materi 1b Khozin materi 1b Copyright khozin Mendefinisikan Sejarah
|
|
- Bambang Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 materi 1b 2 Mendefinisikan Sejarah Pendidikan Islam Bab ke dua ini dimaksudkan untuk memberikan kerangka metodologi sejarah pendidikan Islam. Ada definisi konstitutif sekaligus operasional yang dipaparkan. Yang pertama, diartikan bahwa definisi sejarah pendidikan Islam ialah sebagaimana yang terdapat dalam teks-teks lainnya. Sementara yang kedua, mengandung makna bahwa penulis juga mengajukan definisi sebagaimana yang dikehendaki dalam teks ini. Hal ini untuk memudahkan pembaca memahami topik-topik kajian yang disajikan. Persoalan yang menjadi perhatian dan hendak dijawab dalam bab ini bahwa umumnya mahasiswa yang belajar sejarah pendidikan Islam belum membaca pengantar ilmu sejarah. Apa itu sejarah, kegunaan sejarah dan perbedaan sejarah dengan ilmu sosial yang lain? Semua masih diasumsikan secara kacau, sehingga dibutuhkan penjelas yang dapat mengantarkan mahasiswa ke arah pemahaman yang tepat. Kata mendefinisikan, dimaknai bahwa rekonstruksi masa lalu adalah kerja berkesinambungan dan dilakukan orang-orang yang mempunyai kepedulian terhadap sejarah pendidikan Islam. Mendefinisikan tidak terbatas memberikan pengertian sejarah pendidikan Islam dalam suatu kalimat saja, namun termasuk di dalamnya adalah memilih fakta yang memiliki nilai sejarah dan memaknai fakta tersebut, hingga mempunyai manfaat untuk kepentingan pendidikan Islam. Para sarjana pendidikan Islam diharapkan mempunyai kepedulian terhadap disiplin ilmunya, mengembangkan dan mendokumentasikannya. Sejarawan pendidikan Islam akan terus berkarya, merekonstruksi masa lalu pendidikan Islam. Fakta-fakta sejarah pendidikan Islam, baik yang berskala lokal maupun nasional hendanya menjadi perhatian mereka. A. Sejarah Dua konsep penting yang hendak dijelaskan di sini, yaitu sejarah dan pendidikan Islam. Pemahaman terhadap kedua konsep ini secara benar dianggap penting, sebelum sampai pada definisi sejarah pendidikan Islam. Selain itu, definisi yang akan diberikan dimaksudkan agar tidak terjadi penafsiran baru yang berbeda dari maksud yang dikehendaki penulis. Tentu saja cukup banyak definisi sejarah oleh ahli sejarah khususnya, baik yang diberikan secara negatif maupun positif. Bahkan ada pula yang mendefinisikan sejarah, dengan mencari penegasan-penegasan yang bersumber dari nash-nash dalam kitab suci. Yaitu, mendefinisikan sejarah dengan cara membuat sintesa berdasarkan dalil-dalil yang bersumber dari al-qur an, yang ada hubungannya dengan sejarah. Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 794), mengartikan sejarah dengan silsilah, asal-usul (keturunan) atau kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sementara dalam bahasa Arab, sejarah dinamakan dengan tarikh, yang artinya adalah pengetahuan tentang waktu, atau waktu terjadinya sesuatu. Sedangkan Ilmu tarikh berarti ilmu yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa, waktu terjadinya dan sebab-sebab terjadinya (Ma luf, 1986: 8). Sejarah dalam bahasa Inggris adalah history, yaitu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kejadian atau peristiwa masa lalu (branch of knowledge dealing with past event) baik dalam bidang politik, sosial dan ekonomi (Hornby, 1983: 405). Suryanegara (1995: 20) dalam buku Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, mendefinisikan sejarah dengan mencari rujukan dari al-qur an. Secara terminologis, sejarah adalah istilah yang diangkat dari bahasa Arab; syajaratun yang berarti pohon. Kata syajaratun memberikan gambaran pendekatan ilmu sejarah yang lebih analogis, karena memberikan gambaran pertumbuhan peradaban manusia dengan pohon, yang tumbuh dari biji kecil menjadi pohon yang rindang, dan berkesinambungan. Sukarnya memahami arti sejarah juga disebabkan tidak digunakannya istilah itu di kalangan umat page 1 / 5
2 Islam, karena di pesantren atau madrasah digunakan istilah tarikh. Sementara al-qur an sendiri lebih banyak menggunakan istilah kisah, dengan pengertian sebagai eksplanasi terhadap peristiwa sejarah yang dihadapi oleh para Rasul. Peristiwa sejarah ini memang ada yang dikaitkan dengan masalah syajarah (pohon), seperti dalam al-baqarah/2: 35: Dan Kami berfirman: Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan jangan kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Dalam surat al-a raf/7: 22; Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupi dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua? Pada surat Ibrahim/14: 24 dan 26 dinyatakan: Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Dalam surat al-isra /17: 60 dinyatakan pula: Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan kepadamu: Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia. Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam al-qur an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. Dalam surat Thaha/20: 120, Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa. Dalam surat al-mu minun/23: 20; dan pohon kayu keluar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan menjadi kuah bagi orang-orang yang makan. Dalam surat an-nur/24: 35; Allah (pemberi) caya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Pada surat al-qashash/28: 30; Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam. Luqman/31: 27; Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta) ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah keringnya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Surat ash-shafat/37: 62, 64, dan 146; (Makanan surga) itulah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka jahim. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Pada surat ad-dukhan/44: 43-44; Sesungguhnya pohon zaqqum itu. Makanan orang yang banyak berdosa. Dari ayat-ayat di atas, pengertian sejarah berkaitan erat dengan perubahan (change). Perubahan yang bermakna gerak (movement) menuju ke bumi untuk menerima dan menjalankan fungsi kekhalifahan (al-baqarah/2: 35, al-a raf/7: 19 dan 22). Juga merupakan gambaran keberhasilan yang dicapai oleh Nabi Musa as, yang digambarkan sebagai pohon yang tinggi dan tumbuh di tempat yang tinggi (al-qashash/28: 30), sebaliknya, juga merupakan gambaran kegagalan Nabi Yunus, as, yang dilukiskan sebagai pohon labu yang rendah dan lemah (ash-shafat/37: 146). Bagi yang mencoba menciptakan sejarah dengan menjauhkan dirinya dari petunjuk Allah, hasilnya menumbuhkan pohon pahit (syajaratu Az-zaqqum) (ash-shafat/37: 62, 64 dan ad-dukhan/44: 43). Sayid Quthb mendefinisikan, sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata yang menjalin seluruh bagian serta memberikan dinamisme dalam waktu dan tempat (Zuhairini, 1995: 2). Sejarah sebagai rangkaian peristiwa-peristiwa, membutuhkan daya imajinasi dalam memahaminya. Suatu peristiwa tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi mempunyai rangkaian dengan peristiwa lain, baik sebagai sebab maupun sebagai akibat. Hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain mungkin tampak, tapi mungkin juga tidak tampak, mungkin bersifat linier mungkin juga tidak. Dibutuhkan kemampuan sejarawan untuk menafsirkan dan mencari hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa lain. Suatu peristiwa sejarah akan menjadi jelas maknanya, jika berada di tangan sejarawan yang bisa menafsirkan peristiwa itu dengan baik. Tidak ada kepentingan-kepentingan pribadi maupun golongan dalam upaya menemukan kebenaran sejarah. Jika sejarah telah mengabdi untuk kepentingan tertentu; golongan atau rezim yang sedang berkuasa yang sifatnya subyektif, maka sejarah page 2 / 5
3 tidak lagi bersifat obyektif. Sedangkan Kuntowijoyo (1995: 17) mendefinisikan, sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Sejarah sebagai rekonstruksi masa lalu tentu bukan untuk masa lalu itu sendiri, sebab itu antikuarianisme. Rekonstruksi masa lulu adalah untuk berbagai kepentingan, untuk apa masa lalu direkontruksi? Tergantung pada kepentingan penggunanya, misalnya untuk pendidikan masa depan. Yaitu, belajar dari masa lalu, tentang kegagalan-kegagalan dan keberhasilan-keberhasilan yang pernah dicapai generasi terdahulu, untuk membuat perencanaan tentang masa depan. Generasi sekarang jangan sampai mengulang kegagalan yang sama, yang pernah dialami generasi sebelumnya. Peristiwa masa lalu adalah akibat sekaligus sebab untuk masa sekarang. Sedangkan peristiwa sekarang, adalah akibat masa lalu sekaligus sebab untuk masa yang akan datang. Berangkat dari masa lalu masa depan direncanakan. Sejarah bukanlah mitos (dongeng). Sejarah berbeda dengan mitos. Mitos menceritakan masa lalu dengan beberapa ciri, yaitu (a) waktu yang tidak jelas; kapan sebuah peristiwa terjadi, pada abad berapa, tahun dan bahkan bulan, tanggal dan hari apa? Karena itu, penyebutan waktu terjadinya suatu peristiwa dalam sejarah sangat penting, dan (b) mitos menceritakan kejadian yang tidak masuk akal orang masa kini. Sementara sejarah ialah ilmu tentang waktu. Dalam waktu terjadi empat hal, yaitu (1) perkembangan; (2) kesinambungan; (3) pengulangan; dan (4) perubahan. Perkembangan terjadi bila berturut-berturut pendidikan Islam bergerak dari satu bentuk ke-bentuk yang lain. Biasanya, berkembang dari bentuk yang paling sederhana ke bentuk yang lebih kompleks, seperti dari nggon ngaji menjadi pesantren, madrasah hingga sekolah. Kesinambungan terjadi, bila dalam pendidikan Islam melakukan adopsi-adopsi terhadap lembaga-lembaga yang sudah pernah ada sebelumnya. Pengulangan terjadi bila yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi. Perubahan terjadi bila terjadi pergeseran secara besar-besaran, dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. B. Pendidikan Islam Sebelum sampai pada definisi pendidikan Islam, akan dikemukakan definisi pendidikan secara umum. Pendidikan lazimnya didefinisikan dalam dua macam pengertian. Pertama, pendidikan sebagai proses pewarisan, penerusan atau enkulturasi dan sosialisasi perilaku sosial dan individual, yang telah menjadi model anutan masyarakat secara baku. Dalam pengertian ini, pendidikan berarti proses pembudayaan atau untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada anak didik, baik dalam institusi keluarga, sekolah maupun masyarakat. Kedua, pendidikan diartikan sebagai upaya fasilitatif yang memungkinkan terciptanya situasi atau lingkungan, di mana potensi-potensi dasar anak dapat berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman di mana mereka harus survive (Abdurrahman, 1995: 245 dan Hasan, 1993: 66). Dua definisi ini masing-masing memiliki implikasi operasional yang berbeda-beda. Pada definisi pertama, pendidikan berusaha membentuk anak sesuai keinginan lembaga, kurikulum atau gurunya. Bahkan guru akan cenderung menjadikan dirinya sebagai model idola bagi anak didiknya, yang wajib diikuti atau dicontoh baik kemampuan maupun perilakunya. Lembaga-lembaga pendidikan Islam umumnya masih menganut definisi pertama. Dalam konteks kajian sejarah, apakah pendidikan Islam pada masa lalu juga menganut definisi pertama atau kedua? Pada definisi kedua, pendidikan cenderung memberikan kebebasan kepada anak didik untuk menentukan profil dirinya. Sementara sekolah hanya menyediakan fasilitas yang memungkinkan peserta didiknya dapat mengembangkan potensi, bakat dan kemampuannya. Guru adalah fasilitator, yang siap membimbing dan membantu kesulitan belajar anak didiknya. Karena itu definisi ini memberikan peluang besar kepada anak didik untuk menjadi dirinya sendiri, sejalan dengan tantangan yang akan dihadapinya. Secara demikian, maka anak didik bukan dibentuk oleh institusinya, tetapi institusi cukup memfasilitasi dengan menciptakan situasi yang kondusif, yang memungkinkan potensi-potensi dasar anak didik dapat berkembang sejalan dengan tuntutan perkembangan zaman. Adapun pendidikan Islam, bisa didefinisikan dalam dua cakupan definisi sebagai berikut: (1) segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk menanamkan nilai-nilai Islam ke dalam diri sejumlah siswa. (2) semua lembaga pendidikan yang mendasarkan segenap program pendidikannya atas pandangan serta nilai-nilai Islam (Buchori, 1984: 237). Pendidikan sebagai kegiatan belajar atau proses belajar mengajar, dapat terjadi di dalam maupun di luar ruangan atau dinding tembok yang membatasi ruang gerak anak didik. Sebagai suatu kegiatan, pendidikan bisa berlangsung dalam keluarga, di jalan dan di tempat-tempat terbuka di luar gedung sekolah. Sedangkan sebagai lembaga, mulai dari bentuknya dan strukturnya yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Kegiatan atau lembaga yang dimaksud, adalah menanamkan dan menjadikan Islam sebagai dasar dalam penyelenggaraan pendidikannya. page 3 / 5
4 Dalam konteks ini, pendidikan Islam bisa dalam bentuk institusi seperti masjid, pesantren, madrasah, sekolah dan pendidikan tinggi. Bisa pula dalam bentuk lain, seperti kegiatan-kegiatan kependidikan yang diselenggarakan orang-orang Islam dalam lingkungan keluarga, atau di masyarakat dalam bentuk pendidikan non-formal/jalur luar sekolah. Institusi atau aktivitas yang dimaksud dilakukan dalam bingkai normativitas Islam, dan biasanya dinamakan dengan lembaga pendidikan Islam. Zarkowi Soejoeti (dalam Fadjar, 1998: 2), memberikan beberapa definisi pendidikan Islam, yaitu: Pertama, pendidikan Islam adalah jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya, didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk mengejawantahkan nilai-nilai Islam, baik yang tercermin dalam nama lembaganya maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai sumber nilai, yang akan diwujudkan dalam seluruh kegiatan pendidikan. Kedua, jenis pendidikan yang memberikan perhatian sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakan. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai bidang studi, sebagai ilmu, dan diperlakukan sebagaimana ilmu yang lain. Ketiga, jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian di atas. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai sumber nilai, sekaligus sebagai bidang studi yang ditawarkan lewat program studi yang diselenggarakan. Muhaimin (2001: 29-30) dalam Paradigma Pendidikan Islam, membedah istilah pendidikan Islam ke dalam tiga pengertian. Pertama, pendidikan menurut Islam atau pendidikan islami, yaitu pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran Islam. Pendidikan Islam dapat berwujud teori atau pemikiran pendidikan yang dikembangkan dari sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-qur an dan Sunnah Nabi. Kedua, pendidikan keislaman atau Pendidikan Agama Islam, suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk menanamkan nilai-nilai Islam agar menjadi pandangan dan sikap hidup. Ketiga, pendidikan dalam Islam, atau proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dalam sejarah umat Islam. Pada pengertian ini, pendidikan Islam dapat dipahami sebagai segala macam bentuk pendidikan yang dikembangkan umat Islam dari generasi ke generasi. Beberapa paparan definisi ini cenderung lebih empiris. Lebih merupakan konstruksi pakar dan praktisi, atas realitas dan praktik pendidikan Islam di masyarakat. Sengaja dikutipkan definisi-definisi empiris dan bukan normatif, karena pembicaraan dalam teks ini berkenaan dengan sejarah sebagai konstruksi atas realitas juga. C. Sejarah Pendidikan Islam Dari penjelasan konsep sejarah dan pendidikan Islam di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Sampai kapan batasan masa lalu yang akan direkonstruksi oleh sejarah, maka agaknya ibarat orang yang naik kereta api, ia dapat melihat ke belakang, ke samping kanan dan kiri, satu-satunya kendala ialah tidak bisa melihat ke depan. Maka, sejarah hanya akan mengkaji persoalan-persoalan yang dapat dikaji dengan pendekatan sejarah, dan rentangan waktunya ke belakang juga yang masih memungkinkan dikaji dengan pendekatan sejarah. Sedangkan pendidikan Islam berarti kegiatan dan lembaga, maka pendidikan Islam dalam buku ini mengikuti definisi ini. Secara demikian, sejarah pendidikan Islam adalah rekonstruksi masa lalu pendidikan Islam, baik institusi maupun kegiatannya. Selain pengertian di atas, Zuhairini (1994: 2) mendefinisikan sejarah pendidikan Islam sebagai: (1) keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dari waktu ke waktu yang lain, sejak zaman lahirnya Islam sampai dengan masa sekarang; dan (2) cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, baik dari segi ide dan konsepsi maupun segi institusi dan operasionalisasi, sejak zaman Nabi Muhammad SAW sampai sekarang. Sedangkan Hasbullah (1995: 8) mendefinisikan sejarah pendidikan Islam sebagai: (1) catatan peristiwa tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dari sejak lahirnya hingga sekarang ini. (2) cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, baik dari segi gagasan atau ide-ide, konsep, lembaga maupun operasionalisasinya sejak zaman Nabi Saw., hingga sekarang. D. Kegunaan Sejarah Sejarah tentu ada gunanya. Orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya. Kenyataan bahwa sejarah terus ditulis orang, di semua peradaban dan sepanjang waktu, sebenarnya menjadi bukti bahwa sejarah itu ada gunanya. Secara teoritik Kuntowijoyo (1995: 19) menjelaskan kegunaaan sejarah dalam dua hal, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Setidaknya ada empat guna sejarah secara intrinsik, yaitu: (1) sejarah sebagai ilmu, (2) sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau, (3) sejarah page 4 / 5
5 sebagai pernyataan pendapat, dan (4) sejarah sebagai profesi. Adapun secara ekstrinsik, sejarah mempunyai fungsi pendidikan, yaitu: (1) moral, (2) penalaran, (3) politik, (4) kebijakan, (5) perubahan, (6) masa depan, (7) keindahan, (8) ilmu bantu. Selain sebagai pendidikan, sejarah juga berfungsi sebagai (9) latar belakang, (10) rujukan, dan (11) bukti. Sedangkan dalam konteks yang lebih khusus, kegunaan sejarah pendidikan Islam dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu umum dan akademik. Kegunaan yang bersifat umum, sejarah berguna sebagai teladan. Yaitu, memberikan pelajaran ihwal masa lampau, misalnya tentang keberhasilan dan kegagalan umat terdahulu. Sehubungan dengan kegunaan sejarah, Munawir Cholil berpendapat bahwa sesungguhnya sejarah itu banyak gunanya. Siapa yang memahami sejarah, maka bertambah pengetahuannya. Sejarah bisa menjadi cermin yang dapat dijadikan perbandingan untuk kehidupan masa kini. Sejarah dan ilmu sejarah adalah pokok kemajuan suatu umat, manakalah suatu umat tidak memperhatikan sejarah, sudah bisa dipastikan akan ketinggalan dan umat yang sebaliknya akan maju pesat (Hasbullah, 1995: 13). Secara akademik, sejarah pendidikan Islam bisa memberikan pemahaman tentang: (1) Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dari masa kelahirannya, yaitu dari masa Nabi Muhammad Saw. hingga sekarang. (2) Kesinambungan dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam pendidikan Islam, yaitu proses-proses perkembangan pendidikan Islam hingga perubahan bentuk yang juga mungkin terjadi. Transformasi dalam pendidikan Islam adalah sesuatu yang mungkin terjadi, dan (3) mengantisipasi perubahan yang akan, terjadi dan membawa pendidikan Islam ke arah yang sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kebutuhan. E. Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Batas antara ilmu sosial satu dan yang lain sudah sedemikian tipis. Bahkan dalam praktiknya, di antara ilmu-ilmu sosial saling mempunyai hubungan timbal balik. Sejarah diuntungkan oleh ilmu-ilmu sosial, dan sebaliknya. Pemisahan secara diametral antara ilmu-ilmu sosial adalah hal yang berlebihan. Bahkan belajar sejarah tidak dapat dilepaskan dari belajar ilmu-ilmu sosial, meskipun sejarah mempunyai cara tersendiri dalam menghadapi obyeknya. Kuntowijoyo (1995: 107), menyebut perbedaan antara sejarah dan ilmu-ilmu sosial dalam dua hal, tujuan dan pendekatan. Tujuan sejarah ialah mempelajari hal-hal yang bersifat unik, tunggal dan idiografis, dan sekali terjadi; sedangkan ilmu-ilmu sosial tertarik kepada yang umum, ajeg, nomotetis dan merupakan pola. Pendekatan sejarah juga berbeda dengan ilmu-ilmu sosial. Sejarah itu diakronis, memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis, melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sementara ilmu-ilmu sosial menekankan struktur. Secara demikian, meskipun antara sejarah dengan ilmu-ilmu sosial saling memberi topangan, tapi antara sejarah dan ilmu-ilmu sosial masih ada batas-batas dan identitas yang membedakan. Bisa dikemukakan sebagai contoh adalah sejarah dengan sosiologi, ilmu politik dan antropologi. Sejarah biasanya memanjang dalam waktu, sedangkan sosiologi cenderung melebar dalam ruang. Yang dibicarakan sejarah adalah waktu tentang perkembangan, kesinambungan, pengulangan dan perubahan. Sementara sosiologi membicarakan masyarakat, di antaranya pelapisan masyarakat. Ilmu politik membicarakan masyarakat, terutama aspek kekuasaannya. Antropologi membicarakan masyarakat di antaranya soal kebudayaan.[] page 5 / 5
TINJAUAN SISTEM EKONOMI ISLAM TERHADAP RUMAH FAIR TRADE INDONESIA. (Studi Kasus pada APIKRI)
TINJAUAN SISTEM EKONOMI ISLAM TERHADAP RUMAH FAIR TRADE INDONESIA (Studi Kasus pada APIKRI) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam
Lebih terperinciINSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PEDOMAN OBSERVASI
DAFTAR TERJEMAH No Hal Bab Terjemah 1. 2 1 Sempurnanya keimanan orang beriman ialah yang paling baik akhlaknya (HR. Tirmidzi). 2. 2 I dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
Lebih terperinci5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.
5.1.2 Penciptaan Manusia Allah berkehendak menciptakan Adam dan keturunannya untuk menghuni bumi dan memakmurkannya. Allah menyampaikan kabar kepada para Malaikat bahwa Dia akan menciptakan makhluk lain
Lebih terperinciyang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar (Q.S Al Buruj 5)
API api A a yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar (Q.S Al Buruj 5) BINTANG bintang B b... Dan kami jadikan bintang-bintang sebagai hiasan langit dunia (Q.S Al Mulk 4) CABANG cabang C c Tidakkah kamu
Lebih terperinciPENGERTIAN SEJARAH SECARA ETIMOLOGIS, KATA SEJARAH BERASAL DARI KATA ARAB SYAJARAH YANG BERARTI POHON YANG BERCABANG- CABANG.
SEJARAH ISLAM APA YANG DIMAKSUD DENGAN SEJARAH? APA BEDA SEJARAH DENGAN DONGENG DAN KRONIK? APA ARTI KEBUDAYAAN DAN PERADABAN? APA YANG DIMAKSUD DENGAN SEJARAH KEBUDAYAAN DAN SEJARAH PERADABAN ISLAM? APA
Lebih terperinciPENGANTAR ILMU SEJARAH
Resume Buku PENGANTAR ILMU SEJARAH Karya: Prof. Dr. Kuntowijoyo Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan
Lebih terperinciISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid
c Demokrasi Lewat Bacaan d ISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid Mereka yang tidak menerima ajaran Nabi Muhammad saw, barangkali memandang ajaran Islam itu, sebagian atau seluruhnya, tidak lebih daripada
Lebih terperinciAsmaul Husna 10 (Asmaul Husna nomor 91 99) Mempertajam kebesaran Allah SWT di hati kita
Serial Tausyiah PCI NU Taiwan. Asmaul Husna 10 (Asmaul Husna nomor 91 99) Mempertajam kebesaran Allah SWT di hati kita Dialah Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, Dia mempunyai asmaa
Lebih terperinciTALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)
TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA) KAJIAN DALIL (AL-Qur an & Hadits) 30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan paling sempurna dari pada mahkluk-makhluk lainnya di muka bumi ini. Manusia memiliki akal dan
Lebih terperinciKhatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)
Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan
Lebih terperinciWatak benda-benda samawi
Watak benda-benda samawi B. WATAK BENDA-BENDA SAMAWI MATAHARI DAN BULAN Matahari adalah cahaya (Diya) dan bulan adalah terang (Nur). Terjemahan semacam ini nampaknya lebih baik dari terjemahan orang-orang
Lebih terperinciTEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin
A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan. Dalam hal kegiatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deiksis merupakan suatu kata yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhatikan situasi pembicaraan. Menurut Verhaar (2001: 397) deiksis adalah sebagai pronomina
Lebih terperinciPerintah Pertama di Dalam Alquran
Perintah Pertama di Dalam Alquran Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????
Lebih terperinciBERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I
BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I Konsep Kitab 1. Pengertian Kitab Secara bahasa, kitab adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang ditulisi di dalamnya. Sedangkan
Lebih terperinciOtentisitas Alkitab vs Quran
Otentisitas Alkitab vs Quran Dengan berjalannya waktu dan Muslim mengadakan kontak dengan orang Kristen dan Yahudi dan memiliki kesempatan untuk membaca Alkitab, perlahan-lahan Muslim menyadari bahwa isi
Lebih terperinciRAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-LAIL
RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-LAIL JURNAL untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna. Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh gelar
PENGARUH NOVEL LA TAHZAN FOR HIJABERS TERHADAP CARA MENUTUP AURAT MAHASISWI PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri
Lebih terperinciILMU PERTANDA Oleh Nurcholish Madjid
c Demokrasi Lewat Bacaan d ILMU PERTANDA Oleh Nurcholish Madjid Dalam zaman azali, Allah menyatakan Adam scbagai khalifah-nya di bumi. Hal itu diprotes oleh para malaikat yang selalu bertasbih dengan memanjatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu
Lebih terperinciJawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!
2) Guna Ekstrinsik meliputi: - Sejarah sebagai pendidikan moral - Sejarah sebagai pendidikan penalaran - Sejarah sebagai pendidikan politik - Sejarah sebagai pendidikan kebijakan - Sejarah sebagai pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang menumbuh kembangkan potensi kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Selain itu, dalam UU RI No. 20,
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an
BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem
Lebih terperinciSumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir
Kisah Pembangunan Ka bah Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir Alih Bahasa: Ummu Abdullah Desain Sampul: Ummu Zaidaan Disebarluaskan melalui: Maktabah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara disegala bidang pembangunan, karena pendidikan merupakan
Lebih terperinciSumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir. Disebarluaskan melalui:
Kisah Pembangunan Ka bah Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir Alih Bahasa: Ummu Abdullah al-buthoniyah Desain Sampul: Ummu Tsaqiif al-atsariyah Disebarluaskan
Lebih terperinciILMU SOSIAL Oleh Nurcholish Madjid
c Demokrasi Lewat Bacaan d ILMU SOSIAL Oleh Nurcholish Madjid Bertahun-tahun yang lalu, mulai dengan masa Menteri Agama A. Mukti Ali, pikiran tentang penelitian masalah masalah keagamaan dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia dalam kehidupannya, yaitu manusia yang beriman
Lebih terperinciMATERI 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATERI 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Dosen : Dr. Muhammad Yusro, MT FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA MATERI PERKULIAHAN Mengapa dan bagaimana PAI diajarkan di perguruan tinggi Bagaimana manusia bertuhan
Lebih terperinciANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM
ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan
Lebih terperinciHAKEKAT DAN RUANG LINGKUP SEJARAH
HAKEKAT DAN RUANG LINGKUP SEJARAH Kompetensi Dasar : Kemampuan mendeskripsikan hakekat, ruang lingkup dan prinsip dasar ilmu dan penelitian sejarah Indikator : Memahami pengertian sejarah Mengidentifikasikan
Lebih terperinciMENGENAL SEJARAH. Disusun oleh Saiful Amien dari pelbagai sumber
MENGENAL SEJARAH Disusun oleh Saiful Amien dari pelbagai sumber Sejarah (bahasa) SEJARAH. Arab: [ شجر ] berarti terjadi ; [ [شجرة berarti pohon, النسب] [شجرة pohon silsilah HISTORY. Latin & Yunani: historia.
Lebih terperinciDITEBUS OLEH PENGORBANAN BESAR
DITEBUS OLEH PENGORBANAN BESAR As-Saffat 37:107 Assalamu alaikum! Kitab Suci Al-Qur an memberikan deskripsi ilustrasi mengenai kepatuhan kepada Firman dari Allah di dalam hidup Ibrahim. Kita harus mempertimbangkan
Lebih terperinciKajian Al-Qur an, Al-Baqarah ayat 26.
Kajian Al-Qur an, Al-Baqarah ayat 26. TAFSIR AL-QUR AN DIGITAL versi 2.1. 62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[56], siapa saja diantara mereka
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.1
SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.1 1. Berikut ini merupakan pengertian sejarah yang tepat secara etimologis adalah... Historia (bahasa Yunani) artinya informasi
Lebih terperinciSeri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 1, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible
Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 1, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini kita akan membicarakan Pembahasan No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab. Masa remaja ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru. indah dan tanda tanya (Basri, 1995:4).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Masa remaja ditandai dengan
Lebih terperinciSurat 1 Yohanes 5 (Bagian 79) Wednesday, October 21, 2015
Surat 1 Yohanes 5 (Bagian 79) Wednesday, October 21, 2015 Prolog Kita sudah mendengar tentang kehidupan Kristus di dalam keadaan manusia daging, tetapi daging yang tidak berdosa, sementara kita adalah
Lebih terperinci(Lembaran Kisah) 29 Apl 8 May 2010
(Lembaran Kisah) 29 Apl 8 May 2010 ACUAN PERJALANAN (QUR AN) Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu." Al-maidah (6:11) Katakanlah:
Lebih terperinciPersatuan Dalam al-quran dan Sunnah
Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah Umat Islam di seluruh penjuru dunia bersuka cita menyambut maulid Nabi Muhammad Saw pada bulan Rabiul Awal. Muslim Sunni merayakan hari kelahiran Rasulullah pada tanggal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Negara Jepang banyak menghasilkan berbagai macam karya. Baik berupa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Jepang banyak menghasilkan berbagai macam karya. Baik berupa karya sastra, maupun entertainment/pertunjukan berupa film. Film adalah satu rangkaian gambaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an sebagai Kitab Suci umat Islam merupakan kumpulan firman Allah (kalam Allah) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. yang mengandung petunjuk-petunjuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesungguhnya usia anak merupakan usia yang paling subur dan panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang pendidik untuk menanamkan pondasi-pondasi
Lebih terperinciSeri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann
Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #38 tentang Wahyu, pasal
Lebih terperinciTasyakuran 4 Bulan Kehamilan
Tasyakuran 4 Bulan Kehamilan Assalamu'laikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT dan mengumandangkan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya, kami
Lebih terperinciPERAN JOB CRAFTING TERHADAP WORK FAMILY BALANCE PADA WANITA YANG BEKERJA SKRIPSI. Diajukan kepada Program Studi Psikologi
PERAN JOB CRAFTING TERHADAP WORK FAMILY BALANCE PADA WANITA YANG BEKERJA SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi
Lebih terperinciDAFTAR TERJEMAH. Alquran No Halaman Bab Terjemah 1
DAFTAR TERJEMAH Alquran No Halaman Bab Terjemah 1 2 1 Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penguasaan kemampuan membaca dan perkembangan dimensi afektif anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan salah satu cara dalam mendapatkan ilmu. Dengan memperhatikan arah dan prioritas pendidikan nasional dinyatakan bahwa penguasaan kemampuan membaca
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah adalah Maha Pencipta makhluk (al-khaliq). Allah menciptakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah adalah Maha Pencipta makhluk (al-khaliq). Allah menciptakan makhluk dengan sempurna dengan kelebihan masing-masing. Namun perlu kita ketahui bahwa makhluk Allah
Lebih terperinciSeri Iman Kristen (3/10)
Seri Iman Kristen (3/10) Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN Nama Pelajaran : S e t a n Kode Pelajaran : DIK-P03 Pelajaran 03 - S E T A N DAFTAR ISI Teks Alkitab Ayat Kunci 1. Asal usul Setan 2. Dosa
Lebih terperinciSeri Kitab Wahyu Pasal11, Pembahasan No. 5, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible
Seri Kitab Wahyu Pasal11, Pembahasan No. 5, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini kita akan membicarakan Pemahaman No. 5
Lebih terperinciForum Silaturahim Masjid Perkantoran Jakarta Gedung Dakwah FORSIMPTA, Komp. Perkantoran Grand Bintaro Jl. Bintaro Permai Raya No.
Forum Silaturahim Masjid Perkantoran Jakarta Gedung Dakwah FORSIMPTA, Komp. Perkantoran Grand Bintaro Jl. Bintaro Permai Raya No.1 Bintaro, Pesanggrahan Jakarta Selatan Telp. (021) 7350959, HP. 087884362464
Lebih terperinciDisebarluaskan melalui: Website: November, TIDAK untuk tujuan KOMERSIL
Judul : Kisah Nabi Ibrahim Sumber : Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir rahimahullah Disusun oleh : Ummu Abdillah al-buthoniyyah Disebarluaskan melalui: Website: e-mail: raudhatul.muhibbin@yahoo.co.id November,
Lebih terperinciDOA DELAPAN PULUH AYAT
DOA DELAPAN PULUH AYAT Surat al Fatihah [1] : 1 7 Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Yang menguasai
Lebih terperinciOleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.
Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya
Lebih terperinciLRC. Oleh : Harun Azwari (Peneliti LRC) Latar Belakang
Oleh : Harun Azwari (Peneliti ) Latar Belakang Ilmu hukum adalah ilmu yang mandiri atau otonom, keberadaannya betul-betul independen lepas sama sekali dari anasir-anasir di luar dirinya. Ungkapan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat manusia selalu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul. pentingnya proses pembelajaran dalam kehidupan manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk karakter bangsa. Menyadari akan hal tersebut
Lebih terperinci- Hakekat Tersembunyi Syi'ah Rafidhoh ٢
Lisensi Dokumen: Seluruh artikel, makalah, dan e-book yang terdapat di www.hakekat.com boleh untuk digunakan dan disebarluaskan dengan syarat tidak untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan www.hakekat.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan
BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN Al-Qur an merupakan sumber hukum paling utama bagi umat Islam, M. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan sempurna. Kata
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta
EVALUASI KINERJA SIMPANG EMPAT TAK BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Jalan Sopolan, Jalan Pasar Stan dan Jalan Raya Tajem Depok, Sleman - Yogyakarta) Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:
Lebih terperinciBetapa Ngerinya Neraka
Betapa Ngerinya Neraka Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????
Lebih terperinciASAS HIDUP TAKWA Oleh Nurcholish Madjid
c Menghormati Kemanusiaan d ASAS HIDUP TAKWA Oleh Nurcholish Madjid Sidang Jumat yang berbahagia. Dalam khutbah pendek ini, marilah kita menyegarkan ingatan kita dan merenungkan tentang takwa. Takwa itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Menurut Usman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Menurut Usman proses belajar mengajar
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008
31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi
Lebih terperinciBAB IV PERBANDINGAN PANDANGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN TENTANG PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
BAB IV PERBANDINGAN PANDANGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN TENTANG PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP A. Persamaan Pandangan Pelestarian Lingkungan Hidup Pada Islam dan Kristen Al Qur an adalah kitab yang diturunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dihadapkan kepada situasi yang kurang menguntungkan. Kondisi ini terjadi sejalan dengan semakin banyaknya kenyataan
Lebih terperinciPenulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An Nawawi
Untuk Apa Kita Diciptakan? Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An Nawawi K ehidupan di dunia pada dasarnya hanyalah senda gurau atau main-main saja. Orang akan semakin merugi bila tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua. Manusia mengalami proses
Lebih terperinciSikap Yahudi di dalam Al-Qur an
MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinciSyiah meyakini adanya dua belas imam yang menjadi penerus. kenabian. Bagi syiah, masalah imamah sudah tidak bisa ditawar lagi,
Lisensi Dokumen: Seluruh artikel, makalah, dan e-book yang terdapat di www.hakekat.com boleh untuk digunakan dan disebarluaskan dengan syarat tidak untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan www.hakekat.com
Lebih terperinciGagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.
TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seluruh Warga Negara Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang mewajibkan pemerintah menyediakan pendidikan
Lebih terperinci[ ] E٣٢٧ J٣١٩ W F : : Al- HAYA' (Sifat PEMALU) "al Haya' ( Rasa malu) tidak datang kecuali dengan kebaikan." Sesungguhnya di antara fenomena keseimbangan dan tanda-tanda kesempurnaan dalam tarbiyah bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang ini mutu pendidikan dirasakan masih sangat kurang, terutama pada. pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, berbagai usaha telah dilakukan pemerintah, antara lain meningkatkan mutu guru, perbaikan kurikulum serta melengkapi sarana
Lebih terperinciAllah Adalah Pola Bagi Hidup Kita
Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita Banyak negara yang memiliki peribahasa seperti "Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga." Suatu hal yang menarik tentang keluarga ialah kemiripan antara anggotaanggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Sebaliknya peserta didik juga dituntut keaktifannya dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta berbagai sumber pendidikan 1. Selan itu, pendidikan dapat
Lebih terperinciBab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa
Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa Guru PAI berperan sangat sentral dalam memberdayakan sekolah sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa.
Lebih terperinciMutiara Islahul Qulub 3
0 Mutiara Islahul Qulub 3 Keluarlah dari dirimu sendiri dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhi hatimu dengan Allah. Patuhlah kepada perintah-nya dan larikanlah dirimu dari larangan-nya, agar nafsu
Lebih terperinciBAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama
Lebih terperinciPENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I
PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I ISBN: 978-602-71453-0-6 Editor
Lebih terperinciAPA YANG PALING BERHARGA BAGI ORANG BERIMAN?
1 APA YANG PALING BERHARGA BAGI ORANG BERIMAN? Iman adalah perkara yang paling bernilai dalam kehidupan orang beriman. Walaupun emas sepenuh bumi bahkan dua bumi penuh harta kekayaan tidak bisa menandingi
Lebih terperinci1. Apabila terjadi hari kiamat, 2. Tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya. 3. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan
1. Apabila terjadi hari kiamat, 2. Tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya. 3. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), 4. Apabila bumi digoncangkan
Lebih terperinciMOTTO CAHAYA DIATAS CAHAYA
MOTTO CAHAYA DIATAS CAHAYA Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam
Lebih terperinciBAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS
64 BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS A. Implikasi Yuridis Pasal 209 KHI Kedudukan anak angkat dan orang tua angkat dalam hokum kewarisan menurut KHI secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin baik kualitas pendidikan disuatu negara akan menghasilkan bangsa yang cerdas. Keberhasilan
Lebih terperinciSEJARAH DUNIA : TINJAUAN UMUM
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 SEJARAH DUNIA : TINJAUAN UMUM DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Pengertian Sejarah Etimologis MENURUT JAN ROMEIN, KATA SEJARAH MEMILIKI ARTI YANG SAMA DENGAN KATA HISTORY (INGGRIS),
Lebih terperinciTANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN
TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN Oleh Nurcholish Madjid Agama merupakan suatu cara manusia menemukan makna hidup dan dunia yang menjadi lingkungannya. Tapi, hidup kita dan ling kungan abad modern
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus citacita bagi kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan mampu bersaing di ranah perjuangan ini. yang siap dan bisa menghadapi tantangan di segala aspek baik aspek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi sekarang ini pendidikan merupakan suatu hal yang penting. Dengan pendidikan seorang individu akan pintar, cerdas dan lebih peka dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Surabaya, 1997, hlm. 2.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aktivitas berupa proses menuju pertumbuhan dan perkembangan atau perubahan yang terjadi pada peserta didik dalam aktifitas pembelajaran dan pengajaran
Lebih terperinciKEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW 1435 H / 2014 H TANGGAL 20 JUNI 2014
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW 1435 H / 2014 H TANGGAL 20 JUNI 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang
Lebih terperinciCOBAAN HARTA DAN KELUARGA Ustadz Nazamuddin
COBAAN HARTA DAN KELUARGA Ustadz Nazamuddin COBAAN ATAS ANAK DAN HARTA ADALAH BAGIAN DARI COBAAN YANG DIBERIKAN ALLAH UNTUK MENGUJI KEIMANAN MANUSIA. Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan menyangkut tentang cita-cita hidup manusia. Sehubungan dengan itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi manusia karena pendidikan menyangkut tentang cita-cita hidup manusia. Sehubungan dengan itu dapat dikemukakan
Lebih terperinciRAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN
RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:
Lebih terperinciISLAM & LINGKUNGAN HIDUP
ISLAM & LINGKUNGAN HIDUP Agus Nugroho Setiawan Pandangan Islam terhadap LH Allah menciptakan alam semesta dengan sebenarnya Allah juga menciptakan hukum-hukumnya yang berlaku universal Alam semesta dgn
Lebih terperinci