EVIDENCE BASED OF ANTIPHOSPHOLIPID SYNDROME (APS) TERHADAP KEHAMILAN
|
|
- Dewi Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EVIDENCE BASED OF ANTIPHOSPHOLIPID SYNDROME (APS) TERHADAP KEHAMILAN Siti Yulaikah* Antiphospholipid Syndrome (APS) merupakan suatu kelainan yang berciri khas terjadinya recurrent venous atau arterial thrombosis dan/atau hilangnya janin (Fetal Losses) yang berhubungan dengan ketidaknormalan laboratorium yang khas, seperti: meningkatnya kadar antibodies directed against membrane anionic phospholipid persistently atau secara terus menerus (yaitu: Anticardiolipid [ACL] antibody, antiphosphatidylserine) atau associated plasma proteins mereka, sebagian besar adalah beta-2 glycoprotein i (apolipoprotein h), atau bukti tentang keberadaan circulating anticoagulant. Diduga 30% abortus berulang berhubungan dengan peningkatan serum autoantibodi, terutama antibodi antifospolipin (apl). Abortus berulang yang disebabkan apl dinamakan antiphospholipid syndrome (APS). APS yang terjadi pada masa reproduksi digolongkan kepada reproductive autoimmune failure syndrome (RAFS). Kriteria RAFS adalah wanita yang mengalami abortus dengan riwayat; 1) tiga atau lebih abortus preembrionik atau abortus preembrionik berturut turut, 2) dua atau lebih kematian janin yang tidak dapat dijelaskan pada usia kehamilan diatas 10 minggu. Uji gangguan autoimun harus dipertimbangkan pada wanita dengan abortus berulang dan dilakukan pemeriksaan terhadap petanda untuk apl gammopati (terutama IgM), anti nuclear antibody (ANA), dan autoantibody spesifik organ. Kata Kunci : Antiphospholipid Syndrome, kehamilan, Abortus Alamat Korespondensi Siti Yulaikah No. HP Alamat : S2 Kebidanan FK UNPAD Jln. Prof. Eiykman 38 Bandung
2 PENDAHULUAN Sejarah antiphospholipid (apl) dimulai sejak permulaan abad 20. Tiga puluh lima tahun kemudian (1941) Mary Pangborn mendemostrasikan bahwa antigen tersebut berikatan dengan suatu bahan ekstrak lipid dari otot jantung yang akhirnya antigen tersebut disebut CARDIOLIPIN (selanjutnya disebut kardiolipin). Setelah penemuan antigen tersebut, kemajuan di bidang penelitian terhadap berbagai penyakit yang ditimbulkannya berlangsung dengan cepat. Tahun 1980 ditemukan suatu antibodi yang berhubungan dengan trombosis dan keguguran. Antibodi yang ditimbulkan oleh antigen tersebut sangat kompleks, akan tetapi dengan kemajuan teknik pemeriksaan (sekitar 1980) antibodi tersebut dinamakan antiphospholipid (apl) yang merupakan suatu antibodi yang heterogenus. Anantiphospholipid Syndrome (APS) merupakan suatu kelainan yang berciri khas terjadinya recurrent venous atau arterial thrombosis dan/atau hilangnya janin (Fetal Losses) yang berhubungan dengan ketidaknormalan laboratorium yang khas, seperti: meningkatnya kadar antibodies directed against membrane anionic phospholipid persistently atau secara terus menerus (yaitu: Anticardiolipid [ACL] antibody, antiphosphatidylserine) atau associated plasma proteins mereka, sebagian besar adalah beta-2 glycoprotein i (apolipoprotein h), atau bukti tentang keberadaan circulating anticoagulant. Diduga 30% abortus berulang berhubungan dengan peningkatan serum autoantibodi, terutama antibodi antifospolipin (apl). Abortus berulang yang disebabkan apl dinamakan antiphospholipid syndrome (APS). APS yang terjadi pada masa reproduksi digolongkan kepada reproductive autoimmune failure syndrome (RAFS). Kriteria RAFS adalah wanita yang mengalami abortus dengan riwayat; 1) tiga atau lebih abortus preembrionik atau abortus preembrionik berturut turut, 2) dua atau lebih kematian janin yang tidak dapat dijelaskan pada usia kehamilan diatas 10 minggu. Uji gangguan autoimun harus dipertimbangkan pada wanita dengan abortus berulang dan dilakukan pemeriksaan terhadap petanda untuk apl gammopati (terutama IgM), anti nuclear antibody (ANA), dan autoantibody spesifik organ. PEMBAHASAN 1. Sindrom antibodi antifosfolipid Sindrom antibodi antifosfolipid (Antiphospholipid antibody syndrom) disingkat APS adalah gangguan pada sistem pembekuan darah yang dapat menyebabkan thrombosis pada arteri dan vena serta dapat menyebabkan gangguan pada kehamilan yang berujung pada keguguran. Disebabkan karena produksi antibodi sistem kekebalan tubuh terhadap membran sel, sering disebut juga sebagai sindrom Hughes. Anti Phospholipid Syndrome (APS), merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan adanya antibodi antiphospholipid dan mengalami gejala trombosis (darah di pembuluh darah vena/arteri mudah membeku) atau mengalami keguguran berulang. Sindrom antibodi antifosfolipid (APS) didefinisikan terjadinya antifosfolipid antibodi secara berulang terjadinya tromboemboli pada vena atau arteri selama kehamilan. Sindrom antibodi antifosfolipid merupakan gangguan autoimun yang ditandai dengan antibodi dalam sirkulasi yang melawan fosfolipid membran dan setidaknya memperlihatkan satu sindrom klinis spesifik (keguguran berulang, thrombosis yang tidak dapat dijelaskan, kematian janin). Dalam keadaan normal, antibodi berfungsi baik untuk melawan kuman dan
3 infeksi yang disebabkan virus, akan tetapi kadang-kadang sistem kekebalan tubuh mengalami kerusakan sehingga menyerang tubuh sendiri. Antibodi APS ini dapat dideteksi dengan tes darah tertentu. Apabila seseorang dideteksi memiliki antibodi ini, dapat dipastikan orang tersebut dapat mengalami masalahmasalah tertentu. 2. Pembentukan APL pada Masa Kehamilan Dinding sel yang membentuk PL anionic (apl) ini akan menyebabkan gangguan perkembangan sel, koaktor kofaktor yang aktif dipicu oleh apl ini akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan jaringan plasenta. Penyebab utama kematian fetus oleh adanya apl adalah hipoksia plasenta karena insufisiensi suplai darah plasenta yang terjadi karena thrombosis, infark dan vakuolisasi desidua. apl juga bekerja langsung pada sel trofoblas dan mempengaruhi kehamilan dan menghibisi fungsi PL normal. 3. Etiologi APS merupakan kelainan otoimun yang belum diketahui penyebabnya. Pencarian sejumlah pemicu yang mungkin telah membuka spektrum lebar (a wide array) yang berhubungan dengan penyakit-penyakit rematik atau otoimun, infeksi, dan obat-obatan yang berhubungan dengan lupus anticoagulant (la) atau acl antibodies. Hubungan ini pada akhirnya dapat memberikan petunjuk tentang etiologi APS, sebagian orang dengan otoimun tertentu atau penyakit rematik juga memiliki apl antibodies. Perhatikanlah bahwa hal ini lebih mewakili persentase pasien dengan apl antibodies, dibandingkan dengan sindrom klinis APS. Dibawah ini merupakan penyebab terjadinya APS yang berakibat pada kehamilan: a) Infeksi, antara lain disebabkan oleh Sifilis, infeksi hepatitis C, infeksi HIV, infeksi virus human T-Cell Lymphotrophic tipe 1, malaria dan bacterial septicemia. b) Obat-obatan, antara lain Jantung (seperti: procainamide, quinidine, propranolol, hydralazine) dan neuroleptic atau psychiatric (phenytoin, chlorpromazine, interferon alfa, quinine, amoxicillin). c) Genetik, antara lain hubungan keluarga (keluarga penderita APS lebih mungkin memiliki apl antibodies suatu studi menunjukkan frekuensi sebesar 33%) dan hubungan human leucocyte antigen (studi terkini telah mengungkapkan hubungan antara acl antibodies dan sekelompok individu yang membawa gengen HLA tertentu, termasuk drw53, DR7 (sebagian besar masyarakat Hispanic), dan DR4 (sebagian besar orang berkulit putih)). d) Jenis kelamin, dominasi wanita telah terdokumentasikan, terutama sekali pada kasus APS sekunder. hubungan paralel APS dengan sle dan penyakit connective-tissue lainnya juga memiliki predominance wanita. e) Usia, APS lebih umum terjadi pada usia dewasa muda hingga pertengahan; bagaimanapun juga, APS juga dialami oleh anak-anak dan orang tua, onset penyakit telah dilaporkan terjadi pada anak-anak berusia 8 bulan.
4 4. Diagnosis Diagnosis APS didasarkan pada kriteria klinis pada kehamilan adanya tromboemboli, dan hasil pemeriksan laboratorium ditemukan tingginya antifosfolipid antibod Titeries yang terdapat pada dua kali atau lebih hasil pemeriksaan dengan interval 12 minggu. Klasifikasi APS tidak boleh dilakukan apabila jarak antara hasil apl yang positif dan manifestasi klinis kurang dari 12 minggu atau lebih dari 5 tahun. Diagnosis APS ditegakkan apabila memenuhi minimal 1 kriteria klinis dan 1 kriteria laboratorium. Adanya apl (LA / ACA/ anti β2-gpi) yang menetap sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Pada kriteria Sapporo dianjurkan rentang waktu minimal adalah 6 minggu di antara 2 pemeriksaan dengan hasil positif, pada kenyataannya tidak ada data yang mendukung validitas rentang tersebut. Oleh karena itu pada revisi kriteria klasifikasi yang baru rentang waktu minimal antara 2 hasil positif adalah 12 minggu hal tersebut untuk memastikan apl bersifat persisten karena apl yang berada sementara dapat menyebabkan kesalahan klasifikasi. Berdasarkan revisi kriteria klasifikasi APS maka pasien APS dibedakan menjadi 2 kategori sebagai berikut: Kategori I : apabila terdapat lebih dari satu pemeriksaan apl positif Kategori II : IIa. Hanya LA saja yang positif 5. Terapi IIb. Hanya ACA saja yang positif IIc. Hanya anti β 2 -GPI saja yang positif Anti-thrombotic terapi adalah pengobatan utama mengingat risiko tinggi berulang tromboemboli yang menjadi ciri kondisi ini. Uji klinis telah menunjukkan bahwa pasien dengan antibodi antifosfolipid dan tromboemboli vena harus ditangani dengan antagonis vitamin K (warfarin), wanita dengan keguguran berulang harus menerima profilaksis dosis heparin dan aspirin. Pada studi prospec-tively menunjukkan bahwa pada pasien setelah pemberian antikoagulan dihentikan didapati bahwa risiko kekambuhan pada pasien tersebut adalah antara 50% hingga 67% per tahun. Hasil Studi retrospektif pada pasien yang tidak menerima terapi antithrombotic didapatkan kasus berulang terjadi 52% hingga 69% pasien selama 5 hingga 6 tahun follow up tanpa terapi antitrombotik. Antithrombotic Selama Kehamilan untuk pasien obstetrik dengan APS, standar terapinya adalah dengan subcutaneous LMWH (Low-Molecular- Weight Heparin) dan aspirin dosis rendah. Pada wanita dengan lipid antiphospho antibodi dan keguguran berulang tanpa sejarah trombosis, disarankan aspirin dosis rendah dalam kombinasi dengan profilaksis unfractionated heparin dosis sedang atau profilaksis dosis heparin berat molekul rendah, yang didapatkan selama masa kehamilan. Pengobatan Pendarahan pada Pasien dengan APS Perdarahan adalah komplikasi yang jarang daripada trombosis pada pasien dengan APS. Trombositopenia yang berat dapat mengakibatkan perdarahan, keadaan umum pasien lemah, pasien dengan antibodi APS mungkin diberikan prothrombin. Secara umum, jika pendarahan hasil dari antithrom-botic terapi, jenis antithrombotic perlu dihentrikan, diberikan obat penawar tertentu (protamine sulfat untuk heparins, vitamin K untuk warfarin) dan dukungan yang
5 diberikan transfusional (plasma beku untuk heparins atau warfarin, prothrombin kompleks konsentrat untuk warfarin dan pertimbangan untuk transfusi sel darah merah untuk gejala anemia). 6. Prognosis Wanita dengan apl antibodies yang mengalami aborsi berulang memiliki prognosis baik saat kehamilan jika dirawat dengan aspirin dan heparin. 7. Pencegahan Stop dan hindari merokok, hindari kontrasepsi oral atau terapi pengganti estrogen, lakukan gerakan secara teratur, hindari terlalu lama berdiam diri di tempat tidur KESIMPULAN Anti Phospholipid Syndrome (APS), merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan adanya antibodi antiphospholipid dan mengalami gejala trombosis (darah di pembuluh darah vena/arteri mudah membeku) atau mengalami keguguran berulang. Antibodi adalah protein yang dihasilkan oleh sistem pertahanan tubuh untuk melawan benda asing yang menyerang tubuh, misalnya bakteri atau virus. Pada penyakit autoimun, kerja sistem pertahanan tubuh menjadi kacau sehingga sel atau komponen tubuh sendiri dianggap sebagai benda asing. Pada APS, tubuh menghasilkan Anti Phospholipid Antibody yaitu antibodi yang menyerang phospholipid yaitu asam lemak yang merupakan bagian dari jaringan lemak tubuh. Beberapa jenis protein yang berperan dalam proses pembekuan darah, ternyata menjadi target yang diserang oleh antibodi phospholipid. Akibatnya, darah mudah membeku. Selain itu, antibodi phospholipid juga dapat menyerang protein yang terdapat sel endotel, yaitu sel-sel yang melapisi permukaan dinding pembuluh darah. Akibatnya permukaan pembuluh darah rusak dan memicu pembentukan bekuan darah. Antibodi phospholipid juga merangsang penggumpalan sel-sel pembekuan darah atau disebut Trombosis. Trombosis dapat terjadi pada pembuluh darah vena maupun pembuluh darah arteri. Trombosis dapat menyebabkan kerusakan pada organ yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut. Kerusakan dapat terjadi pada satu organ atau pada keadaan yang parah kerusakan dapat terjadi pada beberapa organ dan mengakibatkan kematian. Penderita APS, dapat mengalami keguguran berulang karena darah pembawa nutrisi untuk janin terhambat, tidak dapat masuk ke dalam rahim. Keguguran dapat terjadi pada awal kehamilan atau pada usia kehamilan 3 bulan. Gejala lain yang dapat muncul adalah terjadinya pre-eclampsia (tekanan darah meningkat secara drastis). UCAPAN TERIMA KASIH Ditujukan kepada: 1. Tim redaksi Jurnal MNM yang telah membantu termuatnya literatur ini. 2. Kepada pengurus Yayasan MERCUBAKTIJAYA Padang yang telah memberi kesempatan pada penulis sehingga termuatnya literatur ini. 3. Keluarga besar yang ada di Solo- Jawa Tengah yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam proses penyelesaian studi dan artikel ini. 4. Kepda pihal lain yang berpartisipasi dalam proses penyususnan literature ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu
6 DAFTAR PUSTAKA 1. Nanang Sukmana, Aspek Immunologi APS. Jakarta: 30 November 1999 [diunduh tanggal 6 Januari 2010]. Tersedia dari: article&id=51:aspek-imunologiaps&catid=41:autoimmunediseases&itemid=67 2. Dito Anurogo. Rahasia di Balik Misteri Keguguran Berulang pada Wanita: Sindrom Hughes. 02-Nov-2008 [diunduh tanggal 5 Januari 2010]. Tersedia dari images/ jpg 3. Budi Handono, Firman F. Wirakusumah, Johanes C. Mose. Abortus Berulang. Bandung: PT Refika Aditama; h Errol R. Norwitz, John O. Schorge. At a Glance. Edisi ke- 2. Jakarta: Erlangga; hal Anti Phospholipid Syndrome: Penyebab Keguguran Berulang. [diunduh tanggal 6 Januari 2009]. Tersedia dari: ase.asp?id= Wendy Lim, Antiphospholipid antibody syndrome, 2009 [diunduh tanggal 5 Januari 2010].Tersedia dari: ogylibrary.org/cgi/reprint/2009/1 / Kriteria Klasifikasi Antiphospholipid Syndrome. [diunduh tangal 6 Januari 2009]. Tresedia dari: /06/26/update-kriteria-klasifikasiantiphospholipid-syndrome/
Dr. Indra G. Munthe, SpOG
Dr. Indra G. Munthe, SpOG PENDAHULUAN Suatu kumpulan gejala berupa trombosis vena atau arteri disertai peninggian kadar antibodi anti post polipid (APA). SAF mengakibatkan kegagalan kehamilan yg berubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai indikasi, yaitu sebagai analgesik, antipiretik, anti-inflamasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acetylsalicylic acid (ASA)/aspirin adalah obat yang banyak digunakan untuk berbagai indikasi, yaitu sebagai analgesik, antipiretik, anti-inflamasi dan antitrombotik
Lebih terperinciPEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari dan memahami golongan darah. 2. Untuk mengetahui cara menentukan golongan darah pada manusia. II. Tinjauan Pustaka Jenis penggolongan
Lebih terperinciDiagnosis Laboratorik pada Antiphospholipid Syndrome (APS)
Diagnosis Laboratorik pada Antiphospholipid Syndrome (APS) Sri Suryo Adiyanti Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Ciptomangunkusumo Pendahuluan
Lebih terperinciKelainan darah pada lupus eritematosus sistemik
Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit
Lebih terperinciMengenal Penyakit Kelainan Darah
Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.
Lebih terperinciJurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella
Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis
Lebih terperinciPENYAKIT HEMOLITIK PADA NEONATUS MADE SUANDIKA SKEP,NS,MKEP CWCCA
PENYAKIT HEMOLITIK PADA NEONATUS MADE SUANDIKA SKEP,NS,MKEP CWCCA Penyakit hemolitik pada neonatus atau HDN (Hemolytic Disease of the Newborn) HDN adalah akibat lewatnya antibody IgG dari sirkulasi ibu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik atau buruknya pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering kita jumpai di Intensive Care Unit (ICU) dan biasanya membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien sakit kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam keselamatan jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai
Lebih terperinciKelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik
Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Kelainan darah pada lupus Komponen darah Kelainan
Lebih terperinciShabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H
Shabrina Jeihan M XI MIA 6 G O LO N G A N D A R A H,U JI G O LO N G A N D A R A H D A N SISTEM TR A N SFU SI D A R A H G olongan darah Golongan darah -> klasifikasi darah suatu individu berdasarkan ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1. Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Menurut Saifuddin (2001), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya seperti sifilis, gonore, dan herpes. Ilmu pengetahuan yang semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kelamin merupakan fenomena penyakit yang telah lama kita kenal diantaranya seperti sifilis, gonore, dan herpes. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang, menemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
Lebih terperinciDIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM
DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
Lebih terperinciBAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI
1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS
Lebih terperinciKanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Photoplethysmograph merupakan salah satu metode penggunaan alat untuk memonitor keadaan saturasi oksigen dalam darah (arteri) pasien, untuk membantu pengkajian fisik
Lebih terperinciBAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan antara jumlah trombosit dengan kejadian pada pasien DBD (DSS) anak ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Preeklamsia sangat berhubungan dengan 5-7% morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal di seluruh dunia. Preeklamsia juga merupakan penyebab 15-20% mortalitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola perilaku seksual Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai suatu bentuk kenakalan. Hubungan bebas diartikan sebagai hubungan seksual yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu penyakit yang memiliki penyebaran di seluruh dunia. Individu yang terkena sangat sering tidak menunjukkan gejala untuk jangka waktu panjang,
Lebih terperinciKanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh
Lebih terperinciPertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Pertumbuhan Janin Terhambat Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Janin dengan berat badan kurang atau sama dengan 10 persentil, atau lingkaran perut kurang atau sama dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi urin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker leher rahim menduduki urutan pertama kejadian kanker ginekologis pada wanita secara keseluruhan di dunia. Di seluruh dunia kanker leher rahim menempati urutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai antikoagulan oral untuk terapi tromboembolisme vena dan untuk mencegah emboli sistemik
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini sangat ditakuti oleh seluruh
Lebih terperinciLeukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J
PERBEDAAN RERATA KADAR KOLESTEROL ANTARA PENDERITA ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL, INFARK MIOKARD TANPA ST- ELEVASI, DAN INFARK MIOKARD DENGAN ST-ELEVASI PADA SERANGAN AKUT SKRIPSI Diajukan oleh : Enny Suryanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara karena serangan Jantung. Salah satu penyakit yang menyebabkan kematian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian tertinggi di dunia. Hal ini disebabkan oleh karena meningkatnya populasi kematian usia produktif di banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyebab penyakit malaria ini adalah parasit
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita di negara berkembang berisiko meninggal sekitar 23 kali lebih tinggi dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas dibandingkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membahayakan, merupakan penyakit saluran cerna pada neonatus, ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enterokolitis nekrotikans (EKN) adalah penyakit yang umum sekaligus membahayakan, merupakan penyakit saluran cerna pada neonatus, ditandai dengan kematian jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia maupun di Indonesia. Penyakit Tuberkulosis merupakan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. penyakit Lupus. Penyakit ini dalam ilmu kedokteran seperti dijelaskan dalam Astuti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sekarang ini banyak dikenal berbagai macam penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus. Penyakit ini dalam ilmu kedokteran seperti dijelaskan dalam Astuti (2010) disebut
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Systemic Lupus Erithematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun yang menyerang berbagai organ dengan manifestasi gejala yang bervariatif (Nasution & Kasjmir, 1995).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama kehamilan, wanita dihadapkan pada berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, salah satunya adalah abortus. Abortus adalah kejadian berakhirnya kehamilan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi baik pada ibu maupun bayi. Hipertensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan khusus di ruang rawat intensif (ICU). Pasien yang dirawat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien sakit kritis adalah pasien dengan kondisi mengancam nyawa yang membutuhkan penanganan khusus di ruang rawat intensif (ICU). Pasien yang dirawat di ICU memiliki
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. dengan preeklamsi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang sesuai kriteria inklusi
BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian ini di dapatkan sebanyak 18 responden (60%) ibu bersalin dengan preeklamsi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang sesuai kriteria inklusi berumur 20-35 tahun. Penelitian
Lebih terperinciTETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA
IMUNODEFISIENSI PRIMER TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA 1 IMUNODEFISIENSI PRIMER Imunodefisiensi primer Tetap sehat! Panduan untuk pasien dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Angka kematian ibu ( AKI ) merupakan salah satu indikator yang menggambarkan indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )
Lebih terperinciApa itu Darah? Plasma Vs. serum
Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,
Lebih terperinciHIPERTIROID DALAM KEHAMILAN
HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN MASITA FUJIKO Divisi Fetomaternal, Departemen Obgin FK UNHAS/ RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar Hipertiroid adalah kondisi klinik dan biokimiawi yang menunjukkan meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen
Lebih terperinciKEHAMILAN DENGAN SINDROMA ANTIFOSFOLIPID
JMJ, Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 156 178 KEHAMILAN DENGAN SINDROMA ANTIFOSFOLIPID Herlambang 1 1 Divisi Fetomaternal Bagian Kebidanan dan Kandungan FKIK Universitas Jambi / RSUD Raden mattaher Jambi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian per kelahiran hidup. (Kemenkes RI 2015,h.104). Pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan peningkatan Angka Kematian Ibu yang signifikan yaitu 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Lebih terperinciFARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS
FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS dr HM Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed Farmakologi FK UNLAM Banjarbaru PENGGUNAAN OBAT PADA ANAK Perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh, maupun enzim yang bertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam (TVD)/Deep Vein Thrombosis (DVT) dan pulmonary embolism (PE) merupakan penyakit yang dapat
Lebih terperinciDiabetes tipe 2 Pelajari gejalanya
Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensive Care Unit (ICU) merupakan cabang ilmu kedokteran yang memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pasienpasien sakit kritis yang kerap membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama
Lebih terperinciKehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013
Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) merupakan salah satu penyakit di bidang hematologi yang terjadi akibat reaksi autoimun. AIHA termasuk
Lebih terperinciPerdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan
BAB XXII Perdarahan dari Vagina yang tidak normal Beberapa masalah terkait dengan menstruasi Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan Perdarahan setelah aborsi atau keguguran Perdarahan setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai
Lebih terperinciBAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia
BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring
Lebih terperinciSISTEM PERTAHANAN TUBUH
SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem
Lebih terperinciEMBOLI CAIRAN KETUBAN
EMBOLI CAIRAN KETUBAN DEFINISI Sindroma akut, ditandai dyspnea dan hipotensi, diikuti renjatan, edema paru-paru dan henti jantung scr cepat pd wanita dlm proses persalinan atau segera stlh melahirkan sbg
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada
Lebih terperinciABSTRAK. Adherence Scale (MMAS).
iv ABSTRAK HIV positif merupakan kondisi ketika terdapat infeksi Human Immunodeficiency Virus di dalam darah seseorang. Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit yang menjadi ancaman bagi setiap orang. Di antara berbagai jenis kanker, ada beberapa yang khas menyerang pada kaum wanita diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ atau kelenjar terbesar dari tubuh yang berfungsi sebagai pusat metabolisme, hal ini menjadikan fungsi hepar sebagai organ vital. Sel hepar rentan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah disertai proteinuria pada wanita hamil dengan umur kehamilan 20 minggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia merupakan yang tertinggi ASEAN dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di
Lebih terperinci- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah
- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp5darah Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana
Lebih terperincisebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang menyumbang angka kematian terbesar di dunia. Disability-Adjusted Life Years (DALYs) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Vitiligo merupakan penyakit yang tidak hanya dapat menyebabkan gangguan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vitiligo merupakan penyakit yang tidak hanya dapat menyebabkan gangguan secara kosmetik tapi juga dapat menyebabkan menurunnya kepercayaan diri seseorang. Vitiligo
Lebih terperinciTHALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010
THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,
Lebih terperinciDETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN
DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic
Lebih terperinciPengertian trombosit dan Vena
1 Pengertian trombosit dan Vena Lailatul Munawaroh TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas browsing artikel dari internet OLEH LAILATUL MUNAWAROH NIM: G0C015012 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau dikenal dengan Millennium Development Goals (MDG s) hingga tahun 2015 adalah dengan menurunkan ¾ risiko jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kesakitan dan kematian ibu di Indonesia masih menjadi prioritas utama dan menjadi salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan. Salah satu tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung
Lebih terperinciKONSEP GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS. Ns. Haryati
KONSEP GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS Ns. Haryati 2015 Lingkup Pembelajaran 1. Sejarah Golongan Darah 2. Definisi Golongan Darah 3. Jenis Golongan Darah: ABO 4. Rhesus 5. Pewarisan Golongan Darah 6. Golongan
Lebih terperinci