TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN BAYAH MENGENAI GEJALA KLINIS MALARIA SETELAH MENDAPAT PENYULUHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN BAYAH MENGENAI GEJALA KLINIS MALARIA SETELAH MENDAPAT PENYULUHAN"

Transkripsi

1 TINGKAT PENGETAHUAN MURID SEKOLAH DI KECAMATAN BAYAH MENGENAI GEJALA KLINIS MALARIA SETELAH MENDAPAT PENYULUHAN Nila Rosalina Hidayati, Saleha Sungkar, Beti Ernawati Dewi Program Studi Pendidikan Dokter Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Abstrak Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat perlu mendapatkan pengetahuan mengenai malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan murid sekolah mengenai gejala klinis pada malaria setelah mendapat penyuluhan di Kecamatan Bayah, Provinsi Banten. Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada tanggal Oktober 2009 dengan mewawancarai responden menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai gejala klinis pada malaria. Hasilnya menunjukkan, responden perempuan berjumlah 60 orang (56,6%) dan laki-laki 46 orang (43,4%). Usia < 12 tahun 41,5% dan > 12 tahun 58,5%. Tingkat pengetahuan baik sebanyak 9 orang (8,5%), cukup 18 orang (17%), dan kurang 79 orang (74,5%). Seluruh responden pernah mendapat informasi mengenai gejala klinis pada malaria. Berdasarkan uji chisquare, tidak terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara pengetahuan gejala klinis malaria dengan usia, jenis kelamin, dan sumber informasi paling berkesan. Pada uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antara pengetahuan gejala klinis malaria dengan kegiatan, jumlah sumber informasi dan riwayat menderita dalam keluarga. Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan gejala klinis pada malaria tergolong kurang dan tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, kegiatan sehari-hari, jumlah sumber informasi, sumber informasi yang paling berkesan, dan riwayat menderita malaria dalam keluarga. Kata kunci: gejala klinis; malaria; murid sekolah; tingkat pengetahuan Knowledge Level Regarding Malaria Clinical Manifestations of Students in Bayah Subdistrict After Given A Health Education. Abstract Malaria is a public health problem in Indonesia. Therefore, people need to gain knowledge about malaria. This study aims to determine knowledge level regarding malaria clinical manifestations of students in Bayah after getting health education. The study was conducted with cross-sectional design. Data was collected on October 2009 by interviewing respondents using a questionnaire consisting questions about clinical manifestations on malaria. The results show female respondents totaled 60 people (56,6%) and male respondents 46 people (43,4%). There are 9 people (8,5%) with good knowledge level, 18

2 people (17%) moderate knowledge level, and 79 people (74,5%) with poor knowledge level. All respondents had received information about malaria clinical manifestations. Chi-square test showed no significant differences between the knowledge level regarding malaria clinical manifestations with age, gender, and the most impressive source of information. Kolmogorov-Smirnov showed no significant differences between the knowledge level regarding malaria clinical manifestations with daily activities, the number of information sources and history of suffering from malaria in the family. It can be concluded that knowledge level regarding malaria clinical manifestations and not associated with all respondents demographic characteristics. Keywords: clinical manifestations; knowledge level; malaria; students Pendahuluan Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Malaria menjadi salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi. Malaria sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia, salah satunya di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pada umumnya KLB disebabkan oleh perubahan lingkungan, migrasi penduduk dan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan sehingga tempat perindukan vektor malaria semakin meluas. Pada tahun 2005, terjadi KLB malaria di Kabupaten Lebak yang menyebabkan 480 orang menderita malaria dan di Kecamatan Bayah sebanyak 191 orang. 1 Pada tahun 2006 terdapat 400 penderita malaria dan pada tahun 2007 menurun menjadi 209 orang. Pada tahun 2008 terdapat 109 penderita malaria namun meningkat kembali menjadi 205 orang pada tahun Malaria menimbulkan gejala klinis berupa menggigil, demam tinggi dan berkeringat. 3 Jika gejala tersebut tidak diatasi dapat mengakibatkan komplikasi berupa kejang, hipoglikemi, syok, koma, dan kematian. 4 Oleh karena itu, untuk mencegah komplikasi dan kematian, warga perlu diberikan penyuluhan mengenai gejala klinis malaria. Jika telah mengenal gejala klinis, diharapkan warga dapat segera memberikan pertolongan pertama dan segera ke puskesmas untuk mendapat pertolongan definitif. Karena sebagian besar warga Bayah berpendidikan rendah dan umumnya anak mereka lebih pandai, maka penyuluhan diberikan kepada murid sekolah. Selain penyuluhan, leaflet dan booklet mengenai malaria juga diberikan kepada murid untuk dipelajari di rumah. Diharapkan, murid sekolah akan menyampaikan hasil penyuluhan tersebut kepada orangtua dan keluarga mereka di rumah.

3 Satu bulan sesudah mendapat penyuluhan dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah tingkat pengetahuan murid telah mencapai kategori baik. Tinjauan Teoritis 1 Malaria 1.1 Definisi dan Epidemiologi Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan splenomegali. 5 Malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Malaria dapat ditemui hampir di seluruh dunia, terutama negara - negara beriklim tropis dan subtropis. Menurut WHO, pada tahun 2008, 109 negara di dunia merupakan negara endemis. 6 Sekitar 2,5 milyar penduduk dunia berisiko dan setiap tahunnya ditemukan juta kasus malaria yang mengakibatkan lebih dari satu juta kematian terutama di negara-negara benua Afrika. 7,8 Di Indonesia, daerah yang mempunyai kasus malaria tinggi dilaporkan dari kawasan timur Indonesia antara lain provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Sulawesi Tenggara. 4 Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, terdapat 15 juta penderita malaria dengan kematian setiap tahunnya. Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah yang berisiko tertular malaria. Dari 293 kabupaten/kota di Indonesia, 167 kabupaten/kota merupakan wilayah endemis malaria. 4,9 Di pulau Jawa terdapat kasus malaria. Dari total kasus tersebut, sebanyak 830 kasus terjadi di Jawa Barat dan 311 kasus di Banten. Terdapat 26 daerah endemis malaria di Banten, termasuk Kabupaten Lebak. Pada tahun 2005, terdapat KLB malaria di Kabupaten Lebak dengan jumlah penderita mencapai 184 orang dan 173 diantaranya merupakan penduduk Kecamatan Bayah Etiologi Malaria disebabkan oleh Plasmodium dari kelas Sporozoa dan ditularkan melalui gigitan Anopheles yang menyerang eritrosit manusia. 10 Terdapat 4 spesies malaria yaitu P. vivax, P. falciparum, P. malariae dan P. ovale. P. vivax menyebabkan malaria vivax yang disebut juga sebagai malaria tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P. ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P.

4 falciparum menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ tubuh. 9, Patogenesis Plasmodium, parasit malaria, memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk Anopheles betina Gejala Klinis Manifestasi klinis malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi infeksi malaria. Berat atau ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis Plasmodium, daerah asal infeksi, usia (usia lanjut dan bayi sering lebih berat), ada dugaan konstitusi genetik, keadaan kesehatan dan nutrisi, kemoprofilaksis dan pengobatan sebelumnya. 5 Manifestasi Umum Malaria 1. Masa inkubasi Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek untuk P. falciparum dan terpanjang untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau padaderajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfusi darah yang mengandung stadium aseksual) Gejala prodromal Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam. Keluhan antara lain lesu, malaise, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang atau otot, anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang- kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan pada P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak Gejala umum

5 Gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (Malaria paroxysm) secara berurutan: a. Periode dingin Mulai menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan saat menggigil seluruh tubuh sering bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur. 19 b. Periode panas Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat, dan panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40 C atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, muntah-muntah, dapat terjadi syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih. 1 c. Periode berkeringat Timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah. Kadang-kadang dalam keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh seperti orang mandi. Biasanya setelah berkeringat, penderita merasa sehat kembali. Di daerah endemis malaria dimana penduduk telah mempunyai imunitas terhadap malaria, gejala klasik di atas timbul tidak berurutan bahkan bisa jadi tidak ditemukan gejala tersebut- kadang muncul gejala lain. Malaria laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati. 20,21 Trias malaria secara keseluruhan dapat berlangsung 6-10 jam, lebih sering terjadi pada infeksi P. vivax. Pada P. falciparum menggigil dapat berlangsung berat atau tidak ada. Terdapat beberapa keadaan klinik pada perjalanan infeksi malaria, yaitu: a. Serangan primer Yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/ menggigil; panas dan berkeringat. Serangan paroksismal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari banyaknya parasit dan keadaan imunitas penderita. 19 b. Periode laten Yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal. Periode laten dapat terjadi sebelum atau sesudah serangan primer. Pada periode tersebut parasit tidak ditemukan dalam peredaran darah tapi infeksi masih berlangsung. 19

6 c. Rekrudesensi Berulangnya gejala klinis dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer.rekrudesensi dapat terjadi sesudah periode laten serangan primer. 19 d. Rekurensi Berulangnya gejala klinis atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer. Keadaan tersebut juga menerangkan apakah gejala klinis disebabkan oleh kehidupan parasit yang berasal dari bentuk di luar eritrosit (hipnozoit) atau parasit dari bentuk eritrositik. 19 e. Relaps Relaps merupakan keadaan berulangnya gejala kilnis atau parasitemia yang lebih lama dari waktu di antara serangan periodik dari infeksi primer. Istilah relaps dipakai untuk menyatakan berulangnya gejala klinis setelah periode lama dari masa laten, sampai 5 tahun, biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk di luar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau ovale. 1 Malaria vivaks Pada hari-hari pertama panas irregular, kadang-kadang remiten atau intermiten. Pada saat itu perasaan dingin atau menggigil jarang terjadi. Pada akhir minggu tipe panas menjadi intermiten dan periodic setiap 48 jam dengan gejala klasik trias malaria. Serangan paroksismal biasanya terjadi waktu sore hari. Kepadatan parasit mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari. Pada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, limpa masih membesar dan panas masih berlangsung. Pada akhir minggu kelima, panas mulai turun. Manifestasi klinis malaria vivax dapat berat, tetapi tidak terlalu berbahaya, limpa dapat membesar sampai derajat 4 atau 5 (ukuran Hackett). Malaria serebral dapat terjadi walaupun jarang (pada P. vivax multinucleatum). Edema tungkai disebabkan oleh hipoalbuminemia. Mortalitas malaria vivax rendah tetapi morbiditas tinggi karena seringnya terjadi relaps. Terdapat 3 tipe relaps pada malaria vivax yang bergantung pada sub- spesies Plasmodium: Tipe I: inkubasi pendek (12-20 hari), relaps sering terjadi dan periode laten tidak memanjang. Tipe II: inkubasi pendek (2-20 hari), periode laten panjang (7-13 bulan), diikuti satu atau lebih relaps selama periode laten. Tipe III: inkubasi panjang (6-9 bulan), periode laten panjang (7-13 bulan), relaps terjadi sesudah serangan primer yang terlambat atau selama periode laten. 19 Malaria malariae

7 Pada serangan pertama, gejala mirip dengan malaria vivax, namun, serangan demam pada malaria ini lebih teratur dan terjadi sore hari.malaria ini dapat menyebabkan kelainan ginjal yang dapat bersifat menahun dan progresif serta berprognosis buruk.dibandingkan dengan malaria vivax, anemia pada malaria ini kurang jelas, namun splenomegali dapat mencapai ukuran yang besar. Nefrosis pada malaria kuartana sering terjadi pada anak di Afrika.Meskipun parasitemia tidak tinggi (1%), namun semua stadium parasit aseksual dapat ditemukan pada darah tepi. Mekanisme rekurensi pada malaria ini disebabkan oleh parasit dari daur eritrosit menjadi banyak yang stadium aseksual dari daur eritrositnya dapat bertahan lama di dalam tubuh manusia. Parasit-parasit ini terlindung dari pertahanan sistem imun humoral maupun selular manusia karena memiliki faktor evasi, yaitu parasit dapat menghindar dari pengaruh zat antibodi dan fosgositosis, selain itu variasi antigen yang terus menerus berubah menjadi penyebab bertahannya parasit-parasit tersebut. 22 Malaria ovale Merupakan bentuk yang paling ringan di antara semua jenis malaria. Gejala klinis hampir sama dengan malaria vivaks, lebih ringan, puncak panas lebih rendah dan perlangsungan lebih pendek, dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan. Serangan menggigil jarang terjadi dan splenomegali jarang sampai dapat diraba. Parasitemia seperti pada malaria vivax, dan gametosit terlihat pada minggu pertama. 19 Malaria falciparum Merupakan bentuk yang paling berat yang ditandai dengan panas irregular, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak, dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika mempunyai perlangsungan yang cepat, dan parasitemia tinggi dan menyerang semua bentuk eritrosit. Gejala prodromal yang sering dijumpai, yaitu sakit kepala, nyeri belakang/tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah, dan diare. Parasit sulit ditemukan pada penderita dengan pengobatan supresif. Panas biasanya irregular dan tidak periodic dan sering terjadi hiperpireksia dengan temperature diatas 40 C. Gejala lain berupa banyak keringat walaupun temperature normal. Jika infeksi memberat nadi cepat, mual, muntah, diarea menjadi berat dan diikuti kelainan paru (batuk). Splenomegali dijumpai lebih sering dan sering pada perabaan; hati membesar dan timbul ikterus. Terdapat anemia ringan dan leukopeni dengan monositosis. Infeksi dapat segera diatasi bila pada stadium dini penyakit dapat didiagnosis dan diobati dengan baik. 19 Pembesaran limpa (splenomegali) sering dijumpai pada penderita malaria. Limpa akan teraba 3 hari setelah serangan infeksi akut. Limpa menjadi bengkak, nyeri dan hiperemis. Limpa merupakan

8 organ penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria. Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena P. falciparum. Anemia disebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan, eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time) dan gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (diseritropoesis). Jenis anemia pada malaria dapat berupa anemia hemolitik, normokrom dan normositik atau hipokrom. Dapat juga terdapat anemia makrositik bila terdapat kekurangan asam folat. Pada darah tepi selain parasit malaria, dapat ditemukan polikromasi, anisositosis, poikilositosis, sel target, basophilic stippling pada sel darah merah.pada anemia berat dapat terlihat Cabot s ring, Howel Jolly bodies dan sel darah merah yang berinti. 23 Metode penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan cross sectional yaitu penelusuran dilakukan pada suatu saat tertentu, artinya tiap subyek hanya diobservasi satu kali, pengukuran variable subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut, dan tidak ada perlakuan terhadap responden. Pengambilan data pada tanggal Oktober 2009, yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Bayah, Kecamatan Bayah, Provinsi Banten. MTs dipilih karena merupakan sekolah yang memiliki jumlah murid terbanyak di Kecamatan Bayah. Populasi target pada penelitian ini adalah murid sekolah di Kecamatan Bayah. Populasi terjangkau penelitian ini adalah murid MTs Negeri Bayah yang berada di lokasi pengambilan data pada tanggal Oktober Subjek penelitian ini adalah murid MTs Negeri Bayah yang berada di lokasi pengambilan data pada tanggal Oktober 2009,dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu tercatat sebagai murid MTs Negeri Bayah, berada di lokasi pengambilan data saat pengambilan data berlangsung, serta bersedia diwawancarai dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah murid MTs yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik, tidak hadir di tempat saat pengambilan data, dan tidak kooperatif saat proses pengambilan data. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling. Dipilih 106 murid secara acak kemudian hasilnya akan digunakan untuk memilih responden penelitian. Seluruh murid MTs yang terpilih, secara langsung akan menjadi responden penelitian dengan menjawab langsung pertanyaan kuesioner dari peneliti. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, kegiatan sehari-hari, jumlah sumber informasi, sumber informasi yang paling berkesan, dan riwayat

9 menderita malaria dalam keluarga. Variabel tergantungnya yaitu tingkat pengetahuan mengenai gejala klinis malaria. Pengambilan data responden penelitian dilakukan secara langsung tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada murid MTs Negeri Bayah di lokasi penelitian sehingga validita dan reabilitas responden dapat dipertanggungjawabkan. Verifikasi data dilakukan oleh peneliti setelah wawancara selesai. Data yang didapatkan dari pengisian kuesioner diperiksa kelengkapan dan kesesuaiannya segera setelah pengambilan data selesai dilakukan. Data yang telah lengkap dan sesuai diklasifikasikan sesuai dengan skala pengukurannya masing-masing yaitu numerik, ordinal, dan nominal. Jenis kelamin, kegiatan sehari-hari, sumber informasi yang paling berkesan dan riwayat menderita malaria dalam keluarga diklasifikasikan ke dalam skala nominal, sedangkan kelompok usia ke dalam skala ordinal. Selain itu, kumulasi nilai pengetahuan responden tentang malaria akan diklasifikasikan ke dalam skala ordinal. Data dianalisis menggunakan program SPSS Analisis univariat digunakan untuk distribusi frekuensi variabel dependen dan variabel independen. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan murid kelas 7-8 MTs Negeri Bayah dengan karakteristik demografi mereka, peneliti menggunakan uji chi-square dan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil penelitian Data Umum Kecamatan Bayah terletak di wilayah selatan Kabupaten Lebak dengan jarak 140 km dari Ibukota Kabupaten. Kecamatan Bayah memiliki luas sebesar Hektar dengan kondisi tanah perbukitan dan sebagian lahan kehutanan, perkebunan, tambang batubara, tambang emas dan tambang pasir. Tambang tersebut sering meninggalkan banyak lubang galian yang akan terisi air saat hujan. Kondisi tersebut sesuai dengan tempat berkembangbiak vektor malaria, yaitu Anopheles. MTs Negeri Bayah merupakan salah satu sekolah di Kecamatan Bayah yang setara dengan sekolah menengah pertama (SMP). Jumlah semua murid adalah 371 orang (laki-laki 55% dan perempuan 45%). Jumlah tersebut terdiri atas kelas VII (112 murid), VIII (132 murid), dan IX (127 murid). Di kelas VII terdapat 43 murid laki-laki dan 69 murid perempuan, di kelas VIII terdapat 65 murid laki-laki dan 67 murid perempuan, serta di kelas IX terdapat 56 murid laki-laki dan 71 murid permepuan. Kelas VII, VIII, dan IX masing-masing terdiri atas 4 kelas sehingga terdapat total 12 kelas. Data Khusus Survei dilakukan terhadap 106 murid MTs. Responden terbanyak berusia >12

10 tahun (58,5%), responden yang tidak memiliki riwayat menderita malaria dalam keluarga (79,2%) lebih banyak daripada responden yang memiliki riwayat menderita malaria dalam keluarga. Responden perempuan (56,6%) lebih banyak daripada responden laki-laki. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan adalah pengajian 50,9% (Tabel 4.2.1). Tabel Sebaran Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Kegiatan dan Riwayat Menderita Malaria Variabel Kategori Jumlah % Usia 12 tahun 44 41,5 > 12 tahun 62 58,5 Jenis kelamin Laki-laki 46 43,4 Perempuan 60 56,6 Riwayat menderita malaria Tidak 84 79,2 Ya 22 20,8 Kegiatan Pengajian 54 50,9 Membantu di rumah a 4 3,8 Bermain di sekitar rumah b 48 45,3 Tabel Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Sumber Informasi Jumlah Sumber Informasi Jumlah % Tidak Mendapat Informasi 0 0 Hanya 1 Sumber Informasi a 18 17,0 2 Sumber Informasi b 17 16,0 3 Sumber Informasi c 23 21,7 4 Sumber Informasi d 17 16,0 5 Sumber Informasi e 12 11,3 6 Sumber Informasi f 19 17,9 Keterangan: a, b, c dan d digabung untuk keperluan analisis e dan f digabung untuk keperluan analisis Dari Tabel diketahui bahwa semua responden pernah mendapat informasi mengenai malaria dan umumnya responden mendapatkan informasi dari tiga sumber (21,7%). Pada Tabel diketahui bahwa 57,5% responden menyatakan sumber informasi tentang yang paling berkesan didapat dari petugas kesehatan.

11 Tabel Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi yang Paling Berkesan Sumber Informasi yang Paling Berkesan Jumlah % Petugas kesehatan (bidan, perawat, dokter) 61 57,5 Media elektronik (televisi, radio) a 32 30,2 Keluarga b 4 3,8 Media cetak (koran, majalah) c 3 2,8 Teman d 3 2,8 Sekolah e 2 1,9 Lain-lain f 1 0,9 Tetangga g 0 0 Keterangan: a, b,c, d, e, f, g digabung untuk keperluan analisis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai gejala klinis pada malaria tergolong kurang (74,5%). Sementara itu, 17% responden tergolong sedang dan 8,5% berpengetahuan baik. Tingkat pengetahuan responden mengenai gejala klinis pada malaria dinilai berdasarkan pengetahuannya terhadap gejala utama pada malaria, gejala malaria lainnya, pola demam pada malaria, dan gejala malaria yang sudah parah. Pertanyaan pertama pada kuesioner adalah mengenai gejala utama pada malaria. Sebanyak 26,4% responden menjawab demam tinggi. Sebagian besar responden lainnya (68,9%) menjawab demam tinggi atau menggigil atau berkeringat banyak dan sisanya tidak mengetahui gejala utama malaria (4,7%). Pertanyaan kedua pada kuesinoer adalah mengenai gejala malaria lainnya. Sebayak 10 orang menjawab dengan lengkap yaitu mual muntah, lemas, nyeri otot, pucat, dan pusing. Sebanyak 81 responden memilih mual muntah, lemas, pucat, pusing, sedangkan nyeri otot dijawab 6 orang, sisanya tiga orang menjawab tidak tahu Pertanyaan ketiga pada kuesioner adalah mengenai pola demam malaria. Didapatkan hasil sebanyak 24 responden (22,6%) yang menjawab kambuh pada waktu tertentu tergantung jenis malaria, 37 responden (35%) menjawab demam terus menerus, serta 45 responden (42,4%) menjawab tidak tahu. Pertanyaan keempat adalah mengenai tanda malaria yang sudah parah. Sebanyak 42,4% responden menjawab tidak sadarkan diri dan kulit dingin, 25% menjawab demam tinggi terus menerus, 2,0% menjawab kencing hitam, 2,0% menjawab kulit kuning, 23% menjawab tidak tahu, dan sisanya 5,6% responden menjawab dengan lengkap (tidak sadarkan diri, demam tinggi terus menerus, kencing hitam, kulit dingin, kulit kuning).

12 Pada Tabel diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai gejala klinis malaria tidak berbeda bermakna dengan usia, jenis kelamin, kegiatan sehari-hari, jumlah sumber informasi, sumber informasi yang paling berkesan, dan riwayat menderita malaria dalam keluarga. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tida berhubungan dengan karakteristik demografi responden. Tabel Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Klinis Malaria dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Tingkat Pengetahuan P Uji Variabel Kategori Buruk Sedang Baik Usia < 12 tahun ,300 chi-square Jenis kelamin > 12 tahun Laki-laki ,238 chi-square Perempuan Kegiatan sehari-hari Jumlah sumber informasi Pengajian ,970 Kolmogorov- Smirnov Selain Pengajian < 3 > ,351 Kolmogorov- Smirnov Sumber informasi yang paling berkesan Petugas kesehatan Non petugas kesehatan ,690 chi-square riwayat Tidak ,523 kolmogorovmenderita Ya smirnov malaria

13 Diskusi Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Kinis Malaria Pengetahuan merupakan komponen penting dalam kehidupan. Peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan mempengaruhi sikap dan perilaku sesorang. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan memberikan penyuluhan, dalam hal ini pengetahuan mengenai gejala klinis malaria. Peningkatan pengetahuan tersebut diharapkan dapat membuat seseorang mengenal gejala klinis malaria dengan benar agar dapat mewaspadai gejala awal malaria dan segera berobat ke dokter atau rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan bahwa pengetahuan responden mengenai gejala malaria masih tergolong kurang. Sudarsono, 30 berpendapat bahwa pengetahuan berperan terhadap kejadian malaria yaitu seseorang dengan tingkat pengetahuan yang baik akan memberikan kepedulian yang lebih besar. Faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan yang kurang antara lain jarak survei tingkat pengetahuan dengan penyuluhan yang jauh (satu bulan) dan hanya satu kali, sehingga responden mungkin lupa mengenai penyuluhan yang didapat. Studi yang dilakukan oleh Amri et al, 31 menunjukkan bahwa penyuluhan lebih baik dilakukan minimal tiga kali berturut-turut dengan selang waktu satu bulan. Kemungkinan lainnya responden kurang mengerti mengenai apa yang disampaikan dalam penyuluhan. Pemberi materi penyuluhan adalah mahasiswa yang belum memiliki pengalama dalam memberikan penyuluhan. Fathi et al, 32 menyatakan keberhasilan penyuluhan juga ditentukan oleh pengalaman dan kefasihan tenaga penyuluh. Oleh karena itu, pengalaman sangat penting dalam memberikan penyuluhan agar penyuluhan tersebut tepat sasaran dan dapat meningkatkan pengetahuan. Materi penyuluhan sebaiknya berdasarkan hasil survei sehingga penyuluhan sesuai dengan kebutuhan responden. Hasil survei menunjukkan jawaban kuesioner yang salah adalah pola demam, gejala malaria lainnya dan tanda malaria yang sudah parah. Oleh karena itu, untuk penyuluhan berikut, materi harus ditekankan pada hasil survei tersebut. Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Klinis Malaria dan Kelompok Usia Semakin tinggi usia seseorang semakin bertambah pengalamannya, semakin bertambah pengalaman dalam hidupnya semakin bertambah pula tingkat pengetahuannya. Singgih, 33 menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan sesorang adalah

14 usia. Notoatmodjo, 34 juga melaporkan bahwa pengetahuan seseorang semakin bertambah dari pengalaman yang diperoleh, namun pada penelitian ini, tidak didapatkan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai gejala kinis malaria dan kelompok usia. Artinya, tingkat pengetahuan gejala klinis malaria tidak berhubungan dengan usia. Hal tersebut mungkin dapat disebabkan oleh jarak usia responden yang pendek dan tingkat pendidikan responden karena bersekolah di satu sekolah yang sama. Hal ini sesuai dengan penelitian Sharma et al, 35 mendapatkan hasil bahwa usia tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan. Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Klinis Malaria dan Jenis Kelamin Pada umumnya, perempuan lebih sering berinteraksi, bersosialisasi, dan bertukar informasi sehingga pengetahuan mereka lebih baik daripada laki-laki termasuk dalam hal gejala klinis malaria. Laki-laki maupun perempuan memiliki kemampuan yang sama untuk mendapatkan informasi mengenai gejala klinis malaria. Hal tersebut didukung oleh studi Saikhu et al, 36 dan Theresia et al, 37 yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan yang diperoleh. Oleh karena itu, penyuluhan sebaiknya diberikan kepada semua murid tanpa mempertimbangkan jenis kelamin untuk mendapatkan informasi tersebut. Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Klinis Malaria dan Jumlah Sumber Informasi Secara umum, semakin banyak jumlah sumber informasi yang didapat, semakin baik tingkat pengetahuan seseorang. Diharapkan dengan banyaknya pilihan sumber informasi, murid mendapatkan penyuluhan secara berkala dan dengan metode yang variatif. Jumlah informasi yang lebih banyak akan membantu murid mengingat materi penyuluhan, menelusuri materi lebih dalam dan mempermudah penerapannya di kehidupan seharihari. Salah satu penelitian yang menyatakan hal tersebut adalah penelitian Neto et al, 38 yang mengatakan semakin banyak jumlah informasi yang tersedia akan semakin baik tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu hal. Pada penelitian ini didapatkan tingkat pengetahuan gejala klinis malaria tidak berhubungan dengan jumlah sumber informasi responden. Oleh karena itu, peningkatan kualitas informasi harus dilakukan seperti mengadakan penyuluhan dalam bentuk ceramah dan diskusi secara berkala. Meningkatkan penyediaan fasilitas juga perlu dilakukan seperti melengkapi buku malaria di perpustakaan sekolah dan menyediakan alat

15 kebersihan agar murid dapat membersihkan lingkungan sekolah secara rutin. Maharaj et al, 39 menyatakan untuk meningkatkan pengetahuan penting melakukan peningkatan ketersediaan informasi. Hal tersebut didukung oleh Notoatmodjo, 34 yang menyatakan bahwa ketersediaan fasilitas merupakan faktor yang memudahkan untuk memperoleh informasi sehingga pengetahuan seseorang dapat ditingkatkan. Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Klinis Malaria dan Jumlah Sumber Informasi Paling Berkesan \Saat menyampaikan penyuluhan, pemberi informasi yang tepat akan mempengaruhi seberapa besar seseorang dapat mengingat akan materi yang disampaikan. Semakin menarik semakin besar pula kesempatan seseorang untuk memperhatikan dan memahami informasi yang disampaikan sehingga tingkat pengetahuan yang dimiliki semakin tinggi. Dalam penelitian ini, tingkat pengetahuan gejala klinis malaria tidak berhubungan dengan sumber informasi yang paling berkesan. Dengan kata lain, sumber informasi tertentu tidak dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang. Hal tersebut mungkin disebabkan murid hanya terkesan pada cara dan teknik penyampaian informasi tanpa disertai ketertarikan pada isi informasi sehingga materi yang harus disampaikan menjadi terlupakan. Kemungkinan lainnya adalah penyuluhan tidak dilakukan dengan frekuensi yang cukup, rutin dan teratur. Jika penyuluhan hanya sekali, maka informasi yang diperoleh hanya bersifat short term memory dan sulit diingat untuk long term memory. Pada penelitian ini, penyuluhan diberikan satu bulan sebelumnya sehingga mungkin responden lupa walaupun sumber itu berkesan bagi mereka. Dengan demikian, penyuluhan sebaiknya dilakukan rutin dan teratur. Maharaj et al, 39 melaporkan petugas kesehatan hanya memberikan sedikit informasi malaria yang dapat dimengerti. Menurut Sukowati et al, 30 menyatakan bahwa petugas kesehatan tidak pernah memberikan penyuluhan secara khusus mengenai malaria melainkan menggabungkan penyuluhan dengan penyakit lain. Berdasarkan hal itu, penyampaian informasi harus disampaikan dengan bahasa sederhana sehingga lebih mudah untuk dimengerti. Hubungan Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Klinis Malaria dan Riwayat Menderita Malaria dalam Keluarga Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pengalaman yang didapatkan oleh seseorang akan membuat pengetahuannya mengenai hal tersebut meningkat, termasuk dalam hal pengalaman menderita atau menghadapi penderita penyakit tertentu seperti malaria. Hal

16 serupa juga terjadi bila keluarga seseorang pernah menderita malaria dengan merawat atau mendengar cerita dari keluarga tersebut. Peningkatan pengetahuan tersebut pula dapat diperoleh dari petugas kesehatan atau dokter saat melakukan konsultasi. Notoatmodjo, 34 melaporkan bahwa pengalaman yang dialami diri sendiri maupun orang lain akan memperluas pengetahuan seseorang, namun pada penelitian ini tidak didapatkan tingkat pengetahuan gejala klinis malaria tidak berhubungan dengan riwayat menderita malaria dalam keluarga. Salah satu kemungkinan penyebab tidak adanya hubungan tersebut adalah kurangnya edukasi mengenai gejala malaria terutama terhadap penderita malaria, sehingga responden yang memiliki riwayat sakit malaria tidak mengetahui bahwa gejala yang dialami adalah gejala malaria. Selain itu mungkin dapat disebabkan komunikasi dalam keluarga yang kurang baik sehingga di dalam keluarga tidak terjadi pertukaran informasi dengan baik. Dengan demikian, penyuluhan mengenai malaria perlu diberikan kepada semua murid tanpa memandang riwayat sakit malaria. Pengetahuan Responden Mengenai Gejala Klinis Malaria dan Kegiatan Sehari-hari Responden Semakin sering seseorang beraktivitas dalam kegiatan sehari-hari, semakin banyak untuk saling bertukar informasi atau pengalaman dengan orang lain sehingga dapat menambah pengetahuan yang dimiliki. Notoadmodjo, 34 menyatakan bahwa sosial budaya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pada penelitian ini, tingkat pengetahuan mengenai gejala klinis malaria tidak berhubungan dengan kegiatan sehari-hari. Dengan kata lain hasil penelitian ini menjukkan bahwa kegiatan sehari-hari tidak dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang. Kesimpulan 1. Pengetahuan murid madrasah mengenai gejala klinis pada malaria tergolong kurang. 2. Responden perempuan 56,6% dan laki-laki 43,4%, sebagian besar memperoleh informasi dari tiga sumber, dan memilih petugas kesehatan sebagai sumber informasi yang paling berkesan. 3. Tingkat pengetahuan murid mengenai gejala klinis pada malaria tidak berhubungan dengan karakteristik demografi responden (usia, jenis kelamin, kegiatan sehari-hari, jumlah sumber informasi, sumber informasi yang paling berkesan, dan riwayat menderita malaria dalam keluarga).

17 Saran 1. Tingkat pengetahuan murid madrasah mengenai gejala klinis pada malaria perlu ditingkatkan agar mencapai kategori baik, yaitu dengan memberikan penyuluhan dalam bentuk diskusi yang dilakukan minimal tiga kali berturut-turut dengan selang waktu satu bulan. 2. Penyuluhan dilakukan tanpa memperhatikan karakteristik demografi responden, tetapi dengan memperhatikan jawaban yang salah pada kuesioner. Daftar pustaka 1. Wijaya AM. Pola Penularan Malaria Di Daerah Ekosistem Pantai: Wabah KLB Malaria di Puskesma DTP Bayah Kabupaten Lebak. Jakarta; Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak. Data Kasus Malaria Bulanan. Lebak: Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak; World Health Organization. Guidelines for The Treatment of Malaria. 2 nd Ed. 2010; Pribadi W, Sungkar S. Malaria. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; Harijanto PN. Malaria. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setati S (editor). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III, edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; h World Health Organization. World malaria report 2008 [online]. Diunduh dari: [Diunduh pada tanggal 4 Oktober 2009]. 7. Center for Disease Control and Prevention. Malaria facts April; Diunduh dari: [Diunduh pada tanggal 4 Oktober 2009]. 8. World Health Organization. Guidelines fot the treatment of malaria; Diunduh dari [Diunduh pada tanggal 4 Oktober 2009] 9. Departemen Kesehatan RI. Pedoman penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta; h.1-12, 15-23, Departemen Kesehatan RI. Penatalaksanaan kasus malaria. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkea RI; Nugroho A & Tumewu WM. Siklus hidup Plasmodium malaria. Dalam Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC; h Departemen Kesehatan RI. Modul entomologi malaria 3. Jakarta: Bakti Husada; h.

18 Center for Disease Control and Prevention. Anopheles Mosquitos June 30. Diunduh dari: [Diunduh pada tanggal 4 Oktober 2009]. 14. World Health Organization. World malaria situation in Part I III. Wkly Epidol Rec 1997: 72: NSW Arbovirus Surveillance & Vector Monitoring Program. Anopheles Mosquitos June 30. Diunduh dari: [Diunduh pada tanggal 10 Februari 2010]. 16. NSW Arbovirus Surveillance & Vector Monitoring Program. Anopheles Larvae August 16. Diunduh dari: pg [Diunduh pada tanggal 10 Februari 2010]. 17. NSW Arbovirus Surveillance & Vector Monitoring Program. Anopheles Pupa August 16. Diunduh dari: pada tanggal 10 Februari 2010]. 18. Center for Disease Control and Prevention. Anopheles Mosquitos June 30. Diunduh dari: [Diunduh pada tanggal 4 Oktober 2009]. 19. Harijanto PN. Malaria dari Molekuler ke Klinis. Edisi II. Jakarta: EGC; h WHO. Malaria: Know the facts. World Health Organization Newsletter. 1998; 13(1): US Departemen of Health and Human Service. Malaria. National Institute of Allergy and Infectious Diseases; 2002: Pribadi W. Plasmodium vivax, malariae, ovale, dan falciparum. Dalam: Gandahusada S, Ilahude (editor). Parasitologi kedokteran. 3 rd Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI h US Departemen of Health and Human Service. Malaria. National Institute of Allergy and Infectious Diseases; 2002: World Health Organization. WHO: Indonesia Confronts Malaria Epidemics in Poor Rural Areas. Diunduh dari: ino.pdf [diunduh pada 21 Januari 2010, pukul 21.00].

19 25.Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Konsensus penanganan malaria Prabowo A. Malaria: mencegah dan mengatasinya. Jakarta: Puspa Swara; Muhibbin S. Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya; Purwanto MN. Ilmu Pendidikan: Teori dan Praktik. Ed. 2. Bandung: Remaja Rosdakarya Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta; 1997: Sukowati S, Sapardiyah S, Lestary EW. Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang malaria di daerah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan. Jakarta Amri Z, Rivai A. Penurunanan prevalensi penyakit cacing usus dan peningkatan pencapaian target pemetik teh di perkebunan teh x Jawa Barat. 21 APOSHO annual meeting and conference; 7 September 2005: Denpasar. 32. Fathi, Keman S, Wahyuni CU. Peran faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan demam berdarah dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2005; 2: Wowolumaya C. Survey epidemiologi sederhana. Edisi ke-2. Jakarta: Panorama; Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta; Sharma KA, Bhasin S, Chaturvedi S. Predictors of knowledge about malaria in India. J Vect Born Dis. 2007; 44: Saikhu A et al. Malaria in Indonesia: A Summary of Recent Research into Its Enviromental Relationships. Australia: Griffith University Theresia M. Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pencegahan Malaria di Daerah Endemis. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Neto MC, Pinto PA, Coelho JC. An information gateway model. Évora, Portugal: Universidade de Évora; Maharaj et al. Community Knowledge, Attitudes, and Practices (KAP) on Malaria in Swaziland: A Country Earmarked for Malaria Elimination. Malaria Journal. 2009; 8: 29 dol: 10.

Tingkat Pengetahuan Murid Sekolah di Kecamatan Bayah Mengenai Pertolongan Pertama Pada Malaria setelah Mendapat Penyuluhan

Tingkat Pengetahuan Murid Sekolah di Kecamatan Bayah Mengenai Pertolongan Pertama Pada Malaria setelah Mendapat Penyuluhan Vol. 1, No. 3, Desember 2013 Tingkat Pengetahuan Murid Sekolah Tingkat Pengetahuan Murid Sekolah di Kecamatan Bayah Mengenai Pertolongan Pertama Pada Malaria setelah Mendapat Penyuluhan Kartika Hajarani,

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi Pokok Bahasan : Malaria Sub Pokok : Pencegahan Malaria Sasaran : Ibu/Bapak Kampung Yakonde Penyuluh : Mahasiswa PKL Politeknik Kesehatan Jayapura Waktu : 18.30 WPT Selesai Hari/tanggal : Senin, 23 Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Patel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Kabupaten Intan Jaya, adalah kabupaten yang baru berdiri pada tahun 2009, dan merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten sebelumnya

Lebih terperinci

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60 Lintang Utara dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA LEMAH IRENG KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN 2011

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA LEMAH IRENG KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN 2011 TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA LEMAH IRENG KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN 2011 Dedi Herlambang ABSTRAK Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Parasit Genus Plasmodium terdiri dari 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT KECAMATAN BAYAH PROVINSI BANTEN MENGENAI GEJALA KLINIS MALARIA SKRIPSI

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT KECAMATAN BAYAH PROVINSI BANTEN MENGENAI GEJALA KLINIS MALARIA SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT KECAMATAN BAYAH PROVINSI BANTEN MENGENAI GEJALA KLINIS MALARIA SKRIPSI ROBBY PRATOMO PUTRA 0806320875 FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga

Lebih terperinci

Fajarina Lathu INTISARI

Fajarina Lathu INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar

Lebih terperinci

Promotif, Vol.3 No.2, April 2014 Hal

Promotif, Vol.3 No.2, April 2014 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DATARAN BULAN KECAMATAN AMPANA TETE KABUPATEN TOJO UNA UNA 1) Rizal Sidiki, 2) Indro Subagyo, 3) Muhammad Jufri 1,3) Fakultas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...viii SUMMARY... ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium

Lebih terperinci

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 872 Artikel Penelitian Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 Hans Everald 1, Nurhayati 2, Elizabeth Bahar 3 Abstrak Pengobatan malaria

Lebih terperinci

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDUDUK TERHADAP TINGGINYA PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DI DESA MESA KECAMATAN TNS (TEO NILA SERUA) KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2010 Helendra Taribuka,

Lebih terperinci

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman : Revisi Halaman Kepala 1. Pengertian Malaria adalah suatu infeksi penyakit akut maupun kronik yang disebakan oleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan

Lebih terperinci

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012 Gambaran Infeksi di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012 Nugraheni Maraelenisa Letelay 1, Ellya Rosa Delima 2 1. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar paling cepat yang disebabkan oleh virus nyamuk. Dalam 50 tahun terakhir, insiden telah meningkat 30 kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi parasit yaitu Plasmodium yang menyerang eritrosit.malaria dapat berlangsung akut maupun

Lebih terperinci

3. METODOLOGI. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Target Populasi pada penelitian ini adalah perempuan yang tinggal di daerah Paseban.

3. METODOLOGI. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Target Populasi pada penelitian ini adalah perempuan yang tinggal di daerah Paseban. 26 3. METODOLOGI 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu penelusuran dilakukan sesaat, artinya subjek diamati hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik dunia maupun Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit malaria adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis banyak menghadapi masalah kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu penyakit

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Malaria Sudah diketahui sejak jaman Yunani Kutukan dewa wabah disekitar Roma Daerah rawa berbau

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU WARGA KECAMATAN ARCAMANIK PROVINSI JAWA BARAT MENGENAI VEKTOR DBD DAN CARA PEMBERANTASANNYA TAHUN 2012-2013 Indra Bayu, 2013; Pembimbing I : Dr. Felix

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

Tingkat Kepatuhan Penderita Malaria Vivax... (M. Arie Wuryanto) M. Arie Wuryanto *) *) Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP ABSTRACT

Tingkat Kepatuhan Penderita Malaria Vivax... (M. Arie Wuryanto) M. Arie Wuryanto *) *) Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP ABSTRACT Tingkat Kepatuhan Penderita Malaria Vivax Dalam Minum Obat Serta Faktor Yang Mempengaruhinya Studi Pada Penderita Malaria Vivax Di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2005 M. Arie Wuryanto *) *) Bagian Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty dan atau Aedes albopictus. Infeksi virus

Lebih terperinci

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA KELUARGA

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA KELUARGA Volume 1, Nomor 1, Juli 2016 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA KELUARGA Fera Meliyanti Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Al- Ma arif Baturaja Jl. Dr. Moh. Hatta

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA Latar Belakang: Virus Hepatitis B atau (HBV) adalah virus DNA ganda hepadnaviridae. Virus Hepatitis B dapat

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Berdarah Dengue dengan Pengetahuan Penanganan Awal Demam Berdarah Dengue Correlation Between Maternal Level of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Malaria masih menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Menurut laporan WHO, kejadian malaria di dunia telah mengalami penurunan. Sebanyak 57 negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat ini. Menurut WHO tahun 2011, dari 106 negara yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditransmisikan oleh nyamuk Ae. Aegypti. 1 Menyebabkan banyak kematian pada anakanak sekitar 90 % dan biasanya

Lebih terperinci

Keywords: Characteristics, Malaria Parasites Positive, RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Keywords: Characteristics, Malaria Parasites Positive, RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. M. YUNUS KOTA BENGKULU TAHUN 2012 Dwi Putri 1, Sori Muda 2, Hiswani 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2

Lebih terperinci

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA 1 Melisa Pantow 2 Josef S. B. Tuda 2 Angle Sorisi 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA. OLEH Nurhafni, SKM. M.Kes

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA. OLEH Nurhafni, SKM. M.Kes LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA OLEH Nurhafni, SKM. M.Kes AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2 Manfaat...

Lebih terperinci

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN PALU TIMUR KOTA PALU 1) DaraSuci 2) NurAfni Bagian Epidemiologi

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

STATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL

STATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL STATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL Nurhayati Parasitologi FK UNAND E-mail: nurhayatikaidir@yahoo.co.id ARTIKEL PENELITIAN Abstrak Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Plasmodium. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kematian

Lebih terperinci

Penelitian. Vol. 4, No. 3, Juni Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Hal :

Penelitian. Vol. 4, No. 3, Juni Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Hal : Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 3, Juni 2013 Hal : 128-132 Penulis : 1. Nina Rahmadiliyani 2. Noralisa Korespondensi : STIKES

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA OLEH Ronilda Tambunan, SST AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN BAB l PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan...

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Saat ini kami dari Bagian

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Saat ini kami dari Bagian

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah salah satu penyakit menular paling umum dan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Malaria disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium, yang ditularkan

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe

Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe PENEL ITIAN Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe Taufik Randy, * Ronald Ottay, Henry Palandeng Abstract: Background: Malaria is a contagious

Lebih terperinci

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Frisca Kalangie* Dina V. Rombot**, Paul A. T. Kawatu* * Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL dr. Waode Mariyana dr. Isra Wahid, PhD FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III Reinhard Yosua Lontoh 1), A. J. M. Rattu 1), Wulan P. J. Kaunang 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditransmisikan melalui cucukan nyamuk dari genus Aedes,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies nyamuk Aedes Aigepty. Chikungunya berasal dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia. Sebagian besar kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui nyamuk terutama Aedes aegypti dan Aedes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Limboto Barat Barat Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni 2012. 3.2 Desain Penelitian

Lebih terperinci

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang Description of Delayed to Health Care Seeking Treatment in Leptospirosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak

Lebih terperinci

Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini. sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk

Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini. sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk A. PENDAHULUAN Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban masalah kesehatan masyarakat terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropis. DBD banyak ditemukan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang terabaikan / Neglected

BAB 1 PENDAHULUAN. Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang terabaikan / Neglected 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang terabaikan / Neglected Infectious Diseases (NIDs) yaitu penyakit infeksi yang endemis pada masyarakat miskin atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chikungunya adalah penyakit yang mirip dengan Demam Berdarah Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : 2302-8254 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR MINAHASA Trifena Manaroinsong*, Woodford B. S Joseph*,Dina V Rombot** *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

¹STIKES Nani Hasanuddin Makassar ²STIKES Nani Hasanuddin Makassar ³STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

¹STIKES Nani Hasanuddin Makassar ²STIKES Nani Hasanuddin Makassar ³STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI PERAWATAN ANAK RSU LABUANG BAJI MAKASSAR Sukmawati Hasan 1, Alfiah A 2, St Nurbaya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Malaria Key facts Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Setiap 30 detik seorang anak meninggal

Lebih terperinci

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN 2014 DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Esti Ratnasari dan Muhammad Khadziq Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang serius dan fatal yang disebabkan oleh parasit protozoa genus plasmodium yang ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDUDUK TERHADAP PENYAKIT FILARIASIS LIMFATIK DI DESA BONGAS KECAMATAN PAMANUKAN KABUPATEN SUBANG TAHUN 2011 Ayu Faujiah, 2011. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas dan merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia termasuk Indonesia, Separuh penduduk

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH : SERI ASTUTI HASIBUAN NIM. 101000322

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta merupakan jenis penyakit yang berpotensi mematikan adalah demam berdarah dengue (DBD). World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini ber di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota Kotamobagu. Wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

Lebih terperinci