BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Budi Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Airtanah merupakan salah satu sumberdaya alam yang melimpah keberadaannya di muka bumi ini. Jumlah airtanah yang melimpah itu bahkan mencapai 95 % dari air yang ada di bumi (Morris dkk, 2003). Kuantitas dan kualitas airnya yang baik menjadikan airtanah sebagai pilihan pertama untuk bahan baku kebutuhan sehari-hari. Airtanah sendiri berada pada suatu wadah yang sering disebut dengan akuifer. Namun sebaran airtanah dan akuifer di bumi khususnya antar satuan bentuklahan belum tentu memiliki kondisi yang sama. Oleh karena itu, harus di pahami bagaimana hubungan antara keberadaan berbagai bentuklahan yang ada di permukaan bumi terhadap akuifer dan airtanah. Penelitian dilakukan di wilayah kepesisiran Keburuhan Kabupaten Purworejo. Kepesisiran Keburuhan merupakan kesatuan sistem marine deposition coast hasil endapan material laut, yang mana daerah ini membentuk variasi gisik dan Beting Gisik. Variasi tersebut muncul akibat penurunan muka air laut pada masa lampau yang meninggalkan endapan material laut berupa Beting Gisik pada Dataran Alluvial (Verstappen, 2013). Dinamika pesisir yang intensif hingga saat ini, membentuk banyak bentuklahan baru. Adapun hasil bentuklahan yang saat ini dapat kita jumpai di daerah penelitian adalah seperti gisik, Beting Gisik, Swale, dan Dataran Alluvium Kepesisiran (coastal alluvium plain). Menurut Santosa (2010) terdapat 4 (empat) aspek utama penyusun bentuklahan, yaitu : morfologi, struktur, proses, dan litologi (batuan). Sementara itu, Todd (1980) menyebutkan bahwa struktur batuan akan berpengaruh terhadap ketebalan akuifer dan tipe akuifer. Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa antara bentuklahan dan litologi penyusunnya memiliki hubungan dengan akuifer yang merupakan wadah tertampungnya airtanah. 1
2 Airtanah yang terdapat di bawah permukaan tanah letaknya berada pada suatu sistem akuifer. Akuifer adalah Formasi batuan yang dapat menyimpan air kemudian dapat dialirkan pula (Purnama, 2010). Masingmasing akuifer sendiri memiliki kemampuan menampung airtanah yang berbeda jika Formasi batuan penyusun akuifer juga berbeda. Menurut Todd (1980) Formasi batuan seperti granit tidak dapat menyimpan dan melalukan air, batuan lempung dapat menyimpan tetapi tidak dapat meloloskan air dalam jumlah yang berarti, sedangkan batuan seperti pasir dan kerikil dapat menyimpan dan melalukan air. Santosa (2000) menyebutkan bahwa genesis dan karakteristik batuan penyusun suatu daerah berpengaruh terhadap proses pembentukan akuifer dan jenis akuifer yang terbentuk. Penurunan muka air laut akibat dinamika pesisir yang terjadi di masa lampau tidak hanya meninggalkan material endapan berupa pasir dan lumpur saja. Kemungkinan lain berupa tertinggalnya air laut dan terjebak di daratan kepesisiran juga sangat mungkin terjadi. Air laut yang tertinggal di daratan lalu terjebak pada suatu cekungan dan membentuk jebakan air asin disebut dengan connate water (Purnama, 2010). Teori mengenai connate water juga diperkuat oleh Todd (1980) yang menyebutkan bahwa connate water merupakan air yang berasal dari laut atau air dengan kandungan mineral yang tinggi dan sudah lepas kontak dengan atmosfer pada beberapa periode geologi. Sementara itu, Hugget (2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud connate water adalah meteoric water (air hasil presipitasi, siklus atmosfer, dan hidrosfer) yang terjebak diantara ruang pori batuan sedimen pada masa pengendapan dan lepas kontak dengan atmosfer selama jutaan tahun. Akan tetapi, Formasi batuan penyusun akuiferlah yang menentukan bisa tidaknya air tersimpan di dalam tanah (Todd, 1980). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa material seperti pasir dan kerikil dapat menyimpan dan melalukan airtanah, lempung dapat menyimpan namun tidak dapat meloloskan air dalam jumlah yang berarti, sementara granit tidak dapat menyimpan dan melalukan air. 2
3 Berdasarkan konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa jika terdapat material akuifer berupa lempung dan granit sejak zaman dulu hingga sekarang, maka kemungkinan besar material ini dapat menahan air namun tidak dapat meloloskan air yang kemudian akan membentuk jebakan air, baik itu jebakan airtanah tawar (groundwater) ataupun air asin (connate water). Penurunan muka air laut pada masa lampau semakin memperbesar kemungkinan adanya air laut yang masih tertinggal di daratan. Jebakan air asin yang kemungkinan terdapat di area pemukiman warga bisa menjadi masalah untuk masyarakat sekitar. Hal ini dikarenakan masyarakat sekitar yang mengandalkan airtanah untuk kebutuhan sehari-hari sering mengeluh karena pada musim musim tertentu airnya menjadi lebih asin. Adanya fenomena-fenomena inilah yang menarik perhatian untuk meneliti lebih lanjut, terkait distribusi material penyusun akuifer pada bentuklahan tersebut. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan bentuklahan untuk membantu mendeskripsikan dan menganalisa fenomena yang terjadi di daerah kepesisiran. Pendekatan ini digunakan karena objek kajian utama penelitian adalah sekumpulan bentuklahan. Bentuklahanbentuklahan ini yang akan menjadi penentuan pengambilan sampel melalui pengukuran lapangan untuk mengetahui kondisi material penyusun akuifernya. Harapannya dengan pendekatan ini dapat digambarkan sebaran material batuan penyusun akuifer. Selanjutnya bisa diketahui pula adanya hubungan perubahan tiap bentuklahan dengan batuan penyusun akuifernya. Untuk melihat material penyusun akuifer dapat digunakan model hidrostratigrafi. Menurut Santosa (2000) hidrostratigrafi adalah model yang dapat menunjukkan stratum geologis penyusun akuifer dan karakteristik airtanah. Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, kini banyak ditemukan metode-metode untuk memantau identifikasi akuifer di lapangan. Salah satu metode yang banyak dikembangkan untuk keperluan identifikasi akuifer di lapangan adalah metode geolistrik. Penggunaan geolistrik diyakini 3
4 mampu menggambarkan kondisi akuifer di lapangan karena mampu mengidentifikasi sebaran material yang ada di bawah permukaan bumi sevara vertikal. Menurut Purnama (2010) geolistrik dapat digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan tahanan jenis batuan khususnya akuifer di lapangan. Sementara itu, Santosa (2000) mengatakan bahwa uji geolistrik merupakan suatu cara penelitian dari permukaan tanah untuk mengetahui lapisan-lapisan batuan atau material penyusun akuifer. Menurut Todd (1980) nilai hambatan jenis tiap batuan bervariasi dan bergantung pada beberapa aspek seperti jenis dan komposisi material, kemampatan batuan, ukuran dan bentuk pori, kandungan air, serta suhu material. Dengan demikian, salah satu keuntungan mengetahui nilai hambatan jenis material adalah untuk membedakan material-material batuan penyusun akuifer. 1.2 Rumusan Masalah Daerah kepesisiran Keburuhan memiliki berbagai macam variasi bentuklahan. Dinamika pesisir dengan penurunan muka air laut yang terjadi dahulu kala memang meninggalkan bekas pada saat ini berupa Beting Gisik (Verstappen, 2013). Hingga saat ini bentuklahan yang dapat dijumpai di daerah kepesisiran Keburuhan mencakup gisik, Beting Gisik, Swale, dan Dataran Alluvium Kepesisiran. Dataran Alluvium Kepesisiran yang terdapat di lokasi kajian sebagian besar digunakan sebagai pemukiman penduduk dan lahan bercocok tanam. Berbagai macam bentuklahan di daerah penelitian tersusun oleh Formasi batuan tertentu. Sesuai dengan yang telah disebutkan oleh Santosa (2010), bahwa terdapat 4 (empat) aspek utama penyusun bentuklahan, salah satunya adalah litologi (batuan). Karakteristik litologi (batuan) erat kaitannya dengan Formasi batuan di suatu daerah. Beberapa Formasi batuan memiliki sifat dapat menampung dan meloloskan air yang kemudian berfungsi sebagai akuifer (Todd, 1980). Akan tetapi, belum dapat diketahui dengan pasti distribusi material penyusun akuifer yang terdapat di daerah penelitian. 4
5 Berdasarkan sejarah geomorfologi daerah penelitian maka dapat dimungkinkan juga adanya jebakan air asin yang terjebak. Fenomena ini tentunya menjadi salah satu masalah yang perlu di perhitungkan. Akan tetapi, distribusi material penyusun akuifer atau Formasi batuan pada bentuklahan-bentuklahan ini belum dapat dipetakan dengan detil. Dengan demikian kita belum bisa mengetahui titik-titik potensial terkait keberadaan airtanah yang bisa digunakan oleh masyarakat sekitar. Oleh karena itu, penelitian ini secara garis besar mengidentifikasi karakteristik akuifer dengan memantau sebaran/susunan material batuan penyusun akuifer di bawah permukaan tanah (hidrostratigrafi). Berdasarkan masalah diatas maka terdapat hubungan antara variasi bentuklahan dan Formasi batuan penyusun akuifer, sehingga pertanyaan yang muncul pada penelitian ini yang akan diungkap adalah Bagaimana karakteristik akuifer pada suatu bentuklahan di wilayah kepesisiran keburuhan. Dengan mempertimbangkan masalah yang ada maka yang akan dijadikan judul penelitian adalah HIDROSTRATIGRAFI AKUIFER DENGAN METODE GEOLISTRIK DI SEBAGIAN WILAYAH KEPESISIRAN KEBURUHAN, KABUPATEN PURWOREJO. 1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian Mengetahui hidrostratigrafi akuifer di wilayah Kepesisiran Keburuhan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Memberikan informasi potensi airtanah melalui distribusi material batuan penyusun akuifer b. Memberikan informasi keterkaitan antara bentuklahan wilayah kepesisiran dan sistem akuifernya c. Menjadi sumber informasi dalam mengelola airtanah di wilayah kepesisiran d. Menjadi acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya 5
6 1.5 Tinjauan Pustaka Airtanah dan Aquifer Airtanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi (Santosa, 2000). Keberadaan airtanah dalam lapisan geologi sendiri berbeda-beda kondisinya. Menurut Driscoll (1987) secara umum fenomena keberadaan airtanah dibagi dalam dua tipe, yaitu air pada vadose zone dan air pada phreatic zone. Pada vadose zone, dibagi menjadi tiga tipe air : air tanah (soil water), intermediate vadose water, dan air kapiler. Pada zona jenuh air (phreatic zone) terdapat airtanah (groundwater) (Gambar 1.1). Sementara itu, menurut (Davis dan De Wiest, 1966 dalam Kodoatie, 2012; Santosa, 2010) yang dimaksudkan sebagai airtanah adalah air yang berada pada zona jenuh yang masuk ke dalam sumur, baik dalam keadaan bebas (unconfined) maupun tertekan (confined). Definisi akuifer ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang permeable baik yang terkonsolidasi (lempung) maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir). lapisan, formasi atau kelompok formasi satuan geologi yang dimaksud adalah yang memiliki kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran konduktivitas hidraulik (K) (Kodoatie, 1996 dalam Kodoatie, 2012). Sementara itu, menurut (Todd, 1980) yang dimaksud dengan akuifer adalah Formasi batuan yang dapat menyimpan dan melalukan air dalam jumlah yang cukup. Akuifer yang baik adalah akuifer yang memiliki struktur batuan berupa pasir dan kerikil, karena dapat menyimpan dan melalukan air (Todd, 1980). Akuifer merupakan media tempat penyimpanan airtanah. Bouwer (1978) dalam bukunya menyebutkan ada dua macam akuifer yaitu akuifer bebas (unconfined) dan tertekan (confined), akuifer bebas adalah akuifer yang kondisinya mirip seperti danau bawah tanah dengan material berporus. Lapisan akuifer ini tidak dibatasi oleh pembatas berupa lempung atau material pembatas lainnya yang kedap air dibagian atas akuifer (Todd, 1980). Batasan dari akuifer bebas dapat ditunjukkan dengan adanya garis khayal pembatas yang disebut dengan water table (Gambar 1.2). 6
7 Sumber: Todd (1980) Gambar 1. 1 Sketsa sebaran airtanah di bawah permukaan tanah Sumber: Todd (1980) Gambar 1. 2 Model sistem akuifer bebas dan akuifer tertekan Water table merupakan bidang di mana tekanan airtanah sama dengan tekanan atmosfer (Bouwer, 1978). Naik turun water table dalam media penyimpanan akuifer sangat bergantung dan mengikuti perubahan volume air itu sendiri. Jika volume bertambah maka water table bisa naik dan begitupula sebaliknya (Todd, 1980). Kemudian Bouwer (1978) juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan akuifer tertekan adalah suatu lapisan akuifer yang terjepit diantara dua lapisan material. Adapun material 7
8 yang dimaksud dapat berupa material pasir yang berada diantara dua lapisan lempung, atau batu pasir yang berada diantara dua batuan gamping yang solid. Lapisan pembatas yang memiliki sifat impermeabilitas tinggi dan tidak dapat meloloskan air disebut juga dengan lapisan aquiclude, contohnya adalah batuan dengan struktur seperti granit (Todd, 1980). Selanjutnya (Bouwer, 1978; Todd, 1980) menambahkan, lapisan yang memiliki sifat impermeabilitas tinggi namun masih dapat meloloskan air disebut juga dengan istilah aquitard, contohnya adalah batuan dengan struktur seperti lempung. Selain akuifer tertekan dan akuifer bebas, terdapat tipe akuifer lainnya seperti akuifer semi tertekan dan akuifer melayang. Menurut Todd (1980) yang dimaksud dengan akuifer semi tertekan adalah airtanah yang dibatasi lapisan kedap (aquiclude) dibagian bawah dan lapisan agak kedap dibagian atas (aquitard), sedangkan yang dimaksud akuifer melayang adalah airtanah yang melayang terdapat pada zona tidak jenuh air Geomorfologi Dalam melakukan penelitian terkait airtanah, perlu dilakukan pendekatan geomorfologi untuk membantu mendeskripsikan dan memudahkan identifikasi airtanah. Airtanah yang akan diidentifikasi berada pada beberapa bentuklahan, sehingga perlu menggunakan pendekatan geomorfologi. Geomorfologi adalah ilmu yang menyelidiki tentang bentuklahan dan proses-prosesnya (Hugget, 2003). Sumber lain menyebutkan bahwa geomorfologi merupakan suatu ilmu tentang bentuklahan yang membentuk permukaan bumi, baik di darat dan di permukaaan laut, serta mempelajari genesa dan perkembangannya (Verstappen, 1983). Sementara itu yang dimaksud dengan bentuklahan sendiri adalah bentukan alam di permukaan bumi khususnya di daratan, yang terjadi karena proses proses geomorfik tertentu dan melalui serangkaian evolusi tertentu, yang kemudian dapat dibedakan berdasarkan skalanya (Suharini & Palangan, 2014). Menurut Santosa (2010) bentuklahan adalah konfigurasi permukaan bumi yang mempunyai relief khas, karena 8
9 pengaruh kuat dari struktur kulit bumi, dan bekerjanya proses alam pada batuan penyusunnya di dalam ruang dan waktu tertentu, dimana terdapat 4 aspek utama penyusun bentuklahan yaitu : morfologi, struktur, proses, dan litologi. Selanjutnya disebutkan pula bahwa aspek-aspek penting penyusun satuan bentuklahan secara parsial akan berpengaruh terhadap karakteristik airtanah. Bentuklahan memiliki ciri yang berbeda dengan sifat fisik yang berbeda pula tergantung pada asal mula pembentukannya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Sunarto dkk (2014), bahwa bentuklahan adalah kenampakan permukaan bumi yang terbentuk akibat proses geomorfologi yang mengenai suatu permukaan bumi dan menghasilkan suatu bentukan tertentu dengan karakteristik tertentu. Bentuklahan sendiri memiliki hubungan yang erat dengan sifat-sifat fisik. Menurut Suharini & Palangan (2014) keterkaitan bentuklahan dan sifat-sifat fisik mencakup pada keterkaitan geologi, stratigrafi, litologi, iklim, biosfer, dan relief serta menentukan keberadaan tanah yang ada diatas permukaannya. Terbentuknya airtanah sendiri bergantung pada kondisi akuifer yang di susun atas Formasi geologi (Todd, 1980). Aspek-aspek penting yang termasuk dalam kajian airtanah adalah kondisi geologi (struktur, stratigrafi, dan litologi), kondisi geomorfologi (morfologi, morfoproses, morfostruktur, morfogenesis dan morfoaransemen), siklus hidrologi yang berpengaruh terhadap perputaran dan perubahan air di bumi, dan mekanika fluida yang berkaitan dengan pergerakan airtanah dalam berbagai Formasi geologi (Santosa, 2000). Kondisi geomorfologi suatu daerah akan sangat menentukan stratigrafi akuifer, keterdapatan dan karakteristik airtanahnya. Genesis dan dinamika proses geomorfologi merupakan faktor penting yang mempengaruhi pembentukan sistem dan stratigrafi akuifer (hidrostratigrafi) (Santosa, 2010). Yang dimaksud hidrostratigrafi sendiri adalah suatu model yang menggambarkan stratum geologis penyusun akuifer yang di dalamnya juga berisi informasi mengenai karakteristik airtanah (Santosa, 2000). 9
10 Menurut Santosa (2010) studi geomorfologi berkaitan dengan aspek lingkungan yakni terapan geomorfologi untuk kajian airtanah. Pendekatan geomorfologi yang dapat digunakan untuk evaluasi airtanah adalah pendekatan hidrogeomorfologi yang mempertimbangkan aspek morfologi dan litologi (Fisk, 1951; Freers, 1970; dalam Verstappen, 1983). Satuan hidrogeomorfologi merupakan satuan bentuklahan yang mencirikan secara spesifik karakteristik airtanah yang ada di dalamnya (Sutikno, 1992 dalam Santosa, 2010). Satuan analisis terkecil dalam penyusunan satuan hidrogeomorfologi adalah bentuklahan (Santosa, 2010). Bentuklahan yang umumnya dijumpai didaerah kepesisiran salah satunya adalah bentuklahan asal proses marin. Zona kepesisiran adalah batas antara onshore dan offshore dimana ke arah daratnya dibatasi beberapa ratus meter hingga tebing, atau beberapa ratus meter hingga ditemukan gumuk pasir yang luas, atau hingga menuju batas pasang surut air laut (Gambar 1.3). Sedangkan batas lautnya mencapai beberapa kilometer hingga continental shelf (Davidson & Arnott, 2010). Ada beberapa bentuklahan yang dapat kita jumpai di daerah marine deposition coast (pesisir endapan marin). Marin atau yang dikenal dengan bentuklahan asal proses marin adalah bentuklahan yang terbentuk dari hasil proses aktivitas gelombang laut (Totok dkk, 2005). Sedangkan yang dimaksud marine deposition coast adalah pesisir yang terbentuk hasil endapan proses marin seperti adanya beach ridge, barrier beaches, lagoon dan salt marsh (Sheppard, 1963 dalam Davidson & Arnott, 2010). 10
11 Sumber: Davidson & Arnott (2010) Gambar 1. 3 Zonasi Kepesisiran yang ditunjukkan melalui visualisasi berupa sketsa Salah satu bentuklahan yang dapat dijumpai di daerah kepesisiran adalah gisik (beach). Yang dimaksud dengan gisik adalah bentanglahan yang masih dipengaruhi pasang terendah dan tertinggi air laut, yang merupakan akumulasi pasir pantai (Totok dkk, 2005). Gisik merupakan bentukan di daerah kepesisiran yang terbentuk oleh pengendapan material dari laut atau darat akibat berkurangnya kekuatan gelombang atau arus laut (Sunarto dkk, 2014). Gisik merupakan hamparan material pasir lepas di sepanjang pantai (Santosa, 2010). Material ini terendapkan karena aktivitas gelombang laut, material ini juga dapat terendapkan di zona kepesisiran dalam bentuk dan lokasi yang berbeda-beda sehingga dikenal dengan istilah yang berbedabeda (Sunarto dkk, 2014). Selain gisik dapat pula dijumpai bentuklahan lain yakni seperti Beting Gisik (beach ridges). Menurut (Hugget, 2003) Beting Gisik merupakan pasir yang tertumpuk ke atas akibat aktivitas gelombang dengan ketinggian dapat mencapai beberapa meter, lebar kira-kira 10 meter dan panjang kiloan meter yang terdiri dari Beting Gisik- Beting Gisik kecil dan ada Swale diantaranya. Sumber lain menyebutkan bahwa Beting Gisik adalah gisik yang menyerupai punggungan dan terendapkan di daratan dengan arah sejajar garis pantai (Sunarto dkk, 2014). Beting Gisik merupakan perkembangan dari gisik yang biasanya telah banyak 11
12 dimanfaatkan untuk lahan-lahan permukiman atau pertanian dan tidak terpengaruh lagi oleh aktivitas pasang surut tetapi proses pembentukannya merupakan kerjasama antara aktivitas marin dengan aliran sungai (fluvial), biasanya tersusun oleh endapan pasir dan lempung (Totok dkk, 2005). Beting Gisik mempunyai topografi yang berombak, relief teratur, dan didominasi oleh material pasir dengan ukuran lebih halus dibanding pada satuan gisik muda, yang bercampur dengan sedikit debu dan lempung pada bagian atas (Santosa, 2010). Bentuklahan selanjutnya yang dapat kita jumpai pada umumnya di daerah kepesisiran adalah Swale. Swale merupakan morfologi berupa ledokan yang terdapat di antara dua Beting Gisik atau di antara dua gumuk pasir (sand dune) tersusun oleh material pasir dan biasanya digunakan untuk lahan pertanian kering atau kawasan wisata (Santosa, 2010; Totok dkk, 2005). Pada dasar Swale, biasanya dijumpai akumulasi material yang lebih halus seperti lempung dan debu, sehingga Swale dapat juga berperan sebagai cekungan drainase (Santosa, 2010). Sementara itu, adapula satuan bentuklahan Dataran Alluvium Kepesisiran (coastal alluvial plain) yang dapat ditemukan di daerah marine deposition coast. Yang dimaksud dengan Dataran Alluvium Kepesisiran (coastal alluvial plain) adalah bentanglahan dataran yang terbentuk sebagai akibat dari perkembangan pantai yang telah lanjut dan bergeser ke arah darat, yang sekarang telah tertutup oleh materialmaterial hasil sedimentasi proses fluvio-marine, tersusun oleh material alluvial (pasir berlempung) yang relatif subur, dan banyak digunakan untuk kawasan pertanian irigasi dan permukiman (Totok dkk, 2005) Geolistrik Terdapat beberapa cara untuk mengidentifikasi distribusi airtanah pada sistem akuifer salah satunya dengan menggunakan teknik geolistrik. Geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan airtanah dengan prinsip perbedaan nilai tahanan jenis material batuan akuifer penyusunnya (Lowrie, 2007). Kirsch (2009) 12
13 menyebutkan bahwa metode geolistrik diaplikasikan untuk memetakan resistivitas struktur bawah tanah. Untuk mengetahui perubahan nilai tahanan jenis antar lapisan diperlukan arus tinggi listrik Direct Current (DC) dengan tegangan tinggi yang dihantarkan ke dalam tanah (Broto & Afifah, 2008). Resistivitas (Ω-m) batuan yang diperoleh dari pengukuran lapangan adalah hal yang istimewa bagi kalangan peneliti dalam bidang hidrogeologi. Dengan mengetahui nilai resistivitas (Ω-m) batuan maka sama saja dengan mengetahui material penyusun suatu sistem akuifer di bawah tanah. Oleh karena itu, geolistrik sangat berguna untuk membedakan antara soft-rock sandy dan material lempung, antara hard-rock porous/fracture aquifers dan low permeable claystones dan batuan napal, antara water-bearing fractured rock dan solid host rock (Kirsch, 2009). Besarnya nilai resistivitas tidak dapat diukur secara pasti untuk masing masing jenis material. Menurut (Todd, 1980) resistivitas Formasi batuan memiliki skala yang luas yang bergantung pada material, densitas, porositas, ukuran dan bentuk pori, keberadaan dan kualitas air serta temperatur. Selanjutnya (Todd, 1980) menambahkan pula bahwa tidak ada batas pasti untuk nilai resistivitas variasi batuan. Seperti contoh batuan beku dan metamorf memiliki nilai diantara ohm-m, batuan sedimen dan batuan lepas memiliki nilai antara ohm-m. Menurut (Sporry, 2004) batuan biasanya memiliki resistivitas yang lebih tinggi karena batuan terdiri dari gumpalan mineral yang resisten seperti mineral Feldspar, Kuarsa, Kalsit dan Dolomit. Akan tetapi ada beberapa mineral yang memiliki kemampuan untuk menghantarkan listrik dengan baik (konduktif) seperti mineral lempung, magnetite, hematite, grapite, pyrite, pyrotite dan mineral sulphidic. Resistivitas batuan dikontrol oleh dua komponen yaitu partikel yang solid dan pengisi ruang antara pori. Pori yang terisi air memiliki nilai resistivitas yang rendah begitu sebaliknya. Sementara (Lowrie, 2007) menambahkan bahwa konduktivitas batuan juga dipengaruhi oleh mineral terlarut dan kandungan garam di dalamnya. 13
14 Metode yang digunakan dalam pengukuran geolistrik ada bermacam macam. Seiring perkembangan zaman metode metode tersebut terus di kembangkan untuk mencapai tujuan tujuan tertentu dalam memenuhi kebutuhan penelitian. Salah satu metode yang sudah umum digunakan adalah Vertikal Electrical Sounding (VES). Menurut (Kirsch, 2009), VES adalah metode yang digunakan untuk melihat perlapisan struktur bawah permukaan bumi seperti batuan sedimen, lapisan akuifer, lapisan batuan beku dan batas pelapukan batuan beku tersebut. Selanjutnya (Kirsch, 2009) menambahkan bahwa hasil yang diperoleh dari survey VES menghasilkan kenampakan berupa jumlah lapisan, ketebalan lapisan dan menunjukkan nilai resistivitas material tersebut. Prinsip seperti refleksi seismik dengan resolusi tinggi pada VES kini berkembang dengan sangat pesat karena mampu memberikan informasi secara detil dan terperinci (Overmeeren & Ritsema, 1988). Nilai resistivitas batuan yang direkam di dapat dari arus listrik yang mengalir pada elektroda yang kemudian memberikan informasi nilai resistivitas pada resistivity meter. Akan tetapi metode VES ini merupakan teknik pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan data titik berupa informasi vertikal perlapisan batuan. Oleh karena itu, data yang diperoleh adalah data resistivitas yang berubah sesuai dengan kedalamannya dan tidak dapat menunjukkan arah (Loke, 2000). Resistivitas (Ω-m) batuan diukur dengan cara mengirimkan arus listrik ke dalam tanah. Hasil beda potensial (Voltage) didapat dari dua buah elektroda yang ditancapkan di tanah dan disetrum dari permukaan tanah (Bear & Cheng, 2010). Konfigurasi geolistrik yang digunakan adalah konfigurasi schlumberger. Metode schlumberger merupakan metode yang digunakan untuk tujuan sounding dengan jangkauan kabel yang semakin panjang maka semakin dalam jangkauannya (Wijaya, 2014). Semakin panjang jarak antar elektroda AB (elektroda arus), akan menyebabkan aliran arus listrik menembus lapisan batuan lebih dalam (Broto & Afifah, 2008). Sementara itu jarak elektroda MN (elektroda potensial) lebih pendek daripada elektroda AB (Gambar 1.4). Pada prakteknya yang membatasi titik 14
15 observasi hanyalah jarak elektroda pada kabel (Overmeeren & Ritsema, 1988). Metode Geolistrik lebih efektif jika digunakan untuk investigasi pada kedalaman kurang dari 1000 atau 1500 kaki, sehingga teknik geolistrik ini jarang digunakan untuk ekplorasi minyak (Broto & Afifah, 2008). Akan tetapi teknik geolistrik ini baik digunakan untuk identifikasi teknik sipil seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoir air dan ekplorasi panas bumi hingga kedalaman tertentu (Overmeeren & Ritsema, 1988; Broto & Afifah, 2008). Sumber: Reynolds (1998) Gambar 1. 4 Susunan elektroda yang di pasang pada permukaan tanah Untuk mendapatkan nilai resistivitas yang diukur menggunakan geolistrik, maka harus dilakukan perhitungan dengan pendekatan hukum fisika. Hukum Ohm dalam fisika menyatakan bahwa arus listrik yang mengalir di dalam konduktor sebanding dengan tegangan yang melewatinya (Milsom, 2003). Selanjutnya hubungan tersebut dapat dituliskan ke dalam rumus sebagai berikut (Kirsch, 2009) : ρa = K. V/I (1.1) dik : ρa = Resitivitas (Ω-m) K = Geometric Factor (meter) 15
16 V I = Beda Potensial = Arus Akan tetapi untuk mendapatkan rumus di atas diperlukan perhitungan terlebih dahulu. Menurut (Telford dkk, 2004) ketika arus listrik di alirkan pada suatu medium maka akan membentuk suatu hubungan seperti berikut: I V Ρ = A L dengan, R = ρl/a (1.2) R = Tahanan yang diukur (Ω) ρ = Resistivitas medium (Ωm) L = Panjang medium (m) A = Luas penampang medium (m 2 ) Sementara Hukum Ohm menyebutkan bahwa : R = V / I (1.3) Berdasarkan persamaan (1.2) dan (1.3) maka di peroleh hubungan sebagai berikut: 16
17 ρ = ( V/I)(A/L) dengan, V = V1 V2 = Beda Potensial (Volt) I = Kuat arus (Amphere) Arus (I) yang dialirkan ke dalam tanah bersifat radial (jari-jari), sementara tegangan (V) membentuk lingkaran yang berlapis lapis (hemispherical shell, 2πr 2 )(Gambar 1.5). Sumber: Todd (1980) Gambar 1. 5 Arus dan tegangan yang dipancarkan dari permukaan bumi 17
18 dv dr Sumber: Reynolds (1998) Gambar 1. 6 Bentuk setengah bola equipotensial, dan keberadaan nilai dr dan dv. Garis potensial yang berlapis-lapis disebut dengan garis equipotensial, besarnya tegangan diantara dua garis equipotensial disebut dengan -dv sedangkan jarak antara dua garis equipotensial disebut dengan dr. Nilai negatif pada dv dipengaruhi oleh arah aliran arus (Gambar 1.6). Arus yang mengalir akan melewati suatu garis equipotensial. Nilai arus yang digunakan adalah nilai current density (J) yang diperoleh dari nilai arus yang dikirimkan (I) di bagi dengan area yang terdistribusi (2πr 2 ). Semakin jauh dari sumber arus, maka current density akan semakin kecil nilainya. Selanjutnya hubungan di atas di tulis dalam rumus : dv dr = ρ. J = ρ I 2πr2 (1.4) Sementara nilai V yang di hitung dari jarak r disebut Vr dengan rumus : 18
19 Vr = dv = ρ I 2πr2 dr = ρi 2π 1 r (1.5) Jika rangkaian elektroda geolistrik yang tersusun pada permukaan seperti Gambar 1.7. Maka dapat dihitung nilai V diantara dua elektroda dengan rumus sebagai berikut : Gambar 1. 7 Rangkaian elektroda geolistrik yang tersusun Besarnya potensial pada elektroda M dan N adalah : VM = ρi [ 1 1 ρi ], VN = [ 1 1 ] (1.6) 2π AM MB 2π AN NB Oleh karena itu, besarnya beda tegangan antara M dan N adalah : VMN = VM VN = ρi {[ 1 1 ] [ 1 1 ]} (1.7) 2π AM MB AN NB Dengan menyusun persamaan diatas maka muncul lah rumus ρ, yakni : ρ = (2π VMN / I) {[ 1 AM 1 MB ] [ 1 AN 1 NB ]} -1 (1.8) yang dimaksud dengan nilai geometri faktor (K) yakni : K = 2π {[ 1 AM 1 MB ] [ 1 AN 1 NB ]} -1 (1.9) Dengan demikian maka di dapatkan lah rumus resistivitas: 19
20 ρa = K (VMN/I) (1.20) Nilai resistivitas yang di dapatkan saat hasil pengukuran dilapangan sebenarnya merupakan nilai resistivitas semu (apparent resistivity) dan bukan hasil sebenarnya (true resistivity). Untuk mendapatkan nilai resistivitas sebenarnya perlu di lakukan inversi yang dilakukan pada masingmasing software. 1.6 Penelitian Sebelumnya Penelitian yang mengangkat tema airtanah dengan pengukuran geolistrik sudah banyak dilakukan. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan adalah penelitian menggunakan geolistrik metode Electrical Resistivity Tomography (ERT). Metode ini merupakan pengembangan dari metode VES yang sudah sering dilakukan. Metode ERT sering juga disebut dengan VES yang kontinu. Metode ERT digunakan untuk menganalisis karakteristik akuifer pada bentuklahan Dataran Fluviomarin dan Gumuk Pasir di parangtritis (Pambudi, 2011). Penelitian tersebut menggunakan konfigursi wenner-schlumberger. Konfigurasi yang digunakan dipilih karena konfigurasi ini dianggap mampu merepresentasikan data secara vertikal dan horisontal. Adapun hasil dari penelitian ini adalah berupa model 3D stratigrafi akuifer pada bentuklahan Dataran Fluviomarin dan Gumuk Pasir. Model 3D stratigrafi akuifer tersebut menunjukkan karakteristik dan sistem akuifer pada bentuklahan Gumuk Pasir dan Dataran Fluviomarin. Penelitian lainnya yang menggunakan metode ERT adalah penelitian yang di lakukan oleh (Wibowo, 2011). Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan jenis lapisan stratigrafi bagian atas. Adapun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pseudosection resistivitas ERT serta penampang 2D dan 3D stratigrafi akuifer bagian atas. Sesuai judul penelitiannya, konfigurasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah konfigurasi dipole-dipole. Penelitian ini mampu memetakan stratigrafi akuifer untuk mengidentifikasi keberadaan airtanah payau. Kemampuan 20
21 ERT ini pun kemudian teruji untuk mengidentifikasi posisi kedalaman dan ketebalan akuifer berair payau. Selain penelitian mengenai stratigrafi akuifer yang menggunakan metode ERT, masih sering pula digunakan metode VES sebagai media penelusuran airtanah. Penelitian yang dilakukan oleh (Santosa, 2000) lebih menekankan pada penelusuran tipe airtanah dengan model hidrostratigrafi dan hidrokimia. Untuk model hidrostratigrafi yang dibuat dalam penelitian tersebut menggunakan geolistrik metode VES yang hasilnya dibuat kedalam model cross section. Selain pendugaan geolistrik dalam penelitian tersebut juga mengukur kedalaman muka airtanah, kedalaman sumur, dan pengukuran DHL untuk melengkapi model hidrostratigrafi dan hidrokimia. Hasil dari hidrostratigrafi ini didapatkan susunan atau struktur material secara vertikal, baik kedalaman maupun ketebalan setiap perlapisan. Sementara itu penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh (Santosa, 2010), membuat model hidrostratigrafi dan hidrogeokimia di berbagai bentuklahan di wilayah kepesisiran. Bentuklahan tersebut mencakup bentuklahan asal proses fluviomarin, serta bentuklahan asal proses marin dan eolin. Penelitian ini juga menggunakan geolistrik metode VES untuk membantu membuat model hidrostratigrafi. Untuk model hidrogeokimia dalam penelitian ini menggunakan metode Square Piper Diagram, yang membandingkan persentase konsentrasi kation dan anion. Dalam penelitian ini didapatkan hubungan antara genesis bentuklahan dan hidrostratigrafi akuifer dan evolusi airtanah bebas. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh (Ritz & Bellion, 1988). Penelitian ini menggunakan geolistrik untuk identifikasi struktur geologi. Akan tetapi, identifikasi tersebut tidak sepenuhnya mengandalkan pengukuran geolistrik namun dibantu juga dengan data bor. Selanjutnya (Rao dkk, 2005) melakukan penelitian serupa yang menggabungkan metode geolistrik dan data bor untuk analisis struktur geologi. Dalam penelitiannya ini dapat diketahui bahwa geolisktrik mampu merepresentasikan struktur bawah permukaan bumi dengan baik dan sesuai dengan hasil data bor. 21
22 Selanjutnya beberapa penelitian sebelumnya dirangkum dan dapat dilihat pada Tabel
23 Tabel 1. 1 Perbandingan penelitian-penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan Judul Tujuan Metode Hasil Pambudi (2011) Studi Akuifer Pada Bentuklahan Untuk menganalisis Menggunakan metode geolistrik a. Model 3D stratigrafi Dataran Fluviomarin dan karakteristik akuifer pada ERT konfigurasi Wenner- akuifer pada bentuklahan Gumuk Pasir di Desa bentuklahan Dataran Schlumberger Dataran Fluviomarin dan Parangtritis Kec. Kretek, Bantul Fluviomarin dan gumuk pasir gumuk pasir menggunakan Metode menggunakan metode ERT b. Tipe akuifer di berbagai Geolistrik Electricity Resistivity bentuklahan Tomography Wibowo (2011) Identifikasi Stratigrafi Akuifer Menentukan jenis lapisan a. Pemetaan tinggi muka airtanah a. Resistivity pseudosection Berair Payau dengan Electrical stratigrafi bagian atas daerah (flownet) electrical tomography Resistivity Tomography (ERT) penelitian b. Pemetaan Daya Hantar Listrik b. penampang 2 dimensi dan Konfigurasi Dipole - Dipole (DHL) 3 dimensi stratigrafi Kec. Grogol Kabupaten c. Pengambilan sampel kualitas akuifer airtanah payau 23
24 Sukoharjo airtanah dan uji laboratorium c. Peta Isoconductivity d. Mapping nilai resistivitas d. Flownet statigrafi akuifer (Santosa, 2000) Model Hidrostratigrafi dan a. Mengetahui karakteristik a. Pengumpulan data hidrologi a. Model Hidrostratigrafi Hidrokimia untuk Penelusuran dan tipe akuifer melalui airtanah seperti Daya Hantar dan Hidrokimia sebagai Genesis dan Tipe Akuifer di penyusunan Listrik (DHL), kedalaman muka acuan penentuan Lembah Rawa Jombor hidrostratigrafi, dan airtanah, kedalaman sumur dan karakteristik airtanah, tipe Kecamatan Bayat Klaten mengetahui tipe hidrokimia sifat-sifat fisik airtanah dan asal-usul airtanah, dan airtanah di daerah b. Uji Geolistrik tipe akuifer penelitian b. Zonasi airtanah sebagai b. Mengetahui faktor-faktor sistem penyedia airtanah yang mempengaruhi variasi kondisi airtanah dan proses pembentukan (asal-usul) airtanah payau di daerah penelitian c. Menentukan lokasi dan 24
25 kedalaman sumur untuk memperoleh airtanah tawar kaitannya dengan sistem penyediaan air bersih untuk air minum penduduk di sekitar Rawa Jombor (Santosa, 2010) Kajian Evolusi Airtanah Bebas a. Mengkaji genesis a. Pendugaan geolistik yang a. Genesis bentuklahan Sebagai Bukti Kunci Prinsip bentuklahan dan dikorelasikan dengan data bor daerah penelitian Dasar Uniformitarianisme pengaruhnya terhadap (analisis hidrostratigrafi akuifer) mempengaruhi Dalam Geomorfologi di pembentukan sistem dan b. Pengumpulan sifat fisik airtanah pembentukan sistem dan Wilayah Kepesisiran Kabupaten pola akuifer bebas bebas metode Sguare Piper karakteristik akuifer, Kulonprogo berdasarkan rekonstruksi Diagram dan Stuyfzand (analisis tercermin dari model hidrostratigrafi akuifer di hidrogeokimia airtanah bebas) hidrostratigrafi akuifer daerah penelitian tiap bentuklahan b. Mengkaji evolusi airtanah b. Adanya hubungan antara bebas pada berbagai satuan genesis bentuklahan dan bentuklahan berdasarkan evolusi airtanah bebas analisis hidrogeokimia yang dapat diketahui lewat 25
26 sebagai geoindikator, dan variasi proses mengkaji faktor-faktor hidrogeokimia airtanah yang menyebabkan variasi bebas pada setiap satuan karakteristik airtanah bebas bentuklahan di daerah penelitian (Ritz & Bellion, 1988) Structure of The Southern Senegalo-Mauritanian Basin, West Africa, from Geoelectrical Studies Identifikasi Paleozoic Struktur Geologi pada Senegalo- Mauritanian a. Memetakan nilai resistivitas material dengan cara membuat cross-section menggunakan metode magnetotelluric. b. Menggunakan data bor untuk validasi hasil pendugaan geolistrik. Model 2D stratigrafi struktur geologi (Rao, Rao, & Venkateswarlu, 2005) Geoelectrical Investigations for Mengetahui struktur geologi Flyover Bridge Construction in daerah marine untuk Marine Environment of pembangunan Flyover Bridge Visakhapatnam: A Case Study Menggabungkan metode geolistrik dan data bor sebagai acuan utama a. Penampang melintang dari nilai Resistivity b. Penampang melintang dari data Borelog 26
27 Fitranatanegara, Sekarang Hidrostratigrafi Akuifer dengan Mengetahui distribusi vertikal Pendugaan geolistrik metode VES a. Cross-section metode Metode Geolistrik di Sebagian akuifer di daerah penelitian VES Wilayah Kepesisiran Keburuhan b. 2D hidrostratigrafi akuifer Kabupaten Purworejo 27
28 1.7 Kerangka Pemikiran Dinamika pesisir mempengaruhi terbentuknya bentukanlahan di daerah kepesisiran. Masing-masing bentuklahan memiliki karakteristik akuifer tertentu yang tersusun atas bermacam-macam material batuan seperti lempung, pasir, kerikil, batuan pasir, batuan lepas dan batuan solid lainnya. Material-material tersebut tersebar secara vertikal maupun horisontal. dan akan menentukan keberadaan airtanah dalam sistem akuifer. Identifikasi material akuifer dapat dilakukan dengan cara mengetahui hidrostratigrafi akuifernya. Hal ini sesuai dengan yang di sampaikan Santosa (2000), bahwa hidrostratigrafi adalah suatu model yang menggambarkan stratum geologis penyusun akuifer, yang di dalamnya juga berisi informasi mengenai karakteristik airtanah. Oleh karena itu, dengan model hidrostratigrafi ini di harapkan dapat terlihat susunan perlapisan di tiap bentuklahan. Metode yang digunakan untuk membuat model hidrostratigrafi akuifer dapat dilakukan dengan pendugaan geolistrik. Hasil yang diperoleh dari pengukuran geolistrik ini adalah data resistivitas material penyusun akuifer. Setiap benda yang ada di bumi ini memiliki nilai resistivitas masing-masing. Konsep ini pula yang digunakan dalam pendugaan geolistrik bahwa setiap material penyusun akuifer memiliki nilai resistivitas yang berbeda. Nilai resistivitas yang diperoleh dari hasil pengukuran geolistrik dapat dibuat kedalam model pseudosection 2 dimensi. Pseudosection resistivitas akuifer ini dapat digunakan untuk melihat sebaran material akuifer dengan mengkomparasikan tabel perbandingan material terhadap nilai resistivitasnya. Tabel tersebut merupakan tabel yang memuat informasi jenis material batuan dengan nilai resistivitasnya. Kemudian, dengan analisis hidrostratigrafi dapat di ketahui material penyusun akuifer-akuifernya. Selanjutnya diagram alir kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar
29 Gambar 1. 8 Diagram alir kerangka pikir 29
HIDROSTRATIGRAFI AKUIFER DENGAN METODE GEOLISTRIK DI SEBAGIAN WILAYAH KEPESISIRAN KEBURUHAN, KABUPATEN PURWOREJO
HIDROSTRATIGRAFI AKUIFER DENGAN METODE GEOLISTRIK DI SEBAGIAN WILAYAH KEPESISIRAN KEBURUHAN, KABUPATEN PURWOREJO Muhammad Fitranatanegara natannegara@gmail.com Tjahyo Nugroho Adji adjie@ugm.ac.id ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan. Manusia akan memanfaatkan Sumberdaya yang ada di Lingkungan. Salah satu sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air tanah merupakan sumber daya yang sangat bermanfaat bagi semua makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan berbagai cara untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah merupakan sumber daya penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sebagai sumber pasokan air, airtanah memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan
Lebih terperinciPENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh:
66 Jurnal Sangkareang Mataram PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA Oleh: Sukandi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Nusa
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI AIRTANAH ASIN DI WILAYAH KEPESISIRAN KECAMATAN REMBANG, KABUPATEN REMBANG
APLIKASI METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI AIRTANAH ASIN DI WILAYAH KEPESISIRAN KECAMATAN REMBANG, KABUPATEN REMBANG Suci Yolanda suciyolanda112@gmail.com Ig. L. Setyawan Purnama igiwan@ugm.ac.id
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :
Identifikasi Intrusi Air Laut Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas 2D Konfigurasi Wenner-Schlumberger di Pantai Tanjung Gondol Kabupaten Bengkayang Victor Hutabarat a, Yudha Arman a*, Andi Ihwan
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Interaksi antara air tanah dengan struktur geologi
5 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Hidrogeologi Ilmu yang mempelajari interaksi antar struktur batuan dan air tanah adalah hidrogeologi. Dalam prosesnya ilmu ini juga berkaitan dengan disiplin ilmu fisika dan kimia
Lebih terperinciDinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)
PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI SCHLUMBERGER (Jorong Tampus Kanagarian Ujung Gading Kecamatan Lembah Malintang Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat) Arif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data geolistrik resistivitas dengan menggunakan perangkat lunak AGI EARTH IMAGER 3D sehingga diperoleh penampang resistivitas
Lebih terperinciRiad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK
MENENTUKAN LAPISAN AKUIFER DAS (DAERAH ALIRAN SUNGAI) SIAK DENGAN MEMBANDINGKAN HASIL UKUR METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER DAN KONFIGURASI SCHLUMBERGER Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah kepesisiran merupakan wilayah daratan yang meliputi area darat baik yang terendam maupun tidak terendam air laut namun terpengaruh aktivitas laut (marin),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Manfaat air sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB II. GEOLOGI REGIONAL...12 II.1. Geomorfologi Regional...12 II.2. Geologi Regional...13 II.3. Hidrogeologi Regional...16.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR...iv SARI...vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiv BAB I. PENDAHULUAN...1 I.1. Latar belakang...1
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Interpretasi Lapisan Akuifer Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Di Kampung Horna Baru Dan Kampung Muturi Distrik Manimeri Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat Karmila Laitupa, Putri Nova H.D,
Lebih terperinciKAJIAN INTERFACE DAN DEBIT MAKSIMUM PEMOMPAAN AIRTANAH BEBAS DI PANTAI DAN PESISIR KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH
KAJIAN INTERFACE DAN DEBIT MAKSIMUM PEMOMPAAN AIRTANAH BEBAS DI PANTAI DAN PESISIR KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH Santi Adhiatmi santi.adhiatmi@gmail.com Langgeng Wahyu Santosa Wahyus_72@yahoo.co.id
Lebih terperinci1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi
1. Alur Siklus Geohidrologi Hidrogeologi dalam bahasa Inggris tertulis hydrogeology. Bila merujuk dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi (Toth, 1990) : Hydro à merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat
Lebih terperinciRustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia
IDENTIFIKASI AKUIFER AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI DESA OU KECAMATAN SOJOL IDENTIFICATION GROUNDWATER AQUIFERS METHOD USING GEOELECTRIC DISTRICT IN THE VILLAGE OU SOJOL Rustan Efendi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah adalah air yang terdapat pada lapisan akuifer di bawah permukaan tanah pada zona jenuh air pada tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.
Lebih terperinciIdentifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)
Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciGEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata
GEOFISIKA EKSPLORASI [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata PENDAHULUAN Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup. Namun secara alamiah Indonesia menghadapi kendala dalam memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciGeo-Electrical Sounding untuk Pendugaan Keterdapatan Air Tanah dan Kedalaman Muka Air Tanah Freatik di Tegal
Geo-Electrical Sounding untuk Pendugaan Keterdapatan Air Tanah dan Kedalaman Muka Air Tanah Freatik di Tegal Alva Kurniawan 1 Abstraksi Pengambilan air tanah dengan menggali sumur atau sumur bor terkadang
Lebih terperinciPOTENSI AIR TANAH DAERAH KAMPUS UNDIP TEMBALANG. Dian Agus Widiarso, Henarno Pudjihardjo *), Wahyu Prabowo**)
POTENSI AIR TANAH DAERAH KAMPUS UNDIP TEMBALANG Dian Agus Widiarso, Henarno Pudjihardjo *), Wahyu Prabowo**) Abstract Provision of clean water in an area need both now and future dating. Provision of clean
Lebih terperinciPENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER
PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER Muhammad Hafis 1, Juandi 2, Gengky Moriza 3 1 Mahasiswa Program S1 Fisika FMIPA-UR 2 Dosen Jurusan Fisika
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN ZONA INTRUSI AIR LAUT DI KECAMATAN GENUK SEMARANG
Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 15, No. 1, Januari 2012, hal 7-14 APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN ZONA INTRUSI AIR LAUT DI KECAMATAN GENUK SEMARANG Khoirun Nisa 1, Tony Yulianto
Lebih terperinciJURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) ( X Print) B-29
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) 25280-51258 (2301-928X Print) B-29 Identifikasi Sebaran Aliran Air Bawah Tanah (Groundwater) dengan Metode Vertical Electrical Sounding (VES) Konfigurasi
Lebih terperinciPEMODELAN AKUIFER AIR TANAH UNTUK MASYARAKAT PESISIR LINGKUNGAN BAHER KABUPATEN BANGKA SELATAN. Mardiah 1, Franto 2
PEMODELAN AKUIFER AIR TANAH UNTUK MASYARAKAT PESISIR LINGKUNGAN BAHER KABUPATEN BANGKA SELATAN Mardiah 1, Franto 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung Abstrak Keterbatasan
Lebih terperinciInterpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik
Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari sifat daya hantar listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya
Lebih terperinciREVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH
REISI, 1801017 PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH anata Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram Jl. Majapahit
Lebih terperinciPendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat
Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Dwi Ajeng Enggarwati 1, Adi Susilo 1, Dadan Dani Wardhana 2 1) Jurusan Fisika FMIPA Univ.
Lebih terperinciMetode Vertical Electrical Sounding (VES) untuk Menduga Potensi Sumberdaya Air
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 5, Nomor 2, Juni 2013 Hal. 127-140 Metode Vertical Electrical Sounding (VES) untuk Menduga Potensi Sumberdaya Air Harjito Laboratorium Hidrologi
Lebih terperinciBAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS
BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS Metode resistivitas atau metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui sifat fisik batuan, yaitu dengan melakukan
Lebih terperinciPemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole
Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole Sari Dewi Tarigan 1,a), Alamta Singarimbum 2,b) Laboratorium Fisika Bumi, Kelompok Keilmuan Fisika Bumi dan
Lebih terperinciANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA
ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA Virman 1), Paulus G.D. Lasmono 1) dan Muhammad Altin Massinai 2) 1) Jurusan MIPA, Program Studi Fisika Uncen Jayapura
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY UNTUK PENDUGAAN SEBARAN INTRUSI AIR LAUT DI KELURAHAN KLEGO KOTA PEKALONGAN
APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY UNTUK PENDUGAAN SEBARAN INTRUSI AIR LAUT DI KELURAHAN KLEGO KOTA PEKALONGAN skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN
APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN Eka Ayu Tyas Winarni 1, Darsono 1, Budi Legowo 1 ABSTRAK. Identifikasi
Lebih terperinciPEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH
PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH anata Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram Jl. Majapahit No. 62 Mataram
Lebih terperinciANALISA KONDUKTIVITAS HIDROLIKA PADA SISTIM AKUIFER
ANALISA KONDUKTIVITAS HIDROLIKA PADA SISTIM AKUIFER Juandi M. 1, Adrianto Ahmad 2, Muhammad Edisar 1,Syamsulduha 3 1.Jurusan Fisika FMIPA UR, 2. Fakultas Teknik UR, 3Jurusan Matematika FMIPA UR Kampus
Lebih terperinciANALISIS POTENSI AIR TANAH DI KELURAHAN IMOPURO METRO DENGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN METODE RESTY
ANALISIS POTENSI AIR TANAH DI KELURAHAN IMOPURO METRO DENGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN METODE RESTY Eva Rolia Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro,
Lebih terperinciNurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.
INVESTIGASI AKUIFER DISEKITAR DAS (DAERAH ALIRAN SUNGAI) SIAK DI PEKANBARU MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER DAN KONFIGURASI SCHLUMBERGER Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto E-mail: nurunfiizumi@gmail.com
Lebih terperinciMETODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR
METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR Hendra Bahar Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral dan Kelautan Institut Teknologi Adhi Tama
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
TEKNIK PENDUGAAN SEBARAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK DI KAWASAN PERKOTAAN Nanang Saiful Rizal, 1*, Totok Dwi Kuryanto 2*. 1,2 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air bagi kehidupan manusia merupakan unsur yang sangat vital. Semua orang tidak dapat hidup tanpa air.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air bagi kehidupan manusia merupakan unsur yang sangat vital. Semua orang tidak dapat hidup tanpa air. Ketersediaan sumberdaya ir di Indonesia sangat melimpah, namun
Lebih terperinciMENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI
MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI Mando Parhusip 1, Riad Syech 2, Sugianto 2 e-mail:mandoparhusip89@gmail.com
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :
Pendugaan Bidang Gelincir Tanah Longsor di Desa Aruk Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas dengan Menggunakan Metode Tahanan Jenis Ezra Andwa Heradian 1), Yudha Arman 1)* 1) Program Studi Fisika, Fakultas
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. HALAMAN PERNYATAAN... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xii SARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan tahanan jenis dilakukan dengan cara mencatat nilai kuat arus yang diinjeksikan dan perubahan beda potensial yang terukur dengan menggunakan konfigurasi wenner. Pengukuran
Lebih terperinciPENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)
Jurnal Fisika Vol. 3 No. 2, Nopember 2013 117 PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI) Munaji*, Syaiful Imam, Ismi Lutfinur
Lebih terperinciDINAMIKA PANTAI (Geologi, Geomorfologi dan Oseanografi Kawasan Pesisir)
DINAMIKA PANTAI (Geologi, Geomorfologi dan Oseanografi Kawasan Pesisir) Adipandang Yudono 12 GEOLOGI LAUT Geologi (geology) adalah ilmu tentang (yang mempelajari mengenai) bumi termasuk aspekaspek geologi
Lebih terperinciPOLA SEBARAN AKUIFER DI DAERAH PESISIR TANJUNG PANDAN P.BELITUNG
Jurnal Fisika Vol. 3 No. 1, Mei 2013 95 POLA SEBARAN AKUIFER DI DAERAH PESISIR TANJUNG PANDAN P.BELITUNG D. G. Pryambodo 1, *, M. Hasanudin 2 1 Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir, KKP Jl.
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Ciliwung mulai dari Hulu sampai hilir. Lokasi Penelitian meliputi wilayah Kabupaten Bogor, Kotamadya Bogor dan Kota Administratif
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Geologi Umum Sekitar Daerah Penelitian Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung selatan Sumatra, yang mana bagian selatan di batasi oleh Kabupaten
Lebih terperinciCyclus hydrogeology
Hydrogeology Cyclus hydrogeology Siklus hidrogeologi Geohidrologi Secara definitif dapat dikatakan merupakan suatu studi dari interaksi antara kerja kerangka batuan dan air tanah. Dalam prosesnya, studi
Lebih terperinciDETEKSI KEBERADAAN AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE IP2Win DAN ROCKWORK 2015
DETEKSI KEBERADAAN AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE IP2Win DAN ROCKWORK 2015 Eva Rolia, Agus Surandono Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara No. 166 Kota Metro
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1 SIKLUS HIDROLOGI
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SIKLUS HIDROLOGI Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1993) siklus hidrologi adalah air yang menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan setelah melalui beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dari sisi geografi dan letaknya merupakan daerah pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa potensi ekosistem
Lebih terperinciPENENTUAN LAPISAN PEMBAWA AIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS DI DAERAH ATAS TEBING LEBONG ATAS BENGKULU
PENENTUAN LAPISAN PEMBAWA AIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS DI DAERAH ATAS TEBING LEBONG ATAS BENGKULU Andik Purwanto Program Studi Fisika J PMIPA FKIP Universitas Bengkulu ABSTRACT This research was conducted
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
digilib.uns.ac.id 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Kelistrikan Suatu Batuan Sifat kelistrikan yang terdapat di bumi dapat dimanfaatkan untuk membantu penelitian geolistrik. Aliran arus listrik di dalam
Lebih terperinciPengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)
Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography) Heni Dewi Saidah, Eko Andi Suryo, Suroso Jurusan Teknik
Lebih terperinciBENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR
BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR BENTUK LAHAN MAYOR BENTUK LAHAN MINOR KETERANGAN STRUKTURAL Blok Sesar Gawir Sesar (Fault Scarp) Gawir Garis Sesar (Fault Line Scarp) Pegunungan Antiklinal Perbukitan
Lebih terperinciSURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.
SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB. BENGKULU UTARA Oleh: Arif Ismul Hadi, Suhendra, Robinson Alpabet Jurusan Fisika
Lebih terperinciIdentifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango
Identifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango Ahmad Zainuri 1) dan Ibrahim Sota 2) Abstrak: Masalah sampah adalah masalah klasik yang sudah lama
Lebih terperinciANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK
ISSN 978-5283 Juandi 2008: 2 (2) ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK Juandi Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 2,5 Simp. Panam Pekanbaru, 2893 Telp/Fax (076) 63273
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah kepesisiran didefinisikan oleh Kay dan Alder (1999) sebagai wilayah pertemuan darat dan laut dengan proses-proses alam yang bervariasi dan dinamis dalam membentuk
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER- SCHLUMBERGER UNTUK SURVEY PIPA BAWAH PERMUKAAN
APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER- SCHLUMBERGER UNTUK SURVEY PIPA BAWAH PERMUKAAN Staff Pengajar pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram Jl. Majapahit
Lebih terperinciPOTENSI SUMBERDAYA AIR TANAH DI SURABAYA BERDASARKAN SURVEI GEOLISTRIK TAHANAN JENIS
POTENSI SUMBERDAYA AIR TANAH DI SURABAYA BERDASARKAN SURVEI GEOLISTRIK TAHANAN JENIS Oleh : Mardi Wibowo *) Abstrak Surabaya merupakan salah satau kota terbesar di Indonesia dan sebagai pusat kegiatan
Lebih terperinciStudi Lapisan Air Tanah setelah 11 Tahun Tsunami Aceh Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh
Studi Lapisan Air Tanah setelah 11 Tahun Tsunami Aceh Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas di Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh Application of Geoelectrical Resistivity Method to See Groundwater Condition
Lebih terperinciGEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN
GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN Pengertian o Potamologi Air permukaan o o o Limnologi Air menggenang (danau, waduk) Kriologi Es dan salju Geohidrologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kimia airtanah menunjukkan proses yang mempengaruhi airtanah. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. Nitrat merupakan salah
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR
IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR Edu Dwiadi Nugraha *, Supriyadi, Eva Nurjanah, Retno Wulandari, Trian Slamet Julianti Jurusan Fisika
Lebih terperinciAplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya
1 Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah Andrias Sanggra Wijaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 sanjaya031@gmail.com
Lebih terperinciIdentifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromari Kabupaten Sigi
2016 Identifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa (Identification of aquifer distribution using geoelectrict resistivity method at Bora Village, Sigi Biromaru District,
Lebih terperinciBAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA
BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pengolahan dan interpretasi data geofisika untuk daerah panas bumi Bonjol meliputi pengolahan data gravitasi (gaya berat) dan data resistivitas (geolistrik)
Lebih terperinci, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
IDENTIFIKASI ZONA BIDANG GELINCIR DAERAH RAWAN LONGSOR HASIL PROSES TEKTONISME KOMPLEKS DI DISTRIK NAMROLE, KABUPATEN BURRU SELATAN, PULAU BURRU, MALUKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS KONFIGURASI
Lebih terperinciAir Tanah. Air Tanah adalah
Air Tanah Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri Air Tanah adalah pergerakan air dalam rongga pori batuan di bawah permukaan bumi dan merupakan bagian integral dari sistem hidrologi air yg
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berada pada iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas
PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Air merupakan kebutuhan utama setiap makhluk hidup, terutama air tanah. Kebutuhan manusia yang besar terhadap air tanah mendorong penelitian
Lebih terperincie-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika
STUDI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER (Study kasus Stadion Universitas Brawijaya, Malang) ABSTRAK: Arif Rahman Hakim 1, Hairunisa 2 STKIP
Lebih terperinciPOTENSI AIR TANAH DI BAGIAN BEACH RIDGE DAERAH LABUHAN BAJAU DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SIMEULEU BERDASARKAN ANALISIS PENGUKURAN GEOLISTRIK
Potensi Air Tanah... POTENSI AIR TANAH DI BAGIAN BEACH RIDGE DAERAH LABUHAN BAJAU DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SIMEULEU BERDASARKAN ANALISIS PENGUKURAN GEOLISTRIK Wisnu Arya Gemilang, Gunardi Kusumah, Guntur
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS
IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS Salwah, Syamsuddin, Maria*) *) Program Studi Geofisika FMIPA Unhas salwahasruddin@yahoo.com SARI BACAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi serta bagaimana cara mendeteksinya di dalam bumi dan di permukaan
Lebih terperinciPEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak
PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO Eko Minarto* * Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciINFORMASI DETEKSI SUMBERDAYA AIR TANAH ANTARA SUNGAI PROGO SERANG, KABUPATEN KULON PROGO DENGAN METODE GEOLISTRIK
INFORMASI DETEKSI SUMBERDAYA AIR TANAH ANTARA SUNGAI PROGO SERANG, KABUPATEN KULON PROGO DENGAN METODE GEOLISTRIK Agung Riyadi Peneliti Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian
Lebih terperinciMENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU
MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU Heri Gokdi 1, M. Edisar 2, Juandi M 3 1 Mahasiswa Program Studi S1
Lebih terperinciYoungster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal
Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal. 327-334 IDENTIFIKASI POTENSI AKUIFER BERDASARKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS PADA DAERAH KRISIS AIR BERSIH DI KOTA SEMARANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Sumber daya air merupakan bagian dari sumber daya alam yang mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan sumber daya alam lainnya. Air adalah sumber daya yang terbaharui,
Lebih terperinciANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA
ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA Muh. Taufik Dwi Putra ˡ, Syamsuddin ˡ, Sabrianto Aswad ˡ. Program
Lebih terperinciPEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY
20 ISSN 0854-2554 PEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY Wrego Seno Giamboro 1, Wahyu Hidayat 1 1 Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, UPN
Lebih terperinciAnalisa Resistivitas Batuan dengan Menggunakan Parameter Dar Zarrouk dan Konsep Anisotropi
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X B-15 Analisa Resistivitas Batuan dengan Menggunakan Parameter Dar Zarrouk dan Konsep Anisotropi Fransiskha W. Prameswari, A. Syaeful
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi
BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan detail. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut, sedangkan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN. Hendri Sosiawan. Identifikasi Air Tanah dan Pemanfaatannya untuk Pertanian
IDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN? Hendri Sosiawan Air Tanah Air tanah merupakan komponen dari suatu sistem daur hidrologi (hydrology cycle) yang terdiri rangkaian proses yang saling
Lebih terperinciPENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)
PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Geofisika Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciKAJIAN KEASINAN AIRTANAH DI WILAYAH PANTAI DAN PESISIR KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL. Arlin Irmaningdiah
KAJIAN KEASINAN AIRTANAH DI WILAYAH PANTAI DAN PESISIR KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL Arlin Irmaningdiah arlinirma@gmail.com Langgeng Wahyu Santosa langgengw@ugm.ac.id Abstract This research aims to
Lebih terperinciJurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online
Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein DETERMINATION SUBSURFACE ROCKS USING RESISTIVITY GEOELECTRICITY IN PAMAH PAKU KUTAMBARU LANGKAT REGENCY Rita Juliani
Lebih terperinciPENDUGAAN AKUIFER AIRTANAH DI PESISIR PULAU SOLOR, NUSA TENGGARA TIMUR
ABSTRAK PENDUGAAN AKUIFER AIRTANAH DI PESISIR PULAU SOLOR, NUSA TENGGARA TIMUR Pryambodo. D. G. 1), Kusumah, G. 2) & Sudirman, N. 1) Telah dilakukan penelitian geofisika dengan metode Geolistrik 2D konfigurasi
Lebih terperinciIDENTIFIKASI INTRUSI AIR LAUT KE DALAM AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI PANTAI BAJULMATI MALANG
IDENTIFIKASI INTRUSI AIR LAUT KE DALAM AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI PANTAI BAJULMATI MALANG Maria Ulfa 1), Daeng Achmad Suaidi 2), Sujito 3) 1) Mahasiswa Jurusan Fisika, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang memiliki kekayaan warisan budaya yang bernilai tinggi. Warisan budaya itu ada yang berupa bangunan atau monumen, kesenian,
Lebih terperinciPENGOLAHAN DATA GEOLISTRIK PADA EKPLORASI SUMBER AIR TANAH DI KECAMATAN KONGBENG KABUPATEN KUTAI TIMUR DENGAN PERANGKAT LUNAK RES2DINV
Jurnal nformatika Mulawarman Vol. 7 No. 1 Februari 2012 27 PENGOLAHAN DATA GEOLSTRK PADA EKPLORAS SUMBER AR TANAH D KECAMATAN KONGBENG KABUPATEN KUTA TMUR DENGAN PERANGKAT LUNAK RES2DNV Nataniel Dengen
Lebih terperinci