STUDI ANALISIS TERHADAP PENDAPAT AL- IMAM AL-MAWARDI TENTANG WARIS KHUNTSA MUSYKIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI ANALISIS TERHADAP PENDAPAT AL- IMAM AL-MAWARDI TENTANG WARIS KHUNTSA MUSYKIL"

Transkripsi

1 STUDI ANALISIS TERHADAP PENDAPAT AL- IMAM AL-MAWARDI TENTANG WARIS KHUNTSA MUSYKIL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah Oleh : MUH. ABDUL MUGHNI NIM : JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

2 ii

3 iii

4 DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Semarang, 3 Juni 2011 Deklarator MUH. ABDUL MUGHNI NIM : iv

5 ABSTRAKSI Khuntsa adalah orang yang memeiliki dua alat kelamin (alat kelamin lakilaki dan alat kelamin perempuan). Dalam Al-Qur an jelas dikemukakan secara detail mengenai hukum kewarisan, erat hubungannya dengan asbabul furud, yang jelas pembagiannya masing-masing antra laki-laki dan perempuan. Tapi belum ditemukan dalam Al-Qur an mengenai hukum waris bagi khuntsa. Para ulama ahli fara id berbeda pendapat mengenai kewarisan khuntsa musykil setelah penghitungan dua perkiraan (di perkirakan laki-laki dan perempuan). Oleh karna itu penulis mengankat sekripsi dengan tema Studi Analisis Pendapat Al-Imam Al-Mawardi Tentang Waris Khuntsa Musykil yang disepesifikasikan dari kebanyakan pendapat madzhab Al-Syafi i. yaitu memberikan bagian paling sedikit kepada khuntsa dan ahli waris kemudian menangguhkan sisa harta hingga khuntsa menjadi jelas setatusnya. Adapun penulisan ini bertujuan 1) Untuk mengetahui pendapat Al-Imam Al-Mawardi tentang konsep hukum waris khuntsa musykil, 2) Untuk mengetahui metode istinbat hukum Al-Imam Al-Mawardi tentang konsep hukum waris khuntsa musykil. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, dan dalam hal ini penulis mengkaji pendapat Al-Imam Al-Mawardi selaku ulama Syafi iyah, dalam kitabnya Al-Khawi Al-Kabir. Sebagai pendekatan penulis menggunakan usul fiqh dalam mendukung penelitiannya. Pada dasarnya pendapat Al-Imam Al-Mawardi tentang kewarisan khuntsa musykil sama dengan pendapat ulama Syafi iyah lainnya, tapi dalam hal ini ada sedikit perbedaan dalam penyajiannya dengan pengembangan sebab yang menjadi dasar alasan hukum bagai mana Al-Imam Al-Mawardi mengatakan, dua sebab yang melatar belakangi konsep kewarisan madzhab Syafi yah tersebut. Sebab pertama, orang yang mewaris tidak bisa mendapat hak warisnya, kecuali dengan ketentuan yang pasti dan meyakinkan tanpa adanya keragu-raguan di dalamnya, sebab kedua, pada dasarnya semua hukum itu tidak bisa dijalankan kecuali dengan yakin begitu pula mengenai ketentuan hukum waris tersebut haruslah dengan yakin. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, para ahli hukum agama, para peneliti dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang. v

6 MOTTO Keyakinan, tidak hilang dengan keraguan. ( Sesungguhnya pewaris tidak bisa mendapat haknya, kecuali dengan kejelasan, tidak dengan keragu-raguan ). vi

7 PERSEMBAHAN Saya persembahkan untuk : Ibunda dan Ayahanda tercinta dan tersayang Kasih sayang, tuntunan, dukungan dan do a dari kalian Selalu menerangi langkah penuh cita dan cinta putramu. Para Kiai, Guru, Dosen dan Asatiid Ilmu dan bimbingan dari kalian menuntun saya untuk menjadi insan yang ta at dan berbakti. Kakek dan Nenek yang saya ta dzimi Nasehat dan do amu membangkitkan jiwa ku untuk menatap masa depan. Seluruh keluarga Dukungan kalian adalah motivasi pembelajaran diri. Saya dedikasikan karya ini untuk kalian semua... vii

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Studi Analisis Terhadap Pendapat Al-Imam Al-Mawardi Tentang Waris Khuntsa Musykil dengan baik tanpa banyak menemui kendala yang berarti. Shalawat dan Salam Allah SWT. semoga selalu terlimpahkan dan senantiasa penulis sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa dan mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata hasil dari jerih payah penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud berkat adanya usaha dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik berupa moral maupun spiritual. Oleh karena itu, penulis tidak akan lupa untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada : 1. Bapak Imam Yahya, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang. 2. Drs. H. Ahmad Ghozali Ihsan, M. SI. dan Anthin Lathifah, M. Ag., selaku dosen pembimbing I dan pembimbing II penulis skripsi ini, dengan penuh kesabaran telah mencurahkan perhatian yang besar dalam memberikan bimbingan. 3. Bapak/Ibu Ketua & Sekretaris Jurusan yang telah memberikan berbagai motifasi dan arahan, mulai dari proses awal hingga proses berikutnya. 4. Para Dosen Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang yang telah menyampaikan ilmu dengan sabar dan ikhlas dalam proses belajar di kuliah ataupun dalam diskusi. 5. Kepada teman-teman satu angkatan dan satu pembelajaran Al-Ahwal Al- Syahsiah/AS A06 pada khususnya, Al-Anam El-Kend inspirasi, semangat dan sastra ALAS TUWO, El-Kamto Yanto nggaslo tapi so pastilah, Gus Mus viii

9 Si Mbahe spiritual religions, Robot TO-PIC, lucu and semangat baru yang tak terlewatkan, Ucil Marucil, tuwo-tuwo nom sing penting cool, GALIH manusia yang tak terlupakkan dan tak ada habisnya tuk ketawa, Al- Vians Generation low in AS A06, Aneq figur atlit As A06 dan temen yang selalu mengharapkan perubahan Your, Mr. Blenco dari generasi ke generasi intelegensi tinggi, El-Khanip sip guys, Isnan Mr. Sotank, ngapak-ngapak wae ya, para kaum hawa As A06, Ni mah, Lenny, Irma, Ani, Iinnayah dan Naeylul. Dan tak ketinggalan As B06, yang mungkin tak dapat ku sebutkan satu persatu, kalian adalah my motivation. 6. Teman-teman kos BONDET tercinta rumah ke2 bagi ku mengayuh kasih sayang, Haris Petrucci guru kecil ku yang penuh wawasan, Mas Dhony sebuah pijakan dan langkah merangkai sebuah simphony yang indah, dan kalian my inspirasi, Rifki Keboe, Rifki Gaboe, Hasan, Saekul, Toriq, Bom-bom, Imam Bengkelers, dan adik-adiku tersayang, Lutfi, Amien, Blendong, The Young Generation Eka F-Day, Sons Ting Ki Wingki, Wahyu MOYO, Ki2 Tegal, Fanny, and Afif. 7. Thanks telah memberi inspirasi baru bagiku, METALLICA, Helloween, SO7, Underground spracta99, Best Fuctural and tak ketinggalan Komplikasi Band. 8. Semua pihak yang ikut serta dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebut satu persatu. Kiranya tidak ada kata yang dapat terucap dari penulis selain memanjatkan do a semoga Allah SWT, membalas segala jasa dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal. Penyusunan skripsi ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin agar tercapai hasil yang semaksimal pula. Namun penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. ix

10 Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT memberikan ridha-nya. Amin Ya Rabbal Alamin. Semarang, 2011 Penulis, MUH. ABDUL MUGHNI Nim : x

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN NOTA PEMBIMBING ii HALAMAN PENGESAHAN iii HALAMAN DEKLARASI iv HALAMAN ABSTRAKS v HALAMAN MOTTO vi HALAMAN PERSEMBAHAN vii HALAMAN KATA PENGANTAR viii HALAMAN DAFTAR ISI x BAB I : Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan.1 B. Perumusan Masalah 5 C. Tujuan Penelitian 6 D. Telaah Pustaka 6 E. Metode Penelitian...9 F. Sistematika Penulisan 11 BAB II : Ketentuan Umum Tentang Waris Khuntsa Musykil A. Pengertian Warisan Khuntsa Musykil...13 B. Harta Warisan Khuntsa Musykil...24 C. Pendapat Ulama Tentang Waris Khuntsa Musykil BAB III : Pendapat Al-Imam Al-Mawardi Tentang Waris Khuntsa Musykil A. Biografi Al-Imam Al-Mawardi...32 B. Pendapat Al-Imam Al-Mawardi Tentang Waris Khuntsa Musykil..38 C. Istinbath Hukum Al-Imam Al-Mawardi Metode Istinbath Hukum Al-Imam Al-Mawardi..47 xi

12 2. Metode Istinbath Hukum Imam Al-Mawardi Tentang Waris Khuntsa Musykil...56 BAB IV : Analisis Pendapat Imam Al-Mawardi Tentang Waris Khuntsa Musykil A. Analisis Terhadap Pendapat Al-Imam Al-Mawardi Tentang Waris Khuntsa Musykil 61 B. Analisis Terhadap Metode Istinbath Hukum Al-Imam Al- Mawardi...75 BAB V : Penutup A. Kesimpulan 82 B. Saran-saran...84 C. Penutup...84 DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS xii

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mawaris secara etimologi adalah bentuk jama dari kata miras artinya warisan. 1 Hukum kewarisan, merupakan salah satu aspek yang di atur secara jelas dalam Al-Qur an dan Sunnah Rasul. Hal ini membuktikan bahwa masalah kewarisan cukup penting dalam agama Islam. Apalagi Islam pada awal pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan pada masyarakatnya. 2 Oleh karna banyaknya permasalahan yang mendasari dinamika dan problematika sosial dalam dkehidupan masyarakat terutama dalam pembagian harta waris, hukum kewarisan Islam memberi solusi penyelesaian pengatur tatanan hidup masyarakat guna hal pembagian waris. Dalam pembagian waris Islam terkait masalah genre (jenis kelamin), Islam sejak dahulu telah memiliki sikap tersendiri berkaitan dengan status jenis kelamin seseorang. Sederhananya, bila alat kelamin salah satu jenis itu lebih dominan, maka dia ditetapkan sebagai jenis kelamin tersebut, misalnya bila organ kelamin laki-lakinya lebih dominan baik dari segi bentuk, ukuran, fungsi dan sebagainya, maka berlaku padanya hukum-hukum syari at bagi laki-laki,, antara lain mengenai batas aurat, mahram, nikah, wali, warisan dan hukumhukum lain yang berkaitan dengan hukum syari at bagi laki-laki. Dan sebaliknya, bila organ kelamin wanita yang lebih dominan dan berfungsi, maka 2002, hal Ahmad Rofik, Fiqih Mawaris, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998, hal Abdul Ghofur Anshori, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, Yogyakarta: Ekonisia, 1

14 2 jelas dia adalah wanita dan pada dirinya berlaku hukum-hukum syari at sebagai wanita. 3 Namun ada juga yang dari segi dominasinya berimbang, dalam literatur fiqih disebut dengan istilah khuntsa musykil yakni orang yang mempunyai alat kelamin laki-laki dan perempuan atau tidak mempunyai kedua-duanya sama sekali. 4 Khuntsa musykil dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah hermafrodit (kelamin ganda). 5 Jelas orang tersebut dinamakan khuntsa musykil, karna sulit baginya untuk menentukan indentitasnya, dengan kedua alat kelamin yang sama-sama berfungsi. Salah satu permasalahan khuntsa musykil adalah dalam hal menentukan hak waris atau kewarisanya, dan juga menjadikan persoalan kepada penetapan status hak memperoleh bagian warisnya. Hukum waris di Indonesia telah di atur di dalam perundang-undangan yang telah ditetapkan, seperti dalam KUHPerdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) dan juga dalam dasar kewarisan hukum Islam atau dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam). Namun baik dalam KUHPerdata maupun KHI tidak diterangkan mengenai ketentuan hukum waris bagi khuntsa, hal inilah yang mendorong penulis untuk mempelajari dan mengkaji tentang penentuan hukum waris bagi khuntsa. Seperti halnya qonun al-mawarits (kitab undang-undang hukum warisan mesir) di dalam menetapkan harta pusaka kepada khuntsa musykil mengambil dari 3 Zunly Nadia, Antara Hermaproditif (Khuntsa) dan Transeksualitas (Mukhannats) 4 Fatchur Rahman, Ilmu Mawaris, Bandung: PT. Alma arif, hlm Burhani MS, Hasbi Lawrens, Kamus Ilmiah Populer, Jombang: Lintas Media, hlm. 183.

15 3 pendapat Abu Hanifah. Pendapat tersebut dicantumkan dalam K.U.H.W, pada pasal Dalam KHI tinjauan hukum waris yang digunakan adalah dasar-dasar dalam hukum Islam dan ijtihad para Fuqoha (ulama-ulama ahli fiqih) dalam ilmu Faroid (ilmu Kewarisan). Dalam salah satu riwayat di jelaskan. Artinya : Dari Abbas r.a, Rosulullah bersabda: Bagikanlah harta pusaka antara ahli waris menurut kitabullah (Al-Qur an), HR. Muslim. 7 Namun demikian masih ada masalah mengenai hukum waris yang tidak tercantum dalam Al-Qur an, sehingga menimbulkan beberapa pendapat, seperti pada permasalahan khuntsa musykil. Mengenai permasalahan kewarisan khuntsa musykil, para fuqoha sepakat bahwa penentuan waris bagi khuntsa musykil harus di tinjau secara biological (jasmaniah) bukan secara pesicological (kejiwaan). 8 Para ulama ahli faroid berbeda-beda pendapat mengenai cara-cara untuk memberikan bagian harta pusaka khuntsa musykil setelah di ketahui dua 6 Muslich Maruzi, Pokok-Pokok Ilmu Waris, Semarang: Mujahidin. 1993, hlm Imam Muslim, Sakhih Muslim, Bairut: Darul Kutub Alamiah, 1992, Juz, 3, hlm Muslich Maruzi, op. cit hlm. 85.

16 4 macam penerimaan berdasarkan perkiraan laki-laki dan perkiraan perempuan dan bagian para ahli waris lainnya. Ulama Syafi iyah berpendapat bahawa khuntsa musykil mendapat bagian atas perkiraan yang terkecil dan meyakinkan kepada si khuntsa musykil dan ahli waris lain, kemudian sisanya yang masih diragukan ditahan dulu sampai status hukum khuntsa menjadi jelas atau sampai ada perdamaian bersama antara ahli waris (menghibahkan sisa yang diragukan). 9 Menurut pendapat yang lebih unggul (madzhab Syafi iyah) khuntsa diperlakukan dengan perlakuan yang merugikan. Maka harus di perhatikan perolehan warisannya dengan perkiraan sebagai laki-laki atau sebagai perempuan. 10 Sedangkan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa, khuntsa musykil mendapat bagian yang terkecil lagi terjelek dari dua perkiraan bagian lelaki dan perempuan dan ahli waris lainnya mendapat bagian yang terbaik dari dua perkiraan tersebut di atas, dan tidak ada sisa untuk ditahan terlebih dahulu. 11 Sedangkan pada kalangan ulama Malikiyah berpendapat lain lagi, khuntsa musykil mendapat separoh dari dua perkiraan lelaki atau perempuan dan demikian juga ahli waris lainnya. 12 Konsep penentuan hak waris khuntsa musykil menurut pendapat Ulama Syafi iyah, seperti halnya Al-Imam Al-Mawardi, Al-Imam Al-Nawawi, Al- Imam As-Syarbaniy, dan ulama -ulama Syafiiyah lainnya, di kerjakan dua kali, yang pertama dianggap sebagai lelaki dan yang ke dua dianggap sebagai 9 Ali Ash-Shabuni, Al-Mawaris, Baerut: Alamul Kutub hlm Suhrawadi K. Lubis, S.H. dan Komis Simanjuntak, S.H., Hukum Waris Islam, Jakarta: Sinar Grafika. 1997, hlm Ash-Shabuni, Ibid., hlm Ash-Shabuni, Ibid,, hlm. 167.

17 5 perempuan. Kemudian si banci (khuntsa musykil) tersebut diberi bagian terkecil di antara dua bagian tadi, sisanya ditangguhkan menunggu sampai persoalannya jelas, atau sampai ada perdamaian antara para ahli waris, atau sampai pada si matinya banci dan hartanya di bagikan pada ahli waris yang ada. 13 Makna pemberian hak khuntsa musykil dengan bagian paling sedikit menurut kalangan fuqoha mawarits mu amalah bil adhar yaitu jika khuntsa dinilai sebagai wanita bagiannya lebih sedikit, maka hak waris yang diberikan kepadanya adalah hak waris wanita, dan bila dinilai sebagai laki-laki dan bagiannya ternyata lebih sedikit, maka divonis sebagai laki-laki. 14 Berpijak pada pentingnya masalah di atas, maka penulis hendak mengangkat tema ini dengan judul: Studi Analisis Pendapat Al-Imam Al- Mawardi Tentang Konsep Hukum Waris Khuntsa Musykil. B. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pernyataan-pernyataan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya. 15 Bertitik dari keterangan itu, maka yang menjadi pokok permasalahan. 1. Bagaimana pendapat Al-Imam Al-Mawardi tentang konsep hukum waris khuntsa musykil? 13 Suhrawadi K. Lubis, S.H. dan Komis Simanjuntak, Ibid., hlm Muhammad Ali ash-shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, Jakarta: A.M.Basamalah Gema Insani Press, 1995, hlm Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet 7, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993, hlm. 312.

18 6 2. Bagaimana metode istinbat hukum Al-Imam Al-Mawardi tentang konsep hukum waris khuntsa musykil? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pendapat Al-Imam Al-Mawardi tentang konsep hukum waris khuntsa musykil. 2. Untuk mengetahui metode istinbat hukum Al-Imam Al-Mawardi tentang konsep hukum waris khuntsa musykil. D. Telaah Pustaka Dari beberapa penulis atau peneliti terdahulu, baik dalam bentuk skripsi atau karya tulis ilmiah lain yang telah membahas seputar hukum waris yang penulis jumpai diantaranya: 1. Al-Imam Al-Baihaqi dalam kitabnya Al-Sunan Al-Kubro, yang menjelaskan bagimana tentang ketentuan hak waris bagi khuntsa musykil, dari sahabat Ali R.A, untuk menentukan hak waris bagi khuntsa musykil ialah dengan jalan melihat dari mana jalan air kencingnya Al-Imam Al-Nawawi dalam kitabnya Raudho At-tholibin, juga di tegaskan adanya penangguhan harta bagi khuntsa untuk menungguh kejelasan status jenis kelamin bagi khuntsa itu sendiri. 16 Imam Al-Baihaqi, Sunan Al-Akbar, Kairo: Darul Fikir, 1996 hlm. 261.

19 7 3. Al-Imam Al-Sairozy dalam kitabnya Al-Muhadzab, di jelaskan ketika khuntsa tersebut tak dapat di tentukan setatusnya (musykil), maka pembagian harta warisnya dengan di perkirakan laki-laki atau perempuan kemudian sisa dari pembagian harta tersebut di tangguhkan Ash-Sharbini dalam kitabnya Mughni Al-Muhtaj, ditegaskan juga mengenai pembagian waris bagi khuntsa musykil, memberikan atas bagian yang terkecil dari yang lain, kemudian sisanya ditangguhkan dulu sampai kedudukannya menjadi jelas. Tapi jika si khuntsa menerima bagian yang sama banyak antara dua perkiraan laki-laki dan perempuan, tidak menimbulkan kesulitan, masing-masing menerima menurut ketentuan mereka dan tidak ada sisa yang diragukan Muhamad Ali Ash-Shabuni, dalam kitabnya Al Mawaris fi Syariat Al- Islamiyah Ala Dzawil Kitab Wa Sunnah di tegaskan bahwa, untuk banci (khuntsa musykil) menurut pendapat yang paling rajih hak waris yang diberikan kepadanya hendaklah yang paling sedikit di antara dua keadaannya bila ia sebagai laki-laki dan sebagai wanita. Kemudian untuk sementara sisa harta waris yang menjadi haknya dibekukan sampai statusnya menjadi jelas, atau sampai ada kesepakatan tertentu di antara ahli waris, atau sampai banci itu meninggal hingga bagiannya berpindah kepada ahli warisnya. 6. Akhmad Khaerudin ( ), dalam skripsinya yang berjudul Analisis III, hlm. 29. Terhadap Pendapat Imam Syafi i Tetang Warisan Orang Yang Hilang 17 Abu Ishak Al-Fairazy, Al-Muhadzab, Bairut: Darul Kitab Ilmiyah 674 H Juz 2. hlm Syamsudin Ash-Sarbini, Al-Mughnil Mughtaj, Bairut: Darul Kutub Al-Ilmiah, 1991, juz

20 8 (Mafqud). Yang menjelaskan tentang kententuan waris bagi mafqud (orang yang hilang), sesuai dengan pendapat Imam Syafi i. 7. Agus Wildan ( ) dalam skripsinya yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Sistem Pembagian Harta Waris Satu Banding Satu Di Kecamatan Bumi Jawa Kabupaten Tegal. Yang menjelaskan tentang konsep pembagian waris masyarakat Bumi Jawa, dalam konsep pembagian waris satu banding satu, yang dilihat dari sudut pandang hukum kewarisan Islam. 8. Nuruddin ( ) dalam skripsinya yang berjudul Studi Analisis Pendapat Asuyuthi Tentang Cara Menentukan Jenis Kelamin Khuntsa. Yang menjelaskan tentang cara penentuan atau menentukan jenis kelamin khuntsa, melalui jalan keluarnya air kencing dan ketentuan-ketentuan lainnya. Berdasarkan skripsi-skripsi di atas, mengenai definisi secara umum kewarisan dalam presepektif hukum Islam terdapat beberapa kesamaan dan salah satu dari skripsi di atas, juga menunjukkan persamaan pendapat tentang penentuan jenis kelamin khuntsa. Namun dalam skripsi ini penulis lebih mensefesivikasikan konsep hukum kewarisan bagi khunsa musykil, dan menfokuskan kajiannya pada salah satu dari pendapat ulama Syafi iyah yakni, Imam Al-Mawardi tentang konsep hukum waris khunsa musykil, sesuai dengan judul skripsi penulis, Studi Analisis Pendapat Al-Imam Al-Mawardi Tentang Konsep Hukum Waris Khuntsa musykil.

21 9 E. Metodologi Penelitian Metode penelitian skripsi ini dapat di jelaskan sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Untuk mendapatkan data sebaik-baiknya, kemudian ditempuhlah teknik-teknik tertentu diantaranya yang paling utama adalah research yakni mengumpulkan bahan dengan membaca kitab-kitab, buku-buku dan bentuk-bentuk bahan lain yang lazim di sebut dengan penelitian melalui perpustakaan (library research) adalah salah satu penelitian melalui perpustakaan Sumber Data Terdapat dua sumber data pada penelitian ini yaitu primer dan sekunder. a. Primer Sumber data primer adalah bahan orisinil yang menjadi dasar bagi peneliti lain, dan merupakan penyajian formal pertama dari hasil penelitian. Sumber primer yang digunakan adalah kitab-kitab karya ulama Syafi iyah sebagai data pokok, seperti dalam kitab Al-Hawi Al- Kabir, karya Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi (Al-Imam Al-Mawardi). b. Sekunder Sumber data skunder, adalah sumber yang mempermudah proses penilaian literatur primer, yang mengemas ulang, menata kembali, 19 Sutresno Hadi, Metodologi Penelitian Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1990, hal. 9.

22 10 menginterprestasi ulang, merangkum, mengindeks atau dengan cara lain menambah nilai pada informasi baru yang dilaporkan dalam literature primer. 20 Sedang sumber data sekunder yang dugunakaan adalah kitab Raudho At-tholibin karya Al-Imam Al-Nawawi, Al- Muhadzab karya Abu Ishak Ibrahim Al-Sairazy, Mughni Al- Mughtaj karya Ash-Sharbini, kitab Al-Mawaris fi Syariat Al- Islamiyah Ala Dzawil kitab Wa Sunnah karya Ash-Shabuni, dan kitab ulama Syafi iyah lainnya, buku-buku penunjang data pokok. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam metode ini penulis mengadakan riset kepustakaan (library research) yaitu metode yang di lakukan dengan menghimpun data-data dari berbagai literatur. 21 Yang berupa sumber data primer dan sumber data sekunder, sumber data primer yakni data yang menjadi rujukan utama dalam pembahasan masalah waris bagi khuntsa musykil yang berupa kitab karya ulama Syafi iyah yang mengkaji tentang waris khuntsa musykil sumber primer tersebut adalah kitab Al-Hawi Al-Kabir karya Abu Khasan Ibrahim Al-Mawardi. Sumber data sekunder yakni data yang menjadi penunjang data utama, seperti kitab-kitab ulama Syafi iyah lainnya kitab Raudho At-tholibin karya Al-Imam Al-Nawawi, Al- Muhadzab karya Abu Ishak Ibrahim Al-Sairazy, Mughni Al-Mughtaj 20 Lexi J. Moleong, Metode Penelitiani Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007, hlm Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Paktek, Cet.12,PT. Rineca Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 206.

23 11 karya Ash-Sharbini, kitab Al-Mawaris fi Syariat Al-Islamiyah Ala Dzawil kitab Wa Sunnah karya Ash-Shabuni, dan yang berupa buku-buku sebagai penunjang dalam analisis masalah tersebut seperti buku ilmu waris, karya Fatchur Rahman, dan lain sebagainya. 4. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, penelitian menggunakan analisis deskriptif yaitu metode yang menjelaskan suatu obyek permasalahan sistematis dan memberikan analisis secara cermat dan tepat terhadap objek kalian tersebut. 22 Setelah mengetahui pendapat Imam Al-Mawardi dari kitab Al- Hawi Al-Kabir, maka penulis juga mengambil pendapat ulama Syafi iyah lainnya, selanjutnya melakukan analisis kritis. F. Sistematika Penulisaan Dalam sistematika penulisan ini, agar dapat mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan, maka skripsi ini di sedemikian rupa secara sistematis yang terdiri dari lima bab yang maarsing-masing menampakkan karakteristik berbeda namun dalam satu kesatuan tak terpisah, sebagai berikut: Bab I : Berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum secara ijmali namun holistic dengan memuat: latar belakang masalah, pokok masalah, tinjauan penelitian, kegunaan hlm Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009,

24 12 penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan. Bab II : Berisi tinjauan umum tentang waris khuntsa musykil yang meliputi pengertian waris, pengertian khuntsa musykil, konsep pembagian waris, pendapat ulama tentang waris khuntsa musykil. Bab III : Berisi pendapat Al-Imam Al-Mawardi tentang khuntsa musykil dalam pandangan hukum islam yang meliputi biografi ulama Syafi iyah, Al-Imam Al-Mawardi, Pendidikan dan karya-karyanya, pendapat Al-Imam Al- Mawardi tentang khuntsa musykil (waris khuntsa musykil, konsep waris khuntsa musykil), metode istinbat hukum Al- Imam Al-Mawardi tentang kewarisan khuntsa musykil. Bab IV : Berisi analisis pendapat Al-Imam Al-Mawardi tentang kewarisan khuntsa musykil, metode istimbat hukum Al-Imam Al-Mawardi tentang kewarisan khuntsa musykil. Bab V : Berisi, meliputi kesimpulan, saran-saran, dan penutup.

25 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN KHUNTSA MUSYKIL A. Pengertian Warisan Khuntsa Musykil 1. Pengertian Warisan Warisan adalah harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia yang menjadi hak ahli waris. 1 Sedang pengertian pewaris adalah orang yang meninggal dunia dengan meninggalkan harta kekayaan yang sebagiannya akan diwariskan, kepada ahli waris. Begitupula ahli waris adalah orang-orang yang akan menerima harta warisan yang ditinggalkan oleh pewaris. 2 Undang-undang perdata barat (BW), dalam penempatannya pasal 528 dan 584 KUHPerdata Bab XII sampai dengan, Bab XVII KUHPerdata. 3 Pada prinsipnya pewarisan terjadi karena adanya hubungan pewaris dengan sejumlah harta, hak-hak dan kewajiban di bidang harta kekayaan beralih demi hukum. Sedangkan hukum yang berkaitan dengan masalah kewarisan dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam) diatur dalam buku ke II, bab I ketentuan umum pasal 171, dalam ketentuan umum hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta. 1 Fatchur Rahman, Ilmu Mawaris, Bandung: Al-Ma arif, 1981, hlm Idris Ramulyo, Hukum Kewarisan Islam (Study Kasus Perbandingan Ajaran Syafi i (Patrilinial) Hazairin (Bilateral) dan Praktek di Peradilan Agama, Jakarta: Ind-Hillco, hlm R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, KUHPerdata Bab XII s.d KUHPerdata Bab XVII pasal 582 dan pasal 584, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, hlm

26 14 (tirkah) pewaris menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan beberapa bagiannya masing-masing. 4 Sumber hukum kewarisan Islam adalah Al-Qur an, Sunnah Rosul, dan Ijtihad, bagaimana penggunaan tiga sumber ini di dasarkan pada salah satu ayat yang menyinggung tentang hal ini, dalam Al-Qur an surat An Nisaa ayat 59: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. 5 Ayat ini memberi pengertian bahwa orang mukmin diharuskan mengikuti atau taat kepada Allah, Rosul dan ulil amri. Hal ini dapat diberi pengertian, bahwa seorang mukmin dalam memecahkan bebrbagai aspek harus senantiasa mengikuti dan mendasarkan pendapatnya pada ketiga sumber tersebut. Karena itu pengertian taat kepada Allah di namakan 4 Abdul Ghofur Anshori, op. cit., hlm Departemen Agama RI, Al Quran dan Tafsirnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al Quran, 1995/1996, hlm. 195.

27 15 sumber Al-Qur an, sedangkan taat kepada Rosul dinamakan dengan sumber sunnah, dan ulil amri di namakan sebagai sumber ijtihad para mujtahid. 6 Dalam hukum waris Islam juga terdapat beberapa ketentuan-ketentuan kewarisan, yang harus di perhatikan dengan baik: a. Rukun Waris 1) Mawarist, orang yang hartanya di pindahkan (ke orang lain). Ia adalah si mayit (orang yang meninggalkan harta warisan) 2) Waarist, orang yang di pindahkan harta tersebut kepadanya (orang yang berhak menerima warisan) 3) Mauruust, harta yang di pindahkan (harta warisan) 7 b. Syarat-syarat Waris 1) Orang-orang yang mewariskan hartanya telah meninggal, baik secara hakiki maupun secara hukum. Artinya : Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalalah (seseorang yang mati yang tidak meninggalkan ayah dan anak). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan hlm Munawar Chalil, Ulil Amri, Semarang: Ramadhani, 1984, hlm Abu Ihsan Al-Atsari, Panduan Praktis Hukum Waris, Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2009,

28 16 ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu (QS. an-nisa :153). 8 2) Ahli waris masih hidup ketika orang yang mewariskan hartanya meninggal walaupun hanya sekejap, baik secara hakiki maupun secara hukum. 3) Harta warisan si mati telah di kurangi biaya perawatan jenazah, pelunasan utang, dan pelaksanaan wasiat. c. Sebab Menerima Waris Pada dasarnya sebab-sebab seseorang mewarisi ada empat macam, tetapi dalam kasus tertentu dan waktu serta geografis tertentu, bisa dicukupkan pada dua macam saja. 1) Hubungan Kekerabatan Kekerabatan adalah hubungan nasab antara pewaris dengan ahli waris yang disebabkan faktor kelahiran, seorang anak pada intinya memiliki hubungan kekrabatan dengan bapak, dan ibu yang melahirkannya. 9 8 R.H.A. Soenarjo, Al-Qur an dan Terjemahnya,Jakarta: Penterjemah/Pentafsir Al-Qur an, 1971, hlm Fatchur Rahman, op. cit., hlm.116.

29 17 2) Hubungan Pernikahan Nikah yaitu akad yang dilakukan suami istri secara sah. Dengan sebab akad tersebut suami mewarisi harta si istri dan si istri mewarisi harta si suami walaupun belum pernah melakukan hubungan badan dan berkhalwat. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat An Nisaa ayat 12: Artinya : Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Keterangan diatas pada intinya antara saumi dan istri bisa saling mawirisi satu samalainnya, dengan ketentuan- ketentuan yang telah 10 R.H.A. Soenarjo, op.cit., hlm. 117.

30 18 ada. Bagi mana dinyatakan pada ayat diatas, suami mendapat seperdua dari harta yang ditinggalkan istri jika mereka tidak mempunyai anak, jika memiliki anak maka suami mendapat bagian seperempat dari peninggalan istri. Begitu pula istri mendapat seperempat harta dari peninggalan suami jika tidak mempunyai anak maka, jika memiliki anak maka istri mendapat seperdelapan dari harta peninggalan suami. 3) Hubungan Wala Wala artinya memerdekakan. Yakni bagian ashabah orang yang memerdekakan si mayit dan keluarga orang yang memerdekakan, mendapatkan ashabah bi nafsihi.baik ia memerdekakan karena santunan ataupun di sebabkan kewajiban, seperti zakat, nadzar atau kafarat. 11 4) Berlainan Agama. Berlainan agama yang menjadi penghalang mewarisi adalah apabila antara ahli waris dan al-muwarist, salah satunya beragama Islam, yang lain bukan Islam. 12 Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk (menguasai orang-orang yang beriman), ) QS. al-nisa : 141) Abu Ihsan Al-Atsari, op. cit., hlm Ahmad Rofiq, op. cit., hlm R.H.A. Soenarjo, op. cit., hlm. 234.

31 19 d. Penghalang-Penghalang Waris. 1) Hamba. Seorang hamba tidak mendapatkan pusaka dari sekalian keluarganya yang meninggal selama ia masih bersifat hamba, Allah berfirman dalam surat An Nahl ayat 75: Artinya : Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu Dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, Adakah mereka itu sama? segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui. 14 Maksud dari perumpamaan ini ialah untuk membantah orang-orang musyrikin yang menyamakan Tuhan yang memberi rezki dengan berhala-berhala yang tidak berdaya. 2) Pembunuh, dalam kaitannya dengan hak waris mewarisi, maka orang yang membunuh pewaris ia tidak mendapat hak mewarisi dari pewaris tersebut. 3) Murtad, seorang yang keluar dari agama Islam tidak mewarisi dari keluarganya, yang masih tetap memeluk agama Islam, begitu juga sebaliknya orang murtad tidak dapat mewariskan hartanya kepada keluarganya yang masih memeluk agama Islam Mohamad Noer, Al-Qur an dan Terjemahnya, Semarang: CV. Toha Putra,1996, hlm.

32 20 4) Orang yang tidak memeluk agama Islam (kafir) tidak berhak menerima warisan, dari keluarganya yang beragama Islam. tidak saling mewarisi antara orang-orang yang berbeda agama. 15 e. Urutan Ashabah Ashabah adalah: ahli waris yang hannya mendapat sisa warisan setelah dibagikan kepada ahli waris yang mendapat bagian tertentu. 16 Menurut istilah ahli fiqh ashabah artinya: waris yang menerima semua harta warisan apabila ia sendirian, dan memnerima kelebihan yang dibagi apabila ia tidak sendirian. 17 Waris yang menjadi ashabah ialah: 1) Anak Firman Allah:... Artinya: Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. (QS. An-Nisa : 11) 18 2) Ayah. Firman Allah: Abu Ihsan Al-Atsari, op. cit., hlm Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, hlm Abdul Fatah Idris, Abu Ahmadi, Fiqih Islam Lengkap, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, hlm. 18 H.A.A. Dahlan, M. Zaka Alfarisi, Asbab An-Nuzul, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2002, hlm. 128.

33 21 Artinya: Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak ½. 19 3) Anak laki-laki 4) Cucu laki-laki dari anak laki-laki. 5) Kakek. 6) Saudara laki-laki sekandung. 7) Kemudian saudara laki-laki seayah. 8) Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki sekandung. 9) Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki seayah. 10) Paman. 11) Anak laki-laki dari paman. Kalau semuanya tidak ada maka terakhir ialah orangb yang memerdekakan Pengertian Khuntsa Musykil Lafadz khuntsa berasal dari lafadz al-khantsu, menurut bahasa artinya lemah atau pecah 21. Khuntsa menurut Istilah, hampir semua ulama sama pendapatnya dalam mendefinisikan khuntsa. Menurut Ash Shobuni dan menurut Dr. Yasin Ahmad Ibrahim Daradikah, Khuntsa ialah : Orang yang baginya alat kelamin lelaki (dzakar/penis) dan alat kelamin wanita (farji/vagina) atau tidak ada sama sekali (sesuatupun) dari keduanya. Menurut penulis kitab Syarah Ar Rahbiyah yaitu Syaikh Muhammad bin 19 H.A.A. Dahlan, M. Zaka Alfarisi, loc. cit., hlm Abdul Fatah Idris, Abu Ahmadi, loc. cit., hlm Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997, hlm. 65.

34 22 Muhammad Dimasqi, kiranya sulit atau tidak mungkin bila tidak ada sama sekali alat dari keduanya, sehingga diartikan baginya lubang yang berfungsi untuk kencing atau lainnya. 22 Kedua alat kelamin mempunyai urgensi yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya untuk menentukan seseorang kepada jenis laki-laki atau perempuan. Tidak ada kelamin yang lain yang dapat di gunakan untuk menentukan suatu makhluk kepada jenis ketiga. Tuhan telah menciptakan Nabi Adam a.s. dan Hawa sebagai cikal bakal manusia seluruhnya. Adapun yang dimaksud Allah SWT telah menciptakan Nabi Adam As dan Hawa sebagai cikal bakal manusia. Dari keduanya berkembang biak manusia lelaki dan perempuan dan semakin cepat berkembang manusia tersebut lantaran terjadi hubungan kelamin antara lelaki dan perempuan sebagai suami isteri, sebagaimana dijelaskan Allah dalam berbagai ayat Al Qur an seperti ayat 1 surah An Nisaa, ayat 13 surah Al Hujurat, ayat surah As Syura, ayat 45 surah An Najm dan lain sebagainya. Menurut ayatayat diatas dan ayat-ayat lainnya, Allah yang telah menciptakan manusia lelaki dan perempuan berikut kelengkapan dan tanda-tandanya sebagai lelaki atau perempuan. 23 Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Surat An Nisaa ayat 1: 22 Ash Shobuny, Muhammad Aly, Al Mawarist fis Syariatil Islamiyah Ala Dlauil Kitab Was Sunnah, Syirkah Iqolatuddin, Makkah Al Mukarromah, 1388 H. hlm Asy Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad, Nailul Authar, Mesir: Matbaah Al Halaly, 1952/1371. hlm. 189.

35 23 Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. 24 Begitu juga pendapat Al-Imam Al- Nawawi dalam Al Majmu Syarah Al-Muhadzab yang menjelaskan bahwa khuntsa itu ada 2 (dua) macam, yaitu orang yang mempunya dua alat kelamin (kelamin lelaki dan kelamin perempuan) dan orang yang tidak mempunyai alat seperti diatas tetapi ada lubang (serupa vagina/farji) yang dari lubang itulah keluar sesuatu yang keluar seperti air kencing, sperma, darah haid dan lain sebagainya. Secara medis jenis kelamin seorang khuntsa dapat dibuktikan bahwa pada bagian luar tidak sama dengan bagian dalam, misalnya jenis kelamin bagian dalam adalah perempuan dan ada rahim, tetapi pada bagian luar berkelamin lelaki dan memiliki penis atau memiliki keduanya (penis dan vagina), ada juga yang memiliki kelamin bagian dalam lelaki, namun dibagian luar memiliki vagina atau keduanya. Bahkan ada yang tidak 24 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 110.

36 24 memiliki alat kelamin sama sekali, artinya seseorang itu tampak seperti perempuan tetapi tidak mempunyai lobang vagina dan hanya lubang kencing atau tampak seperti lelaki tapi tidak memiliki penis. 25 Seorang anak khuntsa yang dapat di tentukan statusnya dengan tidak menimbulkan kesulitan, disebut dengan khuntsa ghoirul musykil, adapun jika ia membuang air kecil melewati kedua alat kelamin yang bersamasama disebut khunsa musykil, termasuk juga dalam ketentuan ini seorang khuntsa yang tidak mempunyai alat kelamin sama sekali, sehingga untuk kepentingan membuang keperluan air kecil maupun air besar dibuat lubang tiruan. Oleh karenanya segala sesuatu yang berlaku bagi khuntsa musykil berlaku juga untuknya. 26 B. Harta Warisan Khuntsa Musykil Setiap ahli waris berhak menerima bagian warisnya, setelah apa yang mereka harus penuhi telah terlaksana. Yaitu memenuhi hak-hak seperti halnya, biaya-biaya perawatan jenazah, pelunasan utang-utang dan penunaian wasiat simayit. 27 Selain itu haruslah tidak ada penyebab yang dapat menghalangi untuknya mendapat warisan atau penghalang kewarisan. Jenis hukum yang tidak di bedakan antara laki-laki dan peremppuan sehingga tak perlu adanya Imam An Nawawi, Al Majmu Syarah Al Muhadzab, Bairut: Darul Fakir juz,iii, hlm. 26 Asy-Syarbiny,Mughni Al-Muhtaj,,Bairut: Darul Kitab A-Alamiyah juz: II hlm Ali Hasan, Hukum Kewarisan dalam Islam, jakarta: Bulan Bintang,1981, hlm. 20.

37 25 pengkhususan masalah khuntsa musykil, seperti masalah zakat harta, zakat fitrah dan sejenisnya. Ulama farodliyun (ahli faraid) setelah mengadakan penelitian tentang khuntsa, menyimpulkan bahwa khuntsa musykil selamanya tidak mungkin atau bukan terdiri dari ayah, ibu, kakek, nenek, suami atau istri, sebab menurut hukumnya khuntsa musykil tidak melakukan nikah, sehingga khuntsa musykil itu mesti terdiri dari anak, cucu, saudara, anak saudara, paman atau anak paman. Oleh sebab itu bila khuntsa menikah dan mempunyai keturunan maka anaknya akan mengikuti garis keturunan bapaknya walaupun bapaknya bertingkah laku seperti perempuan. Demikian juga ibunya kendati bertingkah laku sama seperti lelalki. Jika kelak anaknya perempuan akan menikah maka bapaknya yang menjadi wali, meskipun ia bertingkah seperti perempuan bukan ibunya meskipun ia bertingkah seperti lelaki. Di dalam Al-Qur an Allah Ta ala, telah banyak menjelaskan ayat-ayat tentang waris bagi laki-laki dan perempuan sejelas-jelasnya, tetapi tidak menjelaskan waris bagi khuntsa.untuk menghindari terjadinya ke vakuman hukum, para ahli faro id berijtihad, ijtihad mereka itu bertitik tolak dengan ketentuan yang telah ada. Ijtihad yang dilakukan adalah dengan jalan mengidentikan dengan laki-laki atau perempuan. Dalam mengidentikan dengan laki-laki atau perempuan ada dua cara yang di gunakan. 1. Meneliti alat kelamin yang dilalui air kencing.

38 26 Jika seorang anak membuang air kecil melalui dzakar atau farjinya, tapi air yang lewat dzakar lebih dahulu keluarnya dari pada yang lewat farji maka ia dianggap sebagai orang laki-laki, sebaliknya jika ia terlebih dahulu kencing melalui farji maka ia dianggap sebagai orang perempuan. 28 Artinya :"Berikanlah warisan menurut kelamin mana ia pertama kali buang air kecil. (HR. Ibnu Abbas) 30 Dikisahkan bahwa Amir Al-Adawany dikenal sebagai seorang yang bijak pada masa jahiliah. Suatu ketika ia dikunjungi kaumnya yang mengadukan suatu peristiwa, bahwa ada seorang wanita melahirkan anak dengan dua jenis kelamin. Amir kemudian menvonisnya sebagai laki-laki dan perempuan. Mendengar jawaban yang kurang memuaskan itu orangorang Arab meninggalkannya, dan tidak menerima vonis tersebut. Amir pun menjadi gelisah dan tidak tidur sepanjang malam karena memikirkannya. Melihat sang majikan gelisah, budak wanita yang dimiliki Amir dan dikenal sangat cerdik menanyakan sebab-sebab yang menggelisahkan majikannya. Akhirnya Amir memberitahukan persoalan tersebut kepada budaknya, dan budak wanita itu berkata: Cabutlah keputusan tadi, dan vonislah dengan cara melihat dari mana keluar air seninya. Amir merasa puas dengan gagasan tersebut Fatchur Rahman, op. cit, hlm Imam Al-Baehaki, Al-Sunan Al-Kubro, Dar Al-Fikr, tth., hlm Fatchur Rahman, op. cit, hlm. 484.

39 27 Maka dengan segera ia menemui kaumnya untuk mengganti vonis yang telah dijatuhkannya. Ia berkata: Wahai kaumku, lihatlah jalan keluarnya air seni. Bila keluar dari penis, maka ia sebagai laki-laki; tetapi bila keluar dari vagina, ia dinyatakan sebagai perempuan. Ternyata vonis ini diterima secara aklamasi Meneliti tanda-tanda kedewasaannya. Jika penelitian alat kelamin yang dipergunakan membuang air kecil tidak berhasil, maka dapat ditempuh jalan lain yaitu meneliti kedewasaan bagi si khuntsa, sebagaimana diketahui adannya ciri kesamaan laki-laki dan perempuan juga ada ciri perbedaannya. Bila seseorang mengeluarkan darah haidl (menstruasi berarti status hukumnya perempuan, sebab lelaki menurut kodratnya tidak haidl. Namun bila ia haidl tapi air kencingnya atau keluarnya sperma dari alat kelamin lelaki maka namanya khuntsa musykil. Bila sampai umur dewasa ia tidak haidl atau pernah haidl (sekali dua kali) tapi kemudian berhenti total (bukan karena sebab) dalam usia subur normal maka status hukumnya lelaki, sebab menurut kudratnya wanita itu mengalami haidl teratur pada waktunya sampai umur monopose, kehamilan dan melahirkan. 33 Bila seorang khuntsa talah jelas status hukumnya berarti ia hukumnya lelaki atau perempuan, maka berlakulah hukum lelaki atau tth. hlm As-Sayyid as-syarif, Loc, Cit. 33 Asy Syaafi I, Muhammad bin Idris, Al Um, Beirut: Darul Marifah Kitabiyah wan Nasyr

40 28 perempuan baginya dalam segala hal, seperti auratnya, shalatnya, perkawinannya, kewarisannya, pergaulannya dan sebagainya. 34 Namun hal tersebut terkadang bisa menjadi jelas bila ia dewasa dengan melihat fungsi alat kelamin mana yang lebih berperan tapi banyak juga yang sampai dewasa tetap musykil. 35 Jika seorang khuntsa susah ditentukan jenisnya, baik dengan dua ketentuan atau cara di atas, begitu ditegaskan benar-benar kemusykilannya. Kesulitan menentukan jenis kelaminnya membawa kesulitan dalam menetapkan pembagian warisnya. Para faradhiyun setelah mengadakan penyelidikan, menetapkan para ahli waris khuntsa musykil yang menimbulkan kemusykilannya dalam penyelesaian waris itu ada tujuh orang dan tercakup dalam empat jihat. a) Jihat Bunuwah (garis anak) Terdiri dari dua orang yaitu anak dan cucu. b) Jihat Ukhuwah (garis saudara) Terdiri dari saudara dan anak saudara. c) Jihat Umumah (garis paman) Terdiri dari paman dan anak paman (keponakan) d) Jihat Wala (perwalian budak) Yakni hanya satu orang maulal-mu tiq (tuan yang telah membebaskan budaknya) Yasin Ahmad Ibrahim Daradikah, Al Mirats fis Syariatil Islamiyah, Muassassatul Risalah, Beirut, 1986/1407 H hlm Ibid., hlm Fatchur Rahman, op. cit, hlm. 484

41 29 C. Pendapat Ulama Tentang Waris Khuntsa Musykil Para ulama telah sepakat mengenai ketentuan kadar perhitungan waris bagi khuntsa musykil dengan mengidentifikasi perkiraan sebagi laki-laki dan sebagai perempuan. Tapi kemudian mereka berselisih pendapat dalam menerimakan bagian khuntsa musykil setelah di ketahui dua pekiraan. Menurut para ulama bahwa dari hasil dua perkiraan tidak terlepas dari lima keadaan keadan, sebagai berikut: 1. Baik dikira-kira laki-laki maupun perempuan, khuntsa menerima bagian yang sama besarnya. 2. Perkiraan laki-laki lebih banyak penerimannya dari pada perempuan. 3. Penerimaan atas perkiraan perempuan dari pada perkiraan penerimaan laki-laki. 37 Dari perkiraan penerimaan bagian laki-laki dan perkiraan bagian perempuan waris khuntsa musykil, para ulama berbeda pendapat tentang caracara tau konsep pemberian waris terhadap khuntsa musykil. Ada tiga pendapat yang masyhur di kalangan ulama mengenai pemberian hak waris kepada khuntsa musykil ini: 1) Madzhab Hanafi berpendapat bahwa hak waris khuntsa adalah yang paling (lebih) sedikit bagiannya di antara keadaannya sebagai laki-laki atau wanita. Namun halnya Imam Hanfi menentukan, untuk menunggu terlebih dahulu kejelasan si khuntsa tersebut, tapi jika masa tunggu telah berakhir 37 Ibid., hlm. 173.

42 30 namun khuntsa pun tetap belum jelas (khuntsa musykil) maka perhitungannya seperti penjelasan di atas. 38 2) Madzhab Malikiyah, Hanabilah, Syiah Zaidiyah dan Syi ah Imamiyah, dalam satu pendapatnya, pemberian hak waris kepada para khuntsa musykil hendaklah tengah-tengah (separoh) di antara kedua bagiannya. 39 Maksudnya, mula-mula permasalahannya dibuat dalam dua keadaan, kemudian disatukan dan dibagi menjadi dua, maka hasilnya menjadi hak/bagian khuntsa. Syaikh Ibnu Jibrin, dalam fatawa Islamiyah, khuntsa atau orang yang belum jelas statusnya, apakah ia seorang laki-laki ataukah seorang perempuan. Jika ditinggal mati ketika masih kecil dan setelah besar pun masih belum jelas statusnya, maka diberikan kepadanya setengah bagian laki-laki dan setengah bagian perempuan. Jika tidak demikian, maka bisa diberikan berdasarkan status yang diyakini atau ditangguhkan pemberiannya sampai dia baligh sehingga statusnya jelas. 40 3) Madzhab Syafi i berpendapat, bagian setiap ahli waris dan khuntsa musykil diberikan dalam jumlah yang paling sedikit. Karena pembagian seperti ini lebih meyakinkan bagi tiap-tiap ahli waris. Sedangkan sisanya (dari harta waris yang ada) untuk sementara tidak dibagikan kepada masing-masing ahli waris hingga telah nyata keadaan yang semestinya. Inilah pendapat 38 Muhammad Yusuf Musa, At-Tirkah Wal Mirats Fil-Islam,Kairo: Darul Ma rifah, hlm. 352, tth. 39 Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, Jakarta: Raja Grafindo, 1998, hlm Ibnu Jibrin, Fatwa Islamiyah, Gersik: Ma had Al-Furqon, 2008, Juz, 3, hlm. 54.

43 31 yang dianggap paling rajih (kuat) di kalangan ulama Syafi iyah. 41 di perkuat dengan pendapat rajih ulama Syafi iyah, Diantaranya itu Al-Imam Al-Mawardi. Argument pendapat yang muncul dan berbeda-beda antra ulama - ulama ahli faro id, menyuguhkan bermacam-macam konsep pembagin waris bagi khuntsa musykil, guna menghindari kevakuman hukum, dan berijtihad mencari penyelesaian masalah, suatu hal yang harus kita perhatiakan, baik kita kaji lebih dalam. 41 Muhammad Ali ash-shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, Jakarta: A.M.Basamalah Gema Insani Press, 1995, hlm. 59.

44 BAB III PENDAPAT AL-IMAM AL-IMAM AL-MAWARDI TENTANG WARIS KHUNTSA MUSYKIL A. Biografi Al-Imam Al-Mawardi 1. Al-Imam Al-Mawardi Nama lengkap Al-Imam Al-Mawardi adalah Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-mawardi. Ia lahir di Basra 364 H/975 M, dan wafat di Bagdad 450 H/1058 M. Dia seorang pemikir Islam yang terkenal, tokoh terkemuka mazhab Syafi i, dan pejabat tinggi yang besar pengaruhnya dalam pemerintahan Abbasiyah. Al-Imam Al-Mawardi merupakan salah satu tokoh pemikir Islam yang terkenal, Ia juga merupakan tokoh terkemuka mazhab Syafi i. ia menjadi hakim Agung (Qâdi al-qudât) dalam pemerintahan Abbasiyah disaat al-qadir berkuasa. Sungguhpun demikian, ia termasuk penulis produktif, cukup banyak bukunya dalam berbagai bidang ilmu, mulai dari ilmu bahasa, sastra, tafsir sampai dengan ketatanegaraan. 1 Al-Imam Al-Mawardi mempunyai reputasi tinggi di kalangan orangorang lama dalam barisan juru ulas Al-Quran. Ulasannya yang berjudul Nukat-wa luyun mendapat tempat tersendiri diantara ulasan-ulasan klasik dari Al Qusyairi, Al-Razi, Al-Isfahani, dan Al-Kirmani. Tuduhan bahwa 1 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara : Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, UI-Press, Jakarta, 1990, hlm

STUDI ANALISIS TERHADAP PENDAPAT AL- IMAM AL-MAWARDI TENTANG WARIS KHUNTSA MUSYKIL

STUDI ANALISIS TERHADAP PENDAPAT AL- IMAM AL-MAWARDI TENTANG WARIS KHUNTSA MUSYKIL STUDI ANALISIS TERHADAP PENDAPAT AL- IMAM AL-MAWARDI TENTANG WARIS KHUNTSA MUSYKIL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mawaris secara etimologi adalah bentuk jama dari kata miras artinya

BAB I PENDAHULUAN. Mawaris secara etimologi adalah bentuk jama dari kata miras artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mawaris secara etimologi adalah bentuk jama dari kata miras artinya warisan. 1 Hukum kewarisan, merupakan salah satu aspek yang di atur secara jelas dalam Al-Qur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN KHUNTSA MUSYKIL. dunia yang menjadi hak ahli waris. 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN KHUNTSA MUSYKIL. dunia yang menjadi hak ahli waris. 1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN KHUNTSA MUSYKIL A. Pengertian Warisan Khuntsa Musykil 1. Pengertian Warisan Warisan adalah harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia yang menjadi hak

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abbas, Sirajuddin, Sejarah Dan Keagungan Madzhab Syafi i, Jakarta: CV. Pustaka Tarbiyah, 2003.

DAFTAR PUSTAKA. Abbas, Sirajuddin, Sejarah Dan Keagungan Madzhab Syafi i, Jakarta: CV. Pustaka Tarbiyah, 2003. DAFTAR PUSTAKA Abbas, Sirajuddin, Sejarah Dan Keagungan Madzhab Syafi i, Jakarta: CV. Pustaka Tarbiyah, 2003. Abu Achmadi, dan Cholid Narbuko, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Agus Listianto,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL Penulis telah memaparkan pada bab sebelumnya tentang pusaka (waris), baik mengenai rukun, syarat, penghalang dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu-Ilmu Syari ah

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu-Ilmu Syari ah STUDI ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu-Ilmu

Lebih terperinci

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Program Strata

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris 1 A. Pembagian Warisan Dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010) TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Islam merupakan hukum Allah. Dan sebagai hukum Allah, ia menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari keimanannya kepada Allah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama 58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan

Lebih terperinci

BATAS USIA BALIGH SYARAT SAKSI NIKAH

BATAS USIA BALIGH SYARAT SAKSI NIKAH BATAS USIA BALIGH SYARAT SAKSI NIKAH (Analisis Hukum Islam Terhadap Batas Usia Baligh Syarat Saksi Nikah Dalam Pasal 19 Ayat 2 Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

ZAKIYAH SALSABILA

ZAKIYAH SALSABILA TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ANAK BEDA AGAMA YANG MENDAPATKAN HARTA PENINGGALAN BERDASARKAN WASIAT WAJIBAH ( Analisis Penetapan Pengadilan Agama Cikarang Nomor 89/Pdt.P/2015/PA.Ckr ) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS 23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS A. Pengertian Waris Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan pewaris kepada ahli waris dikarenakan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Analisis Terhadap Hibah Sebagai Pengganti Kewarisan Bagi Anak Laki-laki dan

Lebih terperinci

PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI

PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI OLEH : ACHMAD WALIDUN NI AM NIM : 2822123002 JURUSAN HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARI AH DAN ILMU HUKUM INSTITUT AGAMA

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU QUDAMAH TENTANG SYARAT WANITA ZINA YANG AKAN MENIKAH

STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU QUDAMAH TENTANG SYARAT WANITA ZINA YANG AKAN MENIKAH STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU QUDAMAH TENTANG SYARAT WANITA ZINA YANG AKAN MENIKAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG WAKAFYANG DIWARISKAN SETELAH WAKIF MENINGGAL DUNIA

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG WAKAFYANG DIWARISKAN SETELAH WAKIF MENINGGAL DUNIA ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG WAKAFYANG DIWARISKAN SETELAH WAKIF MENINGGAL DUNIA SKRIPSI DiajukanuntukMemenuhiTugasdanMelengkapiSyarat GunaMemperolehGelarSarjana Program Strata 1 (S1) Program

Lebih terperinci

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i) PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama yang mempunyai aturan yang lengkap dan sempurna, yang dalam ajarannya mengatur segala aspek kehidupan

Lebih terperinci

Skripsi Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.

Skripsi Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MENGHAFALKAN DOA SEHARI HARI ANTARA ANAK ANAK DI RA AL HIDAYAH DHARMA WANITA PERSATUAN IAIN WALISONGO DAN ANAK ANAK DI TK AL HIDAYAH IX NGALIYAN SEMARANG Skripsi Diajukan untuk

Lebih terperinci

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan. Pengertian Mawaris Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah 'berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada

Lebih terperinci

ANALISIS MADZHAB HANAFI TENTANG HAK NAFKAH ISTRI DALAM IDDAH TALAK BA IN. (Studi dalam Kitab Badai ash-shanai ) SKRIPSI

ANALISIS MADZHAB HANAFI TENTANG HAK NAFKAH ISTRI DALAM IDDAH TALAK BA IN. (Studi dalam Kitab Badai ash-shanai ) SKRIPSI ANALISIS MADZHAB HANAFI TENTANG HAK NAFKAH ISTRI DALAM IDDAH TALAK BA IN (Studi dalam Kitab Badai ash-shanai ) SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS PENDAPAT MADZHAB SYIAH IMAMIYYAH TENTANG DUA ORANG SAKSI SEBAGAI SYARAT SAH JATUHNYA TALAK SKRIPSI

STUDI ANALISIS PENDAPAT MADZHAB SYIAH IMAMIYYAH TENTANG DUA ORANG SAKSI SEBAGAI SYARAT SAH JATUHNYA TALAK SKRIPSI STUDI ANALISIS PENDAPAT MADZHAB SYIAH IMAMIYYAH TENTANG DUA ORANG SAKSI SEBAGAI SYARAT SAH JATUHNYA TALAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG TIDAK ADANYA PENGGANTIAN AHLI WARIS

STUDI ANALISIS FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG TIDAK ADANYA PENGGANTIAN AHLI WARIS STUDI ANALISIS FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG TIDAK ADANYA PENGGANTIAN AHLI WARIS SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (SI) Dalam Ilmu Al Ahwal

Lebih terperinci

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Waris Tanpa Anak WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Pertanyaan: Kami lima orang bersaudara: 4 orang laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waris, dalam konteks hukum Islam, dibagi ke dalam tiga golongan yakni: 3

BAB I PENDAHULUAN. waris, dalam konteks hukum Islam, dibagi ke dalam tiga golongan yakni: 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Waris merupakan salah satu kajian dalam Islam yang dikaji secara khusus dalam lingkup fiqh mawaris. 1 Pengkhususan pengkajian dalam hukum Islam secara tidak langsung

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu hal yang tidak dapat dihindari adalah setiap orang tentu akan meninggal, baik ia seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan

Lebih terperinci

PENGHALANG KEWARISAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM (ANALISIS PASAL 173) SKRIPSI

PENGHALANG KEWARISAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM (ANALISIS PASAL 173) SKRIPSI PENGHALANG KEWARISAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM (ANALISIS PASAL 173) SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Penulisan Skripsi Guna Meraih Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh YUMNA NIM. 10921005435

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup saling berdampingan dengan manusia yang lain sebagaimana sifat manusia sebagai makhluk sosial,

Lebih terperinci

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan: PEMBAGIAN WARISAN Pertanyaan dari: EJ, di Cirebon (nama dan alamat diketahui redaksi) (Disidangkan pada Jum at, 13 Zulqa'dah 1428 H / 23 November 2007 M) Pertanyaan: Sehubungan kami sangat awam masalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA A. Analisa Terhadap Pertimbangan Putusan Hakim Pengadilan Agama Bangil Kewenangan Pengadilan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Dalam Ilmu Syari ah

SKRIPSI. Dalam Ilmu Syari ah ANALISIS FIQH MU AMALAH TERHADAP JUAL BELI POHON SENGON DENGAN SISTEM PENEBANGAN DITANGGUHKAN DI DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

TINJAUAN USHULIYAH TERHADAP STATUS ANAK LUAR KAWIN. (Studi Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010)

TINJAUAN USHULIYAH TERHADAP STATUS ANAK LUAR KAWIN. (Studi Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010) TINJAUAN USHULIYAH TERHADAP STATUS ANAK LUAR KAWIN (Studi Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S.1) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpasang-pasangan merupakan sunnatullah yang umum berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1 Firmah Allah SWT dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MUSLIM DALAM HAL TREND JILBAB PERSPEKTIF TEORI KONSUMSI ISLAM

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MUSLIM DALAM HAL TREND JILBAB PERSPEKTIF TEORI KONSUMSI ISLAM ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MUSLIM DALAM HAL TREND JILBAB PERSPEKTIF TEORI KONSUMSI ISLAM (studi kasus pada mahasiswi Fakultas Syari ah Jurusan Ekonomi Islam angkatan 2009 IAIN Walisongo Semarang) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

HUKUM WASIAT MENDONORKAN ORGAN TUBUH MANUSIA MENURUT PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI SKRIPSI

HUKUM WASIAT MENDONORKAN ORGAN TUBUH MANUSIA MENURUT PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI SKRIPSI HUKUM WASIAT MENDONORKAN ORGAN TUBUH MANUSIA MENURUT PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari ah (S.Sy) OLEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Proses perjalanan kehidupan manusia yang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, menimbulkan hak dan kewajiban serta hubungan antara keluarga,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK 60 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK Salah satu asas kewarisan Islam adalah asas bilateral yang merupakan perpaduan dari dua

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT AS-SYIRAZI DALAM KITAB AL-MUHAZZAB TENTANG HAK HADHANAH KARENA ISTERI MURTAD DAN RELEVANSINYA DENGAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

ANALISIS PENDAPAT AS-SYIRAZI DALAM KITAB AL-MUHAZZAB TENTANG HAK HADHANAH KARENA ISTERI MURTAD DAN RELEVANSINYA DENGAN KOMPILASI HUKUM ISLAM ANALISIS PENDAPAT AS-SYIRAZI DALAM KITAB AL-MUHAZZAB TENTANG HAK HADHANAH KARENA ISTERI MURTAD DAN RELEVANSINYA DENGAN KOMPILASI HUKUM ISLAM PROPOSAL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa meninggal dunia di dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG. Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum

A. LATAR BELAKANG. Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum perkawinan, maka hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum kekeluargaan yang memegang peranan yang

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON

STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah

Lebih terperinci

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Vera Arum Septianingsih 1 Nurul Maghfiroh 2 Abstrak Kewarisan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah perkawinan. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harta yang banyak dan sebagian lagi ada yang sebaliknya. Setelah tiba. peristiwa hukum yang lazim disebut dengan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. harta yang banyak dan sebagian lagi ada yang sebaliknya. Setelah tiba. peristiwa hukum yang lazim disebut dengan kematian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahir, hidup dan meninggal dunia adalah hal yang pasti terjadi dan dialami oleh setiap manusia. Dalam kehidupan yang dijalaninya, sebagian orang ada yang sukses

Lebih terperinci

JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011 TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PELAKSANAAN PEMBAYARAN NISHAB ZAKAT TANAMAN PADI DI DESA KEDUNGWUNGU KECAMATAN TEGOWANU KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP WARIS ANAK MBAREP (Studi Kasus di Desa Kendel Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP WARIS ANAK MBAREP (Studi Kasus di Desa Kendel Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali) TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP WARIS ANAK MBAREP (Studi Kasus di Desa Kendel Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali) SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyah Fakultas Syari ah dan Hukum UIN

Lebih terperinci

KAWIN MIS-YAR MENURUT HUKUM ISLAM (Kajian Fatwa Kontemporer Yusuf Qardhawi)

KAWIN MIS-YAR MENURUT HUKUM ISLAM (Kajian Fatwa Kontemporer Yusuf Qardhawi) KAWIN MIS-YAR MENURUT HUKUM ISLAM (Kajian Fatwa Kontemporer Yusuf Qardhawi) SKRIPSI Diajukan Oleh: NABILAH BINTI ISMAIL Mahasiswi Fakultas Syariah Jurusan: Ahwal Syahsiyah Nim: 110 807 796 FAKULTAS SYARI

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR DENGAN SYARAT

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR DENGAN SYARAT ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR DENGAN SYARAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Bidang Hukum Perdata Islam Oleh:

Lebih terperinci

STUDY KASUS TENTANG WANPRESTASI PEMESANAN BARANG ANTARA C.V SUMBER JATI BATANG DENGAN TIGA PUTRA WELERI

STUDY KASUS TENTANG WANPRESTASI PEMESANAN BARANG ANTARA C.V SUMBER JATI BATANG DENGAN TIGA PUTRA WELERI STUDY KASUS TENTANG WANPRESTASI PEMESANAN BARANG ANTARA C.V SUMBER JATI BATANG DENGAN TIGA PUTRA WELERI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari

Lebih terperinci

ANALISIS ABORSI DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO.538/PID.B/2006/PN.SMG MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

ANALISIS ABORSI DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO.538/PID.B/2006/PN.SMG MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM ANALISIS ABORSI DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO.538/PID.B/2006/PN.SMG MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Akademik Guna Memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM PERKARA ISBAT NIKAH POLIGAMI (Studi Putusan Pengadilan Agama Magetan Nomor: 445/Pdt.G/2012/PA.Mgt).

ANALISIS PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM PERKARA ISBAT NIKAH POLIGAMI (Studi Putusan Pengadilan Agama Magetan Nomor: 445/Pdt.G/2012/PA.Mgt). ANALISIS PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM PERKARA ISBAT NIKAH POLIGAMI (Studi Putusan Pengadilan Agama Magetan Nomor: 445/Pdt.G/2012/PA.Mgt). Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT. DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata SKRIPSI

STUDI KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT. DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata SKRIPSI STUDI KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata SKRIPSI OLEH: PENIK RIYANTI NIM. 3222113027 JURUSAN HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM INSTITUT AGAMA

Lebih terperinci

DISSENTING OPINION HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG PENGANGKATAN ANAK OLEH KAKEK NENEKNYA

DISSENTING OPINION HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG PENGANGKATAN ANAK OLEH KAKEK NENEKNYA DISSENTING OPINION HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG PENGANGKATAN ANAK OLEH KAKEK NENEKNYA (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Demak No. 0033/Pdt.P/2010/PA.Dmk) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

Ida Rahayuningsih FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

Ida Rahayuningsih FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ANALISIS TERHADAP ZAKAT HASIL BUMI MENURUT PENDAPAT IMAM ABU HANIFAH Skripsi Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana strata S.1 dalam ilmu hukum ekonomi islam Ida

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG NIKAH SIRRI, NIKAH MUT AH, DAN NIKAH BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF FIQIH SKRIPSI

STUDI ANALISIS COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG NIKAH SIRRI, NIKAH MUT AH, DAN NIKAH BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF FIQIH SKRIPSI STUDI ANALISIS COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG NIKAH SIRRI, NIKAH MUT AH, DAN NIKAH BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF FIQIH SKRIPSI OLEH KHAMID MASJIB NIM. 3222113015 JURUSAN HUKUM KELUARGA

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG ISTRI PENCARI NAFKAH UTAMA DALAM KELUARGA TANPA MAHRAM SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG ISTRI PENCARI NAFKAH UTAMA DALAM KELUARGA TANPA MAHRAM SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG ISTRI PENCARI NAFKAH UTAMA DALAM KELUARGA TANPA MAHRAM (Studi Kasus Pada Keluarga TKW Di Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi

Lebih terperinci

AKTA NIKAH SEBAGAI BUKTI PERKAWINAN DALAM KONSEP MASLAHAH SKRIPSI

AKTA NIKAH SEBAGAI BUKTI PERKAWINAN DALAM KONSEP MASLAHAH SKRIPSI AKTA NIKAH SEBAGAI BUKTI PERKAWINAN DALAM KONSEP MASLAHAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Program Strata I (S1) Dalam Ilmu Syari ah

Lebih terperinci

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H Status Perkawinan Orang Murtad (Studi Komparatif Mazhab Syafi'i dan KHI) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Fakultas Syari'ah/Jurusan Ahwal Asy-Syakhsiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paramita, 1992), h ), h. 2011

BAB I PENDAHULUAN. Paramita, 1992), h ), h. 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan judul Sebelum penulis mengadakan pembahasan lebih lanjut tentang proposal judul ini, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian yang terkandung dalam judul proposal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an sebagai firman Allah dan al-hadits merupkan sumber dan ajaran jiwa yang bersifat universal. 1 Syari at Islam yang terkandung dalam al- Qur an telah mengajarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS. Kata waris berasal dari kata bahasa Arab mirats. Bentuk jamaknya adalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS. Kata waris berasal dari kata bahasa Arab mirats. Bentuk jamaknya adalah BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS A. Pengertian Waris Kata waris berasal dari kata bahasa Arab mirats. Bentuk jamaknya adalah mawarits, yang berarti harta warisan atau harta peninggalan mayyit. 1 Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan BAB I PENDAHULUAN Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya. Aturan

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN. Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, saya:

PERNYATAAN KEASLIAN. Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, saya: i Nota pembimbing ii pengesahan iii PERNYATAAN KEASLIAN Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, saya: Nama : Nurul Mahmud NIM : 1210049 Fakultas : Syari ah dan Ilmu Hukum Menyatakan dengan sesungguhnya

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS ISTINBATH HUKUM IBNU QUDAMAH TENTANG SAKSI DALAM WASIAT

STUDI ANALISIS ISTINBATH HUKUM IBNU QUDAMAH TENTANG SAKSI DALAM WASIAT STUDI ANALISIS ISTINBATH HUKUM IBNU QUDAMAH TENTANG SAKSI DALAM WASIAT SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah Jurusan Akhwal

Lebih terperinci

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM Pendahuluan Oleh : Drs. H. Chatib Rasyid, SH., MH. 1 Hukum waris dalam Islam adalah bagian dari Syariat Islam yang sumbernya diambil dari al-qur'an dan Hadist Rasulullah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan suatu ikatan yang mempersatukan dua insan yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup bersama, hal ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT maupun terhadap sesama umat

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMPN 1 NGUNUT TAHUN 2014/2015

KORELASI ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMPN 1 NGUNUT TAHUN 2014/2015 KORELASI ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMPN 1 NGUNUT TAHUN 2014/2015 SKRIPSI OLEH DEWI ZAHROTUL INAYAH NIM. 3211113055 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI A. Analisis Terhadap Deskripsi Pembagian Warisan Oleh Ibu Senen dan Bapak Kasiran Kepada Ahli Waris Pengganti Di Desa Kasiyan

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013 HAK MEWARIS DARI ORANG YANG HILANG MENURUT HUKUM WARIS ISLAM 1 Oleh : Gerry Hard Bachtiar 2 A B S T R A K Hasil penelitian menunjukkan bagaimana asas-asas kewarisan menurut hukum waris Islam serta Hak

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi Hukum Islam Dan Alasan Munculnya Bagian Sepertiga Bagi Ayah Dalam KHI Pasal 177 Hukum waris Islam merupakan

Lebih terperinci

PERANAN KOPERASI FATAYAT NU CIKEUSAL LOR DALAM MENGURANGI PRAKTIK RENTENIR DI DESA CIKEUSAL LOR KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES TAHUN 2017

PERANAN KOPERASI FATAYAT NU CIKEUSAL LOR DALAM MENGURANGI PRAKTIK RENTENIR DI DESA CIKEUSAL LOR KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES TAHUN 2017 PERANAN KOPERASI FATAYAT NU CIKEUSAL LOR DALAM MENGURANGI PRAKTIK RENTENIR DI DESA CIKEUSAL LOR KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES TAHUN 2017 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Derajat Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTIFIKASI RISIKO PEMBIAYAAN PADA LEMBAGA KEUANGAN BANK BNI SYARI AH CABANG SEMARANG

ANALISIS IDENTIFIKASI RISIKO PEMBIAYAAN PADA LEMBAGA KEUANGAN BANK BNI SYARI AH CABANG SEMARANG ANALISIS IDENTIFIKASI RISIKO PEMBIAYAAN PADA LEMBAGA KEUANGAN BANK BNI SYARI AH CABANG SEMARANG Proposal Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Strata Sarjana Satu (S1)

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA, KEPERCAYAAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PERDAGANGAN E-COMMERCE (Studi Kasus Pada Miulan Hijab Semarang)

PENGARUH HARGA, KEPERCAYAAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PERDAGANGAN E-COMMERCE (Studi Kasus Pada Miulan Hijab Semarang) PENGARUH HARGA, KEPERCAYAAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PERDAGANGAN E-COMMERCE (Studi Kasus Pada Miulan Hijab Semarang) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

BAB II HUKUM KEWARISAN DALAM ISLAM DAN PERMASALAHAN KHUNTSA MUSYKIL

BAB II HUKUM KEWARISAN DALAM ISLAM DAN PERMASALAHAN KHUNTSA MUSYKIL BAB II HUKUM KEWARISAN DALAM ISLAM DAN PERMASALAHAN KHUNTSA MUSYKIL A. Kewarisan 1. Pengertian dan Dasar Hukum Waris Dalam kitab fiqh Islam hukum waris dikenal dengan istilah hukum faraidh. Abi Yahya Zakariya

Lebih terperinci

HAK WARIS DZAWIL ARHAM

HAK WARIS DZAWIL ARHAM Nama Kelompok : M. FIQHI IBAD (19) M. ROZIQI FAIZIN (20) NADIA EKA PUTRI (21) NANDINI CHANDRIKA (22) NAUFAL AFIF AZFAR (23) NOER RIZKI HIDAYA (24) XII-IA1 HAK WARIS DZAWIL ARHAM A. Definisi Dzawil Arham

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT SITI MUSDAH MULIA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA

ANALISIS PENDAPAT SITI MUSDAH MULIA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA ANALISIS PENDAPAT SITI MUSDAH MULIA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Dalam Ilmu Syari ah Oleh: AHMAD RIFQI 082111046

Lebih terperinci

KETENTUAN NAFKAH BAGI KAUM KERABAT ( STUDY KOMPERATIF ANTARA PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I ) SKRIPSI

KETENTUAN NAFKAH BAGI KAUM KERABAT ( STUDY KOMPERATIF ANTARA PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I ) SKRIPSI KETENTUAN NAFKAH BAGI KAUM KERABAT ( STUDY KOMPERATIF ANTARA PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari ah (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

ARIN ARDANI KHAIRUNNISA NIM

ARIN ARDANI KHAIRUNNISA NIM PELAKSANAAN HIBAH KEPADA ANAK ANGKAT DI DESA BAGAN TUJUH KECAMATAN KUNTO DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU MENURUT HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan Guna Mengajukan Skripsi Ke Fakultas Syari

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

PEMBERIAN MAHAR DENGAN CARA MEMINJAM DARI PIHAK CALON ISTRI (Studi Kasus di Desa Tlogorejo Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak)

PEMBERIAN MAHAR DENGAN CARA MEMINJAM DARI PIHAK CALON ISTRI (Studi Kasus di Desa Tlogorejo Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak) PEMBERIAN MAHAR DENGAN CARA MEMINJAM DARI PIHAK CALON ISTRI (Studi Kasus di Desa Tlogorejo Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Bahwa setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa yang sangat penting dalam hidupnya,

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS TENTANG PEMBERIAN HADIAH KEPADA PEJABAT MENURUT IMAM ASY-SAFI I SKRIPSI. Dalam Ilmu Muamalah

STUDI ANALISIS TENTANG PEMBERIAN HADIAH KEPADA PEJABAT MENURUT IMAM ASY-SAFI I SKRIPSI. Dalam Ilmu Muamalah STUDI ANALISIS TENTANG PEMBERIAN HADIAH KEPADA PEJABAT MENURUT IMAM ASY-SAFI I SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) Dalam Ilmu

Lebih terperinci

Oleh : Ima Khozanah NIM

Oleh : Ima Khozanah NIM BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA OLEH POSBAKUM DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG (UU No. 50 Tahun 2009 Pasal 60 C Tentang Perubahan Kedua Atas UU No.7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan Agama) SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.

BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa. BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.Gs) A. Analisis Tentang Dasar Hukum Hakim Tidak Menerima Gugatan

Lebih terperinci

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo.

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo. POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo. Pasal 58 KHI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENDISTRIBUSIAN ZAKAT FITRAH SECARA MERATA (Studi kasus di Desa Mijen Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENDISTRIBUSIAN ZAKAT FITRAH SECARA MERATA (Studi kasus di Desa Mijen Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak) TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENDISTRIBUSIAN ZAKAT FITRAH SECARA MERATA (Studi kasus di Desa Mijen Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PASUWITAN SEBAGAI LEGALITAS NIKAH

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PASUWITAN SEBAGAI LEGALITAS NIKAH PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PASUWITAN SEBAGAI LEGALITAS NIKAH (Studi Kasus di Masyarakat Suku Samin Desa Baturejo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi

Lebih terperinci

FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012 STUDI ANALISIS AKAD PEMBIAYAAN MUḌĀRABAH DI BMT ARTHA MANDIRI REMBANG SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata S.1 Dalam Ilmu Mu amalah Siti Rokhaniah

Lebih terperinci

ANALISIS TENTANG POLIGAMI BAWAH TANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP NAFKAH ANAKNYA

ANALISIS TENTANG POLIGAMI BAWAH TANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP NAFKAH ANAKNYA ANALISIS TENTANG POLIGAMI BAWAH TANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP NAFKAH ANAKNYA (Studi Kasus Di Desa Jambu Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGGINYABIAYA PELAKSANAAN PERNIKAHAN DI LUAR KUA PASCA BERLAKUNYA PP NO. 48 TAHUN 2014

ANALISIS TINGGINYABIAYA PELAKSANAAN PERNIKAHAN DI LUAR KUA PASCA BERLAKUNYA PP NO. 48 TAHUN 2014 ANALISIS TINGGINYABIAYA PELAKSANAAN PERNIKAHAN DI LUAR KUA PASCA BERLAKUNYA PP NO. 48 TAHUN 2014 (Studi Kasus di Kelurahan Bringin Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati ILMU FARAID 1 Firman Allah : "Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembahagian pusaka untuk) anakanakmu. Iaitu bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) CEMERLANG WELERI KENDAL

ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) CEMERLANG WELERI KENDAL ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) CEMERLANG WELERI KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PENDAPAT ULAMA DI DESA BOJA TERHADAP PENGUCAPAN TALAK DI LUAR PENGADILAN

PENDAPAT ULAMA DI DESA BOJA TERHADAP PENGUCAPAN TALAK DI LUAR PENGADILAN PENDAPAT ULAMA DI DESA BOJA TERHADAP PENGUCAPAN TALAK DI LUAR PENGADILAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Syari

Lebih terperinci