnya yang lezat dan kaya manfaat banyak dicari oleh masyarakat. Buah pisang terkenal mengandung vitamin dan mineral esensial yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Selain itu pisang juga mengandung karbohidrat, serat, protein, dan lemak, sehingga dengan mengonsumsi buah pisang saja kebutuhan gizi minimum akan segera terpenuhi. Hal ini menjadikan pisang sangat potensial sebagai substitusi makanan pokok (Prabawati et al., 2008). Selain buahnya yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan, bagian lain dari tumbuhan pisang dapat dimanfaatkan pula untuk berbagai kebutuhan manusia (Lubis, 2011). Indonesia sebagai negara berkembang dikenal menjadi salah satu pusat keanekaragaman pisang. Saat ini, lebih dari 230 varietas pisang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Prabawati et al., 2008). Tingginya keanekaragaman ini memungkinkan masyarakat Indonesia untuk memilih dan memanfaatkan jenis pisang yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan. Potensi untuk menghasilkan pisang varietas baru juga cukup besar karena tingkat keanekaragaman yang tinggi memberikan banyak alternatif varietas untuk disilangkan. 1

17 2 Dalam melakukan persilangan terlebih dahulu diperlukan suatu informasi mengenai karakter dari tumbuhan yang akan disilangkan melalui proses identifikasi, yakni pemeriksaan dengan cara mengamati sifat khasnya yang dapat muncul di semua kondisi lingkungan dan dapat diamati secara visual (Radiya, 2013). Melalui proses tersebut dapat diperoleh deskripsi dan informasi awal dari suatu individu yang sangat berguna untuk membantu pengelompokan tumbuhan. Pengelompokan dapat didefinisikan sebagai penataan suatu objek ke dalam kelompok-kelompok atau kelas-kelas, yang biasanya dilandaskan pada kemiripan atau perbedaan yang dimiliki (Bynum et al., 1981). Pengelompokan dibutuhkan untuk memudahkan dalam mengatur dan memahami keanekaragaman sebelum dapat dipelajari lebih lanjut (Mayr dan Bock, 2002). Dalam mengelompokkan tumbuhan, digunakan dasar atau kriteria tertentu seperti karakter morfologi, anatomi, atau fisiologi yang dimiliki. Kriteria yang paling umum digunakan adalah kriteria morfologi karena mudah diamati sehingga variasinya dapat dinilai dengan cepat jika dibandingkan dengan kriteria lainnya (Rahayu dan Handayani, 2008). Dalam ilmu biosistematika, pengelompokan yang dilandaskan pada kemiripan sifat yang dimiliki organisme biasa disebut dengan taksonomi fenetik (Irawan, 2011). Sejauh ini, memang telah banyak penelitian mengenai identifikasi dan pengelompokan pisang di Indonesia melalui berbagai pendekatan, beberapa diantaranya adalah melalui pendekatan anatomi kariotipe (Sari dan Badruzsaufari, 2013; Yulianty et al., 2006), pendekatan genetik dengan metode PCR-RLFP (Ekasari et al., 2012) dan metode primer RAPD (Sukartini, 2008), dan pendekatan

18 3 morfologi (Sukartini, 2007; Radiya, 2013; Rahmawati dan Hayati, 2013). Namun penelitian-penelitian tersebut menggunakan pisang jenis Musa paradisiaca sebagai objeknya, sedangkan pisang jenis Musa acuminata masih belum banyak diteliti. Musa acuminata merupakan jenis pisang yang diyakini sebagai salah satu induk dari pisang komersial yang sekarang banyak dibudidayakan. Musa acuminata banyak dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai buah meja karena memiliki aroma yang menyenangkan dengan rasa yang manis, bentuk kecil, dan berkulit tipis berwarna kuning keemasan (Hapsari dan Masrum, 2011). Sifat unggul ini menjadikan Musa acuminata dipilih sebagai indukan untuk tujuan pemuliaan pisang budidaya. Contoh dari pisang jenis ini adalah pisang mas dan pisang susu. Penelitian yang khusus membahas mengenai pisang jenis Musa acuminata di Indonesia masih terbilang sedikit, terutama dalam aspek pengelompokannya. Penelitian mengenai pisang jenis Musa acuminata yang ada sekarang kebanyakan membahas tentang karakterisasi dan evaluasi melalui penanda mikrosatelit (Retnoningsih et al., 2010), karakterisasi melalui pendekatan molekuler (Poerba, 2010), keragaman dan karakterisasi buah (Hapsari dan Masrum, 2011), ataupun penyimpanan serbuk sari (Rachman et al., 2012). Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan suatu penelitian pengelompokan varietas pisang jenis Musa acuminata dengan cara yang relatif mudah dan murah agar efisien dan tidak memerlukan biaya yang banyak untuk aplikasinya, yaitu menggunakan karakterisasi morfologi. Diharapkan pula

19 4 penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi ilmiah mengenai pengelompokan pisang jenis Musa acuminata, sehingga dapat dilakukan pemanfaatan pisang jenis Musa acuminata melalui berbagai bidang ilmu yang terkait Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah karakter morfologi dari pisang varietas kidang, mas, susu, dan ambon? 2. Karakter morfologi apa sajakah yang paling penting untuk membedakan pisang varietas kidang, mas, susu, dan ambon? 3. Bagaimanakah pengelompokan pisang varietas kidang, mas, susu, dan ambon jika ditinjau dari persamaan karakter morfologi? 4. Bagaimanakah kunci identifikasi dari pisang varietas kidang, mas, susu, dan ambon berdasarkan karakter morfologi? 1.3. Asumsi Penelitian Selama ini varietas pisang dikenali melalui karakter morfologinya yang bervariasi. Variasi karakter morfologi dapat digunakan untuk membedakan satu varietas pisang dengan varietas pisang yang lain (Sukartini, 2007). Karakter yang bersifat khas dapat dijadikan karakter pembeda utama untuk masing-masing varietas pisang sekaligus petunjuk untuk menyusun kunci identifikasi. Adanya persamaan dan perbedaan karakter morfologi yang dimiliki dapat digunakan sebagai dasar pengelompokan varietas pisang (Mayr dan Bock, 2002). Varietas

20 5 pisang yang memiliki banyak persamaan karakter morfologi akan cenderung berkumpul dalam satu kelompok yang sama, sedangkan varietas pisang yang memiliki banyak perbedaan karakter morfologi akan memisah dalam kelompok yang berbeda Hipotesis Penelitian 1. Jika terdapat variasi morfologi pada keempat varietas pisang, maka dapat diketahui karakter morfologi dari keempat varietas pisang. 2. Jika masing-masing dari keempat varietas pisang memiliki karakter tertentu, maka karakter tersebut dapat dijadikan pembeda paling penting bagi keempat varietas pisang. 3. Jika ada persamaan dan perbedaan karakter morfologi pada keempat varietas pisang, maka keempat varietas pisang dapat dikelompokkan. 4. Jika terdapat karakter pembeda pada keempat varietas pisang, maka dapat disusun kunci identifikasi untuk keempat varietas pisang Tujuan Penelitian 1. Mengetahui karakter morfologi dari pisang varietas kidang, mas, susu, dan ambon. 2. Menentukan karakter morfologi yang paling penting untuk membedakan pisang varietas kidang, mas, susu, dan ambon. 3. Mendapatkan pengelompokan pisang dari varietas kidang, mas, susu, dan ambon berdasarkan persamaan karakter morfologi.

21 6 4. Membuat kunci identifikasi dari pisang varietas kidang, mas, susu, dan ambon Manfaat Penelitian 1. Menjelaskan adanya perbedaan morfologi pada pisang varietas kidang, mas, susu, dan ambon. 2. Menjelaskan pengelompokan pada pisang varietas kidang, mas, susu, dan ambon ditinjau dari karakter morfologinya. 3. Sebagai dasar untuk penelitian di bidang taksonomi. 4. Sebagai dasar dalam pemanfaatan varietas pisang di berbagai bidang keilmuan yang terkait. 5. Sebagai tambahan informasi ilmiah mengenai pengelompokan pisang varietas kidang, mas, susu, dan ambon.

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Keanekaragaman Hayati Istilah keanekaragaman hayati atau biodiversitas digunakan untuk menyebut tingkat keanekaragaman sumber daya alam hayati, meliputi jumlah dan frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen yang ada pada suatu daerah. Pengertian lain yang lebih mudah dipahami dari keanekaragaman hayati adalah kelimpahan berbagai jenis sumber daya alam hayati yang terdapat di muka bumi. (Mardiastuti, 1999). Menurut Mardiastuti (1999), keanekaragaman hayati dapat ditinjau dari tiga tingkatan, yaitu: 1. Tingkat ekosistem. Pada tingkat ekosistem, keanekaragaman berkaitan erat dengan kekayaan tipe habitat atau tempat tumbuh. Indrawan et al. (2007), memasukkan keanekaragaman ini dalam keanekaragaman tingkat komunitas, dimana terjadi asosiasi antara komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan ekosistem masing-masing. 2. Tingkat spesies. Pada tingkat spesies, keanekaragaman berkaitan erat dengan kekayaan jenis atau spesies. Keanekaragaman spesies menggambarkan seluruh cakupan adaptasi ekologi, serta menggambarkan evolusi spesies terhadap lingkungan tertentu. Semua spesies di bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies dari tumbuhan, jamur, dan hewan (Indrawan et al., 2007) 7

23 8 3. Tingkat gen. Pada tingkat gen, keanekaragaman berkaitan erat dengan kekayaan perbedaan genetik pada masing-masing individu. Telah diketahui bahwa tidak ada satupun individu yang memiliki penampilan persis sama antara satu dengan yang lain, hal ini disebabkan karena gen dan kromosom pembawa sifat keturunan pun bervariasi (Mardiastuti, 1999). Keanekaragaman hayati memiliki peranan yang sangat penting khususnya bagi kehidupan manusia, karena keanekaragaman hayati merupakan sarana penyedia pangan, sandang, papan, obat-obatan, hingga rekreasi. Selain itu keanekaragaman hayati dapat menjadi komponen tatanan yang penting dalam ekosistem dan siklus biokimiawi (Mardiastuti, 1999). 2.2.Tinjauan Umum Biosistematika dan Taksonomi Terdapat beberapa cara untuk mempelajari keanekaragaman hayati, diantaranya adalah melalui biosistematika dan taksonomi. Biosistematika adalah cabang ilmu biologi yang menangani variasi dan evolusi (terutama pada tingkatan jenis dan di bawah jenis). Dalam perkembangannya, biosistematika melibatkan banyak cabang ilmu biologi lain seperti ekologi, genetika, fisiologi, biogeografi, dan biokimia (Radford, 1986). Sedangkan taksonomi dapat didefinisikan sebagai suatu studi dan deskripsi mengenai variasi diantara organisme, penelitian mengenai sebab dan akibat dari variasi tersebut, serta pengolahan data yang diperoleh untuk menghasilkan sebuah sistem klasifikasi (Jensen dan Salisbury, 1972). Taksonomi memiliki dua tujuan utama. Pertama, untuk memilih organisme yang berkerabat

24 9 dekat dan mengelompokkannya. Kedua, untuk mengklasifikasi organisme (Campbell et al., 2003). Pada saat ini, taksonomi tumbuhan lebih mengarah pada pengelompokan yang menyatakan hubungan kekerabatan. Hubungan kekerabatan pada tumbuhan dapat dinyatakan dengan metode fenetik dan filogenetik. Metode fenetik didasarkan pada kesamaan karakter secara fenotip (morfologi, anatomi, embriologi, fitokimia), sedangkan metode filogenetik lebih mengacu pada nilai evolusi masing-masing karakter (Radford, 1986 dalam Nurchayati, 2010). Produk dari taksonomi berupa hasil penempatan suatu organisme ke dalam suatu hirarki kelompok yang eksklusif mulai dari spesies (jenis), genus (marga), familia (keluarga), ordo (bangsa), classis (kelas), dan phylum (filum) (Tjitrosoepomo, 2009). 2.3.Tinjauan Umum Pengelompokan Tingginya tingkat keanekaragaman terkadang menimbulkan ketidakteraturan yang dapat membingungkan orang yang ingin mempelajarinya. Untuk itulah diperlukan suatu sistem pengelompokan untuk mengurangi ketidakteraturan itu dan membuatnya menjadi lebih mudah untuk dipahami (Mayr dan Bock, 2002). Pengelompokan adalah bagian dari sistem pengaturan yang berusaha untuk menata keragaman menjadi satu kesatuan kelompok atau kelas berdasarkan kemiripan yang dimiliki (Mayr dan Bock, 2002). Jeffrey (1992) menyebutkan bahwa salah satu manfaat dari pengelompokan adalah tingginya nilai prediksi dari pengelompokan tersebut. Semakin banyak karakter yang dikelompokkan atau

25 10 dibandingkan, maka akan semakin banyak informasi yang diperoleh dan semakin besar pula nilai prediksinya. Jika salah satu sifat diketahui, maka hal ini memungkinkan untuk memperkirakan kegunaan dan nilai anggota lainnya dari kelompok yang sama. Menurut Tjitrosomo et al. (1986) pada umumnya sekelompok tumbuhan dianggap mempunyai hubungan keluarga yang paling erat jika terdapat jumlah terbesar tanda-tanda serupa, sedangkan hubungan keluarga dikatakan paling renggang jika tanda-tanda bersamanya itu sangat sedikit. 2.4.Tinjauan Umum Karakter Morfologi Morfologi berasal dari bahasa latin morphus yang berarti bentuk dan logos yang berarti ilmu, sehingga morfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk fisik dan struktur tubuh tanaman (Tjitrosoepomo, 2009). Karakter morfologi mempunyai peran penting di dalam sistematika, sebab walaupun banyak pendekatan yang dipakai dalam menyusun sistem klasifikasi, namun semuanya berpangkal pada karakter morfologi (Davis dan Heywood, 1963). Selain itu pendekatan ini memberikan jalan tercepat memperagakan keanekaragaman dunia tumbuhan, dan dapat dipakai sebagai sistem pengacuan umum yang dapat menampung pernyataan data-data dari bidang lainnya (Rifai, 1976). Kelemahan dari karakter morfologi adalah sifatnya yang dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (Hamidah et al., 2012). Meski demikian,

26 11 karakter morfologi cukup dapat diandalkan karena merupakan produk gabungan dari sejumlah besar gen (Mayr dan Bock, 2002). Mengenal ciri-ciri morfologi juga dapat membantu mengetahui karakteristik suatu spesies yang dapat disebabkan oleh genotip, pengaruh lingkungan, maupun interaksi dari genotip dan lingkungan (Kartasudjana, 2001). Disamping itu, studi tentang tumbuhan berbasis sifat-sifat morfologi akan memberikan manfaat bagi pengembangan sistematik tumbuhan maupun bidang lain yang terkait dengan biologi secara umum (Yuniarti, 2011). 2.5.Tinjauan Umum Metode Fenetik Hubungan kekerabatan antar organisme dapat ditentukan dengan dua metode, yaitu metode fenetik dan kladistik. Metode fenetik dianggap lebih mudah karena hanya diperlukan pengamatan morfologi, anatomi, atau fisiologi tanpa harus menelusuri tetua dan sifat-sifat yang diturunkan dari tetua. Metode fenetik cenderung mengelompokkan organisme-organisme berdasarkan kemiripan sifat. Semakin banyak sifat yang sama atau mirip, maka organisme-organisme akan mengelompok dalam satu klaster. Produk dari metode fenetik adalah suatu dendrogram yang disebut fenogram. Sedangkan untuk metode kladistik, diperlukan penelusuran tetua organisme dan sifat-sifat yang diturunkan dari tetua. Produk dari metode kladistik adalah dendrogram yang disebut dengan kladogram. Dalam literatur ilmiah, metode kladistik sering disebut juga sebagai filogenetika (Hidayat dan Pancoro, 2006).

27 12 Pada metode fenetik, objek studi yang akan diteliti disebut dengan OTU (Operational Taxonomy Unit) atau Satuan Taksonomi Operasional. Lewat OTU, akan ditentukan nilai kesamaan karakter yang dimiliki oleh objek studi satu dengan yang lainnya. Umumnya cara kerja menggunakan pendekatan metode fenetik adalah memilih taksa OTU, memilih karakter yang sesuai, menghitung indeks similaritas, membuat fenogram, lalu menginterpretasikannya (Hidayat et al., 2012). 2.6.Tinjauan Umum Pisang Klasifikasi Klasifikasi tanaman pisang Musa acuminata menurut Cronquist (1981) dan United States Department of Agriculture (2015) adalah sebagai berikut: Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Bangsa : Zingiberales Suku : Musaceae Marga : Musa Jenis : Musa acuminata Colla. Sinonim : Musa cavendishii Lamb. ex Paxton Musa chinensis Lamb. ex Paxton Musa zebrina Van Houtte ex Planch

28 Morfologi Pisang adalah tanaman semak yang terkumpul dalam rumpun (Gambar 2.1). Akar tanaman pisang berupa akar-akar rambut yang halus dan sangat banyak. Akar yang tumbuh di bonggol bagian bawah panjangnya kurang lebih 0,75 meter sampai 1,5 meter, dan sebagian besar akar tersebut tumbuh ke samping bonggol sepanjang 4 hingga 5 meter. Umbi atau bonggol pisang terbagi menjadi dua bagian, yakni umbi bagian dalam dan umbi bagian luar. Pada umbi bagian dalam terdapat titik tumbuh pisang. Umbi bagian luar menjadi tempat tumbuhnya akar dan tunas pisang baru. (Kuswanto, 2007). Gambar 2.1 Habitus tanaman pisang (INIBAP, 1996).

29 14 Batang pisang termasuk ke dalam batang semu (Gambar 2.1). Tinggi batang semu berkisar 3,5 7,5 meter tergantung jenisnya. Di bagian dalam batang semu tersebut terdapat hati pisang yang ditutupi oleh pelepah-pelepah pisang yang tersusun saling menutupi. Pelepah pisang memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan helaian daunnya (Kuswanto, 2007). Daun pisang berbentuk lanset memanjang yang letaknya tersebar dengan bagian bawah daun memiliki lapisan lilin (Gambar 2.2). Daun diperkuat tangkai daun yang sifatnya agak keras dan kuat, memiliki panjang antara cm. Bagian tepi daun pisang tidak dilengkapi tulang daun yang kuat sehingga mudah koyak oleh hembusan angin kencang (Suyanti dan Supriyadi, 2008). Helai daun Ibu tulang daun Tangkai daun Pelepah daun Gambar 2.2 Daun pisang (INIBAP, 1996)

30 15 Bunga tanaman pisang berbentuk bulat lonjong dengan bagian ujung runcing. Bunga tanaman pisang biasa disebut dengan jantung pisang (Gambar 2.3). Bunga terdiri atas tangkai bunga, daun penumpu bunga atau daun pelindung bunga (seludang bunga), dan mahkota bunga. Tangkai bunga bersifat keras, berukuran besar dengan diameter sekitar 8 cm. seludang bunga berwarna merah tua, tersusun spiral, dilapisi lilin, dengan ukuran panjang sekitar cm. Seludang bunga akan rontok setelah bunga mekar. Mahkota bunga berwarna putih dan tersusun melintang masing-masing sebanyak dua baris. Bunga tanaman pisang berkelamin tunggal, memiliki benang sari berjumlah lima buah. Bakal buah berbentuk persegi (Cahyono, 2009). Bekas braktea Braktea Bunga Gambar 2.3 Jantung pisang (INIBAP, 1996). Buah pisang memiliki bentuk yang bervariasi (Gambar 2.4). Variasi pada pisang juga meliputi ukuran, warna kulit, warna daging buah, rasa, dan aroma yang beranekaragam tergantung pada varietasnya. Umumnya buah pisang berbentuk bulat. (Cahyono, 2009).

31 16 Gambar 2.4 Variasi bentuk buah pisang (1) lurus, (2) melengkung di ujung, (3) melengkung tajam, (4) melengkung di pangkal dan ujung (INIBAP, 1996) Pemanfaatan Pemanfaatan pisang kini tidak hanya terbatas sebagai bahan pangan saja. Bagian tanaman pisang lainnya seperti kulit buah, daun, hingga batangnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan. Sebagai contoh, kulit buah pisang dapat difermentasikan dengan bantuan Acetobacter aceti untuk menghasilkan asam cuka (Ni maturrohmah, 2014). Daun tanaman pisang banyak dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan tradisional khas Indonesia. Batang dan pelepah tanaman pisang yang kaya serat dapat digunakan sebagai bahan dasar kertas. Ketika musim kemarau tiba dan jumlah rumput menurun, daun dan batang pisang dapat dimanfaatkan pula sebagai makanan ternak pengganti rumput (Lubis, 2011).

32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan mulai bulan Februari 2016 sampai dengan bulan Juni Pengumpulan data dilakukan di dua lokasi, yaitu Desa Sumberingin, Kecamatan Ngunut, dan Desa Batokan, Kecamatan Ngantru di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Analisis data dilakukan di Laboratorium Biosistematika, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya. 3.2.Bahan dan Alat Penelitian Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah empat varietas dari tanaman pisang jenis Musa acuminata Colla, yaitu varietas kidang, mas, susu, dan ambon. Pengamatan mengenai pisang varietas kidang dan pisang varietas mas berlokasi di Desa Sumberingin, Kecamatan Ngunut, sedangkan pengamatan mengenai pisang varietas susu dan pisang varietas ambon berlokasi di Desa Batokan, Kecamatan Ngantru. Tanaman pisang yang dipilih sebagai bahan penelitian adalah tanaman pisang yang sudah mencapai tahap mature yang ditandai dengan munculnya spatha/seludang yang nantinya berkembang menjadi tandan buah lengkap dengan bunga (jantung pisang) dan buahnya. 17

33 Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1) Meteran untuk mengukur tinggi tanaman, tinggi batang semu, lingkar batang semu, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun, dan panjang tangkai tandan buah. 2) Jangka sorong untuk mengukur diameter tangkai tandan buah, panjang buah, diameter buah, panjang tangkai buah, dan diameter tangkai buah. 3) Kamera untuk mengambil gambar spesimen. 4) Alat-alat pendukung lain seperti pisau, kain hitam, tabel ompong dan tabel indeks warna, serta alat tulis. 3.3.Prosedur Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional yang diuraikan secara deskriptif. Tahap-tahap prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: Persiapan penelitian Persiapan penelitian meliputi penentuan varietas pisang yang akan diteliti, penentuan lokasi penelitian, pemilihan metode penelitian, serta persiapan alat-alat yang dibutuhkan selama penelitian Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan. Data yang dikumpulkan berupa karakter morfologi sampel, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengamatan dilakukan menggunakan tiga individu

34 19 yang berbeda untuk setiap varietas. Ketentuan pengamatan untuk masing-masing individu adalah sebagai berikut: 1. Perawakan, diamati seluruh perawakan dari pangkal batang semu hingga ujung daun tertinggi. 2. Daun, diamati daun yang muncul ketiga dari puncak tanaman. 3. Jantung pisang, diamati setelah kemunculan sisir buah terakhir. 4. Buah, diamati buah yang telah siap panen Pendataan karakter Data yang telah terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam tabel karakterisasi (Lampiran 1 4). Hasil karakterisasi diubah ke dalam data numerik (Lampiran 5) menggunakan metode skoring sesuai dengan ketentuan pengamatan pada Lampiran Analisis data Terdapat dua jenis analisis data pada penelitian ini, yaitu: 1) Analisis data deskriptif Analisis data deskriptif dilakukan dengan menjabarkan data karakter morfologi yang diperoleh dalam bentuk deskripsi analitik dan deskripsi diagnostik diferensial. Deskripsi analitik berupa deskripsi keseluruhan karakter yang dimiliki sampel, sedangkan deskripsi diagnostik diferensial berupa deskripsi perbandingan antara karakter yang dimiliki satu sampel dengan sampel yang lainnya. 2) Analisis data statistik Data hasil karakterisasi yang diperoleh, kemudian disusun dalam matriks Satuan Taksonomi Operasional (STO) dan dikuantifikasikan sebagai data multivariat

35 20 menggunakan metode skoring. Data diolah dengan program komputer SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 16.0 menggunakan analisis gugus (classify hierarchical cluster) yang dilengkapi dengan analisis komponen utama (principal component analysis). Hal ini bertujuan untuk menghitung besar persamaan antar varietas pisang dengan hasil akhir berupa dendrogram yang menunjukkan adanya karakter penting sebagai pembeda. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mengisikan hasil skoring pada lembar kerja SPSS. Program SPSS memiliki dua lembar kerja, yaitu data view dan variable view (dapat dilihat pada pojok kiri bawah halaman kerja). Pada lembar kerja data view, sampel diisikan pada kolom pertama secara vertikal ke bawah. Kemudian, hasil skoring karakter diisikan pada kolom-kolom di sebelahnya secara horizontal ke kanan (Gambar 3.1). Sedangkan pada lembar kerja variable view, baris pertama pada kolom name yang awalnya bertuliskan VAR00001 diganti dengan sampel atau varietas. Kolom sebelahnya (kolom type) dipilih string karena data yang dimasukkan berupa huruf. Kolom paling akhir (kolom measure) dipilih nominal. Untuk baris kedua dan seterusnya, diisi dengan karakter-karakter yang digunakan. Penulisan karakter tersebut dipersingkat dan tanpa spasi (Gambar 3.2).

36 21 Gambar 3.1. Pengisian lembar kerja Data View pada program SPSS 16.0 Gambar 3.2. Pengisian lembar kerja Variable View pada program SPSS 16.0

37 22 2. Pada menu bar SPSS, dipilih menu analyze classify hierarchial cluster (Gambar 3.3) hingga muncul kotak awal hierarchial cluster analysis (Gambar 3.4). Gambar 3.3. Langkah kerja analisis classifiy hierarchical cluster Gambar 3.4. Kotak awal hierarchical cluster analysis

38 23 3. Pada kotak Variables(s) dimasukkan semua karakter yang digunakan, sedangkan pada kotak Label cases by yang ada di bawahnya, dimasukkan sampel yang digunakan. Pada kolom Cluster yang ada di bawahnya, dipilih Cases (Gambar 3.5). Gambar 3.5. Pengisian data kotak hierarchical cluster analysis 4. Menu Statistics di bagian kanan paling atas dipilih hingga muncul kotak Hierarchial Cluster Analysis: Statistics kemudian pilihan proximity matrix dicentang. Pada kotak Cluster Membership pilihan single solution juga dicentang lalu diisi angka 3 pada kotak Number of clusters. (Gambar 3.6). Setelah selesai, tombol continue ditekan untuk melanjutkan operasi berikutnya.

39 24 Gambar 3.6. Pengisian data pada kotak hierarchical cluster analysis: statistics 5. Menu Plots di bawah menu Statistics dipilih hingga muncul kotak Hierarchial Cluster Analysis: Plots kemudian kotak dendrogram dicentang (Gambar 3.7). Setelah itu, tombol continue ditekan untuk melanjutkan operasi berikutnya. Gambar 3.7. Pengisian data kotak hierarchical cluster analysis: plots

40 25 6. Menu Method di bawah menu Plots dipilih hingga muncul kotak Hierarchial Cluster Analysis: Method. Pada kotak Measure, bulatan Interval diklik, kemudian dipilih Pearson correlation pada pilihan yang tersedia di sampingnya (Gambar 3.8). Selanjutnya, tombol continue dipilih untuk melanjutkan operasi berikutnya. Setelah kembali ke kotak awal hierarchial cluster analysis, tombol OK ditekan kemudian akan muncul tampilan output yang berisi tabel proximity matrix, tabel agglomerative schedule, tabel cluster membership, dan dendrogram hasil operasi. (Gambar 3.9) Gambar 3.8. Pengisian data kotak hierarchical cluster analysis: method

41 26 Gambar 3.9. Tampilan output analisis gugus 7. Untuk mengetahui karakter yang sangat berpengaruh dalam pengelompokan maka dilakukan PCA (Principal Component Analysis). Langkah-langkahnya adalah, pada menu bar SPSS, dipilih menu analyze data reduction factor (Gambar 3.10) hingga muncul kotak factor analysis. Pada kotak variables dimasukkan karakter-karakter apa saja yang mampu membedakan antar sampel, sedangkan kotak selection variable dibiarkan kosong (Gambar 3.11). Selanjutnya tombol OK ditekan, kemudian akan muncul output berupa tabel communalities, total variance explained, dan component matrix (Gambar 3.12).

42 27 Gambar Langkah kerja analisis komponen utama Gambar Pengisian data untuk analisis komponen utama

43 28 Gambar Tampilan output analisis komponen utama 3.4.Karakter yang Diamati Pada penelitian ini, karakter yang diamati sebanyak 54 karakter morfologi baik kuantitatif maupun kualitatif. Karakter-karakter tersebut antara lain: Perawakan Meliputi tinggi tanaman (m) dan ketegakan daun (tegak, sedang, atau merunduk) Batang semu Meliputi tinggi batang semu (cm), lingkar batang semu (cm), warna batang semu (ditentukan indeks warna RGB), dan getah (seperti susu atau seperti air) Daun Meliputi panjang helai daun (cm), lebar helai daun (cm), panjang tangkai daun (cm), lebar pelepah daun (cm), bentuk pangkal helai daun (kedua sisi meruncing, satu sisi meruncing dan satu sisi bulat, atau kedua sisi membulat), warna permukaan atas daun (ditentukan indeks warna RGB), tampilan permukaan atas

44 29 daun (kusam atau mengkilap), warna permukaan bawah daun (ditentukan indeks warna RGB), tampilan permukaan bawah daun (kusam atau mengkilap), bercak pada pangkal tangkai daun (jarang atau banyak), saluran tangkai daun (terbuka dengan tepi melebar, lebar dengan tepi tegak, lurus dengan tepi tegak, tepi melengkung ke dalam, atau tepi tumpang tindih), serta warna ibu tulang daun bagian bawah daun (ditentukan dengan indeks warna RGB) Jantung pisang Meliputi presensi rakis (ada atau tidak ada), posisi rakis (vertikal, miring, bengkok, mendatar, atau tegak), presensi jantung pisang (ada atau tidak ada), bentuk jantung pisang (seperti gasing, seperti ujung tombak, sedang, bulat telur, atau bulat), panjang braktea (cm), lebar braktea (cm), bentuk braktea (lanset, sedang, atau bulat telur), bentuk pangkal braktea (bahu sempit atau bahu sedang), bentuk ujung braktea (runcing, meruncing, atau bulat), warna permukaan luar braktea (ditentukan dengan indeks warna RGB), warna permukaan dalam braktea (ditentukan dengan indeks warna RGB), pigmentasi pada permukaan dalam braktea (ada atau tidak ada), pigmentasi pada permukaan luar braktea (ada atau tidak ada), pola pelepasan braktea (menggulung atau tidak menggulung), bekas braktea pada rakis (jelas atau tidak jelas), serta alur pada permukaan braktea (alur terasa halus, atau alur terasa kasar) Buah Meliputi panjang tangkai tandan buah (cm), diameter tangkai tandan (cm), warna tandan buah (ditentukan dengan indeks RGB), permukaan tangkai tandan (tidak berambut atau berambut), jumlah sisir buah pada tandan (unit), jumlah buah per

45 30 sisir (unit), panjang buah (cm), diameter buah (cm), susunan buah (uniseriat atau biseriat), bentuk buah (lurus atau melengkung), potongan melintang buah (bulat, agak bersiku, atau bersiku tajam), ujung buah (runcing, meruncing, tumpul, atau bulat), sisa bunga pada ujung buah (tidak ada sisa bunga, ada sisa stilus, atau ada sisa pangkal stilus saja), panjang tangkai buah (mm), diameter tangkai buah (mm), permukaan tangkai buah (tidak berambut atau berambut), warna kulit buah muda (ditentukan indeks warna RGB), warna kulit buah masak (ditentukan indeks warna RGB), tebal kulit buah (mm), serta rasa buah yang mendominasi (manis atau manis agak asam).

46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian Pada penelitian ini digunakan empat varietas pisang jenis Musa acuminata Colla yaitu varietas kidang, varietas mas, varietas susu, dan varietas ambon. Pada keempat varietas tersebut dilakukan pengamatan terhadap 54 karakter morfologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut Karakter morfologi dari empat varietas pisang Musa acuminata Colla 54 karakter morfologi yang diamati dalam penelitian ini meliputi 2 karakter perawakan, 4 karakter batang semu, 12 karakter daun, 16 karakter jantung pisang, dan 20 karakter buah. Berdasarkan hasil karakterisasi terhadap 54 karakter morfologi tersebut (Lampiran 1 4), maka dapat disusun deskripsi analitik dan deskripsi diagnostik diferensial sebagai berikut Pisang (Musa acuminata Colla) varietas kidang 1) Deskripsi analitik Pisang varietas kidang memiliki habitus berupa herba dengan tinggi tanaman 6,49 7,91 meter dan ketegakan daun yang sedang (Gambar 4.1). Batang berupa batang semu, berbentuk bulat dengan tinggi 3,13 4,25 meter dan lingkar sentimeter. Warna batang semu adalah merah kekuningan (lightcoral) dan memiliki getah seperti susu. 31

47 32 Gambar 4.1. Habitus Musa acuminata Colla var. kidang. Skala = 1 m. Daun pisang varietas kidang berupa daun tunggal yang lengkap dengan pelepah, tangkai daun, dan helai daun. Pelepah memiliki lebar sentimeter. Tangkai daun memiliki panjang sentimeter, pada bagian pangkal tangkai daunnya terdapat banyak bercak berwarna kehitaman. Ketika tangkai daun dipotong akan tampak saluran yang lebar dengan tepi tegak. Helai daun berbentuk lanset memanjang, kedua belah pangkal daunnya meruncing. Panjang helai daun sentimeter dan lebar helai daun sentimeter. Helai daun bagian atas berwarna hijau tua (darkgreen) dan permukaan yang mengkilap. Helai daun bagian bawah berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen4) dan permukaan yang kusam. Pertulangan daun sejajar, dengan ibu tulang daun bagian bawahnya berwarna merah muda kekuningan (salmon3). Pisang varietas kidang memiliki rakis yang posisinya jatuh vertikal. Di ujungnya terdapat jantung pisang berbentuk jorong (Gambar 4.2). Jantung pisang

48 33 tersusun oleh helaian-helaian braktea atau daun pelindung yang di dalamnya terdapat banyak bunga. Braktea pisang varietas kidang memiliki panjang sentimeter dan lebar sentimeter, berbentuk bulat telur, dengan pangkal berbahu sedang dan ujung meruncing. Permukaan luar braktea memiliki alur yang halus, berwarna merah muda terang (lightpink4) yang seragam dari pangkal ke ujung (tidak ada pigmentasi warna). Permukaan dalam braktea berwarna oranye kemerahan (orangered3) yang memudar di bagian pangkal (ada pigmentasi warna). Braktea pisang varietas kidang memiliki pola pelepasan yang menggulung dan meninggalkan bekas yang jelas pada rakis. A B C D E Gambar 4.2. Bagian-bagian tanaman pisang Musa acuminata Colla var. kidang: (A) tangkai daun, (B) buah, (C) rakis, (D) jantung pisang, (E) helai daun. Skala = 5 cm. Pisang varietas kidang memiliki tandan yang berukuran panjang sentimeter dan diameter 4,29 4,53 sentimeter, berwarna merah muda kecoklatan (rosybrown) dan memiliki permukaan yang berambut. Dalam satu

49 34 tandan terdapat 4 5 sisir yang masing-masing sisirnya terdiri atas buah yang tersusun dalam dua baris (biseriat). Gambar 4.3. Buah pisang Musa acuminata Colla var. kidang. Skala = 3 cm Buah pisang varietas kidang memiliki bentuk bulat lonjong yang melengkung dengan panjang 9,92 10,50 sentimeter dan diameter 4,09 4,34 sentimeter. Ujung buah berbentuk tumpul dan terdapat sisa pangkal stilus. Potongan melintang buah berbentuk agak siku. Tangkai buahnya memiliki panjang 14,3 14,7 milimeter dan diameter 11,6 11,9 milimeter, serta permukaan yang halus (tidak berambut). Kulit buah memiliki tebal 2,6 2,7 milimeter, saat masih muda berwarna merah muda kekuningan terang (lightsalmon2) dan ketika sudah masak akan berubah menjadi merah muda kekuningan (salmon1) (Gambar 4.3). Rasa yang paling dominan pada buah pisang varietas kidang adalah manis.

50 35 2) Deskripsi diagnostik diferensial a) Pisang varietas kidang dengan pisang varietas mas Pisang varietas kidang memiliki tinggi tanaman 6,49 7,91 meter sedangkan pisang varietas mas memiliki tinggi tanaman 4,25 5,09 meter. Batang semu pada pisang varietas kidang memiliki tinggi 3,13 4,25 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna merah kekuningan (lightcoral), sedangkan batang semu pada pisang varietas mas memiliki tinggi 1,67 2,38 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2). Pisang varietas kidang memiliki getah seperti susu sedangkan pisang varietas mas memiliki getah seperti air. Pisang varietas kidang memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun 73 79, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter, sedangkan pisang varietas mas memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter. Permukaan atas daun pisang varietas kidang adalah hijau tua (darkgreen) sedangkan permukaan atas daun pisang varietas mas adalah hijau zaitun gelap (darkolivegreen). Permukaan bawah daun pisang varietas kidang berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen4) dan kusam sedangkan permukaan bawah daun pisang varietas mas berwarna hijau lumut (olivedrab3) dan mengkilap. Ibu tulang daun bagian bawah pada pisang varietas kidang adalah merah muda kekuningan (salmon3) sedangkan ibu tulang daun bagian bawah pada pisang varietas mas adalah hijau-kuning (greenyellow). Pisang varietas kidang memiliki posisi rakis

51 36 yang vertikal dan jantung pisang berbentuk jorong, sedangkan pisang varietas mas memiliki posisi rakis yang horizontal dan jantung pisang berbentuk seperti gasing. Pisang varietas kidang memiliki helaian braktea berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing, panjang sentimeter dan lebar sentimeter sedangkan pisang varietas mas memiliki helaian braktea berbentuk lanset dan ujung runcing, panjang sentimeter dan lebar sentimeter. Permukaan luar braktea pisang varietas kidang berwarna merah muda terang (lightpink4) dan memiliki alur yang halus, sedangkan permukaan luar braktea pisang varietas mas berwarna merah muda (pink4) dan memiliki alur yang kasar. Permukaan dalam braktea pisang varietas kidang berwarna oranye kemerahan (orangered3) dan terdapat pigmentasi warna sedangkan permukaan dalam pisang varietas mas berwarna putih gading (cornsilk1) dan tidak terdapat pigmentasi warna. Tangkai tandan pada pisang varietas kidang memiliki panjang sentimeter, diameter 4,29 4,53 sentimeter, dan berwarna merah muda kecoklatan (rosybrown), sedangkan tangkai tandan pada pisang varietas mas memiliki panjang sentimeter, diameter 3 3,25 sentimeter, dan berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen3). Pisang varietas kidang dalam satu tandan memiliki 4 5 sisir berisi buah per sisirnya, sedangkan pisang varietas mas dalam satu tandan memiliki 5 6 sisir berisi buah per sisirnya. Buah pisang varietas kidang memiliki panjang 9,92 10,5 sentimeter, diameter 4,09 4,34 sentimeter, dan potongan melintang yang agak siku, sedangkan buah pisang varietas mas memiliki panjang 6 7,49 sentimeter,

52 37 diameter 3,01 3,46 sentimeter, dan potongan melintang yang bulat. Tangkai buah pisang varietas kidang memiliki panjang 14,3 14,7 milimeter dan diameter 11,6 11,9 milimeter, sedangkan tangkai buah pisang varietas mas memiliki panjang 19,1 19,5 milimeter dan diameter 7,8 7,9 milimeter. Buah pisang varietas kidang berwarna merah muda kekuningan terang (lightsalmon2) saat masih muda, merah muda kekuningan (salmon1) saat sudah masak, dan tebal kulit 2,6 2,7 milimeter, sedangkan buah pisang varietas mas berwarna hijau lumut (olivedrab2) saat masih muda, kuning keemasan (lightgoldenrod) saat sudah masak, dan tebal kulit 1,8 1,9 milimeter. b) Pisang varietas kidang dengan pisang varietas susu Pisang varietas kidang memiliki tinggi tanaman 6,49 7,91 meter sedangkan pisang varietas susu memiliki tinggi tanaman 4,23 5,10 meter. Batang semu pada pisang varietas kidang memiliki tinggi 3,13 4,25 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna merah kekuningan (lightcoral), sedangkan batang semu pada pisang varietas susu memiliki tinggi 1,8 2,66 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna hijau lumut (olivedrab2). Pisang varietas kidang memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun 73 79, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter, sedangkan pisang varietas susu memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter. Pangkal tangkai daun pisang varietas kidang memiliki bercak kehitaman yang banyak sedangkan pangkal tangkai daun pisang varietas susu memiliki bercak

53 38 kehitaman yang jarang. Permukaan atas daun pisang varietas kidang tampak mengkilap sedangkan permukaan atas daun pisang varietas susu tampak kusam. Permukaan bawah daun pisang varietas kidang berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen4) sedangkan permukaan bawah daun pisang varietas susu berwarna hijau zaitun (darkolivegreen3). Warna ibu tulang daun bagian bawah pisang varietas kidang adalah merah muda kekuningan (Salmon3) sedangkan warna ibu tulang daun bagian bawah pisang varietas susu adalah hijau lumut (olivedrab4). Pisang varietas kidang memiliki posisi rakis yang vertikal dan jantung pisang berbentuk jorong, sedangkan pisang varietas susu memiliki posisi rakis yang bengkok dan jantung pisang berbentuk seperti ujung tombak/lanset. Pisang varietas kidang memiliki helaian braktea dengan pangkal berbahu sedang, ujung meruncing, panjang sentimeter dan lebar sentimeter sedangkan pisang varietas susu memiliki helaian braktea dengan pangkal berbahu sempit, ujung terbelah, panjang sentimeter dan lebar sentimeter. Permukaan luar braktea pisang varietas kidang berwarna merah muda terang (lightpink4) dan memiliki alur halus, sedangkan permukaan luar braktea pisang varietas susu berwarna merah tua (maroon) dan memiliki alur yang kasar. Permukaan dalam braktea pisang varietas kidang berwarna oranye kemerahan (orangered3) dan terdapat pigmentasi warna sedangkan permukaan dalam pisang varietas susu berwarna merah tua keunguan (maroon4) dan tidak terdapat pigmentasi warna. Tangkai tandan pada pisang varietas kidang memiliki panjang sentimeter, diameter 4,29 4,53 sentimeter, berwarna coklat keunguan

54 39 (rosybrown), dan permukaan berambut, sedangkan tangkai tandan pada pisang varietas susu memiliki panjang sentimeter, diameter 6,74 7,19 sentimeter, berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen3), dan permukaan yang tidak berambut. Pisang varietas kidang dalam satu tandan memiliki 4 5 sisir berisi buah per sisirnya, sedangkan pisang varietas susu dalam satu tandan memiliki 5 6 sisir berisi buah per sisirnya. Buah pisang varietas kidang memiliki panjang 9,92 10,5 sentimeter, diameter 4,09 4,34 sentimeter, ujung tumpul, dan potongan melintang yang agak siku, sedangkan buah pisang varietas susu memiliki panjang 13,46 14,29 sentimeter, diameter 3,97 4,25 sentimeter, ujung runcing, dan potongan melintang yang bulat. Tangkai buah pisang varietas kidang memiliki panjang 14,3 14,7 milimeter dan diameter 11,6 11,9 milimeter, sedangkan tangkai buah pisang varietas susu memiliki panjang 12,2 12,4 milimeter dan diameter 10,2 10,5 milimeter. Buah pisang varietas kidang berwarna merah muda kekuningan terang (lightsalmon2) saat masih muda, merah muda kekuningan (salmon1) saat sudah masak, dan tebal kulit 2,6 2,7 milimeter, sedangkan buah pisang varietas susu berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2) saat masih muda, kuning (yellow) saat sudah masak, dan tebal kulit 1,9 2 milimeter. Rasa yang dominan pada pisang varietas kidang adalah manis, sedangkan rasa yang dominan pada pisang varietas susu adalah manis agak asam. c) Pisang varietas kidang dengan pisang varietas ambon Pisang varietas kidang memiliki tinggi tanaman 6,49 7,91 meter sedangkan pisang varietas ambon memiliki tinggi tanaman 4,49 5,36 meter.

55 40 Batang semu pada pisang varietas kidang memiliki tinggi 3,13 4,25 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna merah kekuningan (lightcoral), sedangkan batang semu pada pisang varietas ambon memiliki tinggi 2,02 2,85 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna hijau lumut (olivedrab2).. Pisang varietas kidang memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun 73 79, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter, sedangkan pisang varietas ambon memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter. Pangkal tangkai daun pisang varietas kidang memiliki bercak kehitaman yang banyak sedangkan pangkal tangkai daun pisang varietas ambon memiliki bercak kehitaman yang jarang. Permukaan atas daun pisang varietas kidang berwarna hijau tua (darkgreen) dan tampak mengkilap sedangkan permukaan atas daun pisang varietas ambon berwarna hijau (green4) dan tampak kusam. Permukaan bawah daun pisang varietas kidang berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen4) sedangkan permukaan bawah daun pisang varietas ambon berwarna hijau zaitun (darkolivegreen3). Pisang varietas kidang memiliki posisi rakis yang vertikal dan jantung pisang berbentuk jorong, sedangkan pisang varietas ambon memiliki posisi rakis yang bengkok dan jantung pisang berbentuk seperti ujung tombak/lanset. Pisang varietas kidang memiliki helaian braktea berbentuk bulat telur, pangkal berbahu sedang, ujung meruncing, panjang sentimeter dan lebar sentimeter sedangkan pisang varietas ambon memiliki helaian braktea

56 41 berbentuk lanset, pangkal berbahu sempit, ujung runcing, panjang sentimeter dan lebar sentimeter. Permukaan luar braktea pisang varietas kidang berwarna merah muda terang (lightpink4) dan memiliki alur halus, sedangkan permukaan luar braktea pisang varietas ambon berwarna merah tua (maroon) dan memiliki alur kasar. Permukaan dalam braktea pisang varietas kidang berwarna oranye kemerahan (orangered3) sedangkan permukaan dalam pisang varietas susu berwarna merah tua keunguan (maroon4). Tangkai tandan pada pisang varietas kidang memiliki panjang sentimeter, diameter 4,29 4,53 sentimeter, dan berwarna merah muda kecoklatan (rosybrown), sedangkan tangkai tandan pada pisang varietas ambon memiliki panjang sentimeter, diameter 5,92 6,43 sentimeter, dan berwarna hijau lumut (olivedrab4). Pisang varietas kidang dalam satu tandan memiliki 4 5 sisir, sedangkan pisang varietas ambon dalam satu tandan memiliki 5 6 sisir. Buah pisang varietas kidang memiliki panjang 9,92 10,5 sentimeter, diameter 4,09 4,34 sentimeter, dan ujung tumpul, sedangkan buah pisang varietas ambon memiliki panjang 14,02 14,41 sentimeter, diameter 3,07 3,41 sentimeter, dan ujung runcing. Tangkai buah pisang varietas kidang memiliki panjang 14,3 14,7 milimeter dan diameter 11,6 11,9 milimeter, sedangkan tangkai buah pisang varietas ambon memiliki panjang 13,8 14,41 milimeter dan diameter 10,1 10,5 milimeter. Buah pisang varietas kidang berwarna merah muda kekuningan terang (lightsalmon2) saat masih muda, merah muda kekuningan (salmon1) saat sudah masak, dan tebal kulit 2,6 2,7 milimeter, sedangkan buah pisang varietas ambon berwarna hijau zaitun gelap

57 42 (darkolivegreen2) saat masih muda, hijau kekuningan (olivedrab1) saat sudah masak, dan tebal kulit 1,8 1,9 milimeter Pisang (Musa acuminata Colla) varietas mas 1) Deskripsi analitik Gambar 4.4. Habitus Musa acuminata Colla var. mas. Skala = 0,5 m. Pisang varietas mas memiliki habitus berupa herba dengan tinggi tanaman 4,25 5,09 meter dan ketegakan daun yang sedang (gambar 4.4). Batang berupa batang semu, berbentuk bulat dengan tinggi 1,67 2,38 meter dan lingkar sentimeter. Warna batang semu adalah hijau zaitun gelap (darkolivegreen2) dan memiliki getah seperti air. Daun pisang varietas mas berupa daun tunggal yang lengkap dengan pelepah, tangkai daun, dan helai daun. Pelepah memiliki lebar sentimeter. Tangkai daun memiliki panjang sentimeter, pada bagian pangkal tangkai daunnya terdapat banyak bercak berwarna kehitaman. Ketika tangkai daun

58 43 dipotong akan tampak saluran yang lebar dengan tepi tegak. Helai daun berbentuk lanset memanjang, kedua belah pangkal daunnya meruncing. Panjang helai daun sentimeter dan lebar helai daun sentimeter. Helai daun bagian atas berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen) dan permukaan yang mengkilap, helai daun bagian bawah memiliki warna hijau lumut (olivedrab3) dan permukaan yang mengkilap. Pertulangan daun sejajar, dengan ibu tulang daun bagian bawah berwarna hijau-kuning (greenyellow). A C D E B F Gambar 4.5. Bagian-bagian tanaman pisang Musa acuminata Colla var. mas: (A) helai daun, (B) jantung pisang (C) rakis, (D) buah, (E) tandan buah, (F) tangkai daun. Skala = 10 cm. Pisang varietas mas memiliki rakis yang posisinya horizontal. Di ujungnya terdapat jantung pisang berbentuk seperti gasing (Gambar 4.5). Jantung pisang tersusun oleh helaian-helaian braktea atau daun pelindung yang di dalamnya terdapat banyak bunga. Braktea pisang varietas mas memiliki panjang sentimeter dan lebar sentimeter, berbentuk lanset, dengan pangkal berbahu sedang dan ujung runcing. Permukaan luar braktea memiliki alur yang

59 44 kasar, berwarna merah muda (pink4) yang seragam dari pangkal ke ujung (tidak ada pigmentasi warna). Permukaan dalam berwarna putih gading (cornsilk1) yang seragam dari ujung hingga pangkal (tidak ada pigmentasi warna). Braktea pisang varietas mas memiliki pola pelepasan yang menggulung dan meninggalkan bekas yang jelas pada rakis. Gambar 4.6. Buah pisang Musa acuminata Colla var. mas. Skala = 3 cm Pisang varietas mas memiliki tandan yang berukuran panjang sentimeter dan diameter 3,07 3,25 sentimeter, berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen3) dan memiliki permukaan yang berambut. Dalam satu tandan terdapat 5 6 sisir yang masing-masing sisirnya terdiri atas buah yang tersusun dalam dua baris (biseriat). Buah pisang varietas mas memiliki bentuk bulat lonjong yang melengkung dengan panjang 6 7,49 sentimeter dan diameter 3,01 3,46 sentimeter. Ujung buah berbentuk tumpul dan terdapat sisa pangkal stilus. Potongan melintang buah berbentuk bulat. Tangkai buahnya memiliki

60 45 panjang 19,1 19,5 milimeter dan diameter 7,8 7,9 milimeter, serta permukaan yang halus (tidak berambut). Kulit buah memiliki tebal 1,8 1,9 milimeter, saat masih muda berwarna hijau lumut (olivedrab2) dan ketika sudah masak akan berubah menjadi kuning keemasan (lightgoldenrod) (Gambar 4.6). Rasa yang paling dominan pada buah pisang varietas mas adalah manis. 2) Deskripsi diagnostik diferensial a) Pisang varietas mas dengan pisang varietas kidang Pisang varietas mas memiliki tinggi tanaman 4,25 5,09 meter sedangkan pisang varietas kidang memiliki tinggi tanaman 6,49 7,91 meter. Batang semu pada pisang varietas mas memiliki tinggi 1,67 2,38 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2), sedangkan batang semu pada pisang varietas kidang memiliki tinggi 3,13 4,25 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna merah kekuningan (lightcoral). Pisang varietas mas memiliki getah seperti air sedangkan pisang varietas kidang memiliki getah berwarna putih seperti susu. Pisang varietas mas memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter, sedangkan pisang varietas kidang memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter. Permukaan atas daun pisang varietas mas adalah hijau zaitun gelap (darkolivegreen) sedangkan permukaan atas daun pisang varietas kidang adalah hijau tua (darkgreen). Permukaan bawah daun pisang varietas mas berwarna hijau

61 46 lumut (olivedrab3) dan mengkilap, sedangkan permukaan bawah daun pisang varietas kidang berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen4) dan kusam. Ibu tulang daun bagian bawah pada pisang varietas mas adalah hijau-kuning (greenyellow), sedangkan ibu tulang daun bagian bawah pada pisang varietas kidang adalah merah muda kekuningan (salmon3). Pisang varietas mas memiliki posisi rakis yang horizontal dan jantung pisang berbentuk seperti gasing, sedangkan pisang varietas kidang memiliki posisi rakis yang vertikal dan jantung pisang berbentuk jorong. Pisang varietas mas memiliki helaian braktea berbentuk lanset dan ujung runcing, panjang sentimeter dan lebar sentimeter, sedangkan pisang varietas kidang memiliki helaian braktea berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing, panjang sentimeter dan lebar sentimeter. Permukaan luar braktea pisang varietas mas berwarna merah muda (pink4) dan memiliki alur kasar, sedangkan permukaan luar braktea pisang varietas kidang berwarna merah muda terang (lightpink4) dan memiliki alur halus. Permukaan dalam pisang varietas mas berwarna putih gading (cornsilk1) dan tidak terdapat pigmentasi warna, sedangkan permukaan dalam braktea pisang varietas kidang berwarna oranye kemerahan (orangered3) dan terdapat pigmentasi warna. Tangkai tandan pada pisang varietas mas memiliki panjang sentimeter, diameter 3 3,25 sentimeter, dan berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen3), sedangkan tangkai tandan pada pisang varietas kidang memiliki panjang sentimeter, diameter 4,29 4,53 sentimeter, dan

62 47 berwarna merah muda kecoklatan (rosybrown). Pisang varietas mas dalam satu tandan memiliki 5 6 sisir berisi buah per sisirnya, sedangkan pisang varietas kidang dalam satu tandan memiliki 4 5 sisir berisi buah per sisirnya. Buah pisang varietas mas memiliki panjang 6 7,49 sentimeter, diameter 3,01 3,46 sentimeter, dan potongan melintang yang bulat, sedangkan buah pisang varietas kidang memiliki panjang 9,92 10,5 sentimeter, diameter 4,09 4,34 sentimeter, dan potongan melintang yang agak siku. Tangkai buah pisang varietas mas memiliki panjang 19,1 19,5 milimeter dan diameter 7,8 7,9 milimeter, sedangkan tangkai buah pisang varietas kidang memiliki panjang 14,3 14,7 milimeter dan diameter 11,6 11,9 milimeter. Buah pisang varietas mas berwarna hijau lumut (olivedrab2) saat masih muda, kuning keemasan (lightgoldenrod) saat sudah masak, dan tebal kulit 1,8 1,9 milimeter, sedangkan buah pisang varietas kidang berwarna merah muda kekuningan terang (lightsalmon2) saat masih muda, merah muda kekuningan (salmon1) saat sudah masak, dan tebal kulit 2,6 2,7 milimeter. b) Pisang varietas mas dengan pisang varietas susu Pisang varietas mas memiliki tinggi tanaman 4,25 5,09 meter sedangkan pisang varietas susu memiliki tinggi tanaman 4,23 5,10 meter. Batang semu pada pisang varietas mas memiliki tinggi 1,67 2,38 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2), sedangkan batang semu pada pisang varietas susu memiliki tinggi 1,8 2,66 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna hijau lumut (olivedrab2). Pisang varietas mas

63 48 memiliki getah seperti air sedangkan pisang varietas susu memiliki getah berwarna putih seperti susu. Pisang varietas mas memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter, sedangkan pisang varietas susu memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun 66 72, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter. Permukaan atas daun pisang varietas mas berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen) dan tampak mengkilap sedangkan permukaan atas daun pisang varietas susu berwarna hijau tua (darkgreen) dan kusam. Permukaan bawah daun pisang varietas mas berwarna hijau lumut (olivedrab3) dan mengkilap, sedangkan permukaan bawah daun pisang varietas susu berwarna hijau zaitun (darkolivegreen3) dan kusam. Ibu tulang daun bagian bawah pada pisang varietas mas adalah hijau-kuning (greenyellow), sedangkan ibu tulang daun bagian bawah pada pisang varietas susu adalah hijau lumut (olivedrab4). Pisang varietas mas memiliki posisi rakis yang horizontal dan jantung pisang berbentuk seperti gasing, sedangkan pisang varietas susu memiliki posisi yang bengkok dan jantung pisang berbentuk seperti ujung tombak/lanset. Pisang varietas mas memiliki helaian braktea berbentuk lanset dan ujung runcing, panjang sentimeter dan lebar sentimeter, sedangkan pisang varietas susu memiliki helaian braktea berbentuk bulat telur dengan ujung terbelah, panjang sentimeter dan lebar sentimeter. Permukaan luar braktea pisang varietas mas berwarna merah muda (pink4),

64 49 sedangkan permukaan luar braktea pisang varietas susu berwarna merah tua (maroon). Permukaan dalam pisang varietas mas berwarna putih gading (cornsilk1), sedangkan permukaan dalam braktea pisang varietas susu berwarna merah tua keunguan (maroon4). Tangkai tandan pada pisang varietas mas memiliki panjang sentimeter, diameter 3 3,25 sentimeter, dan permukaan berambut halus, sedangkan tangkai tandan pada pisang varietas susu memiliki panjang sentimeter, diameter 6,74 7,19 sentimeter, dan permukaan yang halus (tidak berambut). Pisang varietas mas memiliki unit buah per sisirnya, sedangkan pisang varietas susu memiliki unit buah per sisirnya. Buah pisang varietas mas memiliki panjang 6 7,49 sentimeter dan diameter 3,01 3,46 sentimeter, sedangkan buah pisang varietas susu memiliki panjang 13,46 14,29 sentimeter dan diameter 3,97 4,25 sentimeter. Ujung buah pisang varietas mas berbentuk tumpul sedangkan ujung buah pisang varietas susu berbentuk runcing. Tangkai buah pisang varietas mas memiliki panjang 19,1 19,5 milimeter dan diameter 7,8 7,9 milimeter, sedangkan tangkai buah pisang varietas susu memiliki panjang 12,2 12,4 milimeter dan diameter 10,2 10,5 milimeter. Buah pisang varietas mas berwarna hijau lumut (olivedrab2) saat masih muda, kuning keemasan (lightgoldenrod) saat sudah masak, dan tebal kulit 1,8 1,9 milimeter, sedangkan buah pisang varietas susu berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2) saat masih muda, kuning (yellow) saat sudah masak, dan tebal kulit 1,9 2 milimeter. Rasa yang dominan pada pisang varietas mas adalah

65 50 manis, sedangkan rasa yang dominan pada pisang varietas susu adalah manis agak asam. c) Pisang varietas mas dengan pisang varietas ambon Pisang varietas mas memiliki tinggi tanaman 4,25 5,09 meter sedangkan pisang varietas ambon memiliki tinggi tanaman 4,49 5,36 meter. Batang semu pada pisang varietas mas memiliki tinggi 1,67 2,38 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2), sedangkan batang semu pada pisang varietas ambon memiliki tinggi 2,02 2,85 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna hijau lumut (olivedrab2). Pisang varietas mas memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter, sedangkan pisang varietas ambon memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter. Pangkal tangkai daun pisang varietas mas memiliki bercak kehitaman yang banyak sedangkan pangkal tangkai daun pisang varietas ambon memiliki bercak kehitaman yang jarang. Permukaan atas daun pisang varietas mas berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen) dan tampak mengkilap sedangkan permukaan atas daun pisang varietas ambon berwarna hijau (green4) dan kusam. Permukaan bawah daun pisang varietas mas berwarna hijau lumut (olivedrab3) dan mengkilap, sedangkan permukaan bawah daun pisang varietas ambon berwarna hijau zaitun (darkolivegreen3) dan kusam. Pisang varietas mas memiliki posisi rakis yang horizontal dan jantung pisang berbentuk seperti gasing, sedangkan

66 51 pisang varietas ambon memiliki posisi yang bengkok dan jantung pisang berbentuk seperti ujung tombak/lanset. Pisang varietas mas memiliki helaian braktea dengan pangkal berbahu sedang, panjang sentimeter dan lebar sentimeter, sedangkan pisang varietas ambon memiliki helaian braktea dengan pangkal berbahu sempit, panjang sentimeter dan lebar sentimeter. Permukaan luar braktea pisang varietas mas berwarna merah muda (pink4), sedangkan permukaan luar braktea pisang varietas ambon berwarna merah tua (maroon). Permukaan dalam pisang varietas mas berwarna putih gading (cornsilk1) dan tidak memiliki pigmentasi warna, sedangkan permukaan dalam braktea pisang varietas susu berwarna merah tua keunguan (maroon4) dan memiliki pigmentasi warna. Tangkai tandan pada pisang varietas mas memiliki panjang sentimeter, diameter 3 3,25 sentimeter, dan berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen3), sedangkan tangkai tandan pada pisang varietas ambon memiliki panjang sentimeter, diameter 5,92 6,43 sentimeter, dan berwarna hijau lumut (olivedrab4). Pisang varietas mas memiliki unit buah per sisirnya, sedangkan pisang varietas ambon memiliki unit buah per sisirnya. Buah pisang varietas mas memiliki panjang 6 7,49 sentimeter dan diameter 3,01 3,46 sentimeter, sedangkan buah pisang varietas ambon memiliki panjang 14,02 14,41 sentimeter dan diameter 3,07 3,41 sentimeter. Ujung buah pisang varietas mas berbentuk tumpul sedangkan ujung buah pisang varietas ambon berbentuk runcing. Potongan melintang buah varietas mas berbentuk bulat

67 52 sedangkan potongan melintang buah varietas ambon berbentuk agak siku. Tangkai buah pisang varietas mas memiliki panjang 19,1 19,5 milimeter dan diameter 7,8 7,9 milimeter, sedangkan tangkai buah pisang varietas ambon memiliki panjang 13,8 14,1 milimeter dan diameter 10,1 10,5 milimeter. Buah pisang varietas mas berwarna hijau lumut (olivedrab2) saat masih muda dan berwarna kuning keemasan (lightgoldenrod) saat sudah masak, sedangkan buah pisang varietas ambon berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2) saat masih muda dan berwarna hijau kekuningan (olivedrab1) saat sudah masak Pisang (Musa acuminata Colla) varietas susu 1) Deskripsi analitik Gambar 4.7. Habitus pisang Musa acuminata Colla var. susu. Skala = 1 m Pisang varietas susu memiliki habitus berupa herba dengan tinggi tanaman 4,23 5,1 meter dan ketegakan daun yang sedang (Gambar 4.7). Batang berupa batang semu, berbentuk bulat dengan tinggi 1,8 2,66 meter dan lingkar

68 sentimeter. Warna batang semu adalah hijau lumut (olivedrab2) dan memiliki getah berwarna putih seperti susu. Daun pisang varietas susu berupa daun tunggal yang lengkap dengan pelepah, tangkai daun, dan helai daun. Pelepah memiliki lebar sentimeter. Tangkai daun memiliki panjang sentimeter, pada bagian pangkal tangkai daunnya terdapat bercak berwarna kehitaman yang jarang. Ketika tangkai daun dipotong akan tampak saluran yang lebar dengan tepi tegak. Helai daun berbentuk lanset memanjang, kedua belah pangkal daunnya meruncing. Panjang helai daun sentimeter dan lebar sentimeter. Helai daun bagian atas memiliki warna hijau tua (darkgreen) dan permukaan yang kusam, helai daun bagian bawah memiliki warna hijau zaitun (darkolivegreen3) dan permukaan yang kusam. Pertulangan daun sejajar, dengan ibu tulang daun bagian bawahnya berwarna hijau lumut (olivedrab4). Pisang varietas susu memiliki rakis yang posisinya bengkok. Di ujungnya terdapat jantung pisang berbentuk mata tombak/lanset (Gambar 4.8). Jantung pisang tersusun oleh helaian-helaian braktea atau daun pelindung yang di dalamnya terdapat banyak bunga. Braktea pisang varietas susu memiliki panjang sentimeter dan lebar sentimeter, berbentuk bulat telur, dengan pangkal berbahu sempit dan ujung terbelah. Permukaan luar braktea memiliki alur kasar, berwarna merah tua (maroon) yang seragam dari pangkal ke ujung (tidak ada pigmentasi warna). Permukaan dalam berwarna merah tua keunguan (maroon4) yang seragam dari

69 54 pangkal ke ujung (tidak ada pigmentasi). Braktea pisang varietas susu memiliki pola pelepasan yang menggulung dan meninggalkan bekas yang jelas pada rakis. A B C D E F Gambar 4.8. Bagian-bagian tanaman pisang Musa acuminata Colla var. susu. (A) daun, (B) buah, (C) tangkai daun, (D) rakis, (E) batang semu, (F) jantung pisang. Skala = 50 cm. Pisang varietas susu memiliki tandan yang berukuran panjang sentimeter dan diameter 6,74 7,19 sentimeter, berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen3) dan memiliki permukaan yang tidak berambut. Dalam satu tandan terdapat 5 6 sisir yang masing-masing sisirnya terdiri atas buah yang tersusun dalam dua baris (biseriat).

70 55 Gambar 4.9. Buah pisang Musa acuminata Colla var. susu. Skala = 3 cm. Buah pisang varietas susu memiliki bentuk bulat lonjong yang melengkung dengan panjang 13,46 14,29 sentimeter dan diameter 3,97 4,25 sentimeter. Ujung buah berbentuk runcing yang terdapat sisa pangkal stilus. Potongan melintang buah berbentuk bulat. Tangkai buahnya memiliki panjang 12,2 12,4 milimeter dan diameter 10,2 10,5 milimeter, serta permukaan yang halus (tidak berambut). Kulit buah memiliki tebal 1,9 2 milimeter, saat masih muda berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2) dan ketika sudah masak akan berubah menjadi kuning (yellow) (Gambar 4.9). Rasa yang paling dominan pada buah pisang varietas susu adalah manis agak asam. 2) Deskripsi diagnostik diferensial a) Pisang varietas susu dengan pisang varietas kidang Pisang varietas susu memiliki tinggi tanaman 4,23 5,10 meter, sedangkan pisang varietas kidang memiliki tinggi tanaman 6,49 7,91 meter. Batang semu pada pisang varietas susu memiliki tinggi 1,8 2,66 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna hijau lumut (olivedrab2), sedangkan batang

71 56 semu pada pisang varietas kidang memiliki tinggi 3,13 4,25 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna merah kekuningan (lightcoral). Pisang varietas susu memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter, sedangkan pisang varietas kidang memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun 73 79, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter. Pangkal tangkai daun pisang varietas susu memiliki bercak kehitaman yang jarang, sedangkan pangkal tangkai daun pisang varietas kidang memiliki bercak kehitaman yang banyak. Permukaan atas daun pisang varietas susu tampak kusam, sedangkan permukaan atas daun pisang varietas kidang tampak mengkilap. Permukaan bawah daun pisang varietas susu berwarna hijau zaitun (darkolivegreen3), sedangkan permukaan bawah daun pisang varietas kidang berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen4). Pisang varietas susu memiliki posisi rakis yang bengkok dan jantung pisang berbentuk seperti ujung tombak/lanset, sedangkan pisang varietas kidang memiliki posisi rakis yang vertikal dan jantung pisang berbentuk jorong. Pisang varietas susu memiliki helaian braktea dengan pangkal berbahu sempit, ujung terbelah, panjang sentimeter dan lebar sentimeter, sedangkan pisang varietas kidang memiliki helaian braktea dengan pangkal berbahu sedang, ujung meruncing, panjang sentimeter dan lebar sentimeter. Permukaan luar braktea pisang varietas susu berwarna merah tua (maroon) dan memiliki alur kasar, sedangkan permukaan luar braktea pisang

72 57 varietas kidang berwarna merah muda terang (lightpink4) dan memiliki alur halus. Permukaan dalam pisang varietas susu berwarna merah tua keunguan (maroon4) dan tidak terdapat pigmentasi warna, sedangkan permukaan dalam braktea pisang varietas kidang berwarna oranye kemerahan (orangered3) dan terdapat pigmentasi warna. Tangkai tandan pada pisang varietas susu memiliki panjang sentimeter, diameter 6,74 7,19 sentimeter, berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen3), dan permukaan yang tidak berambut, sedangkan tangkai tandan pada pisang varietas kidang memiliki panjang sentimeter, diameter 4,29 4,53 sentimeter, berwarna merah muda kecoklatan (rosybrown), dan permukaan berambut. Pisang varietas susu dalam satu tandan memiliki 5 6 sisir berisi buah per sisirnya, sedangkan pisang varietas kidang dalam satu tandan memiliki 4 5 sisir berisi buah per sisirnya. Buah pisang varietas susu memiliki panjang 13,46 14,29 sentimeter, diameter 3,97 4,25 sentimeter, ujung runcing, dan potongan melintang yang bulat, sedangkan buah pisang varietas kidang memiliki panjang 9,92 10,5 sentimeter, diameter 4,09 4,34 sentimeter, ujung tumpul, dan potongan melintang yang agak siku. Tangkai buah pisang varietas susu memiliki panjang 12,2 12,4 milimeter dan diameter 10,2 10,5 milimeter, sedangkan tangkai buah pisang varietas kidang memiliki panjang 14,3 14,7 milimeter dan diameter 11,6 11,9 milimeter. Buah pisang varietas susu berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2) saat masih muda, kuning (yellow) saat sudah masak, dan tebal kulit 1,9 2 milimeter, sedangkan buah pisang varietas kidang berwarna merah

73 58 muda kekuningan terang (lightsalmon2) saat masih muda, merah muda kekuningan (salmon1) saat sudah masak, dan tebal kulit 2,6 2,7 milimeter. Rasa yang dominan pada pisang varietas susu adalah manis agak asam, sedangkan rasa yang dominan pada pisang varietas kidang adalah manis. b) Pisang varietas susu dengan pisang varietas mas Pisang varietas susu memiliki tinggi tanaman 4,23 5,10 meter, sedangkan pisang varietas mas memiliki tinggi tanaman 4,25 5,09 meter. Batang semu pada pisang varietas susu memiliki tinggi 1,8 2,66 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna hijau lumut (olivedrab2), sedangkan batang semu pada pisang varietas mas memiliki tinggi 1,67 2,38 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2). Pisang varietas susu memiliki getah berwarna putih seperti susu, sedangkan pisang varietas mas memiliki getah seperti air. Pisang varietas susu memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun 66 72, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter, sedangkan pisang varietas mas memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter. Permukaan atas daun pisang varietas susu berwarna hijau tua (darkgreen) dan kusam, sedangkan permukaan atas daun pisang varietas mas berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen) dan tampak mengkilap. Permukaan bawah daun pisang varietas susu berwarna hijau zaitun (darkolivegreen3) dan kusam, sedangkan permukaan bawah daun pisang varietas mas berwarna hijau lumut (olivedrab3)

74 59 dan mengkilap. Ibu tulang daun bagian bawah pada pisang varietas susu adalah hijau lumut (olivedrab4), sedangkan ibu tulang daun bagian bawah pada pisang varietas mas adalah hijau-kuning (greenyellow). Pisang varietas susu memiliki posisi yang bengkok dan jantung pisang berbentuk seperti ujung tombak/lanset, sedangkan pisang varietas mas memiliki posisi rakis yang horizontal dan jantung pisang berbentuk seperti gasing. Pisang varietas susu memiliki helaian braktea berbentuk bulat telur dengan ujung terbelah, panjang sentimeter dan lebar sentimeter, sedangkan pisang varietas mas memiliki helaian braktea berbentuk lanset dan ujung runcing, panjang sentimeter dan lebar sentimeter. Permukaan luar braktea pisang varietas susu berwarna merah tua (maroon), sedangkan permukaan luar braktea pisang varietas mas berwarna merah muda (pink4). Permukaan dalam braktea pisang varietas susu berwarna merah tua keunguan (maroon4), sedangkan permukaan dalam pisang varietas mas berwarna putih gading (cornsilk1). Tangkai tandan pada pisang varietas susu memiliki panjang sentimeter, diameter 6,74 7,19 sentimeter, dan permukaan yang halus (tidak berambut), sedangkan tangkai tandan pada pisang varietas mas memiliki panjang sentimeter, diameter 3 3,25 sentimeter, dan permukaan berambut halus. Pisang varietas susu memiliki unit buah per sisirnya, sedangkan pisang varietas mas memiliki unit buah per sisirnya. Buah pisang varietas susu memiliki panjang 13,46 14,29 sentimeter dan diameter 3,97 4,25 sentimeter, sedangkan buah pisang varietas mas

75 60 memiliki panjang 6 7,49 sentimeter dan diameter 3,01 3,46 sentimeter. Ujung buah pisang varietas susu berbentuk runcing, sedangkan ujung buah pisang varietas mas berbentuk tumpul. Tangkai buah pisang varietas susu memiliki panjang 12,2 12,4 milimeter dan diameter 10,2 10,5 milimeter, sedangkan tangkai buah pisang varietas mas memiliki panjang 19,1 19,5 milimeter dan diameter 7,8 7,9 milimeter. Buah pisang varietas susu berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2) saat masih muda, kuning (yellow) saat sudah masak, dan tebal kulit 1,9 2 milimeter, sedangkan buah pisang varietas mas berwarna hijau lumut (olivedrab2) saat masih muda, kuning keemasan (lightgoldenrod) saat sudah masak, dan tebal kulit 1,8 1,9 milimeter. Rasa yang dominan pada pisang varietas susu adalah manis agak asam, sedangkan rasa yang dominan pada pisang varietas mas adalah manis. c) Pisang varietas susu dengan pisang varietas ambon Pisang varietas susu memiliki tinggi tanaman 4,23 5,10 meter, sedangkan pisang varietas ambon memiliki tinggi tanaman 4,49 5,36 meter. Batang semu pada pisang varietas susu memiliki tinggi 1,8 2,66 meter dan lingkar sentimeter, sedangkan batang semu pada pisang varietas ambon memiliki tinggi 2,02 2,85 meter dan lingkar sentimeter. Pisang varietas susu memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter, sedangkan pisang varietas ambon memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun 68 77, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah 17 20

76 61 sentimeter. Permukaan atas daun pisang varietas susu berwarna hijau tua (darkgreen), sedangkan permukaan atas daun pisang varietas ambon berwarna hijau (green4). Ibu tulang daun bagian bawah pada pisang varietas susu adalah hijau lumut (olivedrab4) sedangkan ibu tulang daun bagian bawah pada pisang varietas ambon adalah kuning-hijau (yellowgreen). Pisang varietas susu memiliki helaian braktea berbentuk bulat telur, ujung terbelah, panjang sentimeter dan lebar sentimeter, sedangkan pisang varietas ambon memiliki helaian braktea berbentuk lanset, ujung runcing, panjang sentimeter dan lebar sentimeter. Permukaan dalam pisang varietas susu tidak memiliki pigmentasi warna sedangkan permukaan dalam pisang varietas ambon memiliki pigmentasi warna. Tangkai tandan pada pisang varietas susu memiliki panjang sentimeter, diameter 6,74 7,19 sentimeter, berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen3), dan permukaan yang tidak berambut, sedangkan tangkai tandan pada pisang varietas ambon memiliki panjang sentimeter, diameter 5,92 6,43 sentimeter, berwarna hijau lumut (olivedrab4), dan permukaan berambut. Pisang varietas susu memiliki unit buah per sisirnya, sedangkan pisang varietas ambon memiliki unit buah per sisirnya. Buah pisang varietas susu memiliki panjang 13,46 14,29 sentimeter, diameter 3,97 4,25 sentimeter, dan potongan melintang yang bulat, sedangkan buah pisang varietas ambon memiliki panjang 14,02 14,41 sentimeter, diameter 3,07 3,41 sentimeter, dan potongan melintang yang agak siku. Tangkai buah pisang varietas susu memiliki panjang 12,2 12,4 milimeter dan diameter 10,2

77 62 10,5 milimeter, sedangkan tangkai buah pisang varietas ambon memiliki panjang 13,8 14,1 milimeter dan diameter 10,1 10,5 milimeter. Buah pisang varietas susu berwarna kuning (yellow) saat sudah masak, dan tebal kulit 1,9 2 milimeter, sedangkan buah pisang varietas ambon berwarna hijau kekuningan (olivedrab1) saat sudah masak, dan tebal kulit 1,8 1,9 milimeter. Rasa yang dominan pada pisang varietas susu adalah manis agak asam, sedangkan rasa yang dominan pada pisang varietas ambon adalah manis Pisang (Musa acuminata Colla) varietas ambon 1) Deskripsi analitik Gambar Habitus pisang Musa acuminata Colla var. ambon. Skala = 1 m. Pisang varietas ambon memiliki habitus berupa herba dengan tinggi tanaman 4,49 5,36 meter dan ketegakan daun yang sedang (Gambar 4.10).

78 63 Batang berupa batang semu, berbentuk bulat dengan tinggi 2,02 2,85 meter dan lingkar sentimeter. Warna batang semu adalah hijau lumut (olivedrab2) dan memiliki getah seperti susu. Daun pisang varietas ambon berupa daun tunggal yang lengkap dengan pelepah, tangkai daun, dan helai daun. Pelepah memiliki lebar sentimeter. Tangkai daun memiliki panjang sentimeter, pada bagian pangkal tangkai daunnya terdapat bercak berwarna kehitaman yang jarang. Ketika tangkai daun dipotong akan tampak saluran yang lebar dengan tepi tegak. Helai daun berbentuk lanset memanjang, kedua belah pangkal daunnya meruncing. Panjang helai daun sentimeter dan lebar sentimeter. Helai daun bagian atas berwarna hijau (green4) dan permukaan yang kusam. Helai daun bagian bawah berwarna hijau zaitun (darkolivegreen3) dan permukaan yang kusam. Pertulangan daun sejajar, dengan ibu tulang daun bagian bawahnya berwarna kuning-hijau (yelllowgreen). Pisang varietas ambon memiliki rakis yang posisinya bengkok. Di ujungnya terdapat jantung pisang berbentuk seperti mata tombak/lanset (Gambar 4.11). Jantung pisang tersusun oleh helaian-helaian braktea atau daun pelindung yang di dalamnya terdapat banyak bunga. Braktea pisang varietas ambon memiliki panjang sentimeter dan lebar sentimeter, berbentuk lanset, dengan pangkal berbahu sempit dan ujung runcing. Permukaan luar braktea memiliki alur kasar, berwarna merah tua (maroon) yang seragam dari pangkal ke ujung (tidak ada pigmentasi warna). Permukaan dalam berwarna merah tua keunguan (maroon4) yang memudar di bagian pangkal (ada pigmentasi warna). Braktea

79 64 pisang varietas ambon memiliki pola pelepasan yang menggulung dan meninggalkan bekas yang jelas pada rakis. A B C D E F G Gambar Bagian-bagian tanaman pisang Musa acuminata Colla var. ambon (A) tangkai daun, (B) tandan buah, (C) daun, (D) buah, (E) batang semu, (F) rakis, (G) jantung pisang. Skala = 20 cm. Pisang varietas ambon memiliki tandan yang berukuran panjang sentimeter dan diameter 5,92 6,43 sentimeter, berwarna hijau lumut (olivedrab4) dan memiliki permukaan yang berambut. Dalam satu tandan terdapat 5 6 sisir yang masing-masing sisirnya terdiri atas buah yang tersusun dalam dua baris (biseriat).

80 65 Gambar Buah pisang Musa acuminata Colla var. ambon. Skala = 3 cm. Buah pisang varietas ambon memiliki bentuk bulat lonjong yang melengkung dengan panjang 14,02 14,41 sentimeter dan diameter 3,07 3,41 sentimeter. Ujung buah berbentuk runcing dan terdapat sisa pangkal stilus. Potongan melintang buah berbentuk agak siku. Tangkai buahnya memiliki panjang 13,8 14,1 milimeter dan diameter 10,1 10,5 milimeter, serta permukaan yang halus (tidak berambut). Kulit buah memiliki tebal 1,8 1,9 milimeter, saat masih muda berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2) dan ketika sudah masak akan berubah menjadi hijau kekuningan (olivedrab1) (gambar 4.12). Rasa yang paling dominan pada buah pisang varietas ambon adalah manis. 2) Deskripsi diagnostik diferensial a) Pisang varietas ambon dengan pisang varietas kidang Pisang varietas ambon memiliki tinggi tanaman 4,49 5,36 meter, sedangkan pisang varietas kidang memiliki tinggi tanaman 6,49 7,91 meter. Batang semu pada pisang varietas ambon memiliki tinggi 2,02 2,85 meter,

81 66 lingkar sentimeter, dan berwarna hijau lumut (olivedrab2), sedangkan batang semu pada pisang varietas kidang memiliki tinggi 3,13 4,25 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna merah kekuningan (lightcoral). Pisang varietas ambon memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter, sedangkan pisang varietas kidang memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun 73 79, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter. Pangkal tangkai daun pisang varietas ambon memiliki bercak kehitaman yang jarang, sedangkan pangkal tangkai daun pisang varietas kidang memiliki bercak kehitaman yang banyak. Permukaan atas daun pisang varietas ambon berwarna hijau (green4) dan tampak kusam, sedangkan permukaan atas daun pisang varietas kidang berwarna hijau tua (darkgreen) dan tampak mengkilap. Permukaan bawah daun pisang varietas ambon berwarna hijau zaitun (darkolivegreen3), sedangkan permukaan bawah daun pisang varietas kidang berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen4). Pisang varietas ambon memiliki posisi rakis yang bengkok dan jantung pisang berbentuk seperti ujung tombak/lanset, sedangkan pisang varietas kidang memiliki posisi rakis yang vertikal dan jantung pisang berbentuk jorong. Pisang varietas ambon memiliki helaian braktea berbentuk lanset, pangkal berbahu sempit, ujung runcing, panjang sentimeter dan lebar sentimeter, sedangkan pisang varietas kidang memiliki helaian braktea berbentuk bulat telur, pangkal berbahu sedang, ujung meruncing, panjang 23 38

82 67 sentimeter dan lebar sentimeter. Permukaan luar braktea pisang varietas ambon berwarna merah tua (maroon) dan memiliki alur kasar, sedangkan permukaan luar braktea pisang varietas kidang berwarna merah muda terang (lightpink4) dan memiliki alur halus. Permukaan dalam pisang varietas ambon berwarna merah tua keungian (maroon4), sedangkan permukaan dalam braktea pisang varietas kidang berwarna oranye kemerahan (orangered3). Tangkai tandan pada pisang varietas ambon memiliki panjang sentimeter, diameter 5,92 6,43 sentimeter, dan berwarna hijau lumut (olivedrab4), sedangkan tangkai tandan pada pisang varietas kidang memiliki panjang sentimeter, diameter 4,29 4,53 sentimeter, dan berwarna merah muda kecoklatan (rosybrown). Pisang varietas ambon dalam satu tandan memiliki 5 6 sisir, sedangkan pisang varietas kidang dalam satu tandan memiliki 4 5 sisir. Buah pisang varietas ambon memiliki panjang 14,02 14,41 sentimeter, diameter 3,07 3,41 sentimeter, dan ujung runcing, sedangkan buah pisang varietas kidang memiliki panjang 9,92 10,5 sentimeter, diameter 4,09 4,34 sentimeter, dan ujung tumpul. Tangkai buah pisang varietas ambon memiliki panjang 13,8 14,41 milimeter dan diameter 10,1 10,5 milimeter, sedangkan tangkai buah pisang varietas kidang memiliki panjang 14,3 14,7 milimeter dan diameter 11,6 11,9 milimeter. Buah pisang varietas ambon berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2) saat masih muda, hijau kekuningan (olivedrab1) saat sudah masak, dan tebal kulit 1,8 1,9 milimeter, sedangkan buah pisang varietas kidang berwarna merah muda kekuningan terang (lightsalmon2) saat

83 68 masih muda, merah muda kekuningan (salmon1) saat sudah masak, dan tebal kulit 2,6 2,7 milimeter. b) Pisang varietas ambon dengan pisang varietas mas Pisang varietas ambon memiliki tinggi tanaman 4,49 5,36 meter, sedangkan pisang varietas mas memiliki tinggi tanaman 4,25 5,09 meter. Batang semu pada pisang varietas ambon memiliki tinggi 2,02 2,85 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna hijau lumut (olivedrab2), sedangkan batang semu pada pisang varietas mas memiliki tinggi 1,67 2,38 meter, lingkar sentimeter, dan berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2). Pisang varietas ambon memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter, sedangkan pisang varietas mas memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter. Pangkal tangkai daun pisang varietas ambon memiliki bercak kehitaman yang jarang, sedangkan pangkal tangkai daun pisang varietas mas memiliki bercak kehitaman yang banyak. Permukaan atas daun pisang varietas ambon berwarna hijau (green4) dan kusam, sedangkan permukaan atas daun pisang varietas mas berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen) dan tampak mengkilap. Permukaan bawah daun pisang varietas ambon berwarna hijau zaitun (darkolivegreen3) dan kusam, sedangkan permukaan bawah daun pisang varietas mas berwarna hijau lumut (olivedrab3) dan mengkilap. Ibu tulang daun bagian bawah pada pisang varietas ambon berwarna kuning-hijau (yellowgreen)

84 69 sedangkan ibu tulang daun bagian bawah pada pisang varietas mas berwarna kuning-hijau (yellowgreen). Pisang varietas ambon memiliki posisi yang bengkok dan jantung pisang berbentuk seperti ujung tombak/lanset, sedangkan pisang varietas mas memiliki posisi rakis yang horizontal dan jantung pisang berbentuk seperti gasing. Pisang varietas ambon memiliki helaian braktea dengan pangkal berbahu sempit, panjang sentimeter dan lebar sentimeter, sedangkan pisang varietas mas memiliki helaian braktea dengan pangkal berbahu sedang, panjang sentimeter dan lebar sentimeter. Permukaan luar braktea pisang varietas ambon berwarna merah tua (maroon), sedangkan permukaan luar braktea pisang varietas mas berwarna merah muda (pink4). Permukaan dalam braktea pisang varietas susu berwarna merah tua keunguan (maroon4) dan memiliki pigmentasi warna, sedangkan permukaan dalam pisang varietas mas berwarna putih gading (cornsilk1) dan tidak memiliki pigmentasi warna. Tangkai tandan pada pisang varietas ambon memiliki panjang sentimeter, diameter 5,92 6,43 sentimeter, dan berwarna hijau lumut (olivedrab4), sedangkan tangkai tandan pada pisang varietas mas memiliki panjang sentimeter, diameter 3 3,25 sentimeter, dan berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen3). Pisang varietas ambon memiliki unit buah per sisirnya, sedangkan pisang varietas mas memiliki unit buah per sisirnya.

85 70 Buah pisang varietas ambon memiliki panjang 14,02 14,41 sentimeter dan diameter 3,07 3,41 sentimeter, sedangkan buah pisang varietas mas memiliki panjang 6 7,49 sentimeter dan diameter 3,01 3,46 sentimeter. Ujung buah pisang varietas ambon berbentuk runcing, sedangkan ujung buah pisang varietas mas berbentuk tumpul. Potongan melintang buah varietas ambon berbentuk agak siku, sedangkan potongan melintang buah varietas mas berbentuk bulat. tangkai buah pisang varietas ambon memiliki panjang 13,8 14,1 milimeter dan diameter 10,1 10,5 milimeter, sedangkan tangkai buah pisang varietas mas memiliki panjang 19,1 19,5 milimeter dan diameter 7,8 7,9 milimeter. Buah pisang varietas ambon berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen2) saat masih muda dan berwarna hijau kekuningan (olivedrab1) saat sudah masak, sedangkan buah pisang varietas mas berwarna hijau lumut (olivedrab2) saat masih muda dan berwarna kuning keemasan (lightgoldenrod) saat sudah masak. c) Pisang varietas ambon dengan pisang varietas susu Pisang varietas ambon memiliki tinggi tanaman 4,49 5,36 meter, sedangkan pisang varietas susu memiliki tinggi tanaman 4,23 5,10 meter. Batang semu pada pisang varietas ambon memiliki tinggi 2,02 2,85 meter dan lingkar sentimeter, sedangkan batang semu pada pisang varietas susu memiliki tinggi 1,8 2,66 meter dan lingkar sentimeter. Pisang varietas ambon memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun 68 77, panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter, sedangkan pisang varietas susu memiliki panjang helai daun sentimeter, lebar helai daun sentimeter,

86 71 panjang tangkai daun sentimeter, dan lebar pelepah sentimeter. Permukaan atas daun pisang varietas ambon berwarna hijau (green4), sedangkan permukaan atas daun pisang varietas susu berwarna hijau tua (darkgreen). Ibu tulang daun bagian bawah pada pisang varietas ambon adalah kuning-hijau (yellowgreen), sedangkan ibu tulang daun bagian bawah pada pisang varietas susu adalah hijau lumut (olivedrab4). Pisang varietas ambon memiliki helaian braktea berbentuk lanset, ujung runcing, panjang sentimeter dan lebar sentimeter, sedangkan pisang varietas susu memiliki helaian braktea berbentuk bulat telur, ujung terbelah, panjang sentimeter dan lebar sentimeter. Permukaan dalam pisang varietas ambon memiliki pigmentasi warna, sedangkan permukaan dalam pisang varietas susu tidak memiliki pigmentasi warna. Tangkai tandan pada pisang varietas ambon memiliki panjang sentimeter, diameter 5,92 6,43 sentimeter, berwarna hijau lumut (olivedrab4), dan permukaan berambut, sedangkan tangkai tandan pada pisang varietas susu memiliki panjang sentimeter, diameter 6,74 7,19 sentimeter, berwarna hijau zaitun gelap (darkolivegreen3), dan permukaan yang tidak berambut. Pisang varietas ambon memiliki unit buah per sisirnya, sedangkan pisang varietas susu memiliki unit buah per sisirnya. Buah pisang varietas ambon memiliki panjang 14,02 14,41 sentimeter, diameter 3,07 3,41 sentimeter, dan potongan melintang yang agak siku, sedangkan buah pisang varietas susu memiliki panjang 13,46 14,29 sentimeter, diameter 3,97 4,25 sentimeter, dan potongan melintang yang bulat.

87 72 Tangkai buah pisang varietas ambon memiliki panjang 13,8 14,1 milimeter dan diameter 10,1 10,5 milimeter, sedangkan tangkai buah pisang varietas susu memiliki panjang 12,2 12,4 milimeter dan diameter 10,2 10,5 milimeter. Buah pisang varietas ambon berwarna hijau kekuningan (olivedrab1) saat sudah masak, dan tebal kulit 1,8 1,9 milimeter, sedangkan buah pisang varietas susu berwarna kuning (yellow) saat sudah masak, dan tebal kulit 1,9 2 milimeter. Rasa yang dominan pada pisang varietas ambon adalah manis, sedangkan rasa yang dominan pada pisang varietas susu adalah manis dengan sedikit asam. Secara ringkas, perbandingan karakter morfologi antara keempat varietas pisang disajikan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Perbandingan karakter morfologi dari empat varietas Musa acuminata Colla Tinggi tanaman (m) 6,49 7,91 Varietas Mas Susu Perawakan 4,25 5,09 4,23 5,1 Tinggi batang semu (m) Lingkar batang semu (cm) Warna batang semu 3,13 4,25 Batang semu 1,67 2,38 1,8 2,66 2,02 2, Merah kekuningan (lightcoral) Hijau zaitun gelap (darkolivegreen2) Hijau lumut (olivedrab2) Hijau lumut (olivedrab2) Getah Seperti susu Seperti air Seperti susu Seperti susu Karakter Kidang Ambon 4,49 5,36

88 73 Lanjutan tabel 4.1. Karakter Varietas Kidang Panjang helai daun (cm) Lebar helai daun (cm) Panjang tangkai daun (cm) Lebar pelepah daun (cm) Warna permukaan atas daun Tampilan permukaan atas daun Warna permukaan bawah daun Tampilan permukaan bawah daun Bercak pangkal tangkai daun Mas Daun Hijau tua (darkgreen) Hijau zaitun gelap (darkolivegreen) Hijau tua (darkgreen) Hijau (green4) Mengkilap Mengkilap Kusam Kusam Hijau zaitun gelap (darkolivegreen4) Hijau lumut (olivedrab3) Hijau zaitun (darkolivegreen3) Hijau zaitun (darkolivegreen3) Kusam Mengkilap Kusam Kusam Banyak Banyak Jarang Jarang Warna ibu tulang daun bagian bawah Merah muda kekuningan (salmon3) Hijau-kuning (greenyellow) Hijau lumut (olivedrab4) Kuning-hijau (yellowgreen) Susu Ambon

89 74 Lanjutan tabel 4.1 Karakter Kidang Varietas Mas Jantung pisang Susu Ambon Gambar rakis dan jantung pisang Posisi rakis Bentuk jantung pisang Panjang braktea (cm) Lebar braktea (cm) Bentuk helai braktea Bentuk pangkal braktea Bentuk ujung braktea Warna permukaan luar braktea Warna permukaan dalam braktea Pigmentasi permukaan dalam braktea Alur permukaan braktea Vertikal Sedang Horizontal Seperti gasing Bengkok Lanset/seperti ujung tombak Bengkok Lanset/seperti ujung tombak Bulat telur Lanset Bulat telur Lanset Bahu sedang Bahu sedang Bahu sempit Bahu sempit Meruncing Runcing Terbelah Runcing Merah muda terang (lightpink4) Oranye kemerahan (orangered3) Merah muda (pink4) Merah tua (maroon) Merah tua (maroon) Putih gading (cornsilk1) Merah keunguan (maroon4) Ada Tidak ada Tidak ada Ada Halus Kasar Kasar Kasar Panjang tangkai tandan (cm) Diameter tangkai tandan (cm) Warna tangkai tandan ,29 4,53 3 3,25 6,74 7,19 5,92 6,43 Merah muda kecoklatan (rosybrown) Hijau zaitun gelap (darkolivegreen3) Hijau zaitun gelap (darkolivegreen3) Hijau lumut (olivedrab4) tua Merah keunguan (maroon4) tua Buah

90 75 Lanjutan tabel 4.1 Karakter Permukaan tangkai tandan Jumlah sisir Jumlah buah per sisir Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Potongan melintang buah Ujung buah Panjang tangkai buah (cm) Diameter tangkai buah (cm) Warna kulit buah muda Warna kulit buah masak Tebal kulit buah (mm) Rasa dominan Varietas Kidang Berambut Mas Berambut Susu Tidak berambut Ambon Berambut ,92 10,5 6 7,49 13,46 14, 29 14,02 14,41 4,09 4,34 3,01 3,46 3,97 4,25 3,07 3,41 Agak siku Bulat Bulat Agak siku Tumpul 14,3 14,7 Tumpul 19,1 19,5 Runcing 12,2 12,4 Runcing 13,8 14,1 11,6 11,9 7,8 7,9 10,2 10,5 10,1 10,5 Merah muda kekuningan terang (lightsalmon2) Merah muda kekuningan (salmon1) Hijau lumut (olivedrab2) Hijau zaitun gelap (darkolivegreen2) Hijau zaitun gelap (darkolivegreen2) Kuning keemasan (lightgoldenrod) Kuning (yellow) Hijau kekuningan (olivedrab1) 2,6 2,7 1,8 1,9 1,9 2 1,8 1,9 Manis Manis Manis agak asam Manis Karakter pembeda paling penting dari empat varietas pisang Musa acuminata Colla Dari keseluruhan 54 karakter morfologi yang diamati didapatkan hasil bahwa 12 karakter memiliki persamaan karakteristik, sedangkan 42 karakter

RINGKASAN. PENGELOMPOKAN EMPAT VARIETAS PISANG (Musa acuminata Colla) MELALUI PENDEKATAN FENETIK

RINGKASAN. PENGELOMPOKAN EMPAT VARIETAS PISANG (Musa acuminata Colla) MELALUI PENDEKATAN FENETIK RINGKASAN PENGELOMPOKAN EMPAT VARIETAS PISANG (Musa acuminata Colla) MELALUI PENDEKATAN FENETIK Lia Anggraeni Mulyono, Hamidah, dan Bambang Irawan Prodi S1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kebun Bibit Permanen, Kecamatan Kedungpring, Lamongan dan di Laboratorium Biosistematika, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Tulungrejo, Batu dekat Raya Selekta, Wisata petik apel kota Batu, dan Laboratorium Biosistematika Departemen Biologi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 3.2.Bahan dan Alat Bahan yang

Lebih terperinci

BIOSISTEMATIKA BERBAGAI VARIETAS PISANG (Musa paradisiaca L.) BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI MELALUI METODE FENETIK

BIOSISTEMATIKA BERBAGAI VARIETAS PISANG (Musa paradisiaca L.) BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI MELALUI METODE FENETIK BIOSISTEMATIKA BERBAGAI VARIETAS PISANG (Musa paradisiaca L.) BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI MELALUI METODE FENETIK Patricia Dwi Yuliasih, Dr. Hamidah, M.Kes., dan Dr. Junairiah, S.Si., M.Kes. Prodi S-1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang (Musa spp.) Indonesia pisang merupakan tanaman yang sangat penting karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pisang adalah tanaman herba yang berasal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Laboratorium Histologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Penelitian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

II. TINJAUN PUSTAKA. penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Filipina, Panama,

II. TINJAUN PUSTAKA. penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Filipina, Panama, II. TINJAUN PUSTAKA 2.1. Pisang Pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para penyebar agama islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Selanjutnya pisang menyebar ke seluruh

Lebih terperinci

(Prihatman,2000). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Rabani, 2009; Swennen & Ortiz, 1997).

(Prihatman,2000). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Rabani, 2009; Swennen & Ortiz, 1997). II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Taksonomi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

ANALISIS KEANEKARAGAMAN DAN PENGELOMPOKAN VARIETAS PISANG (Musa paradisiaca L.) BERDASARKAN METODE FENETIK

ANALISIS KEANEKARAGAMAN DAN PENGELOMPOKAN VARIETAS PISANG (Musa paradisiaca L.) BERDASARKAN METODE FENETIK ANALISIS KEANEKARAGAMAN DAN PENGELOMPOKAN VARIETAS PISANG (Musa paradisiaca L.) BERDASARKAN METODE FENETIK RR. Juanita Ayu Sonia, Dr. Hamidah, M.Kes., Dr. Juairiah, S.Si., M.Kes. Prodi S-1 Biologi, Departemen

Lebih terperinci

BIOSISTEMATIKA VARIETAS PADA JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI DI AGROWISATA BHAKTI ALAM NONGKOJAJAR, PASURUAN

BIOSISTEMATIKA VARIETAS PADA JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI DI AGROWISATA BHAKTI ALAM NONGKOJAJAR, PASURUAN BIOSISTEMATIKA VARIETAS PADA JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI DI AGROWISATA BHAKTI ALAM NONGKOJAJAR, PASURUAN Sherly Ochtavia, Dr. Hamidah, M.Kes. dan Dr. Junairiah, S.Si.,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ; TINJAUAN PUSTAKA Sistematika tanaman pisang adalah sebagai berikut, Kingdom : Plantae ; Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ; Famili : Musaceae ; Genus : Musa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 7 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro pada bulan April Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE. Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah,

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE. Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, Volume 1, Issue 1, Agustus 2016, hal 1-9 HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Pisang Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai berikut: Regnum Divisio Classis Ordo Familya Genus : Plantae : Magnoliophyta

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu untuk menganalisis hubungan kekerabatan kultivar Mangifera

Lebih terperinci

Identifikasi Karakter Morfologis Pisang (Musa spp.) di Kabupaten Deli Serdang

Identifikasi Karakter Morfologis Pisang (Musa spp.) di Kabupaten Deli Serdang Identifikasi Karakter Morfologis Pisang (Musa spp.) di Kabupaten Deli Serdang Identification of morphological characteristic of banana (Musa spp.) in Deli Serdang district Monica Dame Yanti Ambarita, Eva

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Pisang (Musa spp.) pertama kali ditemukan tumbuh di daerah tropis di negaranegara berkembang seperti Indochina dan Asia Tenggara. Daerah Indo-Malaya (Malaysia, Filipina, dan New Guinea)

Lebih terperinci

MORPHOLOGICAL IDENTIFICATION OF NORTH SUMATRA SALAK (Salacca sumatrana Becc.) AT SOUTH TAPANULI REGION

MORPHOLOGICAL IDENTIFICATION OF NORTH SUMATRA SALAK (Salacca sumatrana Becc.) AT SOUTH TAPANULI REGION 833. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGIS SALAK SUMATERA UTARA (Salacca sumatrana Becc.) DI BEBERAPA DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

Analisis Kekerabatan Varietas Tanaman. Ketela Pohon (Manihot utilissima) Berdasarkan Karakter Morfologi di Wilayah Kabupaten Nganjuk SKRIPSI

Analisis Kekerabatan Varietas Tanaman. Ketela Pohon (Manihot utilissima) Berdasarkan Karakter Morfologi di Wilayah Kabupaten Nganjuk SKRIPSI Analisis Kekerabatan Varietas Tanaman Ketela Pohon (Manihot utilissima) Berdasarkan Karakter Morfologi di Wilayah Kabupaten Nganjuk SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tropis. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki posisi geografi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tropis. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki posisi geografi yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara mega biodiversitas (Retnoningsih, 2003) yang mana memiliki kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam hayati tertinggi di dunia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Menurut Setyosari (2010) penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di muka bumi ini merupakan bagian keindahan dari ciptaan Allah swt.

BAB I PENDAHULUAN. di muka bumi ini merupakan bagian keindahan dari ciptaan Allah swt. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bumi tempat makhluk hidup berdomisili ini seluruhnya adalah karunia Allah swt termasuk di dalamnya adalah tumbuhan. Sesungguhnya bagi orang yang sudi merenung, pada

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 193/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 193/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 193/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang semu (pseudostem). Tanaman ini memiliki tinggi bervariasi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang semu (pseudostem). Tanaman ini memiliki tinggi bervariasi, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Botani Tanaman Pisang Tanaman pisang merupakan salah satu jenis tanaman buah yang berbentuk semak dan memiliki batang semu (pseudostem). Tanaman ini memiliki tinggi bervariasi,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BIOSISTEMATIKA VARIETAS PADA APEL (Malus sylvestris L.) DI KOTA BATU BERDASARKAN MORFOLOGI

BIOSISTEMATIKA VARIETAS PADA APEL (Malus sylvestris L.) DI KOTA BATU BERDASARKAN MORFOLOGI Lampiran 1 RINGKASAN BIOSISTEMATIKA VARIETAS PADA APEL (Malus sylvestris L.) DI KOTA BATU BERDASARKAN MORFOLOGI Hebert Adrianto, Dr. Hamidah, dan Dra. Thin Soedarti, CESA. Prodi S1- Biologi, Departemen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA STUDI HUBUNGAN KEKERABATAN PADA VARIETAS PISANG (Musa acuminata C.) MELALUI PENDEKATAN FENE FENETIK DI KECAMATAN PASRUJAMBE KABUPATEN LUMAJANG PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum diversitas atau keanekaragaman. dengan nama Biodiversity (Biological Diversity) ialah keanekaragaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum diversitas atau keanekaragaman. dengan nama Biodiversity (Biological Diversity) ialah keanekaragaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biosistematika 2.1.1. Tinjauan umum diversitas atau keanekaragaman Keanekaragaman hayati, yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan nama Biodiversity (Biological Diversity)

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MORFOLOGI PISANG BATU (Musa balbisiana Colla) DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

KARAKTERISASI MORFOLOGI PISANG BATU (Musa balbisiana Colla) DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI KARAKTERISASI MORFOLOGI PISANG BATU (Musa balbisiana Colla) DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Slamet Prayogi, Fitmawati, Nery Sofiyanti Mahasiswa Program S1 Biologi Dosen Jurusan Biologi Fakultas Matematika

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

PERAKITAN VARIETAS SALAK : PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae (tumbuh-tumbuhan) :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Pisang Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Sudah lama buah pisang menjadi komoditas buah tropis yang sangat populer

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Kecicang PENCIPTA : Ni Ketut Rini Astuti, S.Sn., M.Sn PAMERAN International Exhibition International Studio for Arts & Culture FSRD ALVA Indonesia of

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) Tanaman kamboja (Plumeria sp.) merupakan salah satu contoh dari famili Apocynaceae. Kamboja diketahui merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Nanda Marlian Iriani, Nery Sofiyanti, Fitmawati Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peranan penting dalam kehidupan. Hutan memberikan

Lebih terperinci

KERAGAMAN GENETIK PISANG (Musa sp) BERDASARKAN MORFOLOGI DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN SUMATERA UTARA

KERAGAMAN GENETIK PISANG (Musa sp) BERDASARKAN MORFOLOGI DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN SUMATERA UTARA KERAGAMAN GENETIK PISANG (Musa sp) BERDASARKAN MORFOLOGI DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN SUMATERA UTARA GENETIC DIVERSITY OF BANANA (Musa sp) BASED ON MORPHOLOGY AT PERCUT SEI TUAN REGION NORTH SUMATERA Ririn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kawista (Limonia acidissima L.) di Indonesia salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kawista (Limonia acidissima L.) di Indonesia salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kawista (Limonia acidissima L.) di Indonesia salah satunya ditemukan di Pulau Sumbawa di daerah Bima dan Dompu. Hal ini diduga dengan seringnya orang-orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa 2.1.1 Klasifikasi Rhizophora stylosa Menurut Cronquist (1981), taksonomi tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU LAMPIRAN 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU 1. Agrostophyllum longifolium Habitat : herba, panjang keseluruhan ± 60 cm, pola pertumbuhan monopdodial Batang : bentuk pipih,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DAN HUBUNGAN KEKERABATAN PADA JAMBU AIR

KEANEKARAGAMAN DAN HUBUNGAN KEKERABATAN PADA JAMBU AIR 1 KEANEKARAGAMAN DAN HUBUNGAN KEKERABATAN PADA JAMBU AIR (Syzygium aqueum Burm.f. Alston) MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI DI PERKEBUNAN BHAKTI ALAM, PASURUAN Devi Mardiastuti, Dr. Hamidah, dan Dr. Junairiah,

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PISANG LOKAL MAS JARUM DAN GOROHO DI KEBUN KOLEKSI SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN SULAWESI UTARA

KARAKTERISASI PISANG LOKAL MAS JARUM DAN GOROHO DI KEBUN KOLEKSI SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN SULAWESI UTARA KARAKTERISASI PISANG LOKAL MAS JARUM DAN GOROHO DI KEBUN KOLEKSI SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN SULAWESI UTARA Janne H.W. Rembang dan Joula O.M. Sondakh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

ANALISIS KEANEKARAGAMAN DAN PENGELOMPOKAN EMPAT VARIETAS KELENGKENG (Dimocarpus longan Lour.) MELALUI METODE FENETIK

ANALISIS KEANEKARAGAMAN DAN PENGELOMPOKAN EMPAT VARIETAS KELENGKENG (Dimocarpus longan Lour.) MELALUI METODE FENETIK ANALISIS KEANEKARAGAMAN DAN PENGELOMPOKAN EMPAT VARIETAS KELENGKENG (Dimocarpus longan Lour.) MELALUI METODE FENETIK Latifatul Fajriyah, Dr. Hamidah, M.Kes, dan Prof. Dr. Bambang Irawan, M.Sc, Prodi S1

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Gonda Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat menyebutnya chikenspike termasuk dalam keluarga Sphenocleaceae. Klasifikasi taksonomi dijelaskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu 44 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang dijadikan sebagai wilayah sampling, yaitu: Adapun deskripsi lokasi penelitian yaitu sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang dijadikan sebagai wilayah sampling, yaitu: Adapun deskripsi lokasi penelitian yaitu sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan spesimen keladi dilakukan pada lima kelurahan yang berbeda yang dijadikan sebagai wilayah sampling, yaitu: Kelurahan Menteng

Lebih terperinci

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup B. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Menginventarisasi karakter morfologi individu-individu penyusun populasi 2. Melakukan observasi ataupun pengukuran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasisitusi atau

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw.

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw. DESKRIPSI TANAMAN Acriopsis javanica Reinw. Marga : Acriopsis Jenis : Acriopsis javanica Reinw Batang : Bulat mirip bawang Daun : Daun 2-3 helai, tipis berbentuk pita, menyempit ke arah pangkal Bunga :

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis. Indonesia sebagai salah satu Negara tropik, mempunyai iklim

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis cluster merupakan teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Analisis cluster

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,

Lebih terperinci

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo'"

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo' Media Konservasi Edisi Khusus, 1997 : Hal. 10 5-109 105 SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Oleh : Haryanto dan Siswoyo'" PENDAHULUAN Menurut Muntasib dan Haryanto

Lebih terperinci