PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

Transkripsi

1 PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TATACARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA Menimbang Mengingat : : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I W O N O S O B O, a. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tatacara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa yang telah diundangkan pada tanggal 11 April 2000, sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan sekarang ini, sehingga perlu diadakan perubahan dan penyempurnaan; b. bahwa perubahan dimaksud, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 1. Undang- undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Tengah ( Berita Negara Tahun 1950 Nomor 42, diundangkan pada tanggal 8 Agustus 1950 ); 2. Undang- undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839 ); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa ( Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4155 ); 4. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1999 tentang Pencabutan Beberapa Peraturan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Mengenai Pelaksanaan Undang- undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa; 6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Penyesuaian Peristilahan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Kelurahan; 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa; 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pedoman Bagi Pegawai Negeri Sipil Yang Dipilih Menjadi

2 9 Kepala Desa atau Dipilih/Diangkat Menjadi Perangkat Desa; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tatacara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2000 Nomor 16). Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TATACARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tatacara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa diubah sebagai berikut : A. Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) diubah serta ayat (3) dan ayat (4) dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 3 harus dibaca : Pasal 3 (1) BPD Mengadakan rapat dipimpin oleh Ketua BPD untuk membentuk Panitia Pemilihan di Desa yang hasilnya di laporkan kepada Bupati dengan tembusan Camat. (2) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disebut Panitia Pemilihan Kepala Desa dan ditetapkan dengan Keputusan BPD. B. Pasal 4 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 4 harus dibaca : Pasal 4 (1) Panitia Pemilihan Kepala Desa terdiri dari : a. Unsur Pemerintah Desa. b. Unsur Anggota BPD. c. Unsur Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa, dan d. Tokoh masyarakat. (2) Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diketuai oleh Ketua BPD. (3) Dalam hal Ketua BPD mencalonkan diri sebagai calon Kepala Desa, maka Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa diambilkan dari salah satu Anggota BPD yang lain berdasarkan hasil musyawarah Anggota BPD dan tugas-tugas Ketua BPD dilaksanakan oleh Wakil Ketua atau Anggota BPD yang lain sesuai hasil Rapat BPD sampai Pelantikan Kepala Desa Terpilih. (4) Bagi Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa yang mencalonkan diri sebagai calon Kepala Desa maka yang bersangkutan harus mengundurkan diri dari keanggotaan Panitia Pemilihan Kepala Desa. C. Diantara Pasal 4 dan Pasal 5 ditambah 2 ( dua ) Pasal baru, yaitu Pasal 4 A dan Pasal 4 B yang berbunyi :

3 10 Pasal 4 A Panitia Pemilihan Kepala Desa dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada BPD. Pasal 4 B (1) Untuk menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan proses pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, dibentuk Panitia Pembina dan Pengawas Pemilihan Kepala Desa. (2) Panitia Pembina dan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. D. Pasal 7 ayat (1) huruf d, ayat (2) ayat (3) dan ayat (4) diubah serta ditambah satu ayat baru yaitu ayat (4a), sehingga keseluruhan Pasal 7 harus dibaca : Pasal 7 (1) Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa warga Negara Republik Indonesia dengan syarat-syarat : a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang Undang dasar 1945; c. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang mengkhianati Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, G 30 S/PKI dan/atau kegiatan Organisasi terlarang lainnya; d. berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP); e. berumur sekurang-kurangnya 25 tahun dan setinggi-tingginya 50 tahun; f. nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya; g. sehat jasmani dan rohani; h. berkelakuan baik, jujur dan adil; i. tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana; j. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; k. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di desa setempat; l. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa; m. syarat-syarat lain yang ditentukan BPD. (2) Bagi Calon Kepala Desa dari Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga harus memiliki surat Keterangan Persetujuan dari Atasan atau Pejabat yang berwenang. (3) Bagi Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI dan Putra Desa yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa terhitung mulai tanggal pelantikan sebagai Kepala Desa harus bertempat tinggal di Desa yang bersangkutan. (4) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditetapkan menjadi Kepala Desa dibebaskan dari jabatan organiknya untuk sementara waktu tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (5)Anggota TNI/POLRI yang diangkat dan ditetapkan menjadi Kepala Desa menyesuaikan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi TNI/POLRI.

4 11 E. Diantara Pasal 7 dan Pasal 8 ditambah Pasal baru, yaitu Pasal 7 A yang berbunyi : Pasal 7 A (1) PNS yang dipilih menjadi Kepala Desa : a. berhak menerima gaji dan penghasilan lainnya; b. berhak mendapatkan kenaikan gaji berkala; c. dapat dinaikkan pangkatnya; d. dapat diberikan penghargaan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. (2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) diberi hak mengelola bengkok dan menerima tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan Desa. (3) PNS yang telah selesai melaksanakan tugasnya sebagai Kepala Desa dikembalikan ke instansi induknya berdasarkan Keputusan Bupati. F. Pasal 11 ayat (2) dan ayat (4) diubah dan ayat (3) dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 11 harus dibaca : Pasal 11 (1) Sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari sebelum pemilihan dilaksanakan Panitia Pemilihan Kepala Desa memberitahukan kepada penduduk Desa yang berhak memilih dan mengadakan pengumuman di tempat yang terbuka tentang akan diadakannya pemilihan Kepala Desa; (2) Dalam hal penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa tidak dapat dilaksanakan tepat waktu, BPD atas persetujuan Bupati dapat memperpanjang waktu selama-lamanya 3 (tiga) bulan dengan ketentuan Kepala Desa yang bersangkutan tetap melaksanakan tugas; (3) Dihapus (4) Apabila perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum cukup, BPD mengusulkan calon Penjabat Kepala Desa kepada Bupati. G. Pasal 17 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 17 harus dibaca : Pasal 17 (1) Calon Kepala Desa terpilih sebagaimana tersebut dalam Pasal 16 ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan laporan dan Berita Acara Pemilihan dari Panitia Pemilihan Kepala Desa. (2) Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung mulai tanggal Penetapan Calon Kepala Desa terpilih, BPD segera mengirimkan Keputusan BPD kepada Bupati untuk mendapatkan pengesahan dengan tembusan Camat. (3) Bupati menerbitkan Keputusan Bupati tentang Pengesahan Kepala DesaTerpilih. (4) Kepada Calon Kepala Desa Terpilih yang disahkan menjadi Kepala Desa diberikan Petikan atau Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).

5 12 H. Pasal 18 dihapus. ( dipindah ke Pasal 19 A ayat (2) ). I. Diantara Pasal 19 dan Pasal 20 ditambah Pasal baru, yaitu Pasal 19 A yang berbunyi : Pasal 19 A (1) Apabila pemilih yang hadir dalam Pemilihan Kepala Desa tidak memenuhi kuorum 2/3 ( dua pertiga ) dari jumlah pemilih tetap, maka Pemilihan Kepala Desa dinyatakan batal. (2) Apabila calon Kepala Desa hanya terdapat satu orang mendapat perolehan suara kurang dari 1/2 (setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (2) maka pemilihan Kepala Desa dinyatakan batal. J. Pasal 24 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 24 harus dibaca : Pasal 24 (1) Kepala Desa dalam memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD. (2) Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala desa bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD dan menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Bupati dengan tembusan Camat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu tahun. (3) Pertanggungjawaban Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi : a. Pertanggungjawaban Kepala Desa Tahunan; b. Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Desa; c. Pertanggungjawaban untuk hal tertentu ( khusus/kasus ). K. Diantara Pasal 24 dan Pasal 25 ditambah 3 Pasal baru, yaitu Pasal 24 A, Pasal 24 B dan Pasal 24 C yang berbunyi : Paragraf ( 1 ) Pertanggungjawaban Kepala Desa Tahunan Pasal 24 A (1) Pertanggungjawaban Kepala Desa Tahunan merupakan laporan perkembangan kemajuan pelaksanaan tugas Kepala Desa selama 1 (satu) tahun. (2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan dihadapan BPD sekali dalam 1 (satu) tahun pada setiap akhir tahun dan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan tahun anggaran berikutnya. Paragraf ( 2 ) Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Desa Pasal 24 B (1) Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Desa merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Kepala Desa selama masa jabatan. (2) Penilaian atas pertanggungjawaban Kepala Desa dilaksanakan

6 13 dalam rapat BPD yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD. (3) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat ditolak apabila terdapat perbedaan yang nyata antara pelaksanaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang merupakan penyimpangan yang alasannya tidak dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan tolok ukur program kerja. (4) Penolakan BPD atas pertanggungjawaban dimaksud ayat (1) dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD yang hadir. (5) Apabila pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud ayat (1) maka Kepala Desa harus melengkapi dan/atau menyempurnakan dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari. (6) Apabila pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud ayat (5) ditolak untuk kedua kalinya maka Kepala Desa yang bersangkutan tidak dapat dicalonkan kembali sebagai Kepala Desa untuk masa jabatan selanjutnya. Paragraf ( 3 ) Pertanggungjawaban untuk hal tertentu ( khusus/kasus ) Pasal 24 C (1) Pertanggungjawaban untuk hal tertentu ( khusus/kasus ) dilaksanakan Kepala Desa atas permintaan BPD bilamana ada indikasi kuat Kepala Desa melakukan tindakan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat desa. (2) Tata cara pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud ayat (1) akan diatur kemudian dengan Keputusan Bupati. L. Pasal 26 ayat (2) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 26 harus dibaca : Pasal 26 (1) Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa wajib bersikap dan bertindak adil, tidak diskriminatif serta tidak mempersulit di dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. (2) Kepala Desa yang bersikap dan bertindak tidak adil, diskriminatif dan mempersulit di dalam memberikan pelayanan pada masyarakat dapat dikenakan tindakan administrasi berupa teguran atau peringatan tertulis oleh BPD. M. Pasal 27 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 27 harus dibaca : Pasal 27 (1) Kepala Desa dilarang : a. melakukan kegiatan-kegiatan atau melalaikan tugas dan fungsinya, yang merugikan kepentingan Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat Desa. b. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan atau bertentangan dengan norma-norma hidup yang berkembang di dalam masyarakat, serta melakukan perbuatan lain yang dapat menghilangkan atau menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap tugas dan fungsinya sebagai Kepala Desa.

7 7 c. menjadi pengurus Organisasi Politik atau terlibat aktif dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi politik. (2) Apabila Kepala Desa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) maka Kepala Desa dikenakan tindakan administrasi berupa teguran, pemberhentian sementara dan atau pemberhentian sesuai dengan prosedur perundang-undangan yang berlaku oleh Bupati atas usul BPD. N. Pasal 28 ditambah ayat baru, yaitu ayat ( 3 a), sehingga keseluruhan Pasal 28 harus dibaca : Pasal 28 (1) Tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati; (2) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana ketentuan dimaksud ayat (1) adalah : a. Tertangkap tangan melakukan tidak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; b. Dituduh telah melakukan tindakan kejahatan yang diancam dengan hukuman mati. (3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud ayat (2) dilaporkan kepada Bupati selambat-lambatnya dua kali dua puluh empat jam. (4) Kegiatan dan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dikategorikan kesalahan atau pelanggaran berat maka dikenakan pemberhentian sementara dan atau pemberhentian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atas usul BPD. O. Pasal 30 dihapus. (dipindah ke Pasal 27) P. Pasal 31 ayat (1) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 31 harus dibaca : Pasal 31 (1) Kepala Desa yang dituduh atau tersangkut dalam suatu tindak pidana atas usul BPD dapat diberhetikan sementara dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (2) Selama Kepala Desa dikenakan pemberhentian sementara, maka pekerjaan sehari-hari dilakukan oleh seorang Penjabat Kepala Desa yang diangkat oleh Bupati atas usul BPD. (3) Apabila berdasarkan Putusan Pengadilan Tingkat Pertama dinyatakan bahwa yang bersangkutan tidak terbukti melakukan yang dituduhkan, maka BPD mengusulkan untuk mencabut Keputusan Bupati tentang Pemberhentian Sementara dan Bupati merehabilitasi nama baik Kepala Desa. (4) Apabila berdasarkan Putusan Pengadilan Tingkat Pertama, terbukti melakukan perbuatan yang dituduhkan sedang Kepala Desa yang bersangkutan melakukan upaya banding, maka selama upaya banding Kepala Desa masih dalam status pemberhentian sementara dengan Keputusan Bupati. Q. Diantara Pasal 32 dan Pasal 33 ditambah 2 ( dua ) Pasal baru, yaitu Pasal 32 A dan Pasal 32 B yang berbunyi : Pasal 32 A

8 8 Kepala Desa yang meninggalkan tugas tanpa keterangan selama 6 (enam) bulan berturut-turut dapat diberhentikan oleh Bupati atas usul BPD setelah mendapat tindakan administrasi berupa teguran. Pasal 32 B (1) Kepala Desa yang tidak dapat menjalankan tugas dan kewajibannya karena sakit atau mengalami kecelakaan sampai 6 (enam) bulan berturut-turut, maka atas usul BPD, Bupati menunjuk Sekretaris Desa atau Perangkat Desa lainnya untuk menjalankan tugas dan kewajiban sebagai Kepala Desa untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan. (2) Apabila berdasarkan keterangan dokter atau tim penguji kesehatan bahwa Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum dapat menjalankan tugas, wewenang dan kewajibannya maka atas usul BPD, Bupati dapat memberhentikan yang bersangkutan dari jabatannya dan menetapkan Penjabat Kepala desa. R. Diantara BAB XVI dan BAB XVII ditambah BAB baru, yaitu BAB XVI A yang berbunyi : BAB XVI A KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 35 A (1) Dalam hal proses pemilihan Kepala Desa diduga terdapat kecurangan, maka pihak yang merasa dirugikan dapat menempuh lewat jalur hukum. (2) Proses pemilihan Kepala Desa tetap berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (3) Dalam hal kecurangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum dapat dibuktikan, pelantikan Kepala Desa tetap dilaksanakan. (4) Dalam hal kecurangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dibuktikan setelah pelantikan, Bupati atas usul BPD memberhentikan yang bersangkutan serta mengangkat Penjabat Kepala Desa. Pasal II Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah kabupaten Wonosobo. Disahkan di Wonosobo Pada tanggal 30 Nopember 2002 BUPATI WONOSOBO Drs. TRIMAWAN NUGROHADI Diundangkan di Wonosobo pada tanggal 16 Desember 2002 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

9 9 Drs. MUNTOHAR, MM LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 34 TAHUN 2002 SERI D NOMOR 9 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TATACARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA I. PENJELASAN UMUM Dengan ditetapkannya Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka terjadi perubahan mendasar dalam sistem pemerintahan di Indonesia yang semula sangat sentralistik menjadi desentralistik. Landasan pemikiran pengaturan Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan Desa merupakan sub sistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga Desa mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa disini memiliki makna luas yang mana tidak hanya melaksanakan urusan pemerintahan, melainkan juga menyelenggarakan pembangunan, pembinaan masyarakat, menumbahkembangkan masyarakat sebagai sendi utama pelaksanaan Pemerintahan Desa. Pemberian kewenangan yang luas kepada desa untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya telah menempatkan Kepala Desa pada posisi yang sangat strategis sebagai ujung tombak pelayanan publik. Kepala Desa disamping harus dapat diterima oleh rakyatnya juga harus mempunyai visi dan misi yang luas dalam menangkap kehendak dan aspirasi rakyatnya dan kemudian memformulasikan menjadi kebijakan-kebijakan yang bersifat teknis operasional yang pada gilirannya harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat melalui Badan Perwakilan desa (BPD), baik melalui pertanggungjawaban tahunan, akhir masa jabatan dan pertanggungjawaban untuk hal tertentu. Berkaitan dengan hal tersebut, seiring dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa, maka Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tatacara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa perlu diubah dan disempurnakan dengan Peraturan Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 3 Pasal 4 Pasal 4 A Pasal 4 B Pasal 7 Pasal 7 A Pasal 11 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 A Pasal 24 Pasal 24 A Pasal 24 B Pasal 24 C Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 30

10 10 Pasal 31 Pasal 32 A Pasal 32 B Pasal 35 A

11 11

12 12

13 13 a) Ditetapkan di Wonosobo pada tanggal i) BUPATI WONOSOBO Drs. TRIMAWAN NUGROHADI