LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 18 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

Transkripsi

1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 18 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa Pemerintahan Desa telah diatur berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 7 Tahun 2000 ; b. bahwa dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Mengenai Desa, maka Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud huruf a diatas, perlu disesuaikan ; c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut huruf a dan b diatas, dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Pemerintahan Desa. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ; 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ; 3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010) ; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ; 6. Keputusan

2 Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden. Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAHAN DESA. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Pemerintahan Desa, diubah sebagai berikut : 1. Ketentuan Pasal 1 pada angka 11 diubah, dan angka 16 dihapus, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Tangerang ; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tangerang ; 3. Bupati adalah Bupati Tangerang ; 4. Camat adalah Kepala Kecamatan yang merupakan Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang ; 5. Desa adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Desa ; 6. Pemerintahan Desa adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa ; 7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa ; 8. Kepala Desa adalah Kepala Desa setempat ; 9. Perangkat Desa adalah pembantu Kepala Desa dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya ; 10. Sekretaris Desa adalah Sekretaris Desa setempat ; 11. Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disingkat BPD yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa ; 12. Dusun

3 Dusun atau dengan nama lain adalah bagian wilayah desa dilingkungan kerja pelaksanaan Pemerintahan Desa ; 13. Kepala Dusun atau dengan nama lain adalah unsur wilayah sebagai pembantu Kepala Desa ; 14. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan Desa dan dari Daerah kepada Desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, saran dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggung jawabkannya kepada yang menugaskan ; 15. Panitia Pemilihan Kepala Desa yang selanjutnya disebut Panitia Pilkades adalah panitia yang dibentuk oleh BPD untuk melaksanakan proses pemilihan Kepala Desa. 16. Panitia Pemilihan adalah Panitia Pemilihan yang dibentuk oleh Kepala Desa untuk melaksanakan tugas pemilihan Perangkat Desa ; 17. Pejabat Perangkat Desa adalah seorang pejabat yang dipilih dan atau diangkat untuk membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya ; 18. Penduduk Desa adalah warga masyarakat Desa setempat atau pendatang ; 19. Bakal Calon Kepala Desa adalah Penduduk Desa yang telah memenuhi persyaratan administrasi untuk ditetapkan sebagai Bakal Calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades berdasarkan hasil penyaringan Bakal Calon Kepala Desa ; 20. Calon yang berhak dipilih adalah Bakal Calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan ditetapkan oleh BPD sebagai Calon Kepala Desa ; 21. Calon Terpilih adalah Calon Kepala Desa yang mendapat dukungan suara terbanyak dalam Pemilihan Kepala Desa ; 22. Peraturan Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD ; 23. Pengawasan adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh BPD terhadap pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Desa ; 24. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana operasional tahunan dari program Pemerintahan dan Pembangunan Desa yang dijabarkan dan diterjemahkan dalam angkaangka rupiah, yang mengandung perkiraan target pendapatan batas tertinggi belanja Desa ; 25. Sumber Pendapatan Desa adalah sumber pendapatan Desa yang bersumber dari pendapatan asli Desa, bantuan dari Pemerintah Kabupaten Tangerang, bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Propinsi Banten, sumbangan dari pihak ketiga dan pinjaman Desa ; 26. Kekayaan

4 Kekayaan Desa adalah segala kekayaan desa sumber penghasilan bagi Desa yang bersangkutan ; 27. Pengurusan dan Pengelolaan Sumber Pendapatan Desa yang selanjutnya disebut pengurusan dan pengelolaan adalah pengaturan dalam perencanaan terhadap penggunaan penghasilan dari sumber pendapatan Desa ; 28. Kawasan Pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi ; 29. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi ; 30. Pembentukan Desa adalah tindakan mengadakan Desa baru, terjadi karena pembentukan Desa baru diluar desa yang sudah ada atau sebagai akibat pemecahan desa ; 31. Penghapusan Desa adalah tindakan meniadakan Desa yang sudah ada ; 32. Penggabungan Desa adalah tindakan menyatukan dua Desa atau lebih menjadi satu Desa ; 33. Penghasilan Tetap adalah jumlah penerimaan dan penghasilan yang syah dan diberikan secara teratur setiap bulannya ; 34. Tunjangan adalah jumalh penerimaan/bantuan keuangan yang diberikan berdasarkan keadaan yang bersifat khusus yang diatur dalam Peraturan Desa ; 35. Kerjasama adalah suatu usaha bersama antar Desa yang mengandung unsur timbal balik saling menguntungkan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di tingkat Desa ; 36. Perselisihan adalah ketidakserasian hubungan yang terjadi antar Desa/ Kelurahan dalam penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dalam pembinaan masyarakat ditingkat Desa/Kelurahan ; 37. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga-lembaga yang dibentuk atas prakarsa masyarakat desa atas persetujuan BPD yang merupakan mitra Pemerintah Desa dalam aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang bertumpu pada masyarakat ; 38. Adat Isitiadat adalah seperangkat nilai atau norma, kaidah dan keyakinan sosial yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan petumbuhan dan perkembangan masyarakat Desa dan atau satuan masyarakat lainnya serta nilai atau norma lain yang masih dihayati dan dipelihara masyarakat sebagaimana terwujud dalam berbagai pola kelakuan yang merupakan kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan masyarakat setempat ; 39. Adat..

5 Lembaga Adat adalah sebuah organisasi kemasyarakatan, baik yang disengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang didalam sejarah masyarakat yang bersangkutan atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan didalam wilayah hukum adat tersebut, serta berhak dan wewenang untuk mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang berlaku ; 40. Pelestarian adalah upaya menjaga dan memelihara nilai-nilai budaya masyarakat yang bersangkutan, terutama nilai-nilai etika moral dan adat yang merupakan inti adat isitiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan lembaga adat agar keberadaannya tetap terjaga ; 41. Perkembangan adalah upaya yang terencana, terpadu dan terarah agar adat isitiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan lembaga adat dapat berubah, sehingga mampu meningkatkan peranannya dalam pembangunan sesuai dengan perubahan sosial budaya dan ekonomi yang sedang berlaku. 2. Ketentuan Pasal 31 diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 31 (1) Kepala Dusun atau dengan nama lain berkedudukan sebagai pelaksana tugas Kepala Desa dalam wilayah kerjanya. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepala Dusun atau dengan nama lain mempunyai fungsi : a. Pembantuan pelaksanaan tugas Kepala Desa ; b. Pelaksana kegiatan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan serta ketentraman dan ketertiban dimasyarakat c. Pelaksana Keputusan Desa diwilayah kerjanya ; d. Pelaksana Kebijaksanaan Kepala Desa ; e. Pembantuan pelaksanaan tugas Kepala Desa dalam kegiatan pembinaan dan kerukunan warga ; f. Pembinaan dan peningkatan swadaya gotong royong ; g. Pelaksana kegiatan penyuluhan program pemerintah ; h. Pelaksana tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa. (3) Jumlah Dusun atau dengan nama lain disesuaikan dengan kebutuhan Desa dituangkan dalam Peraturan Desa dan disyahkan dengan Keputusan Bupati. 3. Ketentuan Pasal 32 ayat (5) dihapus. 4. Ketentuan..

6 Ketentuan Pasal 36 huruf d dan e diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 36 Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah Penduduk Desa yang telah memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ; b. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945 ; c. Tidak pernah terlibat langsung maupun tidak langsung berdasarkan pernyataan tertulis dari yang bersangkutan dalam kegiatan yang menghianati Pancasila dan UUD 1945, G30S/PKI dan atau organisasi terlarang lainnya ; d. Pendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan atau berpendidikan yang disetarakan dengan SLTP ; e. Berusia minimal 25 tahun dan maksimal 60 tahun ; f. Sehat jasmani dan rohani ; g. Nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya ; h. Berkelakuan baik, jujur dan adil ; i. Tidak pernah dihukum atau menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti ; j. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti ; k. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa ; l. Terdaftar sebagai penduduk Desa yang bersangkutan secara sah dan bertempat tinggal sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terkahir pada saat pendaftaran Bakal Calon dengan tidak terputus-putus ; m. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat ; n. Telah lulus penyaringan persyaratan administrasi oleh Panitia Pemilihan ; o. Telah ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa yang berhak dipilih oleh BPD. 5. Ketentuan Pasal 38 diubah dan ditambah (1) ayat, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 38 (1) Pegawai Negeri Sipil dan Tentara Nasional Indonesia atau POLRI yang terpilih menjadi Kepala Desa menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini serta memperhatikan ketentuan dari Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (2) Pegawai..

7 - 7 - (2) Pegawai Negeri Sipil, Tentara Nasional Indonesia atau POLRI yang terpilih menjadi Kepala Desa dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Kepala Desa dengan tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil, TNI/POLRI. 6. Ketentuan Pasal 42 ayat (2), dan (3) diubah, serta ditambah ayat (4), sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 42 (1) Untuk pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk Panitia Pilkades yang ditetapkan dengan Keputusan BPD. (2) Panitia Pilkades sebagaimana ayat (1), terdiri dari anggota BPD, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Tokoh Masyarakat. (3) Susunan keanggotaan Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud ayat (2) terdiri dari : a. Ketua BPD sebagai Ketua merangkap anggota ; b. Sekretaris BPD sebagai sekretaris bukan anggota ; c. Anggota BPD sebagai anggota ; d. Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagai anggota ; e. Tokoh Masyarakat sebagai anggota. (4) Banyaknya Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud ayat (2), disesuaikan dengan kebutuhan 7. Ketentuan Pasal 43 huruf b, e, g dan huruf i diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 43 Tugas Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud Pasal 42 sebagai berikut : a. Menerima pendaftaran dan melakukan seleksi administrasi Bakal Calon Kepala Desa berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan ; b. Bakal Calon Kepala Desa yang telah memenuhi syarat, diajukan kepada BPD untuk ditetapkan sebagai calon yang dipilih ; c. Menetapkan jadwal tahapan pencalonan dan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa ; d. Mengumumkan nama-nama calon yang berhak dipilih ; e. Menetapkan biaya pemilihan yang berdasarkan persetujuan BPD ; f. Melaksanakan pendaftaran pemilih yang selanjutnya diajukan kepada BPD untuk disyahkan ; g. Menetapkan tanda gambar/warna untuk pemungutan suara setelah mendapat persetujuan BPD ; h. Menetapkan tata tertib kampanye ; i. Melakukan undian tanda gambar/warna bagi calon yang berhak dipilih ; j. Mengajukan pencabutan status calon yang berhak dipilih berkenan dengan pelanggaran dalam penyelenggaraan tata tertib pemilihan yang telah ditetapkan. 8. Ketentuan

8 Ketentuan Pasal 44 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 44 Apabila diantara anggota Panitia Pilkades ada yang ditetapkan sebagai calon Kepala Desa atau berhalangan tetap, maka keanggotaannya dalam Panitia Pilkades dicabut dan dapat digantikan dengan Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa/Tokoh Masyarakat atas persetujuan BPD. 9. Ketentuan Pasal 48 ayat (3) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 48 (1) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari setelah dilaksanakan penyaringan persyaratan administrasi Panitia Pilkades menetapkan nama-nama calon yang berhak dipilih sekurang-kurangnya 2 (dua) orang berdasarkan susunan abjad. (2) Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari nama-nama calon yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud ayat (1), harus sudah dilaporkan kepada BPD untuk mendapat penetapan (3) Panitia Pilkades setelah menerima penetapan dari BPD tentang Calon yang berhak dipilih segera menetapkan waktu pelaksanaan pemilihan Calon Kepala Desa dan menetapkan tanda gambar/warna setiap calon. 10. Ketentuan Pasal 68 diantara ayat (2) dan (3) disisipkan ayat (2 a), sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 68 (1) Setelah pelaksanaan pemilihan, paling lambat 2 (dua) hari Panitia Pilkades melaporkan dengan dilampiri Berita Acara Pemilihan kepada BPD. (2) BPD berdasarkan laporan dari Berita Acara Pemilihan dari Panitia Pilkades menetapkan calon Kepala Desa terpilih dalam Keputusan BPD. (2a) Selama-lamanya 7 (tujuh) hari sejak Keputusan BPD, sebagaimana dimaksud ayat (2), sudah disampaikan kepada Bupati. (3) Calon Kepala Desa terpilih adalah calon yang mendapat dukungan suara terbanyak 11. Ketentuan Pasal 87 dihapus. 12. Ketentuan Pasal 88 ayat (2) diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 88 (1) Pengangkatan Penjabat Kepala Desa ditetapkan dengan Keputusan Bupati atas usul BPD dari perangkat Desa yang memenuhi persyaratan. (2) Masa

9 - 9 - (2) Masa jabatan penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1), selama-lamanya satu tahun terhitung mulai tanggal pelantikan dan tidak dapat diperpanjang untuk masa berikutnya. (3) Tugas, wewenang dan kewajiban Penjabat Kepala Desa adalah sama dengan tugas, wewenang dan kewajiban Kepala Desa. (4) Penjabat Kepala Desa diambil sumpah/janji dan dilantik oleh Bupati atau pejabat yang mewakili. 13. Ketentuan Pasal 89 huruf d diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 89 Yang dapat dipilih dan diangkat menjadi Perangkat Desa adalah Penduduk Desa dengan syarat-syarat sebagai berikut : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ; b. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945 ; c. Tidak pernah terlibat langsung maupun tidak langsung berdasarkan pernyataan tertulis dari yang bersangkutan dalam kegiatan yang menghianati Pancasila dan UUD 1945, G30S/PKI dan atau organisasi terlarang lainnya ; d. Pendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan atau berpendidikan yang disetarakan dengan SLTP ; e. Berusia sekurang-kurangnya 18 tahun ; f. Sehat jasmani dan rohani ; g. Nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya ; h. Berkelakuan baik, jujur dan adil ; i. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana ; j. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat ; k. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun terakhir dengan tidak terputus-putus ; l. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa. 14. Ketentuan Pasal 90 ayat (1) diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 90 (1) Perangkat Desa yang dapat dipilih/diangkat sebagaimana dimaksud Pasal 89 adalah unsur wilayah yaitu unsur pembantu Kepala Desa di wilayah bagian Desa seperti Kepala Dusun atau nama lain. (2) Perangkat Desa yang dapat diangkat sebagaimana dimaksud Pasal 89 adalah : a. Unsur Staf yaitu unsur pelayanan seperti Sekretaris Desa dan Kepala Urusan. b. Unsur pelaksana yaitu unsur pelaksana teknis lapangan. 15. Ketentuan

10 Ketentuan Pasal 91 ayat (1), (2), (3) dan ayat (4) diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 91 (1) Untuk Pemilihan/Pengangkatan Kepala Dusun, Kepala Desa membentuk Panitia Pemilihan/Pengangkatan. (2) Pembentukan Pemilihan/Pengangkatan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan selambat-lambatnya pada saat berakhirnya masa jabatan Kepala Dusun atau terdapat kekosongan jabatan Kepala Dusun. (3) Pembentukan Pemilihan/Pengangkatan sebagaimana dimaksud ayat (1), keanggotaannya terdiri dari unsur Pemerintah Desa dan unsur BPD. (4) Panitia Pemilihan/Pengangkatan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. 16. Ketentuan Pasal 92 diubah dan huruf h dihapus, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 92 (1) Panitia Pemilihan/Pengangkatan sebagaimana dimaksud Pasal 91, bila mengadakan pemilihan mempunyai tugas : a. Mengumumkan kekosongan jabatan Kepala Dusun ; b. Mengadakan pendaftaran pemilih ; c. Meneliti dan menerapkan daftar pemilih ; d. Menerima dan meneliti persyaratan administrasi bakal calon Kepala Dusun yang memenuhi persyaratan ; e. Menyiapkan kartu suara atau yang sejenis dengan daftar pemilih yang telah ditetapkan ; f. Menentukan rencana, tempat dan waktu pelaksanaan pemungutan suara ; g. Mengumumkan nama-nama calon dan daftar pemilih yang telah ditetapkan ; h. Menjamin pelaksanaan pemilihan Kepala Dusun atau dengan nama lain berjalan dengan tertib, lancar, aman dan teratur ; i. Melaksanakan pungutan suara ; j. Mengusulkan calon Kepala Dusun terpilih disertai Berita Acara jalannya pemilihan dan Berita Acara penghitungan suara kepada Kepala Desa. (2) Panitia pemilihan/pengangkatan sebagaimana dimaksud Pasal 91, bila mengadakan pengangkatan mempunyai tugas : a. Menerima usulan calon Kepala Dusun/nama lain dari Ketua RT/RW dari penduduk setempat dengan menyertakan persyaratan sebagaimana diatur Pasal 89 ayat (1). b. Memeriksa

11 b. Memeriksa kelengkapan calon Kepala Dusun/Nama lain ; c. Mengusulkan kepada Kepala Desa untuk ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. 17. Ketentuan Pasal 101 diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 101 (1) Untuk pengangkatan Sekretaris Desa, Kepala Urusan dan Unsur Pelaksana, Kepala Desa mengusulkan nama-nama calon Sekretaris Desa, Kepala Urusan dan unsur pelaksana kepada BPD. (2) Selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya usulan namanama calon Sekretaris Desa, Kepala Urusan dan Unsur Pelaksana, BPD sudah menyatakan persetujuannya dengan melampirkan Berita Acara. (3) Berdasarkan persetujuan BPD, Kepala Desa menetapkan pengangkatan Sekretaris Desa, Kepala Urusan dan Unsur Pelaksana dengan Keputusan Kepala Desa. 18. Ketentuan Pasal 102 ayat (2) dihapus, sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 102 Masa jabatan Sekretaris Desa dan Unsur Pelaksana ditetapkan berdasarkan usia maksimal 56 tahun. 19. Ketentuan Pasal 113 huruf d dan e diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 113 Yang dapat dipilih menjadi anggota BPD adalah Penduduk Desa dengan syarat-syarat sebagai berikut : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ; b. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945 ; c. Membuat pernyataan tidak pernah terlibat langsung atau langsung dalam kegiatan yang menghianati Pancasila dan UUD 1945, G30S/PKI dan atau organisasi terlarang lainnya berdasarkan pernyataan tertulis dari yang bersangkutan ; d. Pendidikan sekurang-kurangnya SLTP dan atau berpendidikan yang disetarakan dengan SLTP ; e. Berusia sekurang-kurangnya 25 tahun dan setinggi-tingginya 60 tahun ; f. Sehat jasmani dan rohani ; g. Nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya ; h. Berkelakuan baik, jujur dan adil ; i. Tidak pernah dihukum atau menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti ; j. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti ; k. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat ; l. Bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD. 20. Ketentuan

12 Ketentuan Pasal 116 ayata (2) diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 116 (1) Anggota BPD dipilih dari calon-calon yang diajukan oleh Partai Politik yang terdaftar di Desa tersebut dan pemuka masyarakat lainnya yang memenuhi persyaratan. (2) Pemilihan anggota BPD sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan oleh penduduk Desa sebagaimana dimaksud Pasal 112, pada setiap Dusun/dengan nama lain. 21. Ketentuan Pasal 118 ayat (1) diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 118 (1) Untuk pencalonan dan pemilihan anggota BPD, Kepala Desa membentuk Panitia Pemilihan anggota BPD yang terdiri dari Perangkat Desa. Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Tokoh Masyarakat. (2) Panitia sebagaimana dimaksud ayat (1) dipimpin seorang Ketua yang dipilih dari dan oleh para anggota Panitia secara langsung dalam rapat yang diadakan secara khusus. (3) Dana untuk penyelenggaraan pemilihan anggota BPD dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja desa dan bantuan dari Pemerintah Daerah serta bantuan lain yang tidak mengikat. (4) Panitia sebagaimana dimaksud ayat (1) melakukan pemeriksaan identitas Bakal Calon, menyusun tata cara penjaringan dan penyaringan bakal calon, tata cara pendaftaran pemilih, menyelenggarakan pemungutan suara, tata cara penghitungan suara dan melaporkan hasil pelaksanaan pemilihan kepada BPD. 22. Ketentuan Pasal 119 ayat (1) dan ayat (3) diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 119 (1) Surat pernyataan kesediaan pencalonan anggota BPD diajukan secara tertulis kepada panitia. (2) Panitia sebagaimana dimaksud Pasal 118 ayat (1) melaksanakan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Anggota BPD sesuai persyaratan dimaksud Pasal 113. (3) Bakal Calon yang telah memenuhi persyaratan dimaksud ayat (2) oleh Panitia ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih. 23. Ketentuan

13 Ketentuan Pasal 122 ayat (1) diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 122 (1) Calon anggota BPD terpilih ditetapkan oleh Panitia berdasarkan suara terbanyak sesuai uruatan perolehan suara. (2) Calon terpilih yang berhak menjadi anggota BPD ditetapkan berdasarkan urutan banyaknya perolehan suara disesuaikan dengan jumlah anggota sebagaimana dimaksud Pasal 115. (3) Apabila didalam penghitungan sebagaimana dimaksud ayat (1) pada penetapan urutan terakhir terdapat lebih dari satu orang calon terpilih yang perolehan suaranya sama, maka untuk menetapkan calon yang berhak menjadi anggota BPD diserahkan sepenuhnya kepada hasil musyawarah antara calon yang memperoleh suara sama dengan Panitai Pemilihan anggota BPD. (4) Apabila hasil musyawarah tak tercapai, sesuai ayat (3), maka kepada suara yang sama diundi oleh Panitia Pemilihan anggota BPD. 24. Ketentuan Pasal 124 diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 124 Calon anggota BPD terpilih yang berhak dan tidak berhak menjadi anggota BPD sebagaimana dimaksud Pasal 122 ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa sebagai anggota BPD berdasarkan laporan dab Berita Acara pemelihan dari panitia pemilihan anggota BPD dan disyahkan oleh Bupati dengan menerbitkan Keputusan Bupati tentang Pengesahan anggota BPD. 25. Ketentuan Pasal 140 diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 140 (1) BPD berhenti atau diberhentikan oleh Bupati atas usul hasil Keputusan rapat BPD, tentang hal itu karena : a. Meninggal Dunia ; b. Mengajukan permohonan sendiri ; c. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan yang berlaku dan norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat desa ; d. Melanggar sumpah/janji sebagaimana dimaksud Pasal 125 ayat (3). (2) Anggota BPD berhenti atau diberhentikan oleh Bupati atas usul sekurang-kurangnya 2/3 jumlah hak pilih pada dusun atau dengan nama lain sesuai dengan pemilihannya. (3) Anggota BPD berhenti bersama-sama pada saat anggota BPD baru telah ditetapkan. 26. Ketentuan

14 Ketentuan Pasal 149 diantara ayat (1) dan (2) disisipkan ayat (1 a), sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 149 (1) Rancangan Peraturan Desa disusun oleh Kepala Desa dan atau BPD. (1a) Rancangan Peraturan Desa yang telah tersusun sebelum ditetapkan dikonsultasikan dengan Camat. (2) Kepala Desa menetapkan Peraturan Desa setelah mendapat persetujuan dari BPD. 27. Ketentuan diantara Pasal 160 dan 161 disisipkan Pasal 160 a, 160 b, 160 c, 160 d, 160 e dan 160 f, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 160 a (1) Kekayaan Desa dimaksud Pasal 160 ayat (1) huruf a angka 2 terdiri dari : a. Tanah Kas Desa ; b. Pasar Desa ; c. Bangunan Desa ; d. Pelelangan Ikan yang dikelola Desa ; e. Lain-lain kekayaan Milik Desa. (2) Pengaturan lebih lanjut mengenai kekayaan Desa ditetapkan dalam Keputusan Bupati. Pasal 160 b (1) Dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Desa sebagaimana dimaksud Pasal 49 ayat (1) huruf a, Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. (2) Bentuk Badan Usaha Milik Desa adalah badan hukum sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 160 c (1) Sumber pendapatan daerah yang berada di Desa baik Pajak maupun Retribusi yang sudah dipungut oleh Propinsi atau Kabupaten tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan dari Pemerintah Desa. (2) Bagian Desa dari perolehan bagian Pajak ditetapkan dengan Keputusan Bupati dengan memperhatikan aspek pemerataan dan potensi antar desa. Pasal.

15 Pasal 160 d (1) Sumbangan dari pihak ketiga kepada Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) huruf d, dapat berbentuk hadiah, donasi, wakaf, hibah dan atau lain-lain sumbangan dan pemberian sumbangan dimaksud tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak penyumbang kepada Desa. (2) Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Pasal 160 e (1) Pinjaman Desa sebagaimana dimaksud Pasal 49 ayat (1) huruf e, dilakukan oleh Pemerintah Desa setelah mendapat persetujuan BPD. (2) Kepala Desa melakukan penandatanganan pinjaman setelah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Pinjaman Desa dicantumkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. (4) Pinjaman Desa dapat bersumber dari : a. Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten ; b. Bank Pemerintah ; c. Bank Pemerintah Daerah ; d. Bank Swasta ; dan e. Sumber-sumber lain yang sah sesuai peraturan perundang-undangan. (5) Pinjaman Desa digunakan untuk : a. Meningkatkan pendapatan asli desa ; b. Membiayai suatu usaha yang dapat meningkatkan Pendapatn Desa ; c. Menambah/menyertakan modal Peemerintah Desa kepada Badan Usaha Milik Desa dan atau usaha-usaha lain. (6) Pinjaman Desa tidak dapat digunakan untuk membiayai belanja rutin desa. (7) Penggunaan dan pengembalian Pinjaman Desa dicantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Pasal 160 f (1) Dalam upaya pengelolaan Potensi Desa guna meningkatkan Pendapatan Asli Desa, Pemerintah Desa dapat melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga atas persetujuan BPD. (2) Kerjasama

16 (2) Kerjasama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi antara lain kerjasama dibidang manajemen, operasional, bantuan teknik, patungan, pembiayaan dan kerjasama bagi hasil. (3) Hasil usaha kerjasama dengan pihak ketiga dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. (4) Sumber pendapatan Desa sebagaimana dimaksud Pasal 49, dikelola melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. 28. Ketentuan Pasal 161 dihapus. 29. Ketentuan Pasal 162 diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 162 (1) Bupati menetapkan Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dengan Keputusan Bupati. (2) Kepala Desa bersama BPD menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa. (3) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri dari Bagian Penerimaan dan Pengeluaran. (4) Bagian Pengeluaran terdiri atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. (5) Pengeluaran lebih lanjut mengenai Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 30. Ketentuan Pasal 163 diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 163 (1) Pengelolaan Keuangan dilaksanakan oleh Bendaharawan Desa yang diangkat oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan dari BPD. (2) Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa meliputi Penyusunan Anggaran, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan dan Perhitungan Anggaran. (3) Pengelolaan Anggaran sebagaimana dimaksud ayat (2) dipertanggung jawabkan oleh Kepala Desa kepada BPD selambat-lambatnya satu bulan setelah berakhir tahun anggaran. 31. Ketentuan Pasal 180 ayat (3) dihapus. 32. Ketentuan

17 Ketentuan Pasal 181 ayat (1) huruf b disempurnakan, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 181 (1) Pembentukan Desa terjadi karena pembentukan Desa baru diluar yang telah ada atau sebagai akibat pemecahan Desa harus memenuhi syaratsyarat yaitu : a. Jumlah penduduk minimal jiwa atau 500 Kepala Keluarga. b. Luas wilayah minimal 150 Ha dan atau dapat terjangkau dalam rangka pembinaan pelayanan terhadap masyarakat. c. Sosial Budaya, suasana yang memberikan kemungkinan adanya kerukunan hidup beragama dan bermasyarakat dalam hubungannya dengan adat istiadat. d. Potensi Desa yaitu tersedianya sumber-sumber pendapatan Desa yang dimiliki dan dikelola oleh Desa. e. Sarana dan Prasarana yaitu tersedianya prasarana dan sarana perhubungan, pemasaran sosial, produksi, serta prasarana dan sarana Pemerintahan. (2) Dalam Pembentukan Desa berdasarkan faktor-faktor tersebut pada ayat (1) huruf a s/d e, perlu mempedomani terhadap keseimbangan lingkungan hidup. Pasal II Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya dan memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Ditetapkan di Tigaraksa pada tanggal 25 Pebruari 2004 BUPATI TANGERANG ttd H. ISMET ISKANDAR Diundangkan di Tigaraksa pada tanggal 1 Maret 2004 SEKRETARIS DAERAH ttd H. OBUN BURHANUDDIN LEMBARAN DAERAH TAHUN 2004 NOMOR 18

18