PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN,"

Transkripsi

1 PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, KUALITAS AUDIT DAN KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Disusun Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: Tiyas Nur Amalina F FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit i to user

2 ii

3 iii

4 HALAMAN MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan Jangan biarkan rasa takut gagal membuatmu berhenti mencoba Persahabatan adalah ikatan hati dan tidak bisa diukur dengan harta benda dan uang sekalipun Kita menikmati kehangatan karena kita pernah kedinginan, kita menghargai cahaya karena kita pernah dalam kegelapan, maka begitu pula kita dapat menikmati kebahagiaan karena kita pernah merasakan kesedihan Mencintai seseorang berarti mengambil resiko yang sangat besar. Cinta berarti menyerahkan masa depan dan kebahagiaan seseorang ke tangan orang lain. Cinta membuat seseorang harus mempercayai orang lain tanpa keraguan. Cinta membuat seseorang rela menerima kesedihan. Dan karena itulah aku mencintaimu iv

5 HALAMAN PERSEMBAHAN Penulis Persembahkan kepada : Bapak dan Ibu tercinta Adikku Ratna dan Icha tersayang I Maykel Ram thanks for loving me Teman-teman Akuntansi 2008 Almamaterku v

6 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, KUALITAS AUDIT DAN KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. Penelitian dan penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh guna meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari dalam menyelesaikan penelitian ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dr. Wisnu Untoro, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Sri Hartoko, MBA., Ak, selaku dosen pembimbing skripsi ini yang telah memberikan waktu dan bimbingan serta pegarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Seluruh staff pengajar dan karyawan di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas segala doa, curahan kasih sayang dan nasehatnya selama ini. vi

7 6. Adik-adikku tercinta, dek Ratna dan dek Icha, terima kasih atas segala bantuan, dukungan dan kasih sayangnya. Ingat ya jadikan dunia ini penuh dengan orang-orang pintar! 7. I Maykel Ram, thanks for loving me and for our sweet moments together. 8. Suhu ku yang kau tau siapa namanya tak boleh disebut, terima kasih atas bimbingan dan bantuannya selama ini. 9. Sahabat-sahabat (Abdoel, Mbak Endah, Prima, Erlina, Ervan, Haryok, Angga, Afrie, Yono dan Oviek) terima kasih atas segala bantuan, pengertian dan semangatnya. Semoga kebersamaan kita tak akan pernah berakhir. 10. Teman-teman Swadana Transfer 2008 (Evi, Putri, Nurul, Andika, Ernand, Adhi, Tholib, dst) terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini. 11. Terima Kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu terima kasih atas segala bantuan. Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan demi perbaikan yang berkelanjutan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari. Terima kasih. Wassalaamu alaikum Wr. Wb. Surakarta, 22 Juni 2011 Tiyas Nur Amalina vii

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i ABSTRACT... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ii iii iv v vi viii xi xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Manfaat Penelitian... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory Good Corporate Governance viii

9 3. Komite Audit Karakteristik Keuangan Perusahaan Struktur Kepemilikan Kualitas Audit B. Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Karakteristik Keuangan Perusahaan Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit Pengaruh Karakteristik Komite Audit Tehadap Frekuensi Rapat Komite Audit BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data B. Variabel dan Pengukuran Variabel C. Metode Analisis Data BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data B. Statistik Deskriptif C. Pengujian Normalitas D. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas ix

10 b. Uji Autokorelasi c. Uji Heteroskedastisitas E. Pengujian Hipotesis a. Uji Sigifikansi-F b. Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji Signifikansi-t).. 61 c. Uji Koefisien Determinasi F. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Keterbatasan C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel III. 1 Daftar KAP BIG 4 dan Afiliasinya Tabel IV. 1 Hasil Pengambilan Sampel Tabel IV. 2 Hasil Uji Statistik Deskrptif Tabel IV. 3 Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier Data Tabel IV. 4 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier Data Tabel IV. 5 Hasil Uji Multikolinieritas Tabel IV. 6 Hasil Uji Autokorelasi Tabel IV. 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Tabel IV. 8 Hasil Uji Signifikansi-F Tabel IV. 9 Hasil Uji Signifikansi-t Tabel IV.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi xi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar II. 1 Kerangka Teoritis Gambar IV. 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas xii

13 xiii

14 ABSTRACT TIYAS NUR AMALINA F THE INFLUENCE OF FIRM FINANCIAL CHARACTERISTICS, OWNERSHIP STRUCTURE, AUDIT QUALITY AND CHARACTERISTICS OF AUDIT COMMITTEE RELATED TO FREQUENCY OF THE MEETING AUDIT COMMITTEE IN COMPANIES LISTED IN THE INDONESIA STOCK EXCHANGE The purpose of this research is to find empirical evidence related to the firm financial characteristics (firm size, leverage, loss of firm and firm growth), ownership structure (managerial ownership and institutional ownership), audit quality and characteristics of audit committee (the independence of audit committee, accounting expertise and finance and the size of the audit committee) to frequency of the audit committee meetings in companies listed in the Indonesia Stock Exchange. This research uses secondary data which is obtained from the company s financial report and the Indonesian Capital Market Directory (ICMD). The sample that used in this research is selected by purposive sampling. Based 398 companies listed in the Indonesia Stock Exchange in 2009, only 151 companies are eligible to be sampled in this research. Data analysis technique that used is multiple regression analysis. The results showed that the research is partially variable firm size, loss of firm, managerial ownership, institutional ownership, audit quality, the independence of audit committee, accounting expertise and finance and the size of the committee affects to the frequency of meeting audit committee, while the leverage variable and firm growth partial no significant effect to the frequency of meeting audit committee. The percentation of the effect is 62.9% while the rest of 37.1% is explained by other variables outside the model research. Keyword : firm size, leverage, loss of firm, firm growth, managerial ownership, institutional ownership, audit quality, the independence of audit committee, accounting expertise and finance, the size of the audit committee and the frequency of audit committee meetings

15 ABSTRAKSI TIYAS NUR AMALINA F PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, KUALITAS AUDIT DAN KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris terkait dengan karakteristik keuangan (ukuran perusahaan, leverage, rugi perusahaan dan pertumbuhan perusahaan), struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional), kualitas audit dan karakteristik komite audit (independensi komite audit, keahlian akuntansi dan keuangan dan ukuran komite audit) terhadap frekuensi rapat komite audit di perusahaan yang terdatar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Dari 398 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009, hanya sebanyak 151 perusahaan saja yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini secara parsial variabel ukuran perusahaan, rugi perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas audit, independensi komite audit, keahlian akuntansi dan keuangan dan ukuran komite audit berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit, sedangkan variabel leverage dan pertumbuhan perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap frekuensi rapat komite audit. Besarnya pengaruh tersebut adalah 62,9% sementara itu sisanya sebesar 37,1 % dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Kata kunci : ukuran perusahaan, leverage, rugi perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas audit, independensi komite audit, keahlian akuntansi dan keuangan, ukuran komite audit, frekuensi rapat komite audit.

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Good corporate governance (GCG) merupakan isu sentral di kalangan masyarakat bisnis terkini. Isu ini mulai muncul dengan adanya krisis ekonomi pada tahun Krisis tersebut terjadi akibat kurang transparannya pengelolaan perusahaan sehingga kontrol publik menjadi sangat lemah. Selain itu, adanya konsentrasi kepemilikan perusahaan pada pemegang saham (keluarga) yang menyebabkan campur tangan pemegang saham mayoritas pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik kepentingan yang sangat menyimpang dari norma tata kelola perusahaan yang baik (Achmad et al., 2009). Untuk mengurangi konflik di antara pemegang saham dan manajemen, menurut Mendez dan Gracia (2007) diperlukan adanya tata kelola perusahaan yang baik. Salah satu mekanisme dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik adalah dengan adanya pengawasan atau monitoring. Untuk melakukan pengawasan pada perusahaan dapat dilakukan dengan pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-29/PM/2004, tugas komite audit adalah melakukan penelaahan atas informasi keuangan, melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundangundangan di bidang pasar modal dan paraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal, melaporkan kepada komisaris

17 berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi, dan melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten serta menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan. Regulator menyakini bahwa komite audit mengawasi dan memantau proses pelaporan keuangan termasuk pengendalian internal atas pelaporan keuangan, kualitas informasi keuangan, dan proses jaminan yang diberikan oleh auditor eksternal. Regulator percaya dan teori keagenan menjelaskan dan memperkirakan, bahwa lebih sering rapat komite audit menunjukkan ketekunan komite audit dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif sehingga masalah keagenan diminimalkan (Raghunandan dan Rama, 2007). Menurut Egon Zehnder dalam FCGI (2003), komite audit memberikan suatu pandangan tentang masalah akuntansi, laporan keuangan dan penjelasannya, sistem pengawasan internal serta auditor independen. Manfaat ini diperoleh karena komite audit mampu membantu ke arah penguatan independensi auditor eksternal perusahaan. Pada umumnya, komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu laporan keuangan (financial reporting), tata kelola perusahaan (corporate governance), dan pengawasan perusahaan (corporate control). Dalam pelaksanaan tugas tersebut, komite audit dapat melakukan pertemuaan untuk membahas permasalahan yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu, intensitas atau frekuensi rapat oleh komite audit dapat menujukkan tingkat kerajinan anggota komite audit dalam melakukan pengawasan

18 perusahaan (Raghunandan dan Rama, 2007). Namun demikian, jumlah frekuensi rapat komite audit yang harus dilakukan dalam tiap periodenya tidak diatur dalam peraturan yang ada dan masih sangat sedikit bukti penelitian terkait frekuensi rapat komite audit di Indonesia. Kondisi ini memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian faktor yang diduga berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit sebagai bentuk pelaksanaan tugas pengawasan oleh komite audit. Beberapa penelitian terkait frekuensi rapat komite audit telah dilakukan, di antaranya Raghunandan dan Rama (2007) dan Sharma et al., (2009). Kedua penelitian tersebut menggunakan karakteristik keuangan, struktur kepemilikan, kualitas audit, karakterisitik komite audit dan dewan komisaris sebagai faktorfaktor yang mempengaruhi frekuensi rapat komite audit. Perusahaan besar mempunyai komplektisitas dan memiliki dispersi kepemilikan yang lebih besar dibanding dengan perusahaan kecil. Keadaan ini dapat menciptakan potensi yang lebih besar terjadinya agency problem terkait pelaporan keuangan. Untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaanperusahaan besar membutuhkan pengawasan atau monitoring yang lebih luas dari proses pelaporan keuangan. Proses pengawasan yang dimaksud dapat dicapai melalui audit eksternal (Carcello dan Neal, 2002). Selain itu, proses pengawasan juga dapat dilakukan dengan adanya monitoring internal yang lebih besar (Raghunandan dan Rama, 2007). Oleh karena itu dimungkinkan terjadi hubungan yang positif antara frekuensi rapat komite audit dan ukuran perusahaan. Di samping itu, tingkat leverage yang tinggi pada sebuah

19 perusahaan menunjukkan masalah yang lebih besar dan pengawasan yang lebih besar oleh penyedia utang karena perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi mempunyai risiko kebangkrutan yang tinggi sehingga menyebabkan risiko yang tinggi pula bagi penyedia utang. Perusahaan-perusahaan dengan leverage yang tinggi memerlukan pengawasan internal lebih dekat karena perusahaan tersebut cenderung untuk terlibat dalam manipulasi laba dan aset, sehingga memberi kemungkinan untuk lebih sering terjadi rapat komite audit (Raghunandan dan Rama, 2007). Sebaliknya, dalam pandangan teori keagenan bahwa penyedia utang terus memantau perusahaan untuk memastikan bahwa persyaratan utang tidak dilanggar. Dengan demikian, pengawasan internal seperti rapat komite audit akan mengalami penurunan. Manajemen perusahaan yang mengalami dan melaporkan kerugian cenderung untuk terlibat dalam manajemen laba (Dechow et al., 1996) yang menyebabkan terjadinya kebutuhan yang lebih besar terhadap pengawasan internal. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa rugi yang dialami dan dilaporkan oleh perusahaan berhubungan positif dengan komite audit dan frekuensi rapat. Raghunandan dan Rama (2007) berpendapat bahwa perusahaan yang menginginkan tingkat pertumbuhan melebihi infrastruktur dan pengendalian internal perusahaan dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk penipuan (Loebbecke et al., 1989) dan manajemen laba (Dechow et al., 1996). Oleh karena itu, perusahaan dengan kondisi tersebut membutuhkan pengawasan yang lebih besar sehingga meningkatkan frekuensi rapat oleh komite audit perusahaan.

20 Pengawasan eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan mekanisme kepemilikan saham oleh pihak institusional dan audit laporan keuangan oleh kantor akuntan publik yang kompeten dan biasanya dinyatakan dengan kantor akuntan publik yang termasuk dalam kelompok atau kategori Big 4 audit. Pemegang saham institusional memiliki inisiatif untuk memonitor secara ketat terhadap pihak manajemen dan memastikan perusahaan telah menerapkan mekanisme pengelolaan perusahaan yang telah ditetapkan secara efektif (Smith, 1996). Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan institusional dan frekuensi rapat komite audit. Raghunandan dan Rama (2007) menggunakan proksi karakteristik komite audit meliputi ukuran, keahlian akuntansi dan keuangan dan independensi menyatakan bahwa ukuran komite audit berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit. Ukuran komite audit yang lebih besar memberikan akses ke sumber daya yang lebih besar dan bakat manajerial, sehingga memberikan pengawasan yang lebih efektif. Hal ini dapat mengurangi permintaan frekuensi rapat. Sebaliknya, ukuran komite audit yang lebih besar mungkin membentuk pengelolaan yang tidak efisien, sehingga meningkatkan frekuensi rapat komite audit (Vafeas, 1999). Komite audit yang memiliki anggota lebih banyak bisa menyebabkan keragaman prespektif yang lebih nyata dalam diskusi. Ukuran komite audit dapat dinyatakan dengan jumlah anggota komite audit dalam sebuah perusahaan (Raghunandan dan Rama, 2007).

21 Anggota komite audit yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan keuangan berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit, karena anggota komite audit tersebut memberikan pengawasan yang lebih efektif terkait dengan pelaporan keuangan perusahaan (Raghunandan dan Rama, 2007). Selain itu keberadaan seseorang yang ahli dibidang akuntansi dan keuangan dalam komite audit dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam pelaporan keuangan (Dechow et al., 1996), sehingga keberadaan anggota komite audit yang mempunyai keahlian akuntansi dan keuangan tersebut berhubungan negatif dengan pelaporan keuangan dan frekuensi rapat anggota komite audit. Kehadiran komite audit independen lebih efektif memfasilitasi monitoring pelaporan keuangan (Beasley, 1996; Dechow et al., 1996; Carcello dan Neal, 2003) dan audit eksternal (Carcello dan Neal, 2002; Abbott et al., 2003). Hubungan empiris di antara komite audit dengan monitoring dijelaskan oleh teori keagenan, yang berpendapat bahwa komite audit independen memberikan pengawasan yang efektif terhadap manajemen. Oleh karena itu, penelitian ini mengharapkan terdapat hubungan positif di antara independensi komite audit dan frekuensi rapat komite audit. Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Raghunandan dan Rama (2007) dengan perbedaan seperti berikut ini. 1. Sampel penelitian Raghunandan dan Rama (2007) menggunakan sampel perusahaan S & P SmallCap pada tahun 2003 dengan jumlah total 319 perusahaan, sementara

22 penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 dengan jumlah perusahaan Variabel penelitian Raghunandan dan Rama (2007) menggunakan variabel independen terdiri dari market value, insider ownership, block holdings, laverage, loss, market to book value, litigiousness, financing, AC size, % Accounting expert, % other expert, CEOCHR, board size, board independent, Log (Board Meetings), sementara penelitian ini menggunakan variabel penelitian yang terdiri dari karakteristik keuangan perusahaan (ukuran perusahaan, leverage, rugi perusahaan dan pertumbuhan perusahaan), struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional), kualitas audit dan karakteristik komite audit (independensi komite audit, keahlian akuntansi dan keuangan dan ukuran komite audit). 3. Periode penelitian Raghunandan dan Rama (2007) menggunakan periode penelitian tahun 2003, sementara penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2009 dengan alasan untuk memperoleh gambaran terkini atas perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian. Atas dasar paparan di atas, maka penelitian ini menguji pengaruh karakteristik keuangan perusahaan, struktur kepemilikan, kualitas audit dan karakteristik komite audit terhadap frekuensi rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan judul penelitian PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN,

23 STRUKTUR KEPEMILIKAN, KUALITAS AUDIT DAN KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. B. Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut ini. 1. Apakah karakteristik keuangan yang terdiri dari ukuran perusahaan, leverage, rugi perusahaan dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4. Apakah karakterisik komite audit yang terdiri dari independensi komite audit, keahlian akuntansi dan keuangan dan ukuran komite audit berpengaruh frekuensi rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang dapat dinyatakan seperti berikut ini.

24 1. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh karakterisik keuangan perusahaan yang terdiri dari ukuran perusahaan, leverage, rugi perusahaan dan pertumbuhan perusahaan terhadap frekuensi rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap frekuensi rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh kualitas audit terhadap frekuensi rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh karakterisik komite audit yang terdiri dari independensi komite audit, keahlian akuntansi dan keuangan dan ukuran komite audit terhadap frekuensi rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memperoleh hasil penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak berikut ini. 1. Bagi regulator (khususnya BAPEPAM) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti empiris terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi rapat komite audit sebagai bentuk pengawasan perusahaan dalam melaksanakan Good Corporate Governance. Dengan demikian, regulator dapat menentukan

25 kebijakan yang mendukung pelaksanaan Good Corporate Governance untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi investor Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi yang dapat dijadikan bahan dalam keputusan berinvestasi terutama terkait dengan informasi komite audit perusahaan dan pengawasan yang dilakukan, sehingga investor dapat memperoleh gambaran efektifitas pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai kinerja dan dapat mengoptimalisasikan keuntungan atas investasi yang dilakukan. 3. Bagi perusahaan Hasil penelitian dapat memberikan masukan untuk menelaah lebih lanjut mengenai pengaruh karakteristik keuangan perusahaan, struktur kepemilikan, kualitas audit dan karakteristik komite audit terhadap frekuensi rapat komite audit pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga perusahaan dapat mengambil kebijakan terkait pengawasan guna pencapaian kinerja yang maksimal. 4. Bagi kalangan akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukti empiris dalam bidang akuntansi keuangan terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit sebagai bentuk pengawasan operasional perusahaan.

26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agent (manajemen) dan principal (pemilik usaha). Dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak di mana satu orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan sesuatu jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976). Pihak prinsipal juga dapat membatasi divergensi tingkat kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada agen dan bersedia mengeluarkan biaya pengawasan (monitoring cost) untuk mencegah moral hazard agen. Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respons lebih luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu

27 pada agency theory di mana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya enforcement-nya. 2. Good Corporate Governance Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return. Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer. Good corporate governance (GCG) menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang

28 pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Penerapan GCG juga diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam menegakkan good corporate governance pada umumnya di Indonesia. Saat ini Pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan good corporate governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan Pemerintah yang bersih dan berwibawa. Good Corporate Governance merupakan seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2003). Good Corporate Governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua stockholders dan stakeholders. Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan. Dalam survey yang dilakukan oleh McKinsey, menemukan bahwa ada kaitan erat antara penerapan corporate governance dengan harga saham perusahaan. Hal ini disebabkan hampir 75% investor menganggap keterbukaan informasi mengenai penerapan corporate governance sama pentingnya dengan informasi laporan keuangan yang dipublikasikan. Apalagi secara empiris memang terbukti bahwa penerapan

29 corporate governance dapat meningkatkan kinerja perusahaan serta meningkatkan kualitas laporan keuangan. Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat berikut ini (FCGI, 2001). a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value. c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen. Corporate governance dalam hal ini adalah suatu set mekanisme yang digunakan oleh shareholders untuk memastikan bahwa para manajer bekerja untuk kepentingan terbaik bagi para shareholders. Para pemegang saham atau shareholders dalam hal ini menjadi sangat berkepentingan terhadap pelaksanaan good corporate governance dalam suatu perusahaan karena mereka juga sangat berkepentingan dalam hal perlindungan terhadap investasi yang mereka lakukan dapat dikelola secara baik oleh tim manajemen yang handal. Melihat pentingnya penerapan good corporate governance tersebut, BAPEPAM sejak tahun 2000 telah terlibat aktif untuk

30 menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Bapepam adalah dengan mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk memiliki komisaris independen, CEO direktur independen, komite audit, dan sekretaris independen. Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance yang dikemukakan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) adalah sebagai berikut ini. a. Fairness (Keadilan) Prinsip keadilan (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham. Keadilan yang diartikan sebagai perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing dari kecurangan, dan kesalahan perilaku insider. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. b. Disclosure/Transparency Transparansi adalah adanya pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi atas hal penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang kepentingan. Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami

31 oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. c. Accountability Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. d. Responsibility Responsibility (responsibilitas) adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggungjawab merupakan konsekuensi logis

32 dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggungjawab sosial, menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi profesional dan menjunjung etika dan memelihara bisnis yang sehat. Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance yang dikemukakan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) adalah fainess (keadilan), disclosure/transparency, accountability dan responsibility. Prinsip good corporate governance sebagai suatu praktis diharapkan memberi keberhasilan kinerja bisnis. Dalam bahasa manajemen prinsip ini layak disebut sukses apabila mampu membuat perusahaan beroperasi secara efektif dan efisien untuk penambahan profit perusahaan. Untuk dapat mewujudkan pelaksanaan keempat prinsip dasar tersebut, maka perusahaan diwajibkan untuk mempunyai komisaris independen (board of directors), presiden direktur independen, serta komite audit independen sebagai pengawas proses pelaporan keuangan dan melakukan pengawasan terhadap informasi keuangan.yang seharusnya tidak diketahui oleh publik. 3. Komite Audit Sesuai dengan Kep 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai

33 penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam mengangani masalah pengendalian. Sesuai dengan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/ , keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite ini berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang. Anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen. Pihak eksternal menurut surat edaran tersebut adalah pihak di luar perusahaan tercatat yang bukan merupakan komisaris, direksi, dan karyawan perusahaan tercatat, sedangkan yang dimaksud independen adalah pihak di luar perusahaan tercatat yang tidak memiliki hubungan usaha dan hubungan afiliasi dengan perusahaan tercatat, komisaris, direksi dan pemegang saham utama perusahaan tercatat dan mampu memberikan pendapat profesional secara bebas sesuai dengan etika profesioanalnya, tidak memihak kepada kepentingan siapapun. Namun dalam Kep-29/PM/2004 diatur bahwa komite audit beranggotakan minimal tiga orang yang independen dari perusahaan dan salah satunya adalah ahli di bidang akuntansi. Salah seorang anggota komite audit harus berasal dari anggota komisaris yang independen, sehingga anggota dewan tersebut merangkap tugasnya sebagai komite audit.

34 Independensi yang dimiliki oleh angota dewan komisaris tersebut dan anggota komite audit telah diatur pula dalam peraturan BAPEPAM tersebut, diantaranya syarat keanggotaan komite audit adalah seperti berikut ini. a. Bukan merupakan orang dalam kantor akuntan publik, kantor konsultan hukum atau pihak lain yang memberikan jasa audit, jasa non audit, dan atau jasa konsultasi lain kepada emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat oleh komisaris. b. Bukan orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, atau mengendalikan kegiatan emiten atau perusahaan publik dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir sebelum diangkat oleh komisaris, kecuali komisaris independen. c. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten. Dalam hal anggota komite audit memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum maka dalam jangka waktu paling lama enam bulan setelah diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan pada pihak lain. d. Tidak mempunyai : 1) hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua baik secara horizontal maupun vertikal dengan komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten, dan atau, 2) tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsun yang berkenaan dengan kegiatan usaha emiten.

35 Seperti diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang merupakan peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara lain: a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya, b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, c. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal, d. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi, e. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten, dan f. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan. Komite audit dapat mengadakan pertemuan secara periodik sebagaimana ditetapkan oleh komite audit sendiri. Komite audit dapat mengadakan sesi pertemuan eksekutif dengan auditor independen dan manajemen organisasi secara periodik. Ketua komite audit wajib melaporkan aktivitas komite audit kepada dewan. Komite audit melaksanakan pemeriksaan internal tahunan yang ditujukan untuk perbaikan terus menerus, dan setahun sekali meninjau

36 dan menilai kembali piagam pendiriannya, dan merekomendasikan perubahan yang diperlukan kepada dewan pengawas. Komite audit memiliki otoritas untuk meminta jasa pengacara, akuntansi, dan konsultasi independen lainnya, sebagaimana diperlukan untuk mendukung tugas-tugasnya. Komite audit memiliki otoritas tunggal untuk menyetujui biaya terkait dan hak yang berkaitan. Ketua komite audit dapat dihubungi secara langsung oleh auditor independen (1) untuk meninjau halhal sensitif yang mungkin mempengaruhi akurasi pelaporan keuangan atau (2) mendiskusikan isu-isu signifikan yang berkaitan dengan tanggung jawab dewan secara keseluruhan yang mungkin telah dikomunikasikan dengan manajemen namun, menurut penilaian mereka, mungkin memerlukan tindak lanjut oleh komite audit. 4. Karakteristik Keuangan Perusahaan Karakteristik keuangan perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, leverage, rugi perusahaan dan pertumbuhan perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dengan total aset perusahaan. Perusahaan besar memiliki kompleks dan dispersi kepemilkan yang lebih besar menciptakan potensi masalah keagenan yang lebih besar terkait pelaporan keuangan. Untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan-perusahaan besar membutuhkan pengawasan lebih luas dari proses pelaporan keuangan mereka, yang dapat dicapai melalui audit eksternal (Carcello et al., 2002). Selain itu, perusahaan besar membutuhkan pengawas internal yang lebih besar (Raghunandan dan Rama, 2007).

37 Leverage yang tinggi menunjukkan masalah yang lebih besar dan pemantauan yang lebih besar oleh penyedia utang. Perusahaan dengan leverage tinggi memerlukan pengawasan internal lebih tinggi karena perusahaan tersebut cenderung untuk terlibat dalam manipulasi laba dan aset, sehingga memberi kesan lebih sering pertemuan komite audit (Raghunandan dan Rama, 2007). Teori keagenan berpendapat bahwa penyedia utang terus memantau perusahaan untuk memastikan persyaratan utang tidak dilanggar dengan demikian, permintaan untuk pengawasan internal seperti rapat komite audit lebih besar kecenderungan untuk turun. Manajemen perusahaan yang mengalami rugi cenderung untuk terlibat dalam manajemen laba (Beasley, 1996) yang menempatkan permintaan yang lebih besar pada pengawasan internal. Raghunandan dan Rama, (2007) menyatakan bahwa perusahaan menekankan pertumbuhan mungkin melebihi infrastruktur dan pengendalian internal, sehingga menciptakan lingkungan yang kondusif untuk manipulasi dan manajemen laba (Beasley, 1996). Oleh karena itu, potensi perilaku oportunistik oleh manajemen di perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung tinggi sehingga dapat meningkatkan kebutuhan pengawasan perusahaan melalui frekuensi rapat komite audit. 5. Struktur Kepemilikan Dalam penelitian ini struktur kepemilikan yang digunakan adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh pihak manajerial

38 perusahaan. Kepemilikan ini merupakan konsekuensi adanya kompensasi kepemilkan saham yang diberikan oleh perusahaan pada manajemen. Tujuan adanya kepemilikan manajerial adalah untuk dapat meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. Dengan adanya kepemilikan manajerial, maka manajemen perusahaan sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Oleh karena manajemen adalah pemegang saham perusahaan, maka setiap tindakan atau keputusan yang diambil oleh manajemen akan berhati-hati sehingga dapat meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial menyebabkan kebutuhan pengawasan terhadap operasional perusahaan yang lebih rendah, sehingga dapat menurunkan frekuensi rapat komite audit perusahaan (Sharma et al., 2009) Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional. Menurut Barnae dan Rubin (2005) bahwa institutional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar,

39 memiliki inisiatif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan. Begitu pula penelitian Wening (2009) Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Penelitian Smith (1996) menunjukkan bahwa aktivitas monitoring institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain : a. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi. b. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. 6. Kualitas Audit De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003:25) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (joint probability) di mana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor. Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002: 47) ada 8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu :

40 a. Tanggung jawab profesi. Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. b. Kepentingan publik. Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. c. Integritas. Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin. d. Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional. f. Kerahasiaan. Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan. g. Perilaku Profesional.

41 Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. h. Standar Teknis. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam hal ini adalah standar auditing. Auditor Big 4 sering dianggap dapat menyediakan audit dengan kualitas tinggi. Kualitas audit yang lebih baik diasosiasikan dengan kurangnya kemungkinan adanya masalah pelaporan keuangan (Dechow et al, 1996). Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Dalam teori lain, DeAngelo (1981) menunjukkan bahwa Big Four auditor dengan mempertaruhkan reputasi, lebih bersemangat untuk memastikan bahwa laporan keuangan klien mereka benar-benar mencerminkan transaksi yang mendasar. Kantor audit yang termasuk Big 4 adalah PricewaterhouseCoopers, Deloitte Touche Tohmatsu, Ernst & Young dan KPMG. B. Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Karakteristik Keuangan Perusahaan Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit.

42 Perusahaan besar mempunyai komplektisitas dan memiliki dispersi kepemilikan yang lebih besar dibanding dengan perusahaan kecil. Keadaan ini dapat menciptakan potensi yang lebih besar terjadinya agency problem terkait pelaporan keuangan. Perusahaan besar yang menghadapi pengawasan dan tuntutan yang lebih besar atau lebih banyak dari pemakai laporan keuangan. Untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan-perusahaan besar membutuhkan pengawasan atau monitoring yang lebih luas dari proses pelaporan keuangan. Proses pengawasan yang dimaksud dapat dicapai melalui audit eksternal (Carcello dan Neal, 2002). Dengan mekanisme audit eksternal yang dilakukan oleh auditor independen, maka kewajaran laporan keuangan perusahaan dapat dinyatakan dan auditor eksternal juga dapat menjadi penengah yang bebas dari kepentingan serta dapat memberi assurance atas kewajaran laporan keuangan secara professional. Selain audit eksternal, proses pengawasan juga dapat dilakukan dengan adanya monitoring internal yang lebih besar (Raghunandan dan Rama, 2007). Pengawasan internal yang dimaksud dapat dilakukan oleh dewan direksi, dewan komisaris maupun komite audit sesuai dengan kewenanganya. Oleh karena itu dimungkinkan terjadi hubungan yang positif antara frekuensi rapat komite audit dan ukuran perusahaan. Di samping ukuran perusahaan, karakteristik keuangan perusahaan juga dapat ditunjukkan dengan leverage (Raghunandan dan Rama, 2007). Leverage merupakan perbandingan antara jumlah utang dengan jumlah ekuitas perusahaan. Leverage mengambarkan besarnya risiko keuangan

43 perusahaan akan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban dengan ekuitas yang dimilikinya. Tingkat leverage yang tinggi pada sebuah perusahaan menunjukkan masalah yang lebih besar dan pengawasan yang lebih besar oleh penyedia utang. Perusahaan-perusahaan dengan leverage yang tinggi memerlukan pengawasan internal lebih dekat karena perusahaan tersebut cenderung untuk terlibat dalam manipulasi laba dan aset, sehingga memberi kemungkinan untuk lebih sering terjadi rapat komite audit (Raghunandan dan Rama, 2007). Sebaliknya, dalam pandangan teori keagenan bahwa penyedia utang terus memantau perusahaan untuk memastikan persyaratan utang tidak dilanggar. Dengan demikian, permintaan untuk pengawasan internal seperti rapat komite audit lebih besar menurun. Manajemen perusahaan yang mengalami dan melaporkan kerugian cenderung untuk terlibat dalam manajemen laba (Beasley, 1996; Dechow et al., 1996; Abbott et al., 2003) yang menyebabkan terjadinya kebutuhan yang lebih besar terhadap pengawasan internal. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa kerugaian yang dialami dan dilaporkan oleh perusahaan berhubungan positif dengan komite audit dan frekuensi rapat. Raghunandan dan Rama (2007) berpendapat bahwa perusahaan menekankan pertumbuhan mungkin melebihi infrastruktur dan pengendalian internal, sehingga menciptakan lingkungan yang kondusif untuk penipuan (Loebbecke et al., 1989) dan manajemen laba (Beasley, 1996; Dechow et al., 1996). Oleh karena itu, potensi perilaku oportunistik oleh manajemen dalam pertumbuhan

44 perusahaan yang tinggi menunjukkan adanya hubungan negatif antara peluang pertumbuhan perusahaan dan frekuensi rapat komite audit. Atas dasar uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian dapat dirumuskan seperti berikut ini. H 1a = ukuran perusahaan berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit H 1b = leverage perusahaan berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit H 1c = rugi yang dilaporkan perusahaan berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit H 1d = pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit 2. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit Menurut pandangan teori agensi bahwa kepemilikan oleh manajemen dan direksi adalah pedang bermata dua yang mempengaruhi biaya agen (misalnya, Jensen dan Meckling, 1976; Shleifer dan Vishny, 1997). Secara khusus, kepemilikan oleh manajemen dan direksi mengurangi biaya agen karena kepemilikan saham dalam perusahaan yang memotivasi manajemen dan direksi untuk berperilaku seperti pemegang saham. Oleh karena itu, kepemilikan oleh manajemen dan direksi sebagian dapat menggantikan mekanisme pengawasan (Fama dan French, 2001). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa di pasar modal yang relatif kecil, kepemilikan

45 manajemen dan direksi yang tinggi dapat mengakibatkan salah pelaporan keuangan dan pengambilalihan dari pemegang saham minoritas (Fan dan Wong, 2002) dan keadaan tersebut menunjukkan permintaan untuk pengawasan internal yang lebih besar. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara kepemilikan manajemen dan frekuensi rapat komite audit. Kouki dan Guizani (2009) menyatakan bahwa kepemilikan institusional yang besar merupakan cara untuk monitoring agent. Peningkatan kepemilikan institusional dapat mengurangi agency cost atas debt dan insider ownership karena semakin besar kepemilikan institusional maka akan dapat mengurangi terjadinya konflik antara kreditur dan manajer, dan akhirnya dapat menekan biaya keagenan. Graves dan Waddock (1994) menemukan hubungan yang positif dan signifikan antara jumlah institusi yang memiliki saham dan kinerja sosial dan lingkungan perusahaan dan dikuatkan oleh penelitian Mahoney dan Robert (2003) yang menemukan hubungan positif dan signifikan antara kinerja sosial perusahaan dan jumlah kepemilikan institusional. Kircmaier dan Grant (2006) melakukan penelitian tentang struktur kepemilikan perusahaan dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan blockholder akan berpengaruh terhadap tata kelola perusahaan yang akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Para pelaku pasar akan merespon peningkatan kinerja tersebut melalui harga saham yang meningkat. Hasilnya menunjukkan

46 bahwa struktur kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap kinerja dan nilai perusahaan. Pemegang saham institusional memiliki inisiatif untuk memonitor secara ketat terhadap pihak manajemen dan memastikan perusahaan telah menerapkan mekanisme pengelolaan perusahaan yang telah ditetapkan secara efektif (Shleifer dan Vishny, 1997; Smith, 1996). Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan institusional dan frekuensi rapat komite audit. Atas dasar uraian di atas, maka hipotesis penelitian dapat dinyatakan seperti berikut ini. H 2a = kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit H 2b = kepemilikan institusional berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit 3. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit Kantor akuntan publik yang termasuk dalam kategori Big 4 auditor sering dianggap dapat memberikan audit berkualitas tinggi. Audit kualitas yang lebih tinggi terkait dengan kemungkinan berkurangnya dari masalah pelaporan keuangan (Dechow et al., 1996) dan pengendalian internal yang lebih efektif (Doyle et al., 2007). Knechel dan Willekens (2006) mengandaikan bahwa perusahaan Big 4 audit adalah pengganti untuk monitoring internal khususnya di pasar modal di negara sedang berkembang seperti Indonesia dengan efisiensi setengah kuat. Oleh karena itu, penelitian

47 ini memperkirakan adanya hubungan negatif antara kualitas audit (auditor BIG 4) dan frekuensi rapat komite audit. Atas dasar uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini. H 3 = kualitas audit berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit 4. Pengaruh Karakterisik Komite Audit Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit Komite audit bertugas mewakili dan membantu dewan direksi untuk mengawasi proses pelaporan akuntansi dan keuangan, audit laporan keuangan dan pengendalian internal, dan fungsi-fungsi audit. Manajemen bertanggung jawab atas (a) persiapan, penyajian, dan integritas laporan keuangan; (b) prinsip-prinsip pelaporan akuntansi dan keuangan; (c) pengendalian internal dan prosedur organisasi yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan serta hukum dan peraturan yang berlaku. Kantor akuntan publik independen, yang ditunjuk untuk memeriksa organisasi, bertanggung jawab untuk melakukan audit secara independen atas laporan keuangan konsolidasi berdasarkan standar auditing yang berlaku umum dan menyatakan pendapat atas laporan keuangan konsolidasi berdasarkan audit mereka. Kalbers dan Fogarty (1993) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi keberhasilan komite audit dalam menjalankan tugasnya yaitu 1)

48 kewenangan formal dan tertulis, 2) kerjasama manajemen dan 3) kualitas atau kompetensi anggota komite audit. Dengan kewenangan, independensi, kompetensi dan komunikasi melalui pertemuan yang rutin dengan pihak-pihak terkait, diharapkan fungsi dan peran dari komite audit lebih bisa berjalan dengan efektif sehingga dapat mengidentifikasi kemungkinan adanya praktek manajemen laba yang oportunistik. Raghunandan dan Rama (2007) menggunakan karakteristik komite audit dalam penelitian yang menguji pengaruh karakteristik komite audit terhadap kualitas laba yang terbagi menjadi independensi anggota komite audit, keahlian di bidang akuntansi dan keuangan dari anggota komite audit, dan frekuensi rapat anggota komite audit. Karakteristik komite audit juga digunakan dalam penelitian Sharma et al., (2009), hanya saja karakteristik komite audit yang digunakan meliputi ukuran komite audit, keahlian anggota komite audit di bidang akuntansi dan keuangan, dan independensi komite audit. Karakeristik komite audit meliputi independensi komite audit, keahlian akuntansi dan keuangan komite audit, ukuran komite audit. Kehadiran komite audit independen lebih efektif memfasilitasi monitoring pelaporan keuangan (Beasley, 1996; Dechow et al., 1996; Carcello dan Neal, 2003) dan audit eksternal (Carcello dan Neal, 2002; Abbott et al., 2003). Hubungan empiris di antara komite audit dengan monitoring dijelaskan oleh teori keagenan, yang berpendapat bahwa komite audit independen memberikan pengawasan yang efektif terhadap manajemen. Keberadaan seorang ahli akuntansi dan keuangan dalam komite

49 audit dapat memberikan pengawasan yang lebih efektif sehingga dapat menurunkan frekuensi rapat komite audit, karena anggota komite audit yang mempunyai keahlian akuntansi dan keuangan dapat mengurangi tingkat kesalahan pelaporan keuangan perusahaan (Dechow et al., 1996; Raghunandan dan Rama, 2007). Raghunandan dan Rama (2007) menyatakan bahwa ukuran dewan dan komite audit baik dapat meningkatkan atau menurunkan permintaan untuk rapat lebih sering. Ukuran dewan direksi yang lebih besar dan komite audit memberikan akses ke sumber daya yang lebih besar dan bakat manajerial, sehingga memberikan pengawasan yang lebih efektif. Hal ini dapat mengurangi permintaan untuk rapat lebih sering. Sebaliknya, dewan dan komite audit yang lebih besar mungkin membentuk pegelolaan yang tidak efisien, sehingga menghasilkan lebih sering rapat komite audit (Vafeas, 1999). Memiliki anggota lebih banyak bisa menyebabkan keragaman perspektif yang lebih nyata dalam diskusi. Atas dasar uraian di atas, hipotesis penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini. H 4a = independensi komite audit berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit H 4b = keahlian akuntansi dan keuangan komite audit berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit H 4c = ukuran komite audit berpengaruh terhadap frekuensi rapat komite audit

50 C. Kerangka Teoritis Gambar II.1 Kerangka Teoritis Variabel Independen Variabel Dependen Karakteristik Keuangan Perusahaan Ukuran perusahaan Leverage Rugi perusahaan Pertumbuhan perusahaan Struktur Kepemilikan Kepemilikan manajerial Kepemilikan institusional Frekuensi Rapat Komite Kualitas Audit Karakteristik Komite Audit Independensi komite audit Keahlian akuntansi dan keuangan Ukuran komite audit

51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian yang melakukan pengujian hipotesis dan bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Varaibel independen yang diuji dalam penelitian ini meliputi karakteristik keuangan perusahaan (ukuran perusahaan, leverage, rugi perusahaan dan pertumbuhan perusahaan), struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional), kualitas audit dan karakteristik komite audit (independensi komite audit, keahlian akuntansi dan keuangan dan ukuran komite audit). Sementara variabel dependen dalam penelitian ini adalah frekuensi rapat komite audit dalam satu periode pelaporan keuangan atau satu tahun. Populasi merupakan kelompok orang, kejadian, atau peristiwa yang menjadi perhatian para peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2003). Populasi yang digunakan sebagai sample frame penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari elemen-elemen yang diharapkan memiliki karakteristik yang mewakili populasinya (Sekaran, 2003). Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian dipilih secara purposive sampling di mana sampel yang dipilih sesuai dengan kriteria-kriteria yang

52 sudah ditentukan. Kriteria yang digunakan untuk menjadi anggota sampel adalah sebagai berikut ini. 1. Perusahaan go public dan terdaftara di Bursa Efek Indonesia per 1 Januari Perusahaan tersebut menerbitkan laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan tahunan (financial report) untuk tahun Perusahaan tersebut menyajikan seluruh data dan informasi yang diperlukan dalam pengukuran variabel pada laporan tahunan dan laporan keuangan tahunan. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu informasi yang diperoleh dari pihak lain (Sekaran, 2003). Alasan menggunakan data sekunder dengan pertimbangan bahwa data ini mudah untuk diperoleh dan memiliki waktu yang lebih luas serta mempunyai validitas data yang dapat dipertanggungjawabkan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data seperti berikut ini. a. Daftar perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2009 yang diperoleh dari b. Laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan tahunan (financial report) perusahaan yang terpilih menjadi sampel yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan website perusahaan yang terpilih sebagai sampel penelitian.

53 B. Variabel dan Pengukuran Variabel Penelitian ini menggunakan dua variabel yang diuji secara sistematis, yaitu seperti berikut ini. 1. Variabel independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel-variabel seperti berikut ini. a. Karakteristik keuangan perusahaan Karakteristik keuangan perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan variabel berikut ini. (1) Ukuran perusahaan (SIZE) Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan total aset perusahaan. Menurut Sharma et al., (2009) variabel ini diukur dengan menggunakan nilai logaritma natural (Ln) atas jumlah total aset perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian. Penggunaan logaritma natural (Ln) dimaksudkan untuk memperoleh hasil output yang lebih mudah diinterpretasikan karena variabel ini menggunakan data absolute, sementara data untuk variabel lain menggunakan angka rasio. (2) Leverage (LEV) Leverage keuangan merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki biaya tetap bagi perusahaan, yaitu utang pokok (untuk membayar bunga), saham preferen (membayar deviden), dan sewa (membayar sewa). Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total

54 hutang jangka panjang dibagi dengan total ekuitas Sharma et al., (2009). Penelitian ini menggunakan debt to equity ratio sebagai proksi leverage keuangan perusahaan. LEV = Totalhutang jangkapanjang Totalmodal (3) Rugi perusahaan (LOSS) Variabel losses dalam penelitian ini dinyatakan dengan menggunakan dummy variable. Untuk perusahaan yang melaporkan rugi dalam laporan keuangan tahunannya dilambangkan dengan angka 0, dan sebaliknya untuk perusahaan yang melaporkan laba dalam laporan keuangannya dilambangkan dengan angka 1 (Sharma et al., 2009). (4) Pertumbuhan perusahaan (GROWTH) Pertumbuhan perusahaan (GROWTH) dalam penelitian ini diproksikan dengan Market to book value ratio (MBVER). Penggunaan MBVER sebagai proksi pertumbuhan ini berdasar pada pemikiran bahwa harapan pertumbuhan perusahaan dinyatakan, paling tidak, secara parsial dalam harga saham, sehingga perusahaan bertumbuh akan memiliki nilai pasar lebih tinggi relatif terhadap ekuitas yang dimiliki (Pagalung, 2002). Market to book value ratio dinilai dengan jumlah lembar saham beredar dikalikan dengan harga penutupan saham dibagi dengan total ekuitas perusahaan. Data jumlah saham beredar dan harga penutupan saham diambil dari ICMD. Data total equity diambil dari neraca laporan keuangan

55 perusahaan. Adapun rumus penentuan GROWTH adalah sebagai berikut ini (Pagalung, 2002). (Jumlah lembar saham beredar x Harga penutupan saham) GROWTH = Total ekuitas b. Struktur kepemilikan Struktur kepemilikan dalam penelitian ini dinyatakan dengan dua variabel berikut ini. (1) Kepemilikan manajerial (MANOWN) Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan modal yang dipegang oleh pihak manajemen dalam perusahaan. Kepemilikan dapat dilihat dari konsentrasi kepemilikan atau persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang tercantum dalam daftar pemegang saham. Namun dalam penelitian ini, variabel kepemilikan manajerial diukur dengan skala nominal, yaitu hanya dibedakan antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial atau tidak, dengan tidak melihat berapa besar persentase kepemilikan manajerialnya di masing-masing perusahaan tersebut. Pengukuran dilakukan dengan memberikan nilai 0 untuk perusahaan yang mempunyai kepemilikan manajerial dan 1 untuk perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, karena variabel ini merupakan variabel dummy (Kirchmaier, et al., 2006). Penggunaan varaibel dummy dalam variabel kepemilikan manajerial didasari pada alasan bahwa tidak semua perusahaan yang terdaftar di BEI mempunyai kepemilikan manajerial, sehingga

56 dengan menggunakan dummy variabel memungkinkan penelitian untuk memperoleh jumlah sampel yang lebih besar. (2) Kepemilikan institusional (INSTOWN) Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh pihak institusi atau lembaga seperti perusahan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional dalam penelitian ini menggunakan presentase kepemilikan saham oleh pihak institusi yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan. besaran kepemilikan institusional dinyatakan dengan proporsi saham yang dimiliki oleh pihak institusi terhadap saham perusahaan yang beredar (Mora, 2011). Formula yang digunakan dalam penentuan varaibel ini adalah seperti berikut ini. INSTOWN = c. Kualitas Audit Kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan kelompok auditor (BIG 4). Dalam pengukurannya menggunakan dummy. Apabila laporan keuangan perusahaan diaudit oleh KAP termasuk kelompok BIG 4 dilambangkan dengan angka 0, untuk perusahaan yang laporan keuangan diaudit oleh KAP yang tidak termasuk BIG 4 dilambangkan dengan angka 1 (Sharma et al., 2009). Adapun daftar KAP BIG 4 dan afiliasinya adalah seperti berikut ini.

57 Tabel III. 1 Daftar KAP BIG 4 dan Afiliasinya KAP BIG 4 Ernest & Young Price Waterhouse Coupers Delloit Touch Tohmatsu KPMG KAP Afiliasi di Indonesia Drs. Prasetio, Utomo & Co Prasetio, Sarwoko dan Sandjaya Drs. Hadi Susanto & rekan Hans Tuanakota Mustofa Sidharta Sidharta & Harsono d. Karakteristik komite audit Karakteristik komite audit dalam penelitian ini dinyatakan dengan tiga variabel berikut ini. (1) Independensi komite audit (INDP) Proporsi komite audit independen merupakan perbandingan antara jumlah anggota komite audit independen dengan total jumlah total anggota komite audit dalam sebuah perusahaan (Sharma et al., 2009). Variabel ini dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung dengan rumus seperti berikut ini. INDP = (2) Keahlian akuntansi dan keuangan (COMPET) Kompetensi anggota komite audit dalam penelitian ini dinyatakan dalam hal latar belakang pendidikan anggota komite audit. Anggota komite audit yang mempunyai latar belakang pendidikan akuntansi mempunyai kompetensi yang lebih tinggi dibanding dengan anggota komite audit independen yang berlatar belakang non akuntansi. Variabel ini diukur berdasarkan perbandingan antara jumlah anggota komite audit independen yang berlatar belakang pendidikan

58 akuntansi dan jumlah total anggota komite audit dalam sebuah perusahaan (Sharma et al., 2009). Untuk menentukan variabel ini digunakan formula seperti berikut ini. COMPET = (3) Ukuran komite audit (ACSIZE) Ukuran komite audit merupakan jumlah anggota komite audit dalam sebuah perusahaan. Variabel ini diukur dengan jumlah anggota komite audit dalam sebuah perusahaan (Sharma et al., 2009). 2. Variabel dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah frekuensi rapat komite audit (ACMEET) dalam satu tahun atau satu periode pelaporan keuangan. Variabel ini dinyatakan dengan jumlah rapat yang dilakukan oleh komite audit perusahaan dalam satu tahun C. Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini meliputi uji asumsi klasik yang dilakukan sebagai persyaratan hipotesis, descriptive statistic, dan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 16. Berikut ini dijelaskan tahapantahapan pengujian dalam penelitian ini. 1. Statistik Deskriptif Descriptive statistic memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai mean, standar deviasi, maksimum dan minimum.

59 Descriptive statistic dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut. 2. Uji Asumsi Klasik Pengujian data dilakukan dengan uji asumsi klasik yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penelitian adalah valid, dengan data yang digunakan secara teori adalah tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien (Ghozali, 2009). Uji asumsi klasik merupakan prasyarat dilakukannya analisis regresi. Ada empat macam uji asumsi klasik yang dipakai dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut ini. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi dengan membagi model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2009). Untuk menguji normalitas, peneliti menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujian yang digunakan adalah nilai p-value, apabila nilai ρ-value > 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal, dan apabila jika ρ-value < 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan suatu keadaan di mana terdapat hubungan yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

60 (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2009). Multikolinearitas antar variabel independen dapat dilihat dari nilai tolerance dan variances inflation factor (VIF) (Ghozali, 2009). Kedua ukuran tersebut menunjukkan setiap variabel independen yang satu dijelaskan oleh variabel independen yang lain. Nilai tolerance yang rendah sama artinya dengan nilai VIF yang tinggi (Ghozali, 2009). Jika nilai tolerance lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10, maka tidak terjadi multikoliniearitas. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji suatu model regresi linear, untuk melihat keberadaan korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan periode t-1 (Ghozali, 2009). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan alat uji run test. Kriteria pengujian didasarkan pada nilai asymp.sig dalam uji runs test. Apabila asymp. sig lebih besar dari 5%, maka tidak terjadi gejala autokorelasi dan sebaliknya jika asymp. sig. lebih kecil 5% maka terjadi gejala aoutokorelasi dalam model regresi (Ghozali, 2009). d. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedaktisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

61 pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Sebuah model regresi yang baik adalah model regresi yang mempunyai data yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Kebanyakan data cross section mengdanung situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, atau besar) (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dalam model, peneliti akan menggunakan uji Glejser dengan bantuan program SPSS. Apabila koefisien parameter beta > 0.05 maka tidak ada masalah heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Jika ternyata dalam model terdapat heteroskedastisitas, maka cara memperbaiki dapat dilakukan: 1) Transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam model tersebut. 2) Transformasi logaritma. 3. Pengujian Hipotesis Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Adapun persamaan regresi bergdana untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah seperti berikut: ACMEET = β 0 + β 1 SIZE + β 2 LEV + β 3 LOSS + β 4 GROWTH + β 5 MANOWN + β 6 INSTOWN + β 7 AC + β 8 INDP + β 9 COMPET + β 10 ACSIZE + ε

62 Notasi: ACMEET SIZE LEV LOSSES GROWTH MANOWN INSTOWN AC INDP = jumlah rapat komite audit. = ukuran perusahaan = risiko perusahaan = rugi perusahaan = pertumbuhan perusahaan = kumulatif persentase kepemilikan saham oleh manajemen. = kumulatif persentase kepemilikan saham oleh institusional. = kualitas audit = proporsi anggota komite audit independen terhadap total anggota komite audit. COMPET = proporsi anggota komite audit seorang ahli akuntansi dan atau keuangan. ACSIZE β 0. Β 10 ε = jumlah anggota komite audit. = koefisien regresi = standart error Atas dasar model regresi berganda tersebut di atas, maka dilakukan analisis dengan menggunakan langkah sebagai berikut ini. 1. Pengujian Koefisien Regresi Simultan (F-hitung) Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kelayakan model penelitian yang digunakan dalam penelitian dengan kriteria: jika p-value lebih besar dari 5%, maka dapat dinyatakan bahwa model penelitian tidak layak untuk digunakan dalam pengujian data, namun apabila p-value lebih kecil dari 5%,

63 maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak untuk digunakan dalam pengujian data penelitian. 2. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (t-hitung) Merupakan pengujian masing-masing variabel independen yang dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independen. Uji signifikansi-t dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%. 3. Pengujian koefisien determinasi Pengujian ini untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R 2 ) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai adjusted R 2.

64 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris pengaruh karakteristik keuangan perusahaan, struktur kepemilika, kualitas audit dan karakteristik komite audit terhadap frekuensi rapat komite audit. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan (annual report) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 yang dipublikasikan di internet melalui website resmi Bursa Efek Indonesia ( serta data dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD). Metode pengambilan sampel dengan purposive sampling. Berikut ini disajikan hasil pengambilan sampel penelitian. Tabel IV. 1 Hasil Pengambilan Sampel Keterangan Jumlah Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun Perusahaan yang annual report 2009 nya tidak tersedia di (138) website IDX dan perusahaan Perusahaan yang annual report tidak mempublikasikan (109) jumlah rapat komite audit Total Sampel 151 Sumber: B. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif penelitian ini dilakukan guna mencari nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasi dari variabel-variabel penelitian, seperti yang ditunjukkan dalam tabel IV.2 berikut ini.

65 Tabel IV. 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation LN_SIZE LEV LOSS GROWTH MANOWN INSTOWN AC INDP COMPET ACSIZE ACMEET Valid N (listwise) 151 Sumber : Hasil pengolahan data Nilai LN_SIZE yang tertinggi adalah 19,79 sedangkan yang terendah 6,33. Untuk rata-rata sebesar 14,3844. Dengan standar deviasi 2,32283 dapat dinyatakan bahwa penyebaran data LN_SIZE berada di antara 16,79723 sampai dengan 12, Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata total aset yang dimiliki perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebesar 14,3844. Nilai LEV yang paling tinggi adalah , yang paling rendah adalah 0,00 sedangkan rata-ratanya adalah 2,5597. Dengan standar deviasi dapat dinyatakan bahwa penyebaran data LEV berada di antara 29,59551 sampai dengan -24, Angka tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mempunyai jumlah utang jangka

66 panjang dua setengah kali lipat jumlah modal yang dimiliki sehingga resiko perusahaan relatif tinggi. Nilai LOSS yang tertinggi adalah 1, sedangkan yang terendah 0,00. Untuk rata-rata sebesar 0,8609. Dengan standar deviasi 0,34717 dapat dinyatakan bahwa penyebaran data LOSS berada di antara 1,20807 sampai dengan 0, Hal ini menunjukkan bahwa perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melaporkan rugi dalam laporan keuangannya sebanyak 21 perusahaan, sedangkan perusahaan yang melaporan laba dalam laporan keuangannya sebanyak 130 perusahaan. Nilai GROWTH yang paling tinggi adalah 40,10, yang paling rendah adalah -3,84 sedangkan rata-ratanya adalah 1,9315. Dengan standar deviasi 4,38804 dapat dinyatakan bahwa penyebaran data GROWTH berada di antara sampai dengan -2, Angka tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mempunyai tingkat pertumbuhan yang baik oleh karena nilai pasar lebih tinggi dari pada nilai buku perusahaan. Nilai MANOWN yang tertinggi adalah 1, sedangkan yang terendah 0,00. Untuk rata-rata sebesar 0,3046. Dengan standar deviasi 0,46178 dapat dinyatakan bahwa penyebaran data MANOWN berada di antara 0,76638 sampai dengan -0, Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mempunyai kepemilikan manajerial sebesar 105 perusahaan, sedangkan perusahaan yang tidak mempunyai kepemilikan manajerial sebesar 46 perusahaan.

67 Nilai INSTOWN yang paling tinggi adalah 0,99, yang paling rendah adalah 0,07 sedangkan rata-ratanya adalah 0,6936. Dengan standar deviasi 0,22191 dapat dinyatakan bahwa penyebaran data INSTOWN berada di antara 0,91551 sampai dengan 0,47169 Angka tersebut menunjukkan bahwa hampir sebagian besar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dimiliki oleh pihak institusional dalam jumlah yang mayoritas sebesar 60%. Nilai AC yang tertinggi adalah 1, sedangkan yang terendah 0,00. Untuk rata-rata sebesar 0,4040. Dengan standar deviasi 0,49233 dapat dinyatakan bahwa penyebaran data AC berada di antara 0,89633 sampai dengan -0, Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang laporan keuangannya diaudit oleh KAP BIG 4 sebesar 90 perusahaan, sedangkan perusahaan yang laporan keuangnya tidak diaudit oleh KAP BIG 4 sebesar 61 perusahaan. Nilai INDP yang paling tinggi adalah 0,80, yang paling rendah adalah 0,25 sedangkan rata-ratanya adalah 0,6256. Dengan standar deviasi 0,10111 dapat dinyatakan bahwa penyebaran data INDP berada di antara 0,72671 sampai dengan 0,52449 Angka tersebut menunjukkan bahwa perusahaan di Bursa Efek Indonesia telah memenuhi peraturan di BAPEPAM yang mensyaratkan bahwa anggota komite auditnya lebih dari 50% adalah pihak yang independen. Nilai COMPET yang tertinggi adalah 0,80, sedangkan yang terendah 0,20. Untuk rata-rata sebesar 0,5380. Dengan standar deviasi 0,17077 dapat dinyatakan bahwa penyebaran data COMPET berada di antara 0,70877 sampai

68 dengan 0, Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan di Bursa Efek Indonesia telah memenuhi peraturan di BAPEPAM yang mensyaratkan bahwa salah satu anggota komite audit adalah seseorang yang mempunya keahlian akuntansi dan keuangan. Nilai ACSIZE yang paling tinggi adalah 7, yang paling rendah adalah 2 sedangkan rata-ratanya adalah 3,3444. Dengan standar deviasi 0,80039 dapat dinyatakan bahwa penyebaran data ACSIZE berada di antara 4,14479 sampai dengan 2, Angka tersebut menunjukkan bahwa perusahaan di Bursa Efek Indonesia telah memenuhi peraturan di BAPEPAM. Nilai ACMEET yang tertinggi adalah 34, sedangkan yang terendah 2. Untuk rata-rata sebesar 7,7748. Dengan standar deviasi 6,88590 dapat dinyatakan bahwa penyebaran data ACMEET berada di antara 14,6607 sampai dengan 0,8889. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan di Bursa Efek Indonesia telah mempunyai komite audit yang melakukan pengawasan terhadap operasional perusahaan melalui rapat komite audit minimal tiap 2 bulan sekali. C. Pengujian Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah data terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi nilai residual normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan menggunakan alat uji Kolmogorov-Smirnov dengan nilai residu atas persamaan model regresi yang digunakan dalam penelitian. Hasil uji normalitas dapat dilihat dalam tabel IV.3 berikut ini.

69 Tabel IV. 3 Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier Data Unstandardized Residual N 151 Normal Parameters a Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute.161 Positive.161 Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed).001 a. Test distribution is Normal. Sumber: Hasil pengolahan data Hasil uji normalitas di atas menunjukkan bahwa data variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi tidak normal dengan dibuktikan oleh nilai asymp. sig. yang lebih kecil dari tingkat signifikasi penelitian 5%. Oleh karena data tidak terdistribusi normal, maka dilakukan proses outlier dengan mengeluarkan data yang bernilai ekstrem dari data penelitian. Proses outlier dilakukan dengan menggunakan dasar Z-score atas data dalam penelitian. Dengan mengeluarkan nilai ekstrem dalam data penelitian berdasar Z-score diharapkan dapat diperoleh data penelitian terdistribusi normal sehingga proses regresi dapat dilakukan. Setelah melakukan proses outlier diperoleh data penelitian yang berdistribusi normal sejumlah 125 data yang berarti terdapat 26 data ekstrem yang dikeluarkan dari data penelitian ini. Hasil uji normalitas seperti tersaji di atas menunjukkan bahwa data penelitian telah teredistribusi normal yang dibuktikan dengan asymp sig. sebesar 0,172 yang lebih besar dari tingkat signifikansi penelitian 5%. Oleh

70 karena data penelitian telah terdistribusi normal, maka data dapat digunakan dalam pengujian dengan model regresi berganda. Berikut disajikan hasil uji normalitas data setelah dilakukan proses outlier data. Tabel IV. 4 Hasil Uji Normalitas Data Setelah Outlier Data Unstandardized Residual N 125 Normal Parameters a Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute.099 Positive.099 Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed).172 a. Test distribution is Normal. Sumber : Hasil pengolahan data D. Uji Asumsi Klasik berikut ini. Hasil dari pengujian asumsi klasik pada penelitian ini dijabarkan sebagai a. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier di antara variabel-variabel independen dengan model regresi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation factor (VIF) dengan kriteria, jika tolerance value < 0,01 dan VIF > 10% maka terjadi multikolinieritas dan jika tolerance value > 0,01 atau VIF < 10% maka tidak terjadi multikolinieritas.

71 Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk semua variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih besar dari 0,1 dan nilai value inflating factor untuk semua variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih kecil dari 10. Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa dalam modelmodel regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinieritas atau seluruh variabel dalam model-model penelitian ini homokedastisitas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel IV.5 berikut ini. b. Uji Autokorelasi Tabel IV. 5 Hasil Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Model Tolerance VIF LN_SIZE LEV LOSS GROWTH MANOWN INSTOWN AC INDP COMPET ACSIZE Sumber : Hasil pengolahan data Autokorelasi menunjuk pada hubungan yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang terletak berderetan secara series dalam bentuk waktu (time series) atau hubungan antara tempat yang berdekatan (cross sectional). Pada penelitian ini menggunakan alat uji runs test. Dari pengujian ini dapat dilihat apakah terjadi autokorelasi atau tidak didasarkan

72 pada nilai asymp.sig dalam runs test. Apabila asymp. sig. lebih besar dari 5%, maka tidak terjadi gejala autokorelasi dan sebaliknya jika asymp. sig. lebih kecil 5% maka terjadi gejala aoutokorelasi dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini disajikan hasil uji runs test untuk mengindikasikan asumsi autokorelasi dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel IV. 6 Hasil Uji Autokorelasi Unstandardized Residual Test Value a Cases < Test Value 62 Cases >= Test Value 63 Total Cases 125 Number of Runs 62 Z Asymp. Sig. (2-tailed).788 a. Median Sumber : Hasil pengolahan data Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai asymp. sig dalam runs test adalah 0,788 yang lebih besar dari 0,05. Hasil ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi di dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dalam model, digunakan uji Glejser seperti Tabel IV. 7

73 Tabel IV. 7 Hasill Uji Heteroskedastisitas Model Sig. Kriteria Keterangan (Constant).622 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas LN_SIZE.947 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas LEV.130 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas LOSS.934 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas GROWTH.494 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas MANOWN.757 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas INSTOWN.080 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas AC.077 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas INDP.505 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas COMPET.499 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas ACSIZE.052 α > 5% Tidak terjadi heterokedastisitas Sumber : Hasil pengolahan data Tabel di atas menunjukkan bahwa probabilitas (sig) dalam tiap model regresi yang digunakan dalam penelitian ini lebih besar dari 0,05 atau 5% sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam semua model regresi penelitian ini. Cara lain untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2009) adalah sebagai berikut ini. 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

74 Hasil uji heteroskedastisitas melalui grafik scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini. Gambar IV. 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas E. Pengujian Hipotesis Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris terkait pengaruh karakteristik keuangan perusahaan, struktur kepemilikan, kualitas audit dan karakteristik komite audit terhadap frekuensi rapat komite audit. Untuk tujuan penelitian tersebut, maka dalam melakukan analisis data penelitian dengan menggunakan model regresi berganda. Pengujian hipotesis terdiri dari uji signifikansi-f, uji signifikansi-t dan uji koefisien determinasi yang dipaparkan seperti di bawah ini.

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Good corporate governance (GCG) merupakan isu sentral di kalangan masyarakat bisnis terkini. Isu ini mulai muncul dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1997.

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan Membutuhkan Kajian Teori Sebagai Berikut: 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Agency Theory

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) JULI 2016 DAFTAR ISI Halaman BAGIAN I... 1 PENDAHULUAN... 1 1. LATAR BELAKANG... 1 2. VISI DAN MISI... 1 3. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 BAGIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I 1.1. Pengertian Komite Audit dan Risiko Usaha adalah komite yang dibentuk oleh dan

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukkan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun ) SKRIPSI

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun ) SKRIPSI PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2012) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan disiapkan untuk memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan seperti pemegang saham (investor), kreditor dan pemerintah yang

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA 1 DAFTAR ISI I. DEFINISI...3 II. VISI DAN MISI...4 III. TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM KOMITE AUDIT...4 IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...4 V.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud) BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Corporate governance merupakan salah satu topik pembahasan sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud) maupun keterpurukan

Lebih terperinci

Skripsi. Disusun Oleh : YOGA PRADITYA NIM. F PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

Skripsi. Disusun Oleh : YOGA PRADITYA NIM. F PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DEVIDEND PAYOUT RATIO, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi kasus pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agency Theory Teori Agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pemilik modal (principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan wewenang pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Agensi Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam memahami corporate governance (Aditya, 2012). Hubungan keagenan diartikan sebagai hubungan

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (dalam Masri dan Martani, 2012)mendeskripsikan agency theory (teori keagenan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan yang berfungsi sebagai pendanaan perusahaan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH INSIDER OWNERSHIP

PENGARUH INSIDER OWNERSHIP PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, UTANG, PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Good Corporate Governance Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak

Lebih terperinci

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3 PIAGAM KOMITE AUDIT Rincian Administratif dari Kebijakan Pemilik Kebijakan Penyimpan Kebijakan Fungsi Corporate Secretary - Fungsi Corporate Secretary - Enterprise Policy & Portfolio Management Division

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Proses penjualan saham ke masyarakat dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN FINANCIAL LEVERAGE PADA INCOME SMOOTHING DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI.

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN FINANCIAL LEVERAGE PADA INCOME SMOOTHING DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI. PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN FINANCIAL LEVERAGE PADA INCOME SMOOTHING DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI. (Studi Empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Lebih terperinci

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) MARET 2013 DAFTAR ISI Halaman BAGIAN I... 2 PENDAHULUAN.. 2 1. LATAR BELAKANG 2 2. ISI DAN MISI... 2 3. MAKSUD DAN TUJUAN 2 BAGIAN II....

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Komite Audit terhadap Manajemen Laba dan Good Corporate Governance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Komite Audit terhadap Manajemen Laba dan Good Corporate Governance BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Dalam Bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai Pengaruh Kualitas Audit dan Komite Audit terhadap Manajemen Laba dan Good Corporate Governance sebagai Moderating

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal) IX.1.5,Kep 29 /PM/2004 tanggal 22 desember 2003, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal) IX.1.5,Kep 29 /PM/2004 tanggal 22 desember 2003, UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Peraturan pemerintah Indonesia berupa surat edaran BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) IX.1.5,Kep 29 /PM/2004 tanggal 22 desember 2003, dan BUMN (Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha yang besar dimana para pemilik atau penanam modalnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha yang besar dimana para pemilik atau penanam modalnya sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, sangat diperlukan adanya komunikasi data keuangan dan data ekonomi lainnya. Perekonomian masyarakat tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dari sebuah entitas bisnis. Setiap usaha tentu membutuhkan adanya pencatatan atas laporan keuangan usahanya.

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015 PIAGAM KOMITE AUDIT 2015 DAFTAR ISI Halaman BAGIAN PERTAMA... 1 PENDAHULUAN... 1 1. LATAR BELAKANG... 1 2. VISI DAN MISI... 1 3. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 BAGIAN KEDUA... 3 PEMBENTUKAN DAN KEANGGOTAAN KOMITE

Lebih terperinci

Audit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

Audit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) Daftar Isi Halaman I. Pendahuluan Latar belakang..... 1 II. Komite Audit - Arti dan tujuan Komite Audit...... 1 - Komposisi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee Inggris pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT. BANK MESTIKA DHARMA, Tbk Kata Pengantar Komite Audit merupakan komite yang membantu tugas Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsinya terutama dalam meningkatkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi ADRIWAL

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi ADRIWAL ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS LAPORAN KEUANGAN (Survei pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015) TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk. Halaman = 1 dari 10 PIAGAM Komite Audit PT Malindo Feedmill Tbk. Jakarta Halaman = 2 dari 10 DAFTAR ISI Halaman I. Tujuan 3 II. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit 3 III. Hak dan Kewenangan Komite Audit

Lebih terperinci

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT Jakarta, April 2013 PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT DAFTAR ISI Halaman 1. PENDAHULUAN 1 a. Profil Perusahaan 1 b. Latar Belakang 1-2 2. PIAGAM KOMITE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Penerapan corporate governance pada industri perbankan memerlukan perhatian tersendiri, karena karakter dan kompleksitas industri perbankan berbeda dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk Halaman I. Pembukaan 1 II. Kedudukan 2 III. Keanggotaan 2 IV. Hak dan Kewenangan 4 V. Tugas dan Tanggungjawab 4 VI. Hubungan Dengan Pihak Yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertama kali teori agensi dibuat oleh Jensen dan Meckling di tahun 1976.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertama kali teori agensi dibuat oleh Jensen dan Meckling di tahun 1976. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Pertama kali teori agensi dibuat oleh Jensen dan Meckling di tahun 1976. Teori agensi menjelaskan adanya hubungan kontrak kerja

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk.

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk. 1 BAB I DASAR DAN TUJUAN PEMBENTUKAN 1.1. Dasar Pembentukan 1.1.1 PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk,

Lebih terperinci

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA RIIL

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA RIIL PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA RIIL (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014) Skripsi Diajukan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BOARD SIZE, BOARD INDEPENDENCE, MANAGERIAL OWNERSHIP DAN INSTITUTIONAL OWNERSHIP TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO

ANALISIS PENGARUH BOARD SIZE, BOARD INDEPENDENCE, MANAGERIAL OWNERSHIP DAN INSTITUTIONAL OWNERSHIP TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO ANALISIS PENGARUH BOARD SIZE, BOARD INDEPENDENCE, MANAGERIAL OWNERSHIP DAN INSTITUTIONAL OWNERSHIP TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Lebih terperinci

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN OPINI AUDITOR TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN OPINI AUDITOR TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN OPINI AUDITOR TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT PT PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk

PIAGAM KOMITE AUDIT PT PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT PT PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk Komite Audit PT PP London Sumatra Indonesia Tbk ( Perusahaan ) dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi berasumsi bahwa semua individu akan bertindak untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Agen diasumsikan akan menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci

dapat menciptakan kepercayaan pemegang saham kepada perusahaan.

dapat menciptakan kepercayaan pemegang saham kepada perusahaan. dapat menciptakan kepercayaan pemegang saham kepada perusahaan. II. TINJAUAN TEORITIS Perkembangan adanya komite audit dimulai pada tahun 1939, New York Stock Exchange (NYSE) mulai mengusulkan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Pearce and Robinson,2013 : 38). Teori keagenan mengansumsikan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Pearce and Robinson,2013 : 38). Teori keagenan mengansumsikan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah Penetapan beberapa gagasan pengendalian organisasional yang didasarkan pada

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak yaitu pihak (principal) mengikat pihak lain (agent) untuk melalukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak yaitu pihak (principal) mengikat pihak lain (agent) untuk melalukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan mengenai hubungan antara dua pihak yaitu manajer dengan pemilik modal dalam suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi. Bila teori agency

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi. Bila teori agency BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Tata Laksana (Stewardship Theory) Stewardship theory adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah

Lebih terperinci

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT. (Audit Committee Charter)

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT. (Audit Committee Charter) PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT 28 November 2013 PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT DAFTAR ISI A. PENDAHULUAN... 1 A.1. Latar Belakang Penyusunan... 1 A.2. Tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh kualitas audit dan corporate governance terhadap integritas laporan keuangan membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 1. Teori

Lebih terperinci

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, CORPORATE GOVERNANCE, DAN KOMPENSASI BONUS TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, CORPORATE GOVERNANCE, DAN KOMPENSASI BONUS TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, CORPORATE GOVERNANCE, DAN KOMPENSASI BONUS TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2008-2012) SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent) BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1.1 Agency Theory Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent) dengan investor.menurut Darmawati dkk (2005), inti dari hubungan keagenan adalah

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Umum... 3 1.2 Visi, Misi, Dan Tujuan... 3 1.2.1 Visi Fungsi Audit Internal...

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan; I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. didirikan berdasarkan akta pendirian Perusahaan sebagaimana diumumkan dalam Berita negara RI No. 95 tanggal 27 Nopember 1992, tambahan Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori keagenan dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Konsep utama teori ini menjelaskan tentang adanya hubungan antara pihak yang memberi wewenang atau yang sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PASAR PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG DIDUGA MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PASAR PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG DIDUGA MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PASAR PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG DIDUGA MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS OLEH: MELINDA ENGGAR WATI 3203009133 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pelaku usaha atas usaha yang dijalankannya atau perusahaan yang telah didirikannya pasti memiliki harapan agar perusahaan tersebut dapat mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Jensen dan Meckling menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan akan rentan terhadap konflik. Konflik ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

Oleh: JIMO NIM: S

Oleh: JIMO NIM: S PENGARUH DEWAN DIREKSI, KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA MENJELANG PERUSAHAAN IPO: Studi kasus perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaaan yang berhasil dan memiliki kinerja yang baik mengerti bagaimana beradaptasi dengan pasar yang berubah secara kesinambungan. Peningkatan tekanan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. (Audit Committee Charter) PENDAHULUAN

PIAGAM KOMITE AUDIT. (Audit Committee Charter) PENDAHULUAN PIAGAM KOMITE AUDIT (Audit Committee Charter) PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Sesuai dengan anggaran dasar Perseroan, Dewan Komisaris ( Dewan ) melakukan pengawasan atas kebijaksanaan pengurusan, jalannya pengurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Agensi Teori agensi merupakan teori yang mendasari hubungan keagenan antara Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah perusahaan. Jensen dan Meckling

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk 2 Januari 2013 Halaman DAFTAR ISI... 1 BAGIAN PERTAMA... 2 PENDAHULUAN... 2 1. LATAR BELAKANG... 2 2. VISI DAN MISI... 2 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat penting artinya, karena tujuan dalam mendirikan sebuah perusahaan selain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengelolaan sumber daya perusahaan dan kinerja manajemen digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan keuangan harus disusun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka penerapan tata kelola perusahaan yang baik, Bapepam melalui surat edaran Bapepam No.SE-03/PM/2000 merekomendasikan imbauan perusahaan publik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 1.1. Pengertian Good Corporate Governance Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian terhadap suatu hasil upaya yang memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2013 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak di antara faktor-faktor produksi dan hubungan di antara prinsipal

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT PT INTERMEDIA CAPITAL, Tbk.

PIAGAM KOMITE AUDIT PT INTERMEDIA CAPITAL, Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT PT INTERMEDIA CAPITAL, Tbk. 1. Definisi a. Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terduhulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang selanjutnya

Lebih terperinci