HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN KETERBATASAN FUNGSIONAL AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PENDERITA LOW BACK PAIN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN KETERBATASAN FUNGSIONAL AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PENDERITA LOW BACK PAIN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN KETERBATASAN FUNGSIONAL AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PENDERITA LOW BACK PAIN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh: Nuansa Bunga Atmantika J FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

2

3 HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN KETERBATASAN FUNGSIONAL AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PENDERITA LOW BACK PAIN DI RSUD DR. MOEWARDI DI SURAKARTA Nuansa Bunga Atmantika 1, Ani Rusnani Fibriani 2, Nur Mahmudah 3 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2 Dokter Ahli Neurologi RS PKU Muhammadiyah Surakarta, 3 Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Latar Belakang. Low Back Pain (LBP) merupakan gangguan muskuloskeletal terbanyak yang dapat menyebabkan nyeri, inflamasi berkepanjangan dan keterbatasan fungsional. Intensitas nyeri yang berat pada LBP menyebabkan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari, sehingga dapat menurunkan produktivitas manusia.. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Metode. Jenis penelitian yang digunakan ialah analitik observasi dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel yang digunakan adalah sebanyak 51 sampel dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dari pengisian kuesioner Visual Analogue Scale (VAS) dan The Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire Hasil. Setelah dilakukan analisa data dengan menggunakan uji Gamma dan Sommers d, didapatkan nilai korelasi antar variabel sangat kuat (r = 0,803) dan nilai kemaknaan 0,00 (p < 0,05). Kesimpulan. Terdapat hubungan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. Kata kunci: Low Back Pain, intensitas nyeri, keterbatasan fungsional aktivitas

4 RELATIONSHIP BETWEEN INTENSITY OF PAIN WITH FUNCTIONAL LIMITATIONS OF DAILY ACTIVITY IN PATIENT WITH LOW BACK PAIN IN DR. MOEWARDI HOSPITAL IN SURAKARTA Nuansa Bunga Atmantika 1, Ani Rusnani Fibriani 2, Nur Mahmudah 3 1 Student of Medical Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta, 2 Neurologist in PKU Muhammadiyah Hospital of Surakarta, 3 College Instructor of Medical Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta ABSTRACT Background. Low back pain is the most musculoskeletal disorders that can causing a pain, inflammation and prolonged functional limitations. Severe pain intensity in patient low back pain as a causative of functional limitations in the daily activities, so as to reduce in human productivity. Objective. The aimed of this study is to understand the relationship between the intensityof pain with functional limitations of daily activities in patient with LBP in Dr. Moewardi hospital Surakarta. Metode. The type of research is an observational analytic with approach to Cross Sectional. The number of samples that used are 51 samples with simple random sampling techniques. Data were obtained from questioners Visual Analogue Scale (VAS) and The Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire Result. After analysis of data using Gamma and Sommer d test, it obtained a value of the correlation between variables which very strong (r = 0,803) and significance value 0,00 (p < 0,05) Conclusion. There is a relationship between the intensity of pain with fuctional limitations of daily activities in patients with LBP in Dr. Moewardi hospital in Surakarta. Key word: Low Back Pain, pain intensity, functional limitations activities

5 PENDAHULUAN Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah suatu gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun sebagian besar kasus, diagnosisnya tidak pasti dan berlangsung lama (Wagiu, 2012). LBP atau NPB merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. World Health Organization (WHO) menyatakan kira-kira 150 jenis gangguan muskuloskeletal di derita oleh ratusan juta manusia yang menyebabkan nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau keterbatasan fungsional, sehingga menyebabkan gangguan psikologik dan sosial penderita. Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya adalah keluhan nyeri punggung bawah yang merupakan keluhan paling banyak ditemukan diantara keluhan nyeri yang lain. Laporan ini berhubungan dengan penetapan dekade oleh WHO sebagai dekade tulang dan persendian (Bone and Joint Decade ), dimana penyakit gangguan musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia (WHO, 2003). LBP merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak dikonsultasikan pada dokter umum. Hampir 70%-80% penduduk negara maju pernah mengalaminya. LBP merupakan masalah kesehatan yang paling penting di semua negara. Prevalensi sepanjang hidup (lifetime) populasi dewasa sekitar 70% dan prevalensi dalam 1 tahun antara 15-45%, dengan puncak prevalensi terjadi pada usia 35 dan 55 tahun. Kebanyakan LBP akut bersifat self limiting dan hanya 2-7% yang menjadi kronis (Jalaluddin, 2008). Di negara maju seperti di Amerika Serikat prevalensinya dalam satu tahun berkisar antara 15%-20%, sedangkan berdasarkan kunjungan pasien ke dokter adalah 14,3% (Meliawan, 2009). Dalam satu tahun terdapat lebih dari kasus nyeri punggung bagian bawah dan dalam 5 tahun angka insiden naik sebanyak 59%. Prevalensi pertahun mencapai 15-45% dengan titik prevalensi 30%. Sebanyak 80-90% kasus LBP akan sembuh dengan sendirinya selama 2 minggu. Dari kasus tersebut 85% penderitanya adalah usia tahun (Wheeler, 2013). Di Swedia, LBP adalah penyebab tersering penyakit kronis pada usia kurang dari 65 tahun dan peringkat kedua setelah penyakit vaskuler pada usia 65 tahun keatas (Kim, 2005). LBP merupakan salah satu masalah sosial utama ekonomi utama di Inggris karena 13% alasan seseorang tidak masuk bekerja disebabkan karena LBP. Insidensi setiap tahun pada orang dewasa mencapai 45% dan paling banyak menyerang usia tahun (Amroisa, 2006). Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) melakukan penelitian pada bulan Mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita LBP (Meliala, 2003). Sementara di Indonesia walaupun data epidemiologik mengenai LBP belum ada namun diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia antara 65 tahun pernah menderita nyeri punggung dan prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada perempuan 13,6% (Meliawan, 2009).

6 LBP merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan produktivitas kerja manusia (Suharto, 2005). LBP jarang fatal namun nyeri yang dirasakan dapat membuat penderita mengalami penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, problema kesehatan kerja, dan banyak kehilangan jam kerja pada usia produktif maupun usia lanjut, sehingga merupakan alasan terbanyak dalam mencari pengobatan (Yudiyanta, 2007). Penelitian tentang nyeri punggung bawah yang berhubungan dengan keterbatasan fungsional aktivitas kehidupan sehari-hari belum banyak dilakukan. Dari 180 penderita nyeri punggung akut yang di ikuti selama satu tahun ternyata 38% mengalami keterbatasan fungsional yang menetap. Keterbatasan fungsional yang menetap bukan saja dipengaruhi oleh beratnya nyeri, tetapi juga faktor premorbid faktor distress psikologi, rendahnya aktivitas fisik, merokok, ketidakpuasan dalam pekerjaan, dan faktor yang berhubungan dengan lamanya gejala, luasnya nyeri, dan terbatasnya mobilitas spinal (Thomas, 1999). Keterbatasan fungsional yang dikarenakan nyeri punggung bawah mengakibatkan tingginya biaya yang dibutuhkan setiap tahun, sehingga terhadap penderita perlu dilakukan evaluasi seberapa besar ketidakmampuan disfungsional yang terjadi dan faktor yang mempengaruhinya (Liebenson, 1999). LBP juga memiliki implikasi yang luas dalam bidang ekonomi, terutama segi pembiayaan. Di Amerika Serikat keterbatasan fungsional karena LBP merupakan alasan kedua setelah commond cold yang menyebabkan seseorang tidak masuk kerja dan merupakan penyebab keterbatasan fungsional yang paling sering pada usia di bawah 45 tahun. Biaya yang dikeluarkan setiap tahun untuk diagnosis dan pengobatan LBP mencapai 23,5 milyar pada tahun 1990 dan kerugian secara tidak langsung pada tahun yang sama termasuk karena hilangnya penghasilan diperkirakan mencapai 35 milyar (Amroisa, 2006). Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas seharihari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta TINJAUAN PUSTAKA Intensitas Nyeri International Association for Study of Pain (IASP) mendefinisikan bahwa nyeri adalah suatu sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Fawcett, 2011). Intensitas nyeri adalah beratnya nyeri yang dirasakan penderita (Tamsuri, 2007), dan merupakan suatu hal yang penting dalam evaluasi penderita LBP, walaupun hal ini merupakan salah satu aspek nyeri yang sulit karena tidak dapat diukur secara pasti. Evaluasi intensitas nyeri tergantung pada pernyataan pasien dan kemampuan pemeriksa dalam menilai kepribadian pasien dan status fisiknya, sebab sering dijumpai keluhan subjektif yang tidak sebanding dengan kelainannya. Pada seseorang dengan kelainan struktur yang minimal mungkin

7 keluhannya sangat hebat, tetapi sebaliknya pada yang lain dengan kelainan struktur yang hebat keluhannya sedikit sekali (Loeser, 2001). Keterbatasan Fungsional / Disabilitas Keterbatasan fungsional atau disabilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat karena alasan yang secara medis dapat ditentukan karena adanya gangguan fisik atau mental, diperkirakan akan berlangsung atau telah berlangsung terus-menerus dalam periode tidak kurang dari 12 bulan (Dorland, 2010). Disabilitas merupakan suatu keterbatasan atau ketidakmampuan seseorang dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari yang dianggap dapat dilakukan oleh orang normal akibat dari adanya impairment. Secara sederhana, disabilitas dapat diartikan sama dengan ketidakmampuan dalam bekerja (Robinson, 2001). Dalam menentukan disabilitas, beberapa tolak ukur subjektif dan terkadang tidak akurat harus dipertimbangkan. Faktor non medis seperti jenis kelamin, pelatihan sebelumnya, keahlian, pengalaman, pendidikan, lingkungan sosial, ketersediaan pekerjaan yang cocok, masalah transportasi dari dan ke tempat kerja, serta kemampuan bekerja sama dengan orang lain (Gilbovsky, 2006). Low Back Pain (LBP) Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah suatu gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis, pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun sebagian besar kasus, diagnosis tidak pasti dan berlangsung lama (Wagiu, 2012). Nyeri punggung bawah kronis adalah nyeri punggung bawah yang terjadi sekurang-kurangnya 12 minggu. Nyeri punggung bawah akut adalah nyeri punggung bawah yang terjadi kurang dari 6 minggu. Nyeri punggung bawah sub akut adalah nyeri punggung yang terjadi antara 6 sampai 12 minggu. Disamping itu ada pula nyeri punggung bawah ulang (current low back pain), yaitu setelah nyeri pinggang bawah akut sembuh setelah 6 minggu, nyeri pinggang bawah terjadi lagi, masih bisa melakukan fungsi dan aktivitas sehari-hari (Lamsuddin, 2001). Hubungan Antara Intensitas Nyeri dengan Keterbatasan Fungsional Pada Penderita LBP Nyeri dapat menyebabkan impairment dan disabilitas atau keterbatasan fungsional. Impairment adalah abormalitas atau hilangnya fungsi anatomik, fisiologik, maupun psikologik, sedangkan disabilitas atau keterbatasan fungsional adalah hasil dari impairment, yaitu keterbatasan atau gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Setyohadi, 2009). Banyak faktor yang dapat menyebabkan disabilitas pada penderita LBP, antara lain nyeri (intensitas, durasi, dan perluasan nyeri), kurangnya aktivitas fisik dan gerakan lumbal, faktor psikososial, stress, depresi (terutama pada LBP kronis), serta ketidakpuasan dalam bekerja (Kambodji, 2002). Keterbatasan fungsional yang dikarenakan nyeri punggung bawah mengakibatkan tingginya biaya yang dibutuhkan setiap tahun, sehingga terhadap

8 penderita perlu dilakukan evaluasi seberapa besar ketidakmampuan disfungsional yang terjadi dan faktor yang mempengaruhinya (Liebenson, 1999). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik saraf RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 September hingga tanggal 15 November Data penelitian diperoleh dari pengisian kuesionare. Populasi aktual adalah semua pasien rawat jalan yang menderita LBP di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel yang hendak diteliti adalah yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Total jumlah sampel minimal 51. Kriteria restriksi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kriteria Inklusinya adalah pasien LBP spondilogenik baik akut maupun kronis yang dirawat jalan di bagian neurologi RS, jenis kelamin laki-laki dan perempuan usia tahun, bersedia menandatangani persetujuan dalam mengikuti penelitian. 2. Kriteria Eksklusi adalah pasien LBP viserogenik, berusia lebih dari 55 tahun, tidak bersedia menandatangani persetujuan dalam mengikuti penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah intensitas nyeri sebagai variabel bebas, keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP sebagai variabel terikat. Intensitas nyeri didefinisikan sebagai suatu gambaran mengenai seberapa berat atau parah nyeri yang dirasakan oleh individu (Tamsuri, 2007). LBP ditentukan berdasarkan dokter spesialis saraf di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Skala pengukuran variabel penelitiannya ordinal. Keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat karena alasan yang secara medis dapat ditentukan karena adanya gangguan fisik atau mental, diperkirakan akan berlangsung atau telah berlangsung terus menerus dalam periode tidak kurang dari 12 bulan. Skala pengukuran variabel: ordinal HASIL PENELITIAN Setelah dilakukan penelitian pada tanggal 20 September 2013 sampai dengan tanggal 15 November 2013 dengan sampel penelitian memenuhi kriteria inklusi, sebanyak 51 orang. Berikut ini distribusi data hasil dari penelitian: Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%) Laki-laki 20 39,2% Perempuan 31 60,8% Jumlah %

9 Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan usia Umur Jumlah Presentase (%) ,0% ,8% ,3% ,3% ,7% Jumlah % Tabel 3. Distribusi sampel berdasarkan jenis pekerjaan Pekerjaan Jumlah Presentase (%) Bengkel 1 2,0% Guru 1 2,0% Ibu Rumah Tangga 13 25,5% Karyawan 5 9,8% Mahasiswa 1 2,0% Pedagang 4 7,8% Pengangguran 8 15,7% Pengusaha 1 2,0% Penjahit 1 2,0% Pensiun 2 4,0% Pensiun Guru 2 3,9% Petani 2 3,9% PNS 4 7,8% Wiraswasta 6 11,8% Jumlah % Tabel 4. Distribusi sampel berdasarkan intensitas nyeri Intensitas Nyeri Jumlah Presentase (%) Nyeri Ringan 8 15,7% Nyeri Sedang 21 41,2% Nyeri Berat 19 37,3% Nyeri Sangat Berat 3 5,9% Jumlah % Tabel 5. Distribusi sampel berdasarkan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari Keterbatasan Jumlah Presentase (%) Fungsional Aktivitas Minimal 9 17,6% Sedang 24 47,1% Berat 16 31,4% Sangat Berat 2 3,9%

10 Jumlah % Tabel 6. Hasil Crosstabulation antara Intensitas Nyeri dengan Keterbatasan Fungsional Aktivitas Crosstabulation Kesulitan Kesulitan Kesulitan Kesulitan Total Minimal Sedang Berat Sangat Berat Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat Berat Total Tabel 7. Hasil uji korelasi Gamma dan Somers d Hubungan Nilai Korelasi Kemaknaan Intensitas Nyeri (+) 0,803 0,000 (Variabel Independen) Disabilitas Aktivitas (Variabel Dependen) (+) 0,869 0,000 Korelasi antar variabel ordinal penelitian menggunakan uji korelasi Gamma dan Sommers d, sehingga dapat diketahui bentuk hubungan dan tingkat kemaknaan antara dua variabel. Koefisien korelasi disimbolkan dengan huruf r, dimana semakin tinggi nilai r (semakin mendekati 1), maka tingkat ditafsirkan sangat kuat (r > 0,8), kuat (0,6 0,79), sedang (0,4 0,59), lemah (0,2 0,39) dan sangat lemah (0,0 0,19). Bentuk hubungan antara dua variabel dengan tanda negatif (-) menunjukkan arah hubungan berbanding terbalik, yaitu peningkatan nilai dari satu variabel akan diikuti dengan penurunan nilai variabel yang lain. Tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan searah, yaitu peningkatan nilai dari satu variabel akan diikuti juga dengan peningkatan variabel yang lain. Untuk menilai tingkat kemaknaan korelasi antara dua variabel dilambangkan dengan p(sig.), dimana terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel jika nilai p < 0,05 (Dahlan, 2010). Hasil yang dapat dilihat dari tabel diatas diketahui bahwa hipotesis nol (H 0 ) ditolak dan hipotesis kerja (H 1 ) diterima yang berarti ada hubungan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. Intensitas nyeri dipakai sebagai variabel bebas dan keterbatasan fungsonal aktivitas sehari-hari sebagai variabel tergantung, maka diketahui dari hasil uji korelasi Gamma dan Somers d mempunyai nilai korelasi (r) sebesar 0,803 yang

11 menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang sangat kuat (r > 0,8) antara dua variabel, dengan nilai kemaknaan 0,000 (p.sig < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara intensitas nyeri dengan disabilitas aktivitas sehari-hari secara statistika bermakna karena nilai p<0,05. Pembahasan Hasil penelitian yang dilakukan pada 51 penderita LBP telah diketahui bahwa intensitas nyeri digunakan sebagai variabel bebas dan disabilitas aktivitas sehari-hari sebagai variabel tergantung. Hasil penelitian terbanyak menunjukkan intensitas nyeri sedang dengan keterbatasan fungsional yang sedang, dan yang didapatkan dari hasil uji korelasi Gamma dan Somers d mempunyai nilai korelasi (r) sebesar 0,803. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang sangat kuat antara intensitas nyeri terhadap keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. Keterbatasan fungsional pada penderita LBP juga dipengaruhi oleh intensitas nyeri yang dapat menjadi berat karena batuk, status pengobatan dan pemeriksaan laseque (Kambodji, 2003). Penderita nyeri kronik sering berakhir pada kondisi keterbatasan fungsional yang dapat menyebabkan gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Purba, 2006). LBP kronis dapat menyebabkan keterbatasan fungsional yang berat. Sedangkan proses terjadinya LBP kronis disebabkan adanya nyeri nosiseptif yang persisten, atau terdapat mekanisme sensitasi sentral akibat nyeri berkepanjangan. Selain hal itu dapat juga disebabkan oleh pengobatan yang tidak adekuat pada fase LBP akut (Kambodji, 2003). Dari 180 penderita LBP akut yang di ikuti selama satu tahun ternyata 38% mengalami keterbatasan fungsional yang menetap. Keterbatasan fungsional yang menetap bukan saja dipengaruhi oleh beratnya nyeri, tetapi juga faktor premorbid faktor distress psikologi, rendahnya aktivitas fisik, merokok, ketidakpuasan dalam pekerjaan, dan faktor yang berhubungan dengan lamanya gejala, luasnya nyeri, dan terbatasnya mobilitas spinal (Thomas, 1999). Keterbatasan fungsional yang dikarenakan nyeri punggung bawah mengakibatkan tingginya biaya yang dibutuhkan setiap tahun, sehingga terhadap penderita perlu dilakukan evaluasi seberapa besar ketidakmampuan fungsional yang terjadi dan faktor yang mempengaruhinya (Liebenson, 1999). Menurut Suharto (2005) saat melakukan aktivitas berat dan dengan postur tubuh yang salah mengakibatkan otot tidak mampu untuk mempertahankan posisi tulang belakang torakal dan lumbal, sehingga facet joint terlepas disertai dengan adanya tarikan dari samping, kemudian terjadi gesekan pada permukaan kedua faset sendi yang dapat menyebabkan ketengangan otot dan dapat mengakibatkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Gejala yang ditimbulkan adalah nyeri, spsme otot tulang belakang torakolumbal dan keterbatasan gerakan punggung. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lamsudin (2001), 90% LBP akut dapat membaik dalam 6 minggu dan bisa berakibat kronik apabila berhubungan dengan kondisi psikologis yang kurang baik. Penatalaksanaan dalam kondisi akut dapat dilakukan misalnya dengan cara tirah baring, orthosis, pemberian NSAID, relaksan otot serta terapi secara manual tidak terlalu memberikan dampak yang efisien jika tidak disertai dengan biopsikosoial.

12 Sedangkan untuk nyeri punggung kronis penatalaksanaan juga mengarah pada rehabilitasi secara multidisiplin baik dari terapis maupun dari penderita itu sendiri. Pemberian NSAID masih kurang menguntungkan disbanding dengan pemberian opioid dan anti depresan (Purba, 2006) Tabel 1 menyajikan distribusi sampel menurut jenis kelamin. Diperoleh data bahwa penderita LBP terbanyak pada perempuan, yaitu sebesar 60,8% atau 31 orang dari 51 total sampel. Hal ini dikarenakan pada wanita terjadi menstruasi dan proses menopause yang menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon esterogen. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Altinel, Levent, et al (2007) di Turki didapatkan bahwa prevalensi nyeri punggung bawah pada perempuan adalah 63,2% dan pada laki-laki sebesar 33,8%. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Suharto (2005), yang menyatakan bahwa wanita lebih banyak mengeluh nyeri pinggang, dimana pada perempuan proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormone esterogen sehingga memungkinkan terjadinya LBP. Dan dalam Department of Pain Medicine (2011) menyatakan bahwa wanita pada usia produktif yang pernah mengalami dua atau lebih kehamilan memilliki risiko terkena LBP. Tabel 2 menyajikan distribusi sampel menurut usia. Dalam penelitian ini termasuk dalam golongan usia produktif (15 55 tahun) dan didapatkan hasil bahwa usia tahun yang terbanyak dengan presentase 37,3% atau sebanyak 19 orang mengalami LBP. Karena proses terjadinya LBP adalah degenerasi diskus intervertebralis, oleh karena banyak terjadi pada dekade 3 sampai 5. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudianta (2007) di dapatkan bahwa besarnya risiko LBP pada usia tahun ditunjukkan dengan angka kejadian LBP sebesar 44,6%. Seiring dengan pertambahan umur maka kelenturannya menghilang dan terjadi penyusutan matriks diskus, sehingga risiko terjadinya stenosis spinalis menjadi meningkat. Bukti dari pemeriksaan MRI bahwa kerusakan diskus mencapai 30% pada orang berusia 30 tahun (Cluett, 2012). Prevalensi sepanjang hidup (lifetime) populasi dewasa sekitar 70% dan prevalensi dalam 1 tahun antara 15-45%, dengan puncak prevalensi terjadi pada usia 35 dan 55 tahun. Kebanyakan LBP akut bersifat self limiting dan hanya 2-7% yang menjadi kronis (Jalaluddin, 2008). Gejala awal LBP mulai ada usia produktif tahun sehingga mengakibatkan kerugian kerja. Keadaan ini bisa disebabkan karena pada usia produktif mereka bekerja dengan aktivitas yang lebih berat atau akibat bekerja dengan postur tubuh yang salah (Jonaedi, 2005). Tabel 3 menyajikan distribusi sampel berdasarkan jenis pekerjaan, pada penelitian ini didapatkan bahwa pekerjaan ibu rumah tangga merupakan kelompok yang paling banyak menderita LBP. Hal ini bisa disebabkan karena banyak melakukan aktivitas tubuh yang salah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zamna (2007) yang menyatakan bahwa LBP adalah salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh salah, kebanyakan orang sering melupakan masalah posisi tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sikap yang tidak baik dapat membuat tubuh menjadi cepat lelah, ketegangan otot dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Pekerjaan dan aktivitas berat juga dapat menyebabkan LBP, seperti mengangkat, menarik, mendorong,

13 memutar pinggang, terpeleset, duduk dalam jangka waktu lama, atau terpapar getaran yang lama (Jonaedi, 2007). Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Dalam penelitian ini dilakukan observasi (faktor risiko) dan variabel terikat (efek) dalam sekali waktu serta pada saat yang sama, sehingga terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian ini. Kelemahan dalam penelian ini disebabkan oleh keterbatasan waktu dalam teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, serta melihat data rekam medis pasien yang didapatkan kurang lengkap. SIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Pada penderita LBP dengan keterbatasan fungsional yang sedang dan berat, perlu dilakukan terapi yang adekuat baik dalam terapi kausatif, operatif, maupun rehabilitatif supaya dapat mengoptimalkan kembali fungsi normal punggung.

14 DAFTAR PUSTAKA Adam & Victor s, Principles of Neurology 9 th edition. Boston: The McGraw-Hill Companies.pp: Albar Z. Mixed pain dibidang Reumatologi. Dalam Simposium Mixed Pain; The Pathologyand Current Treatment Option in Mixed Pain Therapy. Ritz Carlton, Mei 13, 2006 Altinel, L, et al. the Prevalence of Low Back Pain and Risk factor among Adults Population in Afyon Region Turkey. Acta Traumatol Turc 2008: 42 (5) : Amroisa R.A.N, Tes Lasegue Sebagai Tes Diagnostik Radikulopati Lumbosakral Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah. Universitas Gadjah Mada. Pendidikan Dokter Spesialis Saraf. Arnstein P.M., Berry P.H., Chapman C.R., et al., eds. Pain: Current Understanding of Assessment, Management, and Treatments. National Pharmaceutical Council. April, Available at Arief, M., Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Universitas Sebelas Maret Press. Bogduk N, Maajor G, Ghabrial J, et all. Evidence Based Clinical Guidelines for the Management of Acute Low Back Pain. London: Royal Cloege of General Practioners, Cluett, J, Herniated DiscHealth s Disease and Condition. About.com Department of Pain Medicine, Low Back Pain Factor, : Predisposing Dorland, Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: EGC. Fairbank JC, The Oswestry Disability Index, Spine No.25 (22), pp: Fawcett T.N., Pain: Definitions, Secrets and Success. The University of Edinburgh. pp: 2-3 Gilbovsky A, Impaired and Disabled Patients, In: American College of LegalMedicine Textbook Commite, 3 rd ed. St.Louis: Mosby, pp:

15 Harden RN. Chronic neuropathic pain. Mechanism, diagnosis and treatment. Neurologist. 2005; 11: Harsono S, Nyeri Punggung Bawah, dalam Kapita Selekta Neurologi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, pp: Hartwig & Wilson, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. II(6): Hoskins W, Low Back Pain and Injury in Athletes, In: Low Back Pain Pathogenesis and Treatment ed Yoshihito Sakai,pp Ibrahim I, Penilaian dan Pengukuran pada Nyeri Punggung Bawah Non Spesifik, MKS No.32(3), pp: Jalaluddin J Keefektifan Hipnoterapi Pada Proses Persalinan Dengan Penderita Low Back Pain. Universitas Sebelas Maret. Pendidikan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa. Tesis Jonaidi T, Mencegah Nyeri Punggung Bawah, (15 Mei 2013). Kambodji, Joyce Pengaruh Intensitas Nyeri Terhadap Keterbatasan Fungsioal Aktivitas Sehari-hari Penderita Nyeri Punggung Bawah Kronis. Universitas Gadjah Mada. Pendidikan Dokter Spesialis Saraf. Laporan Penelitian. Kim DH, Epidemiologi, Phatophysiologi, and Clinical Evaluation of Low Back Pain, in: Low Back Pain. pp: Lamsudin R, Manajemen Nyeri Pinggang Bawah (Nyeri Boyok) Berdasarkan Evidence-Based Healthcare. Universitas Gadjah Mada. Pendidikan Dokter Spesialis Saraf Liebenson C,1999. How Do I Justify the Medical Necissity Of my Care? Part II: The Roland-Morrs Questionnare, The Chiropractic Resource Organitation. Loeser JD, Medical Evaluation of the Patient with Pain, Dalam: Bonica s Management of Pain Part II, Lippincott Williams & Wilkins, pp: 1-3 Lubis I. Epidemiologi nyeri punggung bawah. dalam : Meliala L. Suryamiharja A. Purba JS. Sadeli HA. Editors. Nyeri punggung bawah, Jakarta. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI),2003: p; 1-3

16 Meliala A Assesmen NPB, Dalam: Nyeri Punggung Bawah, Perdossi, pp Meliawan S., Diagnosis dan Tatalaksana HNP Lumbal. Dalam : Diagnosis dan Tatalaksana Kegawat Daruratan Tulang Belakang. Jakarta. Sagung Seto. p; Murti B, Prinsip dan Metoda Riset Epidemiologi. Gadjah Mada University Press, pp: 143. National Pharmaceutical Council, Pain: Current Understanding of Assessment, Management, and Treatments. I: Nix W. Cinical Impact, Diagnosis and Treatment of the Mixed Pain Syndrome. Dalam Simposium Mixed Pain; The Pathologyand Current Treatment Option in Mixed Pain Therapy. Ritz Carlton, Mei 13, 2006 Noerjanto, Gangguan Saraf pada Usia Lanjut. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang, pp: Parsons G & Preece W., Principles and Practice of Managing Pain. USA: The McGraw-Hill Companies. Partoatmodjo L, Diagnostik Klinik NBP, dalam: Nyeri Punggung Bawah, Jakarta. Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (PERDOSSI), 2003 Purba JS, Nyeri Punggung Bawah Studi Epidemiolog, Patofisiologidan Penanggulangan. BNS No.7 (2), pp: Robinson JP, Evaluation of Function and Disability, Dalam: Bonica s Management of Pain Part II, Lippincott Williams & Wilkins, pp: Sakai, Low Back Pain Pathogenesis and Treatment.Croatia Samara Diana, Lama Dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri Pinggang Bawah. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Setyohadi B, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Universitas Indonesia, pp Sidharta P, Mardjono M, Neurologi Klinis Dasar, cet VIII. Jakarta: Dian Rakyat, pp:

17 Snell R, Clinical Anatomy for Medical Students, Lippincott and Wilkins, pp Suharto, Penatalaksanaan Fisioterapi pada Nyeri Pinggang bawah Aspesifik Akibat Joint Block Thorakal dan Lumbal, dalam: Cerminan Dunia Kedokteran No.146, Pp: Sunaryanto Penatalaksanaan Kasus Nyeri. FK UNUD: Bagian Anestesiologi and Reanimasi. Tamsuri, Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC. Thomas, E., Silman, AJ., Croft, PR., Papageorgiou, AC., Jayson MIV., Predicting Who develops chronic low back pain in primary care: a prospective study. BMJ, 318 : Tulaar.A.B.M, Nyeri Leher dan Punggung. Departemen Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Wagiu A.S : Pendekatan Diagnosis Low Back Pain (LBP), 16 Mei Wheeler H Anthony. Low Back Pain and Sciatica. Feb, 2013: article. WHO Scientific Group, WHO Technical Report Series 919. The Burden of Musculoskeletal Conditions at the Start of The New Milenium, WHO library Cataloguing in Publication Data, pp : 1-5. Wibowo, B.S., Clinical Impact and Treatment Options in Mixed Pain. Jakarta: Departement of Neurology in Medical Faculty of Indonesia University. pp: Yudianta, Asmedi A, Setyaningsih I Gejala Radikulo-Diskogenik Sebagai Prediktor Diagnosis Radikulopati Lumbosakral Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah. Universitas Gadjah Mada. Pendidikan Dokter Spesialis Saraf. Yogyakarta. Zamna I, Hubungan Lama Duduk Saat Perkuliahan Dengan Keluhan Low Back Pain,

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN DISABILITAS AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB) DI RSUD DR.

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN DISABILITAS AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB) DI RSUD DR. HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN DISABILITAS AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB) DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1 NPB merupakan penyebab tersering

Lebih terperinci

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muskuloskeletal yang sering terjadi dan menyebabkan penurunan produktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. muskuloskeletal yang sering terjadi dan menyebabkan penurunan produktivitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah (NPB) merupakan keluhan yang sering dijumpai dan umum dalam masyarakat. Hampir setiap orang pernah merasakan LBP dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2011). Nyeri ini dapat menjalar ke tungkai bawah posterior lateral dan ke lutut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2011). Nyeri ini dapat menjalar ke tungkai bawah posterior lateral dan ke lutut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Nyeri punggung bawah adalah nyeri, ketegangan otot atau kekakuan yang dirasakan diatara tulang rusuk terakhir dan lipatan bokong bawah (Chou, 2011). Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya (Meliala dkk., 2000). Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Maka diperlukan suatu kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Maka diperlukan suatu kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman sekarang ini, kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri menurut International Association For Study Of Pain / IASP yang dikutuip oleh Kuntono, 2011 adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS SATU PAKET PROGRAM TERAPI SWD DAN TENS TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN MEKANIK

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS SATU PAKET PROGRAM TERAPI SWD DAN TENS TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN MEKANIK i PERBANDINGAN EFEKTIVITAS SATU PAKET PROGRAM TERAPI SWD DAN TENS TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN MEKANIK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan gejala terbanyak kedua, setelah masalah saluran pernapasan atas, yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan gejala terbanyak kedua, setelah masalah saluran pernapasan atas, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktik sehari-hari. 1 Suatu studi global menyatakan bahwa 84% penduduk dunia pernah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang semakin meningkat otomatis disertai dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap iritasi. Bahkan 10% dari semua orang akan mengalami nyeri leher dalam 1 bulan. Potensi pembangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam system kerja dirancang secara ergonomic (Manuaba, 2003). Ergonomi sendiri berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri punggung bawah (low back pain) merupakan keluhan yang sering dijumpai di praktek sehari-hari, dan diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Low back pain (LBP) atau nyeri merupakan keluhan yang sering dijumpai di masyarakat, merupakan persoalan di masyarakat karena sering mengakibatkan penderita terganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah NPB (Nyeri Punggung Bawah) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bagian bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya (Meliala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang atau low back pain merupakan keluhan yang sering dijumpai. Hampir 80% penduduk di negara-negara industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara hakiki kesehatan dan keselamatan kerja, merupakan upaya atau pemikiran serta penerapanya yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN TENSION-TYPE HEADACHE DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh: Fardhika J500110019

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang terjadi pada punggung bagian bawah yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit maupun aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi pekerja yang merupakan komponen dari hak asasi manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki aktivitas yang bermacam-macam dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini menuntut manusia untuk memiliki kondisi tubuh yang baik tanpa ada gangguan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma,

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low back pain (LBP) atau nyeri punggung belakang adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada regio punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab (kelainan

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN POSISI KERJA DOKTER GIGI TERHADAP LOW BACK PAIN DI RSKGM KOTA BANDUNG

ABSTRAK HUBUNGAN POSISI KERJA DOKTER GIGI TERHADAP LOW BACK PAIN DI RSKGM KOTA BANDUNG ABSTRAK HUBUNGAN POSISI KERJA DOKTER GIGI TERHADAP LOW BACK PAIN DI RSKGM KOTA BANDUNG Rizki Ramadan,2014. Pembimbing I : Ignatius Setiawan, drg., MM. Pembimbing II: Pinandjojo Djojosoewarno, Drs., dr.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Osteoartritis (OA) lutut adalah suatu kondisi inflamasi, keadaan reumatik kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan. Osteoartritis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mempunyai peranan penting dalam pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selain kebutuhan primer ( sandang, pangan, papan) ada hal penting yang sangat dibutuhkan oleh kita agar dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari, yaitu kesehatan. Sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan gangguan muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh masyarakat umum dan prevalensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan fenomena yang seringkali dikeluhkan dari orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan dialamioleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL DAN DERAJAT NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN MEKANIK DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP DR.

HUBUNGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL DAN DERAJAT NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN MEKANIK DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP DR. HUBUNGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL DAN DERAJAT NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN MEKANIK DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai

Lebih terperinci

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon Hubungan Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Anti Nyeri Terhadap Pengobatan Sendiri pada Nyeri Akut (Studi Di Kelurahan Wadowetan Kecamatan Bantarujeg Majalengka) Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawat memainkan peran penting dalam memberikan pelayanan kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas kesehatan adalah perawat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR

Lebih terperinci

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ELSY NASIHA ALKASINA G0014082 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan suatu rasa atau sensasi yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung merupakan keluhan yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan dalam bekerja sangat penting bagi masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan kerusakan jaringan ( Davis dan Walsh, 2004). Nyeri merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan kerusakan jaringan ( Davis dan Walsh, 2004). Nyeri merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nyeri merupakan pengalaman sensoris atau emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan ( Davis dan Walsh, 2004). Nyeri merupakan salah satu gejala

Lebih terperinci

Repository.unimus.ac.id

Repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data tahun 2013 dari International Labour Organization (ILO), 1 pe di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan dan 160 pe mengalami sakit akibat.

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP KERJA DINAMIS DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN BANGSAL KELAS III DI RSUD DR. MOEWARDI

HUBUNGAN SIKAP KERJA DINAMIS DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN BANGSAL KELAS III DI RSUD DR. MOEWARDI HUBUNGAN SIKAP KERJA DINAMIS DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN BANGSAL KELAS III DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA DUDUK SEBELUM ISTIRAHAT DALAM BERKENDARA TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA SOPIR BUS DI TERMINAL SURAKARTA

PENGARUH LAMA DUDUK SEBELUM ISTIRAHAT DALAM BERKENDARA TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA SOPIR BUS DI TERMINAL SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH LAMA DUDUK SEBELUM ISTIRAHAT DALAM BERKENDARA TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA SOPIR BUS DI TERMINAL SURAKARTA Iwing Adi Kurniawan R0212024 PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang dilaporkan terjadi setidaknya 1 kali dalam 85% populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia 30-50 tahun.setiap tahun prevalensi nyeri pinggang

Lebih terperinci

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Hubungan antara Peranan Perawat dengan Sikap Perawat pada Pemberian Informed Consent Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pasien di RS PKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam melaksanakan pekerjaannya seseorang dapat saja terkena gangguan atau cidera. Disadari

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas dalam mempengaruhi populasi manusia. Pada

Lebih terperinci

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN ANGKA KEJADIAN BATUK KRONIK PADA ANAK YANG BEROBAT KE SEORANG DOKTER PRAKTEK SWASTA PERIODE SEPTEMBER OKTOBER 2011 Devlin Alfiana, 2011. Pembimbing I :

Lebih terperinci

Oleh : Sri Wahyuni ABSTRAK

Oleh : Sri Wahyuni ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG POSISI TUBUH YANG TEPAT SAAT BEKERJA DENGAN FREKUENSI NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA PABRIK GENTENG TOHAGA JATIWANGI TAHUN 2014 Oleh : Sri Wahyuni ABSTRAK Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Sekitar 70-85% dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Sekitar 70-85% dari seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low Back Pain (LBP), atau dalam bahasa Indonesia disebut nyeri punggung bawah merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan produktivitas manusia. Low Back Pain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat tersebut menuntut kualitas

BAB I PENDAHULUAN. bidang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat tersebut menuntut kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin majunya perkembangan zaman, persaingan dalam segala bidang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat tersebut menuntut kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK SKRIPSI DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN DALAM MERAIH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu lingkungan kerja yang terdiri dari berbagai bagian dan sub bagian, dimana antara bagian tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala atau merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala (Goadsby, 2002).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai spesifikasi dalam hal sumber daya manusia, sarana prasarana dan peralatan yang dipakai. Menurut American

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang beralamat di Jalan Kolonel

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah suatu fenomena yang kompleks, dialami secara primer sebagai suatu pengalaman psikologis. Penelitian yang berlangsung selama bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH MEKANIK SKRIPSI DISUSUN

Lebih terperinci

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam hubungan dengan kerja, baik faktor risiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. 1 Dokter gigi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS)

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto yang berguna untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS) terapi TENS dan IR dengan TENS,

Lebih terperinci

ABSTRAK KORELASI LAMA DUDUK DENGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA HOTEL THE GRAND SANTHI DENPASAR

ABSTRAK KORELASI LAMA DUDUK DENGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA HOTEL THE GRAND SANTHI DENPASAR ABSTRAK KORELASI LAMA DUDUK DENGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA HOTEL THE GRAND SANTHI DENPASAR Nyeri punggung bawah sebagai masalah kesehatan umum didunia berada pada urutan kelima di Amerika sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epilepsi merupakan salah satu penyakit otak yang sering ditemukan di dunia. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan epilepsi menyerang 70 juta dari penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu penyakit cerebrovascular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak (Wardhani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam bidang peningkatan dan pencegahan penyakit telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur harapan hidup meningkat

Lebih terperinci

BAB I. punggung bawah. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau. sehingga tidak boleh dpandang sebelah mata (Muheri, 2010).

BAB I. punggung bawah. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau. sehingga tidak boleh dpandang sebelah mata (Muheri, 2010). BAB I A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama adanya nyeri atau perasaan tidak enak di daerah tulang punggung bawah. Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluhannya seringkali rancu, sehingga pasien selalu menduga panyakitnya ada di

BAB I PENDAHULUAN. keluhannya seringkali rancu, sehingga pasien selalu menduga panyakitnya ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hampir setiap orang pernah mengalami sakit pinggang, hanya saja keluhannya seringkali rancu, sehingga pasien selalu menduga panyakitnya ada di ginjal. Low

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran NURUL FADILAH G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran NURUL FADILAH G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET HUBUNGAN ANTARA DERAJAT LOWER URINARY TRACT SYMPTOMS (LUTS) DENGAN DERAJAT DISFUNGSI EREKSI PADA PASIEN BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA (BPH) DI RSUD MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri merupakan hak dasar setiap orang (Breivik, 2005). Menurut Kozier dan Erb (1983, dalam Tamsuri, 2004),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2013, WHO, (2013) memperkirakan terdapat 235 juta orang yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003 berdasarkan hasil survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat praktek dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokal di bawah batas kosta dan di atas lipatan glutealis inferior, dengan atau tanpa

BAB I PENDAHULUAN. lokal di bawah batas kosta dan di atas lipatan glutealis inferior, dengan atau tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan lokal di bawah batas kosta dan di atas lipatan glutealis inferior, dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang dicari oleh semua orang. Menurut World Health Organitation (WHO) kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental,

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG Karya Tulis Ilmiah Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja. Lingkungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Jurnal ISSN Farmasetis : Cetak 2252-9721 Volume 2 No 1, Hal 13-18, Mei 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Itsna Diah Kusumaningrum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Work-related musculoskeletal disorders (WMSD) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Work-related musculoskeletal disorders (WMSD) merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Work-related musculoskeletal disorders (WMSD) merupakan salah satu masalah terbesar di negara industri. Menurut WHO, WMSD merupakan multifaktorial dimana terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi.

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi. 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, di mana observasi atau pengumpulan data variabel bebas (faktor

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT STRES DAN GEJALA SOMATIK ANTARA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN DI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

PERBEDAAN TINGKAT STRES DAN GEJALA SOMATIK ANTARA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN DI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA PERBEDAAN TINGKAT STRES DAN GEJALA SOMATIK ANTARA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN DI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SKRIPSI OLEH David Rajawali Yusuf NRP: 1523013015 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University Correlation Between Working Period and Working Position with the Incidence of Low Back Pain (LBP) in Cleaning Workers of Onion Shell at Unit Dagang Bawang Lanang Iringmulyo Metro City Putri AS, Saftarina

Lebih terperinci

ABSTRAK. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Insidensi Nyeri Pungggung Bawah. Januari-Desember 2009

ABSTRAK. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Insidensi Nyeri Pungggung Bawah. Januari-Desember 2009 ABSTRAK Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Insidensi Nyeri Pungggung Bawah (Low Back Pain) pada Pasien Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari-Desember 2009 Santi Mariana Purnama, 2010, Pembimbing I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ditimbulkan sesuai dengan etiologi yang terjadi (Pinzon, 2016).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ditimbulkan sesuai dengan etiologi yang terjadi (Pinzon, 2016). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri merupakan masalah kesehatan kompleks dan dapat menyerang siapapun. Nyeri dapat terjadi di berbagai tempat ditubuh dan berbagai macam sensasi yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan progresif yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang melindungi ujung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan salah satu keluhan muskuloskeletal yang sering ditemui, dengan progresifitas yang lambat, bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai dengan hilangnya sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN OSTEOARTRITIS DI RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN OSTEOARTRITIS DI RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN INTENSITAS NYERI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN OSTEOARTRITIS DI RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Anisa Kusuma Astuti

Lebih terperinci