FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009"

Transkripsi

1 SKRIPSI KARAKTERISTIK PENDERITA DISPEPSIA RAWAT INAP DI RS MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN 2007 Oleh : YANTI HARAHAP NIM FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 ABSTRAK Dispepsia merupakan salah satu masalah pencernaan yang paling umum ditemukan. Dialami sekitar 13%-40% populasi di dunia setiap tahun. Data Depkes tahun 2004 menempatkan dispepsia di urutan ke 15 dari daftar 50 penyakit dengan pasien rawat inap terbanyak di Indonesia dengan proporsi 1,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita dispepsia rawat inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun Penelitian ini bersifat Deskritif dengan desain Case Series. Populasi sebanyak 412 data dan sampel sebanyak 203 data yang diambil secara Systematic Random Sampling. Tekhnik analisa data menggunakan analisa statistik Chi-Square dan T-test. Proporsi tertinggi penderita Dispepsia adalah kelompok umur >50 tahun (33,0%), jenis kelamin Perempuan (61,6%), agama Islam (75,3%), tamat SLTA (17,7%), pekerjaan Ibu Rumah Tangga (30,0%), status Kawin (70,4%), asal Kota Medan (86,7%), Dispepsia Fungsional (78,8%), Manifestasi Klinis Campuran (52,7%), Lama Sakit Akut (74,9%), Pulang Berobat Jalan (90,1%), Bukan Dengan Biaya Sendiri (79,8%), dan Lama Rawatan Rata-Rata 5,24 hari. Berdasarkan hasil analisa statistik Chi-Square diperoleh hubungan yang bermakna antara umur dengan dengan lama sakit (p<0,05) dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan jenis dispepsia (p>0,05). Berdasarkan hasil analisa T-Test terdapat perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan umur dan sumber biaya (p< 0,05), tidak terdapat perbedaan perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis dispepsia dan lama sakit (p>0,05). Kepada petugas medis Rumah Sakit Martha Friska Medan diharapkan memberikan saran-saran kepada penderita yang dapat mencegah kambuhnya Dispepsia. Kepada bagian rekam medik diharapkan meningkatkan kelengkapan data suku, tingkat pendidikan dan status perkawinan. Keywords: Dispepsia, Karakteristik Penderita

3 ABSTRACT Dyspepsia found as one of the most common digestive problems. Dispepsia happened about 13%-40% of the world s population each year. Department oh Health s data puts dyspepsia on the fifth rank among fifty diseases as the greatest of hospitalized patients proportion in Indonesia, 13%. The purpose of this Descriptive study with Case Series design is to know the characteristic of the dyspepsia s patients who hospitalized in Martha Friska Hospital Medan in The population of this study is 412 data and the sample is 203 data taken by Systemaric Random Sampling. Data analyse using Chi-Square and T-test The highest proportion dyspepsia patients is >50 years old (33,0%), women (61,6%), moslem (75,3%), senior high school graduates (17,7%), house wife(30,0%), married (70,4%), came from Medan (86,7%), functional dyspepsia (78,8%), mixed clinis ill (54,7%), acute patient (74,9%), clinical recovery out-paient (90,6%), No self paid fee (79,8%), the length average of treatment was 5,24 days. According to the result of Chi-square test, there was founded a significant relation between age with the length of ill (p<0,05) and there wasn t a significant relation between age with the kind of dyspepsia (p>0,05). Based on the result of t- test, there were significantly difference between the average length of stay by age and source of fee. There weren t significantly diffrerence between the average length of treatment by dyspepsia s kind and the length of ill. The medical stuff of Martha Friska Hospital are expected to give some information or advice to the dyspepsia patients for preventing dyspepsia flares up again. Medical record stuff are expected to raise the data s completeness of ethnic, educational degree and marital status Keywords : Dyspepsia, Characteristics of patients

4 DAFTAR ISI Halaman Persetujuan... i Abstrak Indonesia... ii Abstrak Inggris... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... viii Daftar Tabel... xi Daftar Gambar... xiii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian... 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Dispepsia Klasifikasi Dispepsia Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional Manifestasi Klinis Epidemiologi Dispepsia Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Diagnosis Pencegahan BAB 3 KERANGKA KONSEP Kerangka Konsep Definisi Operasional Variabel BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Lokasi Penelitian dan Waktu penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel... 30

5 4.4. Metode Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data.32 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Analisa Deskriptif Sosio Demografi Jenis Dispepsia Manifestasi Klinis Lama Sakit Lama Rawatan Rata-Rata Sumber Biaya Keadaan Sewaktu Pulang Analisa Statistik Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Dispepsia Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Lama Sakit Distribusi Proporsi Lama Sakit Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Umur Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Jenis Dispepsia Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Lama Sakit Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya BAB 6 PEMBAHASAN Karakteristik Penderita Dispepsia Berdasarkan Sosiodemografi Umur Jenis Kelamin Agama Tingkat Pendidikan Pekerjaan Status Perkawinan Daerah Asal Jenis Dispepsia Manifestasi Klinis Lama Sakit Lama Rawatan Rata-Rata Sumber Biaya Keadaan Sewaktu Pulang... 57

6 6.2. Analisa Statistik Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Dispepsia Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Lama Sakit Distribusi Proporsi Lama Sakit Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Umur Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Jenis Dispepsia Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Lama Sakit Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Master Data Penderita Dispepsia Hasil Pengolahan Statistik Surat Survei Pendahuluan Surat Izin Penelitian Surat Selesai Penelitian

7 DAFTAR TABEL Tabel 5.1. Tabel 5.2. Tabel 5.3. Tabel 5.4. Tabel 5.5. Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RS Martha Friska Medan Tahun Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Jenis Dispepsia di RS Martha Friska Medan Tahun Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Manifestasi Klinis di RS Martha Friska Medan Tahun Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Lama Sakit di RS Martha Friska Medan Tahun Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata di RS Martha Friska Medan Tahun Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RS Martha Friska Medan Tahun Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di RS Martha Friska Medan Tahun Tabel 5.8. Tabel 5.9. Tabel Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Dispepsia Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Lama Sakit Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun Distribusi Proporsi Lama Sakit Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun

8 Tabel Tabel Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis Dispepsia Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun Tabel Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Lama Sakit Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun Tabel Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun DAFTAR GAMBAR

9 Gambar Esophagus, Lambung & Duodenum... 8 Gambar Tukak di Esophagus, Lambung, & Duodenum Gambar Helicobacter pylori Gambar 6.1. Diagram Bar Proporsi Penderita Dispesia Rawat Inap Berdasarkan Umur di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar 6.2. Diagram Pie Proporsi Penderita Dispesia Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar 6.3. Diagram Pie Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Agama di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar 6.4. Diagram Bae Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Pendidikan di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar 6.5. Diagram Pie Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar 6.6. Diagram Pie Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Status Perkawinan di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar 6.7. Diagram Pie Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Daerah Asal di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar 6.8. Diagram Pie Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Jenis Dispepsia di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar 6.9. Diagram Pie Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Manifestasi Klinis di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar Diagram Pie Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Lama Sakit di RS Martha Friska Medan Tahun

10 Gambar Diagram Pie Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar 6.12 Diagram Pie Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Dispepsia Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Lama Sakit Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Sakit Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Tahun Gambar Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis Dispepsia Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Frsika Medan Tahun Gambar Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Lama Sakit Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun Gambar Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular akhir-akhir ini merupakan suatu penyebab morbiditas dan mortalitas di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. 1 Menurut WHO (2004), proporsi kematian di dunia yang disebabkan oleh penyakit tidak menular sebesar 60% dan proporsi kesakitan sebesar 47%, dan diperkirakan pada tahun 2020 proporsi kematian akan meningkat menjadi 73% dan proporsi kesakitan menjadi 60%. Untuk negara SEARO (South East Asian Regional Office), pada tahun 2020 diperkirakan proporsi kematian dan kesakitan yang disebabkan oleh penyakit tidak menular sebesar 50% dan 42%. Di Indonesia, menurut hasil studi morbiditas pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) prevalensi penyakit tidak menular meningkat dari 15% pada tahun 1995 menjadi 18% pada tahun Perkembangan teknologi dan industri serta perbaikan sosio ekonomi telah membawa perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungan seperti pola konsumsi makanan yang tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan tersebut telah memberi pengaruh terhadap terjadinya peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular. 3 Perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi salah satu penyebab terjadinya masalah pencernaan. Dispepsia merupakan salah satu masalah pencernaan yang paling umum ditemukan. Kondisi ini dilaporkan dialami sekitar 25% (13%-40%) populasi di dunia setiap tahun, namun sebagian besar penderita tidak mencari pertolongan kesehatan.

12 Meskipun demikian, dispepsia bertanggung jawab atas besarnya biaya perawatan kesehatan (pengobatan dan diagnosa) dan hilangnya waktu kerja. 4 Gejala dispepsia sangat bervariasi, baik dalam jenis gejala yang ada maupun intensitas gejala tersebut dari waktu ke waktu. Gejala yang bisa dirasakan penderita seperti nyeri di ulu hati, perut kembung, mual, muntah, nafsu makan berkurang, sendawa, dan rasa cepat kenyang. 5,6 Di wilayah Asia Pasifik tahun 1994, secara umum prevalensi dispepsia bervariasi dari 10%-20%. Di wilayah Cape Town, Afrika Selatan pada tahun 1993, proporsi dispepsia yang terdapat pada klinik gastroenterologi sebesar 71%. 7 Heyse (1994) memperkirakan di Inggris, proporsi dispepsia yang ditemui di praktik dokter umum sebesar 25% dan di praktik gastroenterohepatologist sebesar 70%. 8 Dalam waktu tiga bulan ditemukan bahwa 54% masyarakat Swedia mengalami dispepsia (Agreus et al.,1994). Dalam setahun, sebanyak 50% masyarakat Denmark mangalami dispepsia (Kay and Jorgensen, 1994). Beberapa studi juga menemukan bahwa dispepsia terjadi terus menerus dan berulang. Janes and Lydeard (1992) menyebutkan bahwa selama dua tahun hanya 26% dari pasien dispepsia tidak mengalami kekambuhan. Sebagai tambahan, 86% dari penderita dispepsia dilaporkan mengalami gejala yang sama selama bulan kedepan (Talley et al.,1992). Kay and Jergensen (1997) mengungkapkan bahwa hanya 25% dari penderita bebas dari gejala setelah lima tahun. 9 Dispepsia diperkirakan diderita sekitar 15-40% warga Indonesia. 10 Menurut Data Depkes tahun 2003, dispepsia berada pada peringkat ke 10 dengan proporsi 1,5% untuk kategori 10 jenis penyakit terbesar pada pasien rawat

13 jalan di seluruh rumah sakit di Indonesia. Tahun 2004, dispepsia menempati urutan ke 15 dari daftar 50 penyakit dengan pasien rawat inap terbanyak di Indonesia dengan proporsi 1,3% dan menempati urutan ke 35 dari daftar 50 penyakit penyebab kematian dengan PMR 0,6%. 11 Survei yang dilakukan Ari F. Syam dari FKUI (2001) menemukan bahwa dari 93 pasien yang diteliti, hampir 50% diantaranya mengalami dispepsia. 12 Penelitian yang dilakukan oleh Chaidir Aulia dengan menggunakan endoskopi terhadap 475 pasien di RSU Pondok Indah Jakarta pada bulan April 2002 sampai dengan Juli 2003 ditemukan proporsi penderita dispepsia sebesar 61,5%. 13 Survei yang dilakukan pada masyarakat Jakarta pada tahun 2006 oleh Departemen Ilmu penyakit Dalam FKUI yang melibatkan 1645 responden mendapatkan pasien dengan sindrom dispepsia mencapai angka 60%. 14 Di RSUD Kabupaten Paniai Propinsi Papua tahun 2007, pasien dispepsia berada di urutan ke 4 terbanyak untuk pasien rawat jalan dengan proporsi 5,04% (217 kasus) dan di urutan ke 9 untuk pasien rawat inap dengan proporsi 1,02% (10 kasus). 15 Di RSUD Sungailiat Kabupaten Bangka tahun 2008, pasien dispepsia berada di urutan ke 2 terbanyak untuk pasien rawat inap dengan proporsi 6,3% (441 kasus) dan di urutan ke 3 untuk pasien rawat jalan dengan proporsi 9,9% (595 kasus). 16 Penelitian Sianturi C di RSUP. H. Adam Malik Medan menemukan bahwa dari tahun , jumlah penderita sindrom dispepsia ada sebanyak 484 orang. 17 Penelitian yang dilakukan oleh Sinaga B di RSU Advent Medan selama tahun 2005

14 menemukan bahwa proporsi penderita dispepsia di RS Advent sebesar 9,43% (215 dari 2279 pasien). 18 Sindrom dispepsia termasuk kedalam sepuluh penyakit terbesar berdasarkan kunjungan di RS Martha Friska. Berdasarkan data kasus yang diperoleh dari studi pendahuluan di rumah sakit ini, pada tahun 2004 proporsi dispepsia 2,63% (135 kasus). Tahun 2005 sebesar 2,75% (195 kasus). Tahun 2006 sebesar 2,69% (216 kasus), dan pada tahun 2007 sebesar 3,59% (412 kasus). Dari data ini terlihat bahwa sindrom dispepsia mengalami peningkatan kasus dari tahun ke tahun. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita dispepsia rawat inap di RS Martha Friska Medan tahun Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita dispepsia rawat inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik penderita dispepsia rawat inap di Rumah Sakit Umum Martha Friska Medan tahun 2007.

15 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita dispepsia berdasarkan sosiodemografi yang meliputi umur, jenis kelamin, suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan daerah asal. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita dispepsia berdasarkan jenis dispepsia. c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita dispepsia berdasarkan manifestasi klinis. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita dispepsia berdasarkan lama sakit.. e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita dispepsia berdasarkan keadaan sewaktu pulang. f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita dispepsia berdasarkan sumber biaya. g. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita dispepsia. h. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan jenis dispepsia. i. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan lama sakit. j. Untuk mengetahui distribusi proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan lama sakit. k. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan umur. l. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis dispepsia.

16 m. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan lama sakit. n. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. o Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan informasi bagi pihak RS Martha Friska Medan dalam upaya peningkatan kelengkapan data penderita dispepsia. b. Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan dispepsia, dan sebagai sarana meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.

17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Dispepsia Berdasarkan Konsensus terakhir di Roma tahun 1999, dispepsia diartikan sebagai rasa sakit atau ketidaknyamanan yang berpusat pada perut bagian atas. 4 Menurut Arif Mansjoer dkk (2001), dispepsia diartikan sebagai kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. 19 Sindrom dispepsia sebetulnya adalah kumpulan gejala nyeri atau rasa tidak nyaman pada epigastrium, yang disertai dengan rasa panas di dada dan perut, nyeri epigastrium, mual, muntah, nafsu makan berkurang, sendawa, rasa cepat kenyang, atau perut kembung. 20 Dalam perkembangannya, gejala rasa panas di dada dan perut serta sendawa tidak dimasukkan lagi dalam sindrom dispepsia, karena korelasinya erat dengan penyakit Gastro Oeshophageal Reflux Disease (GORD). 6 Keluhan-keluhan ini tidak perlu selalu semua ada pada tiap pasien, dan bahkan pada satu pasien pun keluhan dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Definisi dispepsia diatas menunjukkan bahwa sumber gejala-gejala yang timbul berasal dari saluran cerna bagian atas, khususnya lambung dan duodenum.

18 Gambar Eshopagus, Lambung & Duodenum Klasifikasi Dispepsia Dispepsia Organik Dispepsia organik adalah dispepsia yang telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya misalnya adanya tukak di lambung, dan usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain. Dispepsia organik jarang ditemukan pada usia muda, tetapi banyak ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun. 22 Dispepsia organik dapat digolongkan menjadi: a. Tukak Pada Saluran Cerna Bagian Atas Tukak dapat ditemukan pada mukosa, sub mukosa, dan lapisan muskularis dari saluran cerna bagian atas, di distal esophagus, lambung, & duodenum. Keluhan yang sering diutarakan penderita adalah nyeri di daerah epigastrium berupa nyeri yang tajam, dan menyayat, atau terasa tertekan, penuh atau terasa perih seperti pada seseorang yang lapar. Nyeri pada bagian kanan atau kiri epigastrium, terjadi 30 menit

19 sesudah makan, dan dapat menjalar ke punggung. Nyeri terasa berkurang atau sembuh sementara sesudah makan atau setelah minum antasida. Gejala lain seperti mual, muntah, kembung, bersendawa, dan berkurangnya nafsu makan sehingga berat badan bisa menurun. 22 Hasil pemeriksaan endoskopi pada saluran cerna bagian atas yang dilakukan terhadap 810 orang di RSUP. dr. Jamil Padang tahun , menemukan penderita tukak lambung sebanyak 23 orang (proporsi 2,84%) dan tukak duodenum 24 orang (proporsi 2,96%). 23 Tukak Esophagus Tukak Lambung Tukak Duodenum Gambar Tukak di Esophagus, Lambung, & Duodenum 21 b. Batu Empedu Kelainan utama yang dapat timbul pada kandung empedu adalah terbentuknya batu. Hal ini juga dapat terjadi pada saluran empedu. Pada kandung empedu, batu dapat menyebabkan peradangan disebut kolestitis akut, juga dapat menimbulkan kolik bilier dengan gejala nyeri epigastrium yang menjalar ke punggung dan bisa berlangsung sampai berjam-jam dan meyebabkan penderitanya muntah. Di dalam

20 saluran empedu, batu menyebabkan penyumbatan sehingga terjadi penyakit hepatitis, atau dapat menyebabkan serangan pankreatitis akut. 24 c. Gastritis Gastritis adalah peradangan/inflamasi pada lapisan mukosa dan sub-mukosa lambung. Keadaan ini antara lain diakibatkan oleh makanan/obat-obatan yang mengiritasi mukosa lambung dan adanya pengeluaran asam lambung yang berlebihan oleh lambung itu sendiri. Gejalanya seperti mual dan muntah, nyeri pada epigastrium, nafsu makan menurun dan kadang-kadang terjadi perdarahan. 25 Hasil pemeriksaan endoskopi pada saluran cerna bagian atas yang dilakukan terhadap 810 orang di RSUP. dr. Jamil Padang tahun , ditemukan penderita gastritis sebanyak 314 orang (proporsi 38,8%). 23 d. Karsinoma Karsinoma dari saluran pencernaan (esophagus, lambung, pankreas, kolon) sering menimbulkan dispepsia. Keluhan utama yaitu rasa nyeri di perut. Keluhan bertambah dengan turunnya nafsu makan, timbul anoreksia sehingga berat badan menurun. 22 Hasil pemeriksaan endoskopi pada saluran cerna bagian atas yang dilakukan terhadap 810 orang di RSUP. dr. Jamil Padang tahun , menemukan penderita kanker lambung sebanyak 11 orang (proporsi 1,36%). 22 Ditemukan 7 orang penderita kanker esophagus dari hasil pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas yang dilakukan terhadap 810 orang (proporsi 0,86%) di RSUP. dr. Jamil Padang tahun

21 e. Pankreatitis Gambaran yang khas dari pankreatitis akut ialah rasa nyeri di epigastrium yang hebat. Sifat nyeri timbulnya mendadak dan terus menerus, seperti di tusuk-tusuk dan rasa terbakar. Perasaan nyeri tersebut mulai dari epigastrium kemudian menjalar ke punggung. Beberapa jam kemudian perasaan nyeri tersebut menjalar ke seluruh perut dan perut menjadi tegang. Timbul rasa mual, kadang-kadang muntah. Penderita pankreatitis kronik juga mengeluh rasa nyeri di perut bagian atas. Rasa nyeri juga seperti di tusuk-tusuk, menjalar ke punggung, disertai mual dan muntah, sifatnya hilang timbul, sehingga tidak jarang dibuat diagnosa sakit lambung. Pada pankreatitis kronik tidak ada keluhan rasa pedih, melainkan disertai tanda-tanda diabetes melitus atau keluhan steatorrhoe. 22 f. Dispepsia Pada Sindrom Malabsorbsi Malabsorbsi adalah suatu keadaan terdapatnya gangguan pada proses absorbsi dan digesti secara normal pada satu atau lebih zat gizi. 25 Pada penderita ini di samping mempunyai keluhan rasa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering flatus, kembung, keluhan utama lainnya ialah timbulnya diare yang berlendir. 26 g. Gangguan Metabolisme Diabetes Mellitus (DM) dapat menyebabkan gastroparesis yang hebat sehingga timbul keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, mual dan muntah. Gastroparesis didefinisikan sebagai ketidakmampuan lambung untuk mengosongkan ruangan. Hal ini terjadi apabila makanan berbentuk padat tetap tertahan di lambung. Gangguan metabolik lain seperti hipertiroid menimbulkan keluhan nyeri perut dan

22 vomitus. Hipotiroid dan hiperkalsemia juga dapat menyebabkan nyeri abdomen bagian atas. 22 h. Penyakit Lain Penyakit jantung iskemik sering memberi keluhan perut kembung dan rasa cepat kenyang. Penderita infark miokard dinding inferior juga sering menimbulkan gejala mual dan perut kembung. 22 i. Dispepsia Akibat Infeksi Bakteri Helicobacter pylori. Gambar Helicobacter pylori 21 Orang yang terinfeksi bakteri Helicobacter pylori dapat mengalami dispepsia. Penemuan bakteri ini dilakukan oleh dua dokter peraih Nobel dari Australia, yaitu Barry Marshall dan Robin Warre yang menemukan adanya bakteri yang bisa hidup dalam lambung manusia. Penemuan ini mengubah cara pandang para ahli mengenai penyebab penyakit lambung termasuk cara pengobatannya. Telah terbukti saat ini bahwa infeksi yang disebabkan oleh Helicobacter pylori pada lambung bisa

23 menyebabkan peradangan mukosa lambung yang disebut dengan gastritis. Proses ini bisa berlanjut hingga terjadi ulkus/tukak bahkan kanker lambung. Helicobacter pylori panjangnya 2-3 mikron dan lebarnya 0,5 mikron. Bentuknya seperti spiral berekor diselubungi lapisan mirip rambut atau flagela. Bakteri ini hidup dibawah lapisan selaput lendir dinding bagian dalam lambung. Fungsi selaput lendir di lambung adalah untuk melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam yang diproduksi lambung. Infeksi oleh Helicobacter pylori merupakan infeksi yang cukup umum pada manusia. Lebih sering terjadi pada usia muda. Kemungkinan ini berkaitan dengan keadaan sosio-ekonomi yang rendah dan faktor kebersihan. Dalam pertemuan di Centers for Disease Control and Prevention di Atlanta, Georgia pada 1991, semua ahli mengakui hubungan langsung antara Helicobacter pylori dengan penyakit gastritis. Sekitar 75% jenis penyakit tukak lambung telah terbukti disebabkan oleh Helicobacter pylori yang dapat diobati secara permanen menggunakan larutan antibiotik Dispepsia Fungsional Dispepsia dispepsia fungsional atau nonorganik atau dispesia nonulkus (DNU) adalah dispepsia yang terjadi tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan). 15

24 Penyebab Dispepsia Fungsional : 1. Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal Menelan terlalu banyak udara, untuk mereka yang mempunyai kebiasaan makan secara salah (mengunyah dengan mulut terbuka atau sambil berbicara) Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu. Efeknya bisa membuat lambung terasa penuh atau bersendawa terus Mengkonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya dispepsia. Seperti minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi karena bisa mengiritasi dan mengikis permukaan lambung. Makanan yang perlu dihindari seperti makanan berlemak, gorengan, makanan yang terasa asam, dan sayuran dan buah yang mengandung gas seperti kol, sawi, nangka dan kedondong. Jenis makanan diatas tidak mutlak sama reaksinya untuk setiap individu. Karena itu setiap penderita diharapkan untuk membuat daftar makanan pemicu dispepsia untuk diri sendiri, lalu sedapat mungkin menghindari makanan/minuman tersebut Obat penghilang nyeri. Terlalu sering menggunakan obat penghilang nyeri seperti Nonsteroidal Anti Inflamatory Drugs (NSAIDs) misalnya Aspirin, Ibuprofen (Advil, Motrin, dan lain-lain) juga Naproxen (Aleve) Pola makan. Jarang sarapan di pagi hari, termasuk yang berisiko terserang dispepsia. Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak. Sehingga bila tidak sarapan, maka lambung akan lebih banyak memproduksi asam. Sebuah riset yang dilakukan perusahaan obat Brains & Co, menyebutkan satu dari dua orang profesional di kota besar, berpotensi terkena dispepsia. Tuntutan pekerjaan yang tinggi, padatnya lalu lintas, jarak tempuh rumah dan kantor yang jauh dan

25 persaingan yang tinggi, sering menjadi alasan para profesional untuk menunda makan Stres & Berbagai Reaksi Tubuh Orang sering tidak menyadari kalau faktor stres erat sekali kaitannya dengan reaksi tubuh yang merugikan kesehatan. Ada beberapa mekanisme yang kini sudah dibuktikan, dan beberapa diantaranya berkaitan dengan sistem hormonal, dimana stres secara otomatis akan menyebabkan otak mengaktifkan sistem hormon untuk memicu sekresinya. stres paling banyak memicu sekresi hormon kortisol, dimana hormon ini selanjutnya akan bekerja mengkoordinasi seluruh sistem di dalam tubuh termasuk jantung, paru-paru, peredaran darah, metabolisme dan sistem imunitas tubuh dalam reaksi yang ditimbulkannya. Sekresi hormon ini juga menjelaskan mengapa ketika menghadapi stres, tekanan darah dan denyut jantung meningkat secara cepat. Peningkatan kerja sistem pernafasan ini akan mengakibatkan paru-paru bekerja ekstra untuk mengambil oksigen lebih banyak hingga meningkatkan juga peredaran darah di seluruh bagian tubuh mulai dari otot-otot hingga ke otak, dan peningkatan tersebut disebutkan beberapa riset bisa naik mencapai 300% melebihi batas normal. Akibatnya, bukan jantung saja yang dapat terasa berdebar, namun keseluruhan sistem tubuh termasuk pengeluaran keringat juga akan meningkat dengan cepat. Selain hormon kortisol, ada hormon lain yang turut berperan dalam mekanisme ini, diantaranya hormon katekolamin yang terdiri dari zat aktif dopamin, norepinefrin dan epinefrin yang lebih dikenal dengan adrenalin. Hormon ini akan mengaktifkan suatu sistem ingatan jangka panjang yang akan mengingat stressor

26 yang sama pada peristiwa selanjutnya serta menekan bagian otak yang berperan dalam ingatan jangka pendek. penekanan ingatan jangka pendek ini dinilai para ahli sebagai faktor utama yang menyebabkan orang tidak lagi dapat dengan mudah berpikir secara rasional ketika mereka dilanda stres. Proses ini juga memicu terjadinya penyakit psychosomatik dengan gejala dispepsia seperti mual dan muntah, diare, pusing, sakit otot juga sendi Manifestasi klinis Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe : 1. Dispesia dengan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala: a. Nyeri epigastrium terlokalisasi b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid c. Nyeri saat lapar d. Nyeri episodik 2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia) dengan gejala: a. Mudah kenyang b. Perut cepat terasa penuh saat makan c. Mual

27 d. Muntah e. Bengkak abdomen bagian atas (Upper abdominal bloating) f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan 3. Dispepsia Mixed/Gabungan, yang gejalanya gabungan antara nyeri di ulu hati dan rasa mual, kembung dan muntah, tapi tidak ada yang spesifik atau dominan. 19 Dispepsia dapat bersifat akut dan kronis, pembagiannya berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan. Bila lama sakit terjadi selama tiga bulan atau kurang disebut akut. Lebih dari tiga bulan disebut kronis Epidemiologi Dispepsia Distribusi Frekuensi a. Berdasarkan Orang 1. Umur Dispepsia bisa terjadi pada semua golongan usia, terutama usia diatas 20 tahun. 30 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eddy Bagus di Unit Gastroenterologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2001, dari 39 sampel yang diperiksa 79,4% umur penderita dispepsia berada pada usia 30 sampai 50 tahun Jenis Kelamin Kasus dispepsia lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria, dengan perbandingan sekitar 2 : 1. 29

28 3. Etnis Di Amerika, prevalensi dispepsia meningkat dengan bertambahnya usia, lebih tinggi pada kelompok kulit hitam dan Hispanik, dibanding kelompok kulit putih. Dikalangan Aborigin frekuensi infeksi Helicobacter pylori lebih rendah dibandingkan kelompok kulit putih, walaupun kondisi higiene dan sanitasi jelek. 32 b. Berdasarkan Tempat Penyebaran dispepsia pada umumnya pada lingkungan yang padat penduduknya, sosio ekonomi yang rendah, dan banyak terjadi pada negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju. Di negara berkembang diperkirakan 10 % anak berusia 2-8 tahun terinfeksi setiap tahunnya sedangkan di negara maju kurang dari 1%. 33 c. Berdasarkan Waktu Penyakit dispepsia paling sering ditemukan pada bulan puasa, bagi yang menjalankan puasa. Berpuasa berarti sistem pencernaan tidak menerima makanan dan minuman kurang-lebih 14 jam. Penelitian di Paris pada tahun 1994 terhadap 13 sukarelawan yang berpuasa memperlihatkan, setelah 6-8 jam perut kosong, terjadi peningkatan pepsin dan asam lambung yang dapat menimbulkan gejala dispepsia. Umumnya penderita dispepsia fungsional pada minggu pertama akan merasa perih pada lambung. Kondisi ini akan normal pada minggu kedua. 28

29 Faktor Risiko 1. Faktor Psikososial Dispepsia fungsional sangat berhubungan erat dengan faktor psikis. Berbagai penelitian memang telah membuktikan hubungan antara faktor fungsional dengan faktor stres yang dialami seseorang terutama faktor kecemasan (ansietas). Besarnya peranan stres dalam memicu berbagai penyakit sering tidak disadari oleh penderita bahkan oleh tenaga medis sendiri. Karena itu penting sekali untuk menelusuri kejadian stres yang menimpa pasien dalam suatu sistem terapi secara terpadu. Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa sebagian penyakit bisa menemukan progresifitas penyembuhan yang baik setelah faktor stres ini ikut ditangani Penggunaan Obat-Obatan Sejumlah obat dapat menyebabkan gangguan epigastrum, mual, muntah dan nyeri di ulu hati. Misalnya aspirin, senyawa-senyawa yang mengandung aspirin, antibiotik oral (terutama ampisilin, eritromisin), teofilin, digitalis dan obat-obat anti-inflamasi non-steroid (NSAIDs) Pola Makan Tidak Teratur Pola makan yang tidak teratur terutama bila jarang sarapan di pagi hari, termasuk yang berisiko dispepsia. Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak. Sehingga bila tidak sarapan, maka lambung akan lebih banyak memproduksi asam. 28,29

30 4. Kebiasaan Tidak Sehat a). Mengisap rokok berlebihan. Tar dalam asap rokok dapat melemahkan katup Lower Esophageal Sphincter (LES), katup antara lambung dan tenggorokan, sehingga menyebabkan gas di lambung naik hingga kerongkongan. b). Minum alkohol secara berlebihan. Alkohol bekerja melenturkan katup LES, sehingga menyebabkan refluks, atau berbaliknya asam lambung ke kerongkongan. Alkohol juga meningkatkan produksi asam lambung. c). Minum kopi, teh atau minuman lain yang mengandung kafein Kafein dapat mengendurkan Lower Esophageal Sphincter (LES), katup antara lambung dan tenggorokan, sehingga menyebabkan gas di lambung naik hingga kerongkongan. d). Terlalu sering mengkonsumsi makanan yang berminyak dan berlemak. Makanan tersebut cenderung lambat dicerna, membuat makanan tinggal lebih lama di lambung. Hal ini dapat membuahkan peningkatan tekanan di lambung, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan terjadinya pelemahan LES. Jika LES melemah, asam lambung akan naik ke kerongkongan Lingkungan Penyebaran dispepsia pada umumnya pada lingkungan yang padat penduduknya, sosio ekonomi yang rendah, dan banyak terjadi pada negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju. 33 Penelitian yang dilakukan oleh P Bytzer dkk (2000) dari Department of Medicine, University

31 of Sydney, Nepean Hospital, Penrith, Australia terhadap orang dewasa Australia menyimpulkan bahwa sosio ekonomi yang rendah adalah salah satu faktor resiko terjadinya gejala gangguan saluran cerna bagian atas dan bawah. 35 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hartono di PT. Kusumahadi Santosa Karanganyar tahun , diperoleh bahwa intensitas kebisingan di tempat kerja berpengaruh sangat signifikan terhadap jumlah penderita dispepsia pada tenaga kerja di PT tersebut. Hal ini karena pengaruh bising yang dihasilkan mesin pabrik kepada stres pekerja Diagnosis Bila seseorang penderita baru datang, pemeriksaan lengkap dianjurkan bila terdapat keluhan yang berat, muntah-muntah, telah berlangsung lebih dari 4 minggu, adanya penurunan berat badan, dan usia lebih dari 40 tahun. Untuk memastikan penyakitnya, disamping pengamatan fisik perlu dilakukan pemeriksaan, yaitu: a. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, diperlukan darah, urine, tinja untuk diperiksa secara rutin. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika cairan tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorbsi. Seorang yang diduga menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa 21, 37 asam lambungnya.

32 b. Radiologis Pada tukak di lambung akan terlihat gambar yang disebut niche yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya regular, semisirkuler, dasarnya licin. Kanker di lambung secara radiologis akan tampak massa yang ireguler, tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk 22, 38 dari lambung berubah. c. Endoskopi Pemeriksaan endoskopi sangat membantu dalam diagnosis, yang perlu diperhatikan warna mukosa, lesi, tumor jinak atau ganas. Kelainan di lambung yang sering ditemukan adalah tanda peradangan tukak yang lokasinya terbanyak di bulbus, dan parsdesenden, tumor jinak atau ganas yang divertikel. Pada endoskopi ditemukan tukak baik di esophagus, lambung, maupun duodenum, maka dapat dibuat diagnosis dispepsia tukak. Sedangkan bila tidak ditemukan tukak tetapi hanya ada peradangan 22, 37 maka dapat dibuat diagnosis dispepsia bukan tukak. d. Ultrasonografi Akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit. Pemanfaatan alat USG pada pasien dispepsia terutama bila dugaan ke arah kelainan di traktus biliaris, pankreas, kelainan di tiroid, bahkan juga 22, 37 ada dugaan tumor di esophagus dan lambung.

33 2.6. Pencegahan Pencegahan terhadap penyakit dispepsia ini adalah sebagai berikut: a. Pencegahan Primordial Merupakan upaya pencegahan pada orang-orang yang belum memiliki faktor risiko dispepsia, dengan memberikan penyuluhan tentang cara mengenali dan menghindari keadaan/kebiasaan yang dapat mencetuskan serangan dispepsia, Sebagai contoh adalah adanya peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan membuat peraturan pada kotak rokok akan bahaya dari rokok tersebut terhadap kesehatan. Untuk menghindari infeksi Helicobacter pylori dilakukan dengan cara menjaga sanitasi lingkungan agar tetap bersih, perbaikan gizi dan penyediaan air bersih. 28 b. Primer (Primary Prevention) Berperan dalam mengelola dan mencegah timbulnya gangguan akibat dispepsia pada orang yang sudah mempunyai faktor risiko dengan cara membatasi atau menghilangkan kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti makan tidak teratur, merokok, mengkonsumsi alkohol, minuman bersoda, makanan berlemak, pedas, asam dan menimbulkan gas di lambung. Jika memungkinkan, obat-obatan penghilang nyeri dari golongan NSAIDs diganti dengan obat-obatan yang tidak mengandung NSAIDs. Berat badan perlu dikontrol agar tetap ideal, karena gangguan di saluran pencernaan seperti rasa nyeri di lambung, kembung dan konstipasi lebih umum terjadi pada orang yang mengalami obesitas. Rajin olahraga dan mampu memanejemen stres juga akan menurunkan risiko terjadinya dispepsia. 27

34 b. Pencegahan Sekunder ( Secondary Prevention) 1. Diet mempunyai peran yang sangat penting. Dasar diet tersebut adalah makan sedikit berulang kali. Makanan harus mudah dicerna, tidak merangsang peningkatan asam lambung dan bisa menetralisir asam HCL Obat-obatan untuk mengatasi dispepsia adalah antasida, antagonis reseptor H2, Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI), sitoprotektif, prokinetik dan kadang dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat antidepresi dan cemas untuk penderita dengan keluhan yang berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi Bagi yang berpuasa, untuk mencegah kambuhnya sindrom dispepsia, sebaiknya menggunakan obat antiasam lambung yang bisa diberikan saat sahur dan berbuka untuk mengontrol asam lambung selama berpuasa sehingga keluhan yang timbul saat berpuasa, terutama saat perut sudah kosong (6-8 jam setelah makan terakhir), dapat dikurangi. Obat anti asam bekerja selama jam. Dengan begitu, obat ini dapat mengontrol asam lambung selama pasien berpuasa. Berbeda dengan dispepsia organik, bila si penderita berpuasa, kondisi sakit lambungnya justru semakin parah. Penderita boleh berpuasa, setelah penyebab sakit lambungnya diobati terlebih dulu. 19

35 c. Pencegahan Tersier Penting sekali untuk para tenaga medis/psikiater untuk menelusuri kejadian yang menimpa pasien dalam suatu sistem terapi secara terpadu.dengan Rehabilitasi mental melalui konseling diharapkan terjadi progresifitas penyembuhan yang baik setelah faktor stres ditangani. 27

36 BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep Berdasarkan latar belakang dan studi kepustakaan diatas maka dapat disusun suatu kerangka konsep penelitian mengenai karakteristik penderita dispepsia rawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2007, sebagai berikut: Karakteristik penderita Dispepsia 1. Sosio demografi, meliputi Umur Jenis Kelamin Suku Agama Tingkat Pendidikan Pekerjaan Status Perkawinan Daerah Asal 2. Jenis Dispepsia 3. Manifestasi Klinis 4. Lama Sakit 5. Lama Rawatan Rata-Rata 6. Sumber Biaya 7. Keadaan Sewaktu Pulang

37 3.2. Definisi Operasional Variabel Penderita dispepsia adalah pasien yang di rawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2007 yang berdasarkan diagnosa dokter dinyatakan menderita dispepsia Sosio Demografi, meliputi : a) Umur adalah usia penderita dispepsia yang di rawat inap di rumah sakit, sesuai dengan yang tercatat di kartu status. Dikategorikan atas: tahun tahun tahun tahun 5. >50 tahun Dalam melakukan uji tabulasi silang, maka umur dikategorikan menjadi: tahun 2. >40 tahun b) Jenis Kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki oleh penderita dispepsia, sesuai dengan yang tercatat di kartu status. Dikategorikan atas: 1. Laki-laki 2. Perempuan c) Suku adalah etnik penderita dispepsia sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas: 1. Batak 2. Jawa 3. Melayu 4. Minang 5. Aceh 6. Lainnya

38 d) Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita dispepsia, sesuai dengan yang tecatat di kartu status. dikategorikan atas: 1. Islam 2. Kristen 3. Budha 4. Hindu e). Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang ditamatkan oleh penderita dispepsia, sesuai dengan tercatat di kartu status. Dikategorikan atas: 1. Tidak Sekolah 2. SD 3. SLTP 4. SLTA 5. Akademi/Perguruan Tinggi 6. Tidak Tercatat f) Pekerjaan adalah aktifitas utama yang dilakukan oleh penderita dispepsia, sesuai dengan yang tercatat di kartu status. Dikategorikan atas: 1. Ibu Rumah Tangga (IRT) 2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3. Pegawai Swasta 4.Wiraswasta 5. Pelajar 6. Dan Lain-lain Dalam melakukan uji tabulasi silang, maka pekerjaan dikategorikan menjadi: 1. Bekerja (PNS, Pegawai Swasta, Wiraswasta) 2. Tidak Bekerja (IRT, Pelajar, Dan Lain-lain) g) Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan ada tidaknya pasangan hidup penderita dispepsia, sesuai dengan yang tercatat di kartu status. Dikategorikan atas:

39 1. Belum Kawin 2. Kawin 3. Tidak Tercatat h) Daerah asal adalah tempat tinggal penderita dispepsia, sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas: 1. Dalam kota Medan 2. Luar kota Medan Jenis dispepsia adalah jenis penyakit dispepsia yang diderita pasien berdasarkan diagnosa dokter, sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status. Dikategorikan atas: 1. Dispepsia Organik (Gastritis, Malabsorbsi, Kolestitis, Gangguan Metabolisme). 2. Dispepsia Fungsional Manifestasi klinis adalah keluhan/gejala dominan yang dirasakan penderita dispepsia, sesui dengan yang yang tercatat dalam kartu status. Dikategorikan atas: 1. Ulcus-like dyspepsia 2. Dysmotility-like dyspepsia 3. Mixed/Gabungan Lama sakit adalah lama terjadinya gejala yang dirasakan oleh penderita dispepsia yang menyebabkan datang berobat ke rumah sakit, sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status. Dikategorikan atas: bulan (Akut) 2. >3 bulan (Kronik) Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lama hari rawatan semua penderita dispepsia terhitung mulai dari hari pertama masuk sampai keluar, sesuai dengan yang tercatat di kartu status.

40 Sumber biaya adalah sumber biaya perawatan penderita dispepsia, sesuai dengan yang tercatat di kartu status. Dikategorikan atas: 1. Biaya Sendiri 2. Bukan Biaya Sendiri (Askeskin, Askes, Jamsostek) Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita dispepsia sewaktu meninggalkan rumah sakit, sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status. Dikategorikan atas: 1. Pulang Berobat Jalan (PBJ) 2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 3. Meninggal

41 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain case series Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Martha Friska Medan dengan pertimbangan tersedianya data yang dibutuhkan dan belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita dispepsia rawat inap tahun Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2009 sampai dengan Juli Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian ini adalah data seluruh penderita dispepsia rawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2007 yaitu sebanyak 412 data Sampel Sampel penelitian ini adalah data sebagian penderita dispepsia rawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2007.

42 a. Besar Sampel Besar sampel ditentukan dengan rumus: 40 Keterangan: N 1 + N (d 2 ) N = Besar Populasi n = Besar Sampel d = Tingkat kepercayaan (0,05) (0,05) 2 = 202,95 ~ 203 Berdasarkan perhitungan diatas, maka besar sampel dalam penelitian adalah sebanyak 203 data. b. Metode Pengambilan Sampel Kartu status pasien pada tahun 2007 diberi nomor berurutan. Pengambilan sampel dilakukan secara Systematic Random Sampling, dimana hasil bagi antara jumlah populasi (N) dengan besar sampel yang akan diambil (n) dijadikan sebagai interval sampel (k). Dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebesar, k = 2,03 ~ 2. Pengambilan sampel pertama dilakukan dengan cara Simple Random Sampling yaitu dengan cara mengundi kartu status nomor urut pertama dan kedua. Untuk sampel-sampel berikutnya ditentukan dengan menggunakan rumus dari barisan aritmatika yaitu:

43 Sampel ke-n = s + (n-1)k Keterangan: s = sampel pertama k = interval Sampel Pertama = s Sampel Ke-2 = s + (2-1) 2 = s + 2 Sampel Ke-203 = s + (203-1) 2 = s Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan memakai data sekunder yang diperoleh dari pencatatan kartu status (rekam medik) penderita dispepsia yang dirawat inap di RS Martha Friska Medan tahun Kartu status penderita dispepsia yang terpilih sebagai sampel dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan terhadap variabel yang diteliti Pengolahan dan Analisa Data Data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisa dengan bantuan komputer yang menggunakan program SPSS. Data univariat dijelaskan secara deskriptif dan data bivariat dianalisa dengan uji chi-square dan t-test dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram batang dan diagram pie.

44 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Martha Friska berdiri sejak tanggal 2 Maret 1981, beralamat di Jalan Komodor Yos Sudarso No 91 Medan, Sumatera Utara, dengan status kepemilikan di bawah Yayasan Rumah Sakit Martha Friska. Bangunan awal rumah sakit berupa bangunan permanen berlantai satu dengan luas bangunan 628,2 M 2 dengan kapasitas 50 tempat tidur. Oleh karena perkembangan rumah sakit, pada tanggal 17 Agustus 1996 diresmikan penggunaan gedung berlantai lima dengan luas bangunan 750 M 2. Pada saat ini Rumah Sakit Martha Friska mempunyai luas lahan sebesar M 2 dan luas lahan cadangan M 2. Jumlah tempat tidur saat ini sebanyak 250 unit. Pada tahun 2002 status kepemilikan Rumah Sakit Friska beralih kepada PT. Karya Utama Sehat Sejahtera. Pada Rumah Sakit Martha Friska terdapat beberapa unit pelayanan, yaitu Unit Gawat Darurat, Unit Bedah, Unit Laboratorium, Poli THT, Poli Gigi dan Mulut, Poli Mata, Poli Anak, Poli Umum, Poli Penyakit Dalam, Poli Kebidanan, Poli Paru, Poli Neurologi, Poli Penyakit Kulit dan Kelamin, dan lain-lain. Saat ini Rumah Sakit Martha Friska dipimpin oleh dr. R.P.H. Siahaan MHA. Sumber daya manusia Rumah sakit Martha Friska terdiri dari tenaga medik 220 orang (33%), tenaga paramedis keperawatan 310 orang (46%), paramedis non keperawatan 34 orang (5%), tenaga non medik 103 orang (16%).

45 5.2. Analisa Deskriptif Sosio Demografi Hasil penelitian penderita dispepsia rawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2007 berdasarkan sosiodemografi yaitu menurut umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap Berdasarkan Sosio Demografi di RS Martha Friska Medan Tahun 2007 No Sosio Demografi Jumlah 1 Umur (Tahun) f % , , , ,8 > ,0 Total ,0 2 Jenis Kelamin Laki laki 78 38,4 Perempuan ,6 Total ,0 3 Agama Islam ,3 Kristen 43 21,2 Budha 6 3,0 Hindu 1 0,5 Total ,0 4 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah 13 6,4 SD 5 2,6 SLTP 8 3,9 SLTA 36 17,7 Akademi/Perguruan Tinggi 22 10,8 Tidak Tercatat ,6 Total ,0 5 Pekerjaan Ibu rumah Tangga (IRT) 61 30,0 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 46 22,7 Pegawai Swasta 27 13,3 Wiraswasta 29 14,3 Pelajar 13 6,4 Lain-lain 27 13,3 Total ,0 6 Status Perkawinan f %

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pola makan disuatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sedang kita hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit, yaitu disatu pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kejadiannya (Depkes, 2006). Perkembangan teknologi dan industri serta. penyakit tidak menular (Depkes, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kejadiannya (Depkes, 2006). Perkembangan teknologi dan industri serta. penyakit tidak menular (Depkes, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang dihadapkan pada dua masalah dalam pembangunan kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih belum banyak tertangani dan penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Almatsier tahun 2004, dispepsia merupakan istilah yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Almatsier tahun 2004, dispepsia merupakan istilah yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Dispepsia Menurut Almatsier tahun 2004, dispepsia merupakan istilah yang menunjukkan rasa nyeri atau tidak menyenangkan pada bagian atas perut. Kata dispepsia berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi penerus bangsa tidak luput dari aktifitas yang tinggi. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tubuh baik untuk melakukan metabolisme hingga aktivitas sehari-hari.

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN Deisy Octaviani 1 ;Ratih Pratiwi Sari 2 ;Soraya 3 Gastritis merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012). BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (51 orang) adalah perempuan. Perempuan lebih mudah merasakan adanya serangan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah istilah yang dipakai untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya suatu penyakit berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah satunya gangguan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan misalnya makan terlalu banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan yang belum terselesaikan, dan terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dispepsia adalah kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh (begah) atau cepat kenyang, sendawa, rasa

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Pada penelitian ini kerangka konsep mengenai karakteristik pasien PPOK eksaserbasi akut akan diuraikan berdasarkan variabel katagorik

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya? Faktor psikis atau kejiwaan seseorang bisa pula meningkatkan produksi asam lambung. Selain itu penyakit maag juga bisa disebabkan insfeksi bakteri tertentu, misalnya helicobacter pylori yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Banyak hal yang dapat menyebabkan gastritis. Penyebabnya paling sering adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sukarmin (2012) gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya

Lebih terperinci

Satuan Acara penyuluhan (SAP)

Satuan Acara penyuluhan (SAP) Lampiran Satuan Acara penyuluhan (SAP) A. Pelaksanaan Kegiatan a. Topik :Gastritis b. Sasaran : Pasien kelolaan (Ny.N) c. Metode : Ceramah dan Tanya jawab d. Media :Leaflet e. Waktu dan tempat : 1. Hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

hiperacidity. Adapun jenis-jenis dispepsia organik yaitu

hiperacidity. Adapun jenis-jenis dispepsia organik yaitu BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Dispepsia a. Definisi Dispepsia Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (buruk) dan peptein (pencernaan) (Bonner, 2006). Dispepsia menggambarkan keluhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian diseluruh dunia, diantaranya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN SKRIPSI.

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN SKRIPSI. KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN 2010-2011 SKRIPSI Oleh : YESSY OKTORINA NIM. 051000161 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian diseluruh dunia. Prevalensi PJPD di 13 Negara Eropa yaitu Australia (laki-laki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak, BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang paling sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak, cepat dan makan makanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ulkus Peptikum 2.1.1 Definisi Ulkus peptikum merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak tertutup debris (Tarigan, 2009). Ulkus peptikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami dispepsia (Djojoningrat, 2009). 21% penderita terkena dispepsia dimana hanya 2% dari penderita yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami dispepsia (Djojoningrat, 2009). 21% penderita terkena dispepsia dimana hanya 2% dari penderita yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia adalah kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Empat jenis utama penyakit tidak menular menurut World Health Organization (WHO) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penyakit lambung/maag sudah banyak timbul di masyarakat dengan keluhan perut yang sakit, perih, atau kembung. Namun penyakit maag tidak seperti yang diketahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang terletak di persimpangan antara saluran cerna dan bagian tubuh lainnya, mengemban tugas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerjaan serta problem keuangan dapat mengakibatkan kecemasan pada diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerjaan serta problem keuangan dapat mengakibatkan kecemasan pada diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perubahan dalam kehidupan manusia dapat menimbulkan stress. Stress yang dialami seseorang dapat menimbulkan kecemasan yang erat kaitannya dengan pola hidup. Akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini berkembang semakin cepat. Di dunia ini, diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN OLEH NOURMA Y LUMBAN GAOL

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN OLEH NOURMA Y LUMBAN GAOL SKRIPSI KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007 2008 OLEH NOURMA Y LUMBAN GAOL 051000106 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lambung merupakan organ yang vital bagi tubuh yang cukup rentan cidera atau terluka. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja lambung adalah asupan makanan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk,

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia adalah adanya perasaan nyeri dan tidak nyaman yang terjadi di bagian perut atas ditandai dengan rasa penuh, kembung, nyeri, beberapa gangguan mual-mual, perut

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA DM RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2009 s.d. 31 DESEMBER Oleh: RONY SIBUEA

KARAKTERISTIK PENDERITA DM RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2009 s.d. 31 DESEMBER Oleh: RONY SIBUEA KARAKTERISTIK PENDERITA DM RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2009 s.d. 31 DESEMBER 2009 Oleh: RONY SIBUEA 070100171 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk: HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia yang mengarah modern ditandai gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung, seperti:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat maka pola penyakit pun mengalami perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2)

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2) HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN BERISIKO GASTRITIS DAN STRESS DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA WANITA USIA 20-44 TAHUN YANG BEROBAT DI PUSKESMAS CILEMBANG TAHUN 2012 Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA PENGERTIAN Suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. (Mizieviez). ETIOLOGI 1. Faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Berbagai pilihan obat saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Berbagai pilihan obat saat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat merupakan semua bahan tunggal atau campuran bahan yang digunakan semua makhluk hidup untuk bagian dalam maupun bagian luar dalam menetapkan diagnosis, mencegah,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke arah yang lebih baik di Indonesia, mempengaruhi pergeseran pola penyakit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dispepsia Dispepsia merupakan isitilah yang digunakan untuk suatu sindrom (kumpulan gejala atau keluhan) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati (daerah lambung),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ansietas 2.1.1. Definisi Kecemasan atau ansietas adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sedang mengalami beban ganda dalam menghadapi masalah penyakit, yang mana penyakit menular dan penyakit tidak menular keduanya menjadi masalah kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma dispepsia merupakan keluhan/kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. praktek sehari-hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. praktek sehari-hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan Masalah Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Penelitian Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat pada perut bagian atas. Menurut kriteria Roma III, dispepsia didefinisikan sebagai kumpulan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RS HAJI MEDAN TAHUN 2009 SKRIPSI. Oleh : JULIANTI AISYAH NIM

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RS HAJI MEDAN TAHUN 2009 SKRIPSI. Oleh : JULIANTI AISYAH NIM KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RS HAJI MEDAN TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : JULIANTI AISYAH NIM. 061000134 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA DISPEPSIA DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

KARAKTERISTIK PENDERITA DISPEPSIA DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO KARAKTERISTIK PENDERITA DISPEPSIA DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO Joko Setyono 1, Agus Prastowo 2, dan Saryono 3 1 )Lecturer of Medical study program, Soedirman University 2) Nutrisionis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai dengan penduduknya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD. DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN SKRIPSI.

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD. DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN SKRIPSI. KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD. DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN 2004-2008 SKRIPSI Oleh : MERY K. SINAGA 051000066 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Dispepsia Menurut Tarigan (2003), dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat mencapai suatu keseimbangan atau suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Dispepsia Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (buruk) dan peptein (pencernaan). Istilah dispepsia mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 1980-an,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal

Lebih terperinci

ANDA BERTANYA, APOTEKER MENJAWAB. Diasuh oleh para Apoteker Dosen Fakultas Farmasi Unand. Pertanyaan:

ANDA BERTANYA, APOTEKER MENJAWAB. Diasuh oleh para Apoteker Dosen Fakultas Farmasi Unand. Pertanyaan: ANDA BERTANYA, APOTEKER MENJAWAB Diasuh oleh para Apoteker Dosen Fakultas Farmasi Unand Pertanyaan: Bapak Dr. Muslim Suardi, Apt. Ibu saya berusia 68 tahun. Beliau dinyatakan oleh dokter mengalami pendarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesian saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah 104 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015 A. Karateristik 1. Umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat pada perut bagian atas. Menurut kriteria Roma III, dispepsia kronis didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Majunya teknologi dan sosial ekonomi masa kini sebagai dampak dari pengaruh globalisasi telah menyebabkan terjadinya berbagai perubahan perubahan dalam segala bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi penyebab kematian yang lebih umum bila dibandingkan dengan penyakit akibat infeksi di negara sedang berkembang. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan 21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah epidemiologi bermula dengan penanganan masalah penyakit menular yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan sosioekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. pada setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia adalah kumpulan gejala penyakit saluran cerna bagian atas yang mengenai lebih dari 29% individu dalam suatu komunitas dan gejalanya bervariasi pada setiap

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Oleh: NAMA :Twenty

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu contoh sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal bagi masyarakat.

Lebih terperinci