Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Handep Untuk Pembelajaran Matematika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Handep Untuk Pembelajaran Matematika"

Transkripsi

1 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Handep Untuk Pembelajaran Matematika Demitra FKIP Universitas Palangkaraya Korespondensi: Jl. Kerinci No.214B Palangkaraya Sarjoko FKIP Universitas Palangkaraya Korespondensi: Jl. Kerinci No.214B Palangkaraya Saritha Kittie Uda FKIP Universitas Palangkaraya Korespondensi: Jl. Kerinci No.18 Palangkaraya Abstracts: The purpose of research developed cooperative learning model based on mechanism of mutual cooperation handep. Handep is the form of collaboration in Dayak Ngaju tribe (Central Kalimantan). The models of teaching and learning namely Handep Cooperative Learning. The model was developed by designing theoretical model of MPK Handep and then validation that model. Cooperative Learning Handep validated by expert in Instructional Technology in three phases and field research in small group of students. The result from the expert validation, that Cooperative Learing Handep prescriptions was sufficiently as a model of learning. The result from field research, that Cooperative Learning Handep were sufficiently for the principles of learning effective (95,59%), the elements of cooperative learning (98,68%), and principles of the Quantum Teaching (75%). Problem solving ability as instructional effect was achieved (92%) and social skill as nurturant effect (91,70%). Keywords: cooperative learning, Handep, problem solving and social skills. Abstraks: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Model Pembelajaran Kooperatif berbasis mekanisme gotong royong Handep. Handep adalah bentuk gotong royong suku Dayak Kalimantan Tengah. Model pembelajaran diberi nama Model Pembelajaran Kooperatif (MPK) Handep. Pengembangan MPK Handep dilakukan dengan menyusun buku ajar tentang MPK Handep. Hasil pengembangan divalidasi melalui uji ahli Teknolog Pembelajaran dalam tiga tahapan, dan disimpulkan bahwa preskripsi komponen-komponen MPK Handep telah layak dijadikan sebagai model pembelajaran. Validasi kelompok kecil menunjukkan, MPK Handep telah memenuhi prinsipprinsip pembelajaran efektif (95,59%), elemen-elemen pembelajaran kooperatif (98,68%), dan kaidah-kaidah Quantum Teaching (75%). Ketercapaian penguasaan kemampuan pemecahan masalah kajian himpunan sebagai dampak instruksional (92%) dan penguasaan keterampilan sosial (91,7%) sebagai dampak pengiring implementasi MPK Handep. Kata kunci: pembelajaran kooperatif, Handep, pemecahan masalah dan keterampilan sosial. Bangsa Indonesia memiliki budaya gotong royong yang beraneka ragam di berbagai suku bangsa. Beragam bentuk gotong royong ini menandakan bahwa masyarakat Indonesia adalah bangsa yang hidup didalam kebersamaan dan saling membantu. Keberagaman bentuk kerjasama ini merupakan aset budaya bangsa yang perlu dilestarikan, agar tidak terkikis oleh arus moderenisasi. Salah satu bentuk masuknya moderenisasi di Indonesia, adalah masuknya model-model pembelajaran kooperatif seperti Students Team Achievement Division (STAD), Team Game Tournament (TGT), Jigsaw, dan lain-lain (Arends, 1997) merupakan model pembelajaran yang diciptakan di negara Amerika dan Cina. Lesson Study yang dikembangkan oleh kaum akademisi di Jepang berpuluh-puluh tahun, untuk meningkatkan kua- 1

2 2 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 1, APRIL 2012 litas pembelajaran di Jepang. Lesson Study juga telah diterapkan di Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Ke semua model-model tersebut memiliki nilai positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, untuk membelajarkan siswa-siswa secara efektif. Hal ini seakan-akan membuat para praktisi pendidikan menutup mata terhadap kemungkinan pengembangan model pembelajaran yang berbasis pada pengetahuan kearifan lokal. Bentukbentuk kerjasama (gotong royong) tersebut memiliki nilai-nilai positif gotong dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk melestarikan budaya gotong royong tersebut, mekanisme gotong royong diangkat sebagai satu teknik dalam pengembangan model pembelajaran kooperatif. Masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah pada masa silam, memiliki kebiasaan bergotong royong yang disebut dengan Handep. Pola gotong royong Handep dilakukan keluarga-keluarga besar masyarakat suku Dayak pada masa tanam, panen, dan hajatan keluarga (Mubyarto, dkk, 2996; Danandjaya, 2007). Handep dilaksanakan dengan membuat kesepakatan saling membantu antar keluarga dalam berbagai aktivitas atau pekerjaan, kemudian penyelesaian pekerjaan yang dimiliki masing-masing keluarga tersebut diselesaikan bersama-sama dengan keluarga-keluarga yang sepakat bekerjasama secara bergiliran. Pola gotong royong Handep merupakan pengetahuan kearifan lokal yang perlu dikembangkan untuk mempertahankan integritas bangsa melalui pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Handep. Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat mekanisme pola gotong royong Handep sebagai sintaks model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam pembelajaran matematika. Tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) mengembangkan MPK Handep dari pola gotong royong Handep suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah dalam bentuk buku ajar; (2) mengujicobakan MPK Handep melalui uji ahli Teknolog Pembelajaran; dan (3) mengujicobakan MPK Handep pada melalui uji kelompok kecil pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika pada mata kuliah Kajian Matematika Sekolah I. Penelitian awal yang sudah dilakukan adalah pengaruh metode Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SD (Demitra, 2004). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (a) metode PBL berpengaruh signifikan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan siswa SD memecahkan soal cerita matematika, baik siswa di kota maupun di desa, (b) ditemukan tahap-tahap pemecahan masalah yang pada awalnya terdapat delapan langkah (Fogarty, 1997), hasil implementasi pada siswa SD tahap pemecahan masalah menjadi enam langkah. Metode PBL dilaksanakan dalam konteks kolaborasi kelompok. Tahap-tahap pemecahan masalah dalam metode PBL dipertimbangkan sebagai strategi pemecahan masalah dalam MPK Handep. Upaya melalui penelitian untuk menemukan model pembelajaran pemecahan masalah yang lebih sesuai dengan kondisi siswa di Kalimantan Tengah adalah dengan memadukan tahap -tahap dalam metode PBL dan Model Representase Belajar Berbasis Masalah (MRB2M) yang disarankan oleh Hudoyo (2002). Penelitian pengembangan metode pembelajaran untuk pemecahan masalah matematika dilakukan oleh Demitra dan Sarjoko (2007) yang menghasilkan (1) model pembelajaran MRB2M dan implementasinya yang dikemas dalam CD-ROM pembelajaran dan (2) Project Based Learning beracuan Perkembangan Pemahaman Intuitif (PBL-PPI) untuk peningkatan keterampilan berpikir induktif dan deduktif dan penguasaan konsep geometri di sekolah dasar. Pengembangan model pembelajaran PBL-PPI merupakan kelanjutan penelitian dari penggalian kemampuan pemahaman intuitif pada siswa kelas III sekolah dasar (Lada dan Demitra, 2004). Pola gotong royong Handep disajikan dalam Gambar 1 yang menggambarkan tahaptahap penyelesaian pekerjaan secara Handep, secara preskriptif dijelaskan sebagai berikut. Pertama, tahap awal anggota masyarakat berkumpul untuk mengemukakan masalah yang dihadapi

3 Demitra., Sarjoko., Saritha Kittie Uda, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif.. 3 dalam penyelesaian pekerjaan, misal kesulitan tenaga dalam manugal (menanam benih padi), kebutuhan tenaga dan bahan untuk pesta pernikahan, kebutuhan tenaga untuk mengangkat dan memindahkan rumah. Kedua, pada bagian akhir pertemuan mendiskusikan dan menyepakati penggiliran bantuan penyelesaian pekerjaan. Ketiga, pelaksanaan penyelesaian pekerjaan secara bergiliran untuk semua anggota yang ikut terlibat. Keempat, keluarga/individu A mendapat giliran pertama untuk penyelesaian pekerjaan miliknya dibantu oleh keluarga/individu B dan C. Gambar 1. Langkah penyelesaian pekerjaan secara Handep Dengan berpegang pada pola kerjasama Handep dipadukan dengan karakteristik umum pembelajaran kooperatif, disusunlah langkahlangkah pokok model pembelajaran kooperatif Handep seperti berikut ini: (1) pemahaman terhadap kemampuan awal pembelajar; (2) pembentukan kelompok 3-4 orang, dengan anggota kelompok memiliki kemampuan awal beragam; (3) masing-masing anggota kelompok melakukan refleksi dan memahami masalah secara individual; (4) menyampaikan masalah individual dihadapan kelompok, kemudian merefleksi dan pendalaman masalah individual dengan diskusi kelompok; (5) menetapkan kesepakatan urutan pemecahan masalah individual; (6) memecahkan masalah individual dibantu anggota-anggota kelompok lain secara bergiliran, sampai semua masalah individual anggota-anggota kelompok ditemukan pemecahannya; (7) mengevaluasi hasil pemecahan masalah individual dengan berkolaborasi dan umpan balik; dan (8) menyajikan pemecahan masalah dan merayakan setiap keberhasilan dalam memecahkan masalah. METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli November 2010, yang melibatkan Ahli Teknologi Pembelajaran dan mahasiswa di Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Palangkaraya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan yang dilaksanakan dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Tim pengembang menyusun produk buku ajar MPK Handep, yang dinilai melalui uji ahli Teknologi Pembelajaran dan uji kelompok kecil. Prosedur pengembangan tahap awal menyusun draft buku ajar MPK Handep, mengujicoba draft MPK Handep melalui uji ahli dan uji kelompok kecil. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Lembar Validasi Ahli Teknologi Pembelajaran, Lembar Validasi Pemenuhan Prinsip-prinsip Pembelajaran Efektif, Lembar Validasi Pemenuhan Elemen-elemen Pembelajaran Kooperatif, Lembar Validasi Pemenuhan Kaidah-kaidah Quantum Teaching, Angket Respon Mahasiswa, SAP, Rubrik Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah dan Rubrik Penilaian Keterampilan Sosial. Data dianalisis dengan tabulasi, reduksi, penyajian foto-foto ujicoba, diagram batang, dan perhitungan skor prosentase pemenuhan aspekaspek yang divalidasi. HASIL Kronologis tahap-tahap pengembangan MPK Handep dilakukan dengan menyusun buku ajar MPK Handep yang disebut dengan MPK Handep Draft Kasar, menguji MPK Handep melalui uji ahli yang dilanjutkan dengan uji kelompok kecil. Hasil Uji Ahli Teknolog Pembelajaran MPK Handep Draft Kasar beserta instrumen validasi diajukan kepada Teknolog Pembelajaran. Hasil penelaahan pertama oleh Teknolog Pembelajaran merekomendasikan bahwa MPK Handep Draft Kasar perlu dielaborasi sesuai dengan komponen-komponen Model of Teaching dari Joice, Weil, dan Calhoun (2009). Preksripsi untuk masing-masing komponen MPK

4 4 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 1, APRIL 2012 Handep Draft Kasar perlu dielaborasi secara preskriptif. Instrumen validasi yang disampaikan yaitu Lembar Validasi Prinsip-prinsip pembelajaran efektif menurut Merril (2009), Lembar Validasi pemenuhan elemen-elemen pembelajaran kooperatif menurut Jacobs, et al (1996), dan Lembar Validasi representasi kaidah-kaidah Quantum Teaching (De Porter, et al, 2000), dinilai lebih cocok untuk validasi pelaksanaan pembelajaran. Validasi ahli Teknologi Pembelajaran sebaiknya lebih difokuskan pada validasi terhadap deskripsi teoretik dan preskripsi MPK Handep. Hasil validasi ahli tersebut dijadikan bahan pertimbangan merevisi MPK Handep Draft Kasar, yang hasil revisinya selanjutnya disebut MPK Handep Revisi-1. Peneliti kemudian menyusun instrumen validasi ahli yang isinya memuat pertanyaan terbuka mengenai penilaian dan tanggapan Teknolog Pembelajaran terhadap Orientasi Teoretik dan preskripsi komponen-komponen MPK Handep Revisi-1. Instrumen validasi dan MPK Handep Revisi-1 kemudian diajukan kepada Teknolog Pembelajaran untuk dinilai kembali. Hasil penilaian Teknolog Pembelajaran menyatakan bahwa bagian Orientasi Teoretik telah layak sebagai dasar teroetik pengembangan MPK Handep. Sedangkan preskripsi komponen-komponen MPK Handep perlu dielaborasi lebih rinci, dan instrumen validasi perlu diubah pada pola pertanyaan dari penggunaan kata tanya Apakah? menjadi Bagaimana?. Tim peneliti kemudian merevisi MPK Handep Revisi-1, dengan mengelaborasi komponen-komponen dan mengubah pola pertanyaan dalam Lembar Validasi Ahli. Hasil revisi selanjutnya disebut MPK Handep Revisi-2. MPK Handep Revisi-2 kemudian diajukan kembali kepada Teknolog Pembelajaran. Hasil penilaian pada penelaahan ketiga ini menyatakan secara garis besar bahwa MPK Handep Revisi-2 telah layak, tetapi masih perlu dielaborasi pada sintaks dengan langkah pokok ke-3 an ke- 4. Langkah ke-4, seperti dinyatakan sebagai berikut: Sebaiknya ditambah satu langkah antara langkah 3 ke 4. Refleksi dan pendalaman pemahaman masalah individual. Jadi, setelah setiap keluarga/ individu menerima masalah (langkah 3), sebelum pendalaman masalah dengan berdiskusi kelompok (langkah 4), perlu ditambah langkah refleksi dan pendalaman pemahaman masalah secara individual. Langkah 4: sebaiknya dipisah menjadi 2 langkah, yaitu Refleksi dan pendalaman pemahaman masalah individual dengan diskusi kelompok, dan Penetapan kesepakatan urutan penyelesaian masalah. Pada sistem pendukung masih perlu dielaborasi, seperti dinyatakan Teknolog pembelajaran berikut ini: Belum ada deskripsi tentang sistem pendukung yang terkait dengan pengelolaan kelas: seperti ruang kelas, meja, kursi. Juga yang terkait dengan ketersediaan waktu belajar. Apakah tersedia ruang kelas yang memadai untuk mengimplementasi model pembelajaran, apakah karakteristik meja-kursi dan fasilitas pendukung lain tersedia memadai. Perlu dipreskripsikan karakteristik kelasnya. Menurut prediksi Teknolog Pembelajaran, secara hipotetik ketercapaian tujuan pembelajaran setelah menerapkan MPK Handep menurut Teknolog Pembelajaran akan mencapai minimal 85%. Rekomendasi Teknolog Pembelajaran terhadap MPK Handep, perlu dilakukan uji implementatif (uji lapangan) untuk divalidasi tingkat keefektifan, efisiensi, dan kemenarikannya. MPK Handep Revisi-2 kemudian disempurnakan dengan mengacu pada saran Teknolog Pembelajaran yang selanjutnya disebut MPK Handep Final Uji Ahli. Uji kelompok kecil Hasil uji ahli MPK Handep ini, kemudian diuji pada kelompok kecil mahasiswa berjumlah Sembilan orang, yang dilaksanakan dalam pembelajaran mata kuliah Kajian Matematika Sekolah I. Gambar 3. Cuplikan foto kegiatan implementasi MPK Handep dalam uji kelompok kecil

5 Demitra., Sarjoko., Saritha Kittie Uda, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif.. 5 Gambar 2 berikut menyajikan proses kerjasama dalam MPK Handep langkah ke-3 dan ke-4, yaitu: (1) memahami dan merefleksi masalah individual, (2) mengemukakan masalah individual di depan anggota kelompok, dan (3) memecahkan masalah secara bergiliran. Validasi dalam uji kelompok kecil mencakup validasi terhadap dampak instruksional dan dampak pengiring, pemenuhan prinsip-prinsip pembelajaran efektif (Merril, 2009), pemenuhan elemen-elemen pembelajaran kooperatif (Jacobs, et al, 1996), representasi kaidah - kaidah Quantum Teaching (De Porter, et al, 2000). Dampak instruksional Dampak instruksional dilihat dari skor kemampuan pemecahan masalah pada kajian materi himpunan. Skor kemampuan pemecahan masalah pada kajian materi himpunan diperoleh setelah para mahasiswa menjalankan pembelajaran dengan MPK Handep, disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Skor kemampuan pemecahan masalah tentang kajian Himpunan No. Nama Mahasiswa/Kelompok Dimensi Penilaian A B C D E F Skor akhir (%) KELOMPOK I 1 Siswa Eko Sunarko (Ketua) ,7 2 Hari Sriyono (Anggota) ,3 3 Erpina (Anggota) ,3 KELOMPOK II 4 Natan P (Ketua) ,7 5 Siti Asmah (Anggota) ,7 6 Pramita Yunita Ningsih (Anggota) ,7 KELOMPOK III 7 Fathur Rahman (Ketua) ,7 8 M. Puspitaningrum SP (Anggota) ,3 9 Ariniyati (Anggota) ,3 Nilai Rata-rata Dimensi 5 4 4,6 4,8 4,8 4,4 4,6 Skor Rata-rata Dimensi (%) Skor Rata-rata 91,1 96,7 91,1 Keterangan: A = Kemampuan mendefinisikan masalah B = Kemampuan dan menggali data-data/fakta C = Kemampuan menemukan model/cara pemecahan D = Kemampuan menemukan jawaban. E = Kemampuan mengevaluasi hasil pemecahan F = Kemampuan menyajikan hasil pemecahan Berdasarkan hasil perhitungan dalam Tabel 1, skor rata-rata kemampuan memecahkan masalah Kajian Himpunan peserta ujicoba, kemudian disajikan dalam bentuk diagram batang dalam Gambar 3. (1) (2) Gambar 3. Diagram batang (1) skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah menurut kelompok, dan (2) skor rata-rata dimensi kemampuan pemecahan masalah

6 6 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 1, APRIL 2012 Diagram batang pada Gambar 3(1) memperlihatkan bahwa nilai rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah kajian materi himpunan telah melampaui skor 85, skor ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah diprediksi oleh Teknolog Pembelajaran dalam uji ahli. Hal ini, ditunjukkan juga pada penampilan ketiga kelompok dalam menjelaskan konsep himpunan yang tadinya menjadi masalah, ternyata mereka mampu memberikan penjelasan dengan sangat baik. Gambar 4. Penampilan wakil-wakil kelompok menyajikan materi himpunan setelah bekerjasama dalam kelompok. Gambar 4 memperlihatkan penampilan wakil-wakil kelompok menyajikan (1) tahap penyelesaian soal cerita terkait himpunan oleh wakil mahasiswa Kelompok III, (2) penampilan mahasiswa Kelompok I menyajikan pembuktian himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari semua himpunan, dan (3) penampilan mahasiswa dari Kelompok II menyajikan aplikasi konsep irisan, komplemen, dan selisih dalam menyelesaikan soal cerita tentang himpunan. Diagram batang pada Gambar 3(2) menunjukkan bahwa skor rata-rata untuk dimensi A = kemampuan mendefinisikan masalah merupakan skor rata-rata dimensi tertinggi sebesar 100. Penguasaan pada dimensi kemampuan mendefinisikan masalah mampu dijalankan dengan sangat baik oleh mahasiswa. Terbentuknya kemampuan mendefinisikan masalah difasilitasi oleh langkahlangkah yang dirancang dalam sintaks MPK Handep, yaitu (1) memahami dan merefleksi, (2) merumuskan masalah, dan (3) mengemukakan masalah individual. Sedangkan skor rata-rata dimensi B = kemampuan menggali data-data/fakta terendah sebesar 80. Rendahnya skor rata-rata pada dimensi kemampuan menggali data-data/ fakta disebabkan oleh kurang jelasnya perintah tertulis dalam Lembar Kerja, terkait dengan kemampuan menggali data-data. Secara keseluruhan diperloleh skor rata-rata dimensi sebesar 92, yang berarti penguasaan kemampuan pemecahan masalah sudah tercapai sangat baik. Meskipun demikian masih perlu diperbaiki perintah dalam Lembar Kerja terkait pada langkah menggali datadata/fakta-fakta. Dampak pengiring Skor keterampilan sosial yang dicapai setelah pelaksanaan pembelajaran dengan MPK Handep disajikan dalam Tabel 2. Keterampilan sosial merupakan dampak (effect) pembelajaran dengan MPK Handep, yang terbentuk selama mahasiswa melaksanakan kegiatan kerjasama kelompok dalam memecahkan masalah materi kajian himpunan. Tabel 2. Skor keterampilan sosial sebagai dampak pengiring hasil belajar kajian himpunan Dimensi Skor Akhir (%) No. Nama Mahasiswa/Kelompok Keterampilan Sosial A B C KELOMPOK I 1 Siswa Eko Sunarko (Ketua) Hari Sriyono (Anggota) ,6 3 Erpina (Anggota) ,0 KELOMPOK II 4 Natan P (Ketua) ,6 5 Siti Asmah (Anggota) Pramita Yunita Ningsih (Anggota) ,6 KELOMPOK III 7 Fathur Rahman (Ketua) Skor rata-rata 8 Maharani Puspitaningrum SP (Anggota) ,8 9 Ariniyati (Anggota) ,3 Nilai Rata-rata Dimensi 4,8 4,7 4,2 4,6 Skor Rata-rata Dimensi (%) ,7 Keterangan: A = Sikap menghargai; B = Sikap membantu; C = Kemampuan mengemukakan pendapat. 88,9 91,1 93,4

7 Demitra., Sarjoko., Saritha Kittie Uda, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif.. 7 Skor keterampilan sosial yang disusun dalam Tabel 2 digambarkan dalam Gambar 5 berikut. (1) (2) Gambar 5. Skor rata-rata kelompok mahasiswa (1) dan (2) skor rata-rata dimensi keterampilan sosial. Apabila dicermati dari sudut skor ratarata menurut dimensi, terlihat skor rata-rata terendah pada dimensi C = kemampuan mengemukakan pendapat. Sedangkan skor rata-rata dimensi A = sikap menghargai dan B = saling membantu berada diatas 85. Kedua dimensi A dan B sudah terbentuk dengan sangat baik, yang berarti bahwa, pertama, mahasiswa mau bersikap mendengarkan pendapat temannya, menghargai ide-ide temannya, memandang bantuan teman penting dan diterima dengan senang hati. Kedua, mahasiswa mau membantu teman yang sedang menghadapi masalah, memberikan bantuan sesuai kemampuan seoptimal mungkin, dan tidak memperhitungkan untung rugi saat memberikan bantuan. Pemenuhan prinsip-prinsip pembelajaran efektif Menurut Merril (2009) pembelajaran efektif memegang prinsip-prinsip demontrasi, aplikasi, pengaktifan, dan integrasi. Hasil pengamatan dan wawancara terhadap mahasiswa diperoleh prosentase pemenuhan prinsip-prinsip pem- belajaran efektif sebesar 95,59%, yang dinilai telah memenuhi prinsip-prinsip demonstrasi, aplikasi, berpusat pada tugas, penguatan, dan integrasi. Meskipun demikian masih ada 4,41% komponen-komponen dari prinsip-prinsip pembelajaran efektif yang belum sepenuhnya terpenuhi pada prinsip demonstrasi dan integrasi. Pemenuhan elemen-elemen pembelajaran kooperatif Menurut Jacob, et al (1996) model pembelajaran kooperatif diharapkan mengadung elemen-elemen saling ketergantungan positif (positive interdependence), keterampilan berkolaborasi (collaborative skills), pemrosesan interaksi dalam kelompok (processing group interaction), pembentukan kelompok secara heterogen (heterogenous grouping), tanggung jawab individual (individual accountability), dan keterampilan sosial. Pemenuhan elemen-elemen pembelajaran kooperatif telah diamati selama pembelajaran dengan MPK Handep dan untuk mengkonfirmasi hasil pengamatan dilakukan wawancara mendalam tentang semua elemen tersebut. Hasil pengamatan dan wawancara tersebut menunjukkan bahwa 98,68% MPK Handep telah memenuhi elemen-elemen pembelajaran kooperatif. MPK Handep telah seluruhnya memenuhi aspek-aspek dalam elemen ketergantungan positif, keterampilan berkolaborasi, pemrosesan interaksi dalam kelompok, pembentukan kelompok secara heterogen (dalam hal kemampuan akademik dan jenis kelamin), tanggung jawab individual dan keterampilan sosial. Sedangkan pembentukan kelompok secara heterogen dalam hal latar belakang suku dirasakan sebagian besar sudah terpenuhi 1,32%. Ada satu kelompok yang anggotanya berasal dari suku bangsa yang sama. Hasil ini dirujuk dengan hasil wawancara dengan mahasiswa menunjukkan bahwa keragaman suku tidak terlalu berpengaruh terhadap proses kerjasama kelompok. Mereka memandang bekerjasama dengan teman dari berbagai latar belakang suku bangsa lebih memungkinkan melakukan kerjasama.

8 8 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 1, APRIL 2012 Pemenuhan kaidah-kaidah Quantum Teaching Kaidah-kaidah Quantum Teaching yang diamati, difokuskan pada orkestrasi kesuksesan melalui konteks. Pemenuhan kaidah-kaidah Quantum Teaching dalam implementasi MPK Handep baru mencapai 75%, sedangkan 25% masih ada kaidah-kaidah yang belum diterapkan dalam implementasi MPK Handep. Kaidah-kaidah yang sudah terpenuhi adalah mengorkestrasi suasana belajar yang menggairahkan, namun masih kurang terpenuhi pada menciptakan rasa kesamaan nilainilai, rasa kesepakatan,rasa saling memiliki, dan keteladanan. Kaidah mengorkestrasi landasan yang kokoh sudah terpenuhi, sedangkan pada kaidah mengorkestrasi lingkungan yang mendukung, baru terpenuhi pada aspek-aspek penataan kursi secara fleksibel dan aspek menggunakan alat bantu pembelajaran sesuai modalitas. Sedangkan aspek-aspek penggunaan ikon, poster afirmasi dan warna dalam menata lingkungan sekitar (kelas), dan pengaturan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental, dan pendukung lingkungan belajar, masih belum terpenuhi. Tanggapan mahasiswa peserta uji kelompok kecil Hasil angket tentang respon mahasiswa terhadap implementasi MPK Handep menyatakan bahwa belajar dengan MPK Handep sangat menarik bagi mahasiswa, karena dapat memecahkan sendiri bersama-sama dan memahami kelemahan sendiri, serta mencari jalan keluarnya, lebih cepat memahami materi, mendapat kesempatan saling membantu memecahkan masalah orang lain. Belajar dengan MPK Handep Pembelajaran Kajian Himpunan dirasakan menyenangkan, karena ada yang membantu memecahkan masalah, berkesempatan mengemukakan pendapat, mudah memahami materi dengan bantuan teman, dan belajar lebih santai tapi serius. Bagian dari langkah-langkah pembelajaran yang membantu menyelesaikan tugas pada langkah (1) tes awal, (4) menyampaikan masalah kepada teman dalamkelompok, dan langkah (6) memecahkan masalah individual dibantu anggota-anggota kelompok lainnya. Bagian dari langkah-langkah pembelajaran yang sulit di-jalankan pada langkah (6) apabila semua anggota tidak mampu, (7) mengevaluasi hasil pemecahan, dan (8) penyajian hasil pemecahan di depan kelas. Pengetahuan yang diperoleh selama pembelajaran adalah penguasaan materi dan penerapan dalam soal dan menyelesaikan soal cerita terkait konsep himpunan. Keterampilan yang diperoleh selama pembelajaran adalah memecahkan masalah (problem solving), mengemukakan pendapat, dan menyampaikan pengetahuan yang kita miliki kepada orang lain (sharing). Rekomendasi yang diberikan oleh mahasiswa, MPK Handep juga diterapkan untuk pembelajaran Kajian Matematika Sekolah I yang lain, diharapkan dosen menambahkan atau menyempurnakan materi yang disajikan oleh kelompok di depan kelas. Overview MPK Handep Overview MPK Handep diwujudkan dalam bentuk buku ajar. Buku ajar ditulis dalam 142 halaman dengan tampilan pada halaman sampul buku, terdapat logo Universitas Palangkaraya tertulis judul buku, nama penulis (Tim Pengembang), foto-foto, dan tahun penyelesaian buku setelah diujicoba ahli dan ujicoba kelompok kecil.pada halaman berikutnya terdapat Daftar Isi sebanyak empat halaman, yang memperlihatkan sistematika isi buku. Bagian isi Buku Ajar MPK Handep diawali dengan Bab 1 Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, tujuan dan ruang lingkup penulisan buku ajar MPK Handep. Kemudian pada Bagian I Orientasi Teoretik yang memuat Bab 2 Pembelajaran Matematika dan Sains, Bab 3 Model Pembelajaran Kooperatif, dan Bab 4 Pola Gotong Royong Handep. Bab 2 Pembelajaran Matematika dan Sains memiliki sub-sub bab Pandangan konstruktivistik dalam pembelajaran, Keterampilan pemecahan masalah dan metakognisi, Pembelajaran Matematika.

9 Demitra., Sarjoko., Saritha Kittie Uda, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif.. 9 Bab 3 Model Pembelajaran Kooperatif memuat sub-sub bab Pengertian model pembelajaran, Model pembelajaran kooperatif, Prinsipprinsip dasar pengembangan pembelajaran kooperatif Handep, Elemen-elemen pembelajaran kooperatif, kaidah-kaidah Quantum Teaching, dan Prinsip-prinsip pembelajaran efektif. Bab 4 Pola gotong royong Handep menyajikan konsep gotong royong Handep dan penerapannya dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Kalimantan Tengah, yang disajikan dalam sub-sub bab Gotong Royong Handep dalam kegiatan berladang, Gotong royong Handep dalam acara pesta pernikahan, Gotong royong Handep dalam memidahkan rumah, dan pola kerjasama Handep. Bagian II Pengembangan Model Pembelajaran memuat Bab 5 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Handep dengan sub-sub bab Orientasi Model, Tujuan dan Asumsi, Konsep Kunci, Model Mengajar, dan Aplikasi. Sub bab terakhir dari Bab 2, 3, 4, dan 5 disajikan ringkasan masing-masing bab. Keseluruhan buku ajar diakhir dengan Daftar Pustaka. Buku Ajar. Model Pembelajaran Kooperatif Handep yang telah disusun tersebut, merupakan hasil uji ahli dan uji kelompok kecil. PEMBAHASAN Keefektifan MPK Handep dilihat dari data hasil belajar berupa Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring, pemenuhan prinsip-prinsip pembelajaran efektif, dan pemenuhan elemenelemen pembelajaran kooperatif. Dampak instruksional yang dicapai berupa skor kemampuan pemecahan masalah kajian materi Himpunan oleh ketiga kelompok mahasiswa, dengan skor rata-rata kelompok masingmasing kelompok I, II, dan III sebesar 91,1; 96,7; dan 91,1. Ketiga skor rata-rata tersebut menggambarkan prosentase keberhasilan mahasiswa memecahkan masalah kajian materi himpunan. Kelompok I mampu mencapai 91,1% keseluruhan kemampuan pemecahan masalah yang harus dikuasai, begitu pulauntuk kelompok II dan III. Teknolog Pembelajaran yang secara hipotetik menyatakan keberhasilan Dampak Instruksional minimal mencapai 85%. Dugaan tersebut melalui uji kelompok kecil telah terbukti, karena skor rata-rata kelompok dalam memecahkan masalah melampaui 85%. Jika dilihat dari skor rata-rata dimensi Kemampuan Pemecahan Masalah, dengan penerapan MPK Handep dalam pembelajaran, mahasiswa mampu menguasai keseluruhan dimensi kemampuan pemecahan masalah. Dimensi kemampuan pemecahan masalah yang telah dikuasai tersebut adalah: (1) kemampuan mendefinisikan masalah, (2) kemampuan menggali data-data/ fakta, (3) kemampuan menemukan model/cara pemecahan, (4) kemampuan menemukan jawaban, (5) kemampuan mengevaluasi hasil pemecahan, dan (6) kemampuan menyajikan hasil pemecahan. Tahap-tahap pemecahan masalah ini relevan dengan tahap-tahap pemecahan masalah yang dijadikan sintaks model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam Fogarty (1997) dan Demitra (2004). Meskipun demikian model PBL dan MPK Handep tetap memiliki perbedaan. Perbedaan utamanya terletak pada proses kolaborasi. Proses kolaborasi pada model PBL tidak dipreskrisikan dengan jelas, sedangkan pada MPK Handep proses kolaborasi telah dipreskripsikan dengan jelas. Preskripsi tentang kolaborasi pada MPK Handep dapat dicermati pada tahap memecahkan masalah individual secara bergiliran dalam kelompok, dimana semua anggota kelompok aktif terlibat memecahkan semua masalah baik masalah miliknya maupun milik teman dalam kelompok. Hasil tersebut apabila dirujuk pada Angket Respon Mahasiswa terhadap MPK Handep menunjukkan bahwa mahasiswa merasa terbantu memecahkan masalah terutama pada langkahlangkah pokok menyampaikan masalah individual, memecahkan masalah individual secara bersama. Kedua langkah pokok ini merupakan langkah yang paling menentukan terhadap keberhasilan mahasiswa memecahkan masalah. Sedangkan langkah menyajikan hasil pemecahan dirasakan cukup sulit karena harus

10 10 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 1, APRIL 2012 berbicara menjelaskan materi di depan kelas. Nilai positif yang bisa ditarik dari langkah ini adalah tantangan atau resiko belajar yang dihadapi bersama dalam kelompok, membuat proses belajar menjadi sesuatu yang menantang. Melalui proses pemecahan masalah secara berkolaborasi dalam MPK Handep juga terbentuk pemahaman terhadap konsep-konsep himpunan yang sulit dipahami oleh mahasiswa secara individual. Dari hasil wawancara tentang konsep-konsep yang dikuasai mahasiswa mengatakan bahwa mereka mamahami dan ingat kembali konsep dasar himpunan, himpunan bagian, dan aplikasi himpunan dalam soal cerita. Efektifitas juga dilihat dari pemenuhan prinsip-prinsip pembelajaran efektif menurut Merril (2009). Prinsip-prinsip pembelajaran efektif mencakup demonstrasi, aplikasi, berpusat pada tugas, pengaktifan, dan integrasi. Keseluruhan prinsip-prinsip tersebut telah terpenuhi dalam MPK Handep sebesar 95,59%, yang berarti bahwa hampir semua prinsip telah terpenuhi. Bagianbagian yang masih perlu disempurnakan adalah dengan mengelaborasi cara mahasiswa mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah di depan kelas. Berdasarkan saran para mahasiswa yang mengatakan bahwa mereka lebih senang apabila semua anggota kelompok mendapat peran dalam penyajian materi kajian Himpunan di depan kelas. Caranya adalah membagi tugas anggota-anggota kelompok saat presentasi, sebagai moderator, penyaji materi, menjawab pertanyaan, mempersiapkan bahan penyajian, dan lain-lain. Hal ini dapat dilakukan dengan meminta kelompok membagi tugas dan setiap anggota mengambil bagian tanggung jawab terhadap tugas penyajian di depan kelas, yang berarti dalam tugas penyajian hasil, membutuhkan tanggung jawab individual masingmasing anggotanya. Hasil validasi pemenuhan elemen-elemen pembelajaran kooperatif pada elemen tanggung jawab individual (individual account-tability), menunjukkan bahwa elemen ini telah terpenuhi yang dirasakan baik oleh pengamat pembelajaran maupun mahasiswa. Satu hal yang berpotensi menimbulkan tantangan besar bagi kelompok adalah pada prinsip mencipta, menemukan, atau cara-cara mengekspresikan cara-cara dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan baru, apabila semua anggota kelompok tidak mampu menemukan pemecahan. Hal ini perlu dicarikan strategi untuk mengatasinya, yang dapat dilakukan dengan cara (1) membentuk kelompok dengan keragaman kemampuan awal, (2) membimbing kelompok apabila terjadi kebuntuan dalam proses kerjasama, dengan pertanyaan penggiring, atau pertanyaan metakognisi. Di samping elemen tanggung jawab individual, juga ada lima elemen lainnya yang telah terpenuhi oleh MPK Handep yaitu saling ketergantungan positif, keterampilan berkolaborasi, pemrosesan interaksi dalam kelompok, pembentukan kelompok secara heterogen, dan keterampilan sosial. Pemenuhan semua elemen pembelajaran kooperatif mencapai 98,68%, yang berarti bahwa MPK Handep telah memenuhi hampir semua elemen pembelajaran kooperatif tersebut. Keterampilan sosial merupakan dampak pengiring yang secara khusus dinilai selama implementasi pembelajaran. Prosentase ketercapaian penguasaan keterampilan sosial mencapai 88,9% (Kelompok I), 91,1% (Kelompok II), dan 93,4% (Kelompok III). Prosentase ketercapaian tersebut telah melampau batas dugaan 85% yang telah diprediksi oleh Teknolog Pembelajaran dalam uji ahli. Besarnya prosentase ketercapaian tersebut mengindikasikan bahwa keenam elemen pembelajaran kooperatif telah terjadi dalam proses pembelajaran dengan MPK Handep. Ketergantungan positif, kolaborasi kelompok, interaksi dalam dan keterampilan sosial tercapai pada langkah-langkah pokok mengemukakan masalah individual didepan kelompok, memecahkan masalah individual secara bergiliran dalam kelompok. Efisiensi MPK Handep dilihat dari sisi besar alokasi waktu, cakupan materi, dominasi fasilitator (dosen model) dalam implementasi pembelajaran. Selama implementasi, pembelajaran MPK Handep memakan waktu selama ± 3 Jam

11 Demitra., Sarjoko., Saritha Kittie Uda, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif.. 11 Pertemuan (1 Jam Pertemuan) atau sekitar 150 menit. Jumlah alokasi waktu secara linier tergantung pada pada banyak anggota kelompok yang harus mendapat giliran pemecahan masalah secara bersama. Cakupan materi yang dipelajari mahasiswa pada himpunan adalah materi yang sukar dipahami. Secara keseluruhan materi himpunan mencakup pokok bahasan pengertian himpunan dan notasi himpunan; himpunan bagian; operasi irisan, gabungan, kurang (selisih), dan komplemen pada himpunan, dan konsep himpunan dalam pemecahan masalah. Jika dilihat dari sisi dominasi fasilitator, proses belajar dengan MPK Handep membutuhkan fasilitasi saat memahami masalah, merefleksi masalah individual, mendefinisikan masalah, dan mengevaluasi hasil. Pada langkah-langkah pokok tersebut, fasilitasi lebih sering dilakukan. Sementara pada tahap penggiliran pemecahan masalah, dan penemuan model/atau cara pemecahan masalah, serta cara menyajikan hasil pemecahan masalah, mahasiswa nampak lebih mandiri tanpa bantuan dosen. Hal ini menandakan bahwa MPK Handep memungkinkan terbentuknya proses belajar aktif dan kemandirian belajar pada mahasiswa. Dominasi dosen fasilitator tidak terlalu besar, dan waktu yang ada lebih banyak didominasi oleh proses pemecahan masalah oleh kelompok. Kemenarikan MPK Handep dilihat dari data hasil validasi representasi kaidah-kaidah Quantum Teaching dan Respon Mahasiswa. Hasil validasi terhadap representasi kaidah-kaidah Quantum Teaching baru mencapai 75%. Ketercapaian tersebut terdapat pada kaidah menjalin rasa simpati dan saling pengertian antar anggota, menciptakan suasana belajar yang menggembirakan, afirmasi, pengakuan terhadap usah belajar dan merayakan kerja keras pebelajar. MPK Handep juga telah mampu memberdayakan mahasiswa keluar dari zona nyaman dan bertualang dalam proses belajar yang mengandung resiko, ketika mereka menghadapi masalah. Kaidah mengorkestrasi landasan yang kokoh juga telah terpenuhi dalam hal mencapai tujuan bersama, melakukan interaksi, mengembangkan kecakapan, mengajarkan delapan kunci keunggulan (kejujuran, kegagalan awal kesuksesan, berbicara dengan niat baik, komitmen, luwes, tanggung jawab, menggunakan waktu sebaiknya, dan keselaran jiwa, tubuh, dan pikiran). Begitu pula pada aspek membuat kesepakatan dan prosedur dalam pembelajaran. Kaidah mengorkestrasi lingkungan yang mendukug telah terpenuhi pada aspek penggunaan alat bantu dan penataan kursi. Sedangkan penggunaan poster afirmasi, ikon, warna, dan musik belum diterapkan dalam implementasi MPK Handep. Kaidah mengorkestrasi perancangan pembelajaran yang dinamis sudah terpenuhi pada aspek penggunaan modalitas Visual, Audio, Kinestetik (VAK), tetapi masih belum terpenuhi pada penggunaan kerangka Tanamkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (TAN- DUR) (De Porter, et al., 2000) dalam menyusun SAP. Berdasarkan respon mahasiswa tentang kemenarikan MPK Handep, para mahasiswa menyatakan bahwa MPK Handep sangat menarik atau menarik, dan perlu dilanjutkan pada pembahasan materi lainnya dalam matakuliah Kajian Matematika Sekolah I. MPK Handep juga mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi mahasiswa, karena pembelajaran menyentuh pada permasalahan yang diminati oleh mahasiswa dan proses pemecahan masalah yang dibantu oleh teman. Untuk tindak lanjut berikutnya, masih perlu dilakukan kegiatan-kegiatan merevisi sintaks dengan mengelaborasi pada tahap pembentukan kelompok. Tahap pembentukan kelompok ditambahkan dengan perkenalan, saling bersalaman dengan diiringi musik. Begitu juga elaborasi pada cara penyajian hasil pemecahan masalah oleh kelompok, memperbaiki rancangan pembelajaran dengan menggunakan kerangka TANDUR, menggunakan poster afirmasi, ikon-ikon, dan musik untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dalam Quantum Teaching.

12 12 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 1, APRIL 2012 Kegiatan ujicoba akan semakin lengkap dengan melakukan uji empiris di lapangan di sekolah-sekolah, dengan melakukan eksperimentasi pembelajaran MPK Handep pada mata pelajaran matematika dan sains di sekolah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa pola gotong royong Handep bisa diimplementasikan dalam pembelajaran dengan mengembangkan MPK Handep. MPK Handep yang telah dikembangkan dalam penelitian ini telah diujicoba melalui uji ahli Teknolog Pembelajaran dan uji kelompok kecil pada mahasiswa. Hasil penelaahan ahli Teknolog Pembelajaran dalam tiga tahap menunjukkan bahwa MPK Handep telah layak sebagai sebuah model pembelajaran kooperatif, dan direkomendasikan untuk uji implementasi (uji lapangan). Hasil uji lapangan melalui uji kelompok kecil menunjukkan bahwa MPK Handep efektif, menarik serta efisien untuk pembelajaran Matematika. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan kemenarikan, dilakukan validasi terhadap pemenuhan prinsip-prinsip pembelajaran efektif, pemenuhan elemen-elemen pembelajaran kooperatif, pemenuhan kaidah-kaidah Quantum Teaching, penilaian terhadap kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan sossial, serta tanggapan mahasiswa sebagai subjek ujicoba. Hasil uji kelompok kecil menunjukkan bahwa Dampak Instruksional yang diindikatorkan dengan penguasaan kemampuan pemecahan masalah telah melampaui batas ketercapaian dugaan Teknolog Pembelajaran sebesar 85% (Kelompok I = 91,1%; Kelompok II = 96,7%; dan Kelompok III = 91,1%). Dampak pengiring yang diukur melalu Rubrik Keterampilan Sosial menunjukkan bahwa prosesntase ketercapaian penguasaan keterampilan sosial juga telah melampaui 85% (Kelompok I =88,9; Kelompok II =91,1; dan Kelompok III = 93,4). Pemenuhan prinsip-prinsip pembelajaran efektif yaitu demonstrasi, aplikasi, berpusat pada tugas, pengaktifan, dan integrasi mencapai 95,59%.Pemenuhan elemen-elemen pembelajaran kooperatif telah mencapai 98,68% pada elemen saling ketergantungan positif, keterampilan berkolaborasi, pemrosesan interkasi kelompok, pembentukan kelompok secara heterogen, tanggung jawab individual, dan keterampilan sosial. Pemenuhan kaidah-kaidah Quantum Teaching pada MPK Handep baru mencapai 75%, yang telah terpenuhi pada kaidah-kaidah mengorkestrasikan suasana belajar yang menggairahkan, mengorkestrasi landasan yang kokoh, aspek penataan kelas dan alat bantu sesuai modalitas VAK. Dan masih perlu diupayakan pemenuhannya pada penggunaan poster afirmasi, ikon-ikon, dan musik untuk menata suasana belajar yang menyenangkan. Hasil pengisian angket respon mahasiswa menunjukkan bahwa MPK Handep merupakan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, serta mampu memfasilitasi belajar untuk perolehan pengetahuan penguasaan konsep himpunan, keterampilan pemecahan masalah, dan keterampilan sosial. Saran-saran Saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian adalah, pertama, perlunya tindak lanjut ujicoba pada uji lapangan melalui studi eksperimentasi untuk mengevaluasi efektifitas, efisiensi dan kemenarikan setelah implementasi MPK Handep pada mata pelajaran Matematika dan Sains di sekolah, dengan tujuan mengukur ketercapaian dampak instruksional dan dampak pengiring. Kedua, perlu penelitian pada variabel-variabel yang lebih diperluas, dengan meneliti efektifitas MPK Handep pada berbagai bidang studi yang memiliki karakteristik tersediri, variabel jumlah anggota kelompok, dan sejauhmana tingkat kolaborasi yang terjadi saat belajar dengan pola Handep.

13 Demitra., Sarjoko., Saritha Kittie Uda, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif.. 13 DAFTAR RUJUKAN Arrends. R.I Classroom instructional and management. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Danandjaya, J Kebudayaan penduduk Kalimantan Tengah. Editor: Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Djambatan. Demitra Pengaruh pendekatan pembelajaran dan tipe masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah ill dan well-defined. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan TEP. Demitra dan Sarjoko Pengembangan Lembar Kerja Mahasiswa untuk Teknik Pengintegralan dengan strategi pertanyaan metakognisi. Laporan Penelitian PPKP. Palangkaraya: Ditnaga DIKTI-Lembaga Penelitian Unpar. De Porter, B., Reardon, M., dan Nourie, S.S Quantum teaching: mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas (Penerjemah: Ary Nilandari). Bandung: Kaifa. Fogarty, K.C Problem based learning and other curriculum models for the multiple intellingences classroom. Arlington Heights, Illinois: Sky Light. Hudoyo, H Representasi belajar berbasis masalah. Makalah dalam Prosiding Konferensi Nasional Matematika XI bagian I, tanggal Juli 2002 di Universitas Negeri Malang. Jacobs, G.M., Lee., G.S., dan Ball, J Learning cooperative via cooperative learning. Singapore: SEAMEO Regional Languange Center Singapore. Joyce, B. and Weil, M, dan Calhoun, E Models of teaching. Penerjemah: Ahmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lada, E.Y dan Demitra, Perkembangan kemampuan pemahaman intuitif konsep luas persegi pada siswa SDN Selat IX Kuala Kapuas. Laporan Penelitian Dosen Muda. Palangkaraya: DP2M Dikti-Lemlit Unpar. Merril, D First Prinsiple of instruction. Editor: Reigeluth, C.M., dan Cheliman, A.A.C. Instructional design theoris and models: building a common knowledge base Vol.III, pp New York: Routledge. Mubyarto, dkk Desa-desa Kalimantan: studi bina desa pedalaman Kalimantan Tengah. Yogyakarta: Aditya Media.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Handep Pada Materi Pangkat Rasional di SMAN 3 Palangka Raya

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Handep Pada Materi Pangkat Rasional di SMAN 3 Palangka Raya 48 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR 1, APRIL 2014 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Handep Pada Materi Pangkat Rasional di SMAN 3 Palangka Raya Demitra, Sarjoko Program Studi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR MELALUI IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA

PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR MELALUI IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR MELALUI IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA Agustiningsih, S.Pd.,M.Pd. Dosen PGSD FKIP Universitas Jember Abstrak Latar belakang dilakukan penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MODUL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP JAMUR

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MODUL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP JAMUR PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MODUL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP JAMUR 1 Musriadi 2 Rubiah 1&2 Dosen Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Serambi Mekkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015 Ary Wardani 1, Triyono 2, Ngatman 3 1 Mahasiswa, 2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran sejarah di

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR EFEKTIF DAN INOVATIF

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR EFEKTIF DAN INOVATIF KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR EFEKTIF DAN INOVATIF PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar adalah bentuk peyelenggaraan pendidikan, memadukan secara sistematis dan berkesinambungan kegiatan pendidikan didalam

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan potensi tersebut

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Dr. Marzuki (FIS UNY)

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Dr. Marzuki (FIS UNY) MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh: Dr. Marzuki (FIS UNY) 1 MODEL PEMBELAJARAN 1. COOPERATIVE LEARNING 2. PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH 3. PEMBELAJARAN TEKNIK KLARIFIKASI NILAI ATAUVALUE CLARIFICATION

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade*

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade* PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade* Abstrak Kegiatan pembelajaran quantum teaching dapat mewujudkan pembelajaran yang bervariasi terpusat pada peserta didik dan dapat dimaksimalkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG MALANG

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG MALANG JURNAL ILMIAH MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA Volume 1 Nomor 1 (2015) ISSN: 2460-3481 PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG

Lebih terperinci

Arsini Dosen Jurusan Tadris Fisika FITK IAIN Walisongo

Arsini Dosen Jurusan Tadris Fisika FITK IAIN Walisongo Penerapan Problem Based Learning... PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF BERBANTUAN MODUL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA PERKULIAHAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION Rahayu Dwi Palupi, Penerapan Model Belajar Group Investigation... 85 PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS TENTANG DAYA TARIK, MOTIVASI, DAN AMBISI BANGSA

Lebih terperinci

Oleh: Gunawan Guru SMP Negeri 1 Raha Kabupaten Muna

Oleh: Gunawan Guru SMP Negeri 1 Raha Kabupaten Muna MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII. 2 SMP NEGERI 1 RAHA TENTANG KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) Oleh: Gunawan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR Dudung Priatna Abstrak Pembelajaran matematika perlu memperhatikan beberapa hal berikut diantaranya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah

Lebih terperinci

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Oleh :, M.Pd Jurusan Matematika FMIPA UNNES Abstrak Tingkat kemampuan berpikir

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF

STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF Cooperative Learning DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH LEMBAGA PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH RASIONAL 1. Pemberlakuan

Lebih terperinci

Anna Hartati MTs Negeri Barabai Abstract

Anna Hartati MTs Negeri Barabai Abstract MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION (STAD) PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IX H DI MTsN BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2.

PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2. PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2 1) 2) SD Buin Batu Sumbawa Barat e-mail: endah.ekowati@newmont.com,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN (PKn) STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN (PKn) STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN (PKn) STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) Maryanto ABSTRACT More than 60% of students in SMP Negeri 2 Pulosari

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Oleh: Muslim Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa Melalui Pendekatan Problem Based Learning dengan Setting Numbered Heads Together

Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa Melalui Pendekatan Problem Based Learning dengan Setting Numbered Heads Together SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 M-35 Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa Melalui Pendekatan Problem Based Learning dengan Setting Numbered Heads Together Diana Amirotuz Zuraida

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERKARAKTER BERBASIS QUANTUM TEACHING PADA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII SMP

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERKARAKTER BERBASIS QUANTUM TEACHING PADA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII SMP PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERKARAKTER BERBASIS QUANTUM TEACHING PADA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII SMP Ahmad Adi 4, Dafik 5, Hobri 6, Didik Sugeng 7 Abstract : The research

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS SISWA DI KELAS VIII

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS SISWA DI KELAS VIII PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS SISWA DI KELAS VIII Rahma Dwi Khoirunnisa 1), Tatag Yuli Eko Siswono 2) 1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya pengertian belajar menurut Syah (2007: 92). Belajar adalah tahapan perubahan

Lebih terperinci

Khusnul Lusi Nursyam Syanas 1, Bakti Mulyani 2*, Sulistyo Saputro 2 1 Mahasiswa Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

Khusnul Lusi Nursyam Syanas 1, Bakti Mulyani 2*, Sulistyo Saputro 2 1 Mahasiswa Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 1 Tahun 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 16-21 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL LEARNING

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) Tadjuddin * Abstrak: Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah unsur penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa dan negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Setiap bangsa yang ingin berkualitas selalu berupaya untuk meningkatkan tingkat

Lebih terperinci

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif Jurnal Matematika Vol. 3 No. 2, Desember 2013. ISSN: 1693-1394 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif Tri Wahyuningsih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

LEMMA VOL I NO. 1, NOV 2014

LEMMA VOL I NO. 1, NOV 2014 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA MATA KULIAH TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SD MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UMMY SOLOK Rita Oktavinora

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Sebagaimana dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Sebagaimana dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam kemajuan suatu negara. Pendidikan merupakan suatu usaha dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional disebutkan bahwa ; pendidikan nasional adalah pendid ikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional disebutkan bahwa ; pendidikan nasional adalah pendid ikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa ; pendidikan nasional adalah pendid ikan yang berdasarkan Pancasila dan

Lebih terperinci

Kelompok Materi : Materi Pokok

Kelompok Materi : Materi Pokok Silabus Pelatihan Silabus Pelatihan Kelompok Materi : Materi Pokok 87 Materi Pelatihan Alokasi Waktu :. d. Inspirasi Pembelajaran melalui Tayangan Video : JP (90 menit) No Kompetensi Uraian Materi Kegiatan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT DWI ASTUTI MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT (STAD) Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum PTK dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 2 SD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat menuntut negara Indonesia menuju perubahan, terutama dalam dunia pendidikan. Perubahan ini menuntut

Lebih terperinci

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI BERBASIS PBL (PROJECT BASED LEARNING) DI MA

MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI BERBASIS PBL (PROJECT BASED LEARNING) DI MA ISSN: 1979-732X MANAJEMEN PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI BERBASIS PBL (PROJECT BASED LEARNING) DI MA Yunitasari Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bengkulu, Jl.

Lebih terperinci

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian Jurnal Geografi Volume 12 No 1 (29 dari 114) Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS KOMPETENSI MEMAHAMI HUBUNGAN MANUSIA DAN BUMI MELALUI

Lebih terperinci

Penggunaan Model Kooperatif Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Respons Mahasiswa Calon Guru pada Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia

Penggunaan Model Kooperatif Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Respons Mahasiswa Calon Guru pada Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Penggunaan Model Kooperatif Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Respons Mahasiswa Calon Guru pada Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Nahadi dan Liliasari Universitas Pendidikan Indonesia Penelitian

Lebih terperinci

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X D SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD YANG DIINTERVENSI DENGAN STRATEGI INKUIRI Abas Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

Siti Nurul Azimi, Edy Bambang Irawan Universitas Negeri Malang

Siti Nurul Azimi, Edy Bambang Irawan Universitas Negeri Malang Upaya Meningktakan Tahap Berpikir Siswa pada Materi Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran Melalui Pembelajaran Geometri van-hiele Kelas VIII di MTs NW Lepak Siti Nurul Azimi, Edy Bambang Irawan Universitas

Lebih terperinci

Fitri Mulyani SMP Negeri 1 Bunguran Tengah

Fitri Mulyani SMP Negeri 1 Bunguran Tengah EFEKTIFITAS PROBLEM BASE LEARNING BERBASIS KOOPERATIF LEARNING UNTUK MEMAHAMKAN OPERASI ALJABAR BAGI SISWA SMP N 3 BUNGURAN TIMUR, NATUNA, KEPULAUAN RIAU KELAS VIII SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN METODE INKUIRI

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN METODE INKUIRI PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS IV SD Nani Wahyuni 1, Suripto 2, Joharman 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret e-mail:

Lebih terperinci

Rasmitadila 1a. (Diterima: ; Ditelaah: ; Disetujui: ) ABSTRACT ABSTRAK

Rasmitadila 1a. (Diterima: ; Ditelaah: ; Disetujui: ) ABSTRACT ABSTRAK Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928 Volume 5 Nomor 1, April 2014 15 IMPLEMENTASI USULAN STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF BERDASARKAN SISTEM PEMBELAJARAN ALAMIAH OTAK (BRAIN BASED TEACHING) UNTUK PESERTA

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berorientasi Life Skills untuk Kelas Permulaan Sekolah Dasar Oleh Ketua Dr. Arju Muti'Ah, M.Pd NIDN:0012036007 Anggota

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK JIGSAW INTEGRASI JURNAL AKADEMIK DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH KONSELING KARIR

IMPLEMENTASI TEKNIK JIGSAW INTEGRASI JURNAL AKADEMIK DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH KONSELING KARIR IMPLEMENTASI TEKNIK JIGSAW INTEGRASI JURNAL AKADEMIK DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH KONSELING KARIR MARYAM RAHIM Universitas Negeri Gorontalo Jurusan Bimbingan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel :

Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONSTRASI IRAMA PADA BIDANG STUDI SENI MUSIK DI KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam yang merupakan ciptaan Tuhan yang maha kuasa secara sistematis, sehingga IPA bukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dengan

Lebih terperinci

Sinar Sion Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri Suka Makmur ABSTRAK

Sinar Sion Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri Suka Makmur   ABSTRAK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT PADA MATERI POKOK GERAK BEBAS BERIRAMA DENGAN ARAH BIDANG STUDI PENDIDIKAN JASMANI KELAS 1 SD NEGERI 105300 SUKA MAKMUR Sinar

Lebih terperinci

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V Sri Rahyuni, Lukman Nadjamuddin, dan Abduh H. Harun Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,

Lebih terperinci

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU Hadi Guru Matematika SMP Negeri 1 Palu Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

PENINGKATAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH MENGGAMBAR CAD

PENINGKATAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH MENGGAMBAR CAD PENINGKATAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH MENGGAMBAR CAD (43423227) PROGRAM STUDI D3-TS-B /2009 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

di susun dari berbagai sumber oleh

di susun dari berbagai sumber oleh di susun dari berbagai sumber oleh Model pembelajaran kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. serta berfungsi

Lebih terperinci

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 10 No 2 (2015) 33-42

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 10 No 2 (2015) 33-42 LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : 0216-7433 Vol. 10 No 2 (2015) 33-42 UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI SMK YUDHA KARYA MAGELANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensipotensi

II. TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensipotensi 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensipotensi

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 1 BILAH

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Mariati Purnama Simanjuntak Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan mariati_ps@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Fisika 2012 Jakarta, 9 Juni Intan Irawati. 1. Pendahuluan

Seminar Nasional Fisika 2012 Jakarta, 9 Juni Intan Irawati. 1. Pendahuluan PENERAPAN PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION) PADA MATERI MEKANIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 MAN 15 JAKARTA Intan Irawati MAN 15 Jakarta Jl. Inayah No.24,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Pendidikan Akuntansi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS VII F SMP AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran PE Premiere Educandum 7(1) 87 94 Juni 2017 Copyright 2017 PGSD Universitas PGRI Madiun P ISSN: 2088-550/E ISSN: 2528-517 Available at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/pe

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS) MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 3 PENGORGANISASIAN MODEL KURIKULUM PEMBELAJARAN TERPADU Dr. RATNAWATI SUSANTO., M.M., M.Pd KEMAMPUAN AKHIR : MAHASISWA MEMILIKI KEMAMPUAN MENGORGANISASIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU Hatma, Jesi Alexander Alim, Syahrilfuddin misnariati@gmail.com, jesialexa@yahoo.com, via.syalisia@yahoo.com

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kemampuan Menentukan KPK a. Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa (bisa, sanggup)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 1 (1) (2012) 57-62 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii UPAYA MENGEMBANGKAN LEARNING COMMUNITY SISWA KELAS X SMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Lebih terperinci