MENERAPKAN PROSEDUR PELAYANAN PENGEMUDI KELUARGA (FAMILY DRIVER) H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENERAPKAN PROSEDUR PELAYANAN PENGEMUDI KELUARGA (FAMILY DRIVER) H"

Transkripsi

1 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MENERAPKAN PROSEDUR PELAYANAN PENGEMUDI KELUARGA (FAMILY DRIVER) KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS DIREKTORAT STANDARDISASI KOMPETENSI DAN PROGRAM PELATIHAN Jl. Jendral Gatot Subroto Kaveling 51 Lt. 6A Jakarta selatan

2 KATA PENGANTAR Modul pelatihan berbasis kompetensi merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi tertentu berdasarkan program pelatihan yang mengacu kepada Standar Kompetensi. Modul pelatihan ini berorientasi kepada pelatihan berbasis kompetensi (Competence Based Training) diformulasikan menjadi 3 (tiga) buku, yaitu Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penggunaanya sebagai referensi dalam media pembelajaran bagi peserta pelatihan dan instruktur, agar pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Untuk memenuhi kebutuhan pelatihan berbasis kompetensi tersebut, maka disusunlah modul pelatihan berbasis kompetensi dengan judul Menerapkan Prosedur Pelayanan Pengemudi Keluarga (Family Driver). Kami menyadari bahwa modul yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan agar tujuan dari penyusunan modul ini menjadi lebih efektif. Demikian kami sampaikan, semoga Tuhan YME memberikan tuntunan kepada kita dalam melakukan berbagai upaya perbaikan dalam menunjang proses pelaksanaan pelatihan di lembaga pelatihan kerja. Jakarta, Oktober 2014 Judul Modul Menerapkan Prosedur Pelayanan Pengemudi Keluarga (Family Driver) Halaman: 2 dari 18

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ACUAN STANDAR KOMPETENSI KERJA DAN SILABUS PELATIHAN A. Acuan Standar Kompetensi Kerja B. Kemampuan yang Harus Dimiliki Sebelumnya C. SilabusPelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) LAMPIRAN BUKU INFORMASI BUKU KERJA BUKU PENILAIAN Judul Modul Menerapkan Prosedur Pelayanan Pengemudi Keluarga (Family Driver) Halaman: 3 dari 18

4 ACUAN STANDAR KOMPETENSI KERJA DAN SILABUS PELATIHAN A. Acuan Standar Kompetensi Kerja Materi modul pelatihan ini mengacu pada unit kompetensi terkait yang disalin dari Standar Kompetensi Kerja Sub-Golongan Jasa Pendidikan Lainnya Pemerintah dengan uraian sebagai berikut: Kode Unit : Judul Unit : Menerapkan Prosedur Pelayanan Family Driver (pengemudi keluarga) Deskripsi Unit : Unit Kompetensi khusus ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk Menerapkan Prosedur Pelayanan Family Driver (pengemudi keluarga). ELEMEN KOMPETENSI 1. Mendemonstrasikan pengetahuan geografis local terhadap jalan utama, Fasilitas publik utama sesuai wilayah dan Budaya lokal 2. Menerapkan Prosedur Pengecekan Kendaraan Sebelum dan Saat mengemudi/memba-wa penumpang KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Jalan-jalan utama dan bebas hambatan diidentifikasi. 1.2 Lokasi Bandara, terminal, stasiun, pelabuhan umum dikenali. 1.3 Pusat perkotaan, pusat perbelanjaan, Hotel, restoran, tempat hiburan dan lokasi wisata diidentifikasi. 1.4 Kantor pemerintahan, fasilitas pendidikan, fasilitas olah raga dan fasilitas kesehatan di identifikasi. 2.1 Kendaraan yang digunakan dipelihara Sesuai Standar Pemeliharaan Kendaraan pabrikan dan mempunyai izin. 2.2 Kendaraan harus dipertahankan Dalam kondisi baik. 2.3 Kondisi kendaraan dicatat tertulis dalam buku catatan harian. Judul Modul Menerapkan Prosedur Pelayanan Pengemudi Keluarga (Family Driver) Halaman: 4 dari 18

5 3. Menerapkan Prosedur Pengecekan Kondisi Pengemudi 3.1 Kondisi pengemudi dipelihara sesuai permintaan family dan mempunyai izin. 3.2 Kondisi kesehatan/fisik pengemudi harus dipertahankan dalam kondisi baik. 3.3 Kondisi pengemudi harus memiliki asuransi, izin pengemudi; dan cek kesehatan dll). 3.4 Waktu mengemudi ditentukan sesuai aturan perundang-undangan dan SOP perusahaan. 3.5 Berjalan sesuai jalur yang telah ditentukan 3.6 Pengemudi mengucapkan salam pada saat penumpang naik. 4. Menerapkan prosedur pelayanan penumpang 4.1. Kendaraan dioperasikan atas permintaan pemilik kendaraan Salam pelayanan disampaikan kepada penumpang diawal dan akhir pelayanan 4.3. Kemampuan berkomunikasi dimiliki dan dilakukan dengan baik dan benar Penumpang diantar sampai daerah tujuan melalui rute yang paling efisien BATASAN VARIABEL 1. Konteks variabel 1.1 Unit kompetensi khusus ini berlaku untuk menerapkan prosedur Family Driver ( pengemudi keluarga), yang meliputi : Memahami daerah tujuan Memahami kondisi kendaraan Menerapkan peraturan sesuai perundang-undangan 1.2 Unit kompetensi ini dapat digunakan dalam kompetensi Family Driver 2. Peralatan dan perlengkapanyang diperlukan 2.1. Peralatan Peta daerah Tujuan Alat komunikasi 2.2. Perlengkapan Judul Modul Menerapkan Prosedur Pelayanan Pengemudi Keluarga (Family Driver) Halaman: 5 dari 18

6 1.1.1 Tool kit Alat bantu isyarat lainnya Kotak obat (P3K) Kartu tanda pengenal 3. Peraturan yang diperlukan 3.1 Undang - undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Keamanan Kerja 3.2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen 3.3 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan 3.4 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 3.5 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan 3.6 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan angkutan orang di jalan 4. Norma dan standar 4.1 Norma Instruksi kerja Dokumen mutu perusahaan 4.2 Standar Manual pengoperasian yang dikeluarkan oleh pabrikan Ketentuan sesuai dengan Surat perintah Kerja (SPK) / Kontrak Kerja. PANDUAN PENILAIAN 1. Konteks penilaian 1.1 Pengetahuan dan ketrampilan dasar dapat dinilai melalui pekerjaan dan tidak melalui pekerjaan 1.2 Penilaian ketrampilan dapat dilakukan setelah periode pelatihan yang diawasi dan pengalaman melakukan sendiri pada jenis pekerjaan yang sama. Jika kondisi tempat kerja tidak memungkinkan, penilaian dapat Judul Modul Menerapkan Prosedur Pelayanan Pengemudi Keluarga (Family Driver) Halaman: 6 dari 18

7 dilakukan melalui simulasi 1.3 Hasil yang telah ditentukan harus dapat tercapai tanpa pengawasan langsung 1.4 Kompetensi harus dinilai sesuai konteks kualifikasi yang sedang diperhatikan 2. Persyaratan kompetensi 2.1 H Menerapkan Komunikasi di Tempat Kerja 2.2 H Menerapkan Kerjasama di Tempat Kerja 2.3 H Mengikuti Prosedur K3 di Tempat Kerja 2.4 H Memelihara Lingkungan Kerja 2.5 H Mempersiapkan Peralatan dan Material 2.6 H Menerapkan Peraturan Berlalu Lintas 2.7 H Memeriksa Fungsi Teknis Kendaraan Bermotor Angkutan Orang 2.8 H Mempersiapkan Pengoperasian Mobil Angkutan Orang 2.9 H Mengemudikan Kendaraan Bermotor Angkutan Orang 2.10 H Mengemudi Antisipatif Defensive Driving mobil Angkutan Orang 3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan 3.1 Pengetahuan Persyaratan dan sistem kerja yang aman Persyaratan dan kebijakan organisasi Peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja, tata cara kerja yang baik dan benar, kebijakan dan prosedur Pengetahuan geografis dan Budaya local terhadap jalan utama, Fasilitas publik utama sesuai wilayah operasi Standar yang relevan dan tata cara pengunaan manual jika diperlukan Judul Modul Menerapkan Prosedur Pelayanan Pengemudi Keluarga (Family Driver) Halaman: 7 dari 18

8 Rekaman yang terkait dengan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja Spesifikasi untuk semua perangkat/item dalam kendaraan bermotor 3.2 Keterampilan Bekerja sebagai bagian dari tim kerja Berkomunikasi secara efektif kepada pelanggan Melaksanakan rencana insidentil untuk kejadian yang tidak direncanakan bekerjasama dengan pihak lain Melaksanakan penilaian terhadap kerusakan kendaraan Menerapkan peraturan seperti keselamatan dan kesehatan kerja serta prosedur pemeliharaan lingkungan dalam kaitan dengan inspeksi kendaraan 4. Sikap kerja yang diperlukan 4.1 Teliti 4.2 Cermat 4.3 Ramah dan sopan 4.4 Disiplin 4.5 Bertanggung jawab 4.6 Dapat dipercaya 4.7 Memiliki Integritas 5. Aspek kritis 5.1 Mendemonstrasikan pengetahuan dengan baik mengenai Jalanjalan, Lokasi Bandara, Terminal, Stasiun, Pelabuhan Utama, Pusat perkotaan, pusat perbelanjaan, Hotel, restoran, tempat hiburan, lokasi wisata, Kantor pemerintahan, fasilitas pendidikan, fasilitas olah raga dan fasilitas kesehatan 5.2 Mendemonstrasikan Kemampuan berkomunikasi baik dan benar Judul Modul Menerapkan Prosedur Pelayanan Pengemudi Keluarga (Family Driver) Halaman: 8 dari 18

9 5.3 Mendemonstrasikan kemampuan memilih rute perjalanan yang paling efisien B. Kemampuan yang Harus Dimiliki Sebelumnya Ada pun kemampuan yang harus dimiliki sebelumnya sebagai berikut: 1. H Menerapkan Komunikasi di Tempat Kerja 2. H Menerapkan Kerjasama di Tempat Kerja 3. H Mengikuti Prosedur K3 di Tempat Kerja 4. H Memelihara Lingkungan Kerja 5. H Mempersiapkan Peralatan dan Material 6. H Menerapkan Peraturan Berlalu Lintas 7. H Memeriksa Fungsi Teknis Kendaraan Bermotor Angkutan Orang 8. H Mempersiapkan Pengoperasian Mobil Angkutan Orang 9. H Mengemudikan Kendaraan Bermotor Angkutan Orang 10. H Mengemudi Antisipatif Defensive Driving mobil Angkutan Orang Judul Modul Menerapkan Prosedur Pelayanan Pengemudi Keluarga (Family Driver) Halaman: 9 dari 18

10 C. Silabus Pelatihan Judul Unit Kompetensi : Menerapkan Prosedur Pelayanan Pengemudi Keluarga (Family Driver) Kode Unit Kompetensi : Deskripsi Unit Kompetensi : Unit Kompetensi khusus ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk Menerapkan Prosedur Pelayanan Family Driver ( pengemudi keluarga). Perkiraan Waktu Pelatihan : 45 Menit Tabel Silabus Unit Kompetensi : Elemen Kompetensi 1. Mendemonstra sikan pengetahuan geografis local terhadap jalan utama, Fasilitas publik utama sesuai wilayah dan Budaya lokal Kriteria Unjuk Kerja 1.1 Jalan-jalan utama dan bebas hambatan diidentifikasi. Indikator Unjuk Kerja Dapat menjelaskan cara mengidentifikasi Jalanjalan utama dan bebas hambatan. Mampu mengidentifikasi Jalan-jalan utama dan bebas hambatan. Harus Cermat, Teliti Materi Pelatihan Pengetahuan Keterampilan Sikap cara mengidentifikasi Jalan-jalan utama dan bebas hambatan mengidentifikasi Jalan-jalan utama dan bebas hambatan Cermat Teliti Perkiraan Waktu Pelatihan (jampel) Pengetahuapilan Keteram- 30 menit 1 jampel 1.2 Lokasi Bandara, terminal, stasiun, pelabuhan umum dikenali. Dapat menjelaskan cara mengenali Lokasi Bandara, terminal, stasiun, pelabuhan umum Harus Cermat, Teliti cara mengenali Lokasi Bandara, terminal, stasiun, pelabuhan umum - Cermat Teliti 20 menit Halaman: 10 dari 18

11 Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja 1.3 Pusat perkotaan, pusat perbelanjaan, Hotel, restoran, tempat hiburan dan lokasi wisata diidentifikasi. 1.4 Kantor pemerintahan, fasilitas pendidikan, Fasilitas olah raga dan fasilitas kesehatan di identifikasi. Indikator Unjuk Kerja Dapat menjelaskan cara mengidentifikasi Pusat perkotaan, pusat perbelanjaan, Hotel, restoran, tempat hiburan dan lokasi wisata Mampu mengidentifikasi Pusat perkotaan, pusat perbelanjaan, Hotel, restoran, tempat hiburan dan lokasi wisata Harus Cermat, Teliti, disiplin Dapat menjelaskan cara mengidentifikasi lokasi Kantor pemerintahan, fasilitas pendidikan, fasilitas olah raga dan fasilitas kesehatan Mampu mengidentifikasi lokasi Kantor pemerintahan, fasilitas pendidikan, fasilitas olah raga dan fasilitas kesehatan Harus Cermat, Teliti Materi Pelatihan Pengetahuan Keterampilan Sikap cara mengidentifikasi Pusat perkotaan, pusat perbelanjaan, Hotel, restoran, tempat hiburan dan lokasi wisata cara mengidentifikasi Kantor pemerintahan, fasilitas pendidikan, fasilitas olah raga dan fasilitas kesehatan mengidentifikasi Pusat perkotaan, pusat perbelanjaan, Hotel, restoran, tempat hiburan dan lokasi wisata mengidentifikasi lokasi Kantor pemerintahan, fasilitas pendidikan, fasilitas olah raga dan fasilitas kesehatan Teliti Cermat Disiplin Teliti Cermat Perkiraan Waktu Pelatihan (jampel) Pengetahuapilan Keteram- 15 menit 30 menit 15 menit 30 menit Halaman: 11 dari 18

12 Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja 2. Menerapkan Prosedur Pengecekan Kendaraan Sebelum dan Saat mengemudi/me mbawa penumpang 2.1 Kendaraan yang digunakan dipelihara Sesuai Standar Pemeliharaan Kendaraan pabrikan dan mempunyai izin. 2.2 Kendaraan harus dipertahankan Dalam kondisi baik. Indikator Unjuk Kerja Dapat menjelaskan cara memelihara Kendaraan yang digunakan dipelihara Sesuai Standar Pemeliharaan Kendaraan pabrikan dan mempunyai izin Mampu memelihara Kendaraan yang digunakan dipelihara Sesuai Standar Pemeliharaan Kendaraan pabrikan dan mempunyai izin Harus cermat, teliti, disiplin, bertanggungjawab, memiliki integritas Dapat menjelaskan cara mempertahankan kendaraan dalam kondisi baik Mampu mempertahankan kendaraan dalam kondisi baik Harus cermat, teliti, disiplin, bertanggungjawab, Materi Pelatihan Pengetahuan Keterampilan Sikap Cara memelihara Kendaraan yang digunakan dipelihara Sesuai Standar Pemeliharaan Kendaraan pabrikan dan mempunyai izin cara mempertahankan kendaraan dalam kondisi baik Memelihara Kendaraan yang digunakan dipelihara Sesuai Standar Pemeliharaan Kendaraan pabrikan dan mempunyai izin Mempertahankan kendaraan dalam kondisi baik Teliti Cermat Memiliki integritas Bertanggungjawab Teliti Cermat Disiplin Bertanggungjawab Perkiraan Waktu Pelatihan (jampel) Pengetahuapilan Keteram- 15 menit 30 menit 15 menit 30 menit Halaman: 12 dari 18

13 Elemen Kompetensi 3. Menerapkan Prosedur Pengecekan Kondisi Pengemudi Kriteria Unjuk Kerja 2.3 Kondisi kendaraan dicatat tertulis dalam buku catatan harian. 3.1 Kondisi pengemudi dipelihara Sesuai permintaan family dan mempunyai izin. Indikator Unjuk Kerja Dapat menjelaskan cara mencatat Kondisi kendaraan dalam buku catatan harian. Mampu mencatat Kondisi kendaraan dicatat tertulis dalam buku catatan harian. Harus teliti,cermat, disiplin, Bertanggungjawab Dapat menjelaskan cara memelihara Kondisi pengemudi Sesuai permintaan family dan mempunyai izin Mampu memelihara Kondisi pengemudi dipelihara sesuai permintaan family dan mempunyai izin Harus teliti, cermat, disiplin, bertanggungjawab Materi Pelatihan Pengetahuan Keterampilan Sikap cara mencatat Kondisi kendaraan dalam buku catatan harian. cara memelihara Kondisi pengemudi sesuai permintaan family dan mempunyai izin mencatat Kondisi kendaraan tertulis dalam buku catatan harian. memelihara kondisi pengemudi sesuai permintaan permintaan family dan mempunyai izin Teliti Cermat Disiplin Bertanggungjawab Teliti Cermat Disiplin Bertanggungjawab Perkiraan Waktu Pelatihan (jampel) Pengetahuapilan Keteram- 15 menit 30 menit 15 menit 30 menit Halaman: 13 dari 18

14 Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja 3.2 Kondisi kesehatan/ fisik pengemudi harus dipertahankan dalam kondisi baik. 3.3 Kondisi pengemudi harus memiliki asuransi, izin pengemudi; dan cek kesehatan dll). Indikator Unjuk Kerja Dapat menjelaskan Cara mempertahankan kondisi kesehatan/fisik pengemudi harus dalam kondisi baik. Mampu mempertahankan kondisi kesehatan/fisik pengemudi harus dalam kondisi baik. Harus teliti, cermat, disiplin, bertanggungjawab Dapat menjelaskan cara memiliki asuransi, izin pengemudi yang sah dan valid; dan hasil cek kesehatan secara periodik. Mampu memiliki asuransi, izin pengemudi yang sah dan valid; dan hasil cek kesehatan secara periodik. Harus teliti, cermat, disiplin, bertanggungjawab, dapat dipercaya, Materi Pelatihan Pengetahuan Keterampilan Sikap Cara mempertahankan kondisi kesehatan/fisik pengemudi harus dalam kondisi baik. cara memiliki asuransi, izin pengemudi yang sah dan valid; dan hasil cek kesehatan secara periodik. Mempertahankan kondisi kesehatan/fisik pengemudi harus dalam kondisi baik. memiliki asuransi, izin pengemudi yang sah dan valid; dan hasil cek kesehatan secara periodik Teliti Cermat Disiplin Bertanggungjawab Teliti Cermat Disiplin Bertanggungjawa Dapat dipercaya Perkiraan Waktu Pelatihan (jampel) Pengetahuapilan Keteram- 15 menit 15 menit 15 menit 15 menit Halaman: 14 dari 18

15 Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja 3.4 Waktu mengemudi ditentukan sesuai aturan perundangundangan dan SOP perusahaan. 3.5 Berjalan sesuai jalur yang telah ditentukan 3.6 Pengemudi mengucapkan salam pada saat penumpang naik. Indikator Unjuk Kerja Dapat menjelaskan cara menentukan waktu mengemudi sesuai aturan perundang-undangan dan SOP perusahaan atau Family (Majikan) Mampu menentukan waktu mengemudi sesuai aturan perundangundangan dan SOP perusahaan atau Family (Majikan) Harus cermat dan teliti Dapat menjelaskan cara menentukan jalan sesuai jalur Mampu menentukan jalan sesuai jalur Harus teliti, cermat, disiplin, Dapat menjelaskan cara. Mengucapkan salam Pada saat penumpang naik Mampu mengucapkan salam pada saat penumpang naik. Teliti,cermat,ramah dan sopan, Materi Pelatihan Pengetahuan Keterampilan Sikap Cara menentukan waktu mengemudi yang ditentukan sesuai aturan perundang-undangan dan SOP perusahaan cara menentukan jalan sesuai jalur Cara mengucapkan salam pada saat penumpang naik menentukan waktu mengemudi sesuai aturan perundangundangan dan SOP perusahaan menentukan jalan sesuai jalur mengucapkan salam pada saat penumpang naik. Teliti Cermat Teliti Cermat Disiplin Teliti Cermat Ramah dan Sopan Perkiraan Waktu Pelatihan (jampel) Pengetahuapilan Keteram- 30 menit 15 menit 30 menit 15 menit 30 menit Halaman: 15 dari 18

16 Elemen Kompetensi 4. Menerapkan prosedur pelayanan penumpang Kriteria Unjuk Kerja 4.1. Kendaraan dioperasikan atas permintaan pemilik kendaraan Salam pelayanan disampaikan kepada penumpang diawal dan akhir pelayanan Indikator Unjuk Kerja Dapat menjelaskan Cara mengoperasikan Kendaraan atas permintaan pemilik kendaraan. Mampu mengoperasikan Kendaraan atas permintaan pemilik kendaraan. Harus Teliti, cermat, disiplin, bertanggung jawab, dapat dipercaya Dapat menjelaskan cara menyampaikan salam pelayanan kepada penumpang diawal dan akhir pelayanan Mampu menyampaikan salam pelayanan kepada penumpang diawal dan akhir pelayanan Harus ramah dan sopan Materi Pelatihan Pengetahuan Keterampilan Sikap cara mengoperasikan Kendaraan atas permintaan pemilik kendaraan. cara menyampaikan salam pelayanan kepada penumpang diawal dan akhir pelayanan mengoperasikan Kendaraan atas permintaan pemilik kendaraan. menyampaikan salam pelayanan kepada penumpang diawal dan akhir pelayanan Teliti Cermat Disiplin Bertanggungjawab Ramah dan Sopan Dapat dipercaya Ramah dan Sopan Perkiraan Waktu Pelatihan (jampel) Pengetahuan Keterampilan 15 menit 30 menit 15 menit 30 menit Halaman: 16 dari 18

17 Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja 4.3. Kemampuan berkomunikasi dimiliki dan dilakukan dengan baik dan benar Penumpang diantar sampai daerah tujuan melalui rute yang paling efisien Indikator Unjuk Kerja Dapat menjelaskan cara melakukan kemampuan berkomunikasi dengan baik dan benar Mampu melakukan kemampuan berkomunikasi dengan baik dan benar Harus ramah dan sopan, bertanggung jawab, dapat dipercaya Dapat menjelaskan cara mengantar penumpang sampai daerah tujuan melalui rute yang paling efisien Mampu mengantar penumpang sampai daerah tujuan melalui rute yang paling efisien Harus Teliti, cermat, ramah dan sopan,disiplin, bertanggung jawab Materi Pelatihan Pengetahuan Keterampilan Sikap cara melakukan kemampuan berkomunikasi dengan baik dan benar cara mengantar penumpang sampai daerah tujuan melalui rute yang paling efisien Asesmen melakukan kemampuan berkomunikasi dengan baik dan benar mengantar penumpang sampai daerah tujuan melalui rute yang paling efisien Bertanggungjawab Ramah dan Sopan Dapat dipercaya Teliti Cermat Disiplin Bertanggungjawab Ramah dan Sopan Perkiraan Waktu Pelatihan (jampel) Pengetahuapilan Keteram- 15 menit 30 menit 15 menit 30 menit 215 menit 240 menit Halaman: 17 dari 18

18 Sub-Golongan Transportasi dan Pergudangan LAMPIRAN 1. BUKU INFORMASI 2. BUKU KERJA 3. BUKU PENILAIAN Judul Modul Menerapkan Prosedur Pelayanan Pengemudi Keluarga (Family Driver) Halaman: 18 dari 18

19 BUKU INFORMASI MENERAPKAN PROSEDUR PELAYANAN PENGEMUDI KELUARGA (FAMILY DRIVER) KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS DIREKTORAT STANDARDISASI KOMPETENSI DAN PROGRAM PELATIHAN Jl. Jendral Gatot Subroto Kaveling 51 Lt. 6A Jakarta selatan

20 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I PENDAHULUAN... 5 A. Tujuan Umum... 5 B. Tujuan Khusus... 5 BAB II MENDEMONSTRASIKAN PENGETAHUAN GEOGRAFIS LOCAL TERHADAP JALAN UTAMA, FASILITAS PUBLIK UTAMA SESUAI WILAYAH DAN BUDAYA LOKAL... 6 A. Pengetahuan Yang Diperlukan Dalam Mendemonstrasikan Pengetahuan Geografis Local Terhadap Jalan Utama, Fasilitas Publik Utama Sesuai Wilayah Dan Budaya Lokal Cara Mengidentifikasi Jalan-Jalan Utama Dan Bebas Hambatan Cara Mengenali Lokasi Bandara, Terminal, Stasiun, Pelabuhan Umum Cara Mengidentifikasi Pusat Perkotaan, Pusat Perbelanjaan, Hotel, Restoran, Tempat Hiburan Dan Lokasi Wisata Cara Mengidentifikasi Kantor Pemerintahan, Fasilitas Pendidikan, Fasilitas Olah Raga Dan Fasilitas Kesehatan B. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Mendemonstrasikan Pengetahuan Geografis Local Terhadap Jalan Utama, Fasilitas Publik Utama Sesuai Wilayah Dan Budaya Lokal C. Sikap Kerja Yang Diperlukan Dalam Mendemonstrasikan Pengetahuan Geografis Local Terhadap Jalan Utama, Fasilitas Publik Utama Sesuai Wilayah Dan Budaya Lokal Halaman: 2 dari 60

21 BAB III MENERAPKAN PROSEDUR PENGECEKAN KENDARAAN SEBELUM DAN SAAT MENGEMUDI/MEMBAWA PENUMPANG A. Pengetahuan Yang Diperlukan Dalam Menerapkan Prosedur Pengecekan Kendaraan Sebelum Dan Saat Mengemudi/Membawa Penumpang Cara Memelihara Kendaraan Yang Digunakan Sesuai Standar Pemeliharaan Kendaraan Pabrikan Cara mempertahankan Kendaraan Agar Dalam Kondisi Baik Cara Mencatat Kondisi Kendaraan Dalam Buku Catatan Harian B. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Menerapkan Prosedur Pengecekan Kendaraan Sebelum Dan Saat Mengemudi/Membawa Penumpang C. Sikap Kerja Yang Diperlukan Dalam Menerapkan Prosedur Pengecekan Kendaraan Sebelum Dan Saat Mengemudi/Membawa Penumpang BAB IV MENERAPKAN PROSEDUR PENGECEKAN KONDISI PENGEMUDI A. Pengetahuan Yang Diperlukan Dalam Menerapkan Prosedur Pengecekan Kondisi Pengemudi Cara Memelihara Kondisi Pengemudi Sesuai Permintaan Family dan mempunyai izin Cara Mempertahankan Kondisi Kesehatan/Fisik Pengemudi Harus Dalam Kondisi Baik Cara Memiliki Asuransi, Izin Pengemudi Yang Sah Dan Valid; Dan Hasil Cek Kesehatan Secara Periodik Cara Menentukan Waktu Mengemudi Yang Ditentukan Sesuai Aturan Perundang-Undangan Dan SOP Perusahaan Cara Menentukan Jalan Sesuai Jalur Cara Mengucapkan Salam Pada Saat Penumpang Naik B. Keterampilan Yang Diperlukan Untuk Menerapkan Prosedur Pengecekan Kondisi Pengemudi Halaman: 3 dari 60

22 C. Sikap Kerja Yang Diperlukan Dalam Menerapkan Prosedur Pengecekan Kondisi Pengemudi BAB IV MENERAPKAN PROSEDUR PELAYANAN PENUMPANG A. Pengetahuan Yang Diperlukan Untuk Menerapkan Prosedur Pelayanan Penumpang Cara Mengoperasikan Kendaraan Atas Permintaan Pemilik Kendaraan Cara Menyampaikan Salam Pelayanan Kepada Penumpang Diawal Dan Akhir Pelayanan Cara Melakukan Kemampuan Berkomunikasi Dengan Baik Dan Benar Cara Mengantar Penumpang Sampai Daerah Tujuan Melalui Rute Yang Paling Efisien B. Keterampilan Yang Diperlukan Untuk Mendemonstrasikan Pengetahuan Geografis Local Terhadap Jalan Utama, Fasilitas Publik Utama Sesuai Wilayah Dan Budaya Lokal C. Sikap Yang Diperlukan Untuk Mendemonstrasikan Pengetahuan Geografis Local Terhadap Jalan Utama, Fasilitas Publik Utama Sesuai Wilayah Dan Budaya Lokal D. DAFTAR PUSTAKA A. Dasar Perundang-undangan B. Buku Referensi C. Majalah atau Buletin DAFTAR PENYUSUN Halaman: 4 dari 60

23 BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan Umum Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan memiliki pengetahuan dan wawasan untuk menjadi pengemudi yang benar dan profesional yang mampu Menerapkan Prosedur Pelayanan Pengemudi Keluarga (Family Driver). B. Tujuan Khusus Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Menerapkan Prosedur Pelayanan Pengemudi Keluarga (Family Driver) ini guna memfasilitasi peserta latih sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memiliki langkah-langkah strategis dalam mengidentifikasi atau mengenali jaringan infrastruktur (jalan dan rel) dan fasilitas umum seperti Pelabuhan, Bandara, Stasiun, Terminal, Rumah Sakit, Pusat Perbelanjaan, Pusat Perkantoran dan Hiburan di wilayah operasi setempat 2. Memiliki kepekaan dan kedisiplinan dalam menjaga kelaikan terhadap kondisi kendaraan dan kesehatan diri 3. Memiliki sikap ramah dan sopan dalam berkomunikasi serta memiliki intergritas terhadap pekerjaannya 4. Memiliki tanggung jawab atas tugasnya dan dapat dipercaya selama memberikan pelayanan Halaman: 5 dari 60

24 BAB II MENDEMONSTRASIKAN PENGETAHUAN GEOGRAFIS LOKAL TERHADAP JALAN UTAMA, FASILITAS PUBLIK UTAMA SESUAI WILAYAH DAN BUDAYA LOKAL A. Pengetahuan Yang Diperlukan Dalam Mendemonstrasikan Pengetahuan Geografis Local Terhadap Jalan Utama, Fasilitas Publik Utama Sesuai Wilayah Dan Budaya Lokal Seorang pengemudi Keluarga harus memiliki pengetahuan geografis lokal dimana tempat yang bersangkutan bertugas saat ini dan yang akan datang. Pengetahuan ini meliputi pengetahuan mengena lokasi jalan-jalan utama dan bebas hambatan, fasilitas umum dan sosial, dan pengetahuan mengenai Budaya Lokal. Untuk memperoleh pengetahuan mengenai lokasi jalan, fasilitas umum dan fasilitas sosial, pengemudi (Calon) perlu mempelajari teori mengenai jalan, cara membaca peta, dan Teori budaya lokal. 1. Cara Mengidentifikasi Jalan-Jalan Utama Dan Bebas Hambatan a. Teori mengenai Jalan 1) Definisi Fasilitas umum adalah fasilitas yang diadakan untuk kepentingan umum. Contoh dari fasilitas umum (fasum) adalah seperti jalan, angkutan umum, saluran air, jembatan, fly over, under pass, halte, alat penerangan umum, jaringan listrik, banjir kanal, trotoar, jalur busway, tempat pembuangan sampah, dan lain sebagainya. Fasilitas sosial adalah fasilitas yang diadakan oleh pemerintah atau pihak swasta yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum dalam lingkungan pemukiman. Contoh dari fasilitas sosial (fasos) adalah seperti puskemas, klinik, sekolah, tempat ibadah, pasar, tempat rekreasi, taman bermain, tempat olahraga, ruang serbaguna, makam, dan lain sebagainya. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di Halaman: 6 dari 60

25 atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. a) Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. b) Jalan khusus adalah jalan yang di bangun oleh instasi, badan usaha. Perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri. c) Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. d) Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol. e) Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan. f) Pengaturan jalan kegiatan perumusan kebijakan perencanaan, penyusunan perencanaan umum, dan penyusunan peraturan perundang-undangan jalan. g) Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan jalan. h) Pengembangan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan i) Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan, dan pengembangan jalan. j) Penyelenggaraan jalan adalah pihak yang melakukan peraturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya. k) Jalan bebas hambatan adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh dan Halaman: 7 dari 60

26 tanpa adanya persimpangan sebanding serta dilengkapai dengan pagar ruang milik jalan. 2) Pengelompokan jalan Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status dan kelas. a) Sistem Jaringan jalan Sistem jaringan jalan dikelompokkan menjadi sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. (1) Sistem jaringan jalan primer Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusatpusat kegiatan sebagai berikut: (a) menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan (b) menghubungkan antarpusat kegiatan nasional. (2) Sistem jaringan jalan sekunder Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil. b) Fungsi jalan Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan kedalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. (1) Jalan arteri Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan ratarata tinggi, Halaman: 8 dari 60

27 dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. (2) Jalan kolektor Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. (3) Jalan lokal Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. (4) Jalan lingkungan Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. c) Status jalan Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. (1) Jalan nasional Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. (2) Jalan provinsi Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. (3) Jalan kabupaten Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk dalam jalan nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum Halaman: 9 dari 60

28 dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. (4) Jalan kota Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antara persil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota. (5) Jalan desa Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan. d) Kelas Jalan Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan atas bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan kecil. Menurut berat kendaraan yang Iewat, jalan raya terdiri atas: 1. Jalan Kelas I 2. Jalan Kelas IIA. 3. Jalan Kelas IIB. 4. Jalan Kelas IIC. 5. Jalan Kelas III. Tebal perkerasan jalan itu ditentukan sesuai dengan kelas jalan. Makin berat kendaraan-kendaraan yang melalui suatu jalan, makin berat pula syarat-syarat yang ditentukan untuk pembuatan jalan itu. (1) Jalan Kelas I Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk dapat melayani lalu lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya tak terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor. Jalan raya dalam kelas ini merupakan jalan-jalan raya yang berjalur banyak dengan konstruksi perkerasan dari jenis yang terbaik dalam arti tingginya tingkatan pelayanan terhadap lalu lintas. Halaman: 10 dari 60

29 (2) Jalan Kelas II Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan sekunder. Dalam komposisi Ialu lintasnya terdapat lalu lintas lambat. Kelals jalan ini, selanjutnya berdasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya, dibagi dalam tiga kelas, yaitu : IIA, IIB dan IIC. (a) Kelas IIA Adalah jalan-jalan raya sekuder dua jalur atau lebih dengan konlstruksi permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang setaraf, di mana dalam komposisi lalu lihtasnya terdapat kendaraan lambat tapi, tanpa kendaraan tanpa kendaraan yang tak bermotor. Untuk lalu lintas lambat, harus disediakan jalur tersindiri. (b) Kelas IIB Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari penetrasi berganda atau yang setaraf di mana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat, tapi tanpa kendaraan yang tak bermotor. (c) Kelas IIC Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari jenis penetrasi tunggal di mana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat dari kendaraan tak bermotor. (3) Jalan Kelas III Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan penghubung dan merupakan konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua. Konstruksi permukaan jalan yang paling tinggi adalah pelaburan dengan aspal. Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit dengan ukuran sebagai berikut: 1) jalan arteri primer 15 (lima belas) meter; 2) jalan kolektor primer 10 (sepuluh) meter; Halaman: 11 dari 60

30 3) jalan lokal primer 7 (tujuh) meter; 4) jalan lingkungan primer 5 (lima) meter; 5) jalan arteri sekunder 15 (lima belas) meter; 6) jalan kolektor sekunder 5 (lima) meter; 7) jalan lokal sekunder 3 (tiga) meter; 8) jalan lingkungan sekunder 2 (dua) meter; dan b. Peta Jalan Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Peta merupakan alat bantu dalam menyampaikan suatu informasi keruangan. Berdasarkan fungsi tersebut maka sebuah peta hendaknya dilengkapi dengan berbagai macam komponen/unsur kelengkapan yan bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam membaca/menggunakan peta. 1) Komponen Peta Beberapa komponen kelengkapan peta yang secara umum banyak ditemukan pada peta misalnya adalah:. a) Judul Mencerminkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya di bagian atas tengah, atas kanan, atau bawah. Walaupun demikian, sedapat mungkin diletakkan di kanan atas. b) Legenda Legenda adalah keterangan dari simbol-simbol yang merupakan kunci untuk memahami peta. c) Tanda Arah Pada umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah ke arah atas peta. Letaknya di tempat yang sesuai jika ada garis lintang dan bujur, koordinat dapat sebagai petunjuk arah. d) Skala Halaman: 12 dari 60

31 Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah legenda. Skala dibagi menjadi 3, yaitu: (1) Skala angka. Misalnya 1 : artinya setiap 1 cm jarak dalam peta sama dengan 25 km satuan jarak sebenarnya. (2) Skala garis. Skala ini dibuat dalam bentuk garis horizontal yang memiliki panjang tertentu dan tiap ruas berukuran 1 cm atau lebih untuk mewakili jarak tertentu yang diinginkan oleh pembuat peta. (3) Skala verbal, yakni skala yang ditulis dengan kata-kata. e) Simbol Peta Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya, jenis-jenis simbol peta antara lain: (1) Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional (2) Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data yang berhubungan dengan jarak (3) Simbol area, digunakan untuk mewakili suatu area tertentu dengan simbol yang mencakup area tertentu (4) Simbol aliran, digunakan untuk menyatakan alur atau gerak. (5) Simbol batang, digunakan untuk menyatakan suatu harga/dibandingkan dengan harga/nilai lainnya. (6) Simbol lingkaran, digunakan untuk menyatakan kuantitas (jumlah) dalam bentuk prosentase. (7) Simbol bola, digunakan untuk menyatakan volume, makin besar simbol bola menunjukkan volume semakin besar dan sebaliknya makin kecil simbol bola berarti volume semakin kecil. f) Warna Peta Warna peta digunakan untuk membedakan kenampakan atau objek di permukaan bumi, memberi kualitas atau kuantitas simbol di peta, Halaman: 13 dari 60

32 dan untuk keperluan estetika peta. Warna simbol dalam peta terdiri dari 8 warna, yaitu: (1) Warna Merah Warna Merah Menunjukan Jalan Kreta Api / Gunung Aktif Warna Merah Sering Di Jumpai di Peta Suatu Provinsi (2) Warna hijau muda Warna hijau muda menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian antara m di atas permukaan laut. Bentuk muka bumi yang ada di daerah ini berupa daerah yang landai dengan disertai bentuk-bentuk muka bumi bergelombang dan bukit. Penyebaran bentuk muka ini hampir menyeluruh di atas dataran rendah (3) Warna kuning Warna kuning menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian antara m di atas permukaan laut. Bentuk muka bumi yang ada di daerah ini didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan dan pegunungan rendah. Penyebaran dari bentuk muka bumi ini berada di bagian tepi-tengah dari Provinsi Jawa Tengah dan paling luas di sebelah tenggara Kabupaten Sukoharjo. (4) Warna cokelat muda Warna cokelat muda menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian antara m di atas permukaan air laut. Bentuk muka bumi yang dominan di daerah ini berupa pegunungan sedang disertai gunung-gunung yang rendah. Penyebaran dari bentuk muka ini berada di bagian tengah dari Jawa Tengah, seperti di sekitar Bumiayu, Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo. Salatiga dan Tawangmangu. (5) Warna cokelat Warna cokelat menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 1500 m di atas permukaan air laut. Bentuk muka bumi di daerah ini didominasi oleh gunung-gunung yang relatif tinggi. Halaman: 14 dari 60

33 Penyebaran dari gunung-gunung tersebut sebagian besar di bagian tengah dari Jawa Tengah (6) Warna biru keputihan Warna biru menunjukkan warna kenampakan perairan. Warna biru keputihan menunjukkan wilayah perairan yang kedalamannya kurang dari 200 m. Bentuk muka bumi dasar laut di wilayah ini didominasi oleh bentuk lereng yang relatif landai. Zona di wilayah ini disebut dengan zona neritik. Penyebaran dari zona ini ada di sekitar pantai. Di wilayah perairan darat warna ini menunjukkan danau atau rawa. Di Wonogiri terdapat Waduk Gajahmungkur, di Bawen terdapat Rawapening, di sekitar Kebumen terdapat waduk Wadaslinang dan Sempor dan masih ada beberapa waduk kecil lainnya. (7) Warna biru muda Warna biru muda menunjukkan wilayah perairan laut yang mempunyai kedalaman antara m. Bentuk muka bumi dasar laut di wilayah ini didominasi oleh bentukan lereng yang relatif terjal. Wilayah ini merupakan kelanjutan dari zona neritik. Namun wilayah ini tidak tergambar dalam peta umum. (8) Warna biru tua Warna biru tua menunjukkan wilayah perairan laut dengan kedalaman lebih dari 2000 m. Bentuk muka bumi dasar laut di sekitar Pulau Bali pada kedalaman > 2000 m sulit untuk diketahui dan tidak bisa diinterprestasikan dari peta. Namun biasanya bentuk muka bumi pada laut dalam dapat berupa dataran, lubuk laut, drempel dan palung laut. Bentuk muka bumi seperti ini juga tidak tergambar dalam peta umum. g) Garis lintang dan Garis Bujur Garis lintang adalah garis yang melintang dari arah barat - timur atau dari arah timur - barat Garis bujur adalah garis yang membujur dari arah utara - selatan atau selatan - utara. Halaman: 15 dari 60

34 2) Jenis Peta Berdasarkan Isi data yang disajikan, peta dapat dikelompokkan menjadi peta umum dan peta khusus. a) Peta umum Peta umum, yakni peta yang menggambarkan kenampakan bumi, baik fenomena alam atau budaya. Peta umum dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: (1) Peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama. (2) Peta korografi, yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta korografi adalah atlas. (3) Peta dunia atau geografi, yaitu peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas. b) Peta khusus yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu/khusus. Misalnya, peta politik, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya. Peta Jaringan Jalan Peta Jaringan Jalan (Map of Road Network) adalah sebuah peta yang memberikan informasi mengenai jaringan jalan bagi suatu kota/kabupaten, propinsi dan wilayah negara. 1) Peta Jaringan Jalan Kota/Kabupaten Berisi informasi mengenai jaringan jalan dalam skala kota atau kabupaten yang meliputi : Halaman: 16 dari 60

35 (a) jalan arteri berupa jalan-jalan utama dan jalan bebas hambatan yang menghubungan kawasan utama dan umumnya melintasi beberapa kecamatan. Umumnya jalan ini sangat panjang dan sangat lebar. (b) jalan kolektor yang merupakan jalan cabang (penghubung jalan 2 jalan arteri), (c) jalan lokal yaitu jalan yang menghubungan jalan kolektorkolektor atau kolektor arteri. (d) Jalan Lingkungan, yaitu jalan-jalan yang melayani suatu kawasan perumahan atau industri tertentu. Gambar. 1 Peta Jaringan Jalan Kota Surabaya- Propinsi Jawa Timur 2) Peta Jaringan Jalan Propinsi (wilayah propinsi) Berisi informasi jaringan jalan dalam wilayah sebuah propinsi dan mengingat skala yang relatif lebih besar dibandingkan dengan peta jalan kota/kabupaten, maka umumnya hanya berisi jalan arteri dan kolektor dalam batas wilayah propinsi tertentu Halaman: 17 dari 60

36 Gambar. 2 Peta Jaringan Jalan Propinsi Jawa Timur Gambar.3 Peta Jaringan Jalan Propinsi DKI Jakarta 3) Peta Jaringan Jalan Nasional sebuah pulau atau Negara Berisi informasi jaringan jalan dalam wilayah sebuah propinsi dan mengingat skala yang relatif sangat besar dan lebih besar dibandingkan dengan peta jalan propinsi, maka umumnya hanya berisi jalan arteri dan kolektor dalam batas wilayah negara pulau atau tertentu. Halaman: 18 dari 60

37 Gambar.4 Peta Jaringan Jalan Negara Perancis Gambar. 5 Peta Jaringan Jalan Pulau Jawa c. Teknik mengidentifikasi jala-jalan utama dan bebas hambatan Untuk mengidentifikasikan jalan-jalan utama dan bebas hambatan untuk lintas antar kota/kabupaten dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1) Gunakan peta jaringan jalan wilayah suatu negara atau sebuah pulau (berskala besar) dimana terdapat kota tempat kita bertugas. 2) Perhatikan peta dengan cermat terutama pada jalan yang menghubungan beberapa kota. 3) Pada peta akan terlihat jalan-jalan utama dan bebas hambatan antar kota yang meliputi jalan nasional dan jalan propinsi dengan ciri-ciri sebagai berikut : Halaman: 19 dari 60

38 (a) jalan nasional, memiliki ciri-ciri : (1) Berukuran paling besar dan paling panjang (2) menghubungan 2 (kota) atau lebih dalam propinsi berbeda (b) jalan propinsi, memiiki ciri-ciri (1) Berukuran cukup besar dan cukup panjang (2) Menghubungan 2 (kota) atau lebih dalam satu propinsi Gambar.6 Peta Jaringan Jalan Nasional dan Propinsi Diwilayah Propinsi Sumatera Utara Sedangkan untuk mengidentifikasikan jalan-jalan utama dan bebas hambatan untuk wilayah dalam kota/kabupaten dapat dilakukan melihat beberapa ciri sebagai berikut : (1) Jalan utama memiliki lebar yang sangat besar untuk kota-kota besar bisa mencapai 15 meter (6 atau 8 lajur lalu lintas) (2) Jalan utama melalui pusat perkotaan (CBD) dan beberapa kawasan utama kegiatan perkotaan seperti pusat pemerintahan, kawasan perkantoran, pusat perbelanjaan, pusat olah raga dan wisata kota. (3) Untuk jalan Tol, umumnya mengelilingi wilayah kota (Inner dan Outer Ring Road) dan terhubungan dengan jalan Tol lain lintas antar Kota disekitarnya. Sebagi contoh dapat dilihat pada Jaringan jalan Kota Jakarta. Halaman: 20 dari 60

39 Gambar. 7 Peta Jaringan Jalan utama dan bebas hambatan Dalam Kota (di Wilayah Propinsi DKI Jakarta)-Indonesia 2. Cara Mengenali Lokasi Bandara, Terminal (Bus), Stasiun, Pelabuhan Umum a. Teori Bandara, terminal, stasiun dan pelabuhan adalah bagian dari infrastruktur transportasi yang merupakan tempat asal, transit dan tujuan serta pergantian moda dari suatu perjalanan orang dan barang yang menggunakan satu atau beberapa moda transportasi. 1) Bandar Udara (Bandara) Bandar udara (disingkat: bandara) atau pelabuhan udara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya. Daftar nama dan lokasi Bandara dapat diperoleh pada lembaga atau perusahaan yang mengoperasikan Bandara. Di Indonesia perusahaan operator Bandara adalah PT. Angkasa Pura I dan II. Di setiap negara, lokasi Bandara telah dipetakan, sebagai contoh adalah Indonesia Aero Map yaitu peta lokasi Bandara di Indonesia. Halaman: 21 dari 60

40 Gambar.8 Peta Lokasi Bandara di Pulau Jawa-Indonesia 2) Terminal Bus Terminal bus adalah sebuah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Terminal penumpang dapat dikelompokan atas dasar tingkat penggunaan terminal kedalam tiga tipe sebagai berikut : a) Terminal penumpang tipe A Terminal tipe A atau terminal induk berfungsi melayani kendaraan umum baik secara nasional maupun internasional seperti angkutan antarkota antarprovinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. b) Terminal penumpang tipe B Terminal tipe B atau terminal regional berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam provinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Halaman: 22 dari 60

41 c) Terminal pernumpang tipe C Terminal tipe C atau subterminal berfungsi melayani kendaraan umum kelas kecil seperti angkutan kota dan angkutan pedesaan. Daftar nama dan lokasi Terminal dan Halte Bus dapat diperoleh pada lembaga atau perusahaan yang mengoperasikan Angkutan umum jenis Bus. Di Setiap kota Besar seluruh Indonesia telah memiliki operator angkutan bus massal, seperti PT. Transjakarta Busway dan menyediakan peta lintasan bus yang dilayaninya. Gambar.9. Peta Lokasi Bandara di Pulau Jawa-Indonesia 3) Stasiun (KA) Stasiun kereta api adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api. Daftar nama dan lokasi Stasiun dan Halte Kereta Api dapat diperoleh pada lembaga atau perusahaan yang mengoperasikan Angkutan umum jenis Kereta Api. Di Indonesia yaitu diwilayah Sumatera dan Jawa Halaman: 23 dari 60

42 pelayanan kereta api dilakukan oleh PT. Kereta Api (PT. KA) dan khusus diwilayah Jabotabek kereta rel listrik (KRL) dioperasikn oleh anak perusahaan PT. KA yaitu PT. KA Comuter Jabotabek. Gambar.10. Peta Jaringan Jalan Rel dan Lokasi Stasiun di Pulau Jawa-Indonesia Gambar.11. Peta Lokasi Bandara di Pulau Jawa-Indonesia 4) Pelabuhan Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun Halaman: 24 dari 60

43 penumpang ke dalamnya. Berdasarkan PP No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, Jenis pelabuhan dapat dikelompokan berdasarkan alamnya, pelayanannya, lingkup pelayarannya dan jenis perdagangan. a) Alamnya (1) Pelabuhan terbuka, kapal dapat merapat langsung tanpa bantuan pintu air,umumnya berupa pelabuhan yang bersifat tradisional. (2) Pelabuhan tertutup, kapal masuk harus melalui pintu air seperti dapat kita temui di Liverpool, Inggris dan terusan Panama. b) Pelayanannya (1) Pelabuhan Umum, diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat yang secara teknis dikelola oleh Badan Usaha Pelabuhan (BUP). (2) Pelabuhan Khusus,dikelola untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu, baik instansi pemerintah, seperti TNI AL dan Pemda Dati I/Dati II, maupun badan usaha swasta seperti, pelabuhan khusus PT BOGASARI yang digunakan untuk bongkar muat tepung terigu. c) Lingkup Pelayaran (1) Pelabuhan Internasional, utama primer yang melayani nasional dan internasional dalan jumlah besar. dan merupakan simpul dalam jaringan laut internasional. (2) Pelabuhan International, utama sekunder yang melayani nasional maupun internasional dalam jumlah besar yang juga menjadi simpul jaringan transportasi laut internasional. (3) Pelabuhan Nasional, utama tersier yang melayani nasional dan internasional dalam jumlah menengah. (4) Pelabuhan Regional,pelabuhan pengumpan primer ke pelabuhan utama yang melayani secara nasional. (5) Pelabuhan Lokal, pelabuhan pengumpan sekunder yang melayani lokal dalam jumlah kecil. Halaman: 25 dari 60

44 Daftar nama dan lokasi Pelabuhan dapat diperoleh pada lembaga atau perusahaan yang mengoperasikan Pelabuhan laut. Berikut lokasi seluruh pelabuhan di Indonesia. Gambar 12 Peta Lokasi Pelabuhan di Indonesia Untuk memperoleh prasarana Transportasi di suatu kota, dapat diperoleh peta prasarana Kota sebagaimana pada gambar peta berikut. Halaman: 26 dari 60

45 Gambar.13 Peta Prasarana perkotaan di Propinsi DKI Jakarta 3. Cara Mengidentifikasi Pusat Perkotaan, Pusat Perbelanjaan, Hotel, Restoran, Tempat Hiburan Dan Lokasi Wisata Mengidentifikasikan pusat perkotaan, pusat perbelanjaan, Hotel, restoran, tempat hiburan dan lokasi wisata, dapat dilakukan dengan mempelajari buku penuntun wisata (Tour Guide Book) yang diterbitkan oleh lembaga pemerintah atau operator dibidang wisata atau mengakses melalui google wikipedia dengan menuliskan nama Kota, wilayah atau negara yang akan dipelajari. Sebagai contoh informasi yang diperoleh melalui website dengan menuliskan diperoleh beberapa informasi sebagai berikut : a. Pasar dan Pusat Perbelanjaan 1) Pasar di DKI Jakarta Yaitu Pasar Senen, Pasar Koja, Pasar Tanah Abang, Pasar Minggu, Pasar Baru, Pasar Glodok dan Pasar Kramat Jati. Halaman: 27 dari 60

46 2) Pusat Perbelanjaan di DKI Jakarta Pusat Perbelanjaan moder dikelompokkan berdasarkan lokasinya yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Sebagai contoh, pusat perbelanjaan moden yang berlokasi di Jakarta Pusat yaitu Grand Indonesia, Plaza Indonesia, Senayan City, Jakarta Convention Center. b. Lokasi Wisata Lokasi wisata yang ada di wilayah DKI Jakarta yang terkenal dan biasa dikunjungi oleh para wisatawan yaitu Taman Mini Indonesia Indah, Pulau Seribu, Kebun Binatang Ragunan, dan Taman Impian Jaya Ancol (termasuk taman bermain Dunia Fantasi dan Seaworld Indonesia). Disamping itu Jakarta juga memiliki banyak tempat wisata sejarah, yakni berupa museum dan tugu. Diantaranya adalah Museum Gajah, Museum Fatahillah, dan Monumen Nasional. c. Lokasi Hotel Adapun nama-nama hotel juga disebutkan pada situs wikipedia ataupun buku penuntun wisata, misal untuk di DKI terdapat hotel-hotel kelas dunia seperti Hotel JW Marriot, The Rilzt-Carlton Jakarta, Sangri-La Hotel, dan Grand Hyatt Sedangkan untuk memperoleh informasi yang disajikan dalam bentuk peta yang berisi seluruh fasilitas utama suatu kota, propinsi atau negara tertentu yang sangat bermanfaat bagi wisatawan atau pengunjung atau pendatang, dan peta tersebut dapat diperoleh dari lembaga pemerintah dan operator swasta dibidang wisata serta dapat juga diakses google map dengan menuliskan nama Kota, wilayah atau negara yang akan dipelajari, seperti pada gambar berikut. Halaman: 28 dari 60

47 Gambar.14. Peta Lokasi Wisata Kota Palembang-Sumatera Selatan 4. Cara Mengidentifikasi Kantor Pemerintahan, Fasilitas Pendidikan, Fasilitas Olah Raga Dan Fasilitas Kesehatan Untuk mengidentifikasikan Kantor pemerintahan, fasilitas pendidikan, fasilitas olah raga dan fasilitas kesehatan,juga dapat dilakukan hal serupa dengan point. 3 diatas, yaitu mempelajari buku penuntun wisata (Tour Guide Book) yang diterbitkan oleh lembaga pemerintah atau operator dibidang wisata atau mengakses melalui google wikipedia dengan menuliskan nama Kota, wilayah atau negara yang akan dipelajari. Sebagai contoh informasi yang diperoleh melalui website dengan menuliskan Ibukota_Jakarta. Cara lainnya adalah dengan mengakses situs pemerintah Daerah terkait, misal untuk informasi sekitar wilayah propinsi DKI Jakarta pada website : a. Fasilitas Pendidikan : Nama-nama Universitas terkemuka di DKI Jakarta antara lain : Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Bina Nusantara, Universitas Bakrie, Universitas Paramadina, Universitas Pancasila, Halaman: 29 dari 60

48 Universitas Kristen Krida Wacana, Universitas Kristen Indonesia, Universitas Pelita Harapan, Universitas Multimedia Nusantara, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Universitas Trisakti, Universitas Atma Jaya, Universitas Tarumanegara, Universitas Gunadarma, Universitas Budi Luhur, Universitas Mercu Buana, Universitas Indonusa Esa Unggul, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Sekolah Tinggi Teknik-PLN, Universitas Al Azhar Indonesia, Universitas Bunda Mulia, Universitas Borobudur, Universitas Jayabaya, Universitas Darma Persada, Universitas Islam Djakarta, Universitas Pembangunan Nasional, Universitas Khrisnadwipayana, Institut Sains dan Teknologi Nasional. Lokasi fasilitas pendidikan dapat diakses juga melalui lembaga yang bertanggung jawab dibidang pendidikan seperti Dinas Pendidikan, dan informasi dapat berupa peta lokasi fasilitas pendidikan seperti pada contoh gambar berikut. Gambar. 15 Peta Lokasi Fasilitas Pendidikan di Kota Surabaya b. Beberapa Fasilitas Olah Raga Sebagai contoh tempat-tempat olahraga di Jakarta antara lain: Gelora Bung Karno Senayan di Jakarta Pusat; Stadion Lebak Bulus, GOR Bulungan, Lapangan Golf Pondok Indah, Lapangan Golf Matoa, dan GOR Soemantri Brodjonegoro Kuningan di Jakarta Selatan; Stadion Tugu, Stadion Kamal, Gedung Basket Kelapa Gading, Lapangan Golf Ancol, dan Sports Mall Kelapa Halaman: 30 dari 60

49 Gading di Jakarta Utara; Stadion Bea Cukai Rawa Mangun, Lapangan Golf Rawa Mangun, Pacuan Kuda Pulo Mas, dan Gedung Senam DKI Radin Inten di Jakarta Timur. Semua sarana dan prasarana suatu kota, propinsi dan negara dapat diperoleh melalui peta yang lengkap menjelaskan seluruh fasilitas utama dan diperoleh pada suatu lembaga atau operator yang mengurusi bidang wisata. Misalnya seperti pada gambar peta berikut. Gambar 16. Peta Fasilitas Utama Perkotaan di Kota Bandung B. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Mendemonstrasikan Pengetahuan Geografis Local Terhadap Jalan Utama, Fasilitas Publik Utama Sesuai Wilayah Dan Budaya Lokal 1. Mengidentifikasi jalan-jalan utama dan bebas hambatan 2. Mengidentifikasi pusat perkotaan, pusat perbelanjaan, hotel, restoran, tempat hiburan dan lokasi wisara 3. Mengidentifikasi lokasi kantor pemerintahan, fasilitas pendidikan, fasiiltas olah raga dan fasilitas kesehatan Halaman: 31 dari 60

50 C. Sikap Kerja Yang Diperlukan Dalam Mendemonstrasikan Pengetahuan Geografis Local Terhadap Jalan Utama, Fasilitas Publik Utama Sesuai Wilayah Dan Budaya Lokal Harus dilakukan dengan : 1. Teliti 2. Teliti 3. Cermat 4..Disiplin Halaman: 32 dari 60

51 BAB III MENERAPKAN PROSEDUR PENGECEKAN KENDARAAN SEBELUM DAN SAAT MENGEMUDI/MEMBAWA PENUMPANG A. Pengetahuan Yang Diperlukan Dalam Menerapkan Prosedur Pengecekan Kendaraan Sebelum Dan Saat Mengemudi/Membawa Penumpang 1. Cara Memelihara Kendaraan Yang Digunakan Dipelihara Sesuai Standar Pemeliharaan Kendaraan Pabrikan dan Mempunyai Izin a. Servis perawatan periodik (berkala) pada bengkel tertunjuk. Perawatan periodik yang dilakukan pada bengkel tertunjuk dan dilakukan berdasarkan jarak tempuh kendaraan, sebagai contoh perawatan berkala untuk kendaraan jenis Toyota sebagai berikut : 1) Servis pada Km tempuh Km Meliputi : Emisi gas buang, chassis dan body, oli mesin, sistem dan saluran pendinginan mesin, minyak (rem, kopling, & power steering). 2) Servis pada Km tempuh , , dan Km Meliputi : Semua pekerjaan di Servis Berkala km, ditambah dengan Ganti oli mesin dan pengaturan performa mesin, sistem rem, serta ban (Tekanan, rotasi + balancing roda depan) 3) Servis pada Km tempuh , dan Km Meliputi : Semua pekerjaan di Servis Berkala km, ditambah dengan pengaturan: Fuel supply system, sistem kemudi dan suspensi kendaraan. 4) Servis pada Km tempuh , dan Km Meliputi : Semua pekerjaan di Servis Berkala km, ditambah dengan Ganti busi, Ganti oli (transmisi dan diferensial), Ganti minyak rem dan saringan udara., Ganti saringan bahan bakar (tiap kelipatan km) dan pengaturan Charcoal canister untuk menjamin gas buang aman bagi penumpang dan lingkungan. b. Mesin dipanaskan dengan benar Cara memanaskan mesin mobil yang benar adalah : Halaman: 33 dari 60

52 1) Jangan lebih dari 5 menit, (lebih sedikit gpp), maksud nya disini adalah. Rata-rata suhu di dalam ruang pembakaran mesin akan mencapai suhu normalnya yaitu pada saat mesin mobil dinyalakan, kurang lebih 5 menit. Nah untuk mengetahuinya adalah dengan melihat amphere suhu yang ada di dahboard mobil, apabila jarum sudah berada pada 1/2 atau 1/3 nya. Berarti suhu mesin mobil sudah pada posisi suhu normalnya. 2) Jangan menginjak gas, kita kan hanya mau memanaskan mesin mobil saja, bukan untuk di pakai untuk perjalanan jauh atau untuk beraktifitas. jadi untuk cara memanaskan mobil yang benar, tidak usah menginjak gas. 3) Tidak usah injak Gas, maksudnya adalah cara memanaskan mobil yang benar disini, seperti kita ketahui untuk mobil yang masih menggunakan karburator kadang perlu injak-injak pedal gas sebelum di starter, kalau untuk mobil yang sudah injection tidak diperlukan injak-injak gas lagi, jadi bisa langsung distarter, setelah itu biarkan saja mesin mobil berjalan dengan langsam, jangan sekali-kali menginjak pedal gas pada saat mesin mobil belum mencapai suhu normalnya. Karena akan merusak kinerja dari mesin mobil itu sendiri. 4) Matikan AC, sebelum cara memanaskan mobil yang benar di lakukan pastikan AC dalam keadaan mati, karena dengan keadaan AC nyala, akan menambah beban pada mesin mobil, padalah kinerja dari mesin belum mencapai maksimal. c. Air Radiator dan Oli Mesin dijaga jumlah dan kualitas sesuai SOP Radiator dirawat agar sistem pedinginan berjalan dengan baik.mesin yang panas kerena pendinginan kurang baik, boros bahan bakar. Lakukan penggantian oli mesin secara berkala setiap km tergantung intensitas pemakaian dan kondisi jalanan yang dilalui, semakin berat medan (macet) disarankan melakukan penggantian lebih cepat. Jangan lupa setiap dua kali mengganti oli mesin, maka filter olinya wajib diganti. Jangan mengganti-ganti merek dan jenis oli karena akan berakibat buruk pada mesin dalam jangka panjang. Halaman: 34 dari 60

53 Periksa secara rutin ketinggian air aki, idealnya berada di antara batas minimal bawah dan atas seminggu sekali. Apabila air aki kurang dari batas bawah, maka wajib ditambahkan pada saat pagi hari atau sebelum mobil dihidupkan. Periksa juga kedua terminal aki (+) dan (-), bersihkan dari garam berwarna putih yang bisa menghambat tegangan listrik dengan cara siram memakai air panas dan sikat dengan sikat kawat. Apabila hal ini rutin dilakukan, niscaya usia aki mobil menjadi lebih panjang.jika ingin lebih praktis, pemakaian aki yang low maintenance (aki kering) dapat menjadi pilihan. d. Kondisi Roda dan Ban di jaga sesuai standar keselamatan 1) Tekanan ban agar sesuai dengan kebutuhan. Tekanan ban yang rendah menyebabkan tahanannya (rolling resistance) bertambah yang berakibat pemborosan energi. 2) Ukuran ban yang digunakan agar sesuai dengan ukuran yang dianjurkan pabrik. Ukuran ban yang lebih besar pemborosan bahan bakar. 3) Roda harus balance dan di spooring untuk mencegah terjadinya sereten (drag) pada ban yang akan mengakibatkan pemborosan ban dan bahan bakar. e. Bodi dan interior kendaraan dijaga kebersihannya untuk menghindari bakteri/penyakit dan korosi Idealnya mencuci mobil setiap hari setelah digunakan. Jangan terlalu sering menggunakan shampo mobil dan obat poles murahan karena zat kimia yang terkandung didalamnya akan membuat cat mobil menjadi kusam dalam jangka panjang. Mobil cukup dicuci dengan air bersih yang mengalir atau dengan metode 2 ember. Cucilah mobil dalam keadaan dingin dan saat belum ada terik matahari (pagi/sore). Mobil yang tersiram hujan wajib hukumnya untuk langsung dicuci minimal dibilas dengan air bersih, hal ini karena dalam air hujan mengandung asam yang bisa membuat korosi pada body mobil. Simpan atau parkir mobil Anda di Halaman: 35 dari 60

54 tempat teduh minimal di bawah pohon, jangan langsung terkena terik matahari yang akan cepat membuat pudar warna cat mobil. Untuk membersihkan interior kendaraan, dilakukan proses vacuum di rumah minimal 1 minggu sekali, agar interior terjaga kebersihannya dan lebih sehat. Kabin yang kotor juga bisa menggangggu sistem pendinginan di kabin (AC). Kotoran dan debu dapat menyumbat filter AC yang terdapat di dalam kabin, hal ini menyebabkan hembusan AC tidak maksimal sehingga suhu yang keluar tidak dingin. Poleslah dashboard setiap minggu dengan cairan khusus yang banyak dijual. Hal ini berguna untuk melindungi dashboard dari sengatan terik matahari yang bisa menyebabkan warna pudar. Cara memiliki surat-surat (izin) kendaraan a. Buku pemilikan Kendaraan bermotor (BPKB) Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, atau disingkat BPKB, adalah buku yang dikeluarkan/diterbitkan oleh Satuan Lalu Lintas Polri sebagai bukti kepemilikan kendaraan bermotor. BPKB berfungsi sebagai surat bukti kepemilikan kendaraan bermotor. Bersamaan dengan pendaftaran BPKB, diberikan STNK dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor. BPKB dapat disamakan dengan certificate of ownership yang disempurnakan dan merupakan dokumen penting. BPKB juga dapat dijadikan sebagai jaminan atau tanggungan dalam pinjam-meminjam berdasarkan kepercayaan masyarak Spesifikasi teknis dan pengadaan BPKN ditetapkan oleh Polri. BPKB berbentuk buku berukuran ukuran 17x12 cm, dengan lembar kulit berwarna biru tua dan tulisan putih perak, serta dibubuhi nomor BPKB. BPKB terdiri atas 22 halaman dengan warna dasar keabu-abuan. Untuk mencegah pemalsuan, BPKB juga dilengkapi dengan tanda air (watermark), serat warna-warni tidak kasat mata (invisible fibre), dan benang pengaman hologram. Halaman: 36 dari 60

55 Isi BPKB meliputi: identifikasi kendaraan bermotor, keterangan kepabeanan, pendaftaran polisi, catatan mengenai perubahan pemilik kendaraan bermotor, catatan tentang pelunasan pajak/bbn, catatan pejabat Polisi Lalu Lintas, serta keterangan. Sedangkan Komponen BPKB meliputi: Blanko BPKB, Formulir Permohonan, Kartu Induk BPKB, Kartu Induk BPKB, Buku Register, Formulir Tanda Periksa, Formulir Permohonan Mutasi, serta Brosur. BPKB berisi semua data identifikasi kendaraan bermotor seperti nomor polisi, merk dan tipe, tahun pembuatan, nomor mesin, nomor rangka, dan juga asal usul kendaraan seperti negara pembuat, cara impor, nama perusaahaan penjual atau dealer, dan nama pembeli atau pemilik. BPKB juga memuat data mutasi yakni apabila kendaraan berganti pemilik, nomor polisi, atau apabila kendaraan tersebut mengalami modifikasi ataupun diubah cirinya. Perbedaan yang antara BPKB lama dan baru 1) Pada BPKB terbaru ada pencantuman Nomor Identitas KTP Pemilik yang masih berlaku, sedangkan yang lama tidak ada. Ini dimaksudkan untuk mencegah pemalsuan BPKB, makanya biasanya pihak dealer akan meminta KTP asli atau fotocopy KTP yang terjelas. Apabila tidak jelas akan ditolak oleh Pihak SAMSAT setempat. 2) Pada BPKB terbaru untuk kolom pengisian pergantian Nomor Polisi, maupun Mutasi/Balik Nama Pemilik cuma dibatasi sampai 3 lembar (lebih tipis), sedangkan pada BPKB yang lama bisa sampai 6 lembar. Inilah adalah terobosan terbaru dari SAMSAT, karena BPKB terbaru ini nantinya kemungkinan besar tak bisa dijadikan penjamin pinjaman di Bank. Karena apabila lembar tersebut telah habis terisi, maka harus diganti dengan yang baru (BPKB kedua). Dengan sangat jelas sekali tidak dapat dijadikan alat penjamin, karena harus berganti BPKB apabila habis terisi. Halaman: 37 dari 60

56 Tabel..1 Perbedaan antara BPKB jenis lama dan jenis baru NO ITEMS BPKB Lama BPKB Baru 1. Tampilan 2. Warna Biru Tua Coklat Kehijauan 3. Jumlah Halaman Posisi penomoran Di pojok kanan atas Di sisi vertikal bagian kanan halaman 5. Kode huruf Memakai kode huruf Tidak memakai kode dibelakang nomor (secara stempel huruf dibelakang BPKB manual) dibelakang nomor BPKB nomor BPKB 6. Data Pemilik Menggunakan nama pekerjaan Menggunakan nomor KTP Gambar.17 Mekanisme pengurusan BPKB Halaman: 38 dari 60

57 b. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor Surat Tanda Nomor Kendaraan, atau disingkat STNK, adalah tanda bukti pendaftaran dan pengesahan suatu kendaraan bermotor berdasarkan identitas dan kepemilikannya yang telah didaftar. Di Indonesia, STNK diterbitkan oleh SAMSAT, yakni tempat pelayanan penerbitan/pengesahan STNK oleh 3 instansi: Polri, Dinas Pendapatan Provinsi, dan PT Jasa Raharja. STNK merupakan titik tolak kepemilikan yang sah atas sebuah kendaraan bermotor. STNK berisi identitas kepemilikan (nomor polisi, nama pemilik, alamat pemilik) dan identitas kendaraan bermotor (merk/tipe, jenis/model, tahun pembuatan, tahun perakitan, isi silinder, warna, nomor rangka/nik, nomor mesin, nomor BPKB, warna TNKB, bahan bakar, kode lokasi, dsb). Nomor polisi dan masa berlaku yang tertera dalam STNK kemudian dicetak pada plat nomor untuk dipasang pada kendaraan bermotor bersangkutan. Masa berlaku STNK adalah 5 tahun, dan setiap perpanjangan STNK, kendaraan diharuskan untuk cek fisik, yakni pengecekan nomor rangka dan nomor mesin kendaraan yang dikeluarkan Satuan Lalu Lintas Polri. Apabila sebuah kendaraan bermotor berganti nama pemilik pada STNK, maka dikenakan BBN-KB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor). Halaman: 39 dari 60

58 Gambar.18 Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) Gambar.19 Mekanisme pengurusan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK)] Halaman: 40 dari 60

59 2. Cara Mempertahankan Kendaraan Agar Dalam Kondisi Baik. a. Sebelum mengoperasikan kendaraan Sebelum menghidupkan mesin dipagi hari sempatkan membuka tutup mesin dan memeriksa bagian-bagian dibawah ini : 1) Oli mesin. Periksa jumlah oli mesin melalui stick oli, dan pastikan bahwa jumlahnya pas, tidak kurang dan tidak lebih digaris maksimal. 2) Air radiator. Periksa air radiator secara visual melalui tabung reservoir (tabung air radiator), tidak perlu membuka tutup radiator. Pastikan bahwa jumlah air di dalam tabung cukup. Beberapa kendaraan dilengkapi dengan stick pengukur air radiator. 3) Minyak Rem dan kopling. Pastikan jumlah minyak rem didalam reservoir berada di garis maksimal. Beberapa kendaraan dilengkapi dengan 2 tabung reservoir, satu untuk rem dan satu lagi untuk kopling, pastikan keduanya terisi minyak rem sampai garis maksimal. Rem mobil agar diperiksa untuk mencegah penggesekan sepatu rem roda. 4) Fan belt. Pemeriksaan Fan belt atau biasa disebut V-belt, dapat dilakukan secara visual dengan melihat kondisi V-belt apakah ada "retakan" atau kelainan lain. Dengan menggunakan jari jempol, tekan V-belt dan pastikan bahwa kekencangannya cukup dan tidak kendor. Periksa semua V-belt untuk mobil yang dilengkapi dengan lebih dari satu V-belt. 5) Air Accu. Jumlah air accu dapat dilihat secar visual dengan sedikit menggoyangkan accu, dan pastikan jumlah air accu cukup pada semua element. 6) Periksa kondisi mesin secara keseluruhan dengan visual seperti kebocoran oli, air dan bahan bakar, kekencangan kabel busi dan lain lain, pastikan bahwa tidak ada kelainan. 7) Periksa Ban secara visual meliputi tekanan angin ban, dan baut roda. Sering kami mendapati pasien yang mengeluh adanya kelainan suara di bagian belakang saat kendaraan melaju pelan, hal tersebut dikarenakan baut roda belakang kendor. Halaman: 41 dari 60

60 b. Ketika mengoperasikan kendaraan 1) Menjaga kecepatan kendaraan stabil dan tidak berlebihan 2) Mengurangi pengeremen yang mendadak 3) Menghindari jalan berlubang, licin dan genangan air/lumpur 3. Cara Mencatat Kondisi Kendaraan Dalam Buku Catatan Harian Selalu membawa dalam kendaraan buku catatan harian dan alat tulis Mencatat kondisi kendaraan (Mesin, Air radiator, Oli mesin, fungsi rem, kondisi kendaraan, fungsi wiper dan spion) Sebelum memulai pelayanan, selama pelayanan dan setelah pelayanan. B. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Menerapkan Prosedur Pengecekan Kendaraan Sebelum Dan Saat Mengemudi/Membawa Penumpang 1. Memelihara kendaraan yang digunakan sesuai Standar Pemeliharaan Kendaraan pabrikan dan mempunyai izin 2. Merawat/menjaga kendaraan agar dalam kondisi baik 3. Mencatat Kondisi kendaraan tertulis dalam buku catatan harian C. Sikap Kerja Yang Diperlukan Dalam Menerapkan Prosedur Pengecekan Kendaraan Sebelum Dan Saat Mengemudi/Mmembawa Penumpang 1. Teliti 2. Cermat 3. Memiliki Integritas 4. Disiplin 5. Bertanggung jawab Halaman: 42 dari 60

61 BAB IV MENERAPKAN PROSEDUR PENGECEKAN KONDISI PENGEMUDI A. Pengetahuan Yang Diperlukan Dalam Menerapkan Prosedur Pengecekan Kondisi Pengemudi Menerapkan Prosedur Pengecekan Kondisi Pengemudi Pengemudi atau bahasa Inggrisnya driver adalah orang yang mengemudikan kendaraan baik kendaraan bermotor atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar mengemudikan kendaraan bermotor ataupun kendaraan tidak bermotor seperti pada bendi/dokar disebut juga sebagai kusir, pengemudi becak sebagai tukang becak. Pengemudi mobil disebut juga sebagai sopir. Sopir atau supir (dari bahasa Perancis:chauffeur) adalah pengemudi profesional yang dibayar oleh majikan untuk mengemudi kendaraan bermotor. Sopir dibagi dalam dua kelompok yaitu sopir pribadi yang menjalankan kendaraan pribadi dan yang kedua adalah sopir perusahaan yang bekerja untuk perusahaan angkutan penumpang umum seperti taksi, bus, ataupun angkutan barang. Di dalam mengemudikan kendaraan seorang pengemudi diwajibkan untuk mengikuti tata cara berlalu lintas dan sebagai pengemudi juga wajib menjaga kesehatan fisik agar dapat mengemudikan kendaraan dengan baik pada jalur yang tepat sesuai peraturan lalu lintas yang berlaku 1. Cara Memelihara Kondisi Pengemudi Sesuai Permintaan Family Dan Mempunyai Izin Cara memelihara Kondisi pengemudi dipelihara sesuai SOP permintaan family meliputi beberapa langkah sebagai berikut : a. Melakukan cek kesehatan pengemudi ke rumah sakit secara periodik yang dibuktikan dengan hasil tes kesehatan. b. Memiliki asurasi kesehatan yang diterbitkan dari perusahaan asuransi Memiliki Surat-surat (izin) bagi pengemudi Pengemudi disyaratkan telah mengikuti ujian dan lulus ujian teori dan praktik dengan dibuktikan memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) yang valid. Halaman: 43 dari 60

62 Pelaksana penerbitan surat izin mengemudi kendaraan bermotor di Indonesia adalah satuan lalu lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia. Di Amerika Serikat dan berbagai negara di dunia ini diterbitkan oleh Department of Transportation atau Department for Transport (Inggris). Khusus untuk SIM International diterbitkan oleh Ikatan Motor Indonesia (IMI). 2. Cara Mempertahankan Kondisi Kesehatan/Fisik Pengemudi Harus Dalam Kondisi Baik Beberapa cara untuk menjaga kondisi kesehatan/fisik pengemudi harus dalam kondisi baik, adalah sebagai berikut : a. Olahraga yang teratur setiap hari b. Menjaga kebersihan pada tubuh c. Istirahat/tidur yang cukup setiap hari d. Mengatur Pola Makan yang sehat dan bergizi e. Tidak merokok f. Tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang 3. Cara Memiliki Asuransi, Izin Pengemudi Yang Sah Dan Valid; Dan Hasil Cek Kesehatan Secara Periodik. 3.1 Cara memiliki atau memperoleh asuransi adalah : a. Memilih Perusahaan asuransi kesehatan yang menjadi tujuan anda karena Mengingat Perusahaan penyedia asuransi di setiap Negara cukup banyak. Sebagai contoh di Indonesia memiliki banyak perusahaan asuransi Meliputi asuransi Prudensial, Asuransi Axa Asuransi Bumi Putera, Asuransi sinarmas,jamsostek, dan asuransi yang berbasis syariah b. Pengemudi bisa datang secara langsung ke Perusahaan Asuransi Kesehatan yang terdekat c. Pengemudi Mengajukan permohonan pendaftaran sebagai nasabah baru ke perusaahaan asuransi dengan mengisi formulir pendaftaran d. Pengemudi membawa persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangka pembuatan asuransi yaitu : Halaman: 44 dari 60

63 1) Melampirkan pasfoto 3X4cm masing-masing 1 lembar 2) Melampirkan fotocopy KTP 3) Melampirkan fotocopy kartu keluarga 4) Melampirkan Fotocopy surat nikah 5) Fotocopy akte lahir anak/ surat keterangan lahir yang menjadi tanggungan 6) Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tingal Sementara/Tetap (KITAS/KITAP) e. Setelah mengisi formulir, maka pengemudi akan mendapatkan Virtual Account yang digunakan sebagai nomor transaksi untuk pembayaran premi. f. Setelah semua persyaratan terpenuhi maka Anda akan mendapatkan kartu anggota asurasi kesehatan 3.2 Cara memiliki izin pengemudi yang sah dan valid Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah bukti registrasi dan identifikasi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan terampil mengemudikan kendaraan bermotor. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan (Pasal 77 ayat (1) UU No.22 Tahun 2009). Di Indonesia Surat Izin Mengemudi terdiri dari dua jenis yaitu : a. Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor perseorangan b. Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Umum Untuk SIM Kendaraan Bermotor untuk perseorangan terdapat golongan dalam pembuatan SIM yaitu : a. SIM A, untuk mengemudikan mobil penumpang dan barang perseorangan dengan jumlah berat yang diperbolehkan tidak melebihi kg. b. SIM B1, untuk mengemudikan mobil penumpang dan barang perseorangan dengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari kg. Halaman: 45 dari 60

64 c. SIM B2, untuk mengemudikan Kendaraan alat berat, Kendaraan penarik, atau Kendaraan Bermotor dengan menarik kereta tempelan atau gandengan perseorangan dengan berat yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau gandengan lebih dari kg. d. SIM C, untuk mengemudikan Sepeda Motor. e. SIM D, untuk mengemudikan kendaraan khusus bagi penyandang cacat. Persyaratan pemohon SIM perseorangan berdasarkan pasal 81 UU no. 22 Tahun 2009 adalah : a. Usia 1) Usia 17 tahun untuk SIM C dan D 2) Usia 18 tahun untuk SIM A 3) Usia 21 tahun untuk SIM B1 4) Usia 21 tahun untuk SIM B2 b. Administratif 1) Memiliki Kartu Tanda Penduduk 2) Mengisi formulir permohonan 3) Rumusan sidik jari c. Kesehatan 1) - Sehat jasmani dengan surat keterangan dari dokter 2) - Sehat rohani dengan surat lulus tes psikologis d. Lulus ujian 1) - Ujian teori 2) - Ujian praktek dan/atau 3) - Ujian ketrampilan melalui simulator 3.3 Cek kesehatan secara periodik Cek Kesehatan (Medical Check Up ) adalah Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari kekecewaan dan kerugian yang disebabkan oleh gangguan kesehatan yang mendadak. Dengan Halaman: 46 dari 60

65 melaksanakan Medical Check Up secara berkala, minimal satu tahun sekali, kesehatan pengemudi akan dapat termonitor dengan baik. Dengan kesehatan yang baik, semua kegiatan akan dapat berlangsung dengan baik. Berbagai jenis pelayanan untuk pemeriksaan kesehatan yang sangat lengkap sesuai kebutuhan pengemudi ada di rumah sakit dan akan diperiksa oleh Tim medis yang terdiri dari Dokter-Dokter Ahli yang ditunjang dengan peralatan-peralatan laboratorium dan radiologi yang mutakhir. Hasil pemeriksaan yang akurat akan disusun dalam bentuk Buku yang akan diserahkan kepada Anda satu minggu setelah check up dilakukan. Adapun alur pemeriksaan kesehatan di rumah sakit adalah sebagai berikut : Gambar 20. Mekanisme permohonan dan penerbitansurat Keterangan Hasil Cek Kesehatan 4. Cara Menentukan Waktu Mengemudi Yang Sesuai Aturan Perundang-Undangan Dan SOP Perusahaan Jam Kerja dalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Halaman: 47 dari 60

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MENERAPKAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA H

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MENERAPKAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA H MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MENERAPKAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS DIREKTORAT STANDARDISASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN www.bpkp.go.id DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

Pendahuluan 10/12/2009

Pendahuluan 10/12/2009 Karen SlametHardjo Pendahuluan Usaha-usaha untuk melakukan pemeliharaan jalan perlu dilakukan agar jalan dapat menyelenggarakan fungsinya dengan baik. Sebelum suatu ruas jalan habis masa pelayanannya,

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi mempunyai

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 14 (Empat belas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 14 (Empat belas) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 14 (Empat belas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI Pada bab ini diuraikan beberapa kajian teoretis dari literature dan kajian normatif dari dokumen perundangan dan statutory product lainnya yang diharapkan dapat menjadi dasar pijakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa jalan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MEMPROSES BUKU BESAR M

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MEMPROSES BUKU BESAR M MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MEMPROSES BUKU BESAR KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS DIREKTORAT BINA STANDARDISASI KOMPETENSI DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA

I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA Awal mulanya jalan hanya berupa jejak manusia dalam menjalani kehidupannya dan berinteraksi dengan manusia lain (jalan setapak). Baru setelah manusia menggunakan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI 2.1.1 Pengertian Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel dengan variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur, dengan kata lain sistem

Lebih terperinci

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444). LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENAMAAN JALAN DAN PENOMORAN BANGUNAN BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG TATA CARA DAN KRITERIA PENETAPAN SIMPUL DAN LOKASI TERMINAL PENUMPANG SERTA LOKASI FASILITAS PERPINDAHAN MODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENEMPATAN RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Outline Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I Pendahuluan I-1 I-1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat ini objek tersebut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas

Lebih terperinci

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1244, 2014 KEMENHUB. Jalan. Marka. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR SALINAN BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN. diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah

BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN. diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah 36 BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN A. Pengertian dan Jenis-Jenis Jalan 1. Pengertian Jalan Menurut Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang Jalan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Menurut Miro (2002), Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari satu tempat ketempat lain, dimana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 JALAN Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Raya Jalan merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG bidang TEKNIK ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG MOHAMAD DONIE AULIA, ST., MT Program Studi Teknik Sipil FTIK Universitas Komputer Indonesia Pembangunan pada suatu

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi penilaian. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah 2.2 Angkutan Undang undang Nomer 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM... 4 BAB II ASAS DAN TUJUAN... 6 BAB III RUANG LINGKUP KEBERLAKUAN UNDANG-UNDANG...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Menurut Oglesby and Hicks (1988), kecelakaan kendaraan adalah kejadian yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan cepat. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam mendistribusikan penumpang dan barang antar suatu tempat. Kelebihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian jalan Jalan adalah salah satu prasarana (infrastruktur) transportasi darat yang berawal dari titik asal (origin) menuju titik tujuan (destination) yang meliputi

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum, angkutan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 PEKERJAAN UMUM Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Panjang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sungai, saluran, waduk,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun

Lebih terperinci

Dr.Eng. MUHAMMAD ZUDHY IRAWAN

Dr.Eng. MUHAMMAD ZUDHY IRAWAN Prodi S1 Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Dr.Eng. MUHAMMAD ZUDHY IRAWAN Pertemuan Pertama Prodi S1 Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN TAKSI DAN ANGKUTAN SEWA KHUSUS MENGGUNAKAN APLIKASI BERBASIS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 137

Lebih terperinci

PANDUAN PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN DI WILAYAH PERKOTAAN

PANDUAN PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN DI WILAYAH PERKOTAAN PANDUAN PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN DI WILAYAH PERKOTAAN NO. 010/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa jalan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (Lanjutan)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (Lanjutan) Kuliah ke 13 PERENCANAAN TRANSPORT TPL 307-3 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (Lanjutan) Jaringan Transportasi dalam Tatranas terdiri dari : 1. Transportasi antar moda

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Hans Dian Sintong

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Hans Dian Sintong BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bandar udara merupakan tempat moda pemrosesan penumpang dan bagasi, untuk pertemuan dengan pesawat dan moda transportasi darat. Sebagai instansi yang memberikan fasilitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertib pembangunan fisik

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang : a. Bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Lebih terperinci

Persyaratan Teknis jalan

Persyaratan Teknis jalan Persyaratan Teknis jalan Persyaratan Teknis jalan adalah: ketentuan teknis yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan agar jalan dapat berfungsi secara optimal memenuhi standar pelayanan minimal jalan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut Pasal

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 55 TAHUN 2016

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 55 TAHUN 2016 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U No.328, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Penetapan Kelas Jalan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMO 05/PRT/M/2018 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN BERDASARKAN FUNGSI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA (JORR) I E1 SEKSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO, Menimbang : a. bahwa pembangunan pusat kegiatan, pemukiman

Lebih terperinci