PROFESIONALISME APARAT BIROKRASI PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFESIONALISME APARAT BIROKRASI PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG"

Transkripsi

1 PROFESIONALISME APARAT BIROKRASI PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PROFESSIONALISM OF APPARATUR OWNED THE POPULATION AND CIVIL REGISTRATION OFFICE OF SIDENRENG RAPPANG REGENCY Adli Lukman, Rakhmat, M. Thahir Haning Administrasi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Alamat Koresponden : Adli Lukman Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar, HP: adly_ep@yahoo.com

2 1 Abstrak Berbagai kebijakan telah diberlakukan oleh pemerintah untuk mendorong profesionalisme aparatur, pada kenyataannnya belum optimal dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis profesionalisme aparat birokrasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidrap. Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sampel 30 orang aparat yang diambil secara proportional sampling. Unit analisis adalah profesionalisme aparat birokrasi. Data dikumpulkan melalui observasi, kuisioner, wawancara (in depth interview), dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Profesionalisme aparat birokrasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidenreng Rappang adalah tidak optimal. Determinan profesionalisme aparat yang lebih baik adalah kemampuan pengetahuan, penegakan nilai, pengalaman, serta pencitraan; yang tergolong agak kurang adalah kepercayaan, keterampilan/ keahlian; yang sangat kurang adalah produktivitas, kemampuan kerja, sikap, perilaku. Disimpulkan bahwa uraian tugas dan fungsi belum sepenuhnya mendukung pembentukan profesionalisme aparatur.. Kata kunci : Profesionalisme, pengetahuan, keterampilan, sikap, perilaku. Abstract Many more policy have been established by government in order to improving professionalism of apparatur but not be optimum applied it yet. This research aimed at analyzed professionalism of apparatur owned The Population and Civil Registration Office of Sidenreng Rappang Regency. Proportional sampling used to taken 30 people as respondent. Professionalism of apparatur of bureaucracy as to analyzes unit. A qualitative descriptive used as design of this study. An observation, questionary, in depth interview, and documentation are used to collecting data. A qualitative using to analyzes it. The result of this research indicated that not be optimum professionalism of apparatur of bureaucracy to implement their job and function at the Population and Civil Registration Office of Sidenreng Rappang Regency. Better determinant categories are knowledge, enpowerment any value of culture, experience, and image. But lower determinant are confidence and skill, and most less are productivities, job capacity, attitude, and behave. We conclude that the description of the duties and functions not yet fully support the establishment of profesionalism.. Keywords: Professionalism, knowledge, skill, attitude, behave.

3 2 PENDAHULUAN Salah satu persoalan mendasar yang masih dihadapi oleh banyak organisasi baik yang berorientasi profit (profit- oriented) terlebih yang berorientasi non profit (non profitoriented), baik organisasi swasta terlebih organisasi publik atau organisasi birokrasi, adalah profesionalisme, terutama profesionalisme sumber daya aparatur atau aparatnya. Dikemukakan Richard Hall (1968) dalam Sobur, 2001) bahwa, cara pandang para profesional terhadap profesinya yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka, dengan berasumsi bahwa ada hubungan timbal balik antara sikap dan perilaku yaitu perilaku profesionalisme merupakan refleksi dari sikap profesionalisme, demikian pula sebaliknya Profesionalisme merupakan persoalan yang multikompleks. Tuntutan atas profesionalisme, sebagai suatu faham dan konsep idealisme profesional, sering dijadikan tuntunan terhadap keberadaan aparat atau pegawai di lingkungan birokrasi pemerintahan. Aparatur atau birokrasi publik yang profesional antara lain memiliki kinerja yang efisien dalam penggunaan sumber daya dan efektif dalam mencapai target dan sasaran berbagai kebijakan dan programnya. Aparat yang professional juga berarti mampu bekerja dengan baik sesuai dengan tugas dan fungsinya dan menjadi berwibawa serta menghasilkan kinerja yang efisien dan efektif (Budi, 2000). Kemampuan birokrat pemerintahan selain dibentuk melalui pengembangan dan peningkatan pengetahuan dan keahlian individu juga sangat dipengaruhi oleh sistem organisasi seperti orientasi kerja, struktur organisasi, model kepemimpinan serta renumerasi yang diterima oleh aparatur (Sulistya, 2008). Pada hakikatnya reformasi bermakna sebagai suatu perubahan tanpa merusak (to change without destroying) atau perubahan dengan memelihara (to change while preserving) dalam hal ini proses reformasi bukanlah proses perubahan yang radikal dan berlangsung dalam jangka waktu yang relatif singkat, tapi merupakan proses perubahan yang terencana dan bertahap (Sarundajang,2012). Untuk itu dibutuhkan upaya upaya dari pemerintah untuk mewujudkan aparat yang profesional pembentukan sumber daya manusia aparatur yang profesionalisme dapat ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan yang dirancang secara profesional dan kontinyu untuk meningkatkan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas masing-masing (suprijadi, 2005). Karena itu Pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan menyangkut profesionalisme aparatur, seperti tercermin pada Undang Undang (UU) No. 43 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil, PP No. 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, PP No.101 Tahun 2001 tentang Diklat PNS, PP No. 30 Tahun 1980 jo PP No.53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, Undang Undang No.32 Tahun 2004 tentang

4 3 Pemerintahan Daerah, PP No. 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS, namun kenyataannya belum optimal dilaksanakan. Upaya membangun aparatur negara yang profesional, dan mampu memberikan pelayanan publik yang prima dan mendukung Reformasi Birokrasi, mendorong Pemerintah menetapkan PP No.46 Tahun 2011 sebagai metode penilaian prestasi kerja PNS secara sistemik, namun kenyataannya, tidak banyak berarti dalam meningkatkan profesionalisme aparat. Salah satu instansi atau unit organisasi birokrasi di Kabupaten Sidrap yang belum luput dari sorotan publik adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Capil). Instansi tersebut terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang No. 03 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, dan Peraturan Bupati Sidenreng Rappang No. 16 tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Permasalahannya bahwa, sejumlah aparatur masih ada yang belum memahami visi dan misi organisasi instansinya serta tugas pokok dan fungsinya, termasuk kurang memahami standar operasional pelayanan (SOP). Di kalangan aparatur masih ada yang belum didukung kemampuan pengetahuan yang baik. Keterampilan/ keahlian kerja aparatur juga belum memadai. Kemampuan kerja aparatur juga masih kurang. Produktivitas kerja aparat juga belum menggembirakan. Sikap dan perilaku aparatur masih cenderung negatif dalam melaksanakan suatu tugas pekerjaan. Penegakan nilai yang masih kurang, demikian halnya aspek kepercayaan juga masih cenderung menimbulkan masalah. Pengalaman aparatur dan pencitraan belum sepenuhnya mendukung profesionalismenya Pentingnya aparatur di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidrap meningkatkan profesionalismenya dengan meningkatkan kemampuan pengetahuannya, keterampilan/ keahlian, kemampuan kerja, memacu produktivitas kerjanya, mengedepankan sikap positif dan perilaku progresif, menegakkan nilai-nilai dalam bekerja, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan mewujudkan keinginan pribadi selaras dengan kepentingan organisasinya, meningkatkan pengalaman belajarnya serta meningkatkan citra profesionalismenya. Berpangkal tolak dari kenyataan tersebut, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimanakah profesionalisme aparat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidenreng Rappang, oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana profesionalisme aparat birokrasi aparat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidenreng Rappang.

5 4 METODE PENELITIAN Tipe dan Desain Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, untuk menggambarkan temuan penelitian secara utuh dengan menggunakan dasar-dasar teori yang ada. Desain penelitian ini adalah studi kasus, yakni mengkaji profesionalisme aparat birokrasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidrap. Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data adalah data primer (diperoleh langsung di lapangan setelah melakukan wawancara langsung dan mendalam dengan sejumlah informan/ narasumber, antara lain : pegawai/aparatur, kepala bidang, kepala dinas, warga masyarakat, dan data sekunder (diperoleh dari sumber-sumber yang ada atau instansi terkait, dokumen, dan data lainnya yang relevan dengan kebutuhan data dalam penelitian ini). Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparatur yang ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidenreng Rappang, yang berjumlah 48 orang. Teknik pengambilan sampel adalah proportional sampling (Sugiyono, 2009), dengan jumlah sampel 30 orang sebagai responden. Unit analisis dalam penelitian ini adalah pengetahuan, keterampilan/ keahlian, kemampuan kerja, sikap, perilaku, produktivitas, penegakan nilai, pengalaman, kepercayaan, pencitraan. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain: Observasi, yaitu melalui pengamatan langsung di lapangan atau obyek yang diteliti atas kondisi ril yang terjadi; Kuisioner, yaitu melalui penyebaran daftar isian pertanyaan kepada responden; Interview, yaitu melalui wawancara langsung, berstruktur dan mendalam dengan informan atau narasumber; Dokumentasi, yaitu melalui kajian literatur/ kepustakaan, dokumen peraturan perundang-undangan, dan sumber tertulis lainnya yang ada kaitannya dengan kebutuhan data dan informasi dalam penelitian ini. Analisis Data Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Data yang terkumpul, baik data kuantitatif dan kualitatif maupun data primer dan sekunder, diolah dan kemudian dianalisis berdasarkan pendekatan analisis kualitatif. Untuk menjawab rumusan masalah penelitian, dipergunakan analisis deskriptif kualitatif dengan metode skala Likert.

6 5 HASIL PENELITIAN Pengetahuan Rata-rata 33,3% responden menyatakan baik dan 66,7% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, kemampuan pengetahuan aparat Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan tidak optimal, Pengetahuan aparat masih relatif kurang, terutama pengetahuan mengenai visi dan misi, pengetahuan tentang hak dan kewajiban, pengetahuan tentang tugas dan tanggung jawab, pengetahuan mengenai peran dalam instansi, serta pengetahuan mengenai manajemen pelayanan, belum optimal atau masih perlu ditingkatkan. Kemampuan pengetahuan aparat yang agak lebih baik adalah pengetahuan mengenai visi dan misi, pengetahuan tentang tugas dan tanggung jawab, dan pengetahuan mengenai peran dalam instansi. Sedangkan kemampuan pengetahuan yang agak lebih rendah atau masih sangat kurang adalah pengetahuan mengenai manajemen pelayanan dan pengetahuan tentang hak dan kewajiban. Kurangnya kemampuan pengetahuan tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi. Dengan kata lain, faktor kemampuan pengetahuan yang dimiliki oleh aparat, masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat birokrasi di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap tersebut Keterampilan/ keahlian Rata-rata 26,7% responden menyatakan baik dan 73,3% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, keterampilan/ keahlian aparat Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dalam melaksanakan tugas pekerjaan dan fungsinya dapat dikategorikan tidak optimal. Keterampilan atau keahlian aparat masih relatif kurang, terutama keterampilan dalam melakukan inovasi, keterampilan dalam mengatasi hambatan dalam pekerjaan, keterampilan dalam mengoperasikan peralatan kerja, keterampilan dalam memberikan pelayanan, dan keterampilan dalam melaksanakan tugas pekerjaan. Keterampilan/ keahlian aparat yang agak lebih baik adalah keterampilan dalam melaksanakan tugas pekerjaan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan. Sedangkan keterampilan yang lebih rendah atau masih sangat kurang adalah keterampilan dalam melakukan inovasi, dan keterampilan dalam mengatasi hambatan dalam pekerjaan. Kurangnya keterampilan atau keahlian tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi. Dengan kata lain, faktor keterampilan atau keahlian yang dimiliki oleh aparat, masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalismenya.

7 6 Kemampuan kerja Rata-rata 23,3% responden menyatakan baik dan 76,6% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, kemampuan kerja aparat Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dalam melaksanakan tugas pekerjaan dan fungsinya dapat dikategorikan tidak optimal. Kemampuan kerja aparat yang agak lebih baik adalah dalam menunjukkan prestasi kerja/ kinerja, kemampuan melaksanakan tupoksinya maupun tanggung jawabnya, dan kemampuan melakukan koordinasi dan kerjasama. Sedangkan keterampilan yang lebih rendah atau masih sangat kurang adalah kemampuan mengambil keputusan atau inisiatif, kemampuan berdisiplin melaksanakan/menyelesaikan tugas pekerjaan. Kurangnya kemampuan kerja tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi Dengan kata lain, faktor kemampuan kerja, masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat birokrasi Produktivitas Rata-rata 16,7% responden menyatakan baik dan 83,3% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, produktivitas kerja aparat Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan tidak optimal. produktivitas kerja aparat yang agak lebih baik adalah kemampuan pencapaian target pelayanan dan pendapatan, dan konsistensi pelaksanaan SOP. Sedangkan produktivitas kerja yang lebih rendah atau masih sangat kurang adalah kemampuan memberikan pelayanan yang mudah dan cepat, kemampuan efisiensi dan efektivitas pelayanan, serta kemampuan pelayanan KTP/KK tepat waktu. Kurangnya produktivitas kerja tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi. Dengan kata lain, produktivitas kerja masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat tersebut Sikap Rata-rata 23,4% responden menyatakan baik dan 76,7% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, sikap aparat terhadap pekerjaan di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan tidak optimal. Partisipasi dan komitmen dalam melaksanakan tugas pekerjaan agak lebih baik, dan yang masih sangat kurang adalah kepuasan (terhadap lingkungan kerja, pendapatan, kepemimpinan). Sedangkan minat dan kemampuan, dan kesenangan bekerja juga relatif masih agak kurang. Kurangnya sikap positif terhadap pekerjaan tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap. Dengan kata lain, sikap terhadap pekerjaan masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat

8 7 birokrasi di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap tersebut, sehingga masih diperlukan kebijakan dan langkah-langkah untuk memperbaiki atau meningkatkannya. Perilaku Rata-rata 23,4% responden menyatakan baik dan 76,7% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, perilaku aparat dalam mendukung profesionalisme di Kantor Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan tidak optimal. Perilaku aparat relatif kurang mendukung profesionalismenya, Koordinasi dan kerjasama, kerajinan dalam melaksanakan tugas pekerjaan agak lebih baik dalam dari perilaku aparat, dan yang masih sangat kurang adalah tanggung jawab dan kedisiplinan. Sedangkan kecermatan juga relatif masih agak kurang. Kurangnya perilaku kerja aparat tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi, sehingga menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme. Penegakan nilai Rata-rata 33,3% responden menyatakan baik dan 66,7% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, penegakan nilai-nlai oleh aparat di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan tidak optimal. Penegakan nilai-nlai oleh aparat masih relatif kurang optimal, terutama nilai kejujuran, keadilan, kebenaran, keterbukaan dan nilai kebersamaan, sehingga masih perlu ditingkatkan. nilai yang agak lebih baik penegakannya oleh aparat adalah nilai kejujuran, dan yang masih kurang penegakannya adalah nilai kebersamaan. Sedangkan nilai keterbukaan, kebenaran dan keadilan juga pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan nilai kejujuran dan kebersamaan. Kurangnya penegakan nilai-nilai tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi. Dengan kata lain, penegakan nilai masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat birokrasi, sehingga masih diperlukan kebijakan pengawasan dan pembinaan serta langkah-langkah untuk memperbaiki atau meningkatkannya. Kepercayaan Rata-rata 26,7% responden menyatakan baik dan 73,3% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, aspek kepercayaan aparat dalam penegakan nilai-nilai profesionalisme di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan tidak optimal. Aspek kepercayaan aparat masih kurang optimal, terutama kepercayaan pada pencapaian visi dan misi, nilai perbuatan/pekerjaan, kepercayaan kepada tugas dan tanggung jawab, kemampuan kerja, dan hubungan kepercayaan antara aparat dengan pimpinan maupun dengan sesama aparat. Aspek kepercayaan yang agak lebih baik adalah dalam hal hubungan kepercayaan antara aparat dengan pimpinan maupun dengan

9 8 sesama aparat, dan yang masih agak lebih kurang adalah kepercayaan pada pencapaian visi dan misi. Sedangkan kepercayaan kepada tugas dan tanggung jawab, kepercayaan pada kemampuan kerja pada dasarnya tidak jauh berbeda. Kurangnya kepercayaan tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi. Dengan kata lain, kepercayaan masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat birokrasi di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap. Pengalaman Rata-rata 33,3% responden menyatakan baik dan 66,7% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, pengalaman aparat dalam mendukung profesionalismenya di Kantor Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan kurang optimal. Pengalaman aparat atas kemampuan dalam melaksanakan tugas pekerjaan agak lebih baik, dan yang masih sangat kurang adalah pengalaman atas mutu pelayanan. Sedangkan pengalaman masa kerja juga relatif agak baik, kecuali pengalaman atas pembentukan keterampilan kerja, dan pengalaman atas pengambilan keputusan yang masih kurang. Kurang optimalnya pengalaman tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi. Dengan kata lain, pengalaman masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat birokrasi di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap tersebut. Pencitraan Rata-rata 30,0% responden menyatakan baik dan 70,0% responden menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, pencitraan atas profesionalisme aparat di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidrap dapat dikategorikan kurang optimal, terutama citra kemampuan pelayanan, citra keahlian, citra empati, citra komunikasi dan persepsi, belum optimal atau masih perlu ditingkatkan. citra komunikasi agak lebih baik dalam mendukung profesionalisme aparat, dan yang masih sangat kurang adalah citra keahlian dan empati serta persepsi. Kurang optimalnya pencitraan tersebut berimplikasi pada kurangnya profesionalisme aparat birokrasi. Dengan kata lain, pencitraan masih menjadi penghambat untuk mewujudkan profesionalisme aparat. Secara keseluruhan, rata-rata 26,7% responden menyatakan baik, dan 73,3% menyatakan kurang dan sangat kurang. Hal ini berarti bahwa, profesionalisme aparat birokrasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidenreng Rappang adalah tidak optimal. Determinan dari profesionalisme aparat birokrasi yang lebih baik adalah kemampuan pengetahuan, penegakan nilai, pengalaman, serta serta pencitraan; yang tergolong agak

10 9 kurang adalah kepercayaan, keterampilan/ keahlian; yang sangat kurang adalah produktivitas, kemampuan kerja, sikap, perilaku, dan kepercayaan. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa tugas dan fungsi pada keempat bidang yang ada di Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Sidenreng Rappang yakni Bidang Administrasi Kependudukan, Bidang Pencatatan Sipil, Bidang Data dan Informasi, serta Bidang Sekretariat, umumnya mempunyai tugas dan fungsi yang tidak jauh berbeda, bahkan cenderung sama kecuali hanya item fungsi tertentu yang memberikan karakteristik setiap bidang. Hal ini mengindikasikan bahwa, penetapan tugas dan fungsi aparatur pada keempat bidang tersebut belum menunjukkan variasi dan dinamisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya. Sebagaimana dikemukakan Richard Hall (Sobur, 2001) bahwa, cara pandang para profesional terhadap profesinya yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka, dengan berasumsi bahwa ada hubungan timbal balik antara sikap dan perilaku yaitu perilaku profesionalisme merupakan refleksi dari sikap profesionalisme, demikian pula sebaliknya. Profesionalisme aparat dalam birokrasi pemerintahan adalah hal-hal yang berkaitan dengan kepandaian khusus untuk menjalankan sistem yang menjalankan sistem pemerintahan dan pembangunan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ancok (2005) bahwa profesionalisme adalah kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang cepat berubah dan menjalankan tugas dan fungsinya dengan mengacu kepada visi dan nilai-nilai organisasi. Sejumlah aparat pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) namun hal tersebut juga belum menjamin aparat untuk memiliki kompetensi pengetahuan yang baik (sebagaimana yang menjadi sasaran dari PP No.1001 Tahun 2000 tentang Diklat PNS yakni peningkatan kompetensi). Sebab Diklat masih lebih dominan digunakan untuk mempersiapkan aparat untuk menduduki jabatan, bukan sepenuhnya untuk meningkatkan kompetensinya terutama pengetahuan. Kenyataan mengindikasikan bahwa, aspek pengetahuan (knowledge) aparat masih menjadi persoalan mendasar yang menghambat aparatur untuk mewujudkan profesionalismenya dalam bidang tugas pekerjaan atau profesinya. Dalam hal competent application (aplikasi kecakapan), sebagian besar aparat dengan keahlian atau kecakapan yang belum menggembirakan dalam melaksanakan tugas pekerjaan dan fungsinya. Kurangnya self-control dan community sanction tersebut menyebabkan aparat mengabaikan aspek pencitraan diri dan organisasi instansi (DKC) nya. Artinya, aparat cenderung menganggap kurang penting pencitraan dirinya untuk menjadi sosok aparat yang

11 10 berkeahlian, mengabaikan tanggung jawabnya untuk mencitrakan pelayanan yang baik, mengabaikan aspek empati terhadap rekan kerja maupun dalam pelayanan publik, mengesampingkan aspek komunikasi serta cenderung mempersepsikan dirinya secara negatif. Realitas atas kurangnya kemampuan untuk beradapasi dengan lingkungan serta kurangnya pemahaman atas visi dan misi organisasi tersebut, mengisyaratkan bahwa di kalangan aparat di DKC Kabupaten Sidrap masih sulit menjadi aparat yang profesional, sehingga pendapat yang dikemukakan Ancok (2005) mengenai kriteria profesionalisme, adalah benar dan sesuai serta patut dipertahankan. Dikemukakan Korten & Alfonso dalam Tjokromidjojo (2001) bahwa, profesionalisme adalah kecocokan (fitness) antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucraticcompetence) dengan kebutuhan tugas (task-requirement), merencanakan, mengkordinasikan, dan melaksanakan fungsinya secara efisien, inovatif, lentur, dan mempunyai etos kerja tinggi. Terpenuhinya kecocokan antara kemampuan aparatur dengan kebutuhan tugas merupakan syarat terbentuknya aparatur profesional. Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa, masih banyak aparat yang kurang menggembirakan kemampuan kerjanya dalam melaksanakan tugas pekerjaan dan fungsinya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Korten & Alfonso tersebut, yakni bahwa rendahnya kemampuan kerja dan keterampilan/ keahlian menyebabkan aparat masih sulit diharapkan menampilkan sosok profesionalismenya. Permasalahan mendasar yang masih dihadapi adalah masih adanya aparat yang ditempatkan dalam suatu bidang tugas dan formasi jabatan yang kurang sesuai dengan kompetensi (pengetahuan, keahlian dan pengalaman) yang dimiliki. Penempatan aparatur dalam jabatan masih cenderung didasarkan pada collusion - nepotism system, bukan merit system (Kartono, 2003). Menyimak lebih jauh bahwa, kemampuan dan keterampilan yang diperlukan oleh aparat untuk menjadi profesional bukan semata-mata yang bersifat fisik melainkan jauh lebih penting adalah yang bersifat mental. Dari temuan penelitian menunjukkan bahwa, kelemahan kemampuan mental paling mendasar di kalangan aparat adalah pengetahuan mengenai hakhak dan kewajiban, tanggung jawab, peran dalam instansi, dan pengetahuan mengenai manajemen pelayanan. Kelemahan kemampuan aparat terutama dalam hal mengambil keputusan atau inisiatif, dan tanggung jawab. Sedangkan kelemahan mental dari sisi keterampilan terutama inovasi, mengatasi hambatan dalam pekerjaan. Kelemahan kemampuan mental tersebut menyebabkan aparat di DKC Kabupaten Sidrap sulit mewujudkan profesionalisme, seperti dikemukakan oleh Siagian (2000), yaitu keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang

12 11 tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami. Dikemukakan Tjokromidjojo (2001) bahwa, kemampuan aparatur sebagai kemampuan melihat peluang-peluang yang ada bagi pertumbuhan ekonomi, kemampuan untuk mengambil langkah-langkah yang perlu dengan mengacu kepada misi yang ingin dicapai, efisiensi, melakukan inovasi yang tidak terikat kepada prosedur administrasi, bersifat fleksibel, dan memiliki etos kerja tinggi. Aparat sulit diharapkan dapat memahami dan menterjemahkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat ke dalam kegiatan dan program pelayanan jika tidak didukung input-input berupa pengetahuan, keterampilan/ keahlian, dan kemampuan kerja yang diperlukan untuk mewujudkan hal tersebut. Oleh karena itu pendapat yang dikemukakan oleh Tjokromidjojo (2001) tersebut adalah benar dan sesuai. Penulis sepakat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Istianto (2011) bahwa, profesionalisme sebagai bentuk ungkapan yang ditujukan bagi seseorang yang memiliki kompetensi pada bidang tertentu, berpikir sistimatis, analitis, menguasai metoda dan teknik serta kemampuan judgement yang tinggi. Terbentuknya kemampuan dan keahlian juga harus diikuti dengan perubahan iklim dalam dunia birokrasi yang cenderung bersifat kaku dan tidak fleksibel. Permasalahan yang terjadi dari temuan hasil penelitian bahwa, kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan/ keahlian dan pengalaman belum menggembirakan. Kondisi tersebut tidak terlepas dari adanya patologi birokrasi yang ditandai oleh masih kuatnya pengaruh birokrasi politik dalam mengintervensi birokrasi pemerintahan, yang berimplikasi pada penempatan aparatur dalam jabatan tanpa disertai analisis job description dan job specification, sehingga pendapat Istianto (2011) tersebut adalah benar dan sesuai. Sikap (attitude) berperan sentral dalam pembentukan profesionalisme aparat. Sikap tersebut harus didukung pengetahuan, keahlian dan pengalaman (kompetensi) dan kepercayaan. Sikap yang positif dari aparat akan menghasilkan perilaku yang positif pula, terutama kemampuan kerja, produktivitas, pencitraan dengan landasan utama adalah penegakan nilai-nilai (tata nilai). Demikian sebaliknya, perilaku yang baik akan mempengaruhi sikap aparat, sehingga terjadi hubungan timbal balik (dependenable) dan umpan balik (feedback). Adanya hubungan timbal balik (dependenable) dan umpan balik (feedback) tersebut pada akhirnya akan membentuk profesionalisme aparar birokrasi. Birokrasi memainkan peranan urgen, vital dan strategis untuk membentuk sikap dan perilaku aparat dalam profesionalismenya, sehingga terjadi sinergi antara aparat dan birokrasi dalam kebutuhan masing-masing. Upaya mewujudkan aparat yang professional maka birokrasi juga harus menjadi professional, yang dalam pandangan Edgar Gladden (Kartiwa, 2004) bahwa birokrasi yang

13 12 profesional adalah birokrasi yang memandang politisi dan partai politik secara objektif. Karena bagaimanapun, sepatutnya pegawai negeri sipil berkomitmen penuh untuk mengabdi pada masyarakat. Namun demikian, birokrasi sulit menjadi professional jika aparatnya tidak professional, sebab aparatur (birokrat)-lah yang mengendalikan birokrasi, bukan politisi. Secara keseluruhan dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembentukan profesionalisme aparat di lingkungan birokrasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidrap terutama memerlukan kemampuan pengetahuan, keterampilan/ keahlian, kemampuan kerja, penegakan nilai, kepercayaan, pengalaman, pencitraan, produktivitas dalam membentuk sikap dan perilaku profesionalismenya. KESIMPULAN Berdasarkan uraian hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa, profesionalisme aparat birokrasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sidenreng Rappang adalah tidak optimal. Determinan profesionalisme aparat yang lebih baik adalah kemampuan pengetahuan, penegakan nilai, pengalaman, serta pencitraan; yang tergolong agak kurang adalah kepercayaan, keterampilan/ keahlian; yang sangat kurang adalah produktivitas, kemampuan kerja, sikap, perilaku, dan kepercayaan. Hal ini disebabkan penetapan tugas dan fungsi aparatur pada Dina Kependudukan dan Catatan Sipil belum menunjukkan variasi dan dinamisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya. Kondisi uraian tugas dan fungsi yang cenderung sama menyebabkan aparat sulit menjadi professional. Dengan kata lain, konsepsi tugas yang cenderung monoton dan tidak variatif terkesan bukan diorientasikan untuk meningkatkan profesionalisme aparatur, melakukan cenderung untuk menggiring aparatur kepada sikap dan perilaku statusquo dan terjebak pada tugas-tugas rutin.

14 13 DAFTAR PUSTAKA Ancok, Djamaluddin, (2005), Sumbangan Pemikiran Tentang Sumber Daya Manusia di Masa Depan, Temu Wicara Ilmiah STIA-LAN Makassar. Budi, Setia (2000), Aparatur Pemerintahaan yang Profesional : Dapatkah Diciptakan, Bappenas, Jakarta Istianto, Bambang (2011), Demokratisasi Birokrasi, Mitra Wacana Media,Jakarta. Kartiwa, Asep, (2004), Membangun Birokrasi Pemerintah Daerah yang Profesional Menuju Terwujudnya Good Governance. UNPAD. Bandung Kartono, Kartini (2003), Sosiologi Politik, Graha Persada, Bandung. Peraturan Bupati Sidenreng Rappang No. 16 tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Peraturan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang No. 03 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah. PP No.101 Tahun 2001 tentang Diklat PNS. PP No. 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. PP No.53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS. PP No. 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS. Sarundajang, S.H, (2012), Birokrasi dalam Otonomi Daerah,katahasta pustaka, Jakarta Siagian, SP (2000), Teori Pengembangan Organisasi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta Sobur, Alex (2001), Etika Pers, Profesionalisme Dengan Nurani. Humaniora Utama Press, Bandung Sugiyono (2009), Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta Bandung Sulystia, Arief Dwi (2008), Profesionalisme Aparatur Pemerintah Studi Kasus Responsifitas dan Inovasi Aparatur di Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang (Tesis). Semarang Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Suprijadi, (2005), Prospek dan Tantangan Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur di Daerah, Temu Wicara Ilmiah, STIA-LAN Makassar. Tjokroamidjojo, Bimantoro (2001), Good Governance (Paradigma Baru Manajemen Pembangunan). Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta Undang Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil. Undang - Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sehingga harus benar-benar dapat digunakan secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sehingga harus benar-benar dapat digunakan secara efektif dan efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil adalah sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi pemerintah yang digunakan untuk menggerakkan atau mengelola sumber daya lainnya

Lebih terperinci

Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Dalam Mencapai Tujuan Organisasi di Kabupaten Ciamis. Yanti Wulansari ABSTRAK

Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Dalam Mencapai Tujuan Organisasi di Kabupaten Ciamis. Yanti Wulansari ABSTRAK Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Dalam Mencapai Tujuan Organisasi di Kabupaten Ciamis Yanti Wulansari ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kinerja pegawai Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang prima untuk semua penduduknya sesuai dengan yang telah diamanatkan didalam undang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS APARATUR MELALUI LEARNING ORGANIZATION PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PENINGKATAN KAPASITAS APARATUR MELALUI LEARNING ORGANIZATION PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PENINGKATAN KAPASITAS APARATUR MELALUI LEARNING ORGANIZATION PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG IMPROVING CAPACITY OF EMPLOYEE OWNED LOCAL GOVERNMENT THROUGH LEARNING ORGANIZATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pergeseran dimensi pembangunan yang menitikberatkan pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pergeseran dimensi pembangunan yang menitikberatkan pada pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di era otonomi daerah ini ditandai dengan munculnya pergeseran dimensi pembangunan yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi, bergeser

Lebih terperinci

J. Analisis, Desember 2014, Vol.3 No.2 : ISSN

J. Analisis, Desember 2014, Vol.3 No.2 : ISSN J. Analisis, Desember 2014, Vol.3 No.2 : 197 203 ISSN 2302-6340 PROFESIONALISME APARATUR PEMERINTAHAN DAERAH PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN STATISTIK (BAPPEDAS) KABUPATEN NAGEKEO The Professionalism

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian. Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, penelitian berawal dari minat yang ada dalam diri seseorang dalam memahami fenomena tertentu yang kemudian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak reformasi yang terjadi di Indonesia ditinjau dari segi politik dan ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI BADAN PERENCANAAN DAERAH (BAPEDA) KOTA SURAKARTA TESIS

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI BADAN PERENCANAAN DAERAH (BAPEDA) KOTA SURAKARTA TESIS PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI BADAN PERENCANAAN DAERAH (BAPEDA) KOTA SURAKARTA TESIS Oleh DJOKO SUTIANTO N I M : P.100040054 Program Studi : Magister Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pemerintah daerah adalah menampilkan aparatur yang profesional,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pemerintah daerah adalah menampilkan aparatur yang profesional, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dewasa ini salah satu tantangan besar oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah adalah menampilkan aparatur yang profesional, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan otonomi daerah di Indonesia merupakan isu menarik untuk diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di kalangan birokrat, politisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk mempersiapkan diri dalam kehidupan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era Globalisasi, yang ditandai antara lain dengan adanya percepatan arus informasi menuntut adanya sumber daya manusia yang mampu menganalisa informasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan tidak adanya batas-batas negara (

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan tidak adanya batas-batas negara ( 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan tidak adanya batas-batas negara ( boundary-less world) memberikan peluang sekaligus tantangan bagi seluruh negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya berbagai krisis kawasan yang tidak lepas dari kegagalan mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain disebabkan oleh

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PASAL 3 ANGKA 11 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAHAN KABUPATEN KEDIRI

IMPLEMENTASI PASAL 3 ANGKA 11 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAHAN KABUPATEN KEDIRI IMPLEMENTASI PASAL 3 ANGKA 11 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAHAN KABUPATEN KEDIRI Ponirah ABSTRAK Implementasi pasal 3 angka 11 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan terjadi stagnasi maka hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan paradigma pembangunan dan pemerintahan seperti pemberian kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri, mengandung

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SLEMAN PERIODE DESEMBER TAHUN 2015

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SLEMAN PERIODE DESEMBER TAHUN 2015 LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SLEMAN PERIODE DESEMBER TAHUN 2015 A. LATAR BELAKANG Meningkatnya tuntutan masyarakat atas kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, dengan adanya perubahan yang begitu cepat, suatu organisasi atau lembaga institusi dituntut untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian

Lebih terperinci

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) Dwi Heri Sudaryanto, S.Kom. *) ABSTRAK Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karir berdasarkan prestasi kerja dengan prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu tantangan baru bagi para pemeriksa inspektorat atau internal auditor. Profesi internal auditor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif menjadi tuntutan di era globalisasi yang sangat erat kaitannya dengan persaingan dan keterbatasan di

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PELAYANAN APARAT KANTOR DISTRIK PIYAIYE KABUPATEN DOGIYAI PROPINSI PAPUA.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PELAYANAN APARAT KANTOR DISTRIK PIYAIYE KABUPATEN DOGIYAI PROPINSI PAPUA. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PELAYANAN APARAT KANTOR DISTRIK PIYAIYE KABUPATEN DOGIYAI PROPINSI PAPUA Riko Gesmani Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA Salah satu agenda pembangunan nasional adalah menciptakan tata pemerintahan yang bersih, dan berwibawa. Agenda tersebut merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan. strategis dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan.

I. PENDAHULUAN. 1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan. strategis dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) berkedudukan sebagai pegawai negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, negara

Lebih terperinci

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan Pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan urutan pengertian, diawali dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegawai-pegawai yang mampu berprestasi dan fleksibel untuk suatu instansi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pegawai-pegawai yang mampu berprestasi dan fleksibel untuk suatu instansi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pegawai sangat diperlukan dalam sebuah instansi, karena dengan adanya program tersebut dapat membantu meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Obyek Penelitian Sekretariat Wakil Presiden sebagai lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Sekretaris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Instansi dalam pengelolaan pegawai secara profesional harus dimulai

BAB I PENDAHULUAN. Instansi dalam pengelolaan pegawai secara profesional harus dimulai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Instansi dalam pengelolaan pegawai secara profesional harus dimulai dengan rekrutmen yang terdiri dari aktifitas perencanaan, penarikan, seleksi, dan penempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar lagi keberadaannya dan mutlak terpenuhi.

Lebih terperinci

PEMBINAAN PEGAWAI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIRO UMUM KANTOR GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMBINAAN PEGAWAI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIRO UMUM KANTOR GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT PEMBINAAN PEGAWAI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIRO UMUM KANTOR GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT Septiyuslianisa Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract The goal of this research are to see information

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk yang sangat banyak, bahkan terbanyak ke-5 di dunia, tetapi nampaknya jarang penduduk indonesia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan pemerintahannya menekankan asas desentralisasi yang secara utuh dilaksanakan di daerah kota/kabupaten

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat

I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat sentralistik telah ditinggalkan seiring dengan adanya reformasi birokrasi yang bersifat desentralistik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Siak terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya beberapa perubahan Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang mempunyai peranan penting

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang mempunyai peranan penting I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset yang mempunyai peranan penting dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun organisasi swasta. Dalam organisasi pemerintah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk mempersiapkan diri dalam kehidupan global

Lebih terperinci

ESENSI HUKUMAN DISIPLIN BAGI PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN WONOGIRI T E S I S

ESENSI HUKUMAN DISIPLIN BAGI PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN WONOGIRI T E S I S ESENSI HUKUMAN DISIPLIN BAGI PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN WONOGIRI T E S I S oleh : RETNO PUSPITO RINI NIM : R. 100030055 Program Studi : Magister Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan telah diselesaikannya penyusunan Laporan Pengukuran Indeks Penerapan Nilai Dasar Budaya Kerja Aparatur Negara di STPP Medan periode semester

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola yang baik (good governance) adalah suatu sistem manajemen pemerintah yang dapat merespon aspirasi masyarakat sekaligus meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai penyelenggara tugas pemerintah dan pembangunan sangat menentukan guna mencapai tujuan suatu pemerintahan. PNS pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas, maju, mandiri, dan modern. Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang telah berlangsung lama dan mendapat pembenaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Tugas Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah mengelola

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Tugas Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memahami pentingnya keberadaan sumber daya manusia di era global, saat ini salah satu upaya harus dicapai oleh lembaga adalah meningkatkan kualitas SDM.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam meningkatkan kinerja aparatur. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan Indonesia jangka panjang yaitu Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusia dapat menentukan kualitas organisasi dalam keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orangorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 06. PR. 07.

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 06. PR. 07. 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengadilan Tata Usaha Negara Medan didirikan berdasar kepada Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 06. PR. 07. Tahun 1992 tanggal 17 Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan bersama. Setiap organisasi memerlukan sumber daya manusia, karena sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan bersama. Setiap organisasi memerlukan sumber daya manusia, karena sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Organisasi sering dipahami sebagai sekelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama dengan cara yang terstruktur, untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA SISTEMATIKA (JUMLAH BAB: 13 JUMLAH PASAL: 89 ) BAB I KETENTUAN UMUM BAB II JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN Bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. paradigma administrasi negara atas; (a) dikotomi politik administrasi, (b) paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. paradigma administrasi negara atas; (a) dikotomi politik administrasi, (b) paradigma 4 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan paradigma studi ilmu administrasi negara sangat cepat dan mengikuti perubahan lingkungan yang mempengaruhinya. Seperti studi yang sistematis yang dilakukan

Lebih terperinci

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 13 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Dokumen Renja BKD adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, dan bersumber dari dokumen

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. Berdasarkan temuan data di lapangan dan analisis yang telah. dilakukan dengan melihat dari pembagian bidang jabatan, pendidikan

BAB VII PENUTUP. Berdasarkan temuan data di lapangan dan analisis yang telah. dilakukan dengan melihat dari pembagian bidang jabatan, pendidikan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan temuan data di lapangan dan analisis yang telah dilakukan dengan melihat dari pembagian bidang jabatan, pendidikan dan pelatihan, kompetensi dan sistem komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja pada dasarnya menitikberatkan permasalahan pada proses perencanaan, pelaksanaan, dan juga hasil yang di dapatkan setelah melaksanakan pekerjaan. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil merupakan abdi negara yang diberikan kewenangan dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi daerah. Secara hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa diberi nama seorang tokoh yang mendapat gelar Kepahlawanan Nasional yakni Sultan Ageng Tirtayasa (Kepres Nomor : 045/TK/1970).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya arus pergerakan lalu lintas manusia antar negara tidak hanya menawarkan peluang keuntungan dan pengaruh positif lainnya terhadap suatu negara tetapi juga dapat menimbulkan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN 167 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan (1) Faktor-faktor yang berhubungan dalam manajemen pemerintahan dan pembangunan perdesaan partisipatif di Kabupaten Bone dan Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. moral dan mental yang baik, profesional, serta sadar akan tanggung jawabnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. moral dan mental yang baik, profesional, serta sadar akan tanggung jawabnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur utama sumber daya manusia aparatur negara mempunyai peranan yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN, INSENTIF DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN MAGELANG

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN, INSENTIF DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN MAGELANG ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN, INSENTIF DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam

BAB I PENDAHULUAN. agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semangat reformasi telah mendorong Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan sistem pemerintahan negara dalam pembangunan, perlindungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Termasuk

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG KOTA SAMARINDA

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG KOTA SAMARINDA ejournal Administrasi Publik, Volume 5, Nomor 1, 2017 : 5253-5264 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama dalam manajemen adalah tenaga kerja, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama dalam manajemen adalah tenaga kerja, sehingga dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Unsur utama dalam manajemen adalah tenaga kerja, sehingga dalam manajemen SDM faktor yang diperhatikan adalah manusianya itu sendiri. Saat ini banyak organisasi

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN A. VISI DAN MISI 1. VISI Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik, efisien, efektif

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii i Kata Pengantar Seraya memanjatkan puji dan syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Kepegawaian Daerah telah dapat melalui tahapan lima tahun kedua pembangunan jangka menengah bidang kepegawaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat

I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat sentralistik telah ditinggalkan seiring dengan adanya reformasi birokrasi yang bersifat desentralistik,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT KOTA TANGERANG TAHUN 2014-2018 A. Latar Belakang RPJMD Kota Tangerag tahun 2014-2018 adalah merupakan tahapan ke- III dalam rangka mewujudkan Visi Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi merupakan instrumen untuk bekerjanya suatu administrasi, dimana birokrasi bekerja berdasarkan pembagian kerja, hirarki kewenangan, impersonalitas

Lebih terperinci

KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE DALAM PELAYANAN PUBLIK. Oleh : TEDDY CHRISTIAN ZAKHARIA GANAP

KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE DALAM PELAYANAN PUBLIK. Oleh : TEDDY CHRISTIAN ZAKHARIA GANAP KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE DALAM PELAYANAN PUBLIK Oleh : TEDDY CHRISTIAN ZAKHARIA GANAP ABSTRAK Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang dilayani. Seiring dengan

I. PENDAHULUAN. aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang dilayani. Seiring dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi pemerintah yang utama adalah menyelenggarakan pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedudukan pemerintah daerah berkaitan dengan otonomi daerah, bergulirnya otonomi

I. PENDAHULUAN. Kedudukan pemerintah daerah berkaitan dengan otonomi daerah, bergulirnya otonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedudukan pemerintah daerah berkaitan dengan otonomi daerah, bergulirnya otonomi daerah di Indonesia telah membawa perubahan yang signifikan terhadap penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial pada dasarnya manusia memiliki sifat bersosialisasi, berkomunikasi, bekerja sama, dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dalam jumlah yang relatif banyak untuk memenuhi standar pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dalam jumlah yang relatif banyak untuk memenuhi standar pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam melakukan tugas audit, auditor harus mengevaluasi berbagai alternatif informasi dalam jumlah yang relatif banyak untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Birokrasi pemerintahan baik di pusat maupun di daerah, memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu birokrat pemerintah daerah dituntut untuk

Lebih terperinci

Jurnal Administrasi Negara

Jurnal Administrasi Negara STIA LAN Jurnal Administrasi Negara, Volume 20 Nomor 2, Agustus 2014 / 62-70 Jurnal Administrasi Negara PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sulit mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Reformasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan administrasi publik yang baik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan administrasi publik yang baik menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi perkembangan dunia yang semakin pesat, maka peranan penyelenggaraan pemerintahan dan administrasi publik yang baik menjadi semakin penting. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang makin meluas dan kompleks dengan. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih memerlukan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang makin meluas dan kompleks dengan. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih memerlukan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional yang makin meluas dan kompleks dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih memerlukan peningkatan kemampuan di bidang perencanaan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protokol Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Lampung adalah Pegawai

I. PENDAHULUAN. Protokol Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Lampung adalah Pegawai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menghadapi semakin beratnya tugas dan tanggung jawab, Bagian Protokol Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Lampung telah berupaya meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ideal untuk memberikan pelayanan publik secara baik dan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. yang ideal untuk memberikan pelayanan publik secara baik dan maksimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, kondisi kepegawaian di Indonesia terutama Pegawai Negeri Sipil (PNS) cukup mendapat perhatian dari pemerintah. Deputi SDM Aparatur Kementerian Pendayagunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ada kecenderungan bahwa beberapa indikator aparatur didalam sebuah

I. PENDAHULUAN. Ada kecenderungan bahwa beberapa indikator aparatur didalam sebuah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan bahwa beberapa indikator aparatur didalam sebuah birokrasi lebih berjaya hidup di dunia barat dari pada di dunia timur. Hal ini dapat dipahami,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan era reformasi yang menuntut adanya perubahan dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan di

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana pemerintahan dalam hal ini pemerintah dituntut oleh rakyat untuk dapat melaksanakan good governance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia adalah sangat diperlukannya peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur

Lebih terperinci