Bab 10 Bidang Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pos dan Telekomunikasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 10 Bidang Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pos dan Telekomunikasi"

Transkripsi

1 Bab 10 Bidang Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pos dan Telekomunikasi Penyajian data statistik pada bidang Unit Pelaksana Teknis (UPT) bidang Pos dan Telekomunikasi mencakup penyajian data pada tiga Unit pelaksana teknis yang ada Ditjen Pos dan Telekomunikasi dengan fungsi teknis yang berbeda-beda. Ketiga UPT tersebut adalah Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT), Balai Teknologi Informasi Pedesaan (BTIP) dan UPT Monitor Spektrum frekuensi radio yang mencakup Balai/Loka/Pos Monitoring di daerah-daerah yang melakukan monitoring penggunaan frekeunsi di daerah (sebanyak 35 UPT). Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Peranan Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi dalam proses Pengujian alat/perangkat telekomunikasi adalah melakukan pengujian alat/perangkat telekomunikasi berbasis radio dan radio, Electromagnetic Compatibility alat/perangkat telekomunikasi dan pelayanan kalibrasi perangkat telekomunikasi. Produk atau hasil akhir dari pengujian ini adalah bukti hasil pengujian alat yang diterbitkan oleh Balai Besar Pengujian perangkat Telekomunikasi (RHU). BBPPT dalam melaksanakan pengujian alat/perangkat telekomunikasi mengacu pada Persyaratan Teknis Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Technical Specification Regulation), Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Acuan Internasional seperti ISO, ETSI, RR, ITU, IEC. Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) adalah balai yang dibentuk dalam rangka pengelolaan pembiayaan penyediaan sarana dan prasarana telekomunikasi dan informatika perdesaan yang dilaksanakan melalui pihak ketiga. BTIP bertujuan untuk mempercepat pemerataan penyediaan akses dan layanan telekomunikasi dan informatika 208

2 perdesaan sebagai bentuk tanggungjawab pelayanan dari Departemen Komunikasi dan Informatika. Pembentukan BTIP didasari atas azas adil dan merata dalam pelayanan telekomunikasi. Azas adil dan merata, bahwa penyelenggaraan telekomunikasi memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada semua pihak yang memenuhi syarat dan hasil-hasil dinikmati oleh masyarakat secara adil dan merata Unit Pelaksana Teknis (UPT) Monitor Spektrum Frekuensi Radio mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan pengendalian di bidang penggunaan spektrum frekuensi radio yang meliputi kegiatan pengamatan, deteksi sumber pancaran, monitoring, penertiban, evaluasi dan pengujian ilmiah, pengukuran, koordinasi monitoring frekuensi radio, penyusunan rencana dan program, penyediaan suku cadang, pemeliharaan dan perbaikan perangkat, serta urusan ketatausahaan dan kerumahtangga-an. Salah satu tugas penting dari UPT Monitoring Spektrum frekuensi adalah Koordinasi monitoring spektrum frekuensi radio, penertiban dan penyidikan pelanggaran terhadap penggunaan spektrum frekuensi radio dan pelayanan/pengaduan masyarakat terhadap gangguan spektrum frekuensi radio Ruang Lingkup Ruang lingkup penyajian data pada bidang Unit Pelaksana Teknis ini dibagi untuk masingmasing UPT yang akan dipaparkan pada bagian ini Ruang Lingkup Penyajian Data BBPPT Data yang dimunculkan dalam statistik bidang pengujian perangkat telekomunikasi berupa rekapitulasi hasil uji (RHU) dan Surat Perintah Pembayaran (SP2) atas pengujian yang telah dilakukan. Kedua jenis instrumen ini diterbitkan oleh BBPPT sebagai pelaksana pengujian perangkat di Ditjen Postel. Setiap alat/perangkat telekomunikasi yang masuk ke Indonesia wajib dilakukan pengujian, sebelum digunakan dan diperdagangkan di wilayah Indonesia dengan informasi pengujian yang terdiri dari nama pemohon, nama alat, merek/type, asal negara pembuat dan informasi nomor dan tanggal RHU. Pengujian dilakukan terhadap setiap perangkat yang diajukan oleh pemohon pengujian yang berbeda. 209

3 Pada bagian pertama, data yang disajikan dan dianalisis adalah data rekapitulasi hasil uji atas pengujian yang dilakukan terhadap perangkat-perangkat telekomunikasi oleh BBPPT. Penyajian meliputi jumlah pengujian bulanan dan tahunan dan jumlah perangkat yang diuji menurut kelompok jenis perangkat dan negara asal perangkat. Pada bagian kedua penyajian data adalah besarnya penagihan dari jasa pengujian yang tercantum dalam Surat Perintah Pembayaran (SP2). Data yang digunakan berasal dari data penanganan SP2 yang menyediakan informasi nama permohonan, nama alat, merek/type, negara pabrik pembuat, tanggal diterima, jenis perangkat, besarnya pembayaran dan waktu pembayaran. Penyajian data SP2 juga akan dilakukan menurut bulan, kelompok jenis perangkat dan negara asal perangkat. Secara keseluruhan, lingkup penyajian data statistik pengujian perangkat ini. 1) RHU bulanan Januari-Desember tahun 2009 menurut negara asal perangkat 2) RHU bulanan Januari-Desember tahun 2009 menurut kelompok jenis perangkat 3) RHU bulanan Januari-Juni tahun 2010 menurut negara asal perangkat 4) RHU bulanan Januari-Juni tahun 2010 menurut kelompok jenis perangkat 5) SP2 bulanan Januari-Juni tahun 2010 menurut negara asal perangkat 6) SP2 bulanan Januari-Juni tahun 2010 menurut kelompok jenis perangkat Ruang Lingkup Penyajian Data BTIP Data-data yang disajikan dalam statistik Balai Teknologi Informasi Pedasaan meliputi datadata yang menunjukkan kierja BTIP dalam penyebaran dan pemerataan telekomunikasi dan teknologi informasi ke daerah-daerah di Indonesia. Indikator kinerja tersebut berasal dari program-program yang dijalankan oleh BTIP dalam mencapai tujuan pemerataan tersebut yaitu program Desa Berdering (Dering), Desa Pakai Internet (Desa Pinter) dan Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK). Pemyajian data meliputi : 1). Perkembangan jumlah Desa Berdering menurut propinsi sampai Juni ). Perkembangan jumlah Desa Pinter menurut propinsi sampai Juni ). Perkembangan jumlah kecamatan dalam program PLIK menurut propinsi sampai Juni Ruang Lingkup Penyajian Data UPT Monitoring Spektrum Frekuensi Penyajian data monitoring dan pelanggaran yang dilakukan UPT monitoring spektrum frekuensi merupakan wujud dari hasil pengaturan frekuensi oleh Direktorat Pengelolaan 210

4 Spektrum Frekuensi Radio sebagai regulator. Pengaturan dan penataan frekuensi dilakukan untuk menghindari terjadinya interferensi baik interferensi antar sistem maupun interferensi antar pengguna dalam suatu sistem. Pengaturan dan penataan frekuensi juga dilakukan untuk tujuan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi sehingga tidak terjadi pemborosan dalam pemakaiannya. Data yang dimunculkan dalam statistik UPT Monitoring spektrum frekuensi ini meliputi : 1) Monitoring penertiban penggunaan frekuensi oleh UPT Tahun 2009 Juni 2010; 2) Tindakan terhadap pelanggaran penggunaan frekuensi oleh UPT Tahun 2009 Juni Konsep dan Definsi Beberapa konsep dan definisi yang terdapat dalam pemaparan data tentang UPT Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi, UPT Balai Teknologi Informasi pedesaan dan UPT yang meliputi UPT monitoring spektrum frekuensi, adalah sebagai berikut : Spektrum Frekuensi Radio adalah susunan pita frekuensi radio yang mempunyai frekuensi lebih kecil dari 3000 GHz sebagai satuan getaran gelombang elektromagnetik yang merambat dan terdapat dalam dirgantara (ruang udara dan antariksa); Proses pengujian adalah proses pengujian terhadap perangkat telekomunikasi di Indonesia oleh BBPPT. Proses ini diawali dengan pengajuan oleh pemohon (pemilik alat) lengkap dengan persyaratan yang dibutuhkan ke BBPPT. Permohonan selanjutnya diperiksa kelengkapan persyaratan pengujian. Setelah dinyatakan lengkap, pengujian terhadap alat/perangkat dilakukan sesuai dengan jenis alatnya dan laboratorium atau saran pengujian yang tersedia di BBPPT. Rekapitulasi Hasil Uji (RHU) adalah rekapitulasi dari hasil pengujian terhadap perangkat yang diuji oleh UPT BBPPT dan didokumentasikan sebagai data untuk disampaikan ke Direktorat Standarisasi. Surat Perintah Pembayaran (SP2) adalah surat yang memerintahkan kepada pemilik perangkat yang diuji di UPT BBPPT untuk membayar biaya pelaksanaan pengujian sesuai dengan tarif yang diberlakukan sesuai dengan jenis pengujian dan fungsi alat 211

5 yang diuji. Pendapatan dari pelaksanaan pengujian merupakan penerimaan negara bukan pajak di Ditjen Postel. Kewajiban Pelayanan Universal (Universal Service Obligation/USO) bidang Telekomunikasi adalah kewajiban pelayanan dari pemerintah di bidang telekomunikasi dalam rangka mendukung peningkatan akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap jaringan telekomunikasi khususnya telepon. Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) adalah wilayah-wilayah yang menjadi sasaran dari program USO dibidang telekomunikasi di seluruh Indonesia. Propinsi-propinsi di Indonesia kecuali DKI Jakarta menjadi wilayah sasaran kebijakan dan program USO oleh pemerintah yang dibagi dalam 11 WPUT dengan pembagian : WPUT I WPUT II WPUT III WPUT IV WPUT V WPUT VI WPUT VII WPUT VIII WPUT IX WPUT X WPUT XI : Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat : Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung : Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung : Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah : Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan : Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah : Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara : Papua, Irian Jaya Barat : Maluku, Maluku Utara : Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur : Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur UPT Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi Balai Besar Pengujian Perangkat telekomunikasi (BBPPT) memiliki tugas untuk melakukan pengujian terhadap perangkat telekomunikasi yang masuk dan akan dipergunakan di wilayah Indonesia. Pengujian ini dilakukan untuk memastikan perangkat tersebut aman dan layak untuk digunakan di wilayah hukum Indonesia. Hasil pengujian perangkat tersebut terangkum dalam rekapitulasi hasil uji yang diklasifikasi menurut merek perangkat, jenis perangkat, negara asal perangkat dan waktu pengujian. 212

6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Pengujian perangkat telekomunikasi yang dlakukan BBPPT pada tahun 2009 jumlahnya mencapai 2173 buah yang tersebar untuk berbagai jenis perangkat. Selama 12 bulan kegiatan pengujian yang berlangsung di BBPPT pada tahun 2009, pengujian paling banyak dilakukan pada bulan November, April dan Juni. Pada bulan November dilakukan pengujian terhadap 227 perangkat, bulan April 212 perangkat dan bulan Juni 207 perangkat seperti terlihat pada tabel Tabel Rekapitulasi Hasil Pengujian Perangkat menurut Jenis Perangkat Tahun 2009 Negara BULAN Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Total Ponsel Low Power Modem Selular Antenna WLAN Radio Siaran Bluetooth Faksimile VSAT Rec- Satellite WLAN Router Gateway WLAN AccPoint Komrad Rad- Microwave Psw Telp Analog TV Siaran IP Phone Router Lainnya Jumlah Dari persebarannya menurut bulan, pengujian perangkat pada tahun 2009 cenderung tinggi pada kuartal II tahun 2009 dibanding periode lainnya. Sementara pengujian perangkat pada kuartal III tahun 2009 justru cenderung rendah sebagaimana yang terjadi pada kuartal pertama. Pola ini menunjukkan cenderung tingginya perangkat telekomunikasi yang masuk yang kebanyakan berupa telepon seluler masuk pada akhir semester pada tiap tahunnya. Proporsi terbesar dari perangkat telekomunikasi yang diuji pada tahun 2009 adalah perangkat dalam bentuk telepon seluler. Dari total perangkat yag diuji pada tahun 2009, 213

7 34,7% merupakan perangkat dalam bentuk telepon seluler, diikuti low power (6,6%), modem seluler 6,4% dan Antenna (6%). Komposisi menunjukan dominanya telepon seluer sabagi perangkat telekomunikasi yang masuk ke Indonesia seperti ditunjukkan pada gambar Secara implisit hal ini juga menunjukkan Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial bagi produk telepon seluler dari luar negeri. Gambar Komposisi perangkat yang Diuji menurut Jenis Perangkat Tahun 2009 WLAN; 5,7% Antenna; 6,0% Modem Selular; 6,4% Bluetooth; 4,5% Faksimile; 3,0% Radio Siaran; 4,9% VSAT; 3,0% Other; 16,0% Receiver Satellite; 2,1% Router; 1,3% IP Phone; 1,4% TV Siaran; 1,4% WLAN Router; 2,0% Gateway; 1,8% WLAN Access Point; 1,7% Lainnya; 7,0% Low Power; 6,6% Ponsel; 34,7% Pesawat Telepon Analog; 1,5% Radio Microwave; 1,7% Komrad; 1,7% Jika dilihat negara asal perangkat tersebut, sebagian besar perangkat telekomunikasi yang masuk Indonesia dan dilakukan pengujian pada tahun 2009 adalakah perangkat telekomunikasi asal China. Sekitar 60,3% dari perangkat telekomunikasi yang masuk dan diuji di BBPPT adalah perangkat telekomunikasi dari China, diikuti perangkat asal Amerika Serikat (8%) dan Taiwan (4,2%). Dibandingkan dengan perangkat asal China, proporsi perangkat telekomunikasi asal negara lainnya yang masuk Indonesia sangat kecil 214

8 Gambar Komposisi perangkat yang Diuji menurut Negara Asal Tahun 2009 Amerika Serikat; 8,0% Taiwan; 4,2% Italia; 3,7% Jepang; 3,0% Korea Selatan; 2,9% Jerman; 1,7% Indonesia; 1,7% Malaysia; 1,6% Thailand; 1,5% Hong Kong; 1,4% Mexico; 1,2% Honggaria; 0,5% Perancis; 0,5% Lainnya; 2,9% China; 60,3% Spanyol; 0,7% Kanada; 1,2% Inggris; 1,2% Other; 7,5% Swedia; 0,7% Singapore; 1,1% Lebih jauh lagi jika dilihat proporsi perangkat telepon yang diuji menurut jenis perangkat telepon dan negara asal pada tahun 2009 menunjukkan untuk telepon seluler, dominasi produk asal China yang masuk ke Indonesia sangat menonjol. Tabel 10.2 menunjukkan bahwa dari 755 telepon seluler yang diuji di BBPPT, 647 diantaranya merupakan telepon seluler asal China atau komposisinya mencapai 85,7% dari total telepon seluler yang diuji di BBPPT sebelum digunakan di wilayah Indonesia. Produk telepon seluler dari negara lain yang juga banyak masuk dan diuji di Indonesia adalah dari Korea Selatan. Dominasi perangkat asal China juga sangat terlihat untuk jenis perangkat WLAN baik WLAN, WLAN access point dan WLAN router yang proporsinya masing-masing mencapai 53,2%, 72% dan 83,7%. Hanya untuk jenis perangkat radio siaran saja yang tidak didominasi produk asal China dimana peragkat dari Italia lebih banyak masuk dan diuji. Sementara untuk perangkat jenis faksimile produk dari Jepang dan Malaysia cukup dapat mengimbangi produk asal China seperti ditunjukkan pada gambar Sementara untuk perangkat jenis VSAT, tidak ada perangkat asal China yang diuji di dan lebih banyak perangkat asal Amerika Serikat. 215

9 Tabel Jumlah perangkat yang diuji menurut jenis perangkat dan negara asal tahun 2009 Negara Asal Jenis Kanadman Kong nesia pang sia ko pore wan land nya Jer- Hong Indo- Je- Malay Meksi Singa Tai- Thai- Lain- Perangkat China Italia Korsel Inggris USA Total Antenna Bluetooth Faksimile Gateway Komrad Low Power Modem Selular Ponsel Rad- Microwave Radio siaran Rec- Satellite VSAT WLAN WLAN Access Point WLAN Router Lainnya Total Hampir 86% peragkat telekomunikasi jenis telepon seluler yang diuji di BBPPT adalah telepon seluler yang berasal dari China. Komposisi ini kembali menegaskan dominannya produk telepon seluler asal China yang masuk ke Indonesia dan melalui pengujian di BBPPT. 216

10 Gambar Komposisi jumlah perangkat yang diuji menurut jenis perangkat dan negara asal tahun % 90% Lainnya USA 80% Inggris 70% Thailand 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 85,7% 66,7% 74,6% 51,1% 55,7% 60,8% 44,4% 50,0% 31,8% 1,9% 60,9% 0,0% 73,0% 83,7% 59,4% 53,2% 33,3% Taiwan Singapore Mexico Malaysia Korsel Jepang Italy Indonesia Hong Kong Jerman China Kanada 217

11 Pada tahun 2010, sampai dengan semester I telah diuji sebanyak 983 perangkat dari berbagai jenis dan berbagai negara. Jumlah ini hanya 44,6% dari pengujian yang dilakukan pada tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengsn semester I tahun 2009, jumlah perangkat yang diuji pada tahun 2010 ini juga hanya 89,7% dari jumlah perangkat yang diuji pada semester I tahun sebelumnya. Dari distribusi pengujian yang dilakukan tiap bulannya pada tahun 2010 menunjukkan pengujian perangkat cenderung tinggi pada setiap akhir kwartal seperti pada bulan Maret dan Juni. Tabel Jumlah Peragkat yang Diuji menurut negara asal per bulan pada Semester I 2010 Negara Januari Februari Maret April Mei Juni Total China USA Jepang Taiwan Rep. Korea Malaysia Indonesia Jerman Italia Thailand Kanada Singapore Inggris Lainnya Total Seperti juga pada tahun sebelumnya, perangkat telekomunikasi yang masuk dan diuji pada tahun 2010 juga paling banyak adalah perangkat asal China, diikuti oleh perangkat asal Amerika Serikat dan Jepang. Namun juga perangkat asal China yang diuji sangat jauh lebih tinggi dibanding perangkat telekomunikasi dari negara lain dan mendominasi pengujian perangkat di BBPPT pada tahun Proporsi perangkat yang diuji di UPT BBPPT pada semester I tahun 2010 mencapai 58,6% dar total perangkat yang diuji. Sementara proporsi perangkat telekomunikasi asal Amerika Serikat dan Jepang masing-masing hanya 5,8% dan 5,1% Perangkat telekomunikasi produksi dalam negeri yang diuji di UPT BBPPT. Sampai 218

12 semester I tahun 2010 ini, jumlah perangkat telekomunikasi asal Indonesia yang diuji mencapai 28 buah atau 2,8% dari total perangkat yang diuji. Gambar Komposisi perangkat yang diuju menurut negara asal Semester I 2010 Jepang; 5,1% USA; 5,8% Taiwan; 4,2% Rep. Korea; 3,2% Indonesia; 2,8% Malaysia; 3,1% Jerman; 2,1% Italia; 2,1% Lainnya; 7,5% China; 58,6% Other; 13,0% Inggris; 1,2% Singapore; 1,2% Kanada; 1,2% Thailand; 1,8% Komposisi pengujian perangkat menurut jenis perangkat menunjukkan bahwa peragkat telekomunikasi yang paling banyak dilakukan pengujian pada semester I tahun 2010 adalah telepon seluler, diikuti oleh Modem seluler dan Low Power. Sampai Juni 2010, jumlah telepon seluler yang dilakukan pengujian di UPT BBPPT sebanyak 389 buah atau 39,3% dari total perangkat yang diuji. Sementara untuk jenis perangkat lain, jumlah maupun proporsinya masih kecil dibandingkan dengan telepon seluler. Dari komposisi jenis perangkat ini juga menunjukkan bahwa jenis perangkat yang melekat atau terkait dengan telepon seluler adalah yang paling banyak diuji seperti modem seluler, bluetooth disamping telepon seluler itu sendiri. Secara implisit ini menunjukkan bahwa pasar telepon seluler dan perangkat pendukungnya di Indonesia masih merupakan pasar yang potensial yang dibanjiri perangkat-perangkat yang masuk dari luar. Sementara untuk perangkat jenis lain, karena penggunaannya yang juga tidak banyak, maka jumlah perangkat yang diuji di BBPPT juga tidak banyak seperti yang ditunjukkan pada tabel 10.4 dan gambar

13 Besarya jumlah perangkat telekomunikasi jenis telepon seluler dan perangkat pendukung telepon seluler yang masuk dan diuji di UPT BBPPT dibanding perangkat lainnya secara implisit menunjukkan Indonesia merupakan pasar yang potensial untuk dimasuki perangkat dari luar. Tabel Jumlah Peragkat yang Diuji menurut jenis perangkat per bulan pada Semester I 2010 Jenis Januari Februari Maret April Mei Juni Total Ponsel Low Power Antenna Modem Selular Komrad WLAN Bluetooth IP Phone Radio Siaran Faksimile Media Gateway Radio Microwave Repeater Router Receiver Satellite TV Siaran GPS Selular Lainnya Total

14 Gambar Komposisi perangkat yang diuji menurut jenis perangkat Semester I 2010 WLAN; 3,9% IP Phone; 2,9% Modem Selular; 6,5% Antenna; 5,7% Komrad; 4,3% Bluetooth; 3,4% Radio Siaran; 2,7% Faksimile; 2,2% Media Gateway; 1,9% Radio Microwave; 1,9% Lainnya; 13,3% Other; 19,5% Low Power; 5,8% Ponsel; 39,3% GPS Selular; 1,0% TV Siaran; 1,2% Receiver Satellite; 1,2% Router; 1,3% Repeater; 1,4% Jika dilihat dari sebaran menurut perangkat dan negara asal, untuk perangkat jenis telepon seluler, dominasi produk perangkat telekomunikasi dari China sangat menonjol diantara perangkat yang diuji. Tabel 10.5 dan gambar 10.6 menunjukkan jumlah perangkat dalam bentuk telepon seluler asal China yang diuji jauh lebih banyak dibandingkan dari negara lain. Proporsi telepon seluler asal China yang diuji mencapai 83,8% dari total telepon seluler yang masuk dan diuji. Sementara nehara asal terbamyak kedua untuk telepon seluler yaitu Korea Selatan, proporsinya hanya 4,4%. 221

15 Tabel Jumlah Peragkat yang Diuji menurut Jenis Perangkat dan Negara Asal Semester I 2010 Negara Antenn a GPS Selular IP Phone Bluetooth Faksimile Komrad Low Power Media Gateway Modem Selular Ponsel Radio Microw ave Radio Siaran WLAN Lainnya Total China USA Japan Taiwan Rep. Korea Malaysia Indonesia Germany Italy Thailand Singapore Inggris Kanada Lainnya Total Untuk jenis perangkat lainnya, dominannya perangkat asal China yang diuji di UPT BBPPT juga terlihat untuk perangkat telekomunikasi jenis modem seluler, antenna dan bluetooth. Proporsi untuk ketiga jenis perangkat telekomunikasi yang merupakan produk asal China masing-masing adalah 73,4% untuk modem seluler, 61,8% untuk bluetooth dan 60,7% untuk antenna. Dari jenis perangkat tersebut terlihat bahwa untuk perangkat jenis telekomunikasi seluler, produk dari China sangat dominan masuk Indonesia yang ditandai dengan besarnya proporsi jenis perangkat tersebut yang berasal dari China yang masuk Indonesia dan diuji di UPT BBPPT. Hanya untuk jenis perangkat komunikasi radio (komrad) dan radio siaran yang produk dari China tidak terlalu dominan. Untuk jenis Komrad, proporsi terbesar perangkat yang diuji adalah dari Jepang (41,9%) dan Malaysia (20,9%). Sementara untuk radio siaran proporsi terbesar adalah perangkat dari Italia (44,4%) dan Indonesia (37%). 222

16 Gambar Komposisi perangkat yang diuji menurut Jenis Perangkat dan Negara Asal Semester I % 80% 60% 40% 20% 0% Antenn a Bluetoo th Faksimil e GPS Selular IP Phone Komrad Low Power Media Gatewa y Modem Selular Ponsel Radio Microw ave Radio Siaran Lainnya 17,9% 8,8% 0,0% 20,0% 0,0% 4,7% 12,3% 21,1% 4,7% 4,6% 10,5% 11,1% 0,0% 11,4% Kanada 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 1,5% 5,3% 0,0% 0,0% 2,9% Inggris 0,0% 0,0% 0,0% 20,0% 0,0% 4,7% 0,0% 0,0% 0,0% 0,3% 0,0% 0,0% 0,0% 4,0% Singapore 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 1,8% 0,0% 4,7% 0,8% 0,0% 0,0% 0,0% 2,9% Thailand 1,8% 0,0% 0,0% 0,0% 13,8% 0,0% 0,0% 0,0% 1,6% 2,1% 0,0% 0,0% 0,0% 2,3% Italia 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,3% 5,3% 44,4% 0,0% 4,0% Jerman 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 7,0% 12,3% 5,3% 1,6% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 5,1% Indonesia 0,0% 0,0% 4,5% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 4,7% 0,3% 0,0% 37,0% 7,7% 5,7% Malaysia 0,0% 8,8% 40,9% 0,0% 3,4% 20,9% 1,8% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 4,0% Republik Korea 0,0% 5,9% 0,0% 10,0% 0,0% 0,0% 8,8% 0,0% 3,1% 4,4% 0,0% 0,0% 5,1% 1,1% Taiwan 0,0% 2,9% 0,0% 0,0% 3,4% 0,0% 3,5% 10,5% 4,7% 1,8% 0,0% 3,7% 20,5% 9,1% Jepang 7,1% 8,8% 4,5% 0,0% 3,4% 41,9% 15,8% 0,0% 0,0% 0,3% 15,8% 0,0% 7,7% 4,0% USA 12,5% 2,9% 0,0% 0,0% 37,9% 0,0% 7,0% 26,3% 1,6% 0,0% 31,6% 3,7% 7,7% 10,3% China 60,7% 61,8% 50,0% 50,0% 37,9% 20,9% 36,8% 36,8% 73,4% 83,8% 31,6% 0,0% 51,3% 33,1% WLAN Lainnya 223

17 Untuk perangkat jenis telekomunikasi seluler, produk dari China sangat dominan masuk Indonesia yang ditandai dengan besarnya proporsi jenis perangkat tersebut yang merupakan asal China yang masuk Indonesia dan diuji di UPT Balai Uji. Jika dibandingkan kegiatan pengujian pada tahun 2009 dan tahun 2010, terlihat bahwa kegiatan pengujian perangkat pada tahun 2010 semester I menunjukkan trend penurunan seperti ditunjukkan gambar Jumlah perangkat yang diuji sampai pertengahan tahun 2010 ini baru mencapai 967 buah atau hanya 44,6% dari total perangkat yang diuji pada tahun Bahkan jika didibandingkan dengan jumlah perangkat yang diuji pada tahun 2009, jumlahnya juga masih rendah daripada jumlah perangkat yang diuji pada semester I tahun Jumlah perangkat yang diuji pada semester I tahun 2010 hanya mencapai 89,7% dari jumlah perangkat yang diuji pada periode yang sama tahun sebelumnya. Gambar Perbandingan jumlah perangkat yang diuji setiap bulannya Tahun 2009 dan Surat Perintah Pembayaran (SP2) Pengujian Indikator lain yang menunjukkan kegiatan yang dilakukan di UPT BBPPT adalah penerbitan surat perintah pembayaran (SP2) sebagai biaya yang dikenakan atas pengujian perangkat yang dilakukan. Sebagaimana jumlah pengujian yang dilakukan, jumlah penerbitan SP2 atas 224

18 pengujian perangkat pada semester I tahun 2010 juga menunjukkan jumlah yang fluktuatif setiap bulannya. Jumlah penerbitan SP2 tertinggi terjadi pada bulan Juni dan bulan Januari masing-masing sebanyak 211 dan 190 buah. Penerbitan SP2 pada bulan Januari sebagian merupakan dari hasil pengujian perangkat pada bulan Desember tahun sebelumnya. Tabel Jumlah dan Nilai Penanganan Surat Perintah Pembayaran (SP2) Tahun 2010 No Bulan Jumlah SP2 Nilai Pembayaran (Rp) Rata-Rata nilai per SP2 (Rp) 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Total Gambar Fluktuasi Jumlah dan Nilai Penanganan SP2 Semeter I Januari Februari Maret April Mei Juni Jumlah SP Nilai (Rp. Juta) 1.171,0 942, , , , ,0 Meskipun jumlah penerbitan SP2 terbanyak adalah pada bulan Juni, namun dari sisi nilainya, nilai pembayaran SP2 tertinggi pada semester I tahun 2010 justru terjadi pada bulan April seperti ditunjukkan gambar Dengan jumlah SP2 yang diterbitkan sebanyak 189 buah, nilai pembayarannya mencapai Rp juta atau rata-rata Rp. 7,246 juta per SP2 yang 225

19 diterbitkan. Sementara pada bulan Juni total nilai pembayaran SP2 hanya Rp juta dari 211 buah SP2 sehingga rata-rata hanya Rp. 6,317 juta per SP2 yang diterbitkan. Jika dilihat dari jumlah SP2 dan nilai pembayarannya, jumlah penerbitan SP2 atas perangkat asal China adalah yang terbesar dan jauh lebih banyak dari perangkat asal negara lain. Pada semester I tahun 2010 ini telah diterbitkan 654 buah SP2 atas perangkat asal China dengan total nilai pembayaran atas SP2 tersebut sebesar Rp juta. Rata-rata nilai per SP2 untuk perangkat asal China mencapai Rp. 6,893 juta. Negara berikutnya dengan penerbitan SP2 terbanyak adalah Jepang sebanyak 50 buah dan Amerika Serikat sebanyak 46 buah. Namun dari nilai pembayaran, meskipun jumlah penerbitan SP2 untuk perangkat asal Italia lebih sedikit, namun nilai pembayaran SP2 asal Italia ini lebih tinggi daripada perangkat asal Jepang dan Amerika Serikat. Dengan jumlah 34 buah SP2 yang diterbitkan, nilai pembayaran SP2 untuk perangkat asal Italia mencapai Rp. 257 juta. Tabel Jumlah dan Nilai Penanganan SP2 menurut negara asal Semester I 2010 No Negara Jumlah SP2 Nilai Pembayaran (Rp) Rata-Rata nilai per SP2 (Rp) 1 China Jepang USA Malaysia Taiwan Italia Rep. Korea Indonesia Jerman Kanada Inggris Mexico Thailand Hongkong Vietnam Singapore Lainnya Total Besaran nilai pembayaran SP2 ini memang tergantung dari jenis perangkat yang diuji. Nilai rata-rata per SP2 yang diterbitkan tertinggi adalah untuk perangkat asal Kanada dan 226

20 Meksiko. Nilai rata-rata per SP2 yang diterbitkan untuk perangkat asal Kanada mencapai Rp, 8,750 juta dan untuk perangkat asal Meksiko nilainya rata-rata mencapai Rp. 8,153 juta. Sementara untuk perangkat asal Cina, nilai rata-rata per SP2 yang diterbitkan hanya Rp. 6,898 juta. Bahkan untuk perangkat asal Jepang, nilai rata-rata per SP2 yang diterbitkan hanya Rp. 3,630 juta. Dari sisi jumlah, proporsi penerbitan SP2 atas pengujian perangkat menunjukkan pada semester I tahun 2010 ini penerbitan SP2 untuk perangkat asal China memang sangat dominan. Proporsi penerbitan SP2 untuk perangkat asal China pada semester I tahun 2010 ini mencapai 60,1% dari total seluruh SP2 yang diterbitkan. Sementara proporsi penerbitan SP2 untuk perangkat asal Jepang dan Amerika Serikat yang merupakan terbanyak berikutnya hanya 4,6% dan 4,2%. Proporsi penerbitan SP2 untuk perangkat asal negara lainnya tidak ada yang lebih dari 4% seperti ditunjukkan pada gambar Gambar 10.9 Komposisi Penerbitan dari SP2 menurut Negara Asal Semester I 2010 USA; 4,2% Jepang; 4,6% Malaysia; 3,5% Taiwan; 3,5% Italia; 3,1% Rep. Korea; 2,5% Indonesia; 2,4% Jerman; 1,7% Kanada; 1,5% Inggris; 1,5% Other; 11,5% Singapore; 0,9% Lainnya; 6,1% China; 60,1% Vietnam; 1,0% Hongkong; 1,1% Thailand; 1,2% Mexico; 1,2% Variasi yang berbeda antara jumlah penerbitan SP2 dengan nilai pembayarannya menunjukkan bahwa nilai pembayaran SP2 sangat ditentukan oleh jenis perangkat yang diuji. Hal ini semakin terlihat dari jumlah dan nilai pembayaran SP2 yang ditunjukkan pada tabel Jumlah SP2 yang paling banyak diterbitkan adalah untuk perangkat jenis telepon seluler sebanyak 446 buah dengan total nilai pembayaran mencapai Rp. 3,668 juta. 227

21 Sementara penerbitan SP2 terbanyak berikutnya adalah untuk perangkat jenis low power dan modem seluler yaitu sebanyak 64 dan 61 buah dengan total nilai pembayaran mencapai Rp. 130 juta dan Rp. 395,5 juta. Dari tabel terlihat bahwa meskipun penerbitan SP2 untuk perangkat jenis antenna lebih sedikit daripada low power, namun total nilai pembayaran untuk antenna lebih besar daripada SP2 untuk Low power. Dari nilai rata-rata pembayaran per SP2 yang diterbitkan menurut jenis perangkat terlihat bahwa nilai rata-rata SP2 tertinggi adalah untuk perangkat jenis telepon seluler. Nilai ratarata SP2 yang diterbitkan untuk telepon seluler adalah sebesar Rp.8,270 juta, sementara untuk low power, nilai rata-rata per SP2 hanya Rp. 2,031 juta. Nilai rata-rata per SP2 yang mencerminkan biaya pengujian perangkat tersebut yang juga tinggi adalah untuk jenis perangkat repeater dan TV siaran yang nilainya mencapai Rp. 8 juta per SP2. Tabel Jumlah dan Nilai Penanganan SP2 menurut jenis perangkat Semester I 2010 No Bulan Jumlah Nilai Pembayaran Rata-Rata nilai SP2 (Rp) per SP2 (Rp) 1 Ponsel Low power Modem Selular Antenna Komrad Bluetooth WLAN Radio Siaran Media Gateway IP PHONE Receiver Satellite Radio Microwave Repeater TV Siaran Lainnya Total Meskipun rata-rata biaya pengujian untuk perangkat jenis telepon seluler di UPT BBPPT paling tinggi dibandingkan dengan jenis perangkat telekomunikasi lainnya, namun jumlah pengujian terhadap telepon seluler tetap jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis perangkat lain. Secara implisit, ini menunjukkan besarnya minat produsen telepon seluler untuk masuk pasar Indonesia 228

22 Besarnya proporsi penerbitan SP2 untuk telepon seluler semakin jelas terlihat pada komposisi penerbitan SP2 menurut jenis perangkat. Dari total SP2 yang dikeluarkan pada semester I tahun 2010, 41% diantaranya adalah SP2 untuk perangkat jenis telepon seluler. Sementara untuk jenis perangkat lain, proporsi penerbitan SP2-nya tidak ada yang lebih dari 6% seperti ditunjukkan pada gambar Beberapa jenis perangkat seperti low power, modem selular, antenna dan Komrad proporsi penerbitan SP2-nya memang lebh dari 5% tapi masih kurag dari 6%. Gambar Komposisi Penerbitan dari SP2 menurut Jenis Perangkat Semester I 2010 Modem Komrad; 5,2% WLAN; 3,6% Selular; 5,7% Antenna; Bluetooth; 3,6% 5,5% Low power; 5,9% Radio Siaran; 2,1% Media Gateway; 2,0% IP PHONE; 1,8% Lainnya; 17,8% Other; 23,6% Ponsel; 41,0% TV Siaran; 1,4% Repeater; 1,4% Receiver Satellite; 1,6% Radio Microwave; 1,5% Jika dilihat lebih lagi berdasarkan jenis perangkat dan negara asal, penerbitan SP2 untuk perangkat asal China adalah yang terbesar pada hampir semua jenis perangkat. Hanya untuk perangkat jenis media gateway, radio microwave, radio siaran dan TV siaran dimana perangkat asal China tidak terlalu dominan seperti ditunjukkan tabel Untuk jenis perangkat telekomunikasi seluler seperti telepon seluler, modem seluler dan bloetooth, penerbitan SP2 asal China perangkat asal cukup dominan dengan proporsi masing-masing mencapai 87,9%, 74,2% dan untuk perangkat jenis Media Gateway, proporsi terbesar adalah untuk perangkat asal Amerika Serikat yaitu sebesar 36,4%. Penerbitan SP2 untuk perangkat telekomunikasi asal Italia juga paling besar proporsinya untuk jenis radio microwave dan radio siaran dengan proporsi 31,3% dan 43,5%. Bahkan untuk perangkat jenis TV siaran asal 229

23 Italia, proporsi penerbitan SP2-nya mencapai 66,7% daro total penerbitan SP2 untuk perangkat TV siaran, Tabel Jumlah Penerbitan SP2 menurut jenis perangkat dan negara asal Semester I 2010 Negara Antenn a IP Phone Bluetooth Komrad Low power Media Gateway Modem Selular Jika dibandingkan penerbitan SP2 pada tahun 2009 dan 2010, terlihat terjadinya kecenderungan penurunan dalam penerbitan SP2 pada tahun Penerbitan SP2 pada tahun 2010 terlihat menurun dan lebih rendah daripada pada bulan Februari sampai dengan Mei dibandingkan periode yang sama tahun sebelumya. Penerbitan SP2 pada semester I tahun 2010 hanya mencapai 47,1% dari penerbitan SP2 selama satu tahun pada Bahkan jika dibandingkan dengan penerbitan SP2 pada periode yang sama tahun 2009, penerbitan SP2 pada semester I 2010 ini baru mencapai 97,1% atau lebih rendah daripada penerbitan SP2 pada semester I tahun Penurunan ini sejalan dengan kecederungan penurunan pengujian perangkat telekomunikasi yang masuk dan diuji di UPT BBPPT. Namun penurunan yang terjadi masih belum signifikan dan tidak mencerminkan terjadinya kejenuhan pasar pada pasar peragkat telekomunikasi di Indonesia, khususnya untuk Ponsel perangkat telekomunikasi seluler yang masih tinggi. Radio Micro wave Radio Siaran Receiver Satellite Repeat er TV Siaran WLAN Lainnya Total China Jepang USA Malaysia Taiwan Italia Rep. Korea Indonesia Jerman Kanada Inggris Mexico Thailand Hongkong Vietnam Singapore Lainnya Jumlah

24 Gambar Perbandingan Penerbitan SP2 per bulan Tahun 2009 dan UPT Balai Telekomunikasi dan Informatika Pedesaan (BTIP) UPT Balai Telekomunikasi dan Informatika Pedesaan (BTIP) didirikan salah satunya bertujuan untuk mengatasi kesenjangan penggunaan dan pemanfaatan telekomunikasi antar daerah dan meningkatkan penetrasi teknologi informasi ke wilayah pedesaan khususnya pada dearah-daerah yang masih minim penggunaan telekomunikasi dan teknologi informasi. Salah satu langkah yang dilakukan BTIP adalah dengan meningkatkan keterjangkauan sarana telekomunikasi ke daerah-daerah yang masih tertinggal melalui program yang diarahkan untuk meningkatkan akses masyarakat di pedesaan dalam memanfaatkan teknologi informasi. Terdapat tiga program utama yang dilakukan oleh BTIP pada saat ini untuk mendorong peningkatan akses masyarakat pedesaan terhadap sarana teknologi informasi yaitu program Desa Berdering (DeRing), Desa Pakai Internet (Desa Pinter) dan Program Layanan Internet Kecamatan (PLIK) Pegawai BTIP Dalam melaksanakan kegiatannya, BTIP sebagai salah satu struktur di Ditjen Pos dan telekomunikasi didukung oleh sejumlah petugas yang menjadi staf di BTIP. Sampai dengan semester I tahun 2010, jumlah pegawai di BTIP mencapai 32 orang dari berbagai jenjang pendidikan. Jumlah ini meningkat dua orang 6,6% dari tahun sebelumnya yang berjumlah

25 orang seperti terlihat pada tabel Disamping mengalami peningkatan jumlah, komposisi pegawai dari sisi tingkat pendidikan juga meningkat. Meskipun jumlah pegawai berpendidikan S2 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya akibat mutasi ke unit kerja lain, namun peningkatan signifikan terjadi pada jumlah pegawai yang berpendidikan S1 yang berasal dari staf yang baru masuk ke BTIP. Tabel Perkembangan Jumlah Pegawai di BTIP menurut tingkat Pendidikan No Tahun SLTA D3 S1 S2 S * *) Sampai Juni 2010 Gambar Komposisi pegawai BTIP menurut tingkat pendidikan 100% 80% 60% 40% 20% 0% * S3 0,0% 0,0% S2 23,3% 18,8% S1 60,0% 65,6% D3 3,3% 3,1% SLTA 13,3% 12,5% *) sampai 30 Juni 2010 Komposisi pegawai di BTIP menurut tingkat pendidikan menunjukkan bahwa pegawai di BTIP lebih didominasi oleh pegawai berpendidikan sarjana (S1). Pada semester I tahun 2010, 65% pegawai BTIP berpendidikan S1 dan hanya 12,5% yang berpendidikan menengah. Proporsi pegawai berpendidikan S1 pada tahun 2010 ini lebih tinggi 5,6% dibanding proporsi pegawai berpendidikan S1 pada tahun sebelumnya yang sebesar 60.3%. Namun pegawai berpendidikan S2, proporsinya menurun dari 23,3% pada tahun 2009 menjadi 18,8% semester I 2010 karena adanya mutasi pegawai berpendidikan S2 dari BTIP ke unit kerja lain. 232

26 Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) Dalam melaksanakan program-nya untuk penyebaran dan pemerataan akses teknologi informasi ke daerah-daerah, BTIP menetapkan Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) yang menjadi wilayah bagi pelaksanaan program BTIP sebagai wujud dari kewajiban pelayanan universal (Universal Service Obligation/USO) stakeholder di sektor telekomunikasi dalam memberikan akses telekomunikasi ke masyarakat. USO bertujuan untuk mendukung meratanya penyediaan akses layanan telekomunikasi baik layanan telepon maupun internet di wilayah perkotaan dan di wilayah perdesaan khususnya daerah rural yang tidak menguntungkan secara ekonomi. WPUT ditetapkan dengan menentukan jumlah dan lokasi desa-desa yang menjadi sasaran dari upaya pemerataan pelayanan dan akses telekomunikasi di seluruh propinsi (kecuali DKI Jakarta). Desa yang ditetapkan menjadi WPUT inilah yang akan menjadi sasaran dari program peningkatan dan pemerataan akses teknologi informasi. Sampai dengan semester I tahun 2010, jumlah desa yang masuk dalam WPUT adalah sebanyak Jumlah ini merupakan hasil penambahan desa WPUT yang dilakukan pada tahun Jumlah WPUT pada semester I tahun 2010 ini meningkat sebesar 4.1% atau sebanyak 1581 desa dibanding jumlah desa WPUT pada tahun 2007 yang tersebar di 32 propinsi. Dari sisi jumlah, penambahan paling banyak dilakukan untuk Propinsi Sumatera Barat yang bertambah sebanyak 221 desa, diikuti oleh Nusa Tenggara Timur sebanyak 159 desa dan Kalimantan Barat sebanyak 128 desa. Namun dari persentasi peningkatannya, pertumbuhan desa yang masuk WPUT paling banyak terjadi di Nusa Tenggara Barat sebesar 39%, diikuti oleh Sulawesi Barat sebesar 29,5% dan Sumatera Barat sebesar 13% seperti ditunjukkan pada tabel

27 Tabel Perkembangan Jumlah Desa dalam Program WPUTdibanding Jumlah Total Desa di tiap Propinsi NO PROPINSI Desa (2007) Desa Tambahan (2009) Total Desa WPUT Jumlah Desa Total 1 NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Jambi Riau Kepulauan Riau Bangka Belitung Bengkulu Sumatera Selatan Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Papua Irian Jaya Barat Maluku Maluku Utara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Banten Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Total Lokasi desa yang masuk dalam program WPUT untuk pemerataan akses telekomunikasi dan teknologi informasi sampai semester I tahun 2010 adalah di propinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) yaitu sebanyak 5324 desa, diikuti oleh Sumatera Utara sebanyak

28 desa Jawa Tengah 2972 desa. Hal yang menarik adalah meskipun berlokasi di pulau Jawa yang memiliki tingkat kemajuan ekonomi, pembangunan dan teknologi yang lebih baik, namun Jawa Tengah tetap mendapat alokasi desa WPUT yang semakin banyak. Jumlah desa yang masuk WPUT di Jawa Tengah bahkan lebih banyak dibanding Papua dan Nusa Tenggara Timur yang relatif tertinggal dalam kemajuan pembangunan, termasuk dalam teknologi dan membutuhkan peingkata infrastruktur telekomunikasi. Jumlah desa yang masuk WPUT di propinsi Papua sebanyak 2360 desa dan di NTT sebanyak 2250 desa. Propinsi lain di pulau Jawa yang juga mendapat alokasi yang cukup besar dalam WPUT adalah Jawa Timur sebanyak 2304 desa dan Jawa Barat sebanyak 1279 desa. Namun jika dibandingkan dengan total jumlah desa yang ada di masing-masing propinsi, persentasi jumlah desa yang masuk WPUT di propinsi-propinsi di Jawa relatif kecil dibandingkan propinsi lain. Gambar menunjukkan proporsi desa yang masuk WPUT di Jawa Tengah hanya 34,7%, sedangkan di Jawa Timur dan Jawa Barat proporsinya masingmasing 27,2% dan 22%. Hal ini disebabkan jumlah desa yang sangat banyak di propinsipropinsi tersebut. Gambar 10.4 juga menunjukkan bahwa proporsi desa yang masuk WPUT di propinsi-propinsi di Jawa dan Bali adalah yang rendah. Hal ini karena infrastruktur telekomunikasi di Jawa dan Bali jauh lebih baik sehingga banyak desa yang sudah mendapatkan askes telekomunikasi. Daerah-daerah yang memiliki proporsi desa yang masuk WPUT cukup besar adalah Sumatera Barat, Papua, Bengkulu, Maluku, Maluku Utara, NAD dan NTT. Proporsi desa yang masuk WPUT di propinsi-propinsi tersebut mencapai lebih dari 80% dari total desa yang ada di propinsi. Penambahan jumlah desa WPUT yang besar pada tahun 2009 menjadikan seluruh desa di Sumatera Barat masuk dalam desa WPUT. Besarnya proporsi ini diduga disebabkan oleh instrastruktur telekomunikasi dan akses masyarakat yang masih rendah terhadap telekomunikasi sehingga diperlukan program khusus untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap telekomunikasi seperti melalui WPUT ini. 235

29 NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Jambi Riau Kepulauan Riau Bangka Belitung Bengkulu Sumatera Selatan Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Papua Irian Jaya Barat Maluku Maluku Utara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Banten Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Gambar Proporsi jumlah desa dalam program WPUT terhadap Total Desa yang ada di Tiap Propinsi sampai Juni % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 83,5% 65,4% 100,0% 68,1% 59,2% 36,7% 55,8% 88,3% 70,2% 36,7% 81,4% 75,4% 65,5% 69,8% 44,1% 42,9% 53,6% 62,5% 41,4% 61,8% 96,6% 65,9% 84,2% 81,5% 28,7% 41,0% 82,1% 49,8% 22,0% 34,7% 6,8% 27,2% 0% 236

30 Propinsi diluar Jawa yang memiliki proporsi desa yang masuk WPUT yang masih rendah adalah propinsi Kepulauan Riau, Lampung, Sulawesi Utara, Gorontalo dam Suawesi Selatan. Untuk Kepulauan Riau dan Sulawesi Utara, faktr kondisi geografis diduga menjadi penyebab masih rendahnya proporsi desa yang masuk WPUT karena infrastruktur telekomunikasi di kedua daerah tersebut sebenarnya juga belum sebaik pulau Jawa Program Desa Berdering Program desa berdering (Dering) adalah program untuk meningkatkan akses telekomunikasi dalam bentuk telepon bagi desa-desa dengan meningkatkan keterjangkauan desa terhadap layanan telepon. Sampai dengan semester I tahun 2010, telah ditetapkan desa sebagai desa target desa berdering. Dari target tersebut, sebanyak desa telah tersambung telepon (on air) melalui program Dering. Dengan kata lain pencapaian program dering ini telah mencapai 78,4% dari target yang ditetapkan. Propinsi paling banyak yang menjadi target program Dering ini adalah Nangroe Aceh Darussalam (NAD) yaitu sebanyak 3847 desa, diikuti Sumatera Utara (2976 desa) dan NTT (2027 desa). Propinsi dengan jumlah desa target yang sedikit diantaranya adalah DI Yogyakarta (19 desa), Kepulauan Riau (88 desa), Bangka Belitung (159 desa) dan Bali (178 desa). Untuk Bali dan DI Yogyakarta, jumlah desa target yang rendah lebih disebabkan oleh akses telepon yang sudah cukup baik sampai ke desa-desa. Namun untuk propinsi Kepulauan Riau dan Bangka Belitung, jumlah desa target yang sedikit disebabkan oleh kondisi geografis daerah yang berbentuk kepulauan yang menyebabkan sulitnya menyediakan infrastruktur untuk telekomunikasi. Dibandingkan dengan total desa yang ada, proporsi jumlah desa target di Kepulauan Riau bahkan hanya 36% dari total desa yang ada di propinsi. Sementara untuk Bangka Belitung, proporsinya mencapai 65% dari total desa. Dari sisi pencapaian target, terdapat ketimpangan yang cukup mencolok antara wilayah Indonesia bagian Barat dan Tengah dengan wilayah Indonesia bagian Timur. Pada kawasan Barat dan Tengah Indonesia, pencapaian target desa berdering ini sudah cukup besar dan pada beberapa daerah bahkan sudah mencapai 100%. Artinya dari target desa yang ditetapkan, seluruhnya sudah dapat tersambung sambungan telepon. Beberapa propinsi di kawasan ini yang pencapaiannya belum 100% namun sudah cukup tinggi yaitu Sumatera Barat (97%), Riau (94%), Bangka Belitung (99%), Bengkulu (99%), Sumatera Selatan (94%), 237

31 Banten (99%) dan Kalimantan Tengah (99%). Namun untuk Kepulauan Riau, pencapaiannya baru 65% dari 88 desa yang menjadi target program Dering di propinsi ini. Tabel Posisi pencapaian Program DeRing di banding Jumlah Desa per propinsi semester I 2010 No Propinsi Jumlah Desa Target Jumlah Desa On Air Jumlah Total Desa No Propinsi Jumlah Desa Target Jumlah Desa On Air Jumlah Total Desa 1 NAD NTB Sumatera Utara NTT Sumatera Barat Kalimantan Barat Riau Kalimantan Tengah Kepulauan Riau Kalimantan Timur Jambi Kalimantan Selatan Bangka Belitung Sulawesi Selatan Bengkulu Sulawesi Barat Sumatera Selatan Sulawesi Tengah Lampung Sulawesi Tenggara Banten Sulawesi Utara Jawa Barat Gorontalo Jawa Tengah Maluku DI Yogyakarta Maluku Utara Jawa Timur Irian Jaya Barat Bali Papua Sebaliknya untuk propinsi-propinsi di Kawasan Timur Indonesia, tingkat pencapainnya masih sangat rendah seperti terlihat pada gambar Pencapaian terget tertinggi di Kawasan Timur Indonesia ini terdapat di propinsi Sulawesi Selatan sebanyak 36% diikuti olehsulawesi Barat sebesar 28%. Propoinsi lain di Kawasan Timur Indonesia hampir seluruhnya tingkat pencapaian program DeRing-nya masih dibawah 10%. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program DeRing lebih mendahulukan propinsi-propinsi di kawasan barat dan tengah Indonesia dan secara bertahap bergeser ke kawasan Timur Indonesia. Hal ini diduga terkait dengan ketersediaan infrastruktur untuk mendukung program DeRing ini. Terdapat ketimpangan dalam pencapaian target program DeRing dimana untuk propinsi-propinsi di Kawasan Barat dan Tengah Indonesia tingkat pencapaiannya sudah tinggi, namun untuk Kawasan Timur Indonesia tingkat pencapaiannya masih sangat rendah dibanding targetnya. Hal ini diduga terkait dengan ketersediaan infrastruktur pendukungnya. 238

32 NAD Sumut Sumbar Riau Kepri Jambi Babel Bengkulu Sumsel Lampung Banten Jabar Jateng DI Yogyakarta Jatim Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kaltim Kalsel Sulsel Sulbar Sulteng Sultra Sulut Gorontalo Maluku Maluku Utara Irjabar Papua Gambar Pencapaian Target Desa Berdering dan Proporsi Desa Berdering Terhadap Tota Desa di Tiap Propinsi sampai 30 Juni % 100%100% 97% 95% 90% 95% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 60% 53% 48% 65% 100% 36% 65% 99% 99% 100% 100% 100% 100% 100% 99% 100% 94% 99% 100% 100% 100% 100% 100% 50% 81% 61% 35% 46% 20% 18% 4% 19% 25% 47% 74% 64% 81% 47% 61% 36% 32% 28% 48% 49% 54% 9% 37% 39% 1% 2% 4% 80% 9% 73% 2% 66% 92% 7% 11% Pencapaian Target Target terhadap total Desa 239

33 Jika dibandingkan dengan total desa yang ada terlihat adanya perbedaan dan variasi proporsi desa berdering terhadap total desa di propnsi tersebut. Porporsi terbesar terdapat di Sumatera Barat, Papua dan Bengkulu, Kalimantan Tengah dan Maluku. Jumlah desa yang menjadi target program DeRing di propinsi-propinsi tersebut mencapai lebih dari 80% total desa yang ada di propinsi. Bahkan untuk Sumatera Barat dan Papua, proporsinya mencapai 95% dan 02% dari total desa yang ada di propinsi. Sebaliknya, proporsi jumlah desa yang masuk program DeRing terhadap total desa di propinsi di pulau Jawa relatif rendah. Proporsi jumlah desa di DI Jogjakarta yang masuk program DeRing hanya 4% dari total desa yang ada di DI Jogjakarta. Sementara proporsi desa di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masuk program DeRing hanya kurang dari 20% dari total desa di propinsi-propinsi tersebut. Hal ini disebabkan infrastruktur dan penetrasi layanan telepon di desa-desa di Jawa sudah cukup baik dan sudah menjangkau pedesaan sehingga tidak banyak lagi desa yang perlu masuk program DeRing. Hanya di propinsi Banten yang proporsi desa DeRing-nya masih xukup tinggi yaitu 46% dari total desa yang ada. Secara total, target jumlah desa yang masuk dalam program DeRing di seluruh Indonesia baru mencapai 46% dari total jumlah desa di Indonesia Desa PINTER (Punya Internet) Program desa Pinter bertujuan untuk memberikan akses telekomunikasi berupa internet kepada desa agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa untuk lebih mengenal dan mampu menggunakan internet. Sifat dari program ini lebih bersifat pengenalan untuk penetrasi internet sampai ke desa. Perangkat minimal yang harus di ada di fasilitas telekomunikasi dimaksud yaitu antara lain : (i) Koneksi ke jaringan internet; (ii) Personal Computer multimedia (PC); (iii) modem; (iv) printer; dan (v) peripheral. Desa Pinter juga mengikuti Peraturan Direktur Jenderal Pos Dan Telekomunikasi Nomor : 260/DIRJEN/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Pos Dan Telekomunikasi Nomor 247/Dirjen/2008 Tentang Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) Beban Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal (KKPU) Telekomunikasi Oleh karena itu jumlah desa yang menjadi target dalam Desa Pinter ini tidak banyak. Secara total terdapat 131 desa yang menjadi target lokasi program Desa Pinter yang tersebar di

34 propinsi. Jumlah alokasi terbanyak untuk program Desa Pinter ini adalah di propinsi Jawa Tengah sebanyal 10 desa, diikuti NAD sebanyak 9 desa dan Sumatera Utara sebanyak 7 desa. Sementara jumlah desa yang ditetapkan sebagai model untuk Desa Pinter di propinsi lain berkisar antara 3-4 desa. Tabel Target dan Realisasi Jumlah Desa dalam Program Desa Pinter No Propinsi Target Realisasi No Propinsi Target Realisasi 1 NAD NTT Sumatera Utara Jawa Timur Sumatera Barat Jawa Tengah Riau DI Yogyakarta Jambi Jawa Barat Sumatera Selatan Banten Bengkulu Sulawesi Utara Lampung Sulawesi Tengah Bangka Belitung Sulawesi Barat Kepulauan Riau Sulawesi Selatan Kalimantan Barat Sulawesi Tenggara Kalimantan Tengah Gorontalo Kalimantan Selatan Maluku Utara Kalimantan Timur Maluku Bali Irian Jaya Barat NTB Papua 3 0 Sampai dengan semester I tahun 2010, pencapaian realisasi dari program Desa Pinter ini sudah mencapai 101 desa atau 77,1% dari target yang ditetapkan. Sebagaimana pada program desa berdering, realisasi dari program desa Pinter ini didahulukan untuk wilayah kawasan Barat dan Tengah Indonesia. Sementara untuk propinsi-propinsi di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku dan Papua) realisasinya masih rendah. Realisasi pada kawasan ini baru satu dea di Gorontalo, sementara lainnya masih belum direalisasikan Program Layanan Internet Kecamatan (PLIK) Program lain untuk meningkatkan keterjangkauan masyarakat terhadap telekomunikasi dan pemerataan akses teknologi informasi yang dilaksanakan oleh BTIP adalah program Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) yang dilaksanakan di 32 propinsi di Indonesia. Program ini berusaha menyediakan akses internet kepada kecamatan-kecamatan yang masih belum mendapat akses internet untk memiliki jaringan internet yang dapat dimanfaatkan warga 241

35 maupun aparat di kecamatan dan desa. 1 PLIK terdiri dari 1 Server, 5 Client, 1 Printer Multifungsi dengan Downlink 256 kbps dan uplink 128 kbps. Sampai dengan semester I tahun 2010, pelaksanaan program PLIK telah dilakukan di 5748 titik diseluruh Indonesia. Dari sebaran lokasinya, pelaksanaan program PLIK paling banyak di lakukan di Jawa Timur sebanyak 538 lokasi, diikuti Jawa tengah dan Jawa Barat masingmasing 478 lokasi dan Jawa Barat sebanyak 448. Lokasi di luar pulau Jawa yang terbanyak program PLIK adalah di Sumatera Utara sebanyak 337 lokasi, NAD sebanyak 260 lokasi dan Sulawesi Selatan 224 lokasi. Pelaksanaan program PLIK di propinsi Nusa Tenggara Timur juga cukup banyak yaitu di 213 lokasi seperti ditunjukkan pada tabel Nampaknya pelaksanaan program PLIK diprioritaskan pada daerah-daerah yang sudah tersedia infrastrukturnya untuk pelaksanaan PLIK ini disamping memperhatikan aspek kebutuhan masyarakatnya. Tabel Jumlah PLIK dan proporsinya terhadap total Kecamatan di Tiap Propinsi sampai Juni 2010 No Propinsi Jumlah PLIK Proporsi terhadap jumlah kecamatan No Propinsi Jumlah PLIK Proporsi terhadap jumlah kecamatan 1 NAD ,2% 17 NTB ,8% 2 Sumatera Utara ,8% 18 NTT ,7% 3 Sumatera Barat ,0% 19 Kalimantan Barat ,9% 4 Riau ,4% 20 Kalimantan Tengah ,9% 5 Kepulauan Riau ,2% 21 Kalimantan Timur ,2% 6 Jambi ,7% 22 Kalimantan Selatan ,7% 7 Bangka Belitung ,5% 23 Sulawesi Selatan ,7% 8 Bengkulu ,3% 24 Sulawesi Barat ,3% 9 Sumatera Selatan ,3% 25 Sulawesi Tengah ,8% 10 Lampung ,0% 26 Sulawesi Tenggara ,6% 11 Banten ,8% 27 Sulawesi Utara ,3% 12 Jawa Barat ,3% 28 Gorontalo ,8% 13 Jawa Tengah ,4% 29 Maluku ,0% 14 DI Yogyakarta ,9% 30 Maluku Utara 74 67,3% 15 Jawa Timur ,4% 31 Irian Jaya Barat ,0% 16 Bali ,9% 32 Papua ,0% Dari sisi jumlah pelaksanaan PLIK tersebut, proporsinya lokasi PLIK telah mencapai 88,8% dari total kecamatan yang ada di Indonesia. Jika dilihat dari sebarannya, pada beberapa propinsi, jumlah titik pelaksanaan PLIK lebih banyak dari jumlah kecamatan yang ada di 242

36 Indonesia seperti yang ditunjukkan pada propinsi Sumatera Barat, Banten, DI Jogjakarta, Bali dan lainnya di Kawasan Barat, Tengah maupun Timur Indonesia. Hal ini berarti pada propinsi tersebut terdapat lebih dari satu PLIK pada satu kecamatan. Sementara pada beberapa propinsi lain, jumlah PLIK masih rendah dibanding jumlah kecamatan yang ada. Di Irian Jaya Barat dan Maluku Utara, proporsi jumlah PLIK baru mencapai 28% dan 67,3% dari jumlah kecamatan yang ada. Jika dilihat dari proporsi lokasinya menurut pulau, hanya di Kalimantan yang jumlah PLIK-nya sudah lebih besar daripada jumlah kecamatan yang ada seperti ditunjukkan pada gambar Sementara untuk lima pulau besar lainnya, jumlah PLIK masih beleum memenuhi jumlah kecamatan yang ada. Bahkan untuk Jawa, proporsi jumlah PLIK baru mencapai 85,5% dari julah kecamatan yang ada dan di Maluku dan Papua baru mencapai 68,9% dari jumlah kecamatan. Namun untuk pulau Jawa, hal ini diduga lebih disebabkan banyak kecamatan yang sudah terakses internet sehingga tidak diperlukan lagi program PLIK. Gambar Proporsi Jumlah PLIK terhadaptotal Kecamatan menurut Pulau sampai 30 Juni % 106,9% 100% 93,9% 85,5% 93,4% 87,2% 80% 68,9% 60% 40% 20% 0% Meskipun dari sisi jumlah, program PLIK banyak dilakukan di propinsi yang memiliki infrastruktur pendukung sudah cukup baik, namun jumlah program PLIK di NTT dan Papua juga cukup tinggi untuk mendukung keterjangkauan akses interet didaerah tersebut 243

37 10.5. UPT Monitoring Spektrum Frekuensi UPT monitoring spektrum frekuensi memiliki fungsi utama melakukan monitoring terhadap penggunaan frekuensi oleh berbagai pihak dalam rangka pengaturan pemanfaatan frekuensi secara benar. Tugas ini dilakukan oleh keberaadaan unit-unit monitoring di daerah yang berbentuk balai maupun loka dengan berbagai tingkatan. Terdapat 25 UPT monitoring yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk dua UPT yang baru beroperasi yaitu UPT Tahuna dan UPT Sorong Pegawai UPT Seiring dengan penambahan unit monitoring dan semakin besarnya beban tugas monitoring yang dilakukan, jumlah pegawai UPT monitoring ini juga meningkat dari tahun ke tahun. Kecuali pada tahu 2007, pegawai UPT terus meningkat tiap tahunnya dengan peningkatan dalam enam tahun terakhir rata-rata mencapai 11% per tahun. Sampai semester I tahun 2010 ini pegawai UPT juga meningkat 8,7% dibanding tahun sebelumnya. Secara total dari tahun 2005, pegawai UPT monitoring pada semester I tahun 2010 ini telah meningkat sebesar 82,8% dibanding tahun 2005 seperti ditunjukkan tabel Tabel Perkembangan Jumlah Pegawai UPT Ditjen Postel Menurut Tingkat Pendidikan. No Tahun S2 S1 D3 D2 SLTA SLTP SD Jumlah * *) Sampai 30 Juni 2010 Peningkatan jumlah pegawai UPT monitoring spektrum frekuensi ini juga diikuti dengan peningkatan kualitas pegawai yang ada yang dicerminkan dari tingkat pendidikan pegawai. Jumlah pegawai berpendidikan tinggi (Diploma 3, sarjana dan magister) menunjukkan jumlah yang meningkat setap tahunnya. Meskipun jumlah pegawai berpendidikan dasar dan menengah juga meningkat, namun peningkatannya tidak sebesar jumlah pegawai berpendidikan tinggi. Pegawai berpendidikan S2 da S1 misalnya meningkata rata-rata 33,9% dan 19,7% setiap tahunnya. Sementara pegawai berpendidikan SLTA dan SLTP hanya meningkat masing-masing 2,3% dan 8,7% setiap tahunnya. 244

38 Dari sisi komposisinya, peningkatan jumlah pegawai terutama untuk pegawai berpendidikan tinggi juga menyebabkan terjadinya pergeseran proporsi pegawai berpendidikan tinggi. Proporsi pegawai berpendidikan sarjana dan magister yang pada tahun 2005 secara total baru mencapai 38%, pada semesteri Tahun 2010 telah mencapai 39,4%. Sebaliknya proporsi jumlah pegawai berpendidikan dasar dan menengah yang pada tahun 2005 secara total sudah mencapai 61,3%, pada semester I proporsinya tinggal 44,8% dari total pegawai seperti ditunjukkan gambar Peningkatan jumlah dan proporsi pegawai berpendidikan tinggi ini adalah bagian dari upaya Ditjen Pos dan Telekomunikasi dalam meningkatkan kemampuan sumberdaya pegawai yang melakukan kegiatan monitoring penggunaan frekuensi. Apalagi penggunaan frekuensi juga semakin tinggi dengan penggunaan untuk kebutuhan yang semakin beragam oleh berbagai jenis stakeholder. Hal ini menuntut adanya peningkatan kapasitas dan kemampuan petugas yang ada di balai-balai monitoring frekuensi yang dimiliki oleh Ditjen Pos dan Telekomunikasi di berbagai daerah. Persebaran jumlah pegawai menurut UPT menunjukkan adanya variasi jumlah pegawai antar UPT sesuai dengan kelas dari UPT balai monitoring di masing-masing daerah. UPT dengan beban kerja yang besar karena tingginya penggunaan frekuensi di daerah tersebut seperti UPT Jakarta, UPT Bandung, UPT Semarang dan UPT Surabaya memiliki jumlah pegawai yang juga lebih banyak (lebih dari 40 pegawai) dengan jumlah pegawai berpendidikan tinggi juga lebih besar. Sementara beberapa UPT lain pada daerah dengan tingkat penggunaan frekuensi yang tidak terlalu besar dengan dinamika sosial ekonomiserta tingkat kemajuan daerah yang tidak terlalu tinggi, jumlah pegawai di UPT tersebut juga cenderung tidak besar. UPT Kendari, UPT Jayapura, UPT Gorontalo, UPT Ternate dan UPT Banjarmasin memiliki jumlah pegawai yang sedikit (kurang dari 20). Hal ini terkait dengan beban monitoring frekuensi yang relatif lebih sedikit dibanding UPT lainnya. Tabel yang memperlihatkan jumlah pegawai di masing-masing UPT menurut tingkat pendidikan huga menunjukkan jumlah pegawai berpendidikan S1 yang proporsinya cukup signifikan. Pada beberapa UPT juga sudah terdapat pegawai berpendidikan magister. Sementara jumlah pegawai berpendidikan dasar relatif lebih rendah. 245

39 Gambar Perkembangan Komposisi Pegawai UPT menurut Tingkat Pendidikan 2005-Juni % 100% 80% 60% 40% 20% 0% * SD 1,7% 1,5% 1,6% 1,3% 2,1% 2,9% SLTP 4,4% 3,8% 2,4% 2,7% 3,1% 2,9% SLTA 55,2% 54,4% 42,9% 45,7% 40,6% 39,0% D2 1,7% 1,5% 0,7% 0,4% 0,5% 0,5% D3 9,0% 11,8% 13,9% 14,5% 15,8% 15,3% S1 24,8% 24,1% 34,0% 31,3% 32,2% 32,8% S2 3,2% 3,0% 4,5% 4,0% 5,7% 6,6% 246

Bab 2 Profil Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi

Bab 2 Profil Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Bab 2 Profil Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi 2.1. Visi Terciptanya pembinaan penyelenggaraan pos dan telekomunikasi yang dinamis dengan peran aktif seluruh potensi nasional. 2.2. Misi Meningkatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Selamat membaca. Jakarta, Agustus Basuki Yusuf Iskandar Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi NIP :

KATA PENGANTAR. Selamat membaca. Jakarta, Agustus Basuki Yusuf Iskandar Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi NIP : KATA PENGANTAR Buku Statistik Bidang Pos dan Telekomunikasi Tahun 2009 ini merupakan penerbitan lanjutan dari Buku Statistik Bidang Pos dan Telekomunikasi tahun tahun sebelumnya dan dimaksudkan sebagai

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester II Tahun 2013 GROUP PENJAMINAN DIREKTORAT PENJAMINAN DAN MANAJEMEN RISIKO 0 DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik 1 3 Pertumbuhan Simpanan pada

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 03 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

Lebih terperinci

Bab 8 Bidang Standarisasi

Bab 8 Bidang Standarisasi Bab 8 Bidang Standarisasi Statistik bidang standarisasi ini akan menyajikan informasi data dan analisis dari hasil penerbitan sertifikat dari pengujian peralatan telekomunikasi. Penerbitan sertifikasi

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016 BADAN PUSAT STATISTIK. 29/03/Th. XIX, 15 Maret 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016 RUPIAH TERAPRESIASI 3,06 PERSEN TERHADAP DOLAR AMERIKA Rupiah terapresiasi 3,06 persen

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester I Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 78/08/Th. XVIII, 18 Agustus 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015 JULI 2015 RUPIAH TERDEPRESIASI 1,25 PERSEN TERHADAP DOLAR AMERIKA Rupiah terdepresiasi 1,25 persen

Lebih terperinci

Bab 3 Bidang Kepegawaian

Bab 3 Bidang Kepegawaian Bab 3 Bidang Kepegawaian Kondisi dan komposisi kepegawaian dalam satu unit kerja menggambarkan daya dukung yang dimiliki oleh unit kerja tersebut dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Kondisi dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No.40/07/Th.XIV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$18,33 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$18,33 miliar atau

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013 Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS Semester I Tahun 2013 DAFTAR ISI Pertumbuhan Simpanan pada BPR/BPRS Grafik 1 10 Dsitribusi Simpanan pada BPR/BPRS Tabel 9 11 Pertumbuhan Simpanan Berdasarkan Kategori Grafik

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No.21/04/Th.XIV, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$14,40 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$14,40

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester I Tahun 2015 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI MELALUI PENGUJIAN PENGUKURAN. Tidak Lengkap Pemeriksaan & Persyaratan Dokumen

PROSEDUR SERTIFIKASI MELALUI PENGUJIAN PENGUKURAN. Tidak Lengkap Pemeriksaan & Persyaratan Dokumen LAMPIRAN I PROSEDUR SERTIFIKASI MELALUI PENGUJIAN PENGUKURAN Pemohon ----------------------------------------------------------------------------------------- Permohonan & Persyaratan Tidak Lengkap Pemeriksaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 18 /PER/M.KOMINFO/11/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 18 /PER/M.KOMINFO/11/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 18 /PER/M.KOMINFO/11/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK No. 35/07/91 Th. XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,390 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika

Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Daftar Isi Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi... ii Daftar Tabel...

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara. LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan

Lebih terperinci

DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER 2 TAHUN 2012

DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER 2 TAHUN 2012 D ATA S TAT I S T I K D I T J E N S D P P I S E M E S T E R 2 TA H U N 2 0 1 2 a b DATA STATISTIK DITJEN SDPPI SEMESTER 2 TAHUN 2012 Kata Pengantar Alhamdulillahi rabbil alamin. Segala puji bagi Allah

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2100, 2014 KEMENKEU. Perbendaharaan. Anggaran Negara. Sistem. Pelaksanaan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 278/PMK.05/2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu No.740, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/05/Th. XVIII, 15 Mei 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015 APRIL 2015 RUPIAH TERAPRESIASI 0,23 PERSEN TERHADAP DOLAR AMERIKA Rupiah mencatat apresiasi 0,23

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester II Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 48/05/Th. XVIII, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL MENCAPAI US$13,08 MILIAR Nilai ekspor Indonesia April mencapai US$13,08

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.538,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 10/PER/M.KOMINFO/03/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 03 /PER/M.KOMINFO/03/2011

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI) merupakan salah satu Direktorat Jenderal di Kementerian Komunikasi dan Informatika

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan.

BERITA NEGARA. No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G DRAFT PERATURAN MENTERI PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL DAN PENYIARAN MULTIPLEKSING MELALUI SISTEM TERESTRIAL

Lebih terperinci

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011 TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I No.1273, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KOMINFO. ORTA. UPT Monitor Frekuensi Radio. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

Bab 7 Bidang Frekuensi

Bab 7 Bidang Frekuensi Bab 7 Bidang Frekuensi Penggunaan frekuensi semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan dunia telekomunikasi dengan berbagai perangkat dan teknologi yang digunakan. Peningkatan penggunaan

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/M-DAG/PER/11/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG KEMETROLOGIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENYEDIAAN KPU/USO TELEKOMUNIKASI INDONESIA. 3.1 Kebijakan USO Telekomunikasi di Indonesia

BAB III PELAKSANAAN PENYEDIAAN KPU/USO TELEKOMUNIKASI INDONESIA. 3.1 Kebijakan USO Telekomunikasi di Indonesia BAB III PELAKSANAAN PENYEDIAAN KPU/USO TELEKOMUNIKASI INDONESIA 3.1 Kebijakan USO Telekomunikasi di Indonesia 3.1.1. Kerangka Hukum Dalam rangka mendorong peningkatan teledensitas, pemerintah telah mengambil

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 454, 2016 ANRI. Dana. Dekonsentrasi. TA 2016. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan I Tahun 2018 Jakarta, 30 April 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN I 2018: Dibanding Tahun 2017 II. TRIWULAN I 2018: Sektor,

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia 41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

UNTUK DITERBITKAN SEGERA Jakarta, 14 September 2016 PRESS RELEASE. KY Ungkap Penanganan Laporan Masyarakat Caturwulan II Tahun 2016

UNTUK DITERBITKAN SEGERA Jakarta, 14 September 2016 PRESS RELEASE. KY Ungkap Penanganan Laporan Masyarakat Caturwulan II Tahun 2016 KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL JALAN KRAMAT RAYA NO. 57, JAKARTA 10450 TELEPON (021) 3905876, 3905877, 3906178, FAKSIMILE (021) 31903755, www.komisiyudisial.go.id UNTUK DITERBITKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN No.39/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,335 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi Tabel 39., dan Bawang Merah Menurut 6.325 7.884 854.064 7,4 7,4 2 Sumatera 25.43 9.70 3.39 2.628 7,50 7,50 3 Sumatera Barat 8.57 3.873.238.757 6,59 7,90 4 Riau - - - - - - 5 Jambi.466.80 79 89 8,9 6,24

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017 Invest in remarkable indonesia indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in Invest

Lebih terperinci

UNTUK DITERBITKAN SEGERA Jakarta, 03 Mei PRESS RELEASE KY Terima 1060 Laporan Masyarakat pada Caturwulan I Tahun 2016

UNTUK DITERBITKAN SEGERA Jakarta, 03 Mei PRESS RELEASE KY Terima 1060 Laporan Masyarakat pada Caturwulan I Tahun 2016 KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL JALAN KRAMAT RAYA NO. 57, JAKARTA 10450 TELEPON (021) 3905876, 3905877, 3906178, FAKSIMILE (021) 31903755, www.komisiyudisial.go.id UNTUK DITERBITKAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI Oleh : Direktur Pengelolaan Air Irigasi Lombok, 27 29 November 2013 1 REALISASI KEGIATAN PUSAT DIREKTORAT

Lebih terperinci

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PRESS CONFERENCE. 3 Mei 2016 PENYAMPAIAN INFORMASI CATURWULAN I PENANGANAN LAPORAN PENGADUAN MASYARAKAT

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PRESS CONFERENCE. 3 Mei 2016 PENYAMPAIAN INFORMASI CATURWULAN I PENANGANAN LAPORAN PENGADUAN MASYARAKAT KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PRESS CONFERENCE 3 Mei 2016 PENYAMPAIAN INFORMASI CATURWULAN I PENANGANAN LAPORAN PENGADUAN MASYARAKAT Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Layanan Informasi merangkap

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1652, 2014 KEMENDIKBUD. Mutu Pendidikan. Aceh. Sumatera Utara. Riau. Jambi. Sumatera Selatan. Kepulauan Bangka Belitung. Bengkulu. Lampung. Banten. DKI Jakarta. Jawa

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017 NTP Oktober 2017 sebesar 96,75 atau naik 0,61 persen dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

13. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika

13. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL DAN PENYIARAN MULTIPLEKSING MELALUI SISTEM TERESTRIAL

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Negara (AKAN)

Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar kerja antar Negara (AKAN) juga tidak kalah penting untuk dianalisis mengingat kontribusi pekerja kategori ini yang umumnya dikenal dengan TKI terhadap perekonomian

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013 Pada Februari, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh tercatat sebesar 103,36 turun sebesar 0,08 persen dibandingkan bulan Januari. Hal ini disebabkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami peningkatan

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 07 /PER/M.KOMINFO/01/2009 TENTANG PENATAAN PITA FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN LAYANAN PITA LEBAR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG DATA SASARAN PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau

Lebih terperinci

2

2 2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH

Lebih terperinci

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN DAN KELAS JABATAN SERTA TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154 ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154

Lebih terperinci

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un No.225, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. BP-PAUD dan Dikmas. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada masa persaingan bebas ini, ketika semua aspek kehidupan. terus berkembang, konsumen semakin membutuhkan jasa telekomunikasi

I. PENDAHULUAN. Pada masa persaingan bebas ini, ketika semua aspek kehidupan. terus berkembang, konsumen semakin membutuhkan jasa telekomunikasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa persaingan bebas ini, ketika semua aspek kehidupan terus berkembang, konsumen semakin membutuhkan jasa telekomunikasi yang dapat mendukung aktivitasnya. Menurut

Lebih terperinci

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha) Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha) Kawasan Hutan Total No Penutupan Lahan Hutan Tetap APL HPK Jumlah KSA-KPA HL HPT HP Jumlah Jumlah

Lebih terperinci

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut: NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plh. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Maret 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016 FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN PERTANIAN 2. Program : Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat 3.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JANUARI 2017 No. 15/03/Th. VIII, 1 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JANUARI Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan tercatat US$ 10,28 juta atau mengalami penurunan sebesar 77,34 persen dibanding

Lebih terperinci

Bab 7 Bidang Frekuensi

Bab 7 Bidang Frekuensi Bab 7 Bidang Frekuensi Penggunaan frekuensi semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan dunia telekomunikasi dengan berbagai perangkat dan teknologi yang digunakan. Peningkatan penggunaan

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 897/KPTS/M/2017 TENTANG BESARAN REMUNERASI MINIMAL TENAGA KERJA KONSTRUKSI PADA

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Press Release BMKG Jakarta, 12 Oktober 2010 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 2 BMKG A F R I C A A S I A 3 Proses EL NINO, DIPOLE MODE 2 1 1963 1972 1982 1997 1 2 3 EL NINO / LA NINA SUHU PERAIRAN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013 Pada Januari 2013, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh tercatat sebesar 103,44 turun sebesar 0,36 persen dibandingkan bulan Desember 2012. Hal ini disebabkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.186, 2016 KEMENKUMHAM. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG KOMPONEN DALAM PENGHITUNGAN HARGA ECERAN TERTINGGI BUKU TEKS PELAJARAN MILIK KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 - 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI. SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MMMMMERNJHEDSOAHDCsiDHNsaolkiDFSidfnbshdjcb XZCnxzcxzn PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. No.701, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. ANALISIS BENCANA DI INDONESIA BERDASARKAN DATA BNPB MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA MINING MAHESA KURNIAWAN 54412387 Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. Bencana merupakan peristiwa yang dapat

Lebih terperinci