ISSN PENTINGNYA PROMOSI KEAMANAN PANGAN DI SEKOLAH UNTUK MENYELAMATKAN GENERASI PENERUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISSN PENTINGNYA PROMOSI KEAMANAN PANGAN DI SEKOLAH UNTUK MENYELAMATKAN GENERASI PENERUS"

Transkripsi

1 InfoPOM BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN POM RI ISSN PENTINGNYA PROMOSI KEAMANAN PANGAN DI SEKOLAH UNTUK MENYELAMATKAN GENERASI PENERUS Latar belakang Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini sering berdampak pada gangguan kesehatan, contohnya adalah MEWASPADAI CEMARAN kejadian keracunan pangan akibat tidak higienisnya proses AFLATOKSIN PADA PANGAN pengolahan sampai dengan penyajiannya dan penggunaan bahan kimia berbahaya yang berisiko menimbulkan penyakit BIJAKSANA DALAM degeneratif, kanker, bahkan kematian. Selain itu penggunaan MENGGUNAKAN PRODUK Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang melebihi batas maksimal penggunaan dan pola konsumsi yang tidak seimbang SUPLEMEN MAKANAN juga berdampak buruk pada kesehatan. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting IAL R O T EDI mengingat anak sekolah merupakan cikal bakal SDM suatu bangsa. Pembaca yang terhormat, Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini sering berdampak pada gangguan kesehatan, Salah satu yang menjadi perhatian serius adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah merupakan cikal bakal SDM suatu bangsa. Data pengawasan PJAS Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) pada tahun menunjukkan bahwa 40-44% PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia berbahaya, BTP melebihi batas aman serta cemaran mikrobiologi. Hal ini kami ulas dalam artikel Pentingnya Promosi Keamanan Pangan di Sekolah Untuk Menyelamatkan Generasi Penerus. Masih terkait keamanan pangan, kami juga sajikan artikel Mewaspadai Cemaran Aflatoksin pada Pangan. Aflatoksin merupakan metabolit beracun yang dihasilkan oleh kapang Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Metabolit ini dapat dijumpai pada berbagai bahan pangan, seperti jenis serealia (jagung, sorgum, beras, gandum), rempah-rempah (lada, jahe, kunyit), kacang-kacangan (almond, kacang tanah), susu (jika ternak mengkonsumsi pakan yang terkontaminasi aflatoksin), termasuk produk pangan yang terbuat dari bahan-bahan tersebut, seperti roti dan selai kacang. Aflatoksin mendapat perhatian yang besar karena memiliki potensi efek karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) terhadap tikus uji serta efek toksisitas akut terhadap manusia, sehingga harus diwaspadai. Yang tak kalah menarik adalah suplemen makanan yang merupakan produk yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Namun, apakah setiap orang memang membutuhkan suplemen makanan? Dan bagaimana cara penggunaannya yang benar? Mari kita simak pada artikel Bijaksana dalam Menggunakan Produk Suplemen Makanan. Seperti biasa, pada halaman terakhir dimuat forum PIO Nas dan Forum SIKer Nas yang berisi tanya jawab seputar informasi obat dan informasi keracunan yang penting diketahui oleh pembaca. Demikian, semoga InfoPOM edisi ini dapat memberikan manfaat. Selamat membaca. 1 InfoPOM

2 Sajian Utama Pembentukan kualitas SDM sejak masa sekolah akan mempengaruhi kualitas saat mereka mencapai usia produktif. Pangan jajanan memegang peranan dalam memberikan asupan energi dan gizi bagi anakanak usia sekolah. Hasil survei yang dilakukan di Bogor pada tahun 2004 menyatakan bahwa sebanyak 36% kebutuhan energi anak sekolah diperoleh dari pangan jajanan yang dikonsumsinya (Guhardja S dkk, 2004). Sayangnya, peranan strategis ini tidak diimbangi dengan mutu dan keamanan pangan jajanan yang baik. Berdasarkan data pengawasan PJAS yang dilakukan Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) bersama Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun menunjukkan bahwa 40-44% PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia berbahaya, BTP melebihi batas aman serta cemaran mikrobiologi. Data Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan yang dihimpun oleh Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan - BPOM RI dari Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun menunjukkan bahwa 17,26-25,15% kasus terjadi di lingkungan sekolah dengan kelompok tertinggi siswa sekolah dasar (SD). Hasil monitoring dan verifikasi Profil Keamanan PJAS Nasional yang dilakukan oleh Badan POM RI tahun 2008 menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan gizi dan keamanan PJAS dengan responden siswa SD adalah sekitar 63,0 (cukup). Pengetahuan gizi dan keamanan pangan merupakan hal penting yang harus dimiliki siswa, dan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih pangan yang akan dibeli. Berbagai teori klasik tentang perubahan perilaku menjelaskan bahwa praktek seseorang dalam kesehatan akan baik apabila sikapnya juga positif, sedangkan sikap positif akan tumbuh apabila pengetahuannya memadai. Dengan pengetahuan gizi dan keamanan pangan yang memadai, diharapkan siswa akan memilih pangan yang aman dan bergizi sehingga mampu melindungi dirinya dari pangan yang membahayakan kesehatan. Dari model matematis perubahan perilaku yang dimulai dari menerima informasi, berubah menjadi pengetahuan, menjadi sikap dan menjadi praktek hingga melekat menjadi kebiasaan, menunjukkan bahwa setiap tahap perubahan terjadi pengurangan perilaku. Apabila menggunakan probabilitas maksimum sebesar 0,5 (50%), maka dari seluruh informasi yang kadarnya 100%, akan berkurang menjadi 50% pada sasaran pengetahuan, kemudian menjadi 25% pada sasaran sikap, dan berkurang lagi menjadi 12,5% pada sasaran praktek, hingga akhirnya hanya menjadi 6,25% melekat pada kebiasaan. Oleh karena itu apabila diinginkan pencapaian sasaran optimal 100%, maka diperlukan upaya 16 kali lipat termasuk upaya yang lebih cerdas seperti pendekatan promosi keamanan pangan. Pada dasarnya tujuan promosi keamanan pangan di sekolah adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan atau sikap siswa sekolah, guru, masyarakat sekolah, serta masyarakat di sekitarnya yang akan berpengaruh terhadap perilaku 2 InfoPOM

3 Sajian Utama hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan dan pengawasan keamanan pangan yang dilaksanakan secara mandiri oleh komunitas sekolah. Promosi Keamanan Pangan tidak hanya melakukan perubahan perilaku siswa tetapi juga perubahan pada determinan perilaku, seperti: 1. Faktor lingkungan fisik Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran siswa sekolah akan keamanan pangan yang dikonsumsi, dan pengembangan fasilitas PJAS berupa penyediaan kantin sehat sekolah serta fasilitas penjaja di luar kantin dalam menyediakan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi dapat meminimalkan kasus keracunan makanan 2. Faktor lingkungan sosial Sifat siswa sekolah yang sering tergiur dengan harga murah dan tampilan makanan yang menarik membuat mereka tidak memperhatikan apakah makanan yang dikonsumsi aman bagi kesehatan. 3. Faktor lingkungan budaya Budaya hidup sehat dan kebiasaan siswa yang kondusif seperti misalnya kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, meletakkan makanan pada wadah yang tertutup dan sebagainya, berpengaruh terhadap pencapaian keamanan pangan. Strategi dan Program Promosi Keamanan Pangan Dengan mengadopsi Strategi Global Promosi Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO 1994) maka strategi promosi keamanan pangan di sekolah dilakukan melalui : 1. Advokasi, yaitu ragam tindakan yang dirancang untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan masyarakat dan dukungan sistem untuk mewujudkan tujuan program. Pencanangan Gerakan Aksi Nasional PJAS yang Aman, Bermutu dan Bergizi oleh Wakil Presiden Boediono pada tanggal 31 Januari 2011 merupakan langkah awal advokasi yang telah dilakukan BPOM untuk melibatkan lintas sektor terkait Kementerian, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, lembaga internasional/donor, instansi swasta melalui CSR, LSM, dan instansi non pemerintah lainnya dalam menuntaskan permasalahan dan meningkatkan keamanan, mutu, gizi PJAS di Indonesia. Advokasi selanjutnya dilakukan dengan membentuk Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Nasional (Tim JKPN) yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No 23 Tahun 2011 yang merupakan forum komunikasi antar instansi terkait dalam mengintegrasikan berbagai program keamanan pangan untuk sekolah yang dilaksanakan di masing-masing instansi sehingga penanggulangan masalah PJAS dapat lebih komprehensif dan terpadu serta pembentukan gugus tugas Nasional dan Regional. Kegiatan advokasi lainnya berupa dilaksanakannya workshop JKPN untuk memperoleh dukungan kebijakan terhadap program yang akan dilaksanakan berupa penyusunan regulasi terkait PJAS, penyusunan Norma, Standar, Peraturan, Kriteria terkait PJAS,model pengelolaan PJAS, model kantin sehat, replikasi model, penggalangan sumber daya melalui kemitraan, pedoman sampling dan penetapan prioritas sampling PJAS dan tindaklanjutnya. 2. Dukungan sosial, yaitu suatu kegiatan untuk memperoleh dukungan dari komunitas sekolah dan masyarakat terhadap program yang dilaksanakan. Dukungan sosial juga dimaksudkan untuk memperoleh peran serta aktif komunitas sekolah dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang 3 InfoPOM

4 kondusif bagi berlakunya perubahan perilaku. Dukungan sosial juga diwujudkan dalam keterlibatan lingkungan sekitar kelompok sasaran dalam upaya mendorong akselerasi perubahan perilaku. 3. Pemberdayaan, yaitu kegiatan pemberdayaan komunitas sekolah dilakukan melalui penyuluhan Keamanan PJAS untuk meningkatkan pengetahuan tentang keamanan PJAS dan memperbaiki perilaku higiene dan sanitasi; pengelolaan PJAS; Pelatihan Audit Internal di sekolah dan pemberdayaan UKS, Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah, Kampanye Keamanan PJAS, Penyuluhan untuk Komunitas Sekolah (produsen PJAS, Guru, Siswa, Orang Tua, Komite Sekolah, Penjaja dan Pengelola PJAS) tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Pameran PJAS yang sehat; Lomba Kantin Sehat Sekolah dan sebagainya. Metode dan Teknik Promosi Keamanan Pangan Metode dan teknik promosi keamanan pangan dilakukan dengan menggunakan alat bantu atau teknologi untuk menjangkau sasaran tersebut. Penggunaan alat bantu tergantung pada besar kecilnya kelompok sasaran dan pada umumnya dibedakan menjadi : a. sasaran individu, dengan menggunakan metode konseling pada siswa b. sasaran kelompok, dengan menggunakan metode ceramah, presentasi dan diskusi c. sasaran kelompok ramai, dengan menggunakan metode tidak langsung, misalnya melalui talkshow Keamanan Pangan dengan bekerja sama dengan Kementerian terkait, penyebaran leaflet dan poster, spanduk dan umbul-umbul. Penutup Promosi keamanan pangan di sekolah adalah cara untuk memberdayakan komunitas sekolah dan masyarakat agar mengetahui, mau dan mampu secara mandiri berperilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan dan pengawasan keamanan pangan di lingkungan sekolah. Dengan demikian, diharapkan siswa sekolah sebagai generasi penerus bangsa terhindar dari PJAS yang tidak sehat sehingga akan tumbuh dan berkembang sesuai harapan kita semua. (Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan) Rujukan 1. Badan POM RI, Upaya Badan POM dalam Upaya Menghadapi Tantangan Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah, Jakarta, Badan POM, RAN Gerakan Menuju PJAS yang Aman, bermutu dan Bergizi, Jakarta, Pusat Promosi Kesehatan, Departemen Kesehatan, Promosi Kesehatan di Sekolah, Jakarta, Notoatmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi., Jakarta : Penerbit Rineka Cipta, InfoPOM

5 Artikel MEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN Kapang dapat menghasilkan parasiticus dapat tumbuh pada tubuh hewan tersebut menjadi metabolit beracun yang disebut jenis pangan tertentu serta pada aflatoksin M1 dan M2, yang dapat mikotoksin. Mikotoksin terutama pakan hewan, kemudian diekskresikan dalam susu dan dihasilkan oleh kapang saprofit menghasilkan aflatoksin. urin. yang tumbuh pada bahan pangan atau pakan hewan. Setelah tahun 1970, diketahui bahwa mikotoksin dapat menimbulkan penyakit pada manusia, bahkan dapat menyebabkan kematian. Toksisitas mikotoksin dapat bersifat akut maupun kronik, tergantung pada jenis dan dosisnya. Terdapat beberapa jenis aflatoksin utama, yaitu aflatoksin B1, B2, G1, dan G2. Keempat jenis aflatoksin tersebut biasanya ditemukan bersama dalam berbagai proporsi pada berbagai jenis pangan dan pakan hewan. Aflatoksin B1 biasanya paling mendominasi dan bersifat paling toksik. Aflatoksin B1 dan B2 Aflatoksin merupakan mikotoksin dihasilkan oleh Aspergillus flavus yang dihasilkan oleh kapang dan Aspergillus parasiticus. Aspergillus flavus dan Aspergillus Sedangkan aflatoksin G1 dan parasiticus. Keberadaan toksin ini aflatoksin G2 hanya dihasilkan dipengaruhi oleh faktor cuaca, oleh Aspergillus parasiticus. Jika Sumber Pangan yang Dapat terutama suhu dan kelembaban. aflatoksin B1 dan G1 masuk ke Terkontaminasi Aflatoksin Pada kondisi suhu dan dalam tubuh hewan ternak melalui Aflatoksin dapat dijumpai pada kelembaban yang sesuai, pakannya, maka senyawa berbagai bahan pangan, misalnya Aspergillus flavus dan Aspergillus tersebut akan dikonversi di dalam jenis serealia (jagung, sorgum, 5 Gambar 1. Kapang Aspergillus flavus InfoPOM

6 Gambar 2.Jagung yang Ditumbuhi Kapang Aspergillus beras, gandum), rempah-rempah (lada, jahe, kunyit), kacangkacangan (almond, kacang tanah), susu (jika ternak mengkonsumsi pakan yang terkontaminasi aflatoksin), termasuk produk pangan yang terbuat dari bahan-bahan tersebut, seperti roti dan selai kacang. Namun, komoditi yang mempunyai tingkat risiko tertinggi terkontaminasi aflatoksin adalah jagung, kacang tanah, dan biji kapas (cotton seed). Aflatoksin seringkali ditemukan pada tanaman sebelum dipanen. Setelah pemanenan, kontaminasi dapat terjadi jika hasil panen terlambat dikeringkan dan disimpan dalam kondisi lembab. Serangga dan tikus juga dapat memfasilitasi masuknya kapang pada komoditi yang disimpan. Efek Aflatoksin terhadap Kesehatan Aflatoksin mendapat perhatian yang lebih besar daripada mikotoksin lain karena memiliki potensi efek karsinogenik terhadap tikus uji serta efek toksisitas akut terhadap manusia. Pada sejumlah spesies hewan, aflatoksin dapat menyebabkan nekrosis akut, sirosis, dan karsinoma hati serta berpotensi mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Tidak ada hewan yang resisten terhadap efek toksik akut aflatoksin, oleh karena itu sangat logis jika diasumsikan bahwa manusia juga mungkin dapat mengalami efek yang sama. Pada kebanyakan spesies hewan, LD 50 aflatoksin berkisar antara 0,5 hingga 10 mg/kg berat badan. Pada tahun 1988, IARC menggolongkan aflatoksin B1 pada daftar karsinogen terhadap manusia. Hal ini didukung dengan sejumlah hasil penelitian epidemiologi di Asia dan Afrika yang menunjukkan hubungan positif antara diet aflatoksin dan kanker sel hati (Liver Cell Cancer = LCC). Sebagai tambahan, timbulnya penyakit yang berhubungan dengan aflatoksin pada manusia kemungkinan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, status nutrisi, dan/atau paparan bahan lain, seperti virus hepatitis (HBV) atau infestasi parasit. Gejala Aflatoksikosis Manusia dapat terpapar aflatoksin melalui pangan yang dikonsumsinya. Paparan aflatoksin ini sulit dihindari karena pertumbuhan jamur penghasil aflatoksin pada pangan tidak mudah dicegah. Keracunan akibat mengkonsumsi pangan atau pakan yang tercemar aflatoksin disebut aflatoksikosis. Beberapa negara, terutama negara dunia ketiga, seperti Taiwan, Uganda, dan India telah melaporkan adanya bukti terjadinya aflatoksikosis akut pada manusia. Di negara-negara maju, kontaminasi aflatoksin pada 6 InfoPOM

7 pangan jarang terjadi pada tingkat yang dapat menimbulkan aflatoksikosis akut terhadap manusia. Penelitian toksisitas paparan oral aflatoksin terhadap manusia difokuskan pada potensi karsinogeniknya. Kerentanan relatif manusia terhadap aflatoksin masih belum diketahui, meskipun pada studi epidemiologi di Afrika dan Asia Tenggara, tempat dimana banyak terjadi insiden hepatoma, telah ditemukan kaitan antara insiden kanker dengan kandungan aflatoksin dalam diet. Hasil penelitian tersebut tidak membuktikan adanya hubungan sebab akibat, tetapi dapat menjadi bukti adanya kaitan. Pada manusia, kasus aflatoksikosis sesungguhnya jarang dilaporkan, tetapi kebanyakan kasus tidak selalu dikenali sebagai aflatoksikosis. Kita patut curiga bahwa telah terjadi aflatoksikosis jika ditemukan suatu penyakit yang menunjukkan karakteristik sebagai berikut: - Penyebab penyakit tidak dapat segera teridentifikasi. - Penyakitnya tidak menular. lainnya hanya memberikan sedikit pengaruh. - Kejadiannya bersifat musiman (kondisi cuaca dapat mempengaruhi pertumbuhan kapang). Efek berat aflatoksikosis pada hewan (yang diperkirakan bisa juga terjadi pada manusia) dikategorikan ke dalam dua bentuk utama, yaitu aflatoksikosis akut (jangka pendek) dan aflatoksikosis kronik (jangka panjang). Aflatoksikosis akut dapat diakibatkan oleh konsumsi aflatoksin dalam tingkat sedang hingga tinggi. Beberapa gejala umum aflatoksikosis adalah edema anggota tubuh bagian bawah, nyeri perut, dan muntah. Secara spesifik, paparan akut aflatoksin dapat menyebabkan perdarahan, kerusakan hati secara akut, edema, perubahan pada pencernaan, dan kemungkinan kematian. Tertelannya aflatoksin dalam jumlah besar umumnya terjadi di peternakan. Organ target aflatoksin adalah hati. Setelah aflatoksin masuk ke hati, lipid menyusup ke dalam hepatosit dan menyebabkan nekrosis atau kematian sel hati. Hal ini terutama disebabkan oleh metabolit aflatoksin yang bereaksi secara negatif dengan protein sel lain, yang menyebabkan penghambatan metabolisme karbohidrat dan lemak serta sintesis protein. Akibat penurunan fungsi hati, terjadi gangguan mekanisme pembekuan darah, ikterus (jaundice), dan penurunan - Penyebab penyakit diduga diakibatkan oleh jenis pangan tertentu. - Pemberian antibiotik atau obat Gambar 3. Kacang Tanah yang Ditumbuhi Kapang Aspergillus Vol. 12 No. 5 September - Oktober InfoPOM

8 protein serum esensial yang disintesis oleh hati. Aflatoksikosis kronik disebabkan oleh konsumsi aflatoksin dalam tingkat rendah hingga sedang. Efek yang ditimbulkan biasanya bersifat subklinis dan sulit dikenali. Gejala aflatoksikosis kronik dapat berupa penurunan laju pertumbuhan, penurunan produksi susu atau telur, dan imunosupresi. Beberapa pengamatan menunjukkan adanya karsinogenisitas, terutama terkait dengan aflatoksin B1. Tampak jelas terjadinya kerusakan hati karena timbulnya warna kuning yang menjadi karakteristik jaundice, serta timbul pembengkakan kandung empedu. Imunosupresi disebabkan oleh reaktivitas aflatoksin dengan sel T, penurunan aktivitas vitamin K, dan penurunan aktivitas fagositosis makrofag. Pada hewan, efek imunosupresi akibat aflatoksin ini memberi kecenderungan terkena infeksi sekunder dari jamur lain, bakteri, maupun virus. Penatalaksanaan Aflatoksikosis Permulaan/onset gejala aflatoksikosis dapat timbul lebih dari 8 jam setelah paparan. Pada kasus masuknya aflatoksin melalui oral, untuk mengikat aflatoksin yang masuk dapat diberikan sejumlah besar adsorben, misalnya arang aktif. Pemberian antioksidan, seperti ellagic acid dan penginduksi sitokrom P450, seperti indole-3- carbinol dapat diberikan untuk memberikan efek proteksi. Pertolongan penunjang yang dapat diberikan adalah memonitor fungsi hati, dialisis atau transfusi darah, dan pengobatan gejala. Pencegahan Masuknya Aflatoksin ke Dalam Tubuh Produksi pangan yang benarbenar bebas mikotoksin merupakan hal yang sangat sulit dilakukan. Namun, metode penyimpanan dan penanganan komoditi yang baik dapat meminimalkan pertumbuhan kapang sehingga dapat menurunkan risiko pencemaran mikotoksin pada produk pangan. Penyimpanan komoditi pangan tersebut sebaiknya di tempat yang kering (kelembaban rendah) dan sejuk (lebih baik jika disimpan di freezer). Untuk mengurangi masuknya aflatoksin ke dalam tubuh melalui pangan, sangat bijaksana jika konsumen bersikap selektif terhadap pangan yang akan dikonsumsinya, antara lain dengan menghindari mengkonsumsi pangan yang telah berjamur, telah berubah warna, telah berubah rasa atau tengik. (Pusat Informasi Obat dan Makanan) Daftar Pustaka 1. Bommakanti, A.S., and F. Waliyar. Importance of Aflatoxins in Human and Livestock Health. ( ) [diunduh Juli 2011] 2. William, J.H., et al. Human aflatoxicosis in developing countries: a review of toxicology, exposure, potensial health consequences, and intervention. The American Journal of Clinical Nutrition. Vol. 80. No. 5, p , November ( [diunduh Agustus 2011] 3.. Foodborne Pathogenic Microorganisms and Natural Toxins Handbook: Aflatoxins. ( [diunduh Juli 2010] 4.. Aflatoxins in Your Food and Their Effect on Your Health. Environmental, Health and Safety Online. ( [diunduh Juli 2011] 5.. Aflatoxins: Essential Data. CBWInfo.com ( [diunduh Juli 2011] Vol. 12 No. 5 September - Oktober InfoPOM

9 BIJAKSANA DALAM MENGGUNAKAN PRODUK SUPLEMEN MAKANAN Apakah anda mengkonsumsi suatu jenis produk suplemen makanan secara rutin? Apakah anda mengerti betul fungsi dan efek produk suplemen makanan yang anda gunakan? Marilah simak ulasan berikut ini agar anda dapat menggunakan produk suplemen makanan secara bijaksana Apa itu suplemen makanan? Suplemen makanan di Indonesia dikenal sebagai produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan apabila kebutuhan gizi yang dikonsumsi dari makanan seharihari tidak memadai. Pada umumnya produk suplemen makanan mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain berasal dari tumbuhan yang telah diketahui mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis serta dalam jumlah terkonsentrasi. Suplemen makanan bukanlah obat, sehingga tidak diperbolehkan mencantumkan klaim fungsi dan klaim kesehatan, apalagi klaim mengobati suatu jenis penyakit. Produk suplemen makanan juga tidak ditujukan untuk memperbaiki kesehatan, menyegarkan tubuh atau menggantikan zat dalam makanan. Produk suplemen makanan yang diperdagangkan di Indonesia harus terlebih dahulu didaftarkan pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) untuk dievaluasi keamanan, mutu dan kegunaannya. Setelah dinyatakan memenuhi persyaratan yang ditetapkan, produk suplemen makanan baru dapat diperdagangkan. Produk yang telah mendapat persetujuan izin edar oleh Badan POM ditandai dengan mencantumkan nomor pendaftaran pada kemasannya berupa POM SM dengan 9 digit angka untuk produk yang diproduksi di dalam negeri, dan POM SI untuk produk impor. Selain mencantumkan nomor pendaftaran, suatu produk suplemen makanan harus mencantumkan penandaan pada label atau etiketnya berupa keterangan yang lengkap mengenai komposisi, kegunaan, keamanan dan cara penggunaan serta informasi lain yang jelas dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Apakah semua orang membutuhkan suplemen makanan? Seperti yang sudah disebutkan di atas, suplemen makanan hanyalah bersifat menambahkan atau melengkapi. Jadi jelas bahwa suatu produk suplemen makanan dirancang bukan untuk menggantikan makanan. Bagaimanapun juga sebutir pil suplemen makanan tidak akan dapat menggantikan semua nutrien yang kita perlukan untuk dapat hidup sehat. Sebagai contoh, dalam buah-buahan dan sayuran terdapat berbagai senyawa antioksidan, vitamin, mineral dan serat yang saling bekerja secara alami untuk menjaga kesehatan dan melindungi tubuh terhadap serangan penyakit, namun senyawa-senyawa tersebut belum dapat diidentifikasi semuanya. Karena itu, senyawa antioksidan ini tidak akan terdapat di dalam satu pil produk suplemen makanan. Berbagai studi menunjukkan bahwa makanan yang kaya akan antioksidan, vitamin dan mineral serta serat terbukti sangat baik untuk mencegah beberapa gangguan penyakit. Sehingga tujuan utama 9 InfoPOM

10 agar tetap sehat dan mempunyai hidup yang berkualitas adalah dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang, beristirahat yang cukup serta berolah raga secara teratur, bukan dengan mengkonsumsi produk suplemen makanan. Buah-buahan dan sayuran menyediakan banyak senyawa karotenoid dan flavanoid yang bersifat antioksidan dan dapat berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan tubuh, disamping anda juga dapat menikmati kelezatannya. Jadi mengapa harus tergantung pada suplemen makanan tanpa dapat menikmati kelezatannya? Pertanyaannya sekarang, kapan anda perlu mengkonsumsi suatu produk suplemen makanan? Karena hanya berfungsi untuk melengkapi atau menambahkan, maka suplemen makanan diperlukan apabila seseorang tidak mendapat nutrien yang memadai dari makanan seharihari. Hal ini umumnya terjadi pada mereka yang sedang sakit atau baru sembuh dari sakit dimana selera makan sangat kurang sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan tubuh akan zat gizi atau nutrien. Demikian juga mereka yang telah lanjut usia atau sedang diet karena menderita suatu penyakit tertentu sehingga membutuhkan suplemen makanan tambahan. Sedangkan bagi mereka yang sehat, konsumsi makanan alami serta buah dan sayuran merupakan jalan terbaik untuk tetap hidup sehat dan berkualitas. Cara bijaksana mengkonsumsi suplemen makanan Apabila anda merasa perlu mengkonsumsi suatu produk suplemen makanan, maka sebelumnya anda harus yakin produk mana yang terbaik dan memang benar-benar anda butuhkan. Hal ini terkait erat dengan kondisi tubuh kita serta cara mengkonsumsi suplemen makanan dengan tepat. Perlu diketahui bahwa saat ini, berbagai makanan yang dijual telah banyak yang diperkaya atau difortifikasi dengan berbagai nutrien, misalnya tepung terigu yang beredar di Indonesia saat ini wajib difortifikasi dengan vitamin B1, B2, asam folat, mineral besi dan seng. Bila anda mengkonsumsi produk yang telah diperkaya dengan nutrien seperti itu, sebaiknya memiliki gambaran seberapa banyak kandungan gizi yang telah diperoleh dari makanan yang dikonsumsi tersebut. Ini akan menghindari anda dari kelebihan perolehan suplemen, dan tentu mengkonsumsi sesuatu yang sebenarnya tidak diperlukan tubuh bahkan membebani tubuh anda untuk memetabolismenya, serta tentu saja akan memboroskan uang. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan apabila mengkonsumsi suatu produk suplemen makanan, antara lain: 1. Jangan mengandalkan produk suplemen makanan sebagai sumber nutrisi utama. Apabila anda ingin hidup sehat secara alami, konsumsilah berbagai buah-buahan dan sayuran yang kaya akan nutrien. 2. Pastikan produk suplemen makanan yang akan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan anda. Perhatikan juga takaran dan cara penggunaannya. Apabila anda tidak cukup mengetahui perihal suplemen makanan, konsultasikan dengan tenaga kesehatan. Mintalah mereka untuk melengkapi datadata takaran atau jumlah vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh anda. Perlu disadari bahwa konsumsi suplemen makanan yang berlebih akan membebani organ tubuh dengan tugas ekstra untuk mencerna, mengolah, menyerap, kemudian membuang kelebihan zat-zat dari suplemen tersebut. Hasil penelitian menyebutkan bahwa terlalu banyak mengkonsumsi vitamin C akan mengganggu penyerapan tembaga, mineral yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, namun berperan penting untuk mengatur susunan kimia dan kinerja tubuh. Demikian juga dengan konsumsi mineral fosfor yang berlebih akan menghambat penyerapan kalsium. Penggunaan vitamin A, D, E dan K serta zat besi juga perlu hati-hati karena vitamin yang larut lemak tersebut tidak dibuang seketika oleh tubuh. Jika mengkonsumsi vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan C, 10 InfoPOM

11 akan lebih mudah diserap jika dikonsumsi bersama makanan atau segera sesudah makan. 3. Pastikan produk suplemen makanan yang akan dikonsumsi aman. Berbagai jenis dan merek suplemen makanan dapat dibeli secara bebas. Pastikan bahwa produk yang anda konsumsi telah dievaluasi mutu, keamanan dan kegunaannya dengan sudah terdaftar pada Badan POM. Bersikaplah bijak dan kritis, jangan terpengaruh oleh berbagai iklan dan promosi. Selain itu, perhatikan pula masa kadaluarsa dari produk suplemen makanan tersebut. 4. Baca dan pelajari penandaan yang ada dalam kemasan produk suplemen makanan. Informasi yang dapat diperoleh pada label kemasan diantaranya adalah: Manfaat produk. Komposisi kandungan bahanbahan dari produk tersebut. Cara pemakaian dan dosis yang menunjukkan aturan pakai yang benar dalam sekali pemakaian dan dalam sehari. Petunjuk lainnya seperti tentang cara penyimpanan yang baik dan peringatan. Produsen produk tersebut. 5. Perhatikan resiko interaksi dengan obat. Banyak orang beranggapan bahwa suplemen makanan amanaman saja bila dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan medis dari dokter, bahkan bisa mendukung pengobatan. Namun semua ini tidak selamanya benar. Kandungan suplemen makanan dapat meningkatkan daya serap terhadap obat tertentu sehingga dapat terjadi over dosis/keracunan obat, tetapi ada juga yang dapat menghambat penyerapan obat tersebut sehingga tidak efektif untuk pengobatan. Oleh karena itu perhatikan informasi yang tertera pada label suplemen makanan serta informasi yang tertera pada label obat. 6. Utamakan gaya hidup sehat Untuk mencapai hidup sehat, faktor yang terpenting dan sangat menentukan adalah komitmen kita untuk mengutamakan aturanaturan hidup sehat. Gaya hidup sehat adalah paket seumur hidup yang terdiri dari, pola makan seimbang, istirahat yang cukup, olah raga secara rutin, tidak menggunakan zat-zat yang bersifat adiktif dan dapat membahayakan kesehatan (misalnya minuman beralkohol dan rokok) dan keseimbangan spiritual. Kesimpulan Suplemen makanan hanyalah sebagai bahan pelengkap yang tidak dapat menggantikan makanan kita sehari-hari. Zat gizi yang kita butuhkan sebenarnya sudah kita dapatkan dalam makanan kita sehari-hari, seperti nasi, laukpauk, sayur dan buah-buahan. Dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, cukup istirahat dan olah raga secara teratur, tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol, hidup yang teratur, kehidupan spiritual yang seimbang, dapat menghindari stress, serta hidup dengan lingkungan yang bersih, maka sebenarnya produk suplemen makanan sudah tidak dibutuhkan lagi. Perlu diingat bahwa obat terbaik bagi kesehatan dan kebugaran tubuh adalah makanan sehat yang kita konsumsi seharihari. Apabila faktor-faktor baik yang telah disebutkan tadi tidak semuanya dapat dipenuhi, maka penggunaan suplemen makanan mungkin diperlukan, namun konsumsi suplemen makanan tetap harus memperhatikan tujuan atau sasarannya secara tepat. (DR. Tepy Usia, Apt, M.Phil, Ph.D - Direktorat Obat Asli Indonesia) 11 InfoPOM

12 FORUM PIONas IO Nas adalah Pusat Informasi Obat Nasional yang menyediakan akses informasi terstandar (Approved Label) dari semua obat yang beredar di Indonesia yang telah Pdisetujui oleh Badan POM sebagai NRA (National Regulatory Authority). PIONas melayani permintaan informasi dan konsultasi terkait dengan penggunaan Obat. Permintaan informasi ke PIONas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke PIONas (Ged. A, lt.1, BPOM, Jl. Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor / , HP nomor , informasi@pom.go.id FORUM SIKerNas IKerNas adalah Sentra Informasi Keracunan Nasional yang secara aktif mencari dan mengumpulkan data/informasi Skeracunan dan menyiapkannya sebagai informasi yang teliti, benar dan mutakhir serta siap pakai untuk diberikan/diinformasikan kepada masyarakat luas, profesional kesehatan, serta instansi pemerintah/swasta yang membutuhkannya dalam rangka mencegah dan mengobati keracunan. Permintaan informasi ke SIKerNas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke SIKerNas (Ged. A, lt.1, BPOM, Jl. Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor / , HP nomor , siker@pom.go.id Pertanyaan: Anak saya berusia 2 tahun 8 bulan, sudah mengalami batuk berdahak selama 5 hari. Obat batuk apa yang cocok untuk dikonsumsi? Saya sudah ke dokter dan diberikan obat batuk A. Mohon informasinya. Terima kasih Eva, Ibu Rumah Tangga, Makassar Jawaban: Batuk berdahak adalah batuk yang disertai dengan pengeluaran sekret (dahak). Dahak berasal dari saluran napas bagian bawah yang memicu terjadinya batuk untuk mengeluarkannya. Apabila tidak dikeluarkan, dahak akan mengganggu pernapasan. Dahak yang dikeluarkan kadang-kadang berupa cairan kental tidak berwarna/bening (disebabkan oleh bronkhitis), seperti nanah (disebabkan oleh infeksi bakteri), berwarna (disebabkan penyakit inflamasi), atau mengeluarkan bau tidak sedap (disebabkan infeksi bakteri anaerob). Batuk berdahak pada anak yang terkadang disertai pilek, biasanya terjadi akibat infeksi virus yang dapat sembuh sendiri dan hanya memerlukan perawatan suportif. Perawatan suportif dimaksudkan untuk mengurangi keparahan dan frekuensi batuk serta untuk mencegah terjadinya komplikasi. Perawatan suportif untuk batuk diantaranya dengan menghangatkan leher, meminum banyak air putih dan menghirup uap air hangat. Hal tersebut dilakukan untuk membantu mengencerkan dahak sehingga mudah untuk dikeluarkan, serta untuk mengurangi iritasi atau rasa gatal. Jika keadaan batuk berdahak belum dapat teratasi, maka dapat diberikan obat dengan kandungan zat aktif pengencer dahak (ekspektoran), seperti bromheksin, asetilsistein, succus liquiritae atau gliseril guaiakolat. Batuk berdahak jangan diobati menggunakan zat aktif penekan batuk (antitusif) karena dapat menyebabkan efek samping yang lebih berat. Antitusif diberikan untuk pengobatan batuk kering (tidak berdahak). Obat batuk A mengandung bromheksin, efeknya dapat terlihat setelah beberapa kali pemakaian. Namun jika setelah tujuh hari tidak ada perbaikan, batuk menjadi lebih berat, dahak berwarna hijau/kuning atau disertai komplikasi seperti sesak napas, demam, sakit kepala atau sakit tenggorokan, maka segera konsultasikan kembali ke dokter. *) A Adalah obat batuk anak bermerek Pertanyaan: Saya terbiasa membeli sosis untuk konsumsi keluarga. Saya ingin mengetahui bahaya yang mungkin timbul jika terlalu sering mengkonsumsinya. (Ana, ibu rumah tangga) Jawaban: Daging olahan seperti sosis dan korned umumnya menggunakan bahan tambahan pangan pengawet. Pengawet yang biasa digunakan adalah natrium nitrat, natrium nitrit, kalium nitrat dan kalium nitrit. Penggunaan pengawet bertujuan untuk membantu mencegah pembusukan, terutama untuk keperluan penyimpanan, transportasi, dan distribusi produk daging. Selain sebagai pengawet, senyawa nitrat dan nitrit juga dapat memberikan warna merah pada produk daging, unggas, dan ikan olahan sehingga memberikan tampilan segar dan menarik. Pada kadar tertentu, senyawa nitrat dan nitrit relatif aman dan tidak bersifat karsinogen (dapat menyebabkan kanker). Pembatasan kadar pengawet jenis nitrat dan nitrit didasarkan pada kemungkinan terjadinya efek yang membahayakan yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Oleh bakteri yang berada di dalam ludah dan usus, nitrat dapat diubah menjadi nitrit. Di dalam saluran cerna, nitrit dapat bereaksi dengan amina yang terkandung dalam makanan lain membentuk senyawa nitrosamin. Pada hewan uji, nitrosamin terbukti bersifat karsinogen. Pada ambang batas tertentu, nitrosamin yang terbentuk relatif tidak membahayakan, namun pada kondisi tertentu kadar nitrosamin dapat meningkat. Contohnya pada kondisi ph cairan lambung cukup tinggi (di atas 5), yang merupakan kondisi yang mendukung pertumbuhan bakteri pereduksi nitrat. Di dalam darah, nitrit dapat bereaksi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin. Tidak seperti hemoglobin, methemoglobin tidak dapat mengikat oksigen sehingga menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen dan menimbulkan kondisi methemoglobinemia. Jika kadar methemoglobin meningkat hingga 10%, maka akan timbul sianosis (ditandai dengan warna kebiruan pada kulit dan bibir); kadar di atas 25% dapat menyebabkan rasa lemah dan detak jantung cepat; sedangkan kadar di atas 60% dapat menyebabkan ketidaksadaran, koma, bahkan kematian. Sensitivitas terhadap nitrat dan nitrit pada bayi lebih tinggi daripada orang dewasa. Keracunan nitrat atau nitrit yang berakhir pada kematian kebanyakan dialami oleh bayi. Menurut Permenkes Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan, batas maksimum penggunaan pengawet kalium nitrat dan natrium nitrat pada daging olahan dan daging awetan adalah 500 mg/kg, tunggal atau campuran. Sedangkan batas maksimum penggunaan pengawet kalium nitrit dan natrium nitrit pada daging olahan dan daging awetan adalah 125 mg/kg, tunggal atau campuran. Meskipun dinyatakan aman, sebaiknya konsumen bijak dalam memilih pangan yang akan dikonsumsi dan tidak berlebihan mengkonsumsi suatu produk pangan. Redaksi menerima sumbangan artikel yang berisi informasi terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, komplemen makanan, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan tulisan melalui alamat redaksi dengan melampirkan identitas diri penulis. Penasehat Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Pengarah Sekretaris Utama Badan POM Penanggungjawab Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan Redaktur Kepala Bidang Informasi Obat Editor Dra. Tri Asti I, Apt, Mpharm; Dra. Murti Hadiyani; Sandhyani ED, S.Si, Apt Kontributor DR. Tepy Usia, Apt, M.Phil, Ph.D; Dra. Deksa Presiana, Apt, M.Kes; Dra. Dyah Nugraheni, Apt; Dra. Lucky Hayati, Apt; Dra. Sutanti Siti Namtini Ph.D; Dra. Sri Mulyani, Apt; Drh. Rachmi Setyorini, MKM; Yustina Muliani, S.Si, Apt; Judhi Saraswati, SP. MKM; Ellen Simanjuntak, SE; drg. Indah Ratnasari; Galih Prima Arumsari, S.Farm, Apt; Dewi Sofiah Sekretariat Yulinar, SKM, Msi; Arief Dwi Putranto, S.Si, Apt; Denik Prasetiawati, S.Farm, Apt; Tanti Kuspriyanto, S.Si, M.Si; Arlinda Wibiayu, S.Si, Apt; Netty Sirait, Surtiningsih Desain grafis Indah Widyaningrum, S.Si, Apt; Eriana Kartika, S.Si, Apt Fotografer Ridwan Sudiro, S.Sos PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Tlp ; Fax e-mai informasi@pom.go.id

MEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN

MEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN MEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN Kapang dapat menghasilkan metabolit beracun yang disebut mikotoksin. Mikotoksin terutama dihasilkan oleh kapang saprofit yang tumbuh pada bahan pangan atau pakan

Lebih terperinci

Volume 10, No.4 Juli 2009 ISSN

Volume 10, No.4 Juli 2009 ISSN InfoPOM BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN POM RI Volume 10, No.4 Juli 2009 ISSN 1829-9334 KAJIAN KHASIAT & KEAMANAN DAERAH ABU-ABU ANTARA OBAT DAN MAKANAN : Bagaimana Kebenaran Disampaikan

Lebih terperinci

Benarkah Ada Aflatoksin pada Kakao?

Benarkah Ada Aflatoksin pada Kakao? Benarkah Ada Aflatoksin pada Kakao? Oleh: Ayutia Ciptaningtyas Putri, S.Si PMHP Ahli Pertama Kakao merupakan salah satu komoditi utama perkebunan Indonesia dan andalan ekspor negara Indonesia. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan satu faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan masyarakat. Makanan dan minuman harus aman dalam arti tidak mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR NITRIT PADA SOSIS SAPI DI PASAR MODERN KOTA GORONTALO. Nurnaningsi Yalumini, Rama P Hiola, Ramly Abudi 1

ANALISIS KADAR NITRIT PADA SOSIS SAPI DI PASAR MODERN KOTA GORONTALO. Nurnaningsi Yalumini, Rama P Hiola, Ramly Abudi 1 ANALISIS KADAR NITRIT PADA SOSIS SAPI DI PASAR MODERN KOTA GORONTALO Nurnaningsi Yalumini, Rama P Hiola, Ramly Abudi 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food additive) saat ini sering ditemui pada makanan dan minuman. Salah satu bahan tambahan pada makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di sekolah

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. Penggemar makanan jajanan ini merata mulai dari anak-anak sampai orang dewasa sehingga pedagang makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup

Lebih terperinci

AMANKAH PANGAN ANDA???

AMANKAH PANGAN ANDA??? AMANKAH PANGAN ANDA??? BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan KEAMANAN PANGAN Pangan yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan sangat beragam jenisnya dan berkembang pesat di Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam tubuh yaitu berkisar antara 10-20%.

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang membutuhkan pertolongan segera, karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde,

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Formalin (CH 2 O) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari hidrogen, oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde, methanal, methylen

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena makanan berguna untuk menjaga kelangsungan proses fisiologis tubuh dapat berjalan dengan lancar. Makanan

Lebih terperinci

NUTRIENT, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUSAKNYA NILAI GIZI BAHAN PANGAN

NUTRIENT, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUSAKNYA NILAI GIZI BAHAN PANGAN NUTRIENT, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUSAKNYA NILAI GIZI BAHAN PANGAN Oleh Rizka Apriani Putri, M.Sc Jurdik Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta Email : rizka_apriani@uny.ac.id Makalah

Lebih terperinci

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA 2005 Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada

Lebih terperinci

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food Safety Food (keamanan pangan) diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk dikonsumsi. Safety Food secara garis besar digolongkan menjadi 2 yaitu aman

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional, dan untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional, dan untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas SDM merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional, dan untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang peranan penting,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isi dari dasar-dasar pembangunan kesehatan di Indonesia adalah adil dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang

Lebih terperinci

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 1) Laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi vitamin A diperkirakan mempengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Sekitar 250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap tahun karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, which are part of human diet. Artinya adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Glyphosate Isopropylammonium 490 g/l : Kenfosat 490 SL : N-(fosfonometil)

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA.

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA. ARTIKEL PENGABDIAN SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA Rabiatul Adawiyah 1, Umar Saifuddin 2 dan Rezqi Handayani 1 1 Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas SDM merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional, untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang peranan penting, dimana gizi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN FILE EDIT 16 November 2016 Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email mmi_stand_ot@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kepadatan penduduk tertinggi. Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia menurut provinsi tahun 2011 sekitar 241.182.182

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Imidacloprid 10% Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Kimida 10 WP Nama Kimia : (E)-1-(6-chloro-3-pyridylmethyl)-N-nitroimidazolidin-2-

Lebih terperinci

PERAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK PENJAMINAN KEAMANAN PANGAN

PERAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK PENJAMINAN KEAMANAN PANGAN PERAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK PENJAMINAN KEAMANAN PANGAN DIREKTORAT SURVEILAN DAN PENYULUHAN KEAMANAN PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan, tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan setiap insan baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis. Pangan selalu terkait

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata pelajaran Kelas Semester Alokasi waktu : SD ALAM PACITAN : IPA : V (Lima) : 1 (Satu) : 4 JP (2 x TM) I. STANDAR KOMPETENSI 1. Mengidentifikasi fungsi

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal

Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal Latar Belakang Derasnya arus globalisasi memberikan warna dan nuansa pada pola perdagangan nasional maupun internasional. Perkembangan sistem perdagangan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua itu sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sayur-sayuran berupa bagian dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN. semua itu sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sayur-sayuran berupa bagian dari tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayur-mayur merupakan makanan yang sangat menyehatkan bagi tubuh karena memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan gizinya meliputi mineral, lemak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diversifikasi pangan merupakan program prioritas Kementerian Pertanian sesuai dengan PP Nomor 22 tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis

Lebih terperinci

7 Manfaat Daun Singkong

7 Manfaat Daun Singkong 7 Manfaat Daun Singkong Manfaat Daun Singkong Penduduk asli negara Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan pohon singkong. Pohon singkong merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.23.3644 TE N TA N G KETENTUAN POKOK PENGAWASAN SUPLEMEN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latarbelakang aflatoksikosis

PENDAHULUAN Latarbelakang aflatoksikosis 1 PENDAHULUAN Latarbelakang Indonesia yang beriklim tropis memberikan kondisi yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan berbagai cendawan. Salah satu diantara cendawan tersebut adalah Aspergillus.

Lebih terperinci

Kanker - Makanan Utama yang melawan Kanker

Kanker - Makanan Utama yang melawan Kanker Kanker - Makanan Utama yang melawan Kanker Melawan Kanker dengan kombinasi makanan Tidak ada makanan tunggal dapat mengurangi resiko kanker, tetapi kombinasi makanan yang tepat dapat membantu membuat perbedaan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara untuk mendukung suksesnya pembangunan kecerdasan dan kesehatan sumber daya manusia. Nutrisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia dan konsekuensi yang buruk pada ekonomi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia dan konsekuensi yang buruk pada ekonomi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kontaminasi produk pertanian oleh mikotoksin merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia dan konsekuensi yang buruk pada ekonomi yang harus diperhatikan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

SKRIPSI SURVEY KONSUMSI DAN STUDI ANALISIS KANDUNGAN AFLATOKSIN BEBERAPA PRODUK PANGAN BERBASIS JAGUNG. Oleh : ALDILLA SARI UTAMI F

SKRIPSI SURVEY KONSUMSI DAN STUDI ANALISIS KANDUNGAN AFLATOKSIN BEBERAPA PRODUK PANGAN BERBASIS JAGUNG. Oleh : ALDILLA SARI UTAMI F SKRIPSI SURVEY KONSUMSI DAN STUDI ANALISIS KANDUNGAN AFLATOKSIN BEBERAPA PRODUK PANGAN BERBASIS JAGUNG Oleh : ALDILLA SARI UTAMI F24104001 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan akibat radikal bebas terhadap sel normal pada tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi merupakan

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat

Lebih terperinci

Kacang Tanah: SUMBER Pangan Sehat dan Menyehatkan

Kacang Tanah: SUMBER Pangan Sehat dan Menyehatkan Kacang Tanah: SUMBER Pangan Sehat dan Menyehatkan Kacang tanah sangat dekat dengan konsumsi pangan kita sehari-hari. Mulai dari berbagai macam kudapan (snack) kacang rebus, kacang garing, kacang atom,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan adanya perubahan zaman di kota-kota besar yang berpengaruh pada pola hidup dan pola makan masyarakat yang kurang sehat yaitu makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah merupakan cikal

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Inventarisasi data mutu produk formula bayi yang terdaftar di BPOM selama tahun 2004 2008 Inventarisasi data dilakukan melalui pengamatan terhadap berkas pendaftaran suatu

Lebih terperinci

PEDOMAN PEDULI OBAT DAN PANGAN AMAN GERAKAN NASIONAL

PEDOMAN PEDULI OBAT DAN PANGAN AMAN GERAKAN NASIONAL PEDOMAN GERAKAN NASIONAL PEDULI OBAT DAN PANGAN AMAN 2015 1 2 Daftar Isi Pendahuluan Definisi dan Ruang Lingkup Logo GNPOPA Peranan Stakeholder Sasaran Program Strategi Program Output dan Capaian Indikator

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU RI No. 36 Tahun 2009 pasal 3 yaitu pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RACUN ALAMI PADA TANAMAN PANGAN

RACUN ALAMI PADA TANAMAN PANGAN 1 RACUN ALAMI PADA TANAMAN PANGAN Pendahuluan Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan

Lebih terperinci

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit yang disebabkan oleh pangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan berperan penting dalam kehidupan makhluk hidup sebagai sumber tenaga, pembangun bahkan penyembuh penyakit. Sumber makanan yang dibutuhkan oleh tubuh mengandung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label PENDAHULUAN Latar Belakang Label merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label yang disusun secara baik akan memudahkan konsumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan (www.yayasan.amalia.org, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan (www.yayasan.amalia.org, 2013) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas adalah satu masa usia anak yang sangat berbeda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan bahan pangan. Kandungan gizi yang ada pada ikan sangatlah

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini.

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN)

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN) KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN) TANTAN R. WIRADARYA Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Pangan produk peternakan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, selain kebutuhan sandang dan papan. Sandang dan papan menjadi kebutuhan pokok manusia karena

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan golongan antioksidan. Pigmen betalain sangat jarang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan golongan antioksidan. Pigmen betalain sangat jarang digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bit merupakan salah satu bahan pangan yang sangat bermanfaat. Salah satu manfaatnya adalah memberikan warna alami dalam pembuatan produk pangan. Pigmen yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari,

TINJAUAN PUSTAKA. Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, TINJAUAN PUSTAKA Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Langkah pertama pengeksplorasian

Lebih terperinci