PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MATERI SUHU DAN KALOR KELAS X SMA ADABIAH PADANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MATERI SUHU DAN KALOR KELAS X SMA ADABIAH PADANG"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MATERI SUHU DAN KALOR KELAS X SMA ADABIAH PADANG TESIS Oleh: MEGASYANI ANAPERTA NIM Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam Mendapatkan gelar Magister Pendidikan PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN KONSENTRASI PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011

2 ABSTRACT MEGASYANI ANAPERTA Learning-oriented Development Tools Contextual Teaching and Learning (CTL) in the Material Temperature and the Heat of the Class X Adabiah High School Padang. Thesis. Graduate Program, Padang State University. The research was based on the issues raised in the field, especially in Adabiahhigh school, to improve the quality of learning Physics High School (SMA), by designing a learning device. Learning device is an important factor in the learning process and lead students to gain learning experience. The purpose of this study to produce a device-oriented teaching high school Physics Contextual Teaching and Learning (CTL) are valid, practical and effective. This type of research is the development research by using 4D models (Four-D Model). Stages of the research is defenition (Define), design (Design), development (Development) and deployment (Dessimination). Stage do not disseminate. Penggumpulan data was validation and testing of learning tools are developed. The design of learning tools that have been designed and validated by two experts and practitioners 2orang and trials are limited in high school to find out praticality in Adabiah Padang and effectiveness developed. Results of research conducted found that the device-oriented high school learning Contextual Teaching and Learning (CTL) that includes Learning Implementation Plan, Hand outs, and Student Activity Sheets are in the category of very valid. Value based on the observation sheet and practicality practicality of the draft questionnaire by teachers in high school Adabiah practical categorized. Effectiveness of cognitive learning outcomes with an average of 78 and psychomotor domains in Adabiah high school with an average of 90. The results of the analysis indicate that the observation of activity students develop effective learning device. This research resulted in device-oriented approach to learning physics Contextual Teachinng and Leraning (CTL) on the material temperature and the Heat of the X-class Adabiah high school very valid, practical and effective. i

3 ABSTRAK MEGASYANI ANAPERTA Pengembangan Perangkat Pembelajaran berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam materi Suhu dan Kalor di Kelas X SMA Adabiah Padang. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Penelitian ini berdasarkan dari permasalahan yang terjadi di lapangan khususnya di SMA Adabiah, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas (SMA), dengan cara merancang perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran merupakan faktor yang penting dalam proses pembelajaran dan mengarahkan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar. Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran Fisika SMA berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) yang valid, praktis dan efektif. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model 4D (Four-D Model). Tahapan penelitian adalah pendefenisian (Define), perancangan (Design), pengembangan (Develop) dan penyebaran (Dessimination). Tahap disseminate tidak dilakukan. Penggumpulan data dilakukan dengan validasi dan uji coba perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Rancangan perangkat pembelajaran yang telah didesain kemudian divalidasi oleh 2 orang pakar dan 2 orang praktisi dan uji coba secara terbatas di SMA Adabiah Padang untuk mengetahui praktikalitas dan efektifitas yang dikembangkan. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa perangkat pembelajaran SMA berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Hand out, dan Lembar Kegiatan Siswa berada dalam kategori sangat valid. Nilai kepraktisan berdasarkan lembar observasi dan angket kepraktisan rancangan oleh guru di SMA Adabiah dikategori praktis. Efektifitas dari hasil belajar ranah kognitif dengan rata-rata 78 dan ranah psikomotor di SMA Adabiah dengan rata-rata 90. Hasil analisis obsevasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dikembangkan efektif. Penelitian ini menghasilkan perangkat pembelajaran Fisika berorientasi pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi Suhu dan Kalor kelas X SMA Adabiah yang sangat valid, praktis dan efektif. ii

4 iii

5 iv

6 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Karya tulis saya, tesis dengan judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam materi Suhu dan Kalor di Kelas X SMA Adabiah Padang adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang maupun diperguruan tinggi lainnya 2. Karya tulis ini murni gagasan, penilian, dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing. 3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasi orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan pada daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku. Padang, Agustus 2011 Saya yang menyatakan Megasyani Anaperta Nim v

7 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan hanya bagi Allah SWT yang Maha memiliki ilmu dan Maha luas ilmu-nya yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian. Salawat serta salam tidak lupa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Proposal penelitian berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam materi Suhu dan Kalor di Kelas X SMA Adabiah Padang. Penelitian ini diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Magister Pendidikan di Program Studi Teknologi Pendidikan, konsentrasi Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Padang. Penulis banyak mendapatkan bimbingan, arahan saran, dan bantuan dari berbgai pihak. Oleh sebab itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Ibu Dr. Ratnawulan, M.Si, sebagai pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Lufri, M.S, sebagai pembimbing II yang telah membimbing penulis hingga selesainya pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini. 2. Bapak Dr. Hamdi, M.Si, sebagai kontributor dan validator serta Bapak Dr. Yulkifli. S.Pd.M.Si dan Dr. Wakhinuddin, M.Pd, sebagai kontributor dan penguji. 3. Prof. Dr. Mukhaiyar selaku Direktur Program Pascasarjana, beserta Asisten Direktur I dan Asisten Direktur II, Dr Yuni Ahda, M.Si, selaku Ketua Program vi

8 Studi Teknologi Pendidikan, Kepala Bagian Tata Usaha beserta Staf yang telah memberikan pelayanan dan berbagai kemudahan dalam penyelesaian administrasi perkuliahan. 4. Bapak Dr. Usmeldi, M.Pd, sebagai validator. 5. Bapak Drs. Akhiar, S.Pd, MM, selaku Kepala Sekolah SMA Adabiah Padang beserta siswa dan staf pengajar. 6. Rekan-rekan mahasiswa Konsentrasi Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang Tahun masuk Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian lain. Mudahmudahan berkah dan hidayah selalu senantiasa terlimpah pada kita semua. Amin. Padang, Agustus 2011 Penulis vii

9 DAFTAR ISI ABSTRACT.... i ABSTRAK ii PERSETUJUAN AKHIR.... iii PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING.... iv SURAT PERNYATAAN.... v KATA PENGANTAR...vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 8 C. Pembatasan Masalah... 9 D. Perumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian G. Produk Spesifik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Fisika di SMA viii

10 B. Pendekakatan Konstektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) C. Perangkat Pembelajaran a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Lembar Kerja Siswa (LKS) c. Bahan Ajar (Hand Out) D. Kualitas Pengembangan Perangkat Pembelajaran E. Penelitian yang Relevan F. Kerangka Berpikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Rancangan Pengembangan C. Subjek Uji Coba D. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian F. Teknik Pengumpulan Data G. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisa Data dan Hasil Pengembangan B. Pembahasan C. Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ix

11 B. Implikasi.78 C. Saran..80 DAFTAR PUSTAKA x

12 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kategori validasi perangkat pembelajaran Kategori praktikalitas perangkat pembelajaran Kategori efektifitas perangkat pembelajaran Daftar nama validator Hasil validasi perangkat pembelajaran Hasil Validasi Komponen RPP Hasil Validasi RPP Hasil Validasi Hand Out Hasil Validasi LKS Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP pada Aspek Umum Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP pada Aspek Khusus Hasil angket respon guru terhadap Perangkat Pembelajaran Hasil angket respon siswa terhadap Hand Out dan LKS Hasil observasi aktivitas siswa di kelas Hasil analisis ranah kognitif Hasil analisis ranah psikomotor xi

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Kerangka Berfikir Diagram Rancangan Pengembangan Perangkat Pembelajaran xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Lembar validasi RPP Lembar validasi Hand Out Lembar validasi LKS Lembar validasi angket kepraktisan rancangan guru Lembar validasi angket kepraktisan rancangan siswa Rekapitulasi validasi perangkat pembelajaran Lembar observasi aktivitas siswa Lembar hasil belajar ranah psikomotor Lembar hasil angket respon guru Lembar hasil angket respon siswa Observasi aktivitas siswa Hasil belajar ranah kognitif Hasil belajar ranah psikomotor Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hand Out Lembar Kerja Siswa Evaluasi Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP Surat Izin xiii

15 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari dirinya sendiri sebagai makhluk hidup di alam ini. Proses pembelajaran IPA lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Siswa dalam memahami alam sekitar secara ilmiah melalui penggunaan, pengembangan keterampilan proses, sikap ilmiah dan bukan cara menghafal konsep atau fakta-fakta. Fisika merupakan ilmu yang mempelajari jawaban atas pertanyaan kenapa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam dapat terjadi. Disamping itu fisika juga merupakan bidang ilmu yang memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hampir semua aspek kehidupan berhubungan dengan ilmu fisika. Ilmu fisika memberikan masukan yang sangat besar bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Teknologi informasi memanfaatkan ilmu fisika sebagai dasar perkembangannya. Seorang arsitek, astronom, ahli nuklir, dokter, ahli antariksa tidak akan mampu mengembangkan ilmunya jika tidak menguasai fisika. Perkembangan teknologi informasi juga didasari oleh ilmu fisika. Dalam hal ini jelas bahwa fisika memegang peranan penting dalam kehidupan dan kemajuan suatu bangsa. Mengingat besarnya peranan dan kontribusi fisika dalam kehidupan manusia dan perkembangan teknologi, maka seharusnyalah fisika menjadi 1

16 2 pelajaran yang menarik, menyenangkan dan mampu mengembangkan kreativitas siswa. Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan membuat siswa antusias dan tidak merasa bosan selama belajar. Pembelajaran yang menantang akan memacu kreativitas siswa. Ini penting untuk menyiapkan sumber daya manusia indonesia yang bermutu dan siap bersaing di dunia global. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan seperti melalui penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar, peningkatan mutu guru, sertifikasi guru, peningkatan manajemen pendidikan dan peningkatan kesejahteraan guru. Namun demikian berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan belum meningkat secara signifikan. Fenomena di lapangan khususnya di SMA Adabiah menunjukan bahwa kebanyakan siswa kurang menyenangi mata pelajaran fisika, dan siswa beranggapan fisika adalah mata pelajaran yang sulit, tidak menarik, abstrak, sarat dengan rumus matematika yang sulit untuk di mengerti. Akibatnya fisika menjadi pelajaran yang dijauhi oleh siswa di kelas. Siswa tidak memiliki kemauan yang keras untuk mempelajari fisika, enggan untuk belajar, takut untuk bertanya, merasa malu dan serba salah. Fisika menjadi pelajaran yang sulit dan abstrak dipelajari diduga karena pembelajaran fisika kurang menghubungkan dengan contoh manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman mengajar dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap rekan-rekan sesama guru dan siswa SMA Adabiah diperoleh bahwa metode ceramah merupakan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran fisika, siswa hanya menerima informasi dari guru. Akibatnya, siswa tidak menemukan

17 3 pengetahuan, ide dan informasi melalui usaha sendiri. Menyebabkan banyak siswa yang memperoleh hasil belajar yang rendah karena siswa tidak tertarik dengan model pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Gejala ini terlihat dari rendahnya hasil belajar siswa pada materi suhu dan kalor yang dapat diamati dari nilai rata-rata hasil ujian harian sekolah mata pelajaran fisika SMA Adabiah tahun ajaran 2008/2009 semester genap kelas X 1 adalah 4,53 dengan banyak 48 siswa, kelas X 2 adalah 4,72 dengan banyak 49 siswa dan kelas X 3 adalah 5,59 dengan banyak 47 siswa. Dari data yang di atas dapat dilihat nilai ujian harian fisika masih rendah dan masih jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 62. Rendahnya hasil belajar fisika tersebut salah satu penyebabnya adalah lemahnya penguasaan siswa terhadap konsep suhu dan kalor. Dampak dari pengembangan pembelajaran yang hanya menitikberatkan pada konsep-konsep yang terdapat dalam buku, tidak mengkondisikan siswa untuk mengkonstruksi konsep sendiri sehingga siswa tidak terlibat dalam penemuan informasi. Guru juga masih banyak yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk memilih dan mengaplikasikan berbagai metode atau pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan kegairahan, keaktivitas, dan motivasi belajar siswa. Tantangan saat ini adalah bagaimana membangkitkan respon positif dari siswa bahwa fisika merupakan pelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa mulai menerima fisika sebagai pelajaran yang menarik dan tidak membosankan. Salah satu upaya adalah mengaitkan konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari.

18 4 Materi Suhu dan Kalor merupakan salah satu materi pada mata pelajaran fisika yang dapat diperoleh siswa dari pengalaman belajar. Pengalaman belajar yang diperoleh adalah dalam bentuk kemampuan bernalar menggunakan berbagai konsep fisika dan memperoleh pengalaman belajar melalui kerja ilmiah. Dalam pembelajaran siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan menganalisis, sehingga dibutuhkan suatu perangkat pembelajaran yang mampu membantu siswa lebih cepat memahami materi pelajaran. Materi Suhu dan Kalor memiliki standar kompetensi menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi. Kompetensi dasar menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Indikator yang ingin dicapai dalam pembelajaran yakni: 1) Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suatu zat/benda. 2) Menganalisis pengaruh perubahan suhu benda terhadap ukuran benda (pemuaian). 3) Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda. 4) Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konduksi. 5) Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konveksi. 6) Menganalisis perpindahan kalor dengan cara radiasi. 7) Mendeskripsikan perbedaan kalor yang diserap dan kalor yang dilepas. 8) Menerapkan asas Black dalam peristiwa pertukaran kalor. Pemilihan dan penggunaan perangkat pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam mengarahkan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar. Cara guru mengajar sangat terkait dengan penggunaan Hand Out dan pengunaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat dan bagaimana siswa belajar sangat terkait dengan penggunaan Hand

19 5 Out dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Perangkat pembelajaran yang tersedia selama ini memiliki beberapa kelemahan sehingga guru menjadi tidak maksimal dalam proses pembelajaran Pada pembuatan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru cenderung tidak memaparkan kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Hal ini sering kali menjadi kendala bagi guru dalam memberikan batasan materi serta kesesuaian penyajian materi dengan waktu yang tersedia. Dengan tidak jelasnya skenario pembelajaran menyebabkan guru tidak mempunyai rancangan tertentu dalam menyusun strategi jitu untuk merangsang dan meningkatkan keaktifan berfikir siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selama ini Hand Out yang digunakan menyebabkan siswa sering kali menghafal konsep-konsep tanpa adanya proses untuk memperoleh konsep-konsep tersebut sehingga siswa tidak tersedia menemukan sendiri pengetahuan dari pengalaman yang siswa miliki secara proses ilmiah. Selain itu terdapat perbedaan indikator pada Hand Out dan LKS, sehingga pada saat mengerjakan LKS siswa menjadi kebingungan karena ada beberapa materi yang tidak terdapat di Hand Out. Uraian dari contoh-contoh yang terdapat dalam Hand Out terkadang tidak sesuai dengan indikator. Selain itu Hand Out juga jarang menampilkan contohcontoh dalam kehidupan sehari-hari serta ilustrasi gambar yang ditampilkan tidak mampu menjelaskan konsep. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang ada tidak melatih keterampilan proses ilmiah siswa dan cenderung menyebabkan siswa tidak menjadi kreatif. Disebabkan pola penyusunan LKS tidak menunjang sistem pembelajaran yang

20 6 berpusat pada siswa aktif. LKS juga tidak mengundang keingintahuan siswa lebih lanjut. Salah satu strategi pebelajaran yang dianggap cocok dalam pengembangan perangkat pembelajaran dan dianggap mampu dalam meningkatkan pengalaman siswa terhadap konsep materi yang dipelajarinya adalah pendekatan pembelajaran berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurut Wina (2006) CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan konsep CTL ini diharapkan siswa mampu memahami konsep suhu dan kalor yang benar, sehingga bermakna bagi siswa. Belajar akan bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Dengan berlangsungnya proses pembelajaran secara ilmiah dalam bentuk kegiastan siswa yang bekerja dan mengalami sendiri, diharapkan transfer pengetahuan dari guru ke siswa dapat digantikan dengan proses pembelajaran secara aktif. Dalam pembelajaran berorientasi CTL, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada menyampaikan informasi. Guru dan siswa menjadi sebuah tim dalam mengelola kelas yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru, baik dalam bentuk pengetahuan maupun dalam bentuk keterampilan. Agar proses pembelajaran dengan CTL dapat terlaksana dengan baik, maka siswa perlu tahu apa makna belajar, apa manfaat belajar dan bagaimana mencapainya. Siswa harus

21 7 memiliki kesadaran bahwa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupannya dikemudian hari. Untuk memberi pemahaman tersebut kepada siswa, tidak terlepas dari peranan guru sebagai seorang pengajar dan pendidik. Penelitian ini sudah diujicobakan oleh Romelia (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk Pelajaran Kimia pada Materi Sistem Koloid Kelas XI SMA, menyimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berorientasi CTL untuk pelajaran kimia pada materi koloid di kelas XI SMA sudah valid menurut sudut pandang pakar, guru dan siswa, serta praktis dari sudut pandang guru dan siswa namun kelemahan yang ditemui adalah banyaknya indikator yang harus diamati, sementara pengamat pembelajaran hanya dua orang sehingga pengamatan yang diperlukan kurang efektif karena terdiri 40 siswa, terutama mengenai aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran maupun saat melakukan percobaan LKS tidak dapat dilakukan dengan sempurna. Segala alat dan bahan yang digunakan selama proses pembelajaran berlansung tidak disediakan sekolah. Sementara itu, Romelia (2007) menyarankan selama ujicoba berlangsung, sebaiknya peneliti bertindak dalam satu peran, yaitu sebagai guru saja atau sebagai pengamat saja. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh untuk instrument penelitian tidak bias. Syafrial (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Efektifitas Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas X SMA Negeri Kota Pekanbaru, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

22 8 Learning (CTL) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran secara tradisional, namun kelemahan yang ditemui ketersediaan media dan dana untuk pengadaan media pembelajaran relative terbatas, sedangkan sistem pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL mengharuskan siswa untuk melakukan kontak langsung dengan sumber materi (media). Dalam pembelajaran CTL siswa didorong untuk belajar sendiri dan guru hanya berperan sebagai fasilitator, realitanya pembelajaran tetap konvensional, karena siswa hanya diberi tugas belajar sendiri dan gurunya santai, sehingga hanya meringankan guru dan memberatkan siswa. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mempermudah siswa dalam belajar fisika dengan mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Hand Out, RPP, LKS dan alat evaluasi. Dengan mempedomani penelitian terdahulu untuk mengurangi permasalahan yang akan terjadi agar peniliti berusaha lebih baik. Untuk itu dilakukan penelitian dengan judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam materi Suhu dan Kalor di Kelas X SMA Adabiah Padang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas dapat di identifikasi beberapa masalah dalam pembelajaran sebagai berikut : 1. Perangkat pembelajaran yang diberikan di sekolah belum memperlihatkan keterampilan proses melalui kegiatan proses ilmiah

23 9 2. Perangkat pembelajaran yang digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran Suhu dan Kalor belum berorientasi suatu pendekatan. 3. Siswa kurang didorong untuk menumbuhkan sikap ilmiah melalui proses ilmiah. Sehingga, proses pembelajaran didalam kelas lebih banyak diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi. 4. Penyajian materi pembelajaran fisika yang dilakukan masih berpusat pada guru serta tidak mengkondisikan siswa untuk mengkonstruksi konsep sendiri. 5. Banyak kompetensi yang dicapai tetapi kurang ketuntasannya dalam mencapai kompetensi tersebut. 6. Kreatifitas guru dalam mengembangkan perangkat pebelajaan masih rendah. 7. Hasil belajar siswa untuk mata pelajaran masih rendah. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti dibatasi pada permasalah berikut: 1. Keterbatasan perangkat pembelajaran yang mencakup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Hand Out dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mata pelajaran fisika pada Suhu dan Kalor. 2. Dalam penelitian ini akan dikembangkan perangkat pembelajaran fisika berorientasi Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk materi suhu dan kalor yang praktis dan mudah dimengerti.

24 10 D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah: 1. Bagaimanakah validitas, praktikalitas dan efektifitas perangkat pembelajaran fisika SMA Adabiah kelas X pada materi Suhu dan Kalor semester II berorientasi CTL? 2. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dalam materi Suhu dan Kalor kelas X SMA Adabiah. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Menghasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP, Hand Out, dan LKS dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang valid, praktis dan efektif pada pembelajaran fisika untuk materi Suhu dan Kalor dengan kompetensi dasar mendeskripsikan peran suhu dan kalor dalam suatu benda serta perananya dalam kehidupan sehari-hari di kelas X SMA Adabiah Padang. 2. Mengetahui validitas, praktikalitas dan keefektifan perangkat pembelajaran fisika SMA kelas X SMA Adabiah pada materi Suhu dan Kalor berorientasi Contextual Teaching and Learning.

25 11 F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat digunakan sebagai contoh perangkat pembelajaran fisika untuk materi fisika lain. 2. Memberi tambahan pengetahuan, pengalaman bagi peneliti sebagai bekal nantinya dalam mengajar dengan menggunakan mendekatan pembelajaran CTL 3. Sebagai salah satu alternatif bagi guru fisika untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika sesuai dengan tuntutan KTSP pada mata pelajaran fisika. G. Produk Spesifik Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini yaitu perangkat pembelajaran yang berupa RPP, Hand Out, LKS dan alat evaluasi untuk materi suhu dan kalor dalam pembelajaran fisika. Adapun ciri-ciri khusus dari perangkat pembelajaran berorientasi CTL yang dikembangkan adalah: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggambarkan secara jelas ciri khas dari pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi Suhu dan Kalor pendekatan ini ditandai dengan adanya tujuh komponen pokok dalam proses pembelajaran, yaitu: konsruktivisme (Constructivisme), menemukan (Inquiri), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning communite), permodelan (Modelling),

26 12 refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic assessment). Dari ketujuh komponen CTL tersebut siswa diharapkan memperoleh pengetahuan melalui proses pengamatan dan pengalaman, sehingga telibat dalam penemuan informasi. 2. Hand Out Hand Out memberikan ringkasan materi yang memudahkan siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep Suhu dan Kalor. Hand out diawali dengan pengaitan materi yang akan dipelajari dengan dunia siswa secara nyata. Uraian materi, bagian rumus penting atau inti materi ditulis dalam sebuah kotak berwarna sebagai penekanan materi kepada siswa, gambar-gambar berwarna yang sangat menarik dan memudahkan siswa untuk lebih memahami materi yang diberikan, diakhiri materi diberikan rangkuman yang merupakan kesimpulan dari keseluruhan materi yang dipelajari. 3. Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa (LKS) diawali dengan pengaitan materi yang akan dipelajari dengan dunia siswa secara nyata, tujuan siswa diarahkan untuk melakukan percobaan LKS juga berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, serta percobaan-percobaan yang dapat meningkatkan ketrampilan proses ilmiah siswa.

27 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Fisika SMA Fisika adalah salah satu mata pelajaran sains yang mempelajari gejalagejala alam, yang dan segala sesuatu yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia sehari-hari. Sebagai salah satu mata pelajaran sains pembelajaran fisika memiliki dua dimensi, yaitu fisika sebagai sebuah materi belajar dan belajar fisika sebagai sebuah proses berpikir ilmiah. Sesuai dengan yang dinyatakan Depdiknas (2003) bahwa: Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Kutipan ini mensiratkan bahwa pembelajaran fisika menuntut intelektualitas dan kreativitas yang relatif tinggi dari peserta didik yang mempelajarinya. Selain itu, setelah mempelajari fisika, selain memiliki kemampuan akademis, peserta didik dituntut memiliki keterampilan melalui belajar penemuan. Mempelajari fisika memberikan banyak sekali manfaat kepada siswa di SMA. Ada banyak hal yang dapat diperoleh siswa setelah mempelajari fisika, seperti bekal ilmu kepada siswa, dan menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dengan mempelajari fisika siswa diharapkan memperoleh pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. 13

28 14 Menurut Depdiknas (2007) tujuan pembelajaran Fisika di SMA adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain 3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis 4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif 5. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran Fisika yang dihendaki adalah pembelajaran yang diarahkan pada kegitan-kegiatan yang mendorong peserta didik belajar secara aktif baik fisik, mental, intelektual maupun sosial. Siswa diharapkan memahami konsepkonsep fisika tanpa mengabaikan hakikat fisika itu sendiri. Siswa dapat memahami manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari tentang pembelajaran fisika yang mereka terima di kelas Proses belajar mengajar merupakan dua pengertian yang berbeda namun merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Belajar merupakan aktifitas peserta didik dalam mengumpulkan pengalamanpengalaman dan ilmu pengetahuan, perlu diarahkan dan dibimbing. Mengajar merupakan kegiatan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik yang sedang belajar. Dalam hal ini guru merupakan salah satu

29 15 komponen yang terkait delam memberikan pengarahan, bimbingan dan menstranfer ilmu yang dimilikinya kepada peserta didik sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam kurikulum yang berlaku. Keaktifitas peserta didik dalam menemukan pola dan struktur fisika, akan memahami konsep dan teorema lebih baik, ingat lebih lama dan mampu mengaplikasikan ke situasi yang lain. B. Pendekatan Konstektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Selanjutnya tentang pendekatan ini, Nurhadi (2003) menyebutkan proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan memahami, guru bukannya hanya sekedar menstranfer pengetahuannya kepada siswa, tetapi lebih mementingkan strategi pembelajarannya daripada hasil. Dengan demikian, melalui pendekatan ini pembelajaran tidak akan didominasi oleh guru/berpusat pada guru, tetapi sebaliknya siswalah yang akan beraktivitas lebih banyak dari guru. Pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa, karena merekalah yang mencari sumber belajar, informasi, serta menganalisis informasi-

30 16 informasi yang diperoleh, baik secara sendiri-sendiri maupun mendiskusikan secara berkelompok. Dengan pendekatan CTL, peran guru adalah membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan menemukan sendiri. Berbagai peranan dan aktivitas akan dilakukan siswa dalam pembelajaran kontrektual seperti dikemukakan Nana (2008) sebagai berikut: 1. Siswa berperan sebagai pembelajar aktif mengelola dirinya sendiri, mengembangkan minatnya sendiri atau bekerja kelompok, belajar melalui perbuatan. 2. Membentuk hubungan antara apa yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan di masyarakat, lembaga kemasyarakatan dan dunia kerja. 3. Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting dan berarti bagi dirinya maupun orang lain, membuat pilihan, memberikan hasil tampak maupun tak tampak. 4. Menggunakan pemikiran tahap tinggi, berpikir kritis, kreatif, melakukan analisis, sintesis, pemecahan masalah, membuat keputusan menggunakan logika dan fakta-fakta. 5. Mengembangkan kemampuan bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, memahami orang lain, berkomunikasi, saling membantu dan mempengaruhi

31 17 Menurut Blanchard dalam (Depdiknas, 2007) ciri-ciri kontekstual: 1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks. 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilitian otentik. Dengan memperhatikan pendapat-pendapat para ahli tentang pembelajaran dengan pendekatan konstektual, menurut penulis pembelajaran ini menekankan pada berpikir tingkat tinggi, pengaitan dan penggunaan antar lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisisan informasi data dari berbagai sumber, sehingga pembelajaran konstektual diduga akan meningkatkan kemampuan koneksi untuk menemukan makna pengetahuan dan penerapannya dikehidupan sehari-hari siswa. Berdasarkan keunggulan tersebut, peneliti akan mengembangkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL. Pada hakekatnya pembelajaran menurut aliran CTL merupakan suatu konsep yang membantu guru mengaitkan suatu konsep dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka. CTL menekankan pada berfikir tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin akademik, pengumpulan, penganalisisan, pengsintesisan informasi dari berbagai sumber titik pandang. Menurut Nurhadi (2003) pendekatan CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

32 18 dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Melalui CTL pembelajaran dikaitkan dengan konteks lingkungan kehidupan siswa sehari-hari, sehingga siswa lebih mudah memahami isi pelajaran, Mengaitkan isi pelajaran dengan lingkungan sekitar siswa akan membuat pembelajaran lebih bermakna, karena siswa mengetahui pelajaran yang diperoleh di kelas akan bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari. Pola pembelajaran CTL dengan berbagai kegiatannya menyebabkan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa, sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Jika siswa termotivasi, diharapkan merasa aktif untuk belajar, baik di kelas, di luar kelas, maupun di rumah. Dengan demikian siswa datang ke sekolah tidak dengan kepala kosong, tetapi sudah mempunyai bekal awal yang terkait dengan materi pembelajaran yang akan dipelajarinya. Diharapkan semua ini memberi dampak positif terhadap hasil belajar siswa sekaligus meningkatkan mutu belajar siswa. Menurut Depdiknas (2007) untuk penerapan, pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiri), bertanya (Questioning), asyarakat Belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Adapun tujuh komponen tersebut sebagai berikut:

33 19 1. Kontruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir atau filosofi pendekatan kontekstual dimana menurut pandangan ini pengetahuan didapat oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui kontek yang terbatas atau sempit. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dengan kemampuan untuk bergelut dengan ide-ide yang dapat digeneralisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu tugas guru adalah memfalitasi proses tersebut dengan hal-hal sebagai berikut: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya sendiri dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri. Menurut Romelia (2007) Prosedur pembelajaran konstruktivisme meliputi beberapa hal berikut: 1) Carilah dan gunakanlah pertanyaan dan gagasan siswa untuk menuntun pelajaran dan keseluruhan unit pelajaran. 2) Biarkan siswa mengemukakan gagasannya dulu. 3) Kembangkan kepemimpinan, kerja sama, pencarian informasi, dan aktivitas siswa dengan hasil dari proses pembelajaran. 4) Gunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk mengarahkan proses pembelajaran. 5) Kembangkan penggunaan alternatif sumber informasi baik dalam bentuk bahan tertulis maupun bahan-bahan para pakar. 6) Carilah gagasan siswa sebelum guru menyajikan pendapatnya atau sebelum siswa mempelajarinya gagasan-gagasan yang ada dalam buku teks atau sumber-sumber lainnya. 7) Doronglah siswa untuk melakukan analisis sendiri, mengumpulkan bukti nyata untuk mendukung gagasan dan reformulasi gagasan sesuai dengan pengetahuan baru yang dipelajarinya.

34 20 8) Gunakanlah masalah yang didefenisikan oleh siswa sesuai minatnya dan dampak yang ditimbulkannya. 9) Gunakanlah sumber lokal (manusia dan benda) sebagai sumbersumber informasi asli yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah. 10) Libatkan siswa dalam mencari dan memecahkan masalah yang ada dalam kenyataannya. 2. Menemukan (Inquiri) Menemukan merupakan bagian inti dari pendekatan konstektual yang artinya pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil menghafal materi yang sudah ada, tetapi dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Untuk kepentingan menemukan ini siswa dapat melakukan kegiatan: Observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan hipotesis, pengumpulan data (data gathering) dan penyimpulan (conclussion) 1) Diawali dengan kegiatan pengamatan dalam rangka untuk memahami suatu konsep. 2) Siklus yang terdiri dari kegiatan mengamati, bertanya, menyelidiki, menganalisis dan merumuskan teori, baik secara individu maupun bersama-sama teman lainnya. 3) Mengembangkan dan sekaligus menggunakan keterampilan berpikir kritis. 3. Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berorientasi CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong,

35 21 membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran guna menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Dan sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk : 1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademik 2) Mengecek pemahaman siswa 3) Membangkitkan respon pada siswa 4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa 5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa 6) Memfokuskan pengetahuan siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru 7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa 8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, yang pandai mengajari yang belum tahu, yang cepat mendorong temannya yang lambat. Masyarakat belajar bila terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Kegiatan saling belajar bila terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan

36 22 dalam komunikasi. Pembelajaran dengan teknik learning community sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran dapat terlihat dari: 1) Pembentukan kelompok kecil 2) Pembentukan kelompok besar 3) Mendatangkan ahli ke kelas 4) Bekerja dengan kelas sederajat 5) Bekerja kelompok dengan kelas diatasya 6) Bekerja dengan masyarakat 5. Pemodelan (Modelling) Kelompok CTL selanjutnya adalah pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar. 6. Refleksi (Reflection) Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran CTL. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru di pelajaran atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kepedulian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diberikan pada akhir pembelajaran, guru mengsisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa: 1) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh hari ini 2) Catatan atau jurnal dibuku siswa

37 23 3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini 4) Hasil karya 7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar, karena assessment menekankan pada proses pembelajaran, maka data yang diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Data yang diambil dari kegiatan siswa saat melakukan kegiatan pembelajaran baik di kelas maupun diluar kelas itulah yang disebut data authentic. Karakteristik authentic assessment yaitu: dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk formatif dan sumatif, yang diukur keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi dan dapat digunakan sebagai feed back Kelebihan CTL adalah 1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan ril. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. 2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode

38 24 pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. Kelemahan CTL adalah 1) Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. 2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. C. Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran merupakan segala alat dan bahan yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran. Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan Lembar Kerja

39 25 Siswa ditempuh melalui beberapa tahap, yaitu: (1) analisis, (2) perencanaan, (3) perancangan, dan (4) pengembangan perangkat pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang ditentukan oleh Depdiknas. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang mengambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus (Depdiknas, 2007). RPP merupakan komponen penting dalam kurikulum, yang pengembangannya harus dilakukan secara professional. Langkah-langkah perencanaan RPP adalah sebagai berikut: 1. Mengisi kolom identitas. 2. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan. 3. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun. 4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditemukan. 5. Megindenfikasi materi ajar berdasarkan materi pokok yang terdapat dalam silabus. 6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.

40 26 7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. 8. Menentukan alat/bahan/sumber belajar yang digunakan. 9. Penyusunan kriteria penilaian. b. Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut Depdikbud (1995), LKS merupakan salah satu bentuk Hand Out. LKS merupakan materi Hand Out yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar itu secara mandiri. LKS berasal dari terjemahan student work sheet yang merupakan suatu lembaran (bukan buku) yang berisi pedoman bagi siswa melakukan kegiatan yang terprogram. Sementara itu menurut Elida (2003), LKS adalah sarana untuk menyampaikan konsep kepada siswa baik secara individual maupun kelompok kecil yang berisi petunjuk untuk melakukan berbagai kegiatan. LKS hendaknya ditulis secara sederhana dan menggunakan kalimat yang mudah dipahami siswa. LKS juga perlu dilengkapi dengan cara penggunaannya. LKS didesain sedemikian rupa sehingga dalam siswa dapat menggunakannya secara terstruktur dan mandiri dalam rangka menemukan sendiri konsep-konsep fisika. LKS dapat membantu guru dalam mengoptimalkan tercapainya hasil belajar dan meningkatkan ketertiban dan aktivitas siswa. Dalam penggunaanya LKS dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu LKS eksperimen dan LKS non eksperimen. Menurut Prayitno (LKS)

41 27 eksperimen biasanya digunakan untuk membimbing siswa dalam berpraktikum dan menentukan konsep dengan bekerja ilmiah. Sedangkan LKS non eksperimen biasa digunakan sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi hambatan proses belajar mengajar, misalnya sekolah tidak memiliki peralatan yang memadai untuk kegiatan laboratorium sehingga perlu adanya diskusi diantara siswa untuk menemukan satu konsep yang disajikan dalam bentuk kegiatan kelas, dapat dalam bentuk diskusi kelompok. Depdiknas (2006) menyatakan bahwa LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembaran kegiatan harus berisi petunjuk. Struktur Lembar Kerja siswa (LKS) secara umum adalah sebagai berikut: 1) judul, mata pelajaran, semester, tempat, 2) petunjuk belajar, 3) kompetensi yang akan dicapai, 4) indikator, 5) informasi pendukung, 6) tugas-tugas dan langkah kerja, 7) penelitian. c. Hand Out Hand Out merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran. Menurut Depdiknas (2008) Hand Out adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Ballstaedt dalam Depdiknas (2008) mengemukakan bahwa dua fungsi Hand Out yaitu: (1) membatu pendengar agar tidak perlu mencatat dan (2) pendamping penjelasan penceramah. Agar sebuah Hand Out dapat digunakan dalam sebuah pembelajaran maka Hand Out haruslah ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti. Hand Out

JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS

JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS Education and Science Physics Journal E- ISSN : 2503-3425 JRFES Vol 1, No 1 (2014) 48-53 P- ISSN : 2407-3563 http://ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/jrfes

Lebih terperinci

PRAKTIKALITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MATERI SUHU DAN KALOR DI KELAS X SMA ADABIAH 2 PADANG

PRAKTIKALITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MATERI SUHU DAN KALOR DI KELAS X SMA ADABIAH 2 PADANG PRAKTIKALITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MATERI SUHU DAN KALOR DI KELAS X SMA ADABIAH 2 PADANG Megasyani anaperta (1) Farida (2) (1) Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL contextual teaching and learning Strategi Pembelajaan Kontekstual Strategi pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. DASAR FILOSOFI Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) BAB 1I 2.1. Kajian Teori KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah hingga makhluk

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya mengenai pengertian belajar, namun demikian

Lebih terperinci

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL Apa itu CTL? Mengapa harus CTL Pendekatan CTL merupakan Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

Lebih terperinci

Oleh. Sri Thirteen Julian *), Rahmi **), Anna Cesaria **)

Oleh. Sri Thirteen Julian *), Rahmi **), Anna Cesaria **) 1 PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MATERI PENERAPAN ALJABAR DALAM MENYELESAIKAN MASALAH ARITMATIKA SOSIAL PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII SMPN 16 PADANG Oleh

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS INKUIRI DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XA SMA NEGERI PASIRIAN LUMAJANG Intan Fitriani 1, Dewi Iriana 2,

Lebih terperinci

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Kuiz 1. Contextual 2. Konstruktivisme 3. Inquiry 4. Questioning 5. Learning Community 6. Modeling 7. Refleksi 8. Authentic Assessment 9. Skenario CTL PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Contextual

Lebih terperinci

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed. PENDEKATAN KONTEKSTUAL Oleh : Toto Fathoni, Apakah CTL itu? Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh : ULLY FAKHRUNI NIM : F15111023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Oleh Nana Supriatna Universitas Pendidikan Indonesia Makalah Semiloka di Musibanyuasin, Sumsel 7 September 2007 Pengertian Pendekatan Contextual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses panjang dalam rangka mengantarkan manusia menjadi seseorang yang memiliki kekuatan intelektual, emosional, dan spiritual sehingga

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BIOLOGI PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN UNTUK SMA. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BIOLOGI PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN UNTUK SMA. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BIOLOGI PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN UNTUK SMA Oleh: Yesi Rispianti, Mulyati, Liza Yulia Sari Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK In

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah bangsa yang besar bukanlah bangsa yang banyak penduduknya, tetapi bangsa yang besar adalah jika elemen masyarakatnya berpendidikan dan mampu memajukan negaranya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan dari siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga proses pembelajarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan pendidikan sebagai akibat dari kemajuan ilmu dan teknologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar, - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangatlah penting bagi manusia karena didalam pendidikan, maka akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap

Lebih terperinci

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning) PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning) Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Indonesia KONSEP CTL Merupakan Konsep Belajar yang dapat Membantu Guru Mengaitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,

Lebih terperinci

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2 PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN KELOMPOK KECIL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 1 (1) (2012) 57-62 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii UPAYA MENGEMBANGKAN LEARNING COMMUNITY SISWA KELAS X SMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Oleh: Muslim Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BIOLOGI DILENGKAPI MIND MAP PADA MATERI POKOK SISTEM RESPIRASI UNTUK SMA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BIOLOGI DILENGKAPI MIND MAP PADA MATERI POKOK SISTEM RESPIRASI UNTUK SMA PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BIOLOGI DILENGKAPI MIND MAP PADA MATERI POKOK SISTEM RESPIRASI UNTUK SMA Oleh: Witria Malra Sari 1, Mades Fifendy 2, Muhyiatul Fadilah 2 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Proses belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu

Lebih terperinci

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI KAMPUS II SURADE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DISUSUN : UJANG ARISMAN (063101211061) DIANA SUCI R (063101211056) MUHAMAD PUAD S (063101211063) Pengertian Contextual

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar, 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok dalam proses pendidikan disekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan belajar. Membelajarkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI GEOMETRI UNTUK SISWA KELAS X DI SMA PGRI 1 PADANG ABSTRACT

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI GEOMETRI UNTUK SISWA KELAS X DI SMA PGRI 1 PADANG ABSTRACT PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI GEOMETRI UNTUK SISWA KELAS X DI SMA PGRI 1 PADANG Ahmad Firdaus *, Rahmi **, Lita Lovia ** * Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DIREKTORAT PEMBINAAN SMP DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006 BAB 1 PENDEKATAN KONTEKSTUAL A. Latar

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN C T L (Contextual Teaching and Learning) MELALUI METODE DEMONSTRASI Rini Budiharti Pendidikan Fisika P.MIPA UNS ABSTRAK Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan experimental science, tidak dapat dipelajari hanya melalui membaca, menulis atau mendengarkan saja. Mempelajari ilmu kimia bukan hanya menguasai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR Jurnal Pendidikan Rokania Vol. II (No. 2/2017) 186-199 186 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR Oleh Eni Marta Dosen Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru. UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU MATA PELAJARAN IPS TERPADU DALAM MENERAPKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI BIMBINGAN TEKNIS DI SEKOLAH SMP NEGERI 2 KOTA BIMA Sri Aswati dan Ihyaudin Dinas Dikpora Kota Bima

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI 163086 TEBING TINGGI Helmina Siagian Surel: hrmnsiagian@gmail.com ABSTRACT This aim of this

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1.Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Sudjana ( 1989 : 28 ) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY SUB POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI KELAS VII SMP Ahmad Rif an F 33, Dinawati.

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA Oleh Lilis Dahlia 82321112082 Abstrak Dalam proses pembelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut Arifin et al. (2000: 146) bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir.

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Berdasarkan kajian teori yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan. 8 BAB II KAMAN PUSTAKA A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah Manusia. Meningkatkan kemampuan siswa merupakan upaya meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa dalam memahami dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I. kedewasaan. Purwanto (2007: 10) menyatakan pendidikan ialah pimpinan yang

BAB I. kedewasaan. Purwanto (2007: 10) menyatakan pendidikan ialah pimpinan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulanya dengan anak anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Purwanto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu media atau sumber belajar yang dapat membantu siswa ataupun guru saat proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Penggunaan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Diah Nugraheni Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang email: diah_fisika@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs Lussy Midani Rizki 1), Risnawati 2), Zubaidah Amir MZ 3) 1) UIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Romi Afrizal

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Romi Afrizal PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Romi Afrizal I. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA adalah mata pelajaran fisika. Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari

Lebih terperinci

PF-42: PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA MATERI LISTRIK DINAMIS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MEMFASILITASI PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA

PF-42: PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA MATERI LISTRIK DINAMIS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MEMFASILITASI PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PF-42: PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA MATERI LISTRIK DINAMIS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MEMFASILITASI PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA Niza Zesrita 1*), Agus Setyo Budi 1, Vina Serevina

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM YANG DILENGKAPI GAMBAR PADA MATERI PROTISTA UNTUK SISWA KELAS X SMA

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM YANG DILENGKAPI GAMBAR PADA MATERI PROTISTA UNTUK SISWA KELAS X SMA PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM YANG DILENGKAPI GAMBAR PADA MATERI PROTISTA UNTUK SISWA KELAS X SMA Melda Yulia 1, Siska Nerita 2, Lince Meriko 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung

BAB I PENDAHULUAN. guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sains di sekolah sampai saat ini cenderung berpusat pada guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung jawab untuk menghapal

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setiap tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahapan yang dilaksanakan sebagai realisasi dari perencanaan yang telah disusun. Perencanaan yang telah disusun, belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memiliki peranan penting yang dapat diterapkan dalam berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITF DAN RANAH AFEKTIF SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 KARANGANYAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2013 pengembangan kurikulum kembali terjadi untuk SD, SMP, SMA dan SMK. Pihak pemerintah menyebutnya sebagai pengembangan kurikulum bukan perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA BERBASIS CTL UNTUK SISWA KELAS VII SMP MATERI ARITMATIKA SOSIAL

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA BERBASIS CTL UNTUK SISWA KELAS VII SMP MATERI ARITMATIKA SOSIAL PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA BERBASIS CTL UNTUK SISWA KELAS VII SMP MATERI ARITMATIKA SOSIAL Fitria Dianita 1), Hardianto 2), Nurrahmawati 3) 1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI SISTEM KOORDINASI MANUSIA UNTUK SMA ABSTRACT

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI SISTEM KOORDINASI MANUSIA UNTUK SMA ABSTRACT PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI SISTEM KOORDINASI MANUSIA UNTUK SMA Yurike Andamosty 1, Rina Widiana 2, Siska Nerita 2 ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Pengembangan LKS Berbasis Contextual Teaching and Learning Materi Hama dan Penyakit Tumbuhan

Pengembangan LKS Berbasis Contextual Teaching and Learning Materi Hama dan Penyakit Tumbuhan Pengembangan Berbasis Contextual Teaching and Materi Hama dan Penyakit Tumbuhan Zulis Shoidah, Fida Rachmadiarti, Winarsih Jurusan Biologi FMIPA UNESA Jalan Ketintang Gedung C Lt.2 Surabaya 6021, Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1 Hasil Uji Validitas Validitas LKS ini dilakukan pada tiga bagian, yakni validitas materi, validitas konstruksi dan validitas bahasa. Adapun hasil validasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa siswa sebagian besar tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk kemajuan bangsa dan negara, dengan majunya pendidikan suatu negara dapat dijadikan tolok ukur bahwa negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Slameto (2010:2) dengan bukunya yang berjudul: Belajar dan faktorfaktor yang mempengaruhi Menurutnya, pengertian belajar adalah: Suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan 9 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kemampuan Menurut Zain (dalam Milman Yusdi, 2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.150 PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Nurul Afifah Rusyda 1), Dwi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA UNTUK SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 16 KERINCI

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA UNTUK SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 16 KERINCI Biodik Vol 3 No.1 Juni 2017 Hal 8-15 1 PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERBASIS KONSTRUKTIVISME PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA UNTUK SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 16 KERINCI DEVELOPMENT OF BIOLOGY

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 BINAMU KAB. JENEPONTO

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 BINAMU KAB. JENEPONTO PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI... PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 BINAMU KAB. JENEPONTO Muhammad Al Muhajir Dosen Universitas Pejuang Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI KAIDAH PENCACAHAN UNTUK SISWA KELAS XI MIA SMAN 7 PADANG

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI KAIDAH PENCACAHAN UNTUK SISWA KELAS XI MIA SMAN 7 PADANG PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI KAIDAH PENCACAHAN UNTUK SISWA KELAS XI MIA SMAN 7 PADANG ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan menengah dan merupakan salah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KIMIA SMA KELAS XI MATERI ASAM BASA UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KIMIA SMA KELAS XI MATERI ASAM BASA UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KIMIA SMA KELAS XI MATERI ASAM BASA UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK NANANG RAHMAN NIM. 10708251018 Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada beberapa dekade sekarang ini, kegiatan pembelajaran tradisional yang didominasi pada guru (pembelajaran yang berpusat pada guru) cenderung menjadi kegiatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA UPI. Volume 12, No. 2, Desember 2008. ISSN:1412-0917 PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Lebih terperinci