PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH (Conophomorpa cramerella) > 50% DAN PENYAKIT BUSUK BUAH (Phytopthora palmivora) > 30% PADA TANAMAN KAKAO
|
|
- Deddy Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2011 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH (Conophomorpa cramerella) > 50% DAN PENYAKIT BUSUK BUAH (Phytopthora palmivora) > 30% PADA TANAMAN KAKAO I Wayan Laba, M. Willis, Rohimatun, Ahyar, N. Tarigan, C. Sukmana ABSTRAK Berkaitan dengan potensi beberapa tanaman obat dan aromatik dalam mengendalikan hama, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam skala yang lebih luas guna melakukan skrining berbagai tanaman obat dan aromatik untuk digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati khususnya untuk mengendalikan beberapa hama dan penyakit utama pada tanamankakao. Penelitian dilaksanakan di kebun petani di Ciamis, Jawa Barat yang dirancang dalam acak kelompok, dengan 10 perlakuan dan diulang 4 kali. Perlakuan terdiri dari pestisida nabati berbahan aktif Sitronela (S) 34% konsentrasi 5 ml/l; Sitronela (S) 34% konsentrasi 10 ml/l; Eugenol (E) 80% konsentrasi 5 ml/l; Eugenol (E) 80% konsentrasi 10 ml/l; Azadirachtin (A) 0,6% konsentrasi 5 ml/l; Azadirachtin (A) 0,6% konsentrasi 10 ml/l; Sitronela (S) 34% + Eugenol (E) 80% + Azadirachtin (A) 0,6% konsentrasi 5 ml/l; Sitronela (S) 34% + Eugenol (E) 80% + Azadirachtin (A) 0,6% konsentrasi 10 ml/l; Insektisida sintetis sebagai pembanding Fastac 115 EC konsentrasi 1ml/l, dan kontrol (air). Aplikasi insektisida dilakukan dengan menyemprot buah-buah kakao dan cabang-cabang horizontal dengan sasaran imago PBK. Penyemprotan diulang sampai 6 kali dengan interval 2 minggu. Kontrol adalah petak yang tidak dilakukan pengendalian apapun. Petak perlakuan berupa satuan petak yang terdiri atas 25 pohon (5 x 5) yang diperlakukan dan diambil pohon contoh sebanyak 16 pohon (4 x 4) untuk diamati. Pada setiap petak pohon contoh dipilih 100 buah kakao berukuran panjang ± 9 cm dan diperkirakan masih bebas serangan PBK. Jarak antara petak adalah 5 larik pohon. Pengamatan serangan PBK dilakukan setiap 10 hari sekali setelah aplikasi terhadap semua buah yang dipanen pada setiap petak perlakuan. Buah contoh (ukuran panjang > 9 cm) dipanen pada akhir pengujian. Pengamatan terhadap penyakit busuk buah dilakukan dengan interval pengamatan satu minggu. Parameter pengamatan antara lain persentase tingkat serangan hama (ringan, sedang, berat), persentase kehilangan hasil, intensitas serangan patogen penyakit, dan fitotoksisitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan Sitronella (S) 34% + Eugenol (E) 80% + Azadirachtin (A) 0,6% konsentrasi 5 ml/l mampu mengurangi tingkat kerusakan buah akibat serangan penggerek buah kakao yang ditunjukkan dengan nilai efikasi sebesar 37,00% pada serangan ringan, 51,62% pada serangan sedang, dan 65,18% pada serangan berat dibanding kontrol dan berbeda tidak nyata dibanding perlakuan yang sama pada konsentrasi 10 ml/l. Kombinasi perlakuan 0,6% konsentrasi 10 ml/l mampu menekan serangan penyakit busuk buah kakao yang ditunjukkan dengan nilai efikasi sebesar 52,93% pada serangan rendah; 68,00% pada serangan sedang; dan 76,26% pada serangan berat dan tidak berbeda nyata dibanding pemakaian pestisida sintetik. Insektisida dan fungisida yang diujikan tidak mempengaruhi keberadaan musuh alami dan tidak mengakibatkan fitotoksik. Kata kunci: Pengendalian hama,conophomorpa cramerella, Phytopthora palmivora, kakao, sitronella, eugenol, azadirachtin ABSTRACT With regard to the potential of some medicinal and aromatic plants in pest control, need to do further research in a wider scale to screen for various medicinal and aromatic plants for use as raw materials, especially plant-based pesticides for controlling some pests and major diseases in plants brown. Research carried out in the garden farmer in Ciamis, West Java which is designed in a randomized block, with 10 treatments and 281
2 I. Wayan Laba, dkk repeated 4 times. The treatment consists of plant pesticides contain active compound of Sitronela (S) 34% concentration of 5 ml / l; Sitronela (S) 34% concentration of 10 ml / l; Eugenol (E) 80% concentration of 5 ml / l; Eugenol (E) 80% concentration 10 ml / l; Azadirachtin (A) 0.6% concentration of 5 ml / l; Azadirachtin (A) 0.6% concentration of 10 ml / l; Sitronela (S) 34% + Eugenol (E) 80% + Azadirachtin (A ) 0.6% concentration of 5 ml / l; Sitronela (S) 34% + Eugenol (E) 80% + Azadirachtin (A) 0.6% concentration of 10 ml / l; synthetic insecticide as a comparison Fastac 115 EC concentration 1ml/l, and control (water). Application of insecticides is done by spraying the fruit of the cocoa and horizontal branches with the goal of imago of the cocoa pod borer (CPD). Spraying was repeated up to 6 times with intervals of 2 weeks. Control is a plot that does not do anything. Swath treatment in the form of units consisting of 25 trees (5 x 5) are treated and taken samples of trees up to 16 trees (4 x 4) to be observed. In each tree plot selected sample size of 100 cocoa pods ± 9 cm long and estimated to freely attack CPD. The distance between plots was 5 arrays of trees. Observations CPD attacks carried out every 10 days after application of all fruits harvested in each plot treatment. Fruit samples (length> 9 cm) harvested at the end of the test. Observations of fruit rot diseases observations made at intervals of one week. Parameter observations are the percentage of the level of pest attack (mild, moderate, severe), the percentage yield loss, disease pathogen attack intensities, and phototoxicity. The conclusion from this study is that combined treatment Sitronella (S) 34% + Eugenol (E) 80% + Azadirachtin (A) 0.6% concentration of 5 ml/l can reduce fruit damaged by cacao pod borer which was showed by efication value 37% in mild attack; 51,62% in medium ettack; and 61,18% in weight attack compared to the control and significantly not different with 10 ml/l concentration treatment. Combination treatment 0,6% at 10 ml/l concentration can reduce cocoa pod disease which was showed by efication value 52,93% in mild attack; 68,00% in medium attack, and 76,26% in weight attack. This treatment showed not significantly different with synthetic pesticide treatment. Keywords : pest control, Conophomorpa cramerellai, Phytopthora palmivora, cocoa, sitronelle, eugenol, azadirachtin PENDAHULUAN Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri. Mengingat bahwa pasaran minyak atsiri saat ini relatif stabil, maka prospek industri minyak atsiri di masa mendatang cukup cerah. Keadaan ini didukung oleh situasi, bahwa tidak semua minyak atsiri alamiah bisa diganti dengan produk sintetis. Selain dari pada itu, Indonesia juga kaya akan biodiversity tanaman obat dan aromatik (TOA). Pemanfaatan tanaman sebagai bahan baku obat dan atsiri telah dilakukan secara turun-temurun. Saat ini bahan baku tanaman obat dan atsiri melimpah di masyarakat. Pemanfaatan tanaman obat dan atsiri dalam industri lainnya selain industri jamu diharapkan mampu menggalakkan gairah petani untuk bercocok tanam tanaman obat dan atsiri, sehubungan dengan peningkatan permintaan pasar yang secara langsung mampu meningkatan pendapatan petani. Minyak atsiri dari tanaman aromatika dan tanaman obat diketahui mengandung senyawa aktif yang dapat dipergunakan sebagai bahan baku insektisida. Hal ini berkaitan dengan sifatnya yang mampu membunuh, mengusir, dan menghambat makan dan mengendalikan penyakit tanaman. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikaji potensi beberapa tanaman obat dan atau aromatik untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati. Tanaman secara alamiah diketahui menghasilkan senyawa sekunder yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi dirinya dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Hasil ekstraksi senyawa kimia ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yang lebih selektif dan kurang persisten di alam jika dibandingkan dengan bahan aktif pestisida sintetis sehingga penggunaannya aman bagi para petani, pengguna, dan lingkungan di sekitarnya (Regnault-Roger, 2005). Dilaporkan lebih dari 1500 tanaman 282
3 Pengendalian hama penggerek buah (conophomorpa cramerella) > 50% dan penyakit busuk buah (phytopthora palmivora) > 30% pada tanaman kakao berkhasiat sebagai bahan insektisida nabati untuk pengendalian hama (Grainge and Ahmed, 1988). Tanaman tersebut pada umumnya termasuk kedalam famili Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae, dan Rutaceae (Prakash and Rao, 1997; Prijono et al, 2006). Sampai saat ini ketersediaan pestisida yang berbahan baku tumbuhan (pestisida nabati) untuk pengendalian OPT yang telah diuji khasiat dan keamanannya secara ilmiah masih terbatas. Petani kerapkali membuat ramuan yang terdiri dari berbagai jenis tanaman yang secara empiris dikatakan efektif untuk suatu OPT namun belum ditunjang dengan data ilmiah agar produk tersebut dapat dipertanggungjawabkan mutu dan keamanannya. Beberapa contoh tanaman obat dan aromatik potensial sebagai bahan baku untuk pestisida nabati, antara lain jeringau untuk pengendalian Dysdercus cingulatus, Pieres brassicae, dan Spodoptera litura; babadotan digunakan untuk menekan hama Dysdercus, Tribolium dan belalang; brotowali sebagai anti serangga; glirisidia untuk mengendalikan Spodoptera, Aphid, dan Coccidae; sirih untuk menekan Dysdercus; lempuyang untuk menekan Udaspes sp.; rerak sebagai anti hama (racun kontak); kenikir untuk mengendalikan Aphid, Dysdercus, dan ulat Plutella xylostella, kacang babi berpotensi untuk mengendalikan Aphid, Crocidolomia, Epilachna, dan Thrips, dan legundi untuk mengendalikan Achaea janata, Plutella sp., Spodoptera sp. dan Sitophilus sp. (Grainge and Ahmed, 1988; Heyne, 1987; Prijono dan Triwidodo, 1994). Berkaitan dengan potensi beberapa tanaman obat dan aromatik dalam mengendalikan hama, perlu dilakukan penelitian lanjutan dalam skala yang lebih luas guna skrining berbagai tanaman obat dan aromatik untuk digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati khususnya untuk mengendalikan beberapa hama dan penyakit utama pada tanaman kakao. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi beberapa jenis TOA untuk mengendalikan hama dan penyakit utama pada tanaman kakao. Luaran yang diharapkan darai penelitian ini adalah informasi jenis-jenis TOA potensial yang efektif terhadap OPT utama tanaman kakao. BAHAN DAN METODE A. Metodologi Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di kebun petani di Ciamis, Jawa Barat yang dirancang dalam acak kelompok, dengan 10 perlakuan dan diulang 4 kali. Perlakuan terdiri dari: 1. Sitronela (S) 34% konsentrasi 5 ml/l 2. Sitronela (S) 34% konsentrasi 10 ml/l 3. Eugenol (E) 80% konsentrasi 5 ml/l 4. Eugenol (E) 80% konsentrasi 10 ml/l 5. Azadirachtin (A) 0,6% konsentrasi 5 ml/l 6. Azadirachtin (A) 0,6% konsentrasi 10 ml/l 7. Sitronela (S) 34% + Eugenol (E) 80% + Azadirachtin (A) 0,6% konsentrasi 5 ml/l 8. Sitronela (S) 34% + Eugenol (E) 80% + Azadirachtin (A) 0,6% konsentrasi 10 ml/l 9. Fastac 115 EC konsentrasi 1ml/l, dan 10. Kontrol (air) Aplikasi insektisida dilakukan dengan menggunakan alat semprot knapsack sprayer yang bertekanan 4 atm. Setiap penyemprotan dilakukan dengan cara mengarahkan nozzle ke buah-buah kakao dan cabang-cabang horizontal tempat imago PBK bertelur dan beristirahat, karena sasaran penyemprotan adalah stadium imago PBK. Penyemprotan diulang sampai 6 kali dengan interval 2 minggu. Kontrol adalah petak yang tidak dilakukan pengendalian apapun. Efikasi insektisida yang diuji didasarkan pada tingkat serangan PBK dan persentase kehilangan hasil yang diamati pada buah contoh yang dipilih yang pada awal masih bebas dari serangan PBK. Pengamatan serangan PBK dilakukan setiap 10 hari sekali setelah 283
4 I. Wayan Laba, dkk aplikasi terhadap semua buah yang dipanen pada setiap petak perlakuan. Buah contoh (ukuran panjang > 9 cm) dipanen pada akhir pengujian. Tingkat kerusakan akibat serangan PBK dilihat dari persentase biji lengket yang dinyatakan dalam tiga kategori, yaitu tingkat serangan ringan, sedang, dan berat dengan kriteria sebagai berikut: - Serangan ringan, apabila semua biji masih dapat dikeluarkan dari kulit buah dan antar biji tidak terlalu lengket (persentase biji lengket < 10%). - Serangan sedang, apabila biji saling lengket tetapi masih dapat dikeluarkan dari kulit buah (persentase biji lengket antara 10-50%) - Serangan berat, apabila biji saling lengket dan tidak dapat dikeluarkan dari kulit buah (persentase biji lengket > 50%). Persentase kehilangan hasil dihitung berdasarkan persamaan regresi yang dikemukakan oleh Wardani et al. (1997), dengan menggunakan rumus : Y = - 0, ,1005 X Y = persentase kehilangan hasil (%) X = intensitas serangan. Intensitas serangan ini merupakan suatu nilai. Indeks yang diperoleh melalui rumus: 1*jumlah buah terserang ringan + 3*jumlah buah terserang sedang + 9*jumlah buah terserang berat dibagi total jumlah buah yang diamati. Hasil pengamatan tingkat serangan PBK dan persentase kehilangan hasil pada perlakuan insektisida yang diuji dibandingkan dengan kontrol. Sebagai data penunjang juga dilakukan pengamatan terhadap tingkat keracunan (fitotoksisitas) tanaman kakao dan pengaruhnya terhadap populasi musuh alami akibat perlakuan insektisida yang diuji. Petak perlakuan berupa satuan petak yang terdiri atas 25 pohon (5 x 5) yang diperlakukan dan diambil pohon contoh sebanyak 16 pohon (4 x 4) untuk diamati. Pada setiap petak pohon contoh dipilih 100 buah kakao berukuran panjang ± 9 cm dan diperkirakan masih bebas serangan PBK. Jarak antara petak adalah 5 larik pohon. Efikasi insektisida yang diuji dihitung dengan rumus Abbott: Ca - Ta EI x100% Ca EI = efikasi insektisida yang diuji (%) Ca = intensitas serangan pada petak kontrol setelah aplikasi insektisida Ta = intensitas serangan pada petak perlakuan setelah aplikasi insektisida. Untuk menentukan keefektifan insektisida ditentukan berdasarkan kriteria nilai efikasi dengan rumus 1/2n + 1. Jika nilai efikasi insektisida > 50%, maka insektisida bersifat efektif terhadap hama sasaran, sebaliknya tidak efektif bila nilainya < 50%. Sebagai data penunjang adalah produksi buah kakao dan fitotoksisitas terhadap insektisida. Pengamatan terhadap penyakit busuk buah juga dilakukan dengan interval pengamatan satu minggu. Pengamatan dilakukan terhadap buah yang terserang. Intensitas serangan buah dihitung dengan rumus sebagai berikut : IP nv x100% z x N dimana : IP = intensitas penyakit (%) n = jumlah buah terserang menurut kategori (skor 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6) v = nilai skala (skor) dari tiap kategori z = nilai skala (skor) dari kategori serangan tertinggi (= 6) N = jumlah seluruh buah yang diamati (n 0 + n n 6 ) Skor Penyakit Keadaan buah (gejala) 0 Tidak ada serangan 1 Terdapat 1-10 % buah terserang 2 Terdapat % buah terserang 284
5 Pengendalian hama penggerek buah (conophomorpa cramerella) > 50% dan penyakit busuk buah (phytopthora palmivora) > 30% pada tanaman kakao 3 Terdapat 26-50% buah terserang 4 Terdapat % buah terserang 5 Terdapat % buah terserang Tingkat efikasi fungisida untuk menentukan nilai efikasi dihitung berdasarkan rumus: ISk - ISp TE x100%. ISk TE = tingkat efikasi (%) ISk = intensitas penyakit pada petak kontrol ISp = intensitas penyakit pada petak perlakuan Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5%. Sebagai data pendukung adalah fitotoksitas oleh fungisida uji dan produksi buah kakao (kg/petak). Efikasi untuk menentukan keefektifan suatu fungisida ditentukan berdasarkan kriteria nilai efikasi dari pengamatan terakhir. Jika nilai efikasi fungisida > 30%, maka fungisida bersifat efektif terhadap penyakit, sebaliknya tidak efektif bila nilainya < 30%. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengendalian hama penggerek buah (Conophomorpha cramerella) pada tanaman kakao Tingkat serangan PBK menunjukkan persentase kehilangan hasil akibat serangan PBK. Serangan PBK dapat dilihat dari persentase biji kakao yang lengket. Serangan ini dapat berupa serangan berat, sedang, maupun ringan. Persentase kehilangan hasil buah kakao akibat serangan PBK dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase kehilangan hasil buah kakao akibat serangan PBK No. Perlakuan Konsentrasi (ml/l) Pengamatan ke- (%) Sitronella (S) 34% 5 42,22 ab 25,25 bc 29,91 bc 22,22 b 22,22 b 2 Sitronella (S) 34% 10 42,22 ab 24,24 bc 29,63 bc 18,73 b 20,83 bc 3 Eugenol (E) 80% 5 32,22 ab 26,26 b 36,67 b 16,16 b 19,45 bcd 4 Eugenol (E) 80% 10 32,22 ab 19,19 bcd 21,43 c 14,81 b 18,52 bcd 5 Azadirachtin (A) 0.6% 5 24,44 ab 17,17 bcde 30,00 bc 17,78 b 17,28 bcd 6 Azadirachtin (A) 0.6% 10 27,78 ab 16,67 cde 24,44 bc 15,08 b 18,06 bcd 7 0,6% 5 24,44 ab 16,67 cde 30,77 bc 18,89 b 17,46 bcd 8 0,6% 10 17,78 b 12,04 de 21,43 c 15,15 b 14,28 cd 9 Fastac 115 EC 1 15,56 b 9,26 e 20,51 c 12,82 b 12,22 d 10 Kontrol 0 50,00 a 52,78 a 56,41 a 67,68 a 62,50 a Sumber: Data primer (2011). Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%. Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase kehilangan hasil buah kakao yang diberi perlakuan pestisida, baik nabati maupun sintetis, 34,44-50,28% di bawah kontrol. Perlakuan sitronella (S) 34% pada konsentrasi 5 dan 10 ml/l pada pengamatan pertama hampir mendekati kontrol, dengan selisih hanya 7,78%. Namun persentase kehilangan hasil buah kakao yang diberi perlakuan sitronella ini tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan eugenol (selisih 17,78%), azadirachtin (selisih 22,22-25,56%), maupun 285
6 I. Wayan Laba, dkk kombinasi ketiganya (25,55-32,22%). Kecenderungan serupa juga terlihat pada pengamatan-pengamatan berikutnya. Namun, pada pengamatan keemapat, semua perlakuan pestisida nabati tidak berbeda nyata dibanding dengan perlakuan pestisida sintetis. Rata-rata persentase kehilangan hasil buah kakao akibat serangan PBK yang paling sedikit adalah pada perlakuan 0,6% konsentrasi 10 ml/l, namun tidak berbeda dibanding perlakuan serupa konsentrasi 5 ml/l. Hal ini disebabkan karena adanya 3 kombinasi pestisida nabatai yaitu sitronella (dari minyak serehwangi), eugenol (dari minyak cengkeh), dan azadirachtin (dari minyak mimba) yang tidak berbeda dengan pestisida sintetik. Menurut Kardinan (1992), sitronella yang dikandung serehwangi tidak membunuh serangga secara cepat, tetapi berpengaruh mengurangi nafsu makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, hambatan menjadi serangga dewasa, sebagai pemandul, serta mudah diabsorsi oleh tanaman. Hal serupa juga terdapat pada azadirachtin yang dikandung oleh mimba dan eugenol yang dikandung oleh cengkeh. Tingkat kerusakan buah kakao menunjukkan tingkat serangan PBK. Tingkat serangan PBK dilihat dari persentase biji lengket yang dinyatakan dalam tiga kategori, yaitu tingkat serangan ringan, sedang, dan berat (Tabel 2). Tingkat serangan PBK ini menujukkan efikasi pestisida yang diuji. Tabel 2. Persentase rata-rata intensitas serangan dan efikasi insektisida terhadap PBK No. Perlakuan Konsentrasi (ml/l) Tingkat serangan(%) RINGAN EI SEDANG EI BERAT EI 1. Sitronela (S) 34% 5 4,56 ab 24,00 13,78 ab 33,33 14,33 b 46,26 2. Sitronela (S) 34% 10 4,44 ab 26,00 12,67 ab 38,70 13,67 b 48,74 3. Eugenol (E) 80% 5 3,55 b 40,83 13,33 ab 35,51 14,00 b 47,50 4. Eugenol (E) 80% 10 3,67 b 38,83 12,22 ab 40,88 13,33 b 50,01 5. Azadirachtin (A) 0.6% 5 3,44 b 42,67 10,00 ab 51,62 10,33 b 61,26 6. Azadirachtin (A) 0.6% 10 3,45 b 42,50 9,33 ab 54,86 9,67 b 63, ,6% 5 3,78 ab 37,00 10,00 ab 51,62 10,33 b 61, ,6% 10 3,34 b 44,33 9,33 ab 54,86 9,33 b 65,01 9. Fastac 115 EC 1 2,44 b 59,33 7,78 b 62,36 7,67 b 71, Kontrol 0 6,00 a - 20,67a - 29,67 a - Sumber: Data primer (2011). Keterangan: 1) Jumlah buah ) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Buncan taraf 5%. Seperti halnya dengan persentase kehilangan hasil buah kakao akibat serangan PBK (Tabel 1), pada perlakuan 0,6% konsentrasi 10 ml/l juga menunjukkan tingkat serangan yang rendah apabila dibandingkan dengan perlakuan pestisida nabati lain, namun tidak berbeda nyata dibanding perlakuan serupa pada konsentrasi 5 ml/l. Sitronella, eugenol, dan azadirachtin menunjukkan kombinasi pestisida paling baik dalam mengurangi serangan PBK. Hal ini karena ketiga komponen ini mampu bekerja secara sinergis. Sitronella dan eugenol mampu bekerja sebagai atraktan/pemikat PBK. Ketika PBK sudah tertarik untuk mendekat ke buah perlakuan, ada efek azadirachtin yang bekerja sebagai antifeedant. Oleh sebab itulah kombinasi ketiga pestisida nabati ini mampu mengurangi kerusakan PBK. Pada tingkat serangan sedang, nilai EI untuk azadirachtin (A) 0,6% serta S 34% + E 80% + A 0,6% konsentrasi 5 dan 10 ml/l serta kombinasi menunjukkan 50%, sedangkan pada tingkat serangan berat, nilai EI Eugenol (E) 80% konsentrasi 10 ml/l, Azadirachtin (A) 0,6% konsentrasi 5 dan 10 ml/l, serta 0,6% konsentrasi 5 dan
7 Pengendalian hama penggerek buah (conophomorpa cramerella) > 50% dan penyakit busuk buah (phytopthora palmivora) > 30% pada tanaman kakao ml/l sebesar 50%. Secara berurutan nilai efikasi tertinggi pada perlakuan S 34% + E 80% + A 0,6% konsentrasi 10 ml/l (nilai EI = 65,01%), diikuti oleh perlakuan Azadirachtin (A) 0,6% konsentrasi 10 ml/l (EI = 63,74%), dan 0,6% dan Azadirachtin (A) 0,6% konsentrasi 5 ml/l (nilai EI = 61,26%) Hal ini menunjukkan bahwa insektisida pada perlakuan-perlakuan tersebut efektif terhadap hama sasaran. Perlakuan pestisida nabati tidak mempengaruhi terhadap keberadaan musuh alam. Hal ini disebabkan karena pestisida nabati mudah terdegradasi oleh sinar matahari. Salah satu sifat insektisida nabati adalah daya urai yang cepat (biodegradable). Sifat daya urai yang cepat ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sifat ini adalah tidak ada residu insektisida nabati pada produk pertanian sehingga lebih aman untuk dikonsumsi. Hal ini berkaitan dengan semakin berkurangnya daya racun insektisida tersebut (Dadang dan Prijono, 2008) Kekurangan dari sifat insektisida nabati ini adalah karena penurunan efikasi yang cepat maka perlu dilakukan aplikasi yang lebih sering. Namun demikian kecepatan degradasi sediaan insektisida nabati tergantung pada bahan baku atau jenis tumbuhan yang digunakan (Dadang dan Prijono, 2008). Insektisida nabati yang diujikan juga tidak menyebkan tanaman atau buah menunjukkan gejala fitotoksik. Hal ini terlihat dari tidak adanya daun yang terbakar atau menunjukkan gejala menguning. B. Pengendalian penyakit busuk buah (Phytopthora palmivora) pada tanaman kakao Perlakuan beberapa fungisida nabati, sintetik (Fastac 115 EC) terhadap penyakit busuk buah (P. palmivora) disajikan pada Tabel 3. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kakao yang diberi perlakuan 0,6% konsentrasi 10 ml/l menunjukkan tingkat serangan paling rendah disbanding perlakuan fungisida nabati lain dan berbeda tidak nyata disbanding dengan insektisida Pastac 115 EC. Hal ini juga terlihat dari nilai EI fungisida tersebut yang menunjukkan > 50% (Tabel 3.) Tabel 3. Persentase rata-rata intensitas serangan dan efikasi fungisida terhadap P. palmivora No. Perlakuan Konsentrasi (ml/l) Tingkat serangan(%) RINGAN EI SEDANG EI BERAT EI 1. Sitronela (S) 34% 5 19,67abc 13,23 21,67ab 13,32 20,33abc 23,77 2. Sitronela (S) 34% 10 20,33ab 10,32 24,67a 1,32 16,67cbd 37,49 3. Eugenol (E) 80% 5 21,00ab 7,36 21,00ab 16,00 22,00ab 17,51 4. Eugenol (E) 80% 10 16,67bcd 26,46 16,33bc 34,68 16,00cbd 40,00 5. Azadirachtin (A) 0.6% 5 14,00de 38,24 15,33c 38,68 14,67cbd 44,99 6. Azadirachtin (A) 0.6% 10 14,67cde 35,28 13,33cd 46,68 13,67cde 48, ,6% 0,6% 5 16,00bdc 29,42 13,33cd 46,68 11,00de 58, ,67ef 52,93 8,00de 68,00 6,33e 76,26 9. Fastac 115 EC 1 8,67f 61,75 7,00e 72,00 6,33e 76, Kontrol 0 22,67a - 25,00a - 26,67a - Sumber: Data primer (2011). Keterangan: 1) Jumlah buah ) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Buncan taraf 5%. Seperti halnya pada pengujian insektisida nabati terhadap penggerek buah kakao, pengujian fungisida nabati tidak mempengaruhi terhadap keberadaan musuh alami. 287
8 I. Wayan Laba, dkk Insektisida nabati yang diujikan juga tidak menyebkan tanaman atau buah menunjukkan gejala fitotoksik. Hal ini terlihat dari tidak adanya daun yang terbakar atau menunjukkan gejala menguning. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan Sitronella (S) 34% + Eugenol (E) 80% + Azadirachtin (A) 0,6% konsentrasi 5 ml/l mampu mengurangi tingkat kerusakan buah akibat serangan penggerek batang yang ditunjukkan dengan nilai efikasi sebesar 37,00% pada serangan ringan, 51,62% pada serangan sedang, dan 65,18% pada serangan berat dibanding kontrol dan berbeda tidak nyata dibanding perlakuan yang sama pada konsentrasi 10 ml/l. Kombinasi perlakuan 0,6% konsentrasi 10 ml/l mampu menekan serangan penyakit busuk buah kakao yang ditunjukkan dengan nilai efikasi sebesar 52,93% pada serangan rendah; 68,00% pada serangan sedang; dan 76,26% pada serangan berat dan tidak berbedanya nyata dibanding pemakaian pestisida sintetik. Insektida dan fungisida yang diujikan tidak mempengaruhi keberadaan musuh alam dan tidak mengakibatkan fitotoksik. B. Saran Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mendapatkan konsentrasi pestisida yang lebih rendah dan nilai efikasinya. DAFTAR PUSTAKA Beding, P.A., Alimudin, dan M.Z. Kanro Tanggapan Petani Terhadap PHT Hama Penggerek Buah dan Penyakit Busuk Buah Kakao di Kabupaten Sorong. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Indonesia 18(3): Dadang dan D. Prijono Insektisida Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan Pengembangan. Departemen Proteksi Tanaman. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jenderal Perkebunan Statistik Perkebunan Indonesia. Direktorat. Jenderal Perkebunan, Jakarta. Grainge, M. dan Ahmed, S Handbook of Plants with Pest Control Properties. New York.: John Wiley and Sons. Heyne K Tumbuhan Berguna Indonesia. Diterjemahkan oleh Badan Litbang Pertanian: Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta Kalshoven, L.G.E The Pest of Crops in Indonesia. Revised by Van der Laan. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta Pascual-Villalobos MJ, Robledo A Screening for Anti-insect Activity in Mediterranean Plants. Industrial Crops and Products 8(3): Prakash A. dan Rao. J Botanical Pesticides in Agriculture. New York.: Lewis Publisher. Prijono D, J.I. Sudiar., dan Irmayetri Insecticidal Activity of Indonesian Plant Extracts Against the Cabbage Head Caterpillar, Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera:Pyralidae). J. ISSAAS 12(1): Prijono D. dan Triwidodo H. Pemanfaatan Insektisida di Tngkat Petani; 1994; Bogor, 1-2 Desember
9 Pengendalian hama penggerek buah (conophomorpa cramerella) > 50% dan penyakit busuk buah (phytopthora palmivora) > 30% pada tanaman kakao Regnault-Roger C New Insecticides of Plant Origin for The Third Millenium In: Regnault_Roger BJR, Philogene C, Vincent. C, (Eds.). Biopesticides of Plant Origin: Lavoisier Publishing Inc. p Sulistyowati, E., dan A.A. Prawoto Hama Penggerek Buah Kakao di Sulawesi Tengah dan Uji Coba Sistem Pangkasan Eradikasi (SPE) Untuk Penanggulangannya. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao No. 15: Sulistyowati, E., S. Wardani, S. Wiryadiputra, H. Winarno, dan O. Atmawinata Keefektifan Beberapa Jenis Insektisida Terhadap Hama Penggerek Buah Kakao Conopomorpha cramerella (Snell.). Pelita Perkebunan 11(2): Sulistyowati, E Prospek pemanfaatan tanaman tahan dalam pengelolaan hama penggerek buah kakao. Warta Puslit Kopi dan Kakao 13(3): Wardoyo, S A Major Hindrance to Cocoa Development. Indonesian Agricultural Research and Developmental Journal 2:1-4. Wiryadiputra, SD., E. Sulistyowati, dan A.A. Prawoto Teknik Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao Conopomorpha cramerella (Snellen). Lokakarya Penanggulangan Hama PBK di Indonesia. Jember. Wardani, S., H. Winarno, dan E. Sulistyowati Model Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan Hama Penggerek Buah Kakao. Pelita Perkebunan 13 (1):
LAPORAN AKHIR PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
KODE JUDUL: X.43 LAPORAN AKHIR PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA FORMULASI PRODUK PESTISIDA NABATI BERBAHAN AKTIF SAPONIN, AZADIRACHTIN, EUGENOL, DAN SITRONELLAL UNTUK MENGENDALIKAN
Lebih terperinciLAPORAN KEMAJUAN I PROGRAM PPKIPP RISTEK 2012
LAPORAN KEMAJUAN I FORMULASI PRODUK PESTISIDA NABATI BERBAHAN AKTIF SAPONIN, AZADIRACHTIN, EUGENOL, DAN SITRONELLAL UNTUK MENGENDALIKAN HAMA UTAMA KAKAO (Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis
Lebih terperinciNurjanani, Ramlan, dan Muh. Asaad Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 PENGKAJIAN PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KAKAO MENGGUNAKAN PESTISIDA NABATI DAN ROTASI PESTISIDA NABATI DENGAN PESTISIDA SINTETIK PADA TANAMAN KAKAO DI
Lebih terperinciRINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KODE JUDUL: X.43 RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA FORMULASI PRODUK PESTISIDA NABATI BERBAHAN AKTIF SAPONIN, AZADIRACHTIN, EUGENOL,
Lebih terperinciKAJI TINDAK PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snellen) DENGAN PESTISIDA NABATI
JURNAL AGROTEKNOS Maret 2013 Vol. 3 No. 1. Hal 14-18 ISSN: 2087-7706 KAJI TINDAK PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snellen) DENGAN PESTISIDA NABATI Review on Reaction Control
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI (MIMBA, GADUNG, LAOS DAN SERAI), TERHADAP HAMA PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) SKRIPSI
EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI (MIMBA, GADUNG, LAOS DAN SERAI), TERHADAP HAMA PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBIOASSAY PESTISIDA NABATI DENGAN PELARUT DAN ADJUVAN BERBEDA TERHADAP NILAPARVATA LUGENS STAL
BIOASSAY PESTISIDA NABATI DENGAN PELARUT DAN ADJUVAN BERBEDA TERHADAP NILAPARVATA LUGENS STAL Wiratno Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan Jalan Kol. H. Barlin No. 83 KM 6 - Palembang
Lebih terperinciPOTENSI EKSTRAK BIJI MAHONI (SWIETENIA MACROPHYLLA) DAN AKAR TUBA (DERRIS ELLIPTICA) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA UNTUK PENGENDALIAN HAMA CAISIN
PKMI-3-3-1 POTENSI EKSTRAK BIJI MAHONI (SWIETENIA MACROPHYLLA) DAN AKAR TUBA (DERRIS ELLIPTICA) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA UNTUK PENGENDALIAN HAMA CAISIN Bayo Alhusaeri Siregar, Didiet Rahayu Diana, Herma
Lebih terperinciPENGUJIAN LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK. BUAH KAKAO
264 PENGUJIAN LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK. BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella) DENGAN RAMUAN PESTISIDA NABATI DI DESA ANDOWENGGA KECAMATAN POLI-POLIA KABUPATEN KOLAKA Oleh : Mariadi 1) ABSTRACT
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) TERHADAP TINGKAT SERANGAN PBK DI KABUPATEN KEPAHIANG PENDAHULUAN
EFEKTIVITAS KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) TERHADAP TINGKAT SERANGAN PBK DI KABUPATEN KEPAHIANG Afrizon dan Siti Rosmanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl.
Lebih terperinciBIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)
BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA) I. PENDAHULUAN Diantara penyebab rendahnya produktivitas kakao di Indonesia adalah serangan organisme
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan bertambahnya luas perkebunan kakao. Menurut Karmawati, Mahmud, Syakir, Munarso,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulat grayak (Spodoptera litura F., Lepidoptera, Noctuidae) merupakan salah satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PERCOBAAN
LAPORAN HASIL PERCOBAAN PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI FUNGISIDA RIZOLEX 50 WP (metil tolklofos 50%) (385/PPI/8/2008) TERHADAP PENYAKIT BUSUK DAUN Phytophthora infestans PADA TANAMAN KENTANG Pelaksana : H.
Lebih terperinciAsam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK
Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK Oleh Embriani BBPPTP Surabaya Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dengan kondisi tempat penyimpanan rata-rata suhu harian 27,05*'C dan kelembaban 84,3%, dengan hasil setiap parameter pengamatan sebagai berikut: 4.1.
Lebih terperinciKEEFEKTIFAN PAKET TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BALI
Keefektifan Paket Teknologi Pengendalian Penggerek Buah Kakao (PBK) di Provinsi Bali (Gusti Indriati, Samsudin, dan Rubiyo) KEEFEKTIFAN PAKET TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI
Lebih terperinciPENGUJIAN ENAM JENIS INSEKTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN Thrips palmi > 50% PADA TANAMAN KENTANG
Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2010 Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik PENGUJIAN ENAM JENIS INSEKTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN Thrips palmi > 50% PADA TANAMAN KENTANG Warsi Rahmat
Lebih terperinciKajian keefektifan agen hayati Beauveria bassiana dan penyarungan buah dalam pengendalian hama PBK di Kalimantan Timur
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 5, Agustus 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 1222-1226 DOI: 10.13057/psnmbi/m010545 Kajian keefektifan agen hayati Beauveria bassiana dan penyarungan buah dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) oleh petani masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap efektif. Menurut Sastrosiswojo, 1990 (Kasumbogo
Lebih terperinciEFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS
ISSN 1410-1939 EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS [THE AFFECTIVITY OF BIO-INSECTICIDES ON THE GROWTH OF Sitophilus oryzae
Lebih terperinciPOTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN
AGROVIGOR VOLUME 3 NO. 1 MARET 2010 ISSN 1979 5777 19 POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN Herminanto, Nurtiati, dan D. M. Kristianti Fakultas
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting di Indonesia (Hendrata dan Sutardi, 2009). Kakao di Indonesia merupakan penghasil
Lebih terperinciAGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN
AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN 1979 5777 81 PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN Lestari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Jl.
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KOMPOSISI PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta Thunberg) PADA TANAMAN PADI DI LAPANG
EFEKTIVITAS KOMPOSISI PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta Thunberg) PADA TANAMAN PADI DI LAPANG SKRIPSI Oleh Dewi Rizkia Darojah NIM. 061510401106 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT
Lebih terperinciVI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP
PEMBUATAN PESTISIDA NABATI VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP MODUL-06 Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic
Lebih terperinciAgus Kardinan dan Sondang Suriati. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor
EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI TERHADAP SERANGAN HAMA PADA TEH (Camellia sinensis L.) Effectivity of botanical pesticides against tea (Camellia cinensis L.) pest attack Agus Kardinan dan Sondang Suriati
Lebih terperinciUJI EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI BINTARO (Cerbera manghas) TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN KEDELAI
UJI EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI BINTARO (Cerbera manghas) TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN KEDELAI SKRIPSI Disusun Oleh: Ambar Swastiningrum 20080210001 Program Studi Agroteknologi
Lebih terperinciPENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK
PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK (Effect of Cloves (Syzygium aromaticum) Leaves Powder on The Growth and Yield of Organik Tomatoes (Solanum lycopersicum )) Evita
Lebih terperinciTOKSISITAS EKSTRAK DAUN KIPAIT
TOKSISITAS EKSTRAK DAUN KIPAIT (Tithonia diversifolia), DAUN SIRSAK (Annona muricata), DAN DAUN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum) TERHADAP MORTALITAS LARVA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F) SKRIPSI Oleh ERINUS
Lebih terperinciPENGARUH EKSTRAK UMBI GADUNG (Dioscorea hispida Dennst) TERHADAP PERTUMBUHAN dan SERANGAN HAMA KOPI (Coffea robusta Lindl)
PENGARUH EKSTRAK UMBI GADUNG (Dioscorea hispida Dennst) TERHADAP PERTUMBUHAN dan SERANGAN HAMA KOPI (Coffea robusta Lindl) SKRIPSI Oleh KHOIRUL IBNU RHOMADHON NIM 061510101165 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Lebih terperinciPENGARUH EKSTRAK DAUN MIMBA (Azedirachta indica) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN (Plutella xylostella) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L)
7-5 PENGARUH EKSTRAK DAUN MIMBA (Azedirachta indica) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN (Plutella xylostella) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L) Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas
Lebih terperinciPENGARUH EKSTRAK TANAMAN OBAT TERHADAP MORTALITAS DAN KELANGSUNGAN HIDUP Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA, NOCTUIDAE)
PENGARUH EKSTRAK TANAMAN OBAT TERHADAP MORTALITAS DAN KELANGSUNGAN HIDUP Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA, NOCTUIDAE) Rodiah Balfas dan Mahrita Willis Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jl. Tentara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan
Lebih terperinciPEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)
PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH BATANG TEMBAKAU UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)
PEMANFAATAN LIMBAH BATANG TEMBAKAU UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) SKRIPSI Oleh Layalil Muntazah NIM. 071510401059 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciTOKSISITAS FRAKSI EKSTRAK METANOL BIJI Barringtonia asiatica L. (KURZ.) (LECYTHIDACEAE) TERHADAP LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE)
1 TOKSISITAS FRAKSI EKSTRAK METANOL BIJI Barringtonia asiatica L. (KURZ.) (LECYTHIDACEAE) TERHADAP LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Oleh: Dr. Danar Dono, Ir., M.Si. Teddy Budiyansyah
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI DAN SAAT PEMBERIAN INSEKTISIDA NABATI ( DAUN MIMBA ) TERHADAP HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max, L. Merrill ) VARIETAS GROBOGAN
PENGARUH KONSENTRASI DAN SAAT PEMBERIAN INSEKTISIDA NABATI ( DAUN MIMBA ) TERHADAP HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max, L. Merrill ) VARIETAS GROBOGAN EFFECT OF CONCENTRATION AND BOTANICAL INSECTICIDE (neem
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI SALIARA (Lantara camara L.) TERHADAP HAMA TANAMAN ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.)
Jurnal Agronida ISSN: 247-9111 Volume 1 Nomor 1, April 215 31 EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI SALIARA (Lantara camara L.) TERHADAP HAMA TANAMAN ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) Effectiveness of Saliara (Lantara
Lebih terperinciAPLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI. Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah
APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah Fakultas Pertanian Universitas Jember ABSTRAK Lalat bibit
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN PESTISIDA ORGANIK DAN INTERVAL PENYEMPROTAN TERHADAP SERANGAN HAMA PADA BIBIT TANAMAN JABON MERAH (ANTHOCEPHALUS MACROPHYLLUS)
Jurnal Galung Tropika, 4 (3) Desember 2015, hlmn. 131-136 ISSN Online 2407-6279 ISSN Cetak 2302-4178 PENGARUH PEMBERIAN PESTISIDA ORGANIK DAN INTERVAL PENYEMPROTAN TERHADAP SERANGAN HAMA PADA BIBIT TANAMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida sintetik telah menimbulkan banyak efek yang membahayakan bagi kesehatan. Salah satunya adalah timbulnya
Lebih terperinciPROPOSAL PROGRAM PPKIPP RISTEK 2012
PROPOSAL FORMULASI PRODUK PESTISIDA NABATI BERBAHAN AKTIF SAPONIN, AZADIRACHTIN, EUGENOL, DAN SITRONELLAL UNTUK MENGENDALIKAN HAMA UTAMA KAKAO (Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.)
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PENYIMPANAN EKSTRAK INSEKTISIDA BOTANI TERHADAP EFEKTIVITAS INSEKTISIDA DALAM MENGENDALIKAN SERANGAN HAMA PADA TANAMAN SAYURAN DI PAPUA
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN EKSTRAK INSEKTISIDA BOTANI TERHADAP EFEKTIVITAS INSEKTISIDA DALAM MENGENDALIKAN SERANGAN HAMA PADA TANAMAN SAYURAN DI PAPUA Martina Sri Lestari 1) dan A. Wahid Rauf 2) 1) Balai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta
Lebih terperinciAGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN
183 UJI EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI PHYMAR C UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT BUSUK BUAH DAN KANKER BATANG PADA TANAMAN KAKAO DI KABUPATEN LUWU UTARA Oleh: Mariadi 1) dan Gusnawaty HS 1) ABSTRACT The study
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis insektisida nabati dan waktu aplikasinya
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mortalitas T. bactrae-bactrae satu hari setelah infestasi Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis insektisida nabati dan waktu aplikasinya tidak berpengaruh terhadap
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae) merupakan salah satu hama utama tanaman kubis selain Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae). Di Jawa Barat
Lebih terperinciPestisida Nabati Pengendali Ulat pada Tanaman Sayuran Oleh : Hendri Yandri, SP ABSTRAK
Pestisida Nabati Pengendali Ulat pada Tanaman Sayuran Oleh : Hendri Yandri, SP ABSTRAK Dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan kualitas produk yang berorientasi eksport, khususnya kekuatan ekonomi di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai karunia dan amanah Allah SWT yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara. Hutan yang dapat memberikan manfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia saat ini menghadapi masalah yang serius berkaitan dengan usaha penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar terhadap padi,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) Serangga betina yang telah berkopulasi biasanya meletakkan telurnya setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam kondisi pertanian Indonesia saat ini dengan harga pestisida tinggi, menyebabkan bahwa usaha tani menjadi tidak menguntungkan sehingga pendapatan tidak layak. Kondisi
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kecepatan Kematian. nyata terhadap kecepatan kematian (lampiran 2a). Kecepatan kematian Larva
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kecepatan Kematian Penambahan kosentrasi ekstrak daun mimba memberikan pengaruh yang nyata terhadap kecepatan kematian (lampiran 2a). Kecepatan kematian Larva Plutella
Lebih terperinciKETAHANAN DAN PENGARUH FITOTOKSISITAS CAMPURAN EKSTRAK Piper retrofractum & Annona squamosa PADA PENGUJIAN SEMI LAPANG. Oleh: Nur Isnaeni A
KETAHANAN DAN PENGARUH FITOTOKSISITAS CAMPURAN EKSTRAK Piper retrofractum & Annona squamosa PADA PENGUJIAN SEMI LAPANG Oleh: Nur Isnaeni A44101046 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tingkat penolakan hama kutu beras Hasil penelitian menunjukkan dosis ekstrak daun pandan wangi kering dan daun pandan wangi segar memberikan pengaruh nyata terhadap
Lebih terperinciAktivitas Residu Ekstrak Biji Barringtonia asiatica (L.) Kurz. terhadap larva Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera : Pyralidae)
Aktivitas Residu Ekstrak Biji Barringtonia asiatica (L.) Kurz. terhadap larva Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera : Pyralidae) Danar Dono 1*) dan Rismanto 2) 1) Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Lebih terperinciAlternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama
Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa ayat di dalam Al-Qur an menunjukkan tanda-tanda akan
( 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa ayat di dalam Al-Qur an menunjukkan tanda-tanda akan keagungan dan kekuasaan Allah Swt., di antaranya adalah dari dunia tumbuhan yang hasilnya dapat kita
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kalorinya dari beras. Ketersediaan beras selalu menjadi prioritas pemerintah. karena menyangkut sumber pangan bagi semua lapisan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan terpenting di Indonesia, nesia, karena lebih dari setengah penduduk Indonesia menggantungkan gantun gkan hidupnya pada beras yang dihasilkan
Lebih terperinciANCAMAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI WILAYAH JAWA TIMUR PADA BULAN AGUSTUS Oleh; Effendi WIbowo, SP dan Fitri Yuniarti, SP
ANCAMAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI WILAYAH JAWA TIMUR PADA BULAN AGUSTUS 2013 Oleh; Effendi WIbowo, SP dan Fitri Yuniarti, SP kakao masih merupakan salah satu komoditas pertanian andalan Indonesia
Lebih terperinciUJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE)
AGROVIGOR VOLUME 5 NO. 1 MARET 2012 ISSN 1979 5777 47 UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE) Sujak dan Nunik Eka Diana Balai
Lebih terperinciInsektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk
AgroinovasI FLORA RAWA PENGENDALI HAMA SERANGGA RAMAH LINGKUNGAN Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk mengendalikan hama serangga karena hasilnya cepat terlihat dan mudah
Lebih terperinciABSTRAK UJI EKSTRAK BUAH CABAI RAWIT SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA ULAT TITIK TUMBUH PADA TANAMAN SAWI
ABSTRAK UJI EKSTRAK BUAH CABAI RAWIT SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA ULAT TITIK TUMBUH PADA TANAMAN SAWI Deli Wakano, Dosen Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Pattimura
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM. i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. ii ABSTRACT.... iii ABSTRAK..... iv RINGKASAN. v HALAMAN PERSETUJUAN viii TIM PENGUJI. ix RIWAYAT HIDUP. x KATA PENGANTAR. xi DAFTAR ISI
Lebih terperinciJurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :
Potensi Serangan Hama Kepik Hijau Nezara viridula L. (Hemiptera: Pentatomidae) dan Hama Kepik Coklat Riptortus linearis L. (Hemiptera: Alydidae) pada Tanaman Kedelai di Rumah Kassa Potential Attack of
Lebih terperinci(PBK) Conopomorpha cramerella Snell.
Pelita Perkebunan 2005, 21(3), 159 168 Pengembangan teknik pemantauan penggerek buah kakao (PBK) Pengembangan Teknik Pemantauan Penggerek Buah Kakao (PBK) Conopomorpha cramerella Snell. Development of
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan berkembang pada suatu tempat dan waktu, tidak lepas dari hubungannya dengan perubahanperubahan
Lebih terperinciSKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT
SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT Oleh Ndaru Priasmoro H0709078 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciEfikasi biopestisida ekstrak Andropogon nardus dalam menekan serangan hama dan penyakit utama buah Kakao di Sumatera Barat
ISBN 978-602-14989-0-3 BioETI Efikasi biopestisida ekstrak Andropogon nardus dalam menekan serangan hama dan penyakit utama buah Kakao di Sumatera Barat MAIRAWITA 1, NASRIL NASIR 1, HENNY HERWINA 1, ISHAK
Lebih terperinciRingkasan. ) sebesar 8 x spora/ml. Waktu yang diperlukan untuk mematikan separuh dari populasi semut hitam di laboratorium (LT 50
Pengaruh samping aplikasi Paecilomyces fumosoroseus terhadap semut hitam, Dolichoderus thoraciccus, predator Helopeltis antonii dan penggerek buah kakao Pelita Perkebunan 2006, 22(2), 91 100 Pengaruh Samping
Lebih terperinciUJI BEBERAPA KONSENTRASI EKSTRAK BIJI PINANG
UJI BEBERAPA KONSENTRASI EKSTRAK BIJI PINANG (Area catechu) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera liturra F.) PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TEST OF SOME CONCENTRATION BETEL NUT (Areca
Lebih terperinciPENGARUH CASHEW NUT SHELL LIQUID (CNSL) TERHADAP MORTALITAS HELOPELTIS ANTONII SIGN PADA BIBIT JAMBU METE
Bul. Littro. Vol. XVII No. 2, 2006, 66-71 PENGARUH CASHEW NUT SHELL LIQUID (CNSL) TERHADAP MORTALITAS HELOPELTIS ANTONII SIGN PADA BIBIT JAMBU METE Warsi Rahmat Atmadja dan Tri Eko Wahyono Balai Penelitian
Lebih terperinciAKTIVITAS ANTIFIDAN EKSTRAK DAUN MINT (Mentha arvensis L.) DAN BUAH LADA HITAM (Piper nigrum L.) TERHADAP ULAT KROP KUBIS (Crocidolompa pavonana F.
J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 124 Jurnal Agrotek Tropika 2(1):124-129, 2014 Vol. 2, No. 1: 124 129, Januari 2014 AKTIVITAS ANTIFIDAN EKSTRAK DAUN MINT (Mentha arvensis L.) DAN BUAH LADA HITAM (Piper
Lebih terperinciAKTIVITAS ANTIFIDAN EKSTRAK DAUN MINT (Mentha arvensis L.) DAN BUAH LADA HITAM (Piper nigrum L.) TERHADAP ULAT KROP KUBIS (Crocidolompa pavonana F.
J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 124 Jurnal Agrotek Tropika 2(1):124-129, 2014 Vol. 2, No. 1: 124 129, Januari 2014 AKTIVITAS ANTIFIDAN EKSTRAK DAUN MINT (Mentha arvensis L.) DAN BUAH LADA HITAM (Piper
Lebih terperinciPENGARUH APLIKASI INSEKTISIDA UMPAN BERBAHAN AKTIF SPINOSAD TERHADAP LALAT BUAH
PENGARUH APLIKASI INSEKTISIDA UMPAN BERBAHAN AKTIF SPINOSAD TERHADAP LALAT BUAH Bactrocera sp. PADA TANAMAN JERUK SIAM (The Effect Application of Bait Insecticide with Active Substance Spinosad to Fruit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) di Indonesia merupakan tanaman pangan terpenting karena lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang dihasilkan tanaman
Lebih terperinciPENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KUBIS DENGAN SISTEM TANAM TUMPANGSARI
i PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KUBIS DENGAN SISTEM TANAM TUMPANGSARI SKRIPSI Oleh Seto Pandu Kristanto NIM 081510501098 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2012 PENGENDALIAN
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium pada suhu rata-rata 27,7 C dan kelembaban 91,5% (Lampiran 4), dengan hasil sebagai berikut: 4.L Awal Kematian Rayap (Jam) Hasil pengamatan
Lebih terperinciEVALUASI PEMANFAATAN FORMULA PESTISIDA NABATI CENGKEH DAN SERAI WANGI UNTUK PENGENDALIAN BUSUK RIMPANG JAHE >50%
EVALUASI PEMANFAATAN FORMULA PESTISIDA NABATI CENGKEH DAN SERAI WANGI UNTUK PENGENDALIAN BUSUK RIMPANG JAHE >50% EVALUASI PEMANFAATAN FORMULA PESTISIDA NABATI CENGKEH DAN SERAI WANGI UNTUK PENGENDALIAN
Lebih terperinciPengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit
J. Hort. 18(2):155-159, 2008 Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit Sutapradja, H. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban
Lebih terperinciKEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG. Oleh: Erna Zahro in
KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG Oleh: Erna Zahro in KAKAO INDONESIA Indonesia merupakan penghasil kakao (Theobroma cacao) nomor tiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Produksinya
Lebih terperinciBIOASSAY BEBERAPA FORMULA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP Pseudococcus sp.
BIOASSAY BEBERAPA FORMULA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP Pseudococcus sp. Wiratno Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan Jalan Kol. H. Barlian No. 83 KM. 6 Palembang Telp. 0711 7923554 wiratno@litbang.deptan.go.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan mudah diperbanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik. Buahnya dikenal sebagai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciJURNAL. KERUSAKAN BIJI KAKAO OLEH HAMA PENGGEREK BUAH (Conopomorpha cramerella Snellen) PADA PERTANAMAN KAKAO DI DESA MUNTOI DAN SOLIMANDUNGAN
1 JURNAL KERUSAKAN BIJI KAKAO OLEH HAMA PENGGEREK BUAH (Conopomorpha cramerella Snellen) PADA PERTANAMAN KAKAO DI DESA MUNTOI DAN SOLIMANDUNGAN Damage cacao seed of is cacao moth (Conopomorpha cramerella
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN
KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN Yeni Nuraeni, Illa Anggraeni dan Wida Darwiati Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Kampus Balitbang Kehutanan, Jl.
Lebih terperinciALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK
ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK Muhammad Thamrin dan S. Asikin Balai Penelitian Pertanian
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera sp.) PADA TANAMAN SAWI (Brassica sinensis L.). Deden *
EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera sp.) PADA TANAMAN SAWI (Brassica sinensis L.). Deden * Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Email korespondensi
Lebih terperinciAPLIKASI AGENS HAYATI DAN BAHAN NABATI SEBAGAI PENGENDALIAN LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) PADA BUDIDAYA TANAMAN TOMAT
506 JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 6 JANUARI-2014 ISSN: 2338-3976 APLIKASI AGENS HAYATI DAN BAHAN NABATI SEBAGAI PENGENDALIAN LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) PADA BUDIDAYA TANAMAN TOMAT APPLICATION
Lebih terperinciPengaruh Biopestisida Ekstrak Mimba Terhadap Tingkat Serangan Hama dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merrill.)
Pengaruh Biopestisida Ekstrak Mimba Terhadap Tingkat Serangan Hama dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merrill.) J. Reditiya Alumni Fakultas Pertanian UTM inisiasijurnal@gmail.com ABSTRACT Soybean
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik. Cita rasa dan beragamnya jenis buah-buahan
Lebih terperinciPENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI
PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI Oleh Ahmad Fitriyanto NIM 091510501143 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciPengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)
Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2009, Vol. 6, No. 2, 53-59 Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. petani melakukan pencampuran 2 6 macam pestisida dan melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pestisida sintetis dilingkungan pertanian khususnya tanaman Hortikultural menjadi masalah yang dilematis. Rata-rata petani sayuran masih melakukan penyemprotan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor. Sebagai salah satu tanaman rempah yang bernilai ekonomi tinggi, tanaman lada dijadikan komoditas
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelaksanaan dimulai bulan April
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa
Lebih terperinci