BAB I PENDAHULUAN. kata kepemimpinan, sampai dengan tahapan melakukan nilai-nilai kepemimpinan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kata kepemimpinan, sampai dengan tahapan melakukan nilai-nilai kepemimpinan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan telah memasuki seluruh tingkatan dalam lingkungan masyarakat pendidikan dan masyarakat umum. Namun untuk mengerti akan arti kata kepemimpinan, sampai dengan tahapan melakukan nilai-nilai kepemimpinan itu sendiri, tergantung latar belakang tingkat pendidikannya. Dalam lingkungan masyarakat pendidikan, kepemimpinan dan penerapannya telah terlihat pada aktivitas intrakulikuler dan ekstrakulikuler mulai tingkat TK, SD, SMP, SMA, bahkan sampai tingkat universitas, telah mengadopsi prinsip-prinsip kepemimpinan dalam prosesnya. Dapat diambil kesimpulan bahwa semua tingkat pendidikan merasa antusias dan optimis akan tiba suatu masa, bahwa seseorang akan sampai pada jenjang tertinggi, yaitu menjadi pemimpin lewat segala aspek dan bidang kehidupan yang dipilihnya sebagai dunia profesionalnya. Apa yang sesungguhnya sedang terjadi pada dunia kepemimpinan yang ada di Indonesia, dapat dilihat dengan jelas oleh para pemimpin bangsa ini. Globalisasi telah membuat para pemimpin nasional kita ketakutan dan tidak mampu mengendalikan reaksi berlebihan yang terjadi di bawah. Reaksi berlebihan itu adalah fundamentalisme dan nasionalisme sempit, kata mantan presiden KH. Abdurrahman Wahid. Mantan presiden ini juga

2 mengatakan bahwa derasnya arus globalisasi membuat para pemimpin nasional tidak berani bersikap, terutama dalam menegakkan hukum. (sumber: Hal yang senada ditunjukkan melalui pernyataan salah satu tokoh Indonesia, wakil Presiden - Jusuf Kala, yang merupakan orang nomor dua di bangsa ini kepada Kompas, 8 Juni 2006 bahwa Indonesia memerlukan pemimpinpemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang kuat di tengah-tengah perubahan-perubahan mendasar dalam kehidupan politik dan masyarakat selama delapan tahun reformasi. (sumber: Pernyataan kedua tokoh ini menggambarkan keadaan yang menjadi permasalahan sesungguhnya di bangsa ini yaitu sedang terjadi krisis kepemimpinan. Generasi muda sudah seharusnya siap menggantikan para pemimpin dari generasi angkatan sebelumnya. Namun praktek kepemimpinan sering terbentur pada ketidakpercayaan antara generasi yang ada di tingkat atas pada orang-orang yang lebih muda darinya. Kenyataan ini tersampaikan dengan baik oleh sebuah iklan produk rokok yang terkenal dengan slogannya, dengan mengeluarkan slogan terbaru yaitu, Yang lebih muda, yang gak dipercaya, melalui berbagai media iklan yang ada. Sebuah iklan yang dapat membuat para aktivis organisasi mana pun, dan orang-orang lain yang telah mengalaminya akan mengangguk-anggukkan kepala dan tersenyum kecil sebagai ekspresi bahwa dia pernah melihat perlakuan seperti itu atau pun pernah melakukannya pada orang lain.

3 Jalinan hubungan antar generasi seharusnya tetap terjalin dengan baik. Generasi yang lebih tua tidak perlu merasa tidak puas atau pun tidak percaya pada generasi yang lebih muda dan tetap konsisten dalam memberikan bimbingan pada yang lebih muda. Generasi yang lebih muda juga harus mempunyai sikap dan kemauan untuk terus belajar dan mau diajar untuk mempersiapkan kompetensi diri. Generasi yang lebih tua seharusnya lebih membebaskan yang muda untuk berekspresi, sedangkan yang lebih muda seharusnya mau belajar dari pengalaman orang yang lebih tua dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah mereka lakukan. Situasi yang harmonis dan seimbang seperti ini, akan sangat membantu organisasi untuk bergerak lebih dinamis dan mengembangkan diri menuju pencapaian visi organisasi. Pengenalan, pengertian, penerapan kepemimpinan dalam hidup berorganisasi dan bermasyarakat hingga menjadi suatu tahapan-tahapan yang teratur, terstruktur dan kronologis, seharusnya selalu menjadi perhatian lingkungan pendidikan yang ada di Indonesia. Karena pemimpin yang cakap, handal dan dapat dipercaya merupakan kebutuhan bangsa untuk dijadikan orangorang pemegang kekuasaan, pengambil keputusan dan berpengaruh di bangsa ini. Universitas sebagai tingkatan jenjang pendidikan yang tertinggi, semestinya lebih antusias dan peka terhadap topik ini. Karena setelah menyelesaikan tahapan sebagai mahasiswa, selanjutnya golongan SDM produktif ini akan terjun langsung ke masyarakat untuk mendapatkan tempat-tempat strategis dalam kemasyarakatan, menggantikan dan melanjutkan perjuangan para

4 orang tua dan senior-senior yang lebih dahulu mendapat kesempatan untuk masuk pada tingkat kepemimpinan kota dan bangsa. Universitas dan mahasiswa sebagai calon pemimpin, menjadi acuan peneliti dalam mengajukan judul skripsi ini. Universitas adalah gudangnya pemuda dan pada jenjang inilah para calon pemimpin seharusnya mulai menghidupi pengertian kata kepemimpinan sekaligus mempersiapkan diri untuk siap berkarya nyata. Pada organisasi kemahasiswaan, secara langsung prinsipprinsip kepemimpinan dilakukan dengan mencantumkannya pada program yang terstruktur dan secara tidak langsung dilakukan melalui kegiatan tambahan di luar program organisasi. Organisasi mahasiswa dengan nama Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif yang disebut IMPERATIF dipilih sebagai obyek yang diteliti. Alasan pemilihan IMPERATIF sebagai obyek penelitian, karena organisasi yang telah berdiri di (USU) sejak 12 Februari 1999 ini, menyatakan dirinya sebagai pencetak pemimpin (seperti yang tercantum pada namanya). Keadaan yang kurang menunjukkan perkembangan organisasi yang telah berusia delapan tahun ini, membuat peneliti semakin tertarik melakukan pengamatan, tepatnya mulai satu tahun terakhir ini. Anggota organisasi yang keseluruhannya merupakan mahasiswa USU dari berbagai fakultas dan jurusan, membuat peneliti semakin antusias dalam meneliti masalah ini, mengingat bahwa mereka adalah orang-orang yang telah melewati seleksi prestasi akademik sebelum mendapatkan pendidikan lanjutan di universitas negeri, sehingga data yang akan didapatkan dari penelitian akan menjadi lebih obyektif dan rasional.

5 Ingin mengetahui penyebab-penyebab sehingga organisasi ini belum dikenal di kalangan mahasiswa dan masyarakat, yang dimulai dengan melakukan penelitian terhadap berlangsungnya komunikasi organisasi, melalui setiap kegiatan/ pertemuan organisasi dan menghubungkannya dengan usaha mensosialisasikan nilai-nilai keorganisasian kepada anggotanya, membuat peneliti ingin meneliti secara ilmiah (sesuai dengan dasar-dasar ilmu pengetahuan) akan permasalahan ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, Bagaimana Hubungan Komunikasi Organisasi Dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi di Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif. 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah: 1. Mengetahui pelaksanaan komunikasi organisasi di IMPERATIF melalui pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan. 2. Data untuk penelitian ini akan diperoleh dari anggota yang terdaftar dalam data kesekretariatan IMPERATIF.

6 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui hubungan antara komunikasi organisasi dengan sosialisasi nilai-nilai organisasi. 2. Menambah wawasan pengetahuan mengenai pentingnya komunikasi organisasi dalam berorganisasi. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara akademis a. Dapat memperkaya penelitian dan pengetahuan tentang aktivitas komunikasi organisasi sebagai sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi. b. Sebagai bahan studi banding bagi mahasiswa di lingkungan FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi yang meneliti mengenai teori komunikasi organisasi. 2. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi ilmu komunikasi khususnya kajian ilmu komunikasi organisasi yang berkaitan dengan aktivitas komunikasi di dalam organisasi.

7 3. Secara praktis a. Secara umum, memberi saran kepada organisasi-organisasi untuk dapat membenahi sistem komunikasi di dalam organisasinya, sebagai sarana untuk membantu tercapainya visi organisasi. b. Secara khusus, memberi informasi dan evaluasi bagi organisasi IMPERATIF, organisasi yang bergerak di bidang kepemimpinan untuk memperbaiki sistem komunikasinya. 1.6 Rancangan Teori Mengamati apa yang terjadi di dalam suatu organisasi tertentu, membuat banyak para ahli pendidikan meninjau perilaku dalam organisasi menurut latar belakang pendidikan mereka masing-masing, yaitu dari sudut pandang pemikiran antropologi, sosiologi, sampai psikologi. Ketiga ilmu ini, mengarahkan untuk mengenal organisasi sebagai hakikat kerja sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa kata kunci untuk efektivitas organisasi terletak pada efektivitas komunikasi. Dalam ilmu komunikasi terdapat teori-teori yang dapat mendukung berlangsungnya komunikasi organisasi. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan peneliti adalah teori Komunikasi Organisasi, teori Komunikasi Antar Pribadi, teori Komunikasi Kelompok, teori sosialisasi dan teori sikap, juga teori nilai.

8 1.6.1 Teori Komunikasi Organisasi Komunikasi Organisasi yang merupakan bagian dari Komunikasi Antar Manusia, adalah aktivitas yang menghubungkan antar manusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi. Manusia sebagai mahluk sosial, umumnya menyukai cara hidup berkelompok. Perasaan senang berkumpul ini, dimulai saat seseorang tergabung dalam keluarga, tingkatan organisasi yang terkecil dalam masyarakat, sampai tingkat dimana seseorang dengan kesadaran pribadi menggabungkan dirinya pada kumpulan orang-orang yang memiliki kesamaan tujuan dengannya pada jenjang pendidikan umum maupun kemasyarakatan. Menurut Alo Liliweri (2004:64), ada beberapa hal yang menjadi tujuan dan fungsi komunikasi organisasi, Tujuan utama komunikasi organisasi, yaitu : a. Sebagai tindakan koordinasi. Komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mengkoordinasikan sebagian atau seluruh tugas dan fungsi organisasi yang telah dibagi-bagi dalam bagian atau sub bagian yang melaksanakan visi dan misi organisasi di bawah pimpinan seorang pemimpin atau manajer serta para bawahan mereka. Tanpa komunikasi maka organisasi hanya merupakan kumpulan orang-orang yang terbagi dalam tugas dan fungsi masing-masing yang melaksanakan aktivitas mereka tanpa keterkaitan satu sama lain (tanpa

9 sinkronisasi dan harmonisasi). Organisasi tanpa koordinator, organisasi tanpa komunikasi sama dengan organisasi yang menampilkan aspek individual dan bukan menggambarkan aspek kerjasama. b. Membagi informasi. Salah satu tujuan komunikasi yang penting adalah menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi. Komunikasi mengarahkan manusia dan aktivitas mereka dalam organisasi. Sebuah informasi atau pertukaran informasi berfungsi untuk membagi kemudian menjelaskan informasi tentang tujuan organisasi, arah dari suatu tugas, bagaimana usaha untuk mencapai hasil dan pengambilan keputusan. c. Menampilkan perasaan dan emosi. Manusia dalam organisasi mempunyai keinginan bahkan kebutuhan untuk menyatakan kegembiraan atas pekerjaan dan prestasi yang mereka lakukan, mungkin mereka ingin mengatakan perasaan marah karena mereka telah gagal bertugas sebagai seorang pemimpin. Mereka juga dapat mengungkapkan kekhawatiran dan kecemasan yang akan dihadapi baik oleh diri sendiri, kelompok dan unit kerja bahkan oleh organisasi. Di saat yang lain mereka pun dapat mengungkapkan kepercayaan mereka tentang apa yang dikerjakannya.

10 Fungsi Umum dan Fungsi Khusus Komunikasi Organisasi, a. Fungsi Umum - To Tell. Komunikasi berfungsi untuk menceritakan informasi terkini mengenai sebagian atau keseluruhan hal yang berkaitan dengan pekerjaan. - To Sell. Komunikasi berfungsi untuk menjual gagasan dan ide, pendapat, fakta, termasuk menjual sikap organisasi, tentang sesuatu yang merupakan subyek layanan. - To Learn. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para karyawan agar mereka bisa belajar: tentang atau dari organisasi lain (internal), belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan orang lain, tentang apa yang dijual atau yang diceritakan oleh orang lain tentang organisasi. - To Decide. Komunikasi berfungsi untuk menentukan apa dan bagaimana organisasi membagi pekerjaan, atau siapa menjadi atasan dan siapa menjadi bawahan, besaran kekuasaan dan kewenangan, menentukan bagaimana menangani sejumlah orang, bagaimana memanfaatkan sumber daya, mengalokasikan manusia, mesin, metode dan teknik dalam organisasi.

11 b. Fungsi Khusus - Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam issuissu organisasi lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di bawah sebuah komando. - Membuat para karyawan menciptakan dan menangani relasi antar sesama bagi peningkatan produk organisasi. - Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani atau mengambil keputusan-keputusan dalam suasana yang ambigu dan tidak pasti. Komunikasi organisasi meliputi komunikasi antar pribadi dalam kelompok formal, yang disesuaikan dengan struktur organisasinya (semakin formal organisasi, pesan juga semakin formal sehingga tujuan dan maksud komunikasi umumnya berstruktur). Sehingga dalam penyelesaian penelitian ini, peneliti juga menggunakan teori komunikasi antar pribadi dan teori komunikasi kelompok. Teori Komunikasi Antar Pribadi (KAP) Jika dipandang secara material, maka organisasi merupakan komposisit bangunan, mesin, gedung, atau perangkat keras lainnya. Namun, apabila kita memandang organisasi secara spiritual, maka organisasi merupakan konteks tempat terjalinnya komunikasi antar manusia. Dalam konteks tersebutlah para anggota dan pimpinan organisasi melaksanakan komunikasi antar pribadi.

12 Komunikasi antar pribadi (KAP) adalah pertukaran informasi yang terjadi diantara dua orang. KAP berbeda dengan bentuk komunikasi lain, terutama dalam hal jumlah para partisipan atau para interaktor. Komunikasi antar pribadi sering dikatakan komunikasi dyad yaitu komunikasi yang melibatkan antara dua atau tiga orang partisipan, jarak fisik di antara mereka sangat dekat, partisipan menggunakan banyak saluran sensoris, dan sifat umpan baliknya, dapat diketahui dengan segera. Menurut Alo Liliweri (2004) yang menjadi fungsi KAP, yaitu : a. Menumbuhkan informasi Harapan kita berkomunikasi antar pribadi adalah untuk menumbuhkan pengetahuan tentang orang lain, oleh karena itu kita dapat berinteraksi dengan mereka secara efektif (teori penetrasi sosial). Kita dapat meramalkan bagaimana orang lain itu berpikir, merasakan dan bertindak jika kita tahu siapa mereka. Kita menambah informasi secara pasif dengan mengamati mereka, dan secara aktif menanyakan melalui orang lain, siapakah dia, atau secara interaktif langsung mendekati dia secara langsung. Self Disclosure acap kali digunakan untuk memperoleh dan menumbuhkan informasi dari orang lain.

13 b. Membangun satu konteks pemahaman. Komunikasi antar pribadi dapat menolong diri sendiri supaya lebih mengerti tentang apa yang orang katakan dalam satu konteks tertentu. c. Membentuk identitas. Peranan yang dimainkan dalam relasi dengan orang lain, menolong kita membangun identitas. Dengan identitas itu, kita menampilkan wajah kita kepada publik sehingga mereka mempunyai gambaran tentang diri kita. Peran dan tampila itu dibentuk berdasarkan pada bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. d. Memenuhi kebutuhan antar pribadi William Schutz dalam teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation), telah mengidentifikasi tiga kebutuhan manusia, yakni : Inklusi, adalah kebutuhan untuk terlibat bersama dengan orang lain. Kontrol, adalah kebutuhan untuk mengontrol, mengawasi bahkan menguasai orang lain. Afeksi, adalah kebutuhan untuk mengembangkan relasi dengan orang lain, kebutuhan untuk dikasihi orang lain. Komunikasi Antar Pribadi akan berhasil, jika pengenalan akan diri telah berlangsung terlebih dahulu. Teori yang dapat dipelajari untuk

14 dapat mengenal komunikasi diri dengan baik adalah teori Self Disclosure. Teori Self Disclosure Self Disclosure (SD) dilihat sebagai strategi yang bermanfaat untuk membagi (sharing) informasi dengan orang lain. Dengan membagi informasi, maka kita menjadi lebih akrab dengan orang lain dan relasi antar pribadi makin diperkuat. SD bukan merupakan sesuatu proses yang sederhana bagi pembentukan informasi tentang sesama. Banyak ahli mendefinisikan SD sebagai sharing informasi dengan orang lain, karena mereka pun tidak selalu mengetahui atau menemukan sesuatu tentang diri kita bahkan tentang dirinya sendiri. Daya guna SD dapat dilihat dalam model (bagan) Jendela Johari (Johary Windows) berikut. Dengan bagan ini, dapat ditunjukkan jalan untuk mengetahui bagaimana sebagaian besar informasi yang anda tahu tentang diri anda dan seberapa benyak informasi dari orang lain mengenai diri anda.

15 Bagan 1.1 Jendela Johari Diketahui oleh diri anda Tidak diketahui oleh diri anda Bidang Terbuka Bidang Buta Diketahui oleh Diketahui oleh diri anda dan Tidak diketahui oleh orang lain diketahui pula oleh orang lain diri anda, namun diketahui oleh orang lain Tidak diketahui oleh orang lain Bidang Tersembunyi Terbuka bagi diri anda, namun tersembunyi bagi orang lain Bidang Gelap Tidak diketahui oleh diri anda maupun orang lain Keterangan : Bidang Terbuka, merupakan bidang KAP yang paling efektif. Pada bidang ini, baik diri sendiri maupun orang lain sama-sama mengetahui atau memiliki informasi yang diperlukan dalam melakukan komunikasi. Bidang ini meliputi semua informasi yang diketahui oleh 2 (dua) orang yang terlibat dalam relasi, seperti mengetahui warna rambut, tinggi badan, tampilan fisik, karena kedua pihak saling melihat dan tahu persis. Bidang Buta. Pada bidang buta, diri sendiri tidak mengetahui informasi yang relevan secara lengkap tetapi orang lain mengetahuinya.

16 Bidang Tersembunyi, berisi informasi yang menurut anda harus disembunyikan karena bersifat pribadi. Misalnya, keinginan dan kebutuhan anda, mimpi dan ambisi anda. Bidang Gelap adalah segala sesuatu yang diri sendiri dan orang lain tidak tahu tentang sesuatu. Misalnya, jika sekelompok orang yang saling berkomunikasi dari bidang keahlian yang berbeda dalam pelaksanaan tugas mereka. Teori Komunikasi Kelompok Robert Rich dalam bukunya Tales of a New America mengemukakan bahwa hubungan peranan kelompok sangat penting dalam meningkatkan era teknologi organisasi. Banyak laporan riset dan praktek organisasi menunjukkan bahwa mereka yang bekerja dalam tim lebih sukses daripada bekerja sendiri. Bahkan mereka sukses kerja tim, karena mengandalkan prinsip two head are better then one. Komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada saat individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil dan bukan deskripsi mengenai bagaimana seharusnya komunikasi terjadi serta bukan pula sejumlah nasehat tentang cara-cara bagaimana yang harus ditempuh (Joseph de vito). Sedangkan menurut Alvin A. Goldberg dan Carl E. Larson, komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi penelitian dan

17 terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Kelompok yang di dalamnya terdiri atas manusia berjiwa yang memiliki pikiran, hasrat, rasa dan kehendak yang berbeda-beda, membuat kehidupan kelompok tidak berada dalam keadaan statis, tetapi berada dalam keadaan dinamis sebagai pertanda bahwa kelompok itu berkembang dengan baik. Agar memberi pengertian yang jelas tentang kelompok dan aktivitasnya, dinamika kelompok akan diikutsertakan dalam kerangka teori penelitian ini. Dinamika Kelompok Dinamika Kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain. Persoalan dinamika kelompok adalah semua gejala kejiwaan yang disebabkan oleh kehidupan bersama dalam kelompok yang face to face. Santosa (1999) mengatakan, Ruth Benedict membagi persoalan yang ada dalam dinamika kelompok, sebagai berikut : a. Kohesi/ persatuan Dalam persoalan komunikasi ini akan dilihat tingkah laku anggota dalam kelompok. Seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok, dan sebagainya.

18 b. Motif/ dorongan Persoalan motif ini berkisar pada interest anggota terhadap kehidupan kelompok. Seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya. c. Struktur Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas, dan sebagainya. d. Pimpinan Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok, dimana hal ini terlihat pada bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan, dan sebagainya. e. Perkembangan Kelompok Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan lain sebagainya Teori Sosialisasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:855), sosialisasi berarti proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya.

19 Berger (1978) mencatat adanya perbedaan penting antara manusia dengan mahluk lain. Berbeda dengan mahluk lain yang seluruh perilakunya dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak awal hidupnya, manusia merupakan mahluk tak berdaya karena memiliki naluri yang relatif tidak lengkap. Oleh sebab itu manusia kemudian mengembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan yang tidak diisi oleh naluri. Manusia harus memutuskan sendiri apa yang harus dimakannya dan kebiasaan yang dimilikinya, akan ditegakkannya menjadi kebudayaanya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa kebudayaan sekelompok orang dapat berbeda dengan kelompok lainnya. Keseluruhan budaya (kebiasaan) yang dipunyai manusia tersebut harus dipelajari oleh setiap anggota baru suatu masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi (socialization). Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai a process by which a child learns to be a participant member of society artinya proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978 : 116). Menurut Berger dan sejumlah tokoh sosiologi lainnya, yang diajarkan melalui sosialisasi ialah peran-peran.

20 Proses sosialisasi pada suatu kebiasaan/ kebudayaan yang baru diterima, akan menimbulkan berbagai sikap sebagai respon yang ditunjukkan, antara lain : a. Sikap kognitif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai bentuk pemahaman akan suatu nilai yang menandakan perubahan kepercayaan, perubahan pendapat ataupun penambahan pengetahuan. b. Sikap afektif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai bentuk penerimaan yang terlihat dari perubahan perasaan dan kesukaan akan suatu nilai. c. Sikap behavioral adalah sikap yang ditunjukkan sebagai kecenderungan perilaku/ tindakan terhadap suatu nilai. d. Sikap regeneratif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai keinginan untuk meneruskan suatu nilai yang dianggap baik untuk diketahui, agar dilakukan juga oleh orang lain Teori Nilai Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:615), nilai berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Nilai menyatakan keyakinan-keyakinan dasar bahwa suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari eksistensi yang khas, lebih disukai secara pribadi atau sosial daripada suatu modus perilaku atau

21 keadaan akhir yang berlawanan. Nilai mengandung suatu unsur pertimbangan dalam arti, nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individu mengenai apa yang benar, baik atau diinginkan. Nilai merupakan hal yang penting untuk mempelajari perilaku keorganisasian karena meletakkan dasar untuk memahami sikap dan motivasi, juga karena nilai dapat mempengaruhi persepsi kita. Individu-individu memasuki suatu organisasi dengan gagasan yang dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang seharusnya dan tidak seharusnya. Umumnya nilai mempengaruhi sikap dan perilaku. Pada tiaptiap kelompok memiliki nilai tersendiri sangatlah penting, baik kelompok tersebut mempunyai nilai tinggi atau kelompok mempunyai nilai rendah. Nilai suatu kelompok dapat ditingkatkan bila ada kesadaran dari anggota bahwa motivasinya memasuki satu kelompok, agar keinginan atau kebutuhannya akan terpenuhi. 1.7 Kerangka Konseptual Pengalaman, meskipun penting dalam proses belajar, tidak selalu begitu saja cukup. Karena biasanya, proses belajar dapat mencapai puncaknya bila pengalaman tersebut disertai dengan kerangka konseptual, yaitu suatu cara melihat bermacam hal dengan pemberian istilah-istilah, yang diterapkan untuk membantu anda mengenali dan menyusunnya.

22 Peneliti akan dengan sengaja dan perlahan-lahan berusaha mengerti tentang proses-proses kelompok, karena menurut penilaian tidak ada lingkungan sosial lain yang sangat perlu dipahami, atau yang sangat menarik serta sangat sulit untuk diatasi selain proses-proses kelompok kecil. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka dapat digambarkan bagan kerangka konseptual untuk mengetahui pengaruh komunikasi organisasi pada anggota IMPERATIF. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel Bebas atau Independent Variabel (X), yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab suatu perubahan atau penyebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kegiatan Komunikasi Organisasi. 2. Variabel Terikat atau Dependent Variabel (Y), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi IMPERATIF. 3. Variabel Antara atau Intervening Variabel (Z), yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel antara dalam penelitian ini adalah Karakteristik Sosial Responden.

23 1.7.1 Kerangka Teoritis Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, maka dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut : Bagan 1.2 Bagan Kerangka Teoritis Variabel Bebas (X) Kegiatan Komunikasi Organisasi Variabel Terikat (Y) Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden Operasionalisasi Variabel Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka peneliti menjabarkan variabel-variabel ke dalam operasionalisasi. Tabel 1.1 Variabel Teoritis 1. Variabel Bebas (X) Komunikasi Organisasi Tabel Operasionalisasi Variabel Variabel Operasional a. Bentuk kegiatan organisasi b. Frekuensi kegiatan organisasi c. Topik/ isi pesan dalam kegiatan d. Media dalam organisasi e. Komunikator

24 2. Variabel Terikat (Y) Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi a. Memahami nilai-nilai organisasi (sikap kognitif) b. Menerima nilai-nilai organisasi (sikap afektif) c. Melakukan nilai-nilai organisasi (sikap behavioral) d. Meneruskan nilai-nilai organisasi (regeneratif) 3. Variabel Antara (Z) a. Usia b. Jenis kelamin c. Lama menjadi anggota Defenisi Operasional Konsep atau pengertian merupakan defenisi dari sekelompok fakta yang dapat dirumuskan sebagai defenisi yang dapat dipakai peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun alami. Hal ini dibuat untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah dan istilah dalam penelitian ini, maka peneliti membuat batasan-batasan sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (X) a. Komunikasi organisasi yang merupakan topik penelitian, adalah aktivitas yang menghubungkan antar manusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi. Dalam

25 penelitian ini, variabel operasional yang digunakan adalah kegiatan organisasi IMPERATIF. b. Frekuensi kegiatan organisasi adalah kuantitas pelaksanaan kegiatan/ pertemuan rutin yang dilakukan di organisasi. c. Bentuk kegiatan organisasi adalah bentuk kegiatan/ pertemuan yang dilaksanakan. d. Topik/ isi pesan adalah bahan yang disampaikan dalam pertemuan. e. Media dalam organisasi adalah media/ alat yang digunakan organisasi. f. Komunikator/ pembicara adalah orang yang dipercayakan menyampaikan topik yang ditentukan pada kegiatan/ pertemuan. 2. Variabel Terikat (Y) a. Sosialisasi nilai-nilai organisasi yang merupakan sasaran penelitian adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk memperkenalkan nilai-nilai organisasi. b. Sikap kognitif adalah kegiatan memperoleh pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri.

26 c. Sikap afektif adalah sikap penerimaan, yang terlihat dari perubahan perasaan atau kesukaan akan suatu nilai. d. Sikap behavioral adalah sikap yang ditunjukkan sebagai perilaku atau kecenderungan perilaku terhadap suatu nilai. e. Sikap regeneratif adalah sikap yang ditunjukkan generasi tua sebagai keinginan untuk meneruskan suatu nilai yang dianggap baik untuk diketahui oleh generasi yang lebih muda. 3. Variabel Antara (Z) a. Karakteristik sosial responden merupakan indikator yang digunakan dalam mendapatkan data penelitian. b. Usia adalah umur responden. c. Jenis kelamin responden, pria atau wanita. d. Lama menjadi anggota adalah waktu yang telah dilewati responden menjadi anggota organisasi. 1.8 Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara, sebagai kemungkinan kenyataan (fakta) suatu masalah yang hanya dapat diterima sebagai kebenaran, jika telah diadakan penelitian ilmiah terhadap dugaan tersebut.

27 Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah Hipotesis Statistik (Sugiyono, 2005:58), yaitu : H 0 : ρ = 0, maka tidak terdapat hubungan antara teknik atau peranan komunikasi organisasi terhadap proses sosialisasi nilai-nilai organisasi di IMPERATIF. H a : ρ 0, jika tidak sama dengan nol (lebih besar atau kurang dari nol), maka terdapat hubungan antara teknik atau peranan komunikasi organisasi terhadap proses sosialisasi nilai-nilai organisasi di IMPERATIF. Dimana ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan. 1.9 Metodologi Penelitian Penelitian ini, menggunakan metode korelasional yaitu suatu model penelitian yang mencoba untuk mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Metode ini memang dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian tertentu, karena penelitian ini tertarik meneliti perilaku kelompok khusus, seperti judul yang peneliti ajukan.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

PERILAKU ORGANISASI ADALAH BIDANG INDISIPLINER YANG DITUJUKAN UNTUK MEMAHAMI DAN MENGATUR ORANG UNTUK BEKERJA LEBIH BAIK

PERILAKU ORGANISASI ADALAH BIDANG INDISIPLINER YANG DITUJUKAN UNTUK MEMAHAMI DAN MENGATUR ORANG UNTUK BEKERJA LEBIH BAIK PERILAKU ORGANISASI ADALAH BIDANG INDISIPLINER YANG DITUJUKAN UNTUK MEMAHAMI DAN MENGATUR ORANG UNTUK BEKERJA LEBIH BAIK ORGANISASI ADALAH PROSES YANG TERSUSUN DALAM SUATU SISTEM DIMANA ORANG DI DALAMNYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang lain pada manusia ternyata sudah muncul sejak ia lahir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Perguruan Tinggi pada umumnya berusia antara 18-24 tahun. Mahasiswa merupakan masa memasuki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan. Tanpa inspirasi pemimpin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah dipandang sebagai sumber daya yang penting bagi kemajuan suatu perusahaan. Manusia sebagai kunci keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan bukanlah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan bukanlah hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, setiap perusahaan dihadapkan pada suatu iklim persaingan dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup, sebab organisasi adalah himpunan manusia untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. hidup, sebab organisasi adalah himpunan manusia untuk dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Organisasi pada dasarnya merupakan wadah atau sarana untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap organisasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni 91 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni pengorganisasian data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada

Lebih terperinci

MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK

MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK Materi pembelajaran 'Motivasi Berprestasi' bertujuan untuk membekali mahasiswa/i akan pengertian, pemahaman terhadap motivasi berprestasi sebagai aspek pendorong untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 KRISTANTI NIM. 11502098 Pembimbing : Drs. Fadjeri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Setiap manusia berinteraksi membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitasnya karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha saat ini yang ditandai dengan era globalisasi, menuntut perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia untuk dapat bersaing agar tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam era informasi sekarang ini, kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peran media. Dari zaman ke zaman media massa mengalami perkembangan yang pesat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diantaranya adalah ilmu bersosialisasi, ilmu kepemimpinan dan cara berbicara dimuka umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diantaranya adalah ilmu bersosialisasi, ilmu kepemimpinan dan cara berbicara dimuka umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kampus adalah tempat menimba ilmu pengetahuan sekaligus tempatsosialisasi bagi mahasiswa.banyak hal yang dapat ditawarkan oleh sebuah perguruan tinggi kepada mahasiswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit tentunya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit tentunya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit tentunya memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam upaya mencapai tujuan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah. Efektivitas kerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah. Efektivitas kerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Efektivitas kerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, dalam hal ini adalah organisasi pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Relations merupakan suatu hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator memperlakukan komunikannya secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi yang baik, tumbuh dan berkembang akan menitik beratkan pada sumber daya manusia (SDM) guna menjalankan fungsinya dengan optimal, khususnya menghadapi dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam Pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam Pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam Pembangunan Negara. Bahkan dapat dikatakan bahwa dalam batas-batas tertentu keadaan pendidikan di suatu negara, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, misalnya meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dalam usaha merealisasikan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Motivasi Belajar 1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001). Motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan dan organisasi, baik swasta maupun. pemerintahan Sumber Daya Manusia yang produktif dapat tercapai apabila

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan dan organisasi, baik swasta maupun. pemerintahan Sumber Daya Manusia yang produktif dapat tercapai apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah perusahaan dan organisasi, baik swasta maupun pemerintahan Sumber Daya Manusia yang produktif dapat tercapai apabila karyawan-karyawan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia merupakan makhluk sosial, karena manusia tidak dapat menjalani hidupnya secara sendirian. Manusia hidup bersama manusia lainnya, baik demi keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, suatu perusahaan dituntut untuk selalu bekerja keras dalam menyelesaikan segala tantangan baik yang sudah ada maupun yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh kepemimpinan, melalui kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1 Karakteristik Kepemimpinan Pemimpin di Showa Indonesia Manufacturing yang ada menggunakan prinsip keterbukaan terhadap karyawan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas dari interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat saat ini menimbulkan persaingan yang sangat ketat antar bangsa dalam berbagai bidang kehidupan. Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi komunikasi harus tumbuh dari pilihan pilihan (alternatives)

BAB I PENDAHULUAN. Strategi komunikasi harus tumbuh dari pilihan pilihan (alternatives) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Strategi komunikasi harus tumbuh dari pilihan pilihan (alternatives) politik maupun ekonomi yang dirumuskan dalam organisasi. Melalui cara bagaimana tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak akan pernah hilang selama kehidupan manusia berlangsung. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat dididik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan. Manfaat dari

Lebih terperinci

SIAPAKAH SAYA INI? INGIN JADI APAKAH SAYA INI?

SIAPAKAH SAYA INI? INGIN JADI APAKAH SAYA INI? SIAPAKAH SAYA INI? INGIN JADI APAKAH SAYA INI? Pernyataan Pribadi Maksud penilaian diri sendiri ini adalah untuk membantu Saudara menghimpun segala hal-ihwal mengenai diri Saudara. Saudara membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas wanita dibandingkan pria, termasuk dalam bisnis online. Hal inilah. untuk mengelola portal website khusus untuk wanita.

BAB I PENDAHULUAN. komunitas wanita dibandingkan pria, termasuk dalam bisnis online. Hal inilah. untuk mengelola portal website khusus untuk wanita. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Besarnya populasi wanita di Indonesia menjadikan banyak produsen dan perusahaan, memiliki yang minat besar untuk menggarap bisnisnya di komunitas wanita dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menguraikan inti dari penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan sumber daya manusia maupun untuk menciptakan masyarakat yang berkualitas, berbagai upaya dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanannya, sehingga perusahaan dituntut melakukan inovasi secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. tekanannya, sehingga perusahaan dituntut melakukan inovasi secara terus menerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam industri telekomunikasi saat ini cenderung berada dalam kondisi pasar dengan tingkat kompetisi yang tinggi dan ke depan akan terus meningkat tekanannya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial, dimana satu sama lain saling menumbuhkan yang didalamnya akan terbentuk dan terjalin suatu interaksi atau hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah peradaban manusia, pendidikan diciptakan sebagai alat untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri seseorang. Pendidikan adalah suatu proses

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Setiap perusahaan atau organisasi memiliki visi dan misi tertentu. PD Pasar Jaya memiliki visi untuk memajukan perusahaan. Sebagai pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, bila manusia berada dalam keadaan sendiri atau hidup sendiri, yang akan terjadi adalah perasaan tidak berarti yang membuat hidup terasa sulit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu cita-cita besar dari kebijakan sistem pendidikan nasional saat ini adalah dapat terjadinya revolusi mental terhadap bangsa ini. Mengingat kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

terhadap Tingkat Pengetahuan Karyawan tentang Nilai-Nilai Leidora Ardiyani / Ike Devi Sulistyaningtyas

terhadap Tingkat Pengetahuan Karyawan tentang Nilai-Nilai Leidora Ardiyani / Ike Devi Sulistyaningtyas Pengaruh Kualitas Komunikasi Interpersonal Pemimpin terhadap Tingkat Pengetahuan Karyawan tentang Nilai-Nilai dalam Budaya Organisasi di Mirota Batik Yogyakarta Leidora Ardiyani / Ike Devi Sulistyaningtyas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Sebagai mahluk sosial manusia memiliki dorongan keinginan untuk saling berhubungan dengan individu lainnya. Dorongan sosial tersebut mengharuskan setiap individu untuk

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi Manusia tercipta sebagai mahkluk social yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui sebuah komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak menimbulkan perubahan dan perkembangan, sekaligus menjadi tantangan. Tantangan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi pahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

PENGARUH KOMUNIKASI GURU DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI 2 KARTASURA

PENGARUH KOMUNIKASI GURU DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI 2 KARTASURA PENGARUH KOMUNIKASI GURU DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI 2 KARTASURA SKRIPSI Disusun Untuk memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Progdi. Pendidikan Ekonomi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, sering sekali muncul berbagai macam penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain. Penafsiran tersebut, tergantung pada konteks dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak peserta didik yang berkualitas dari segi jasmani maupun rohani, mandiri sesuai dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar dapat menemukan kediriannya agar menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri,

Lebih terperinci

(PTK Kelas VII A SMP Negeri 3 Cawas Tahun Ajaran 2009/2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika

(PTK Kelas VII A SMP Negeri 3 Cawas Tahun Ajaran 2009/2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika PENINGKATAN KREATIFITAS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SUB POKOK BAHASAN OPERASI BENTUK PECAHAN ALJABAR MELALUI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING (PTK Kelas VII A SMP Negeri 3 Cawas Tahun Ajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (PTK Kelas VIII A SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun Ajaran 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang setiap harinya menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang setiap harinya menjalin hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang setiap harinya menjalin hubungan dengan individu lain merupakan bagian yang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan bersaing dengan sangat ketat untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci