MENGENTASKAN KEMISKINAN MELALUI GERBANG GAJAH
|
|
- Teguh Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MENGENTASKAN KEMISKINAN MELALUI GERBANG GAJAH Oleh: Drs. Mardiya Fenomena kemiskinan hingga saat ini masih ramai dibicarakan, baik di level nasional maupun daerah. Berbagai data telah disajikan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang menguatkan bahwa masalah kemiskinan masih menjadi Pekerjaan Rumah (PR) yang harus segera dipecahkan, mengingat kemiskinan telah membawa dampak buruk terhadap kehidupan manusia dalam banyak aspek serta menghambat upaya pembangunan yang selama ini dilakukan pemerintah bersama dunia usaha dan masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang adil, makmur dan sejahtera. Keluarga yang dalam UU No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Bab I Pasal 1 Ayat (6) diterjemahkan sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya menjadi salah satu obyek yang paling mudah untuk melihat fakta kemiskinan itu sendiri, faktor penyebab, hambatan dan peluang untuk mengentaskannya. Pada dasarnya setiap penduduk adalah anggota keluarga sehingga kemiskinan yang terjadi pada setiap individu sangat mungkin terjadi awalnya berasal dari kemiskinan keluarga. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan akan lebih mudah apabila dilakukan melalui upaya pembangunan keluarga sehingga keluarga tersebut menjadi keluarga sejahtera daripada melalui pemberdayaan individu yang jumlahnya jauh lebih besar sehingga lebih lama penyelesaiannya atau pemberdayaan masyarakat yang seringkali tidak mampu menyasar pada seluruh keluarga terutama keluarga miskin. Lebih dari itu, pengentasan kemiskinan melalui keluarga akan berdampak langsung pada pengentasan kemiskinan setiap individu/penduduk sehingga sebuah keluarga yang terentaskan dari kemiskinan maka 2 atau 3 individu bahkan lebih akan ikut terentaskan dari kemiskinan. Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera (Gerbang Gajah) pada prinsipnya adalah gerakan untuk mewujudkan keluarga sejahtera yang hidup dalam lingkungan yang sehat baik fisik maupun non fisik. Sebuah keluarga dikatakan sejahtera atau tidak miskin apabila keluarga tersebut dapat melaksanakan 8 fungsi keluarga. Kedelapan fungsi keluarga tersebut menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan
2 Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana dan Sistem Informasi Keluarga Bab II Pasal 7 Ayat (2) adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Keagamaan Keluarga mampu mengembangkan kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilainilai agama yang akan menjadikan dirinya sebagai insan-insan agamis, penuh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Fungsi Sosial Budaya Keluarga selalu memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan. 3. Fungsi Cinta Kasih Keluarga mampu memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, orang tua dengan anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi wadah utama berseminya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. 4. Fungsi Perlindungan Keluarga mampu menumbuhkan rasa aman dan kehangatan bagi seluruh anggota. 5. Fungsi Reproduksi Keluarga dapat melaksanakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan sesuai dengan rencana yang dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia di dunia. 6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan Keluarga dapat membina dan mendidik keturunannya agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa depan. 7. Fungsi Ekonomi Keluarga dapat mengembangkan kemampuan ekonominya sehingga dapat mencukupi kebutuhan keluarga serta dapat menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung. 8. Fungsi Pembinaan Lingkungan Keluarga mampu menciptakan lingkungan hidup baik fisik maupun non fisik yang sejuk, sehat dan penuh dengan kenyamanan. Secara fisik lingkungan hidup yang sejuk, sehat dan penuh kenyamanan ditandai dengan terjaganya kebersihan di dalam dan di luar rumah, terawatnya tanaman hias/bunga, dimanfaatkannya kebun untuk tanam-tanaman produktif, sayuran, toga, dan sebagainya. Secara non fisik, lingkungan hidup yang sejuk,
3 sehat dan penuh kenyamanan adalah lingkungan di mana hubungan antar anggota keluarga dengan masyarakat atau keluarga dengan keluarga lainnya terjalin dengan baik, tidak ada percekcokan/perselisihan, tidak ada rasa dendam, curiga atau syak wasangka. Yang ada justru rasa penghormatan, saling menghargai, tolong menolong dan saling mengasihi. Ini bukan sekedar dalam bentuk tutur kata dan sikap, tetapi juga dalam bentuk tindakan dan perilaku yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil Pendataan Keluarga Miskin Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 yang tertuang dalam Keputusan Bupati Kulon Progo No 427 Tahun 2014 tentang Status Kemiskinan Keluarga Tahun 2014, dapat diketahui bahwa di Kabupaten Kulon Progo masih memiliki keluarga miskin atau 16,74% dari jumlah total keluarga sebanyak Dari keluarga miskin tersebut jumlah jiwanya mencapai jiwa. Dari hasil pendataan yang sama dapat diketahui bahwa proporsi keluarga miskin yang tinggi pada umumnya adalah di wilayah pegunungan seperti Kecamatan Kokap (23,38%), Girimulyo (21,04%) dan Samigaluh (19,99%), sementara proporsi yang rendah terdapat pada wilayah dataran seperti Kecamatan Panjatan (11,58%), Wates (14,19%) dan Temon (15,37%). Telah cukup banyak upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo untuk mengurangi angka kemiskinan yang berdampak pada pengurangan keluarga miskin ini dan hasilnya cukup positif yakni menurunnya jumlah Keluarga Miskin dari keluarga pada tahun 2011 menjadi keluarga pada tahun 2013 dan menjadi keluarga pada tahun Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain: 1. Pembentukan Tim Koordinasi Pengentasan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten, TKPK Kecamatan, dan TKPK Desa sebagai upaya Integrasi Program Penanggulangan Kemiskinan (Nangkis) pada tahapan perencanaan, sinkronisasi program dan tahapan pelaksanaan serta upaya sinergitas antar pelaku (pemerintah, swasta dan masyarakat). 2. Pembentukan Kader Penanggulangan Kemiskinan untuk meningkatkan akses orang miskin. 3. Jaminan kesehatan (Total Coverage) untuk meringankan beban dan meningkatkan kualitas hidup. 4. Bedah rumah untuk meningkatkan kualitas hidup dan semangat gotong-royong serta kepedulian sosial 5. Pembentukan Kelompok Asuh Keluarga Binangun (KAKB) untuk meningkatkan
4 kesejahteraan warga miskin melalui pemberdayaan dan kegiatan ekonomi produktif. 6. Gerakan Bela dan Beli Kulon Progo untuk meningkatkan semangat pembelaan dan komitmen untuk menumbuhkan perekonomian Kulon Progo dengan memprioritaskan penggunaan produk-produk lokal. 7. Pengumpulan zakat PNS melalui lembaga Bazcam, Bazda dan pentasarufannya. Salah satu kelompok sasarannya adalah keluarga miskin, 8. Program Desa Binaan Menuju Bebas Kemiskinan melalui CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan 9. Pendampingan keluarga miskin oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS). 10. Gerakan Gotong Royong Rakyat Bersatu (Genthong Rembes) 11. One Village One Product (OVOP). Satu desa memiliki satu produk unggulan. Mengingat jumlah keluarga miskin proporsinya terhitung masih cukup besar dan perlu percepatan untuk mengurangi jumlahnya, maka upaya pengentasan kemiskinan melalui pembangunan keluarga sejahtera di Kabupaten Kulon Progo tidak dapat ditunda-tunda lagi. Kelebihan dari upaya yang kami usulkan adalah bahwa dalam mengentaskan kemiskinan tidak hanya bertumpu pada pemberdayaan ekonomi semata, tetapi juga berupaya merubah mentalitet dan perilaku/gaya hidup yang selama ini menghambat kelancaran keluarga untuk mencapai kesejahteraannya. Keluarga miskin yang tidak dapat melaksanakan 8 fungsi keluarga setelah dilakukan upaya gerakan pembangunan keluarga sejahtera secara terpadu maka keluarga tersebut dapat melaksanakan 8 fungsi keluarga secara optimal sehingga menjadi keluarga sejahtera. Dengan terwujudnya keluarga sejahtera ini secara langsung maupun tidak langsung akan dapat mengikis kemiskinan atau mengurangi jumlah keluarga/penduduk miskin di Kulon Progo. Gerakan ini dikatakan terpadu karena dalam gerakan ini tidak saja melibatkan tokoh formal/non formal, tokoh agama dan lintas sektor/dinas/instansi/skpd terkait, tetapi juga pelaku dunia usaha, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), TP PKK, kader kesehatan/kb serta pihak lain yang peduli. Upaya intervensi yang dilakukan dapat disesuaikan dengan kebutuhan keluarga sehingga penanganan untuk masing-masing keluarga dimungkinkan tidak sama. Keluarga yang tidak dapat menjalankan fungsi ekonomi karena tidak memiliki usaha atau tidak ada
5 anggota keluarga yang bekerja akan berbeda penanganannya dibandingkan dengan keluarga yang tidak dapat menjalankan fungsi ekonominya karena anggota keluarganya suka berjudi, bekerja tidak tekun, bergaya hidup mewah, dan sebagainya. Upaya pengentasan kemiskinan melalui gerakan pembangunan keluarga sejahtera akan melibatkan seluruh lintas sektor serta melibatkan tokoh formal/non formal, tokoh agama, pelaku dunia usaha, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), TP PKK, kader kesehatan/kb serta pihak lain yang peduli karena upaya yang dilakukan dimungkinkan beragam dilihat dari sisi kegiatan (sesuai dengan kebutuhan keluarga) dan hasil yang ingin dicapai. Namun demikian sasarannya tetap fokus pada keluarga yang dipilih berdasarkan skala prioritas. Prioritas pertama adalah keluarga yang tidak memiliki usaha atau usahanya tersendat-sendat karena permasalahan permodalan, kualitas produksi atau pemasaran. Prioritas kedua adalah keluarga yang miskin karena mentalitet dan perilaku yang menghambat kelancaran usaha seperti tidak KB/memiliki anak banyak, suka berjudi, pemboros, bergaya hidup mewah, kurang tekun dalam berusaha, tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan tetangganya dan sebagainya. Prioritas ketiga, keluarga yang tidak memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk menambah penghasilan keluarga. Upaya-upaya yang akan dilakukan terkait intervensi pembangunan keluarga sejahtera ini merujuk pada pelaksanaan 8 fungsi keluarga secara ideal pada keluarga sejahtera dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut: 1. Fungsi Keagamaan a. Keluarga mampu membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga. b. Keluarga mampu menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari seluruh anggota keluarga. c. Keluarga mampu memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari terkait pengamalan ajaran agama yang dianut. d. Keluarga mampu melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak, khususnya tentang keagamaan yang tidak atau diperolehnya di sekolah dan di masyarakat. e. Keluarga mampu membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi menuju Keluarga Kecil Bahagian dan Sejahtera
6 2. Fungsi Sosial Budaya a. Keluarga mampu memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari dalam pengamalan nilai sosial dan budaya yang dianut. b. Keluarga mampu menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai. c. Keluarga mampu membina anggota-anggotanya untuk mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia. d. Keluarga mampu membina anggotanya untuk dapat beradaptasi dalam praktek kehidupan globalisasi dunia. e. Keluarga mampu membina budaya yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya masyarakat/bangsa yang menunjang terwujudnya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. 3. Fungsi Cinta Kasih a. Keluarga mampu menumbuh-kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antara anggota (Suami Isteri - Anak) ke dalam simbol-simbol nyata (ucapan, tingkah laku) secara optimal dan terus menerus. b. Keluarga mampu membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota keluarga maupun antar keluarga yang satu dengan lainnya secara kuantitatif dan kualitatif. c. Keluarga mampu membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang. d. Keluarga mampu membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera. 4. Fungsi Perlindungan a. Keluarga mampu memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga b. Keluarga mampu membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar c. Keluarga mampu membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera
7 5. Fungsi Reproduksi a. Keluarga mampu membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi keluarga maupun anggota keluarga sekitar b. Keluarga mampu memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental c. Keluarga mampu mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah anak yang diinginkan dalam keluarga. d. Keluarga mampu mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif, menuju keluarga kecil bahagian dan sejahtera. 6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan a. Keluarga mampu menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama b. Keluarga mampu menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai pusat di mana anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpai, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. c. Keluarga mampu membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan fisik / mental yang tidak atau kurang di berikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat. d. Keluarga mampu membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahagian dan sejahtera. 7. Fungsi Ekonomi a. Keluarga mampu melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga. b. Keluarga mampu mengelola ekonomi keluarga sehingga menjadi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. c. Keluarga mampu mengatur waktu sehingga kegitan orang tua di luar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang.
8 d. Keluarga mampu membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. 8. Fungsi Pembinaan Lingkungan a. Keluarga mampu membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan intern keluarga b. Keluarga mampu membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan ekstern hidup berkeluarga. c. Keluarga mampu membina kesadaran sikap dan praktek pelestarian lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat di sekitarnya d. Keluarga mampu membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Terkait dengan hal tersebut, maka menurut hemat kami, pengentasan kemiskinan melalui gerakan pembangunan keluarga sejahtera, setidak-tidaknya ada tiga upaya pokok yang dapat dilakukan: Pertama, pelatihan ketrampilan dan manajemen usaha bagi keluarga yang tidak memiliki usaha atau usahanya tersendat-sendat karena permasalahan permodalan, kualitas produksi atau pemasarannya. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan dan potensi keluarga serta kemungkinan pengembangannya. Kegiatan ini meliputi pelatihan ketrampilan untuk menciptakan produk-produk tertentu, manajemen usaha, pemasaran dan kewirausahaan pada umumnya. Agar efektif kegiatan ini melibatkan Balai Latihan Kerja (BLK) Dinsosnakertran, Dinas Perindag dan ESDM, Dinas Koperasi dan UKM, pelaku dunia usaha, kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), Kelompok Asuh Keluarga Binangun (KAKB), Kelompok Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS)yang telah cukup berhasil mengembangkan usahanya. Kedua, melakukan kunjungan rumah pada keluarga yang miskin karena mentalitet dan perilaku yang menghambat kelancaran usaha seperti tidak KB/memiliki anak banyak, suka berjudi, pemboros, bergaya hidup mewah, kurang tekun dalam berusaha, tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan tetangganya dan sebagainya. Kunjungan ini melibatkan tokoh agama/penyuluh agama, penyuluh KB, kader KB, kader Posyandu, penyuluh kesehatan dan tokoh masyarakat lainnya. Pada keluarga ini juga ada fasilitasi/pendampingan dari
9 sektor terkait agar memperoleh pelayanan jasa yang dibutuhkan guna membangun keluarganya, misalnya Posyandu Balita/Lansia, Bina Keluarga Sejahtera (BKS) yang terdiri dari Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL), Beasiswa Pendidikan, Jaminan Kesehatan, Perbaikan Perumahan (Bansos Rumah Tidak Layak Huni), Administrasi Kependudukan (Pengurusan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan Akta Kelahiran) dan sebagainya. Upaya ini melibatkan Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinsosnakertrans, BPMPDPKB, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dsb. Ketiga, melakukan pembinaan, fasilitasi dan pendampingan pada keluarga yang tidak memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk menambah penghasilan keluarga. Pada keluargakeluarga tersebut diberikan penyuluhan tentang bagaimana memanfaatkan lingkungan pekarangannya secara optimal yang berdaya dan berhasil guna. Misalnya bagi keluarga yang masih memiliki pekarangan cukup luas dapat memanfaatkan untuk menanam tanaman buahbuahan, sayur-sayuran, tanaman obat keluarga, tanaman hias/bunga-bungaan dan sebagainya atau memanfaatkan sebagian lahannya untuk beternak atau memelihara ikan. Kegiatan ini melibatkan Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Kelautan Perikanan dan Kelautan, Kantor Lingkungan Hidup, Kelompok Tani, Kelompok Pembudidayaan Ikan (Pokdakan), Karang Taruna, Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja, dll. Dalam rangka mengatasi kendala dari sisi pembiayaan gerakan ini di awal kegiatan selain dilakukan koordinasi dan komunikasi dengan Pemerintah Desa, Dinas/Instansi/SKPD terkait untuk memperoleh dukungan pendanaan, juga dilakukan kegiatan lelang kepedulian Tresno Tonggo yang melibatkan para pengusaha, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan keluarga kaya di lingkungan desa tersebut baik yang tinggal di desa itu maupun yang merantau untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini yang dananya nantinya digunakan untuk operasional dan dukungan kegiatan lainnya. Namun sebelum kegiatan lelang dilakukan maka perlu dilakukan sosialisasi Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera itu sendiri melalui pemutaran film, pentas seni, siaran radio, penyebarluasan pemasangan poster/pamflet, penyebarluasan leaflet, pemasangan umbul-umbul, spanduk dan sebagainya agar masyarakat paham dan tahu apa yang harus dilakukan. Sementara prosedur lelang mengikuti tata cara yang berlaku secara umum di masyarakat.
10 Kendala atau permasalahan yang dihadapi terkait dengan upaya ini antara lain: 1. Tidak semua SKPD terkait memfokuskan kegiatannya pada keluarga, karena sebagian berorientasi pada kelompok dan masyarakat 2. Tidak semua keluarga sasaran merupakan keluarga yang dapat diberdayakan karena anggota-anggotanya sudah lansia, 12 memiliki penyakit kronis atau cacat yang tidak dapat disembuhkan. 3. Tidak dimilikinya data keluarga yang tidak dapat melaksanakan fungsi-fungsinya selain yang dapat dilihat secara fisik. Namun demikian ada kesempatan dan kekuatan yang dimiliki oleh Kabupaten Kulonprogo untuk melaksanakannya antara lain: 1. Adanya program-program dari SKPD terkait yang dapat digunakan untuk pemberdayaan keluarga secara langsung maupun tidak langsung. 2. Adanya komitmen yang kuat dari Pemkab Kulon Progo untuk mengentaskan kemiskinan. 3. Adanya dukungan kegiatan dan sarana prasarana dari SKPD tertentu untuk pemberdayaan keluarga khususnya pada aspek ekonomi. 4. Adanya semangat yang tinggi dari pihak swasta untuk ikut mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo. 5. Dimilikinya kader Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) yang terdiri dari PPKBD (Tingkat Desa) 88 orang, Sub PPKBD (Tingkat Dusun) 935 orang dan Kelompok KB-KS (Tingkat RT) 4537 orang, kader Kesehatan (kader Posyandu), kader Penanggulangan Kemiskinan (88 orang) dan Petugas Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH). Rencana aksi yang perlu dilaksanakan untuk mengentaskan kemiskinan melalui Gerbang Gajah antara lain: 1. Menentukan sasaran gerakan dengan fokus pada desa yang banyak memiliki keluarga miskin dan belum tertangani secara intensif 2. Mengadakan kunjungan lapangan untuk melihat kondisi secara umum pada keluargakeluarga sasaran 3. Melakukan pendekatan dengan tokoh formal setempat (Camat, Kepala Desa, Dukuh) agar mendapat dukungan
11 4. Membuat kesepakatan dengan tokoh formal terkait dengan upaya pengentasan kemiskinan melalui gerakan pembangunan keluarga sejahtera termasuk membentuk Tim Gerbang Gajah yang bersinergi dengan TKPK Desa.. 5. Mengidentifikasi keluarga-keluarga sasaran intervensi bersama dengan Dukuh/Ketua RT/ kader setempat 6. Melakukan koordinasi, komunikasi dan advokasi dengan Pemerintah Desa, Dinas/Instansi/SKPD terkait untuk memperoleh dukungan pendanaan untuk kegiatan pembangunan keluarga sejahtera. 7. Melakukan lelang kepedulian tresno tonggo untuk operasionalisasi kegiatan dan dukungan kegiatan lainnya dalam rangka pengentasan kemiskinan.. 8. Melakukan intervensi pada keluarga sasaran yang melibatkan SKPD terkait dengan mengelompokkan keluarga sesuai dengan permasalahannya. 9. Melakukan fasilitasi dan pendampingan 10. Melakukan monitoring dan evaluasi Mengingat beragamnya kegiatan yang harus dilakukan, banyaknya keluarga sasaran dan besarnya dana yang dibutuhkan maka agar tujuannya tercapai, maka setidaknya harus ada empat upaya pokok yang harus dilakukan oleh Tim Gerbang Gajah sebagai berikut:: 1. Melakukan pemaduan program lintas sektor 2. Melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat 3. Melibatkan kader IMP, kader Kesehatan, Petugas PKH, dan Kader Penanggulangan Kemiskinan, Penyuluh Agama, Kader PKK., Karang Taruna, PIK Remaja, LSM dsb. 4. Menciptakan suasana kondusif pada lingkungan setempat Dengan demikian, faktor penentu keberhasilan dari upaya ini selain peran yang optimal dari SKPD terkait, juga peran tokoh formal dan non formal serta tokoh agama serta peran kader yang meliputi kader IMP (PPKBD, Sub PPKBD dan Kelompok KB KS),kader Kesehatan dan kader Bina Keluarga Sejahtera (BKS). dan Petugas Pendamping Keluarga Harapan (PKH). Tidak dapat dilupakan adalah semangat dan niat keluarga sasaran untuk bangkit serta kesadaran setiap anggota keluarga untuk berpartisipasi aktif Dari paparan yang telah kami sampaikan di muka maka dapat disimpulkan bahwa upaya pengentasan kemiskinan melalui Gerbang Gajah merupakan bentuk paya pengentasan kemiskinan yang tidak hanya bertumpu pada pemberdayaan ekonomi saja tetapi juga
12 bertumpu pada pembenahan mental (revolusi mental) dan perilaku. Upaya ini akan lebih efektif jika dilaksanakan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya pengentasan kemiskinan melalui Gerbang Gajah tidak dapat dilakukan hanya oleh SKPD tertentu tanpa melibatkan SKPD lain dan peran aktif tokoh formal/non formal, tokoh agama, LSM, kader IMP, kader kesehatan, TP PKK, Karang Taruna, PIK Remaja, LSM, swasta dan masyarakat pada umumnya. Upaya pengentasan kemiskinan melalui Gerbang Gajah akan cepat berhasil bila keluarga sasaran memiliki semangat untuk bangkit dan semua anggota keluarga berperan aktif di dalamnya. Beberapa saran yang perlu kami sampaikan kepada pihak terkait khususnya Pemkab Kulon Progo di antaranya adalah perlu pembentukan Tim Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera (Gerbang Gajah) di Tingkat Kabupaten, Kecamatan, hingga Desa yang bersinergi dengan TKPK Kabupaten, Kecamatan dan Desa dalam upaya intervensi ini. Selain itu Pemerintah Desa perlu menganggarkan untuk gerakan pembangunan keluarga sejahtera melalui APBDes serta perlunya penyempurnaan Peraturan Bupati tentang penyusunan APBDes berkaitan dengan penanganan kemiskinan Drs. Mardiya, Ka Sub Bid Advokasi Konseling dan Pembinaan KB dan Kesehatan Reproduksi BPMPDPKB Kabupaten Kulon Progo
45 TAHUN PROGRAM KKBPK DI KULONPROGO Menuju Era Pemberdayaan Keluarga. Mardiya. Tanpa terasa, pelaksanaan program Kependudukan Keluarga Berencana dan
Artikel 45 TAHUN PROGRAM KKBPK DI KULONPROGO Menuju Era Pemberdayaan Keluarga Mardiya Tanpa terasa, pelaksanaan program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di Kulonprogo telah
Lebih terperinciMENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA
Artikel MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Sunartiningsih, SE Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa keluarga sejahtera didefinisikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam
Lebih terperinciPP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright 2000 BPHN PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA *33776 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 21 TAHUN 1994 (21/1994) Tanggal: 1 JUNI
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran yang penting
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam
Lebih terperinciSAMBUTAN BUPATI KULON PROGO
SAMBUTAN BUPATI KULON PROGO PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA DAERAH PROGRAM KELUARGA BERENCANA TAHUN 2009 KABUPATEN KULON PROGO Selasa, 21 April 2008 Assalamu alaikum Wr. WB Salam sejahtera bagi kita sekalian
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH
PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciMEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA, URGENSI DAN UPAYANYA
Artikel MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA, URGENSI DAN UPAYANYA Mardiya Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan perjuangan hidup, diakui atau tidak, perhatian kita terhadap pentingnya penduduk
Lebih terperinciKETERPADUAN BKB-POSYANDU-PAUD (SEBUAH PENGALAMAN DARI KULON PROGO)
KETERPADUAN BKB-POSYANDU-PAUD (SEBUAH PENGALAMAN DARI KULON PROGO) Oleh: Ny. Hj. Wiwik Toyo Santoso Dipo Ketua TP PKK Kabupaten Kulon Progo Disampaikan dalam Pertemuan Telaah Program KB Nasional Provinsi
Lebih terperinciMEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Lebih terperinciMEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA
Artikel: MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA Tjondrorini dan Mardiya Dalam era global ini, bangsa Indonesia masih menghadapi masalah dan tantangan yang sangat kompleks. Di satu sisi, secara internal
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
Lebih terperinciWALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. E:\pemkab\2016\Doc SG\Lampiran Juknis BBGRM.doc
1 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT XIII DAN HARI KESATUAN GERAK PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KE 44 KABUPATEN
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA
BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang
Lebih terperinciMemadukan BBGRM dan Harganas Di Kulonprogo
Artikel Memadukan BBGRM dan Harganas Di Kulonprogo Krissutanto & Mardiya Tiga tahun lalu, tepatnya Minggu 29 Juni 2008, untuk pertama kalinya peringatan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) V
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
Lebih terperinciSALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.
BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGAA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 11 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN PERKAWINAN PADA USIA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,
Lebih terperinciKONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI. Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes Pendahuluan Visi GKBN ( Gerakan Keluarga Berencana Nasional ) Mewujudkan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang
Lebih terperinciDelapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa
Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa Disusun oleh Saifulloh el Faruq dan Rouhdy Rangga, untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kependudukan. Di era globalisasi saat ini, realita
Lebih terperinciTIM PENGGERAK PKK KAB. TULUNGAGUNG
TIM PENGGERAK PKK KAB. TULUNGAGUNG JL. R.A KARTINI 1 TULUNGAGUNG Telp. 0355-323738 fax. 0355-323738 GERAKAN PKK DENGAN 10 PROGRAM POKOKNYA I. Pengertian Gerakan PKK Gerakan pkk adalah Gerakan Nasional
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN
BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN INSTITUSI MASYARAKAT KELURAHAN DALAM BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN
1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.
Lebih terperinciWALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN
SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN 201724 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM TERPADU PENINGKATAN PERANAN WANITA MENUJU KELUARGA SEHAT SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciTANTANGAN KIE KB KULONPROGO 2010
Artikel TANTANGAN KIE KB KULONPROGO 2010 Mardiya Diakui atau tidak, dalam rangka menyukseskan program-program pemerintah, masalah Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) memiliki kedudukan yang sangat
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :
Lebih terperinciKOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA
KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA Tjondrorini & Mardiya Hari keluarga yang kita peringati pada tanggal 29 Juni setiap tahunnya tentu merupakan hari yang istimewa bagi semua keluarga di Indonesia.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 NOMOR 46 TAHUN 2008
BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA
PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan
Lebih terperinciHimpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciGEREBEG PASAR: DONGKRAK KESERTAAN KB PRIA
Artikel GEREBEG PASAR: DONGKRAK KESERTAAN KB PRIA Tjondrorini dan Mardiya Selasa, 20 November 2012 bakal menjadi hari yang istimewa bagi DIY khususnya Kabupaten Kulonprogo. Sebab pada hari itu, Perwakilan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 20 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG STRATEGI KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI BERBASIS KOMUNITAS DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.189, 2014 KPP & PA. Pembangunan. Keluarga. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2013
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Lebih terperinci(BPMPDP dan KB) Kabupaten Kulonprogo. Prestasi yang dimaksud adalah diperolehnya predikat
Artikel KB KULONPROGO, BERSINERGI MERAIH PRESTASI Rosyaduddin & Mardiya Ada prestasi membanggakan yang diraih Kulonprogo terkait dengan pengelolaan KB yang secara kelembagaan ditangani oleh Bidang Keluarga
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2016
PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 06 Organisasi / SKPD :..0. -BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA
Lebih terperinciKABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GUNUNGREJO, Menimbang : a. Bahwa
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI
SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciKAMPUNG K B OLEH DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUN DAN PERLINDUNGAN ANAK,PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA KOTA BUKITTINGGI
KAMPUNG K B OLEH DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUN DAN PERLINDUNGAN ANAK,PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA KOTA BUKITTINGGI Pengertian Kampung KB adalah satuan wilayah setingkat RW, dusun atau setara,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 60 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI WARGA NEGARA. Kependudukan. Keluarga. Keluarga Berencana. Sistem Informasi. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 319) PENJELASAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.319, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WARGA NEGARA. Kependudukan. Keluarga. Keluarga Berencana. Sistem Informasi. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciKADER IMP, SEBUAH CATATAN
Artikel KADER IMP, SEBUAH CATATAN Oleh: Drs. Mardiya Kedudukan dan peran Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) dalam pembangunan KB di Indonesia sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Sejak dirintisnya pola
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG
PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciPERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA-LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAWAN KLOD, KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERBEKEL DESA
Lebih terperinciMENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPERENCANAAN KELUARGA SEJAHTERA MELALUI PROGRAM KB. Oleh : Drs. Andang Muryanta (Koordinator Penyuluh KB Kec. Kokap)
PERENCANAAN KELUARGA SEJAHTERA MELALUI PROGRAM KB Oleh : Drs. Andang Muryanta (Koordinator Penyuluh KB Kec. Kokap) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isi Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2010
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTITUSI MASYARAKAT BIDANG KELUARGA BERENCANA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007
Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai
Lebih terperinciTUGAS DAN FUNGSI DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA (Berdasarkan Peraturan Bupati Sigi Nomor 28 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO SAMBUTAN PADA ACARA PELANTIKAN PENGURUS TP PKK DAN PERINGATAN HARI KESATUAN GERAK PKK KB KABUPATEN KULONPROGO KE-41 TAHUN 2013
BUPATI KULON PROGO SAMBUTAN PADA ACARA PELANTIKAN PENGURUS TP PKK DAN PERINGATAN HARI KESATUAN GERAK PKK KB KABUPATEN KULONPROGO KE-41 TAHUN 2013 Wates, 3 April 2013 Assalamu alaikum Wr.Wb. Yang Kami hormati
Lebih terperinciKeluarga kurang mampu tersebut didorong dan. C. Pemberdayaan Bidang Wirausaha bagi Ibu/Wanita. IV. STRATEGI PENGEMBANGAN
Jika banyak anak usia 6-15 tahun yang belum atau tidak sekolah karena orang tuanya tidak mampu, maka anggota Posdaya perlu mengadakan upaya gotong royong agar anak-anak tersebut bisa sekolah. Misalnya
Lebih terperinciO. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3
O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pelayanan Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Pelaksanaan Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan Partisipasi
Lebih terperinciBETAPA SERIUSNYA PERMASALAHAN REMAJA KITA
BETAPA SERIUSNYA PERMASALAHAN REMAJA KITA Mardiya Anak remaja (usia 10 24 tahun) memiliki populasi yang besar, karena sekitar seperlima penduduk dunia ternyata merupakan anak remaja. Di Indonesia sendiri,
Lebih terperinciBIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
O BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan
Lebih terperinciPEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:
Lebih terperinci._-" 'x'- '\~ ~ -.'\:.:,;.'.".;,~p,.. ",:,..;...:t;1l. -91.:'l;1. !JI~ f!i'~plj~ ~ wkkta~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
'1-
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN
PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciKomitmen itu diperbaharui
POS PEM8CRDAYAAH KELUARCA (POSDAYA) bangsa-bangsa lain di dunia. Rendahnya mutu penduduk itu juga disebabkan karena upaya melaksanakan wajib belajar sembilan tahun belum dapat dituntaskan. Buta aksara
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 17 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 06 NOMOR 7 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 06 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM PENANGGULANGAN KEMISKINAN KECAMATAN, DAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN MAGELANG
Lebih terperinciPETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)
ekonomi untuk ibu dari anak-anak balita tersebut. Anak-anak Balita mengikuti PAUD dan ibunya mengikuti kursus atau latihan ketrampilan. Dalam satu atau dua bulan anak-anak sudah makin berani sendiri bersama
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, FUNGSI DAN TUGAS SERTA TATA KERJA PADA DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. b.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Lebih terperinci