BAB II TINJAUAN TEORI MENGENAI PENJUALAN AIRSOFT GUN MELALUI MEDIA INTERNET. berbanding satu) dengan jenis senjata aslinya. Mainan replika airsoft gun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORI MENGENAI PENJUALAN AIRSOFT GUN MELALUI MEDIA INTERNET. berbanding satu) dengan jenis senjata aslinya. Mainan replika airsoft gun"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN TEORI MENGENAI PENJUALAN AIRSOFT GUN MELALUI MEDIA INTERNET A. Pengertian Airsoft Gun Airsoft gun adalah mainan senjata replika yang berukuran 1:1 (satu berbanding satu) dengan jenis senjata aslinya. Mainan replika airsoft gun mengadopsi beragam jenis senjata-senjata yang ada di dunia, baik dari jenis pistol, revolver, submachine gun, assault riffle, sniper riffle, shotgun sampai bazooka. Walaupun termasuk kategori mainan, airsoft gun juga mampu memuntahkan peluru plastik bulat berukuran 6 mm (enam milimeter) yang biasa juga disebut BB (Ball Bearing), baik secara satu-persatu atau single action, semi otomatis maupun full automatic. Material inti dari airsoft gun terbuat dari besi metal dan bahan ABS resin, sama seperti bahan yang digunakan pada handphone, yang dikombinasikan dengan alluminum alloy, dan zinc. Berat rata-rata jenis airsoft gun berkisar antara 70% (tujuh puluh persen) hingga 90% (sembilan puluh persen) dari berat senjata aslinya. Kadangkala, agar mendekati berat senjata aslinya, pada jenis-jenis tertentu, magazine pada airsoft gun jenis pistol dibuat melebihi berat senjata yang sesungguhnya. 4 Sejauh ini airsoft gun sangatlah populer, karena jenis mainan ini mampu memuaskan para penggemar senjata dan perkembangan dunia militer. Permainan menggunakan airsoft gun pun pada akhirnya adalah sebuah bentuk permainan simulasi peperangan yang menyenangkan. Ditambah lagi dari sisi segi keamanannya, airsoft gun ini cukup aman November 2009, Pkl. 22:05:09

2 dengan adanya komunitas dan permainannya dilakukan di tempat yang khusus (bisa di alam bebas atau ruang tertutup). Keamanan bermain airsoft gun juga didukung dengan penggunaan gear pendukung seperti jaket, rompi, topeng dan google. Istilah airsoft gun pertama kali digunakan di Jepang pada awal tahun 1980.Istilah ini digunakan untuk jenis senjata mainan tidak mematikan karena senjata ini adalah replika atau tiruan, dalam ukuran sebenarnya atau lebih kecil, dari senjata asli. Konon, jenis mainan ini dikembangkan di Jepang bagi pecinta senjata, karena adanya larangan kepemilikan senjata api di negara samurai tersebut. Sehingga upaya untuk membuatnya seperti benar-benar sama dengan aslinya terus dilakukan. Jenis mainan serupa, yakni paintball, dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun-tahun bersamaan. Jenis mainan ini cepat merambah dan mencapai popularitasnya di Amerika Serikat. Hanya saja, penekanan pengembangan jenis mainan ini lebih pada fungsinya dibandingkan pada segi estetika dan kemiripan dengan senjata api. Dari permainannya pun, paintball menjauhkan kesan-kesan kedekatan dengan dunia militer dan peperangan dan juga lebih mendekatkan diri pada kesan permainan keluarga (family-friendly). Perbedaan pusat pengembangan jenis mainan ini banyak dikatakan orang menyebabkan perbedaan popularitas penggemarnya. Airsoft gun lebih banyak digemari di Asia, sementara paintball memiliki lebih banyak penggemar di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri jenis permainan ini sudah ada sejak awal tahun 1990 dan pertengahan, hanya saja belum terkenal istilah airsoft gun. Dan

3 komunitas airsoft resmi baru ada sekitar tahun 1990 akhir, seperti SAT (Surabaya Airsoft Team, 1999) terus ada Code4 (Jakarta, 2001) dan Vertex (Bandung, 2001). Tahun 2005 LPEG dan AEG ACM generasi awal mulai yang membanjiri pasaran dan akhirnya menjadikan Airsofters di Indonesia jadi besar hingga saat ini. Sampai sekarang, sudah beberapa negara yang memproduksi airsoftgun yaitu Jepang, Hongkong, Taiwan, China, dan juga Amerika. 5 Airsoft gun digolongkan jenisnya berdasarkan mekanisme pemakaiannya, yakni: 1. Spring Powered sering pula disebut springer atau senjata per adalah senjata yang bertenaga tekanan udara melalui kokangan atau menggunakan per. Jenis ini merupakan senjata yang mampu menembakkan satu peluru dengan menyimpan energi potensial yang didapatnya dari per, sehingga peluru dapat ditembakkan melalui barrel senjata. Daya jangkau tembakan dari senjata ini rata-rata adalah 25 (dua puluh lima) meter sampai 40 meter. Senjata jenis ini agak kurang sesuai untuk suatu kompetisi, karena tidak efektif dibandingkan dengan senjata jenis otomatis lainnya saat digunakan dalam pertempuran jarak dekat. Jenis ini juga tidak mempunyai akurasi tembakan yang bagus dan tenaga yang cukup untuk menembak jarak jauh. Senjata-senjata per cenderung murah dibanding saingannya yaitu Electric Gun (Senjata listrik). Hal ini disebabkan 5 Loc. Cit.

4 karena kemudahan pembuatannya dan murahnya biaya bahan bakunya, dibandingkan senjata listrik yang membutuhkan per, motor elektrik, baterai dan pengecas baterai. Jenis inilah yang pertama kali di perkenalkan lebih dahulu di pasaran. Dan jika kita lihat lebih saksama lagi, jenis airsoft gun ini tidak jauh beda dengan senjata angin laras panjang yang biasa untuk menembak burung atau binatang. 2. Gas Powered yaitu, jenis senjata yang memerlukan suplai tenaga gas CFC atau Freon Eksternal. Gas yang biasa digunakan adalah propane, yang biasa disebut Green Gas oleh pemain airsofters dan HFC134a Refrigerant. Sementara gas yang dapat digunakan namun jarang digunakan yaitu CO2 dan Nitrogen. Hal lainnya yang menyebabkan mengapa gas lebih dipilih adalah bila ingin mendapatkan velositas yang dapat disesuaikan atau bila ingin mendapatkan fitur blowback. Fitur blowback merupakan sebuah mekanisme yang mampu memutar slide atau bolt sehingga dapat menyerupai pengoperasian senjata api asli. Tenaga gas biasanya digunakan pada pistol-pistol airsoft, disebabkan karena ukurannya yang kecil. Airsoft gun jenis ini memiliki tabung penyimpanan cadangan gas pada body nya. 3. Electric Powered, jenis ini banyak digunakan para Airsofters dari pada kedua jenis Airsoft gun terdahulunya, karena jenis ini bertenaga listrik menggunakan baterai yang dapat di isi ulang. Jenis ini di bagi lagi menjadi 2 (dua) bagian, EG (electric gun) yang tidak menghasilkan fungsi full automatic pada senjata yang mengusung sistem tersebut,

5 contohnya Type EG banyak diadaptasi oleh jenis pistol, dan digerakkan oleh 4 (empat) buah batere AAA dan sebuah dynamo kecil saja, dan AEG (Automatic Electric Gun) yang mampu memberondongkan ratusan peluru secara full automatic. Motor elektriknya memiliki seri berbentuk 3 (tiga) gigi yang dipasangkan di dalam gearbox. Gigi-gigi tersebut selanjutnya menekan piston terhadap per, Pada saat piston nya dilepaskan, maka per akan mengarahkan piston tersebut ke arah depan melalui selinder agar dapat memasukkan peluru ke dalam chamber, melalui barrel dan kearah depan dari moncong senjata. Ada dua macam AEG yang umum dipakai oleh para pemain dimana-mana, yaitu seri AR-15, M-16, M4 dan lain-lain, (yang biasa disebut juga dengan Armerlite atau seri Colt) dan seri AK atau Kalashnikov AK-74, AK Hybrid Airsoft gun adalah model terbaru yang beredar di pasaran, jenis ini sama seperti electric powered yang menggunakan tenaga listrik atau baterai. Hybrid Airsoft gun hanya menambah fitur-fitur tertentu yang menyerupai senjata api sungguhan, salah satu contohnya dari segi peluru, hybrid airsoft gun tidak menggunakan BB (ball bearing) seperti jenis yang lainnya, akan tetapi mengunakan peluru yang menyerupai peluru senjata api sungguhan yang berbentuk selinder. 6 6 Ibid.

6 Jenis-jenis Airsoft gun diatas adalah sebagian contoh dari banyaknya airsoft gun yang ada di Indonesia untuk saat ini. Miris memang senjata ini jika beredar luas di negara kita, dan dapat dijual sembarangan oleh para produsennya. Bahkan airsoft gun tersebut sangat gampang untuk kita dapatkan. Walaupun di Indonesia tidak ada pabrik pembuatannya akan tetapi kita bisa memesan dan memilih di toko-toko online dengan menggunakan sebuah jasa internet. Di Indonesia permainan jenis ini memiliki kode etik tersendiri untuk memenuhi kesamaan prinsip demi keamanan dan kelangsungan hobi ini. Hobi ini termasuk hobi unik yang berbeda dengan hobi-hobi lainnya. Karena menggunakan alat permainan dan aksesoris lainnya yang merupakan replika dari senjata sebenarnya. Tampak dan kesan yang diperlihatkan dari alat permainan ini jika tidak bijak dalam memperlakukannya akan dapat merugikan orang lain dan pelaku hobi ini sendiri. Karena itu jika ada seseorang atau sekelompok orang yang tidak mematuhi kode etik penggunaan airsoft, mereka layak untuk tidak dianggap atau dikucilkan dari ruang lingkup para penggemar airsoft gun. Airsoft gun memiliki berbagai macam pedoman bagi para penggemarnya agar tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain, yaitu pedoman keselamatan umum, pedoman keselamatan pribadi, dan pedoman dalam permainan, antara lain yaitu: November 2009, Pkl. 19:20:34

7 1. Pedoman keselamatan umum, inti dari pedoman ini adalah untuk memperlakukan senjata ini dengan sebenarnya, sehingga tidak membahayakan orang-orang di sekelilingnya; 2. Pedoman keselamatan pribadi, cara untuk menjauhkan diri kita dari bahayanya senjata ini, dengan menempatkan senjata, dan memastikan senjata tersebut apakah telah aman sebelum dan sesudah pemakainnya dari permainan; 3. Pedoman dalam permainan, yaitu suatu aturan yang dimana aturan tersebut untuk diikuti agar tidak membahayakan diri kita sendiri dan lawan main seperti aturan-aturan main yang telah disepakati dan cara pemakaian alat keamanan, rompi, sarung tangan, kaca mata (safety google), dan sebagainya. B. Aspek Hukum Mengenai Penjualan Airsoft GunMelalui Media Internet Internet sangat membantu masyarakat dalam penggunaannya, selain untuk keperluan komunikasi, internet juga bermanfaat bagi pelaku usaha dalam menjajakan dagangannya yang tidak terbataskan oleh apapun, baik itu barang legal maupun ilegal. Dahulu orang bisa menjual barang dagangannya hanya sebatas wilayah tertentu, negara, atau pulau tanpa diketahui oleh banyak orang. Dengan adanya internet, Jepang sebagai Negara yang memproduksi airsoft gun terbesar di dunia telah banyak menjual senjata replika ini hingga ke penjuru negara termasuk Indonesia sendiri.

8 Airsoft gun dijual di Indonesia telah ada sejak akhir tahun 1990, tetapi dahulu penjualannya belum bisa menjangkau kepelosok daerah, karena keterbatasan internet dan informasi di dalam masyarakat kita. Penjualan airsoft gun ini hanya berada di kota-kota besar tertentu saja seperti, Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Saat ini, airsoft gun telah banyak beredar dalam masyarakat kita, dari anak muda hingga orang dewasa bisa memiliki senjata ini. Mereka dapat memiliki airsoft gun, bukan hanya dari komunitas dan penggemar airsoft gun saja, keberadan internet juga sangatlah mendukung bagi peminat senjata ini untuk membeli. Penjualan airsoft gun lebih banyak dilakukan melalui media internet, baik itu dari luar negeri maupun dalam negeri. Disamping tidak memakan waktu dan biaya banyak, para penjualnya juga menghindari razia dari aparat penegak hukum yang berwenang. Penjualan airsoft gun melalui media internet tidak hanya selaku produsen saja. Penjualan juga bisa melalui orang-perorangan. Yang pasti penjualan secara individu ini jauh dari adanya izin resmi dari pihak yang berwenang. Penjualan airsoft gun melaui media internet ini masih dianggap abu-abu atau bahkan biasa oleh pemerintah kita. Padahal jika kita lihat, dampaknya sangat besar bagi masyarakat disekeliling, walaupun hanya sebatas senjata replika saja. Oleh sebab itu, para produsen dari negara yang menciptakan airsoft gun semakin leluasa untuk menjual lebih banyak lagi. walaupun dalam paket penjualannya, airsoft gun ini sudah jelas harus ada izin dan dipergunakan oleh orang dengan umur 18 tahun ke atas dan sudah terdapat larangan untuk menggunakannya secara tidak benar, misal untuk

9 menembak binatang dengan cara iseng. Pada hakekatnya airsoft gun adalah senjata mainan atau replika, namun karena rawan disalahgunakan tetap saja peredarannya tak bisa bebas dan diatur dengan perizinan yang jelas. Menurut salah satu petinggi kepolisian di jajaran Polda (polisi daerah) Kalimantan timur Kabid Humas Kombes polisi Rudi Pranoto, dengan menegaskan peredaran dan penggunaan airsoft gun diatur dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 12/ DRT/ 1951 tentang Senjata Api, dimana menjelaskan yang dimaksud dengan senjata itu antara lain, senjata tekanan udara, senjata bertekanan pegas, dan senjata tiruan, yang bagian amunisinya bisa membahayakan kesehatan, dan mempengaruhi raga orang lain. 8 Selain Undang-Undang Nomor 12/ DRT/ 1951, polisi juga membuat aturan khusus tentang airsoft gun yang tertuang dalam SKEP Polri 82/ II/ 2004 tentang tata cara membawa, memiliki, dan menggunakan senjata non organik Polri, yang menyatakan senjata jenis ini hanya digunakan untuk olahraga menembak saja, bukan diperuntukkan untuk kepentingan yang lain, maksudnya agar senjata ini tidak untuk disalahgunakan oleh para pemiliknya. Kepemilikan senjata jenis ini harus ada izin dari kepolisian setempat diantaranya adalah sebagai berikut: 9 1. Rujukan : 8 main.php? page = artikle & id = 1494 & halaman = 4, 15 desember 2009, Pkl. 12:23: November 2009, Pkl. 21:10:10

10 a. Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep/ 82/ II/ 2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang pengawasan dan pengendalian senjata api dan amunisi non organik TNI/ POLRI; b. Telegram Kapolri No. Pol. : TR/ 768/ IV/ 2008 tanggal 10 April 2008 perihal peredaran senjata mainan atau airsoft guns secara ilegal; c. Nota Dinas Kabid Telematika Polda Jatim No.Pol.: B/ ND-168/ VI/ 2008/ Bid Telematika tanggal 30 Juni 2008 tentang Pengaduan Masyarakat. 2. Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas, terkait dengan prosedur perizinan kepemilikan dan penggunaan senjata mainan atau airsoft gun disampaikan sebagai berikut: a. Bahwa senjata mainan atau menyerupai senjata api (airsoft gun) digolongkan sebagai peralatan keamanan sebagaimana dimaksud Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/ 82/ II/ 2004 tanggal 16 Februari b. Dalam hal pemilikan dan penggunaan, pembawaan dan penyimpanan peralatan keamanan belum diatur dalam perundang-undangan atau ketentuan lainnya namun dilihat dari akibat penggunaannya dapat membayakan bagi keselamatan jiwa seseorang dan dapat digunakan untuk melakukan kejahatan, maka untuk kepemilikan dan penggunaannya diberlakukan seperti senjata api;

11 c. Terhadap senjata mainan atau menyerupai senjata api (airsoft gun) dapat diberikan izin penggunaan dan pemilikan dan nomor registrasi diterbitkan oleh Kabid Yanmin Baintelkam Polri; d. Terhadap senjata mainan atau menyerupai senjata api (airsoft gun) diberikan untuk peruntukan olahraga menembak target dan tidak diberikan untuk peruntukan bela diri; e. Terhadap senjata mainan atau menyerupai senjata api (airsoft gun) yang telah mendapatkan izin penggunaan kepemilikan dapat disimpan dirumah dengan surat izin penyimpanan dari Polda setempat; f. Persyaratan kepemilikan dan penggunaan sebagai berikut : 10 1) Surat izin impor; 2) Rekomendasi Pengda Perbakin atau klub menembak; 3) Anggota Perbakin atau klub menembak; 4) Surat Keterangan Catatan Kepolisian; 5) Umur 18 sampai dengan 65 tahun; 6) Pas foto ukuran 2 x 3 sebanyak 4 (empat) lembar. Beredarnya airsoft gun dikalangan masyarakat saat ini, sudah barang tentu polisi juga tidak hanya mengeluarkan izin dan surat keputusan tentang kepemilikannya saja, akan tetapi polisi juga mengeluarkan surat bagi peredarannya. Polisi disini mengeluarkan STR (Surat Telegram Rahasia) Kapolri nomor 1777/ VIII/ tahun 2008 tentang peredaran Airsoft Gun karena 10 Loc. Cit.

12 peredaran airsoft gun yang tidak berizin dinilai dapat mengganggu ketertiban umum, bisa menciderai masyarakat, dan bahkan dapat digunakan sebagai alat untuk kejahatan. Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan bahwa: Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan atau media elektronik lainnya. C. Akibat Hukum Yang Timbul Dari Penyalahgunaan Airsoft Gun Perkembangan peradaban manusia menyebabkan perkembangan pola pikir manusia. Dengan perkembangan pola pikir manusia menyebabkan pola tindak pidana atau kejahatan ikut berkembang pula, dimana dahulu penjahat menggunakan senjata tajam (pisau, golok, clurit dan lain-lain) sekarang penjahat atau pelaku tindak pidana lebih pintar untuk mengelabui para korbannya dengan menggunakan senjata replika, karena lebih efisien dari senjata tajam. Penjualan airsoft gun secara bebas, maka dapat dilihat dari penyalahgunaannya dan akibat-akibat yang telah di timbulkan. Hampir semua kelompok orang ataupun secara individu yang belum memiliki cukup umur telah banyak memiliki senjata replika ini dengan berbagai macam alasan tertentu, Sehingga bisa menimbulkan adanya sebuah tindakan

13 kejahatan besar maupun kecil seperti perampokan, pemerasan, pengancaman, dan bahkan untuk menakut-nakuti seseorang sekalipun. Menyadari akibat yang ditimbulkan dengan lemahnya administrasi dan pengawasan terhadap peredaran duplikat senjata api ini menyebabkan perdagangan airsoft gun semakin marak, baik itu di ibu kota Jakarta maupun di daerah lainnya di Indonesia, maka aparat penegak hukum harus pro-aktif diatas keyakinan dan bertindak lebih tegas dengan adanya penjualan airsoft gun secara bebas ini, demi untuk kemajuan hukum di Indonesia. Polisi dalam hal ini yang berwenang mengawasi peredaran senjata jenis ini di Indonesia kurang maksimal melakukan tugasnya sehingga peredaran airsoft gun semakin luas dan tidak terkontrol, dan masyarakat yang tidak berhak untuk memiliki senjata non organik dapat memilikinya dengan mudah. Pada awalnya airsoft gun adalah sebuah senjata yang dibuat untuk sebuah sarana dan prasarana permainan atau olahraga. Disisi lain, dengan pesatnya perkembangan zaman dan banyaknya peminat, maka airsoft gun banyak disalahgunakan untuk suatu perbuatan yang menimbulkan akibat hukum. 11 Seiring majunya dunia teknologi, khususnya media internet, dimana semakin mudahnya orang untuk mendapatkan airsoft gun, seseorang yang belum cukup umurpun bisa untuk menggunakan jasa internet tersebut, dari sinilah muncul gejala sosial berupa kejahatan-kejahatan yang meresahkan November 2009, 23:42:54

14 masyarakat, ketika senjata airsoft gun tersebut di beli oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak diketahui peruntukkannya. Penyalahgunaan senjata airsoft gun oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi semata erat kaitannya dengan beberapa hal yang menyangkut sebab, motivasi dan akibat yang ingin dicapai. Penyalahgunaan airsoft gun suatu perbuatan yang didasari sebuah kesadaran oleh para pelakunya itu sendiri. Penyalahgunaan airsoft gun dengan secara universal bisa memberikan kerugian bagi korbannya dan sanksi pidana bagi para pelakunya, juga sangat meresahkan masyarakat disekelilingnya. Sebab secara sosiologis pelaku disini mengganggu ketentraman masyarakat, seperti tindak kekerasan, pengancaman (teror), perampokan, dan tindak kejahatan lainnya. Akibat hukum dari penyalahgunaan airsoft gun, sudah pasti akibat dari perbuatan yang dilakukan seseorang tersebut yang melanggar ketentuan hukum yang berlaku, dan menimbulkan kerugian bagi para korbannya. Dalam konteksnya disini penulis menjelaskan didalam hukum pidana. Istilah perbuatan pidana yang dipakai dalam hukum pidana mengenai suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, yaitu dalam istilah bahasa Belanda Strafbaar feit 12, yang artinya adalah kelakuan (handeling) yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab. 12 S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia Dan Penerapannya, Jakarta : Alumni, 1986, hlm. 17

15 Dalam hukum pidana pengertian abstrak suatu perbuatan pidana yang dikenal adalah pertama, adanya kejadian tertentu dan kedua adanya orang yang berbuat, yang menimbulkan kejadian itu yamg merupakan suatu tindakan yang melangar aturan-aturan hukum yang berlaku dimana disertai sanksi (ancaman) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Hukum pidana mengartikan perbuatan pidana adalah sebagai tindak pidana, istilah ini timbul dari pihak Kementrian Kehakiman yang sering dipakai dalam perundang-undangan. Beberapa pengertian tindak pidana dari para tokoh, antara lain 13 : 1. Wirjono Projodikoro Tindak pidana (perbuatan pidana) yaitu berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana. 2. Moeljatno Tindak pidana (perbuatan pidana) yaitu perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pemidanaan (sangsi). 3. Simmons Peristiwa pidana (tindak pidana) adalah suatu perbuatan salah dan melawan hukum yang diancam pidana oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab. 4. Van Hammel 13Ibid, hlm.27

16 Peristiwa pidana (tindak pidana) adalah suatu perbuatan salah dan melawan hukum yang diancam pidana oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab dan perbuatan atau tindakan itu harus rela dipidana. 5. Vos Suatu peristiwa yang dinyatakan dapat dipidana oleh undang-undang dan dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggung-jawabkan dan dipersalahkan terhadap perbuatannya. 6. Pompe Tindak pidana adalah suatu pelanggaran terhadap norma yang yang oleh si pelanggar itu mempunyai masalah dan dimana penghukuman adalah berguna untuk melindungi kepentingan hukum. Pertanggungjawaban pidana tidak cukup dengan dilakukan perbuatan pidana saja, akan tetapi disamping itu harus ada kesalahan atau sikap bathin yang dapat dicela, ternyata ada dalam asas hukum yang tidak tertulis, yaitu tidak dipidana jika tidak ada kesalahan (Geen straf zonder schuld, ohne schuld keine straf). Ada dua definisi secara hukum yang populer mengenai kejahatan. Definisi pertama merumuskan, kejahatan adalah apa yang disebut oleh hukum sebagai kejahatan (crime is what the law say it is). Definisi kedua, kejahatan adalah suatu tindakan yang disengaja atau kelalaian yang dapat dikenai sanksi pidana oleh hukum (crime as an act or omission punishable by law). Dari kedua rumusan ini dapat dilihat, ada dan tidak adanya suatu perbuatan pidana sangat tergantung dari proses kriminalisasi.

17 Berdasarkan hal tersebut diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa subjek dari delik menurut perumusan ini tidak lain terdiri atas seorang manusia. Jadi yang dianggap sebagai subjek dari delik didalam lapang hukum pidana umum hanya manusia. Pada akhir-akhir ini di negara kita ada ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa subjek dari tindak pidana tidak saja terdiri atas seorang manusia, tetapi juga atas badan hukum. Moeljatno, merumuskan tindak pidana sebagai perbuatan pidana yang oleh aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana, barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Dengan kata lain Moeljatno mengatakan bahwa menurut wujudnya atau sifatnya, tindak pidana atau perbuatan pidana adalah perbuatan-perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan-perbuatan ini merugikan masyarakat, dalam arti bertentangan dangan atau menghambat akan terlaksananya tata dalam pergaulan masyarakat dianggap baik atau adil. Perbuatan akan menjadi suatu tindak pidana apabila perbuatan tersebut akan memenuhi unsur-unsur Melawan hukum; 2. Merugikan masyarakat; 3. Dilarang oleh aturan pidana; 4. Pelakunya diancam dengan pidana; Butir 1 (satu) dan 2 (dua) menunjukkan sifat perbuatan, sedangkan yang memastikan perbuatan itu menjadi tindak pidana adalah butir 3 (tiga) 14 Loc. Cit.

18 dan 4 (empat), sehingga perbuatan yang bersifat 1 (satu) dan 2 (dua) belum tentu merupakan suatu tindak pidana sebelum dipastikan adanya butir 3 (tiga) dan 4 (empat). Sebenarnya banyak sekali perbuatan yang bersifat seperti pada butir 1 (satu) dan 2 (dua) dan kemungkinan merupakan suatu perbuatan yang berada dalam lapangan hukum perdata, akan tetapi hal tersebut akan masuk kedalam lapangan hukum pidana apabila telah memenuhi butir 3 (tiga) dan 4 (empat). Airsoft gun saat ini diatur oleh Undang-Undang Nomor 12/ DRT/ 1951 tentang Senjata Api, karena senjata jenis ini disamakan dengan senjata non organik kepolisian dalam pemakaiannya, tentang pendaftaran dan pemberian izin pemakaian senjata api telah jelas menyatakan dimana pelaku tindak pidana penyalahgunaan senjata api dapat diancam dengan hukuman pidana mati. Penyalahgunaan airsoft gun merupakan salah satu dari tindak pidana, dimana pertama-tama yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah bentuk pengaturannya. Ada beberapa pilihan dalam mengatur dalam masalah tindak pidana tersebut yakni: 15 a. Diatur dalam undang-undang khusus tentang penyalahgunaan senjata api; b. Diintegrasikan kedalam kodifikasi (KUHP) dengan cara menambah, menyisipi atau merubah/ memperbaruhi pasal-pasal dalam KUHP; 15 Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta: Bumi Aksara, 1999

19 c. Dikodifikasikan dengan baik (KUHP) maupun dalam undang-undang khusus. Di negara Indonesia dalam menangani kasus penyalahgunaan airsoft gun dikalangan masyarakat luas selama ini menggunakan KUHP maupun ketentuan perundang-undangan lainnya seperti Undang-undang Nomor 12 Tahun 1951 (Undang-undang Penyalahgunaan Senjata Api Beserta Amunisi), mengingat belum tersusunnya perumusan delik atau kejahatan menggenai jenis senjata ini secara definitif dan lengkap untuk menghindari terjadinya kekosongan hukum terhadap kasus atau perkara yang terjadi.

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP TINDAKAN PENJUALAN AIRSOFT GUN MELALUI MEDIA INTERNET SECARA MELAWAN HUKUM

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP TINDAKAN PENJUALAN AIRSOFT GUN MELALUI MEDIA INTERNET SECARA MELAWAN HUKUM BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP TINDAKAN PENJUALAN AIRSOFT GUN MELALUI MEDIA INTERNET SECARA MELAWAN HUKUM BERDASARKAN DENGAN UNDANG UNDANG NO 12/DRT/TAHUN 1951 DI HUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Zeihan Desrizal, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Zeihan Desrizal, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Senjata api adalah sebuah alat yang diciptakan sebagai alat untuk melaksanakan tugas pokok angkatan bersenjata dibidang pertahanan dan keamanan, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media atau alat peraganya pun bermacam- macam. Airsoft gun merupakan

BAB I PENDAHULUAN. media atau alat peraganya pun bermacam- macam. Airsoft gun merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia olahraga belakangan ini semakin beragam, bahkan media atau alat peraganya pun bermacam- macam. Airsoft gun merupakan salah satu kegiatan olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem kontrol sosial akibat perubahan sosial yang terjadi. Perubahan sosial

BAB I PENDAHULUAN. sistem kontrol sosial akibat perubahan sosial yang terjadi. Perubahan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam masyarakat yang sedang berubah, khususnya kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan masih banyak lagi kota lainnya, kejahatan

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Penegakan Hukum Pelaku Penyalahgunaan Senjata Api Replika (Airsoft Gun) yang Dilakukan oleh Warga Sipil Dihubungkan dengan Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951

Lebih terperinci

Digerakkan Oleh Hembusan Udara

Digerakkan Oleh Hembusan Udara Airsoft Gun Sewaktu masih kecil, memiliki mainan berwujud senjata sangatlah begitu membahagiakan sekaligus membanggakan. Teman teman sepermainan pasti akan terkagum kagum dengan bentuk senjata mainan kita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG HOBI REPLIKA

BAB II TINJAUAN TENTANG HOBI REPLIKA BAB II TINJAUAN TENTANG HOBI REPLIKA II.1 Tinjauan tentang Model kit Model kit adalah tiruan dari sesuatu, dengan skala dan detail tertentu yang harus dirakit, dicat bahkan bisa dimodifikasi terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat mudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat mudah dan cepat mendapatkan segala informasi yang terjadi di sekitar kita ataupun yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta etika dan aturan main) memiliki senjata terjadi justru sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. serta etika dan aturan main) memiliki senjata terjadi justru sebaliknya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendengar kata senjata, mungkin terbayang dalam pikiran kita adalah suasana perang, perampokan atau kekerasan bersenjata lainnya. Keras, tetapi sebenarnya, begitu kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat dengan sangat mudah dan cepat mendapatkan segala informasi yang terjadi di sekitar masyarakat ataupun yang

Lebih terperinci

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan : 78 V. PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan : 1. Perbuatan yang dapat digolongkan sebagai penyalahgunaan perizinan airsoft gun, maka ditarik simpulan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh derasnya arus informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan masyarakat seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena selalu didukung oleh derasnya arus informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai konfigurasi peradaban manusia berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sebagai komunitas dimana manusia tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua,

BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki keterbatasan, baik dalam hal ketersediaan personil, peralatan dan anggaran operasional. Oleh karena itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan senjata api,salah satu jenis kejahatan menggunakan senjata api yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Prosedur Standar Minimal Yang Dilakukan Kepolisian Dalam Melakukan Tembak di tempat Bagi Tersangka

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Prosedur Standar Minimal Yang Dilakukan Kepolisian Dalam Melakukan Tembak di tempat Bagi Tersangka II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prosedur Standar Minimal Yang Dilakukan Kepolisian Dalam Melakukan Tembak di tempat Bagi Tersangka Tembak di tempat bagi tersangka kepolisan mempunyai beberapa tahapan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM

ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM JURNAL PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN PASAL 40 PERATURAN KAPOLRI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SENJATA API UNTUK KEPENTINGAN OLAHRAGA KHUSUSNYA TENTANG AIRSOFT GUN Diajukan oleh:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari kesengajaan (dolus atau opzet) dan kelalaian (culpa). Seperti

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari kesengajaan (dolus atau opzet) dan kelalaian (culpa). Seperti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bukti Permulaan yang Cukup Istilah kesalahan ( schuld) adalah pengertian hukum yang tidak sama dengan pengertian harfiah:fout. Kesalahan dalam hukum pidana berhubungan dengan pertanggungjawaban,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu pergaulan hidup di dalam masyarakat yang teratur dan maju tidak dapat berlangsung tanpa adanya jaminan akan kepastian hukum serta penegakan hukum yang baik demi terwujudnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, asosial sifatnya dan melanggar hukum serta Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam suatu sistem perundangundangan.

I. PENDAHULUAN. aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam suatu sistem perundangundangan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang sangat menjunjung tinggi hukum, oleh karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam suatu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang dengan pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang dengan pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan peradaban suatu bangsa terus berkembang dengan pesat, hal ini memacu terjadi banyaknya perubahan dan berkembangnya pola fikir di dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kita dihadapkan untuk bisa lebih maju dan lebih siap dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. airsoft gun mulai diminati dan perlahan menjadi suatu kegemaran baru. 1 Peminat

I. PENDAHULUAN. airsoft gun mulai diminati dan perlahan menjadi suatu kegemaran baru. 1 Peminat 1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sekitar tahun 1999 airsoft gun sudah mulai dikenal di Indonesia, Semenjak itu airsoft gun mulai diminati dan perlahan menjadi suatu kegemaran baru. 1 Peminat senjata replika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana Penegak hukum adalah petugas badan yang berwenang dan berhubungan dengan masalah peradilan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO.POL. : 1 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN

Lebih terperinci

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te No.1133, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penggunaan Senjata Api Dinas. Ditjen Bea dan Cukai. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang sangat cepat, berpengaruh secara signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Dalam hal ini masyarakat dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis

Lebih terperinci

Amanna Gappa Amanna Gappa, Vol. 25 No. 2 September 2017 P-ISSN: , E-ISSN: Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

Amanna Gappa Amanna Gappa, Vol. 25 No. 2 September 2017 P-ISSN: , E-ISSN: Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin amn gp Amanna Gappa Amanna Gappa, Vol. 25 No. 2 September 2017 P-ISSN: 0853-1609, E-ISSN: 2549-9785 Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Eksistensi Senjata Airsoft Gun dalam Perspektif Undang- Undang

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 133/KA/VI/2011 TENTANG SENJATA API DAN PERALATAN KEAMANAN SATUAN PENGAMANAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana 1. Kekuasaan Kehakiman Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK PIDANA PENGGELAPAN SECARA BERLANJUT (Studi Kasus No. 55/Pid.B/2010/PN. Palu)

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK PIDANA PENGGELAPAN SECARA BERLANJUT (Studi Kasus No. 55/Pid.B/2010/PN. Palu) PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK PIDANA PENGGELAPAN SECARA BERLANJUT (Studi Kasus No. 55/Pid.B/2010/PN. Palu) RISKA YANTI / D 101 07 622 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Pertimbangan Hakim

Lebih terperinci

BAB II TINDAK PIDANA MILITER. tentang apa yang disebut dengan tindak pidana tersebut, yaitu : dilarang dan diancam dengan pidana.

BAB II TINDAK PIDANA MILITER. tentang apa yang disebut dengan tindak pidana tersebut, yaitu : dilarang dan diancam dengan pidana. BAB II TINDAK PIDANA MILITER 1. Tindak Pidana dan Unsur-Unsurnya Ada baiknya dikemukakan terlebih dahuku apa yang dimaksud dengan tindak pidana (strafbaar feit, delict, criminal act). Ada beberapa pandangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang- 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban pidana memiliki makna bahwa setiap orang yang melakukan tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum mempunyai berbagai cara dan daya upaya untuk menjaga ketertiban dan keamanan dimasyarakat demi terciptanya

Lebih terperinci

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengedaran Makanan Berbahaya yang Dilarang oleh Undang-Undang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.15/Menhut-II/2014 TENTANG PENGELOLAAN SENJATA API DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN, SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DAN BADAN USAHA MILIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hakim 1. Hakim Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undangundang untuk mengadili (Pasal 1 butir 8 KUHAP). Sedangkan istilah hakim artinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu strafbaar feit yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita tentang peristiwa pidana, baik melalui media cetak maupun media elektronik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar di Indonesia termasuk di Kota Medan. Sejak berbagai pemberitaan tentang geng motor menjadi sajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pergaulan hidup manusia diatur oleh berbagai macam kaidah atau norma yang pada hakekatnya bertujuan untuk menghasilkan kehidupan bersama yang tertib dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian Tindak pidana merupakan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan melakukan suatu kejahatan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tindak pidana, Moeljatno merumuskan istilah perbuatan pidana, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan tindak pidana, Moeljatno merumuskan istilah perbuatan pidana, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan, yang berupa perintah atau larangan yang mengharuskan untuk ditaati oleh masyarakat itu. Berkaitan dengan tindak pidana,

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api (Lembaran Negara Republ

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api (Lembaran Negara Republ No.2096, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pengelolaan Senjata Api. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SENJATA API DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana (kepada barangsiapa yang melanggar larangan tersebut), untuk singkatnya dinamakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan atau perbuatan jahat dapat diartikan secara yuridis atau kriminologis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu menimbulkan keresahan serta rasa tidak aman pada masyarakat. Tindak pidana yang terjadi di Indonesia juga

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA API DINAS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dibawah Umur Pengertian anak menurut Kamus Bahasa Indonesia yang dapat disimpulkan ialah keturunan yang kedua yang berarti dari seorang pria dan seorang wanita yang

Lebih terperinci

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP 40 BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP 1. Pengertian Penganiayaan yang berakibat luka berat Dalam Undang-Undang tidak memberikan perumusan apa yang dinamakan penganiayaan. Namun menurut

Lebih terperinci

Memburu Senpi Made in Cipacing. Oleh Yohanes Rabu, 11 September :54

Memburu Senpi Made in Cipacing. Oleh Yohanes Rabu, 11 September :54 Perburuan yang dilakukan aparat terhadap dua penembak gelap yang menyerang anggota polisi akhirnya bermuara di sebuah desa bernama Cipacing. Desa kecil yamg terletak di Kecamatan Jatinangor, Sumedang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di masyarakat

Lebih terperinci

PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL 1 2 - Pedoman Tindakan Kepolisian Negara RI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Anak Nakal Pengertian masyarakat pada umumnya tentang anak adalah merupakan titipan dari Sang Pencipta yang akan meneruskan keturunan dari kedua orang tuanya,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.6, 2009 POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERATURAN KAPOLRI NOMOR 1 TAHUN 2009 TERKAIT PENGGUNAAN SENJATA API PADA TUGAS KEPOLISIAN PERSPEKTIF MAS}LAH}AH MURSALAH

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERATURAN KAPOLRI NOMOR 1 TAHUN 2009 TERKAIT PENGGUNAAN SENJATA API PADA TUGAS KEPOLISIAN PERSPEKTIF MAS}LAH}AH MURSALAH BAB IV ANALISIS YURIDIS PERATURAN KAPOLRI NOMOR 1 TAHUN 2009 TERKAIT PENGGUNAAN SENJATA API PADA TUGAS KEPOLISIAN PERSPEKTIF MAS}LAH}AH MURSALAH A. Prinsip-Prinsip Penggunaan Senjata Api Dalam Tugas Kepolisian

Lebih terperinci

JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN

JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN Diajukan oleh : GERRY PUTRA GINTING NPM : 110510741 Program Studi : Ilmu Hukum

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian tentang Tindak Pidana atau Strafbaar Feit. Pembentuk Undang-undang telah menggunakan kata Strafbaar Feit untuk

II.TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian tentang Tindak Pidana atau Strafbaar Feit. Pembentuk Undang-undang telah menggunakan kata Strafbaar Feit untuk II.TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian tentang Tindak Pidana atau Strafbaar Feit Pembentuk Undang-undang telah menggunakan kata Strafbaar Feit untuk menyebutkan kata Tindak Pidana di dalam KUHP. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya tingkat pengangguran, mahalnya biaya hidup sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya tingkat pengangguran, mahalnya biaya hidup sehari-hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya tingkat pengangguran, mahalnya biaya hidup sehari-hari serta ketimpangan strata sosial yang terjadi dalam masyarakat, menimbulkan kecemburuan sosial yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pokok Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepolisian Republik Indonesia (Polri) adalah apartur Negara yang bertugas sebagai penegak hukum 1. Hal ini tercantum dalam pasal 13 UU Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana. Moeljatno menyatakan bahwa orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana. Moeljatno menyatakan bahwa orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Pertangggungjawaban pidana hanya dapat terjadi jika sebelumnya seseorang telah melakukan tindak pidana. Moeljatno menyatakan bahwa orang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Globalisasi menyebabkan ilmu pengetahuan kian berkembang pesat termasuk bidang ilmu hukum, khususnya dikalangan hukum pidana. Banyak perbuatan-perbuatan baru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga kedaulatan Negara yang bertugas untuk menjaga, melindungi dan mempertahankan keamanan serta kedaulatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.791, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPT. Sentaja Api. Penggunaan. Pejabat PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-06/K.BNPT/11/2013 TENTANG PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak terhadap perilaku sosial masyarakat, termasuk juga perkembangan jenis kejahatan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Tindak pidana korupsi meskipun telah diatur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban 18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Setiap tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang pada dasarnya orang tersebut wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban pidana

Lebih terperinci

http://www.warungbaca.com/2016/12/download-undang-undang-nomor-19-tahun.html UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum pidana Indonesia dengan istilah yang berbeda-beda. Diantaranya ada yang memakai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2016 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum. PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR Suwarjo, SH., M.Hum. Abstrak Pemberantasan dollar AS palsu di Indonesia terbilang cukup sulit karena tidak terjangkau oleh hukum di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 372 KUHP tindak pidana penggelapan adalah barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Lebih selektif dalam memberikan rekomendasi izin; penggunaan senjata api; Tindakan Kepolisian;

BAB III PENUTUP. ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Lebih selektif dalam memberikan rekomendasi izin; penggunaan senjata api; Tindakan Kepolisian; 73 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. a. Upaya Preventif Untuk mencegah kejahatan menggunakan senjata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari tindak kekerasan yang dialami orang terutama perempuan dan anak, termasuk sebagai tindak

Lebih terperinci

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Bernadus Ardian Ricky M (105010100111087) KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB III PENJUALAN AIRSOFT GUN MELALUI MEDIA INTERNET

BAB III PENJUALAN AIRSOFT GUN MELALUI MEDIA INTERNET BAB III PENJUALAN AIRSOFT GUN MELALUI MEDIA INTERNET A. Proses Penjualan Airsoft Gun Melalui Internet Pada saat internet pertama kali diperkenalkan, pemrakarsanya tidak pernah akan menduga bahwa dampaknya

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS Setio Agus Samapto STMIK AMIKOM Yogyakarta Abstraksi Didalam kecelakaan lalu - lintas yang

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS Setio Agus Samapto STMIK AMIKOM Yogyakarta Abstraksi Didalam kecelakaan lalu - lintas yang

Lebih terperinci

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * Naskah diterima: 12 Desember 2014; disetujui: 19 Desember 2014 Trend perkembangan kejahatan atau penyalahgunaan narkotika

Lebih terperinci

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP) PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP) Oleh : Ketut Yoga Maradana Adinatha A.A. Ngurah Yusa Darmadi I Gusti Ngurah Parwata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3) BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3) yang berbunyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional di Indonesia ternyata selain membawa dampak yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia, juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam penegakan hukum di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam penegakan hukum di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penyidikan Setiap polisi harus dapat mencerminkan kewibawaan negara dan menunjukkan disiplin yang tinggi dikarenakan polisi pada hakekatnya adalah sebagai pengatur di

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk terwujudnya tujuan nasional negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterikatan dan keterkaitan dengan komponen-komponen lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. keterikatan dan keterkaitan dengan komponen-komponen lainnya. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai suatu negara hukum bangsa Indonesia mempunyai sistem peradilan dan catur penegak hukum. Namun dalam komponen peradilan yang cukup urgen adalah Kepolisian. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan Masyarakat dan sebagaian Masyarakat merasa dirugikan oleh pihak yang berbuat kejahatan tersebut,

Lebih terperinci

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah A. Latar Belakang Keamanan dan ketertiban di dalam suatu masyarakat merupakan masalah yang penting, dikarenakan keamanan dan ketertiban merupakan cerminan keamanan di dalam masyarakat melaksanakan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu menarik di luar isu-isu lain seperti isu-isu tentang keamanan dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu menarik di luar isu-isu lain seperti isu-isu tentang keamanan dan 1 ` BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan, globalisasi dan regionalisme telah menjadi salah satu isu menarik di luar isu-isu lain seperti isu-isu tentang keamanan dan lingkungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban pidana ( criminal liability) atau ( straafbaarheid),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban pidana ( criminal liability) atau ( straafbaarheid), II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban pidana ( criminal liability) atau ( straafbaarheid), sesungguhnya tidak hanya menyangkut soal hukum semata-mata, melainkan juga menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang benar-benar menjunjung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) 18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah stratbaar feit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA ATAS PENYALAHGUNAAN SENJATA API

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA ATAS PENYALAHGUNAAN SENJATA API PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA ATAS PENYALAHGUNAAN ABSTRAK SENJATA API Oleh: Anak Agung Ngurah Bayu Ariadi Pembimbing : I Made Tjatrayasa I Made Walesa Putra Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan. kita mampu untuk mengatur diri sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan. kita mampu untuk mengatur diri sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergerakan bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal

Lebih terperinci