SINDROM ANTIFOSFOLIPID PADA KEGUGURAN BERULANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINDROM ANTIFOSFOLIPID PADA KEGUGURAN BERULANG"

Transkripsi

1 SINDROM ANTIFOSFOLIPID PADA KEGUGURAN BERULANG Prasetyowati 1) dan Sadiman 2) 1) 2) Program Studi Kebidanan Metro Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Abstrak Abortus berulang (recurrent abortion) adalah abortus yang terjadi 3 kali secara berturut-turut dengan angka kejadian 0,4-1%. Di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo bahkan mencatat ada sekitar 169 kasus semacam itu selama Agustus Juni Penyebab terbesar kegagalan kehamilan berulang adalah gangguan prokoagulasi darah, paling tinggi insidensinya adalah oleh sindrom antibodi antifosfolipid atau sindrom antifosfolipid sebesar 67 %, sticky platelet syndrome sebesar 21 %, defisiensi activator plasminogen sebesar 9 % dan penyebab yang lainnya masing-masing di bawah 7%. Sindrom antifosfolipid dalam bidang obstretri pada saat ini belum ditemukan gambaran histopatologik spesifik pada embrio atau janin yang mengalami kematian akibat antibodi antifosfolipid. Perubahan plasenta pada penderita sindrom antibodi antifosfolipid tersebut akan mengakibatkan insufisiensi plasenta, diikuti dengan keadaan hipoksia yang akan menyebabkan kematian janin. Sampai saat ini belum ditemukan penyebab antibodi antikardiolipin yang pasti, Virus dan bakteri yang dituding sebagai penyebab baru dugaan saja. Orang yang mengalami antibodi antikardiolipin cepat merasa lelah dan pusing. Antibodi merupakan kumpulan protein yang dibentuk oleh sistem kekebalan tubuh dianggap benda asing oleh tubuh. Minum pengencer darah, mengingat kehamilan antibodi antikardiolipin termasuk kelompok kehamilan resiko tinggi dan sebaiknya ibu hamil menjaga kehamilannya dengan ektra hati-hati. Perlunya konseling prakonsepsi, yang idealnya seorang wanita dengan sindrom antifosfolipid harus mendapatkan bimbingan dan pemeriksaan sebelum kehamilannya secara jelas. pada trimester pertama dan kedua. Pengobatan dengan cara penekanan aktivitas antibodi antifosfolipid dengan prednison, pencegahan trombosis dengan heparin, dan aspirin untuk memperbaiki sirkulasi plasenta/mengatasi efek trombosan. Kata kunci: Antifosfolipid Abstract Recurrent abortion is three times abortions in consecutively that has 0,4-1% incident rate. Center Hospital Cipto Mangunkusumo record there are 169 cases from august 2000 june The biggest cause from recurrent pregnancy failed is blood procoagulation interference. The highest incident is antiphospholipid syndrome that s 67%, sticky platelet syndrome that s 21%, activator plasminogen deficiency that s 9%, and the other cause are under 7%. Antiphospholipid syndrome in obstetric sector undiscovered histopathology specific representation in embryo or fetus that died because antifosfolipid antibody. Placenta change on antibody antiphospolipid syndrome patient will make placenta insufficiency and will followed by hypoxia that can make fetus died. Until now, cause of anticardiolipin antibody is undiscovered. Virus and bacteria that accused as cause only an assumptions. People that have anticardiolipin antibody will feel tired and dizzy so quickly. Antibody is the collect of protein that formed from antibody immunity system that considered as strange thing in body. Remembering that antibody anticardiolipin pregnancy include in high risk, pregnant women should keep her pregnancy carefully. Need preconception counseling, ideally a woman with antiphospholipid syndrome must guided and bfore pregnancy check-up clearly. In first and second trisemester. Treatment with activity suppression of antibody antiphospholipid with prednisone, thrombosis preventive with heparin, and aspirin to fix placenta sirculation/superintend trombosan effects. Keyword: Antifosfolipid Prasetyowati; Sadiman: Sindroma Antifosfolipid pada Keguguran Berulang 45

2 Pendahuluan Banyak hal yang dapat menyebabkan gagalnya suatu kehamilan sehingga terjadi suatu keguguran atau gagal mencapai suatu maturitas maupun janin dilahirkan belum dapat bertahan hidup di luar kandungan. Abortus berulang (recurrent abortion) adalah abortus yang terjadi 3 kali secara berturut-turut. Angka kejadian 0,4-1% abortus berulang (recurrent abortion) (Widjanarko, 2009) 1. Di Amerika dicatat kejadian keguguran berulang mengenai wanita pertahun atau 1 % dari wanita hamil (Bick, RL dalam Ferianto, 2011) 2. Sebanyak 25 % dari seluruh kehamilan pertama akan berakhir dengan keguguran. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo bahkan mencatat ada sekitar 169 kasus semacam itu selama Agustus Juni 2001 (Kompas, 2001) 3. Apabila dilihat dari aspek janin, maka kemungkinan kelainan pembawa sifat perlu dipikirkan. Kelainan pembawa sifat pada janin dapat disebabkan karena diturunkan dari orang tuanya, tapi ada pula yang terjadi secara acak. Apabila dilihat dari sisi ibu, ada kemungkinan terjadinya ketidak mampuan tubuh ibu untuk menerima janin yang membawa pula antigen ayah akibat adanya reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan, meski cara pembuktiannya tidak mudah. Ketidakmampuan tubuh ibu untuk mendukung kebutuhan janin umumnya dapat disebabkan kelainan anatomik rahim, atau ibu memiliki penyakit yang menyebabkan terjadinya gangguan aliran darah dari ibu ke janin seperti misalnya gangguan pembekuan darah atau gangguan pembuluh darah (Sumapraja, 2010) 4. Penyebab terbesar kegagalan kehamilan berulang adalah gangguan prokoagulasi darah dimana yang paling tinggi insidensinya adalah oleh sindrom anti fosfolipid atau sindrom anti phospolipid sebesar 67 %, sticky platelet syndrome sebesar 21 %, defisiensi activator plasminogen sebesar 9 % dan penyebab yang lainnya masing-masing di bawah 7 %. Data ini menunjukan bahwa sindrom anti fosfolipid memegang peranan yang paling besar sebagai penyebab kegagalan suatu kehamilan (Bick,RL dalam Ferianto, 2011). Sumber lain mencatat bahwa % wanita yang mengalami keguguran berulang mempunyai antibodi antikardiolipin atau lupus antikoagulan. Jika seorang wanita mengalami keguguran untuk yang pertama kalinya, maka 90 % pada kehamilan < 8 minggu disebabkan oleh kelainan kromosom, dan jika mengalami keguguran berulang kali maka penyebabnya 7 % kelainan kromosom, % karena kelainan anatomi, 15 % karena kelainan hormonal (progesteron, estrogen, diabetes atau penyakit tiroid), 6 % tidak dapat dijelaskan dan sebagian besar yaitu % disebabkan karena kelainan pembekuan darah atau efek trombosit yang menyebabkan trombosis dan infark pembuluh darah plasenta. Jumlah kasus sindrom anti fosfolipid di Indonesia mencapai 400 kasus lebih, diantaranya kasus kebutaan, tuli mendadak. Sedangkan kasus kehamilan mencapai 209 kasus pada Juni 2001 (Kompas, 2001). Antibodi Anticardiolipin adalah protein yang ditemukan dalam tubuh yang bekerja melawan kardiolipin. Kardiolipin dan pospolipin lainnya adalah melekul lipid yang biasanya ditemukan dalam membran sel dan platelet serta memiliki peran penting dalm pengaturan pembekuan darah (Riswanto, 2010) 5 Antibodi antifosfolipid adalah antibodi yang ditujukan terhadap fosfolipid bermuatan negatif dan mencakup antikoagulan lupus dan antibodi antikardiolipin (Leveno, J. Kenneth, 2009) 6. Sindrom anti fosfolipid merupakan antibodi abnormal yang menimbulkan pembekuan darah sehingga menyebabkan tidak saja keguguran berulang, tetapi juga kemandulan, keracunan kehamilan, jantung, stroke, ginjal, hati hingga buta dan tuli mendadak. Sindrom anti fosfolipid bukanlah penyakit menular tetapi bisa merupakan penyakit keturunan karena berhubungan dengan genetika langsung dari penderita. Seorang penderita sindrom anti fosfolipid tidak akan merasakan gejala khusus, karena gejala yang ditunjukkan oleh sindrom anti fosfolipid adalah gejala umum. Gejala awal yang biasa dialami oleh penderita sindrom anti fosfolipid seperti kesemutan, pegal-pegal termasuk di daerah tengkuk, sakit kepala/migrain dan vertigo. Antibodi antifosfolipid mendorong terjadinya trombosis atau pembekuan darah dalam pembuluh darah. Jika terjadi di plasenta, bekuan darah akan mengganggu pasokan zat gizi dan oksigen bagi janin sehingga terjadi keguguran pada usia kehamilan tiga atau empat bulan. Jika tidak keguguran, biasanya janin tidak Prasetyowati; Sadiman: Sindroma Antifosfolipid pada Keguguran Berulang 46

3 berkembang atau meninggal dalam kandungan. Antibodi ini ditemukan pada 2% wanita, tetapi tidak semua orang yang dideteksi memiliki antibodi ini akan mengalami gangguan (Kompas, 2001). Sindroma Antifosfolipid dalam Bidang Obstetri Sindrom antifosfolipid merupakan suatu efek yang sebagian besar bersifat didapat bukan bawaan yang terdiri dari 2 sindroma klinik yang berhubungan erat tapi jelas berbeda yaitu sindrom trombosis antikoagulan lupus dan sindrom trombosis antibodi antikardiolipin. Sekalipun keduanya serupa tetapi terdapat perbedaan yang jelas dalam hal klinis, laboratorium, perbedaan biokimia terutama mengenai prevalensi, penyebab, kemungkinan mekanisme, presentasi klinis dan penanganannya. Antibodi antifosfolipid dalam sindroma ini dapat dideteksi dengan reaktifitasnya terhadap fosfolipid anion atau kompleks protein-fosfolipid dalam pemeriksaan dengan immunoassays atau dengan inhibisinya terhadap reaksi koagulasi yang bergantung pada fosfolipid yang dikenal sebagai efek lupus antikoagulan (Bick,RL. dalam Ferianto, 2011). Sindrom antibody antikardiolipin 5 kali lebih sering terjadi dibandingkan dengan sindroma antikoagulan lupus. Sindroma antikoagulan lupus sekalipun kadang-kadang berhubungan juga dengan penyakit arteri, lebih sering dihubungkan dengan trombosis vena. Antibodi antifosfolipid ini mengenai pembuluh darah dari semua ukuran (Giles, WB. dalam Ferianto, 2011) Sindrom antifosfolipid sebenarnya bermanifestasi dalam berbagai macam gejala klinis seperti keadaan hiperkoagulasi, trombositopenia, keguguran berulang, dementia yang muncul lebih dini, stroke, perubahan optik, penyakit Addison dan ruam kulit. Sindroma antifosfolipid terdiri dari dua golongan yaitu primer dan sekunder. Sindroma antifosfolipid primer sifatnya genetik dan tidak mempunyai dasar kelainan medis, sedangkan sekunder didapati pada pasien yang mempunyai dasar kelainan medis seperti pada penderita keganasan, immune thrombocytopenia purpura, leukemia, infeksi seperti sifilis, tuberkulosa, dan AIDS dan pada pasien yang mengkonsumsi obat-obatan seperti; Klorpromazin, dilantin, fansidar, hidralazin, kinidin, kinin fenotiazin, kokain, prokainamid, fenitoin, dan alfa interferon. Perubahan Plasenta pada Sindroma Antibodi Antifosfolipid Klasifikasi dalam sindroma antifosfolipid, morbiditas obstetrik disebabkan secara langsung dan tidak langsung oleh aktivitas antibodi antifosfolipid dan pembentukan trombosis pada pembuluh plasenta. Walaupun pada saat ini belum ditemukan gambaran histopatologik spesifik pada embrio atau janin yang mengalami kematian akibat antibodi antifosfolipid, pengamatan perubahan plasenta pada kematian janin akibat sindroma antibodi sntifosfolipid menunjukan adanya vaskulopati arteri spirales, infark plasenta, atau kombinasi keduanya. Perubahan plasenta pada penderita sindrom antibody antifosfolipid tersebut akan mengakibatkan insufisiensi plasenta yang akan diikuti dengan keadaan hipoksia yang akan menyebabkan kematian janin. Dasar patogenesis perubahan pada plasenta dapat berupa : a) Secara imunohistokimia, antifosfolipid Ig G akan menyebabkan berkurangnya Jumlah annexin V pada permukaan apical villi khoriales dari plasenta dengan pertumbuhan janin terhambat sehingga terjadi penurunan antikoagulan yang akan merangsang terjadinya trombosis sehingga terjadi gangguan fungsi uteroplasenter. b) Terbentuknya trombosis dapat menutup lumen pembuluh uteroplasenter sebagian atau seluruhnya, ditemukan pula peningkatan deposit fibrin atau fibrinoid pada permukaan trofoblas villi membentuk kalsifikasi plasenta. Kejadian oklusi total/partial dan kalsifikasi ini dapat menghambat aliran darah uteroplasenter gangguan fungsi nutrisi dan respirasi dengan akibat pertumbuhan janin terhambat, gawat janin hingga kematian janin. c) Gambaran histopatologik kerusakan pembuluh plasenta dan villi dapat berupa hematoma retroplasenter, peningkatan jumlah simpul sinsitia, nekrosis sel Prasetyowati; Sadiman: Sindroma Antifosfolipid pada Keguguran Berulang 47

4 trofoblas, serta hipovaskularisasi villi merupakan gambaran kelainan pada sindroma antifosfolipid dengan penyulit preeklampsia. d) Pada plasenta dengan kematian janin intrauterine dengan antibodi antifosfolipid ditemukan penurunan membran vaskulosinsitial, fibrosis pada daerah infark disertai gambaran hipovaskuler villi dan trombosis serta pertambahan jumlah simpul sinsitial yang dihubungkan dengan proses hipoksia kronik. e) Pada daerah avaskuler atau hipovaskuler villi plasenta dapat dijumpai penebalan stroma yang disertai dengan endovaskulitik hemoragik, antibodi antifosfolipid intraplasenta menyebabkan peningkatan konsentrasi laminin dan kolagen tipe-iv yang membentuk membran stroma villi, meskipun tanpa disertai perubahan konsentrasi molekul pelekat sel (Cell Adhesion Molecule/CAM, baik platelet endhotelial CAM/PECAM, Intercellular CAM-1/ICAM-1, maupun Vascular CAM- 1/VCAM-1). f) Kerusakan jaringan plasenta yang luas akibat peningkatan antibody antifosfolipid dan menyebabkan perubahan rasio tromboksanprostasiklin dan memicu aktivitas siklooksigenase-2 (cox-2) pada sel endotel. Sehingga menimbulkan meningkatkan proses agregasi trombosit, penampilan gejala preeklampsia dan memicu proses persalinan preterm. (Tambunan KL, 2000) 7 Diagnosis Sindrom Antifosfolipid pada Kehamilan Diagnosis sindrom antibody antifosfolipid ditegakkan dengan ditemukannya 1 kriteria klinis dan 1 kriteria laboratorium sesuai dengan kriteria pada kongres di Sydney Diagnosis klinis ada 3 kriteria yaitu: 1. Adanya satu atau lebih episode klinis dari trombosis arteri, vena atau bpembuluh darah kecil pada organ atau jaringan yang dapat dikonfirmasi melalui ultrasonografi (USG) dopler. 2. Morbiditas kehamilan, yaitu adanya tiga atau lebih keguguran berulang yang tidak dapat dijelaskan, satu atau lebih kematian fetus dengan morfologi normal yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. 3. Diagnosa individual yang berhubungan dengan antibody antifosfolipid yaitu adanya penyakit katup jantung, trombositopenia atau nefropati. Diagnosa laboratorium dengan kriteria yang meliputi: 1. Adanya antibodi antikardiolipin (ACA) Yaitu ditemukannya IgG atau IgM dengan titer sedang atau tinggi yang diperiksa sebanyak 2 kali atau lebih yang diperiksa dalam jarak waktu 12 minggu atau lebih. 2. Adanya anti koagulan lupus dalam plasma pada 2 atau lebih pemeriksaan dengan interval sekurangnya 12 minggu (Wantania, 2014). Epidemiologi Prevalensi sindrom antibodi antikardiolipin ini pada populasi umumnya 2-4% ternyata lebih dari setengahnya merupakan sindrom antibody antifosfolipid primer dan sekitar 30% dari penderita sitemic lupus erythematosus juga menderita sindrom antibody antifosfolipid. Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat 35 ribu kasus baru sindroma antibody antifosfolipid setiap tahunnya yang berkaitan dengan trombosis vena dan 5 ribu kasus baru yang berkaitan dengan trombosis arteri. Para pasien dengan antibodi antifosfolipid memiliki kecenderungan 3-10 kali lebih sering mengalami trombosis berulang dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki antibodi tersebut. Laporan penelitian yang pertama kali di Indonesia mengenai antibodi ini menyangkut 50 pasien dengan kematian janin berulang tanpa penyebab, dari pasien tersebut prevalensi antibodi antikardiolipin dan antikoagualn lupus lebih tinggi pada pasien abortus berulang dibandingkan dengan orang-orang sehat (Wantania, 2014) 8. Pada suatu penelitian pada donor darah ditemukan sebanyak 8 % orang sehat tanpa kelainan apapun mengandung antifosfolipid dalam titer rendah dan paling umum terjadi pada wanita muda, yang disebut bentuk primer. Bentuk lain terjadi bila ada kelainan yang mendasari, seperti sebanyak % pasien dengan sitemic lupus erythematosus Prasetyowati; Sadiman: Sindroma Antifosfolipid pada Keguguran Berulang 48

5 mempunyai antibody antifosfolipid dan sampai dengan 30 % pasien dengan HIV juga akan berkembang mempunyai antibody tersebut meskipun biasanya tidak menyebabkan trombosis. Penelitian pada pasien yang mengalami abortus spontan berulang, ditemukan antibody antifosfolipid ini sebanyak 15 %, sedangkan penelitian lain mendapatkan angka 21 %. Borreli dalam Ferianto, (2011) menemukan bahwa 60 % pasien dengan keguguran habitualis yang tak dapat dijelaskan menderita sindrom antifosfolipid. Lockwood dkk (1989) Ferianto, (2011) mempelajari 737 wanita hamil yang normal tanpa riwayat keguguran berulang dan dalam mendapati bahwa 0,27 % diantaranya mempunyai antikoagulan lupus dan 2,2 % mempunyai antibodi antikardiolipin Ig G atau Ig M yang meningkat. Harris dan Spinato dalm Ferianto, (2011) mempelajari 1449 wanita yang dapat hamil berturut-turut dan mendapati 1,8 % nya yang mempunyai antibodi antikardiolipin Ig G dan 4,3 %-nya untuk antikardiolipin Ig M. Pada wanita-wanita yang mempunyai antibodi antifosfolipid, 80 % diantaranya pernah mengalami keguguran paling sedikit 1 kali keguguran. Jika dihubungkan dengan penyebab fertilitas saja maka sindroma antifosfolipid ini mempunyai andil sebesar 30 %. Penatalaksanaan Konseling Pra Konsepsi Idealnya seorang wanita dengan sindrom antifosfolipid harus mendapatkan bimbingan dan pemeriksaan sebelum kehamilannya dan riwayat obstetric harus di data secara jelas. Pemeriksaan antibodi antifosfolipid dianggap perlu diperiksa jika sudah terjadi keguguran berulang 2 atau 3 kali berturut-turut pada trimester pertama kehamilan atau terjadi kematian janin dalam kandungan pada trimester ke- II atau ke- III, karena keguguran spontan pada trimester pertama kehamilan dianggap umum pada populasi normal. Harus dapat menjelaskan kemungkinan apa saja yang dapat terjadi pada ibu dan janin seperti resiko terjadinya trombosis atau stroke, keguguran preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat dan kelahiran premature dan rencana pengobatan terhadap ibu (Ferianto, 2001). Kunjungan antenatal Pada trimester pertama dan kedua, pasien harus memeriksa kehamilannya (ANC) setiap dua minggu dan kemudian tiap minggu pada trimester ketiga. Tujuan kunjungan antenatal yang lebih sering ini adalah untuk segera menemukan tanda pertumbuhan janin terhambat yaitu bila didapati tinggi fundus uteri lebih kecil dari yang diharapkan (Ferianto, 2001) Penilaian Kesejahteraan Janin Pemeriksaan ultrasonografi dianjurkan setiap 4-6 minggu mulai dari usia kehamilan minggu. Jika penderita tidak mempunyai komplikasi lain maka pemeriksaan ultrasonografi boleh dimulai pada usia gestasi minggu (Ferianto, 2001) Pengobatan a. Penekanan aktivitas antibodi antifosfolipid dengan prednison. b. Pencegahan trombosis dengan heparin dosis rendah ( ) unit secara subkutan 2 kali sehari) dan aspirin dosis rendah ( mg/hari) (Leveno, 2009). c. Perbaikan sirkulasi plasenta/mengatasi efek trombosan dengan aspirin (Munthe, 2010) 9. Pembahasan Sampai saat ini belum ditemukan penyebab antibodi antikardiolipin yang pasti, Virus dan bakteri yang dituding sebagai penyebabpun baru dugaan saja. Untuk menyelamatkan buah kehamilan ada beberapa cara antara lain meliputi: kelainan ini lebih banyak pada faktor internal dan keturunan. Bila dalam keluarga dari silsilah perempuan ada riwayat keluarga maka perlu waspada, apalagi bila sebelumnya pernah mengalami keguguran berulang, kelainan dalam kandungan dan preeklamsia. Antibodi antikardiolipin juga tidak menyebabkan bayi cacat seperti pada infeksi toksoplasma. Orang yang mengalami antibodi antikardiolipin cepat merasa lelah dan pusing. Dalam Keadaan Normal antibodi merupakan kumpulan protein yang dibentuk oleh sistem kekebalan tubuh untuk memerangi yang dianggap benda asing oleh tubuh seperti bakteri, menjadi masalah tubuh salah menilai pada kehamilan. Pada kasus antibodi antikardiolipin tubuh tubuh memgeluarkan antibodi yang digunakan untuk menyerang Prasetyowati; Sadiman: Sindroma Antifosfolipid pada Keguguran Berulang 49

6 Anticardiolipin yang dianggap musuh meski sebetulnya merupakan bagian dari membran. Kemunculan Anticardiolipin membuat darah lebih kental sehingga mendorong terjadinya trombosis atau darah beku dalam pembuluh darah. Bahayanya Anticardiolipin pada kehamilan, bekuan darah di placenta akan menggangu pasokan zat gizi dan oksigen pada janin, sehingga janin tidak bisa berkembang dan meninggal dalam kandungan. Minum Encerkan Darah, mengingat kehamilan antibodi antikardiolipin termasuk kelompok kehamilan resiko tinggi sebaiknga ibu hamil menjaga kehamilannya dengan ektra hati-hati. Cukup istirahat (tidur 8 jam perhari) menurunkan stres, makan secara benar dan baik secara kuualitas dan kuantitas, dinjurkan makan makanan yang alami. Aktifitas bebas asal tidak membahayakan kehamilan. Hindari pengawet dan penyedap bahan makanan dengan tujuan mencegah benda asing yang masuk dalam tubuh, ( 10 Simpulan Sampai saat ini belum ditemukan penyebab antibodi antikardiolipin yang pasti, Virus dan bakteri yang dituding sebagai penyebabpun baru dugaan saja. Orang yang mengalami antibodi antikardiolipin cepat merasa lelah dan pusing. Dalam keadaan normal antibodi merupakan kumpulan protein yang dibentuk oleh sistem kekebalan tubuh untuk memerangi yang dianggap benda asing oleh tubuh seperti bakteri, yang menjadi masalah tubuh salah menilai pada kehamilan. Minum encerkan darah, mengingat kehamilan antibodi antikardiolipin termasuk kelompok kehamilan resiko tinggi sebaiknga ibu hamil menjaga kehamilannya dengan ektra hati-hati Saran Konseling pra konsepsi, idealnya dilakukan seorang wanita dengan sindrom antifosfolipid yang harus mendapatkan bimbingan dan pemeriksaan sebelum kehamilannya. Riwayat obstetric harus didata secara jelas. Pada trimester pertama dan kedua, pasien juga harus memeriksa kehamilannya. Pengobatan, penekanan aktivitas antibodi antifosfolipid dengan prednison, pencegahan trombosis dengan heparin dosis rendah ( ) unit secara subkutan 2 kali sehari) dan aspirin dosis rendah ( mg/hari), perbaikan sirkulasi plasenta/mengatasi efek trombosan dengan aspirin. Daftar Pustaka 1. Widjanarko, Bambang, 2009, Abortus, abortus.html 2. Ferianto, Ahmad, 2011, Aspek Klinis Sindroma Antifosfolipid Pada Kehamilan,( 3. Kompas, 2001, Waspadai Bila Terjadi Keguguran Berulang 4. Sumapraja, Kanadi, 2010, PenyebabKeguguran Berulang ( parentsindonesia.com) 5. Riswanto, 2010, Antibodi Antikardiolipin(ACA),( ogspot.com ) 6. Leveno, J. Kenneth, dkk., 2009, Obstetri Williams Edisi 21, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta 7. Tambunan KL, 2000, Antiphospholipid Syndrome. Makalah lengkap symposium pada KOGI X, Bali 8. Wantania, 2010, Frans, 2014, Deteksi Dini Sindroma Darah Kental, manadopostonline.com 9. Munthe, Sindroma Antifosfolipid (SAF) Dalam Kehamilan, Departemen Obstetri dan Ginekologi, FK-USU/RSHAM-RSPM testanti-cardiolipin-antibody Prasetyowati; Sadiman: Sindroma Antifosfolipid pada Keguguran Berulang 50

Dr. Indra G. Munthe, SpOG

Dr. Indra G. Munthe, SpOG Dr. Indra G. Munthe, SpOG PENDAHULUAN Suatu kumpulan gejala berupa trombosis vena atau arteri disertai peninggian kadar antibodi anti post polipid (APA). SAF mengakibatkan kegagalan kehamilan yg berubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai indikasi, yaitu sebagai analgesik, antipiretik, anti-inflamasi dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai indikasi, yaitu sebagai analgesik, antipiretik, anti-inflamasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acetylsalicylic acid (ASA)/aspirin adalah obat yang banyak digunakan untuk berbagai indikasi, yaitu sebagai analgesik, antipiretik, anti-inflamasi dan antitrombotik

Lebih terperinci

INFEKSI RUBELLA DAN BAHAYANYA PADA KEHAMILAN ( STUDI PUSTAKA )

INFEKSI RUBELLA DAN BAHAYANYA PADA KEHAMILAN ( STUDI PUSTAKA ) ABSTRAK INFEKSI RUBELLA DAN BAHAYANYA PADA KEHAMILAN ( STUDI PUSTAKA ) Indahmora Bachtar, 00. Pembimbing I : Iwan Muljadi, dr. Pembimbing II : Slamet Santosa, dr.,mkes Latar belakang : Infeksi rubella,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari dan memahami golongan darah. 2. Untuk mengetahui cara menentukan golongan darah pada manusia. II. Tinjauan Pustaka Jenis penggolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ovulasi, migrasi sperma dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ovulasi, migrasi sperma dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung yang terdiri dari ovulasi, migrasi sperma dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembentukan manusia yang berkualitas dimulai sejak masih di dalam kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat proses

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1. Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Menurut Saifuddin (2001), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir

Lebih terperinci

Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik

Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Lebih terperinci

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis

Lebih terperinci

EVIDENCE BASED OF ANTIPHOSPHOLIPID SYNDROME (APS) TERHADAP KEHAMILAN

EVIDENCE BASED OF ANTIPHOSPHOLIPID SYNDROME (APS) TERHADAP KEHAMILAN EVIDENCE BASED OF ANTIPHOSPHOLIPID SYNDROME (APS) TERHADAP KEHAMILAN Siti Yulaikah* Antiphospholipid Syndrome (APS) merupakan suatu kelainan yang berciri khas terjadinya recurrent venous atau arterial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia merupakan yang tertinggi ASEAN dengan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Pertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Pertumbuhan Janin Terhambat Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Janin dengan berat badan kurang atau sama dengan 10 persentil, atau lingkaran perut kurang atau sama dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Preeklamsia merupakan salah satu kontributor utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin. Etiopatogenesis pasti sampai saat ini belum jelas dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi baik pada ibu maupun bayi. Hipertensi

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

ABORSI / ABORTUS KATA PENGANTAR. Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya)

ABORSI / ABORTUS KATA PENGANTAR. Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya) ABORSI / ABORTUS Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan Karunia-Nya kami dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan pertama kehidupan merupakan masa paling kritis dalam kelangsungan kehidupan anak. Dari enam juta anak yang meninggal sebelum ulang tahunnya yang ke lima di tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklamsia adalah suatu sindroma penyakit yang dapat menimbulkan gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator kesehatan yang digunakan untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu dan bayi, kondisi

Lebih terperinci

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

EMBOLI CAIRAN KETUBAN EMBOLI CAIRAN KETUBAN DEFINISI Sindroma akut, ditandai dyspnea dan hipotensi, diikuti renjatan, edema paru-paru dan henti jantung scr cepat pd wanita dlm proses persalinan atau segera stlh melahirkan sbg

Lebih terperinci

Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG. Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM

Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG. Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Namun

Lebih terperinci

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016

ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016 ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016 Hanifan Nugraha, 2016 ; Pembimbing I Pembimbing II : Wenny

Lebih terperinci

IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA

IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA For better health Oleh Ni Ketut Alit Armini School Of Nursing Faculty Of Medicine Airlangga University MOLA HIDATIDOSA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Definisi Prematuritas didefinisikan sebagai anak yang baru lahir belum berkembang dengan berat lahir rendah yang lahir sebelum 37 minggu kehamilan. Bayi prematur yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan bukanlah suatu nilai akhir melainkan lebih merupakan nilai instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari tercapainya tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dikenal dengan Millennium Development Goals (MDG s) hingga tahun 2015 adalah dengan menurunkan ¾ risiko jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dikenal dengan Millennium Development Goals (MDG s) hingga tahun 2015 adalah dengan menurunkan ¾ risiko jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kesakitan dan kematian ibu di Indonesia masih menjadi prioritas utama dan menjadi salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati* PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN Idawati*, Mugiati* Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab utama kematian ibu di Indonesia sekitar 25% dan menjadi penyulit kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan terkait angka kematian ibu dan anak merupakan masalah global yang sejak dulu hingga sekarang masih merupakan persoalan besar dalam dunia kesehatan. Menurut

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH ROKOK TERHADAP BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH. FX. Jarot Dwipoyono Pembimbing : July Ivone, dr., MS.

ABSTRAK PENGARUH ROKOK TERHADAP BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH. FX. Jarot Dwipoyono Pembimbing : July Ivone, dr., MS. ABSTRAK PENGARUH ROKOK TERHADAP BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH FX. Jarot Dwipoyono. 2006. Pembimbing : July Ivone, dr., MS. Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang akhir-akhir ini mulai menjalar hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan suatu virus yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh pada manusia. Virus ini akan memasuki tubuh manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi pada ibu dan janin (Manuaba, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi pada ibu dan janin (Manuaba, 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari. ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS Abstract: La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari ali_imran@gmail.com his article is to determine the risk factors

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

PENYAKIT HEMOLITIK PADA NEONATUS MADE SUANDIKA SKEP,NS,MKEP CWCCA

PENYAKIT HEMOLITIK PADA NEONATUS MADE SUANDIKA SKEP,NS,MKEP CWCCA PENYAKIT HEMOLITIK PADA NEONATUS MADE SUANDIKA SKEP,NS,MKEP CWCCA Penyakit hemolitik pada neonatus atau HDN (Hemolytic Disease of the Newborn) HDN adalah akibat lewatnya antibody IgG dari sirkulasi ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahunnya, angka kehamilan dunia semakin meningkat. Pada tahun 1995 terjadi 209,5 juta kehamilan di dunia, yang kemudian meningkat menjadi 210,9 juta pada 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktoral dengan berbagai penyebab disertai manifestasi mayor, dan penyebab kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak direncanakan, diduga atau terjadi tiba-tiba gugurnya janin dalam kandungan sebelum janin dapat

Lebih terperinci

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH Latar Belakang Kehamilan merupakan st proses luar biasa, dimana ibu bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

Diabetes Melitus Gestasional. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Diabetes Melitus Gestasional. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Diabetes Melitus Gestasional Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Diabetes melitus gestasional adalah keadaan intoleransi karbohidrat yang memiliki awitan atau pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini. dapat dijumpai 5-8 % dari semua wanita hamil diseluruh dunia dan

PENDAHULUAN. adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini. dapat dijumpai 5-8 % dari semua wanita hamil diseluruh dunia dan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Preeklampsia adalah penyakit spesifik pada kehamilan didefinisikan adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini dapat dijumpai 5-8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Umumnya prevalensi abortus sekitar % dari semua. prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Umumnya prevalensi abortus sekitar % dari semua. prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Abortus merupakan kejadian yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Umumnya prevalensi abortus sekitar 10-15 % dari semua tanda klinis kehamilan yang dikenali,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ibu hamil memiliki kebutuhan makanan yang berbeda dengan ibu yang tidak hamil, karena ada janin yang tumbuh dirahimnya. Kebutuhan makanan dilihat bukan hanya dalam

Lebih terperinci

KEHAMILAN DENGAN SINDROMA ANTIFOSFOLIPID

KEHAMILAN DENGAN SINDROMA ANTIFOSFOLIPID JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 156 178 KEHAMILAN DENGAN SINDROMA ANTIFOSFOLIPID Herlambang 1 1 Divisi Fetomaternal Bagian Kebidanan dan Kandungan FKIK Universitas Jambi / RSUD Raden mattaher Jambi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan

BAB II TINJAUAN TEORI. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer Arif, 1999) Abortus

Lebih terperinci

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Hipertensi dalam kehamilan Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi DEFINISI Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmhg sistolik atau 90 mmhg diastolik pada dua kali

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Photoplethysmograph merupakan salah satu metode penggunaan alat untuk memonitor keadaan saturasi oksigen dalam darah (arteri) pasien, untuk membantu pengkajian fisik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan 1. Definisi Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama sampai terakhir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara bermakna setelah 2 minggu (Harper, 2005). 75% di antaranya berada di Asia, Afrika (20%), dan Amerika Latin (5%).

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara bermakna setelah 2 minggu (Harper, 2005). 75% di antaranya berada di Asia, Afrika (20%), dan Amerika Latin (5%). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) merupakan masalah penting dalam dunia kedokteran, karena PJT dikaitkan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas neonatal. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama.

BAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Abortus spontan adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mampu bertahan hidup. Di Amerika Serikat definisi ini terbatas pada terminasi kehamilan sebelum 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses reproduksi yang akan berakhir dengan kelahiran bayi. Namun tak jarang kehamilan sering berakhir dengan keguguran. Umumnya kehamilan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pada lumen arteri koroner akibat arterosklerosis, atau spasme, atau gabungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA NIKEN ANDALASARI Pengertian Eklampsia Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi kejang (Helen varney;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini sangat ditakuti oleh seluruh

Lebih terperinci

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN MASITA FUJIKO Divisi Fetomaternal, Departemen Obgin FK UNHAS/ RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar Hipertiroid adalah kondisi klinik dan biokimiawi yang menunjukkan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Non Goverment Organization (NGO) Forum on Indonesian Development (INFID) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO ) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Angka kematian ibu ( AKI ) merupakan salah satu indikator yang menggambarkan indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI KASUS ITP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE TAHUN

ABSTRAK PREVALENSI KASUS ITP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE TAHUN ABSTRAK PREVALENSI KASUS ITP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE TAHUN 1997-2004 Eric Widjaja, 2006. Pembimbing utama : Dani Brataatmadja, dr, Sp.PK Pembimbing pendamping : Henki Pertamana, dr, Sp.PK ITP adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi kehamilan merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada kehamilan. Komplikasi kehamilan merupakan salah satu penyebab angka kematian ibu dan janin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Sehingga AKI mencerminkan resiko

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Sehingga AKI mencerminkan resiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan di Indonesia. Perhitungan AKI didapatkan dari jumlah kematian karena kehamilan, persalinan dan ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah disertai proteinuria pada wanita hamil dengan umur kehamilan 20 minggu

Lebih terperinci

PERSALINAN PRETERM. Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG. Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM

PERSALINAN PRETERM. Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG. Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM PERSALINAN PRETERM Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM Tujuan Definisi dan insiden Etiologi Diagnosis Penatalaksaan - Persalinan lama

Lebih terperinci

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Kelainan darah pada lupus Komponen darah Kelainan

Lebih terperinci

ABSTRAK. GAMBARAN UMUM PENDERITA PREEKLAMPSIA-EKLAMPSIA YANG DI RAW AT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANlJEL BANDIJNG PERIODE JULI 2003-JUNI 2004

ABSTRAK. GAMBARAN UMUM PENDERITA PREEKLAMPSIA-EKLAMPSIA YANG DI RAW AT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANlJEL BANDIJNG PERIODE JULI 2003-JUNI 2004 ABSTRAK GAMBARAN UMUM PENDERITA PREEKLAMPSIA-EKLAMPSIA YANG DI RAW AT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANlJEL BANDIJNG PERIODE JULI 2003-JUNI 2004 Ervan James RB, 2005 Pembimbing I : Slamet Santosa, dr., MKes Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdarahan, pereklamsi/eklamsi, dan infeksi ( Saifuddin, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. perdarahan, pereklamsi/eklamsi, dan infeksi ( Saifuddin, 2001 ). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tergolong tinggi, tercatat pada tahun 2006 jumlah kematian ibu 253 / 100.000 kelahiran hidup, di mana angka ini masih menduduki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada

BAB I PENDAHULUAN. hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dimulai dari hasil konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada kehamilan muda (TM 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga menyebabkan sistem pertahanan tubuh manusia tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama adalah perdarahan. Adapun beberapa penyebab yang lain yaitu eklamsia, infeksi, partus lama dan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA Sitti Nur Afridasari* Juminten Saimin** Sulastrianah*** *Program Studi Pendidikan Dokter **Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UHO ***Bagian Farmakologi FK UHO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian per kelahiran hidup. (Kemenkes RI 2015,h.104). Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kematian per kelahiran hidup. (Kemenkes RI 2015,h.104). Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan peningkatan Angka Kematian Ibu yang signifikan yaitu 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan kebidanan meliputi Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang alamiah atau natural bagi perempuan. Meskipun alamiah, kehamilan, persalinan dan masa setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses yang fisiologis. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari

Lebih terperinci

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO)

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO) 1 Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO) Sakit : pola respon yang diberikan oleh organisme hidup thd

Lebih terperinci

BABt PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BABt PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BABt PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang membangun sangat memperhatikan aspek kesehatan sebagai salah satu tujuan pembangunan yang memegang peranan penting dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahunnya, terjadi peningkatan angka kehamilan secara signifikan. Pada tahun 2012 sekitar 18,8 juta kehamilan terjadi di Asia Tenggara. 1 Tingginya angka kehamilan

Lebih terperinci

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung 16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi (fertilisasi) sampai lahirnya janin.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi (fertilisasi) sampai lahirnya janin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan dimulai dari konsepsi (fertilisasi) sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik-buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian Maternal merupakan kematian seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI), selama periode tahun angka kematian ibu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI), selama periode tahun angka kematian ibu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kematian ibu (AKI) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia dan juga mencerminkan kualitas pelayanan kesehatan selama kehamilan dan nifas. 1 Berdasarkan

Lebih terperinci