BIDAN6;KE5 HATAN. NamaTim : Siti lsfandari Noor Edi Sukoco

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BIDAN6;KE5 HATAN. NamaTim : Siti lsfandari Noor Edi Sukoco"

Transkripsi

1 .z;, Surabaya I PENYl!JSUNAN IN IKAT R ' KESIAP Sl GAAr5J I '.!. / BIDAN6;KE5 HATAN NamaTim : Siti lsfandari Noor Edi Sukoco. '},"';'" lndah Pawiningtyas Betty Roosihermiatie Gurindro Putro Aan Kurniawan Maria Holly Herawati Wening Mugeni ' ). Herta.

2 Laporan Penyusunan lndikator Kesiapsiagaan Bidang Kesehatan dalam Menghadapi Bencana Alam Siti lsfandad Noor Edi Sukoco lndah Pawiningtyas Betty Roosihermiatie Gurindro Putro Aan Kurniawan Maria Holly Herawati Wening mugeni Herti KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Jl. Percetakan Negara No. 23 A Jakarta 560 1

3 Daftar isi Kata pengantar Bah 1 Pendahuluan Bah II Tinjauan Pustaka Bah Ill Metodologi Bah IV Hasil dan Analisa Bab V Diskusi Bab VI Kesimpulan dan Saran 2

4 Kata Pengantar Atas berkat pertongan Allah SWT jualah sehingga buku laporan basil penelitian yang berjudul "Penyusunan Indikator kesiapsiagaan bidang kesehatan dalam menghadapi bencana alam " di Indonesia telah dapat kami (team) selesaikan tepat pada waktunya. Penelitian ini di landasi semangat amanat UUD 1945, bahwa Negara melindungi seluruh tumpah darah Indonesia termasuk memberikan perlindungan atas bencana alam. Dampak negatif dari akibat bencana alam selain menimbulkan kerusakan lingkungan juga, hilangnya harta benda, hilangnya mata pencaharian rakyat, jatuhnya korban (kematian) dan berbagai gangguan kesehatan seperti penyakit ISPA, penyakit kulit, diare, dll ( silahkan di tambahkan) serta stress ( gangguan kejiwaan). Menyadari besamya resiko akibat bencana alam terhadap gangguan kesehatan, maka perlu di lakukan langkah tepat untuk mengantisipasi hila terjadinya benca alam. Sebagai upaya untuk memperkecil atau bahkan meniadakan gangguan kesehatan akibat bencan alam perlu di tetapkan indikator kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam, karena makin baik kesiapsiagaan bencana makin kecil resiko yang akan terjadi, sesuai dengan rumus: Resiko bencana = (bahaya x kerentanan) I kemampuan. Di harapkan indikator kesiapsiagaan yang dibuat dari basil penelitian ini dapat berfungsi sebagai acuan kebijakan dalam menetapkan standart minimal bagi daerah rawan bencana untuk mempersiapkan diri sebelum te1jadinya bencana (Pra bencana). Bagi masyarakat di harapkan hasi penelitian ini dapat memberikan informasi yang benar, serta melatih kewaspadaan dalam menghadapi bencana. Kami menyadari penelitian tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang terhatmat ini perkenankan kami (team) mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah turut membantu kelancaran kegiatan penelitian ini dan secara khusus tim mengucapkan terima kasih kepada Badan Litbang Kesehatan dan Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat terlaksananya kegiatan ini sampai akhir. yang telah memfasilitasi hingga Jakarta, Januari 2013 Tim Peneliti 3 == =. '"'' " "'

5 Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah rawan bencana alam yang berdampak besar dari segi sosial, ekonomi dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah bencana. Tiga dalam kurun waktu 1 tahun terakhir adalah ledakan gunung berapi peristiwa bencana alan1 Merapi di Jawa Tengah, Gamalama di Temate dan gl!nung Soputan di Tomohon (BNPB, 2012). Kesiap siagaan bencana merupakan salah satu komponen penting untuk mengurangi resiko. Makin baik kesiapsiagaan bencana makin kecil resiko yang akan terjadi, sesuai dengan rumus: Resiko bencana = (bahaya x kerentanan) I kemampuan. Diperlukan indikator penilaian kesiapsiagaan bencana untuk menilai kesiapsiagaan daerah di Indonesia terhadap bencana agar dapat diantisipasi pelatihan, dan infrastruktur yang diperlukan. Penelitian bertujuan mengembangkan indikator penilaian kesiapsiagaan bidang kesehatan dalam menghadapi bencana alam. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) telah menerbitkan beberapa pedoman menghadapi bencana sejak tahun 2005, di antaranya 'Penilaian Cepat Masalah Kesehatan pada Kejadian Bencana (Rapid Health Assessment)', Pedoman sistem informasi penanggulangan krisis akibat bencana, Proftl penanggulangan k:risis kesehatan akibat bencana tahun 2009, Pedoman manajemen sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam penanggulangan bencana dan yang terbaru pada 12 Desember 'Pedoman Teknis Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan' sebagai lampiran Petmenkes nomor 1949/MENK.ES/PER/TX/ Pelaksanaan geladi membutuhkan pedoman penilaian untuk menentukan rangwng kabupaten I kota dalam kesiapan menghadapi bencana bidang kesehatan. Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan menetapkan KEPMENKES 145/MENKES/l/2007 rentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan, termasuk Pra Bencana, di daerah meliputi kegiatan: Di tingkat Provinsi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kegiatan: 1. Membuat peta geomedik daerah rawan bencana 2. Membuat rencana kontijensi 3. Menyusun dan menyebarluaskan Pedoman!Protap Penanggulangan Bencana 4. lnventarisasi sumber daya kesehatan pemerintah dan swast termasuk LSM 5. Membentuk dan mengembangkan tim reaksi cepat 6. Menyelenggarakan pelatihan termasuk di dalamnya gladi posko dan glasi lapang dengan melibatkan semua unit terkait. 7. M em bentuk Pusdalop penanggulangan bene ana 4....

6 8. Melengkapi sarana/fasilitas yang diperlukan tennasuk mengembangkan komunikasi dan informasi di daerah tersebut 9. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan penanggulangan kesiapsiagaan bencana. Mengadakan koordinasi lintas program dan lintas sektor meliputi sinkroniasi kegiatan penanggulangan bencana dengan Pusat dan Kabupaten!Kota. Di tingkat Kabupaten/Kota Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan kegiatan: 1. Membuat rencana kegiatan upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana 2. Membuat peta geomedik daerah rawan bencana 3. Membuat rencana kontijensi 4. Menyelenggarakan pelatihan termasuk di dalamnya gladi posko dan glasi lapang dengan melibatkan semua unit terkait. 5. Membentuk dan mengembangkan tim reaksi cepat 6. Membentuk Pusdalop penanggulangan bencana 7. Inventarisasi sumber day a sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi a. Jumlah dan lokasi puskesmas b. Jumlah ambulans c. Jumlah tenaga kesehatan d. Jumlah RS termasuk fasilitas kesehatan laitmya e. Obat dan pembekalan kesehatan f. Unit transfusi darah 8. Mengadakan koordinasi lintas program dan lintas sektor meliputi sinkroniasi kegiatan penanggulangan bencana dengan Provinsi dan Kecamatan 9. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan penanggulangan kesiapsiagaan bencana Di tingkat Kecamatan Kepala Puskesmas melakukan kegiatan: 1. Membuat peta geomedik daerah rawan bencana 2. Membuat jalur evakuasi 3. Mengadakan pelatihan 4. Inventarisasi sumber daya sesuai dengan bahaya yang mungkin tetjadi 5. Menerima dan menindaklanjuti infonnasi peringatan dini untuk kesiapsiagaan bidang kesehatan 6. Membentuk tim kesehatan lapangan yang tergabung dalam Satgas 7. Mengadakan koordinasi lintas sektor. Pada tanggal 12 Desember 2011 'Pedoman Teknis Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan' sebagai lam pi ran Permenkes nom or 1949/MENKES/PER/IX/20 II. Pelaksanaan geladi membutuhkan pedoman penilaian untuk menentukan rangking kabupaten I kota dalam kesiapan mengbadapi bencana bidang kesehatan. 5

7 Penelitian dilakukan di 4 provinsi = Aceh, DlY, Sumatra Barat, Jawa Timur untuk menguji coba draft indikator. Diharapkan dari hasil uji coba di 4 provinsi akan disusun pedoman indikator penilaian kesiap siagaan pra bencana untuk digw1akan sebagai dasar dilakukannya pelatihan kebencanaan. Provinsi terpilih mempunyai potcnsi bencana yang lengkap, yaitu bencana alam, bencana non alam dan sosial. Bencana alam, antara lain. ancaman tsunami dari samudra Hindia, ancaman letusan dari 7 gunung berapi aktif, serta banjir tahunan. Pertimbangan pemilihan Provinsi terpilih karena dianggap sebagai provinsi ideal yang paling siap dalam pena ggulangan bencana di Indonesia. Berdasarkan Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2009 beberapa provinsi telah memiliki program kerja terkait bencana yang meliputi pertemuan, peningkatan kapasitas SDM, dan operasionaj atau mobilisasi tim penanggulangan. Beberapa Provinsi juga telah memiliki peraturan kebijakan daerah serta pedoman/protab/j uklakljuknis terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana tahun Provinsi terpilih pernah melakukan analisis risiko bencana tahlm 2009 serta pemah ikut berpartisipasi dalam penyusunan rencana kontijensi, misalnya untuk bebera[a Kabupaten. Beberapa Provinsi juga selalu melakukan pembaha uan pendataan kesiapsiagaan tahun 2009, monitoring perkembangan kejaidan bencana tahw1 2009, serta melaksanakan penyampaian informasi perkembangan setiap kejadian bencana tahun 2009 ke Pusat Penanggulangan Krisis Kemenkes. Peng mpulan data awal dilakukan secara eksploratif tmtuk mendapatkan materi indikator melalui dokumen dan wawancara dengan informan/responden tingkat nasional. Berdasarkan inforrnasi yang diperoleh, kemudian disusun draft indikator penilaian kesiap siagaan prabencana. Draft indikator diuji coba di empat provinsi dengan karakterisitik pemah mengalami bencana yang berbeda. Responden!informan penelitian tingkat provinsi adalah penanggung jawab kesiapsiagaan bencana bidang kesehatan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur, DIY, Sumatra Barat, NAD serta beberapa pemegang kebijakan yang terdiri dari Sekretaris Daerah dan Kepala Dinas Kesehatan. Responden/informan penelitian tingkat kabupaten/kota adalah penanggung jawab kesiapsiagaan bencana bidang kesehatan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau (BPBD) Kabupaten/Kota serta beberapa pemegang kebijakan daerah yang terdiri dari Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Kesehatan, dan Kepala Puskesmas, serta pelaksana pelayanan kesehatan dan organisasi masyarakat W1tuk mengetahui ketanggapan daerah terhadap bencana alam dalam kesehatan. segi b. Perumusan masalah Indonesia telah mengalami berbagai bencana tergolong besar dalam skala global, tsunami di Aceh, gempa di Yogya, Sumatra Barat, Jawa Barat. Disadari perlunya koordinasi lintas 6 ===

8 sektor menghadapi bencana. Namun yang lebih penting adalah adanya kewaspadaan dini sebelum terjadi bencana, untuk meniadakan korban, dan meminimalisir kerugian. Bencana selalu terkait dengan korban dan penyakit, oleh karena itu jajaran Kemenkes menerbitkan Permenkes no 1949/MENKESIPER/1XI20 11 mengenai pedoman teknis geladi penanggulangan krisis kesehatan. Pedoman teknis berisi langkah persiapan dan penanggulangan krisis kesehatan. Geladi dilakukan sebagai salah satu upaya antisipasi kesiapan mengbadapi bencana I disaster preparedness. Untuk menentukan priorias lokasi dilakukannya geladi, diibutuhkan pedoman penilaian sebagai dasar pelaksanaannya. Sampai saat ini belum ada indikator untuk menilai kesiapsiagaan daerah dalam menghadapi bencana, oleh karena itu perlu di lakukan Pcnyusunan indikator penilaian kesiapsiagaan bidang kesehatan dalarn menghadapi bencana alam, berdasarkan dari basil penelitian. Untuk membatasi penelitian ini di tetapkan batasan (perumusan)penelitian yang di tuangkan dalam bentuk pertanyaan penelitian (research question) : 1. Bagaimana kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar regional, provinsi, kabupaten. 2. Adakah peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan? 3. Adakah brosur I leaflet I poster waspada bencana spesifik region, provinsi, kabupaten 4. Adakah dokumen analisis risiko bencana? 5. Adakah tim penanggulangan bencana tingkat regional, provinsi, kabupaten I kota? 6. Adakah pelatihan dasar kebencanaan? 7. Bagaimana sistem penanggulangan k:risis kesehatan berbasis masyarakat? 8. Bagaimana rencana kontijensi regional, provinsi, kabupaten? 9. Apakah pernah melakukan simulasi I gladi I pelatihan s1aga?. Bagaimana dukungan sumber daya? 11. Bagaimana sistem infonnasi dan komunikasi? c. Fokus bidang penelitian Penelitian ini di fokuskan hanya pada rencana penyusunan indikator untuk kesiapsiagaan pra bencana. Indikator ini berfungsi sebagai dasar bagi daerah rawan bencana untuk menetapkan kabijakan standart minimal dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana. d. Topik penelitian Penyusunan indikator penilaian kesiapsiagaan menghadapi Bencana (disaster preparedness) di Indonesia bidang Kesehatan. 7

9 II. MANFAAT PENELTTIAl Bagi penentu kebijakan Memberikan masukan bagi pemerintah khususnya bagi pemerintah daerah yang tennasuk rawan bencana, agar memperhatikan indikator kesiapsiagaan bidang kesehatan dalam menghadapi bencana yang telah di buat ini, karean indicator ini dapat di jadikan sebagai standart minimal yang harus di penuhi daerah untuk mengurangi dampak besar akibat bencana terhadap gangguan kesehatan masyarakat di wilayabnya. Bagi Masyarakat Mendapatkan informasi yang benar, serta melatih kewaspadaan menghadapi bencana. III. TUJUAN PENELITIAN a. Tujuan Umum Pengembangan indikator (penilaian pencegahan, mitigasi dan kalimat berwama hijau ini sebai.knya di hilangkan saja, karena kontenm kita kesiapsiagaan = pencegahan bukan r;,nitigasi) kesiapsiagaan bidang kesehatan dalam menghadapi bencana di kabupatenlkota di Indonesia. b. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar regional, provinsi, kabupaten di wilayah Jatim. 2. Mengidentifikasi peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan. 3. Mengidentifikasi brosur I leaoet I poster waspada ben\)ana spesifik region, provinsi, kabupaten. 4. Mengidentifikasi dokumen analisis risiko bencana. Mengidentifikasi tim penanggulangan bencana tingkat regional, provinsi, kabupaten I kota. 5. Mengidentifikasi pelatihan dasar kebencanaan. 6. Mengidentifikasi sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis masyarakat. 7. Mengidentifikasi rencana kontijensi regional, provinsi, kabupaten. 8. Mengidentiftkasi simulasi I gladi I pelatihan siaga. 9. Mengidentifikasi dukungan sumber daya. I 0. Mengidentifikasi sistem infonnasi dan komunikasi. 8 == ==

10 Bab 2 Tinjauan pustaka Herren, Hegel dan Ghemer ( 1989) mengatakan bencana digolongkan bersifat kecil (smail disaster) jika hanya melibatkan kematian hingga 20 orang. Sedangkan skala sederhana (medium disaster) melibatkan kematian lebih daripada I 00 orang dan bencana yang berskala besar (biggest disaster) melibatkan kematian 00 orang atau lebih. Banyak korban akibat bencana dan peristiwaperistiwa tersebut. Baik korban yang meninggal maupun korban yang masih hidup. Gibson (1991) mengatakan bahwa dampak bencana tidak hanya kepada penduduk yang terlibat, melainkan juga rekanrekan terdekat, tetanggatetangga atau peke1ja sukarelawan dalam pelayanan sosial bencana. Indonesia merupakan Negara rawan bencana yang berpotensi menimbulkan krisis kesehatan dan hams ditangani.. Penanggulangan I penanganan bencana terdiri dari 3 siklus : pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. Walaupun ketiga siklus tersebut tidak dapat dipisahkan secara jelas, namun siklus pra bencana merupakan langkah awal yang hams diselesaikan. Menejemen yang baik di siklus ini merupakan komponen penting untuk memperkec i l risiko yaitu meniadakan korban dan meminimalisir kerugian. Menurut UU No. 24 tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau nonalam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan korban jiwa manusia, kemsakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR; Badan PBB untuk Strategi lnternasional Pengurangan Resiko Bencana) (2004), mendefinisikan bencana sebagai suatu gangguan serius terhadap keberfungsian masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri. UU No. 24 tahun 2007 membagi bencana berdasarkan 3 jenis: beneana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meetus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Bencana non alam didefinisikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit. Sedangkan bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial dan krisis ekonomi. 9

11 = = Indonesia merupakan negara rawan bencana alam. Berbagai bencana alam diantaranya gempa bumi, tsunami, Ietusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan dan kebakaran hutan rawan terjadi di Indonesia. Bahkan tmtuk beberapa jenis bencana alam, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang menjadi korban meninggal akibat bencana alam. Dari berbagai jenis bencana alam, United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNJSDR) merangking jumlah korban pada 6 jenis bencana alam yang dengan korban terbanyak adalah tanah longsor, banjir, gempa bumi, angin topan dan kekeringan. Menurut Surat Keputusan Kepala Pusat Penanggulangarl Krisis Kesehatan tsunami, Kementerian Kesehatan R1 Nomor HK.Ol.01/1/99341/2011 tentang Penetapan 45 Kabupaten/Kota Rawan Bencana Tahun 2011, bahwa ada 2 Kabupaten di Jawa Timur yang rawan bencana yaitu Kabupaten Probolinggo dan Bangkalan. (Kemenkes Rl, PPMK, 2011). Sedangkan menurut Siswanto, Kepala BPBD Jawa Timur bahwa 80 persen dari seluruh wilayah kabupaten dan kota di Jawa Timur merupakan daerah rawan bencana alam, yang paling banyak tetjadi adalah banjir dan tanah Jongsor (hllp:ll.."'urabavametropolis. com/art i ke/11 i ngku ngan/80persenwil avahim vat i m urrawanbencanaalam.htmo. Berdasarkan Peta Bencana tahun 2009 yang diterbitkan oleh Pusat Penanggulangan.Krisis Kementerian Kesehatan terdapat 42 kejadian bencana alam di Jawa Tirnur. Bencana tersebut meliputi banjir, banjir bandang, banjir lahar dingin, angin siklon tropis, tanah longsor dan ledakan. Kabupaten yang terkena bencana pada tahun 2009 adalah Kabupaten Jember, Pasuruan, Tulungagung, Kediri, Probolinggo, Malang, Madiun, Nganjuk, Jember, Ngawi, Gresik, Bojonegoro, Tuban, Lumajang, Lamongan, Mojokerto, Ponorogo, Sampang, Jombang, Trenggalek dan Kota Probolinggo. Semua kejadian tersebut menimbulkan krisis kesehatan, antara lain; lumpuhnya pelayanan kesehatan, korban mati, korban luka, pengungsi, masalah gizi, masalah ketersediaan air bersih, masalah sanitasi lingkungan, penyakit menular, gangguan kejiwaan dan gangguan.,elayanan kesehatan reproduksi, Penyakit yang Dapat Dicegah dengan lmunisai (PD3I), penyakit spesifik lokal, kelompok resiko tinggi; balita ibu hamil dan manula. PHBS, padatnya.::unian tempat pengtmgsian, pengendalian vector. Secara umum, upaya penanggulangan krisis kesehatan masih menghadapi berbagai kendala, antara lain: a. Sistem informasi yang belum berjalan dengan baik b. Mekanisme koordinasi belum berfungsi dengan baik c. Mobilisasi bantuan ke lokasi bencana masih terhambat d. Sistem pembiayaan belum mendukung; e. Keterbatasan sumber daya yang akan dikirim maupun yang tersedia didaerah bencana; =

12 f. Pengelolaan bantuan lokal maupun internasional yang belum baik Dalam kurun waktu an tara 2004 hingga 20 I 0 tercatat beberapa bencana a lam terjadi di Indonesia. Berikut ini adalah kronologi bencana a lam di Indonesia yang menimbulkan korban JIW3: 26 Desember 2004 : Gempa bumi di dekat pesisir utara Pulau Sumatra mengakibatkan tsunami yang memakan lebih dari korban dari negara negara sekitar Samudra Hindia, termasuk korban dari lndonesia. 28 Maret 2006 : Gempa bumi sebesar 8,6 SR mengguncang Nias dan menyebabkan sedikitnya 900 orang meninggal. 27 Mei 2006 : Gempa bumi di Yogyakarta menyebabkan sedikitnya orang meninggal 26 Desember 2007 : Lebih dari 130 orang meninggal dalam banjir dan tanah longsor di Jawa. Juli 2007 : Lebih dari 130 orang meninggal dalam banjir dan tanah longsor di Sulawesi. 6 Maret 2007 : Gempa bumi Sumatera menyebabkan sedikitnya 73 orang meninggal. 1 Februari 2007 : Banjir Jakarta menyebabkan sedikitnya 80 orang meninggal. 8 November 2009 : Tanah longsor di Palppo, Sulawesi Selatan menyebabkan sedikitnya 30 orang meninggal. 30 September 2009 : Gempa bumi Padang menyebabkan sedikitnya orang meninggal. 2 September 2009: Gempa mengguncang Jawa, menyebabkan sedikitnya 0 orang meninggal. 26 Oktober 20 I 0 : Gunung berapi meletus di Jawa Tengah, memaksa lebih dari orang dievakuasi dan menyebabkan lebih dari I 00 orang meninggal. 25 Oktober 20 : Gempa 7.7 SR dirasakan di sebelah barat Sumatera Barat. Alarm tsunami yang tidak berbunyi menyebabkan lebih dari 400 orang meninggal di Kepulauan Mentawai dan lebih dari orang kehilangan tempat tinggal. Puluhan orang masih ' tidak ditemukan. 4 Oktober 20 : Banjir melanda Wasior di Papua Barat menyebabkan sedikitnya 148 orang meninggal. 23 Februari 20 I 0 : Sedikitnya 85 orang meninggal atau hilang setelah terjadi tanah longsor di dekat Bandung. Dalam Peraturan Presiden No.8 tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana dinyatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya dan fungsi, BNPB dikoordinasikan eb Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan salah satu unsur pengarah il..''pb adalah pejabat eselon 1 kementerian kesehatan. Kementerian kesehatan membentuk 9?:=sar Bantuan Regional Penanganan Krisis Kesehatan yang berperan untuk mempercepat dan =endekatkan fungsi bantuan kesehatan dan masingmasing dilengkapi dengan SDM kesehatan crlatih dan sarana, bahan, obat serta perlengkapan kesehatan lainnya, salah satu daerah 11

13 regional yang akan dijadikan sampel penelitian adalah Jawa Timur, DTY, Sumatra Barat dan NAD. 12 = :: =. " _,_

14 Bab3 Metodologi a. Keraogka pikir a. Kerangka Konsep Penelitian Pra bencana Pencegahan dan mitigasi I : Saat bencana. : Pasca bencana 1 I I ' eterangan: Variabel yang diteliti I. Adakah kebijakan, peraturan perundangan, pcdoman dan standar regional, provinsi, kabupaten? 2. Adakah peta rawan bencana dan pemetaan masalah Kesehatan? 3. Adakah brosur I leaflet I poster waspada bencana spesifik region, provinsi, kabupaten?, 4. Adakah dokumen analisis risiko bencana? 5. Adakah tim penanggulangan bencana tingkat regional, provinsi, kabupatcn I kota? 6. Adakah pelatihan dasar kcbencanaan? 7. Adakah system pcnanggulangan krisis kesehatan berbasis masyarakat? 8. Adakah rencana kontijcnsi regional, provinsi, kabupaten? 9. Pcrnah melakukan simulasi I gladi I pelatihan siaga?. Bagaimana dukungan sumber daya? II. Bagaimana system informasi dan komunikasi? Variabel yangtidak diteliti 13

15 b. Jenis Penelitian Jenis penelitian dilakukan secara kualitatif eksploratif (non intervensi), karena penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi dengan menggunakan metode indeepth interview, agar mendapatkan komponen yang dapat diidentifikasi sebagai indikator pedoman penilaian kesiap siagaan bencana bidang kesehatano Untuk memperkuat penelitian kualitatif, maka penelitian ini juga menkompilasi data sekunder (kuantitatif) yang diperoleh dari Dinas Kesehatan setempat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, PMI, Depsos dan instansi terkait lainnyao c. Disain Penelitian Penelitian ini di design dengan menggunakan teknik crossectional artinya penelitian 1111 berusaha tmtuk mempelajari dinamika hubungan/korelasi antara faktor resiko dan dampak atau efek yang di timbulkan, yang diobservasi hanya satu kali saja pada suatu waktu tertentuo d. Populasi doan Sampel Populasi adalah lembaga atau instansi yang berada di daerah yang sudah mengalami bencana dan terlibat dalam penanganan langsung bencana alam setempat. Sarqpel dalam penelitian ini adalah para pemegang dan pelaksana kebijakan yang meliputi: BNPB, BPBD, PMI Pusat dan Daerah, TCRC, WHO, PPMK, penanggung jawab regional, provinsi, kabupaten, sekretaris daerah, kepala dinas kesehatan, dinas sosial, dan LS terkait, pelaksana pelayanan kesehatan (Puskesmas dan RS), serta organisasi masyarakat di daerah rawan bencana provinsi. Unit analisis adalajh instansi Cara Pemilihan Sampel Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive di institusi yang menangani bencana alam, lalu ditetapkan satu region bencana dengan mengidenti fikasi kewenangan tanggung jawab dan pelaksanaan region serta wilayah di bawahnya di 4 provinsi. e. Variabel Pra bencana 20 Pencegahan dan mitigasi 3 0 Kesiapsiagaan 40 Kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar regional, provms1, kabupaten 50 Peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan 60 Brosur/leaflet/poster waspada bencana spesifik region, provinsi, kabupaten Dokumen analisis risiko bencana Tim penanggulangan bencana tingkat regional, provinsi, kabupaten/kota 14

16 9. Pelatihan dasar kebencanaan I 0. Sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis masyarakat II. Rencana kontijensi regional, provinsi, kabupaten 12. Simulasi/gladi/pelatihan siaga bencana 13. Dukungan sumber daya 14. Sistem infmmasi dan komunikasi b. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan informan/responden tingkat regional, provinsi dan kabupatenlkota. Responden/informan penelitian tingkat regional adalah penanggung jawab kesiapsiagaan bencana pada Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) Regional. Respondenlinforman penelitian tingkat provinsi adalah penanggung jawab kesiapsiagaan bencana bidang kesehatan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi serta beberapa pemegang kebijakan yang terdiri dari Sekretaris Daerah dan Kepala Dinas Kesehatan. Res ondenlinforman penelitian tingkat kabupaten/kota adalah penanggung jawab kesiapsiagaan bencana bidang kesehatan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten/Kota serta beberapa pemegang kebijakan daerah yang terdiri dari Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Kesehatan, dan Kepala Puskesmas, serta pelaksana pelayanan kesehatan dan organisasi masyarakat untuk mengetahui ketanggapan daerah terhadap bencana alam dalam segi kesehatan. Pengumpulan data kuantitatif menggunakan instrumen checklist yang diisi langsung oleh responden. Dilakukan pendataan sumber daya yang dimiliki daerah dalam rangka kesiapsiagaan terhadap bencan bidang kesehatan pada penanggung jawab kesiapsiagaan bencana bidang kesehatan di tingkat regional, provinsi, dan kabupatenlkota. Indepth interview dilakukan pada para penanggung jawab kesiapsiagaan bencana bidang kesehatan pada tingkat regional, provinsi, dan kabupaten!kota, serta para pemegang kebijakan. RTD dan NGT dilakukan pada pe laksana pelayanan kesehatan dan organisasi kemasyarakatan. lndepth interview digunakan untuk memperoleh infonnasi yang mendalam tentang pendapat, persepsi, penerimaan seseorang terhadap sesuatu yang dilakukan secara tatap muka ( 2009). 15

17 RTD dilakukan dengan penetapan fokus diskusi dan agenda yang harus diikuti pada awal pelaksanaan, memerlukan partisipasi seluruh anggota dalam pelaksanaannya, serta pada akhir pelaksanaan dilakukan rekapitulasi basil diskusi dan fakta yang ditemukan ( 2012), Sedangkan NOT dilakukan untuk mengumpulkan pandangan dan penilaian perorangan dalam suasana ketidakpastian dan ketidaksepakatan mengenai inti persoalan suatu masalah, lalu mencari jalan penyelesaian yang terbaik dalam waktu antara 90 men it sampai dengan 3 jam, dengan anggota kurang dari 15 orang (Salusu, 1996) i. Bahan dan Prosedur Kerja Bahan: Alatalat pengumpul data seperti lembar checklist serta alat perekam suara digital recorder. Prosedur Kerja: 1) Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan ajian buku dan pedoman bencana yang telah disusun oleh Kemenkes, paparan dengan pimpinan, dan mengidentifikasi topik penelitian, yaitu Pengembangan Indikator Penilaian Kesiapsiagaan Bidang Kesehatan dalam Men _p hadapi Bencana Alam. Selanjutnya dari masukan berbagai pihak, dilaku.kan penyempurnaan protokol dan instrumen berupa checklist, pedoman indepth interview, pedoman RTD, dan pedoman NOT. Setelah instrumen siap, dilakukan perijinan penelitian di daerah yang menjadi lokasi penelitian, sehingga memudahkan tim peneliti dalarn pelaksanaan penelitian. 2) Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan. Yang pertama adalah melakukan pengumpulan data melalui pengisian lembar checklist, pelaksanaan indepth interview, RTD, dan NOT untuk mendapatkan masukan dan menyusun serta membobot indikator pedoman penilaian kesiapsiagaan bencana bidang kesehatan. Dalam tahap ini dihasilkan produk berupa draft pedoman penilaian kesiapsiagaan bencana. Selanjutnya pada kegiatan kedua clilakukan uji coba di tingkat regional, provinsi dan kabupaten/kota untuk menguji apa.kah indikator dapat mengukur tingkat kesiapsiagaan bencana bidang kesehatan di beberapa kabupatenlkota. Uji coba dilakukan untuk mendapatkan perbaikan draft pedoman. Kegiatan yang ketiga adalah pemaparan hasil uj i coba yang kemudian didiskusikan dengan narasumber melalui RTD dan NOT untuk memfinalkan pedoman yang siap pakai. 16

18 Terakhir, pedoman siap pakai diujikan kembali untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan bencana tingkat regional, provinsi, dan kabupaten!kota. j. Manajemen dan Analisis Data Seluruh data kuantitatif direkapitulasi dan dilakukan analisis deskriptif terhadap is ian checklist yang terkumpul. Seluruh hasil data kualitatif yang dikumpulkan dengan cara indepth interview, RTD, dan NGT akan ditranskrip. Setelah teks transkrip disusun dan dikoding, akan dilakukan content analysis serta identifikasi komponen yang dapat dikembangkan menjadi indikator. k. Detinisi Operasional I. Pra bencana Adalah situasi tidak teijadi bencana namun situasi terdapat potensi terjadinya bencana 2. Pencegahan dan mitigasi. Adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. 3. Kesiapsiagaan Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. 4. Kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar regional, provinsi, kabupaten Adaiah segala hal tertulis yang dibuat oleh pusat, regional, provinsi maupun kabupaten dalam rangka membuat pedoman atau standar sebelum terjadinya bencana. 5. Peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan Adalah lokasi yang menggambarkan suatu daerah memiliki potensi terjadinya bencana dan masalah kesehatan. 6. Brosur/leaflet/poster waspada bencana spesiftk region, provinsi, kabupaten Adalah informasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun duaduanya baik dalam ukuran kecil maupun besar yang berisi tentang kesiapsiagaan dalam mengbadapi bencana yang dikeluarkan oleh pusat, region, provinsi maupun kabupaten. 7. Dokumen analisis risiko bencana Adalah dokumen yang dibuat oleh kabupaten yang berisi hasil kaji dari akibat yang harus ditanggung oleh kabupaten tersebut pada saat terjadi bencana. 8. Tim penanggulangan bencana tingkat regional, provinsi, kabupaten/kota Adalah tim yang bertugas untuk menghadapi bcncana yang berada di tingkat regional, provinsi, kabupaten!kota yang harus menyusun strategi dalam menghadapi bencana. 9. Pelatihan dasar kebencanaan Adalah pelatihan mengenai pra bencana, saat bencana dan pasca bencana yang diterima oleh Tim Penanggulangan Bencana. I 0. Sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis masyarakat Adalah suatu metode yang sudah disusun sedemikian rupa untuk menghadapi krisis kesehatan berdasarkan kebutuhan masyarakat. II. Rencana kontijensi regional, provinsi, kabupaten Adalah suatu rancangan atau konsep yang dibuat dalam ruang lingkup regional, provinsi, kabupaten yang berupa tahapantahapan yang harus dilakukan dengan 17

19 segera setelah ada tandatanda awal terjadinya bencana untuk mengurangi akibat buruk yang ditimbulkan. 12. Simulasi/gladi/pelatihan siaga bencana Adalah suatu proses peragaan, latihan yang dilakukan sebelum terjadi bencana atau pada saat sudah terjadi tandatanda awal terjadinya bencana dengan melibatkan sektor terkait dan masyarakat sehingga dampak bencana dapat diminimalisir. 13. Dukungan sumber daya Adalah segala sesuatu baik berupa peralatan, sarana dan prasarana, dana, tenaga, orang yang terlibat dalam upaya meminimalisir dampak bencana. 14. Sistem informasi dan komunikasi Adalah halhal yang berkaitan dengan sarana prasarana tmtuk memberikan inforrnasi dan berkomunikasi dengan pihak terkait dan dengan masyarakat luas untuk meminimalisir dampak bencana yang akan terjadi. 18

20 Bab IV Hasil Telah dilakukan pengumpulan data dan informasi melalui wawancara mendalam dan pencatatan data sekunder. Wawancara mendalam dilakukan dengan Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Badan Penanggulangan Daerah baik level provinsi maupun kabupaten, PMT provinsi dan PMT Kabupaten, Departemen Sosial baik tingkat provinsi maupun kabupatert. Data sekunder yang dikumpulkan bempa data kesakitan dan kematian, data bentuk promosi esehatan, data pembagian tanggung jawab PUSDALOP/ pusat pengendalian operasi :abupaten. Hasil pengumpulan data Provinsi Aceh '1.. 1 Et.!: I!!:.. :; Tujuan khusus Propinsi Kabupaten Kecamatan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar regional, provinsi, dan kabupatenlkota terpilih di wilayah Provinsi Aceh?..... oeta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan di wilayah Ada = 4 kab 12 kec. ada ada Pf'OVinsi Aceh? orosur/leaflellposter waspada bencana spesifik region, provinsi, ada ada ada dan kabupaten/kota terpilih di wilayah provinsi Aceh? dokumen analisis risiko bencana di kabupaten/kota terpilih di ada ada Tidak ada Mlayah provinsi Aceh? tim penanggulangan bencana tingkal regional, provinsi, ada ada ada lo<abupaten/kota di wilayah provinsi Aceh? pelatihan dasar kebencanaan di provinsi Aceh? ada ada ada sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis masyarakat di. ada Tidak ada ada provinsi Aceh? informasi rencana kontijensi regional, provinsi, dan kabupaten/kota terpilih di Draft Rencana aksi ft Sebagai lim Mayah provinsi Aceh? smulasi/qiadi/pelatihan siaga di wilayah provinsi Aceh? Ada ada cukungan sumber daya di wilayah provinsi Aceh? ada ada sislem informasi dan komunikasi di wilayah provinsi Aceh? ada ada ada ada ada Belajar dari pengalaman Tsunami dan menyadari berada di posisi rentang bencana alam, Provinsi Aceh memiliki persiapan matang mengantisipasi bencana. Jajaran provinsi dan..:iliupaten memiliki perencanaan untuk menjaga kesiap siagaan, diantaranya membentuk tim reaksi cepat (TRC) dan mengadakan pelatihan. Masyarakat dilatih secara rutin. Bekerjasama Gengan Universitas Syah Kuala, Pemerintah daerah Aceh mempunyai think tank yang c.:namakan Tsunami Disaster and Mitigation Research Center (TDMRC) menyusun kebijakan 19

21 dan program agar masyarakat selalu waspada terhadap tanda tanda bencana alam. Rencana kontigensi masih berupa draft. Propinsi Aceh, khususnya Kabupaten Aceh Barat telah menerapkan pencapaian prioritas pengurangan risiko bencana diukur dengan 22 indikator pencapaian. Indikatorindikator rrsebut mengacu kepada Kerangka Aksi Hyogo (1lyogo Frameworks fo r Actions!HFA) yang telah disepakati oleh lebih dari 160 negara di dunia. HF A mempunyai 5 Prioritas program Pengurangan Risiko Bencana. Dari hasil Aceh Barat inilah maka peneliti belajar dan mengambilnya untuk pembuatan Cdikator pengurangan resiko kesehatan akibat bencana. Prioritas program pengurangan risiko bencana dan indikator pencapaiannya. Dari 22 indikator ia"sebut, dibagi menjadi 5 bagian besar antara lain: Memasti n bahwa pengurangan risiko bencana menjadi sebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk pelaksanaannya, dengan indikator pencapaian, pada bagian ini ada 4 indikator: I. Kerangka hukum dan kebijakan nasionalllokal untuk pengurangan risiko kesehatan akibat bencana telah ada dengan tanggungjawab, eks p lisit ditetapkan untuk semua jenjang pemerintahan. 2. Tersedianya sumber daya yang dialokasikan khusus untuk kegiatan pengurangan risiko kesehatan akibat bencana di semua tingkat pemerintah. 3. Terjalinnya partisipasi dan desentralisasi komunitas melalui pembagian kewenangan dan sumber daya pada tingkat lokal.. Berfungsinya forum/j aringan daerah khusus untuk pengurangan ri siko kesehatan akibat bencana. 20 = =

22 B. Mengidentifikasi, menilai dan memantau risiko bencana dan meningkatkan sistim peringatan dini dalam upaya pengurangan risiko bencana, dengan indikator pencapaian, di bagian ini ada 4 indikator: 5. Tersedianya kaj ian risiko kesehatan akibat bencana daerah berdasarkan data bahaya dan kerentan untuk meliputi risiko untuk sektorsektor utama daerah. 6. Tersedianya sistemsistem yang siap untuk memantau, mengarsip dan menyebarluaskan data potensi, bencana dan kerentanankerentanan utama. 7. Tersedianya sistem peringatan dini yang siap beroperasi, untuk skala besar derigan jangkauan yang luas keseluruh lapisan masyarakat. 8. Kaj ian risiko kesehatan daerah mempertimbangkan risikorisiko lintas batas guna menggalangkan kerjasama antar daerah untuk pengurangan risiko. C. M.ewuju dkan penggunaan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun ketahanan dan budaya aman dari bencana di semua tingkat, dengan indikator pencapaian di bagian ini ada 4 indikator: 9. Tersedianya informasi yang relevan mengenai bencana dan dapat diakses di semua tingkat oleh seluruh pemangku kepentingan (melalui jejaring, pengembangan sistem untuk berbagi informasi dst).. Kurikulum sekolah, materi pendidikan dan pelatihan yang relevan mencakup konsepkonsep dan praktikpraktik mengenai pengurangan risiko bencana dan pemulihan. I I. Tersedianya metode riset untuk kajian risiko multi bencana serta analisis manfaatbiaya (cost benefit analysis) yang selalu dikembangkan berdasarkan kualitas hasil riset 12. Diterapkannya strategi untuk membangun kesadaran seluruh komunitas dalam melaksanakan praktik budaya tahan bencana yang mampu menjangkau masyarakat secara luas baik di perkotaan maupun pegampongan..\1engurangi faktorfaktor risiko dasar, dengan indikator pencapaian dibagian ini ada 6 indikator : 21

23 13. Pengurangan risiko bencana mempakan salah satu tujuan dari kebijakankebijakan dan rencanarencana yang berhubungan dengan lingkungan hidup termasuk sumber daya alam, tata guna lahan dan adaptasi terhadap perubahan iklim. 14. Rencanarencana dan kebijakankebijakan pembangunan sosial dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan penduduk yang paling beresiko terkena dampak bahaya 15. Rencanarencana dan kebijakan kebijakan sektoral di bidang ekonomi dan produksi telah dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan kegiatankegiatan ekonomi 16. Perencanaan dan pengelolaan pemukiman manusia memuat unsurtmsur pengurangan risiko bencana termasuk pemberlakuan syarat dan izin mendirikan bangunan untuk keselamatan dan kesehatan umum (enforcement of building codes) 17. Langkahlangkah pengurangan risiko kesehatan akibat bencana dipadukan ke dalam prosesproses rehabilitasi dan pemulihan pascabencana 18. Siap sedianya prosedurprosedur untuk menilai dampakdampak risiko kesehatan akibat bencana atau proyekproyek pembangunan besar terutama infrastruktur. E Me mperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di semua tingkat, dengan indikator pencapaian ada 4 indikator pada bagian ini: 19. Tersedianya kebijakan, kapasitas teknis kelembagaan serta mekanisme penanganan darurat bencana yang kuat dengan prospektif pengurangan risiko kesehatan akibat bencana dalam pelaksanaannya 20. Tersedianya rencana kontingensi bencana yang berpotensi terjadi yang siap di semua jenjang pemerintahan, latihan reguler diadakan untuk 'mengji dan mengembangkan programprogram tanggap darurat bencana. 21. Tersedianya cadangan finansial dan logistik serta mekanisme antisipasi yang stap untuk mendukung upaya penanganan darurat yang efektif dan pemulihan pasca ben can a 22. Tersedianya prosedur yang relevan untuk melakukan tinjauan pasca bencana terhadap pertukaran informasi yang relevan selama nasa tanggap darurat. Berdasarkan pengukuran indikator pencapaian ketahanan daerah maka kita dapat membagi.:=;:kat tersebut ke dalam 5 tingkatan yaitu: 22 _ = =: =

24 1. Level 1 yaitu daerah telah memiliki pencapaianpencapaian kecil dalam upaya pengurangan risiko bencana dengan melaksanakan beberapa tindakan maju dalam rencanarencana atas kebuakan 2. Level 2 yaitu daerah telah melaksanakan beberapa tindakan pengurangan risiko bencana dengan pencapaianpencapaian yang masih bersifat sporadis yang disebabkan belum adanya komitmen kelembagaan dan atau kebijakan sistematis 3. Level 3 yaitu komitmen pemerintah dan beberapa komunitas terkait pengurangan bencana di suatu daerha telah tercapai dan didukung dengan kebijakan sistematis, namun pencapaian yang diperolch dengan komitmen dan kebijakan tersebut dinilai belum menyeluruh hingga masih belum cukup berarti untuk mengurangi dampak negatif dari bencana. 4. Level 4 yaitu dengan dukungan komitmen serta kebijakan yang menyeluruh dalam pengurangan risiko bencana disuatu daerah telah memperoleh capaiancapaian yang berhasil namun diakui masih ada keterbatasan dalam komitmen, sumber daya finansial ataupun kapasitas operasional dalam pelaksanaan upaya pengurangan resiko bencana didaerah tersebut. 5. Level 5 yaitu daerah yang telah meraih pencapaian komprehensif dengan komitmen dan kapasitas yang memadai di semua tingk:at komunitas dan jenjang pemerintahan. Basil temuan caloncalon indikator dari beberapa data yang terkumpul akan dicoba dianalisis =engikuti konsep HF A untuk melihat Indeks Ketahanan di tingkat Provinsi, Kabupaten, dan r ecamatan. :: mgkat Provinsi ariabel I pertanyaan penelitian tingkat Provinsi I. Kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar provinsi Kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar provinsi Perda Prov tentang Penanggulanga n Bencana I Perda Prov tentang Organisasi dan Tata Kerja BPBA 1.;, Pergub tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembangunan 0 Kawasan Hunian Sementara Ada Tidak Ind.ikator Nomor (Dari 22 indikator), Keterangan: 1 = ada 0 = tidak ada I (I) = ' = "' = =

25 4 Pergub tentang Rincian Tugas dan Fungs i BPBA 1 5 Pergub tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) 0 1 I Penanggulangan bencana n 6 Rencana Strategis (Renstra) Tahun Badan 1 Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Peraturan Gubemur tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana I Daerah. 8 Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Pembentukan Tim Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan 9 Surat Keputusan Pengurus Daerah Palang Merah indonesia Provinsi tentang Struktur Organisasi Program Pemulihan Gempa PMI Cabang I Surat Kcputusan Pengurus Daerah Palang Merah indonesia Provinsi tentang Struktur Organisasi Program 0 1 I.I Pemulihan Gempa PMI Cabang I ll Rencana Strategis PMI : memperkuat 0 1 pe \ayanan dalam penanggulangan bencana 14 ::! Keputusan Gubemur tentang pembentukan tin1 reaksi I 0 cepat (TRC) pen anggulangan bencana 1(1) Peraturan Gubernur tentang pedoman rencana 113 kontingensi bencana pada zona prioritas 1 penanggulangan Bencana 14 Keputusan Gubernur pembentukan tim penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan 5 Peraturan Gubernur tentang rencana penanggulangan \, Bencana 1(1) I epedulian Pemerintah Provinsi Aceh dalam menyikapi bencana, telah mengeluarkan apa kebijakan/ peraturan perundangan/ pedoman dan standar, dimana muatannya lebih ::=pada kearifan lokal yang dianggap perlu (urgent) oleh pemerintah daerah. Ada sekitar 11 idrijakan yang berkaitan dengan penanggulangan bencana di Propinsi Aceh, meliputi: Kepun1san Gubernur Aceh Nomor ten tang Pembentukan Tim Reaksi Cepat (TRC) 360/657/20 Penanggulangan Bencana Aceh. Keputusan Gubemur Aceh Nomor Tentang Pembentukan Tim Penanggulangan 140/192/20 11 Bencana Bidang Kesehatan Di Aceh Peraturan Gubernur Aceh Nomor 51 Ten tang Rencana Penanggulangan Bencana Tahun (RPB) Aceh Tahun Peraturan Gubemur Aceh Nomor 49 Ten tang Pedoman Rencana Kontijensi!Bencana Tahun Banjir pada Zona Prioritas Penanggulangan Bencana Aceh. Peratw an Gubernur Aceh Nomor 51 Tentang Rencana Penanggulangan Bencana Tahun (RPB) Aceh TahW

26 = 6 Peraturan Gubemur Aceh Nomor 26 Ten tang Perubahan Rencana Pembangunan Tahun 20 Jangka Menengah Aceh Tahun I Peraturan Gubemur Nomor 43 Ten tang Sistem Peringatan Dini dan Penanganan Tahun 20 Darurat Bencana Tsunami Aceh. Peraturan Gubemur Nomor 7 Tahun Ten tang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi 2011 Pemangku Jabaan Struktural Badan Penanggulangan Bencana Aceh. 9 Qanun Aceh Nom or 5 Tahun 20 Tentang Penanggulangan Bencana Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 20 Ten tang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh. Peraturan Kepala Badan Nasional Tentang Pedoman Umum Desai Kelurahan Penanggulangan Bencana Nomor l Tangguh Bencana. Tahun 2012 Dati hasil diatas tcrlihat semua kebijakan diatas masih bersifat kebencanaan secara luas, urn khusus untuk kesehatan. Tetapi untuk Propinsi Aceh patut diacungi jempol dengan a.::!:mya institusi eli bawah Dinas Kesehatan Aceh yang bertugas dalam penanggulangan fcncana. Institusi tersebut dinamakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pusat ggulangan Krisis Kesehatan, dibentuk melalui Pergub No. 6 tanggal I 0 Maret 20, dan perasi sejak 20 Agustus 20. Peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan provinsi.1 Peta ra. :v an bencana dan pemetaan masalah kesehatan Ada Tidak Indikator Nomor pr ovms1 (Dari 22 indikator) Peta rawan bencana di wilaya h pr ovinsi Peta resiko kesehatan untuk daerah rawan bencana di 0 I 14(0) wilayah provinsi peta resiko bencana yaitu di 4 kabupaten dan 12 kecamatan dari 23 kecamatan. Empat Kabupaten tersebut yaitu: Banda Ac.eh, Bener Meriah, Meulaboh, dan Gayo Lues. Khusus :::.Jc peta di Kabupaten Aceh Barat (Meulaboh), peta dibuat secara lintas sektor, antara dapat bantuan secara teknis dari TDMRC di bawah Unsyiah, dan sudah berjalan selama 1 25 = :::

27 rnhun. United Nations Development Programme (UNDP) membantu dalam hal pendanaan. Sampai sekarang petanya belum di update lagi karena belum ada perubahan desa yang terjadi aencana. Peta ini sifatnya open, jadi bisa di update kapan saja kalau terjadi perubahan. Ada 4 jenis peta yaitu: peta kerentanan, peta bahaya, peta kapasitas, dan peta resiko. Dari paparan diatas terlihat, belum adanya peranan di sektor kesehatan untuk kebencanaan, 5ebarusnya kalau melihat seperti itu kesebatan dengan menggunakan peta bencana yang sudah gkap ada kerentanan bencananya, peta bahayanga, dan kapasitas serta resiko, maka seharusnya akan lebih baik kalau ditambahi ke resiko kesehatan potensial yang ada kalau ada cana di daerah terseb ut. Kapasitas kesehatan yang mana saja yang disipakan untuk wenghadapi resiko sepe11i itu. Yang dimaksud peta resiko kesehatan adalah apabila di peta bahaya bencana yang te1jadi =sana adalah tsunami, atau banjir atau gunung meletus, maka sebenarnya resiko kesehatan _13llg mengancam akan berbeda, kalau tsunami atau gtmung meletus kebanyakan korban iko patah tulang, debu, ispa, luka dalam dan luka terbuka. Sedang kalau banjir ungk:ina resiko kesehatan yang ada adalah sanitasi, penyakit leptospira kalau banjirnya i;.'clanpelan. Tetapi kalau banjirnya banjir bandang kemungkinan adalah banyak yang elarn, ketimpa rumah, jadi persiapan pencegahan resiko kesehatarmya akan lain, :::emikian pula peralatan yang diperlukan akan lain juga. Hal ini mengingatkan sewaktu C!:jadi bencana Gunung Merapi di Jawa Tengah, pengungsi diarahkan mengungsi ke Boyolal i,.t:rrena tidak ada peta resiko kesehatan di daerah itu, untunglah ada beberapa orang P2PL yang L:li!Dgingatkan bahwa lokasi pengtmgsi yang dipakai untuk pengungsi adalah daerah pes, maka ah pengungsi dipindah saat itu dengan cepat. lnilah yang belum dipunyai oleh dinas hatan propinsi. Jadi masih peta bencana yang ada pada umumnya. edia informasi I Media iriformasi Ada Tidak i1 Leaflet I 0!' B uku i Poster kartu kwartet 0 I j. permainan, fi lm, lagu, nyanyi an nasihat s RRI, TV Indikator Nomor (Dari 22 indikator) _ = = _ '"'._., : = "' =; =

28 9 9 Ada beberapa media di propinsi, filmfilm tentang bencana atau banj ir, bahkan ada juga Desa :angguh dan Sekolah Siaga Bencana. Budaya "Smong" di Simeuleu, dalam bentuk nyanyian,!sinya berupa nasehatnasehat kalau ada gempa besar, agar segera Jari ke gunung. Syair smong" biasanya dinyanyikan sambil meninabobokan anaknya. Sewaktu terjadi tsunami di Aceh, hanya ada 3 korban di Simelue, hal ini antara lain sebagai efek dari budaya "Smong" but. Tim peneliti akan coba mengeksplore lebih dalam, namun belum berhasi I =.endapatkan syaimya. Selain beberapa media informasi tersebut, ada juga denah evakuasi Gmlami. Sedang peta tentang evakuasi kesehatan apabila terjadi bencana belum ada. Seperti adanya pelayanan kesehatan kalau terjadi bencana seharusnya sudah di rencanakan dan juga sudah di r:cat inf01m asi.nya seperti suatu ketik.a tetjadi banjir maka pengungsi akan di evakuasi di sisi I::2Da dan akan dibawa kemana, lalu untuk beberapa pengungsi yang mempunyai masalah.l!sehatan akan dikirim kemana yang paling dekat. amedia inforrnasi di atas masih bersifat umum, belum khusus kesehatan. _ Dokumen analisis risiko bencana di provinsi Dokumen analisis risiko bencana di provinsi, terutama Ada Tidak Jndikator Nom or risiko kesehatan akibat bencana. (D ari 22 indikator) J Dokumen Analisis risiko bencana 5 Pemberdayaan masyarakat 2 i Protap siap siaga bencana 17 Dokumen analisa risiko kesehatan akibat bencan Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akibat ben can a Protap siap resiko kesehatan akibat bencana :':::3. dokumen analisis risi.ko bencana. Beberapa jenis bencana yang terjadi di Aceh yaitu:. Tsunam i, angin puting beliung, epidemi, Jongsor, kekeringan, abrasi pantai, dan. Bencana banjir paling sering terjadi, ada sekitar 66% wilayah di Aceh merupakan banjir. Kebakaran hutan bukan termasuk bencana alam. 27 =;::. ;;.. '

29 .. Analisis risiko bencana menggunakan Kerangka Aksi Hyogo (Hyogo Frameworks for..lction!hf A), yaitu hasil kesepakatan pengurangan resiko bencana dari Konferensi lnternasional dj Hyogo. 3elum ada pemetaan kesehatan, sedangkan peta bencana dan peta ramalan banjir sudah ada. Peta bencana oleh BPPA, dan peta ramalan banjir dari BMKG.. Tim penanggulangan bencana tingkat provinsi. Tim penanggulangan bencana tingkat provinsi Ada Tidak Tndikator Nomor khususnya di bidang kesehatan (Dari 22 indikator) I I Tim Human Resources Need Assessment (HRNA) dan Damaged And Lost Assessment (DALA) yang kini 0 I 2 (0) bernama Post Disaster Needs Assessment (PDNA). Tim Reaksi Cepa t (TRC) I 0 2. Satgana. 2 (1) Relawan Palang Merah Remaja (PMR), Korps Suka Rela (KSR) dan Tenaga Suka Rela(TSR) I 0 2 (1) Taruna Siaga Bencana (Tagana) 2 6 Tim TRC, Tagana, PMI ada KKN bencana, sekolah siaga bencana di propinsi. I 0 2 (I) 'Q)i Universitas Syiah Kuala, ada jurusan Manajemen Bencana di bawah Fakultas Kesehatan arakat, ada program kuliah kerja nyata (KKN) bencana yang rutin dilaksanakan. '3!samping itu materi kesiap siagaan bencana juga telah dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah. Jadi dari paparan di atas maka dapat dikatakan bahwa kebanyakan tim untuk be::lcana secara umum sudah ada tetapi resiko kesehatan akibat bencana belum dirnasukkan.=m kurikulum. Untuk Tim TRC dan palang merah itu bagian dari kesehatan. :. Penanggulangan BEN CAN A berbasis masyarakat Penanggulangan resiko kesehatan akibat bencana berbasis Ada Tidak Indikator Nomor I masyarakat, atau jejaring dengan lintas sektor dan (Dari 22 indikator) masyarakat Daftar I laporan I dokumen J Pemberdayaan anak sekolah 3..., komunititas siaga tsunami ( Kogami), 3 ;; Jejaring Jomalis Siaga Bencana (JJSBJ, D Jejaring komunitas siaga bencana, donator internasional Kampung S iaga Bencana (KSB) 3,i;, Penguranga n Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat

30 I sekolah siaga bencana, 3 1 : 9 desa tan guh I 0 3 i l karang taruna 3 II PKK 3 tl Di Propinsi Aceh, partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana melalui sumber daya pada tingkat lokal. Sumber daya yang ada, yaitu: pemberdayaan anak sekolah dengan cara cemasukkan kurikulum kesiap siagaan bencana, komunitas siaga tsunami (kogami), kampung.siaga bencana, desa tangguh, karang taruna, dan PKK.. Badan Nasional Penanggulangan bencana (BNPB) mempunyai program pembentukan Desa angguh. Pada tahun telah mensosialisasikan Pedoman Umum Desai Kelurahan angguh Bencana melalui Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor Tahun Saat ini di Aceh sedang dalam proses pembentukan Desa Tangguh. Jj uan dibentuknya Desa Tangguh adalah agar masyarakat siap, sadar dan mampu mengatasi f"oencana yang terjadi di desanya secara mandiri. JPembentukan Desa Tangguh perlu adanya pendampingan yang dilakukan melalui perencanaan t:::o)cat desa, meliputi: pengkajian risiko, pemetaan kapasitas, perencanaan penanggulangan ana, peren canaan kontijensi, sampai peningkatan kapasitas warga dan aparat dalam ggulangan bencana. ll:paya yang dilakukan Dinas Sosial yaitu capacity building mem buat hun bung sosial, srperangkat dapur umum, logistik untuk 3 hari makan, ada di setiap desa yang dilatih, sambil.munggu bantuan dari kabupaten. Melatih kesiapsiagaan masyarakat, road map dan simulasi. u untuk bencana, sosial mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, ob adat, guna mengantisipasi terjadinya konflik. Aceh sangat rawan terjadi konflik, baik ik vertikal maupun konflik horizontal. Konflik ethnic yang pernah teijadi yaitu eksodus mgusiran) orang Jawa secara besarbesaran. Konflik agama juga pernah teij adi. bungan dengan hal tersebut, perlu upaya antisipasi. g Merah Indonesia (PMI) membentuk Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SffiAT), :u relawan siaga bencana tingkat desa, bersama dengan komite penanggulangan bencana bersamasama membangun kesiapsiagaan masyarakat. Anggota SIBA T mendapatkan 3.tihan khusus mulai pemetaan kapasitas dan kerentanan lingkungan desa nya, sampat 29 = =

31 "liengan sistem peringatan dini serta cara komunikasi dan advokasi. STBA T telah dibentuk di.350 desa. Dalam operasional kerjanya, anggota SIBA T dibekali dengan HT dan sirene. Dinas Kesehatan telah melakukan Research Health Assessment (RHA) di kabupaten, sebagai toordinatomya adalah BPBD. Kesiapsiagaan bencana sudah dimasukkan dalam kurikulum 2!l3k sekolah. Tetapi untuk segi resiko kesehatan akibat bencana beltun dimasukkan dalam IWrikulum. \TII R encana k on r t.jenst r mg k a t provms1 Rencana kontijensi resiko kesehatan akibat bencana Ada Tidak Indikator Nomor tingkat provinsi (D ari 22 indikator) m Rencana kontijensi berdasarkan jenis bencana yang spesifik, melibatkan berbagai unsur, pemerintah, LSM, I 0 dan masyarakat. ":! Pengalokasian anggaran dalam rencana kontigensi.:;c Rencana kontinjensi provinsi Peraturan Gubernur tentang pedoman rencana kontingensi bencana pada zona prioritas penanggulanga n Bencana?BA telah melakukan kegiatan: Pada tahun 2012 telah mensosialisasikan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 49 Tahun 2012 tentang Pedoman Rencana Kontijensi Bencana Banjir pada Zona Prioritas. Pembuatan draft Rencana kontijensi Gunung api Seulawah Agam yang meliputi: gambaran umum (letak geografis dan administrasi pemerintahan), penilaian bahaya dan penentuan kejadian (peta kawasan rawan bencana), pengembangan skenario ( dampak. bidang kependudukan, dan sarana prasarana), keb ijakan dan strategi (termasuk struktur fi: _ omando tanggap darurat), perencanaan sektoral (manajemen dan keposkoan, bidang _ esehatan, perlindungan dan keselamatan, logistik dan sarana prasarana), serta pemantauan dan reneana tindak lanjut. PM! baru membuat rencana kontijensi operasi tanggap darurat ketika terjadi bencana banjir.jandang. Proses penyusunannya adalah dengan mengundang seluruh PMT kabupaten! kota untuk pendataan yang kemudian dijadikan satu buku untuk disebarluaskan. Rencana kontijensi umum yang melibatkan seluruh SKPD, PMI selalu berperan serta dan berkoordinasi dalam penyusunannya dengan BPBA

32 Untuk rencana kontijensi yang telah disusun masih sebatas skenario dan belum disimulasikan. esehatan: Kontijensi yang khusus untuk kesehatan belum ada, namun kontijensi plan secara keseluru.han bersama lintas sektor lain dalam kegiatan yang melibatkan kesehatan yaitu Indian Ocean Tsunami Drill diikuti oleh 18 negara yang terkena tsunami. Kegiatan ini telah melibatkan masyarakat di pesisir dan sudah diuji cobakan beberapa kali yaitu pada tahun 2008, 2009, 20. Ada buku panduan mengenai Sistem penanggulangan kegawatdaruratan terpadu (SPGDT), akan disimulasikan tabrak mobil, dan tenggelam. Kontijensi plan untuk kesehatan sudah buat perencanaan, tapi belum pernah terlaksana. \ID. Simulasi /gladi/ siaga bencana I Simulasi /gladi/ siaga bencana Ada Tidak Indikator Nomor (Dari 22 indikator) Simulasi bencana, pertolongan pertama dan sistcm rujukannya I 0 20 Ada pelatihan terhadap Tagana, dan TRC, pelatihan dapur umum, reaski cepat, psikososial, program kampung siaga bencana. PBA sedang mengadop pelatihan kampung tanggap bencana, membuat roadmap evakuasi, mengadakan pertemuan Lintas sektor.. B?BA: Simulasi sudah sering dilakukan, sampai melibatkan kabupaten, sesuai dengan potensi bencana di masingmasing wilayah. Dalam waktu dekat akan dilakukan lagi simulasi yang melibatkan masyarakat, aparat, dan SKPD terkait untuk penerapan SOP tsunami, termasuk sistem peringatan dini tsunami. Sebelum simulasi dilakukan, biasanya BPBA akan melakukan table top exercise, yaitu penemuan koordinasi membahas dan menetapkan pembagian peran masingmasing pelaku sim ulasi. 31

33 PMI: Untuk rencana kontijensi yang telah disusun oleh PMI masih sebatas skenario dan belum disimulasikan, namun PMT pernah terlibat dalam simulasi gempa tsunami yang dilakukan di Banda Aceh dan Aceh Jaya bersama SKPD terkait dan BPBA sebagai leading sektomya. Dinas Kesehatan: Belum ada simulasi resiko kesehatan akibat bencana IX. D u k ungan sum b er d aya Dukungan sumber daya Ada Tidak lndikator Nomor (D ari 22 indikator) l Posko penanggulangan bencana dan Pusdalops 24 jam dengan shiftlj)_iket. 2.., Haglund mobil ambulans, 2 mobil WC UillW11, 2 mobil dapur umum, 2 mobil evakuasi, 2 mobil untuk angkut pengurus, 2 mobil jenazah, 2 mobil truk tangki air beserta perangkat sanitasinya. 2 Perahu karet, 2 motor tempel, 2 life jacket, 2 motor URC, 2 ambulans, 2 mobil klinik, 2 mobil operasional,. 2 alatalat kesehatan, 2 peralatan rumah tangga, 2 peralatan kesling, 2 alat komunikasi, dan 2 peralatan untuk mendirikan RS lapangan. 2 :! Mobil bencana, 2 perahu dolpin, 2 mobil dapur umum, 2 mobil tanki air, 2 gudang logistic 2 Radio komunikasi, 2 tenda, 2. lampu besar, 2 32

34 mobil truk boks dan truk terbuka, motor, I 0 ambulans, perlengkapan medis dan obatobatan standar, perahu karet 6 Alat komunikasi, kapal dengan panjang 36 meter, 0 1 rigit inventable boat, 0 1 perahu karet, sekoci, rescue truck berisi peralatan untuk korban SAR, rescue car, leaving bag, eye TV, emergency lighting (lampu lapangan), alat maintenaring mountaineering I 0 alatalat evakuasi nnber daya yang ada di lintas sektor dikoordinir oleh BPBA, yang meliputi PU, Dinkes, Dinsos, PMI, TDMRC, dan LSM lailmya. PBA: Dukungan sumber daya dari SKPD terkait sudah bagus. Ada Forum Pengurangan Risiko Bencana (Forum PRB) yang terditi dari: SKPD terkait, akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), NGO, dan swasta, yang berperan membantu BPBA dalam penanggulangan benc.ana. Di BPBA ada berbagai kendaraan operasional,fork/iji, perahu karet beserta pelampungnya, tenda besertafamily kit, dapur umum, dan lampu lapangan. Peralatan yang ada di BPBD lebih ke arah pengelolaan titik pengungsian, sedangkan peralatan lainnya didukung oleh SKPD terkait lainnya seperti rumah sakit, SAR, PMI dan lainlain. :::as Sosial: I ;umlah anggota r AGANA sebanyak 1500 orang. Anggota TAGANA dibagi sesuai eahliannya: bagian dapur umum, bagian psikho sosial, bagian evakuasi. Kegiatan 33

35 TAG ANA lebih di fokuskan kepada anak yang mengalami trauma, dapur urn urn, dan pendampingan sosial., Dinas Sosial juga dibantu karang taruna, dan peketja sosial masyarakat. Di tingkat kecamatan, ada Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat Kecamatan (TKSK), dul.u namanya Pekerja Sosial Kecamatan (PSK). Tugasnya mendata kegiatan yang berkaitan dengan bencana di kecamatan. Keberadaan TKSK sebagai tenaga kontrak non PNS dengan honor I juta 600 ribu. Targetnya 1 kecamatan ada I orang TKSK di 283 kecamatan. Sumber daya di Pasko penanggulangan bencana, ada 7 orang anggota yang piket, mereka membangun jaringan dengan seluruh anggota RAPI dan ORARl di kab/kota. fl: PMI tergabung dalam Forum Pengurangan Risiko Bencana (Forum PRB) yang rutin melakukan pertemuan setiap bulan di BPBA, bersama seluruh SKPD terkait. Sarana prasarana yang dimiliki PMI antara lain : Gedung dan penginapan untuk disewakan.. Gedung pendidikan dan pelatihan. Gudang. Posko. Truk besar. Boat marinir. Fork lift. Double cabin. Perangkat water sanitation. Dapur umum. Puluhan mobil operasional hand over dari berbagai NGO yang datang (tidak terurus karena tidak ada dukugan dana untuk biaya operasional dari Pemda). Dokumentasi kebencanaan yang dimiliki PMI: Dokumentasi Peta Wilayah Kerja Program Penanggulangan Bencana PMI Provinsi Aceh Tahun Dokumentasi Data Perlengkapan Satuan Penanggulangan Bencana (SATGANA) PMJ Se Provinsi Aceh 34

36 Dokumentasi Data Rekapitulasi Peralatan PMI Aceh Tahun 2007 Dokumentasi Peta Kapasitas PMI di masingmasing kabupaten/kota seprovinsi Aceh Oinkes: Sudah tergabtmg dengan BPBA, tetapi belum mempunyai strategi tersendiri, kebanyakan resiko kesehatan akibat bencana dilaksanakan atau ditangani oleb PMI. Untuk kekuatan sumber daya manusia belum begitu banyak. Demikian juga untuk sarana dan prasarana yang ada. 35

37 ,I :I I x s. "d k "k.. 1stem m ormas1 an omum as1 p ropms1. "/k ota Sistem informasi dan komtmikasi kabupatenlkota I Menggunakan radio ORARI dengan frekuensi khusus untuk berkoordinasi, HT, telepon, , mobil komunikasi. 1 Radio komtmikasi (RAP I), dengan frekuensi sendiri. Internet, handphone. 3 SSB dengan jangkauan jarakjauh mencapai seluruh Indonesia, handy talky dengan menggtmakan frekuensi phicef, frekuensi di RAPT, repeater sebanyak 2 buah, marine commnunication, f{round to air. 5 Hp media in formasi dengan repeater di kabupatenkabupaten. RAPI ORARI Ada Tidak lndikator Nomor (Dari 22 indikator) l em informasi yang digunakan oleh BPBA, Dinsos, PMI, dan TDMRC bervariasi namun t=em punyai tujuan sama yaitu cepatnya informasi bisa sating diterima. PBA: Pelaporan dilakukan denga format yang telah baku, tergantung permintaan gubernur, bisa setiap 2 bulan sekali, 6 bulan sekali, atau setahun sekali. Salah satu Iaporan yang telah disusun adalah inventarisasi data bencana kabupaten/kota pemerintah Aceh pada periode Januari Juni tahun 20. Saat itu BPBA belum terbentuk, masih bernama Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengtmgsi (Satkorlak PBP) Aceh. BPBA resmi terbentuk pada tahun 20. Informasi yang terdapat dalam laporan di atas an tara lain berbagai jenis bencana yang te1ah terjadi di masingmasing kabupaten/ kota lengkap dengan tanggal dan Jokasi kejadian, 36

38 dampak bencana, penyebab bencana, sampai bantuan/ tindakan yang diberikan (penanganan pengungsi). Sedangkan laporan ketika terjadi bencana alam dapat dilihat pada Dokumentasi Contoh Laporan Kejadian Bencana Alam Gempa Bumi di Provinsi Aceh Informasi disampaikan melalui berbagai seminar yang dilakukan BPBA, raker (internal) 2 kali setahun dan insidental tergantung urgensi, serta rakor 2 kali setahun dan ketika terjadi bencana dengan berbagai SKPD, LSM, NGO. Selain itu, terdapat informasi yang dapat diakses oleh masyarakat umum dari website (online) Data lnformasi Bencana Aceh (DIBA). Peralatan komunikasi yang digunakan di BPBA antara lain HF (codan), HT, emergency mobile kit, handphone satelit, internet, telephone, dan handphone selular. Dinsos i menggunakan alat komunikasi: radio komunikasi, repeater, internet, hp, posko di tiap K.ablkota P tl Komunikasi dilakukan melalui HT (VHF), stasiun radio komersial, HF (codan), dan radio. lnfonnasi disampaikan melalui berbagai format laporan yang disebarluaskan melalui musyawarah kerja rutin tahunan dengan masingmasing divis i di PMI kabupaten/ kota.. Data Bencana PMT Provinsi Aceh Tahun kumentasi yang dimiliki PMI: Dokumentasi Peta Lokasi VHF, HF (codan), dan repeater beserta daftar frekuensi radio kom unikasi Dokumentasi rekapitulasi data korban dan kerusakan infrastruktur ketika terjadi bencana banjir bandang.. Dokumentasi laporan kegiatan harian Posko PMI ketika terjadi bencana banjir bandang Dokumentasi laporan akhir pelaksanaan tanggap darurat ketika terjadi bencana banjir ban dang Dokumentasi hasil rapid assessment dan laporan kegiatan water sanitation (watsan) tanggap darurat ketika terjadi bencana banjir bandang 37

39 Dokumentasi laporan barang masuk dan distribusi bantuan ketika tetjadi bencana banjir ban dang :>INKES 2asih terbatas dalam peralatan, dengan menggunakan hp. TDMRC :idak ada program monev, karena keberadaan TDMRC sebagai think tank yang mensuplay ta yang dibutuhkan terutama BPBA. Oari sebaran data di atas, maka dapat dikatakan sistem informasi dibidang kesehatan.ebanyakan di miliki oleh PMI. XL P e I ata 'h an. d asar k e b encanaan tm2k 1 at k a b /k ota Pelatihan dasar kebencanaan tingkat kabupatenlk:ota ' upaten Kurun waktu 0: tahun. I: I tahun 3: 3 tahun 5: 5 tahun OTh. l Th. 3 Tahun 5 Tahun Ada Ada Tdk Ada Ada Tdk Tdk Tdk Pelatihan pergudangan/logistik l :! Pelatihan penyusunan rencana kontijensi l :; Pclatihan P4K I Pclatihan evakuasi I 5 Pelatihan distribusi bantuan dan logistik 1 s Pe1atihan pemetaan sumber daya 1 Pelatihan pemetaanjalur evakuasi dan 1 titik penjemputan Pe1atihan pcngurangan risiko bencana I Pelatihan dasar TAGANA. J... Pelatihan Radio Komunikasi, Rapid I Health Assessment (RHA), Tim Reaksi Cepal (TRC), Pelatihan Penanganan Gawat Darurat (PPGD), Pelatihan dasar SAR, perahu karet, Disaster Victim Identification (DVT), Advanced Trauma Life Support (AILS)/ Advanced Cardiovascular Life Support (ACLS) ] Pelatihan navigasi dan survival. I Diklat komunikasi, diktat operator, I. Indikator Nomor (Dari 22 indikator) lo. 38

40 pclatihan ABK dan safety training ' l3 Pclatihan sosialisasi penggunaan I peralatan bam, pelatihan manajerial untuk operasi, Pendidikan SAR tertinggi I SAR Mission Coordinator. pelatihan KSR tingkat dasar dan lanjutan 1 yang meliputi : Pertolongan Pertama, Pcrawatan Keluarga, Kesehatan Remaja, Penanganan Bencana (manajemen bencana, assessment, penampungan sernentara/pengungsian, dapur luu'llm, dan logistik), Restoring Family Links, Program Berbasis Masyarakat (Community Based Programme), Kcpemimpinan, Air dan Sanitasi (Water and Sanitation/ WatSan), serta Simulasi Lapangan. _j Pertolong<m Pertama, Medical Action I Team (khusus dokter dan perawat dalam hal pcmbentukan RS lapangan), Pelatihan IT (salelit phone dan repeater), Pelatihan Manajemen Tanggap Darurat Bencana (distribusi pengungsi, operasi tanggap darurat, membangun tcmpat penampungan, logistik, dan peningkatan kapasitas fisik). t= Advanced Cardiac Life Support I (ACLS) t Advanced Pediatric Cardiac Life l Support (APSLS) Emergency Medical Tehnician I course; insident command sistem (ICS) ::; Mass Casualty_ incident (MCI) 1 Datadata mengenai pelatihan dasar kebencanaan secara detail dan spesifik kurun waktu =daksanaannya belum bisa diperoleh selama pengumpulan data di lapangan. eoerapa data tambahan tim Aceh yang didapat dari hasil rifaskes adalah data tentang =:Jab sakit hal ini untuk perbandingan data kalau di institusi yang membidangi kesehatan ;:cagaimana tergambar pada tabel dibawah ini: 39

41 Persentase RSU Pemerintah yang Memiliki Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat, Rifaskes Provinsi Aceh Kelas A Kelas B RSU Pcmerintah Kelas C 66,7 28,6 Kelas D Total 37,5 36,0 t:ntuk tingkat rumah sakit sudah ada, walaupun belum maksimum, hal ini menggambarkan belum siapnya suatu institusi kesehatan kalau terjadi bencana didaeralmya. Dan kelemahan ini yang akhimya perlu dibenahi. Tabel Persentase RSU Pemerintah menurut Keberadaan Tim Penanggulangan Bencana, Rifaskes 2011 No Provinsi RSU Pemerintah Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Total Aceh 0,0 28,6 37,5 40,0 L'ntuk keberadaan tim penanggulangan rumah sakit tipe B sudah memenuhi I 00%. Sedang i.dltuk rumah sakit kelas C dan D masih jauh dari cukup. Padahal 2 tipe rumah sakit ini yang ::::myak tersebar di kabupaten. Dari gambaran diatas maka dapat dikatakan bahwa Propinsi Aceh di sektor kesehatan belum.ap untuk menghadapi bencana. Tabel Persentase RSU Pemerintah menurut Keberadaan Rambu Khusus untuk Evakuasi Pasien bila Terjadi Bencana, Rifaskes 2011 INo Provinsi Kelas A RSU Pemerintah Kelas B Kelas C Kelas 0 Total Aceh 33,3 21, ,0 u dilihat Di rumah sakit adalah suatu tempat umum, maka perlu adanya rambu khusus u terjadi bencana, kalau di rumah sak it saja kita mendapatkan gambaran yang jauh dari =apan bagaimana dengan tempat umum lain, kalau terjadi bencana untuk beberapa :::gungsi atau korban dengan resiko terganggu kesehatannya. 40

42 Tabel Persentasc RSU Pemerintah menurut Keberadaan Stafyang mengikuti Pelatihan Persiapan Keadaan Emergensi dan Bencana, Rifaskes 2011 No Provinsi Aceh Pelatihan Persiapan Keadaan Emergensi dan Bencana RSU Pemerintah HOPE HEICS CBRN DVI 18,2 13,6 13,6 4,8 Sebaran petugas yang mendapat pelatiha11 kegawat daruratan, semuanya di bawah 25%, jadi bal ini perlu di cari jalan keluar, untuk petugas medis saja masih sedikit, bagaimana dengan renaga non medis, padahal kalau terjadi bencana mestinya memerlukan banyak tenaga non :medis. Jadi hal ini merupakan gambaran bahwa propinsi Aceh belum siap untuk ;:nenanggulangi resiko kesehatan akibat bencana. Dari beberapa data yang didapat ditingkat propinsi Aceh, peneliti berusaha membuat penilaian gan merujuk Kerangka Aksi Hyogo (Hyogo Framevorksfor Actions/HFA); sedang berapa indikator yang ada hanya indikator I,2,3, 7 dan 20 3asil Kajian tingkat ketahanan atau kemampuan Propinsi Aceh dibidang kesehatan,...,enghadapi bencana berdasarkan indikator per desember 2012?ropinsi Prioritas (nilai maks: 20) Total Tingkat 1(14) 2(5 3(9 4( 13 5( 19 Indeks ketahanan( J 00/5=20) 8) 12) 18) 22). ceh Level2.::opinsi Aceh mempunyai indeks total I I dimana berarti berada pada level ke 2 atau range ::minggi (2040). Level 2 yaitu daerah telah melaksanakan beberapa tindakan pengurangan ::siko bencana dengan pencapaianpencapaian yang masih bersifat sporadis yang disebabkan xlum adanya komitmen kelembagaan dan atau kebijakan sistematis. :::.:abupaten Aceh Barat Kebijakankebijakan mengenai bencana di Kabupaten Aceh Barat h 2 kebijakan yang akan peneliti tampilkan: _ Kebijakan, dan Peraturan Perundangan Kabupaten!Kota Tentang Bencana secara Umum 41

43 Kebijakan dan peraturan perundangan kabupatenlkota Ada Tidak Indikator 11 no.( ada) 1. Perbup tentang Kawasan Rawan Bencana: Keputusan Bupati Aceh Barat nomor : 55 a tahun Tentang penetapan gampong/desa rawan bencana 1(1) banjir, gempa dan tsunami, tanah longsor dan kebakaran lahan pada kecamatan dalam kabupaten Aceh Barat Rencana Strategis Bupati Kabupaten bermuatan penanganan bencana: I.Peraturan bupati Aceh Barat, tentang rencana aksi daerah pengurangan risiko bencana (1) 2.Rencana Penanggulangan Bencana Kabupaten Aceh Barat tahun ; dibuat oleh pemerintah Kabupaten Aceh Barat tahun 2012.,.:>. Peraturan Daerah Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah 2. (BPBD) : I 0 Qanun Kabupaten Aceh Barat nomor 13 tahun 20 tentang pembentukan susunan Organisasi dan Tata I Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah I Peraturan Bupati tentang Pedoman Penanggulangan 1(1) Ben can a 5. Surat Keputusan Bupati tentang Penunjukan Tim Reaksi Cepat (TRC), Tim Penilaian Cepat/Rapid Health Assessment (RHA) dan Tim Bantuan I (1) Kesehatan (Bankes) Penanggulangan Bencana Kabupaten Aceh Barat Tahun (1) Kebijakan, dan Peraturan Perundangan Kabupaten/Kota Tentang Resiko Kesehatan Akibat Bencana Kebijakan, dan peraturan perundangan kabupaten/kota Ada Tidak ij L Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten 0 1 bermuatan penanganan bencana Surat 1 1 Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pembentukan Tim Reaksi Cepat Tim Penilaian Cepat (RHA) Tim Logistik Informasi Penanggulangan Bencana Kabupaten Bidang Kesehatan Tahun Keputusan Bupati tentang Penunjukan Tim Reaksi Cepat (TRC), Tim Penilaian Cepat/Rapi d I l 0 I 0 Indikator no.(ada) 1(0) 1(0) 1(0) 1(0) 1(0) 1 (1) 42

44 Health Assessment (RHA) dan Tim Bantuan 1 ( 1 ) Kesehatan (Bankes) Penanggulangan Bencana Kabupaten Aceh Barat Tahun 20 I I 8. Pedoman penanggulangan risiko kesehatan akibat bencana dari dinas kesehatan 0 1 1(0) 9. Standar penanggulangan risiko keschatan akibat bencana kecamatan 0 1 1(0) Beberapa kebijakan tentang resiko kesehatan akibat bencana memang sudah ada, jadi pada dukt:ngan kebijakan memang ditrapkan di Kabupaten Aceh Barat. ll. Peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan terkait bencana kabupaten Peta rawan bencana dan pemetaan masalah Ada Tidak lndikator kesehatan terkait bencana kabupa ten no. I Peta resiko kesehatan akibat bencana di 14 1(12) 0 L kabupaten ada 12 Kecamatan Peta kerentanan I , Peta kapasitas 14.) Parameter alat komunikasi 14 Parameter jaringan komunikasi 14 = Parameter jumlah bangunan sekolah 14 5 Parameter jumiah bangunan aset ekonomi 14 = Parameter jumlah penduduk dan 14 potensinya g Parameter mata air 14 """9 Parameter penduduk cacat dan rentan 14 Parameter titik kumpul 14 _} Transport evakuasi. 14 Peta resiko kesehatan akibat bencana di 14 1(12). 0 kabupaten tentang kecamatan (1 2 Kecamatan) 1 11 Peta kerentanan penyakit atau lingkungan 0 1 Peta kapasitas fasilitas kesehatan dan sdm 0 I 14(0) serta sumber daya Iainnya =::;..) ?eta rawan bencana yang di buat oleh kabupaten Aceh Barat belum semua bencana, biarpun ua kabupaten sudah mempunyai, jadi beberapa peta yang dibuat adalah peta bahaya ;;anj ir, tsunami, kebakaran hutan, gempa bumi, epidemi, puting beliung, longsor, abrasi, akeringan. Peta rawan bencana dan pemetaan masalah Ada Tidak No.Indikator kesehatan kecamatan ::J Peta rawan bencana wilayah kecamatan 14 Peta rawan bencana wilayah Desa 14.. Peta resiko kesehatan akibat bencana 0 I 43

45 ctidaerah rawan bencana di wilayah kecamatan 4 Peta resiko kesehatan akibat bencana didaerah rawan bencana di wilayah desa s Peta ja lur evakuasi di kabupa ten 14 6 Peta resiko epi dcmi dan KLB 14 Sedang peta khusus untuk kesehatan, sebenarnya peneliti menemukan daftar peta resiko kesehatan, epidemi dan KLB. Tetapi di dalamnya tidak didapat peta resiko epidemi dan KLB. Jadi petapeta yang ada masih fo kus ke bencana secara umum, sedang peta yang dikaitkan dengan kesehatan, bel urn ada. m. Brosur /leaflet/poster waspada kesehatan akibat bencana Brosur /leaflet/poster waspada kesehatan Ada Tidak No. akibat bencana lndikator I brosur/leatlet/poster waspada kesehatan aldbat bencana 2 isi brosur; 14 peringatan dini untuk tsunami dan gempa dibuat BPPD 3 Diseminasi/distribusi Brosur atau leaf1et/poster waspada kesehatan y_an_g_ dibuat dinkes 1l 3rosur atau leaflet belum ada yang untuk keperluan kesehatan. Jadi untuk point brosur dan :leaflet yang khusus untuk kesehatan belum ada. 14 I IV. Dokumen anal isis risiko kesehatan akibat bencana di kabupaten/kota Dokumen analisis risiko kesehatan akibat Ada Tidak No. bencana di kabupatenlkota Indikator. Sistem pe ringatan dini I 0 7 (I).., Kerjasama lintas sektor. I Frekuensi pe lapo ran 6 Analisis risiko potensi bencana di kab I kota 5 5 Kerjasama lintas sector di bidang kesehatan 0 1 4( 1) Frekuensi pelaporan resiko kesehatan akibat bencana 3 Analisis risiko kesehatan akibat bencana di kab I 5(1) 0 1 kota 44

46 II Sistem peringatan dini, Lmtuk kebencanaan bisa dimengerti untuk dipakai semua sektor, sedang untuk kerjasama lintas sektor di bidang kesehatan, terlihat di kabupaten memang sangat kurang. V. Keberadaan Tim penanggulangan bencana tingkat kabupaten/kota Keberadaan Tim penanggulangan bencana Ada Tidak No. tingk at kabupaten/kota Indikator 1 TRC (Tim Reaksi Cepat) 2(1) 2 Tagana 2 4 PMI (P alang Merah Indonesia) I 0 2(1) 5 KKN (Kuliah Kerja Nyata) bencana 2 6 PKSK didesa I Satgasos 2 11 SKSB 2 13 Tim RHA (Rapi d Health Assesment) 0 1 2(1) 14 Tim Logistik dan KSR (Karp Sukarela Remaja) I Pekerja Sosial Masyarakat_(PSM) 2 Sedang untuk tim kesehatan dalam penanggulangan bencana memang sudah ada. Tim RHA disini dikoordinir oleh BPPD.,1. Penanggulangan krisis kesehatan terkait bencana berbasis masyarakat tingkat kabupaten/kota Penanggulangan krisis kesehatan terkait bencana Ada Tidak No berbasis masyarakat tingka t kabupatenlkota Tndikator 1 Kampung Siaga Bencana (KSB),.,.) 2 SlBAT,.,.) 3eberapa kebencanaan sudah berbasis masyarakat, ini peneliti dapat dari data dan dokumen.>ang peneliti dapat, tetapi untuk penanggulangan krisis kesehatan terkait bencana dinas esehatan belum plmya. 'll. Rencana kontijensi tingkat kabupaten Rencana kontijensi tingkat kabupaten Ada Tidak Indikator Nomor (Dari 22 indikator) Rencana kontijensi mencakup penilaian:. Ancaman Penentuan kejadian dan pengembangan skenario 20 Kebijakan dan strategi, serta perencanaan sektoral (Pusdalops, SAR, evakuasi dan keamanan, pelayanan 20 kesehatan, logistik, sarana prasarana) 45

47 II Rencana kontijensi khusus kesehatan y ang disusun meliputi:.j lokasi pengungsian/ titik evakuasi l 0 20( 1 ) 5 Alur rujukan korban, 20 6 Pembagian kelompok puskesmas yang bertugas 20 (I) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan i Pertolongan Pertama Pada Penyakit (P3P),,!/ Alur distribusi Iogistik, kesiapan sarana komunikasi 20( 1) puskesmas dan tim penanggulangan bencana, I 8 Kesiapan SDM kesehatan, 20( 1) I 9 pe ta geomedik. 20 Kontijensi plan berdasarkan institusi, potensi bencana 20 a1am Rencana kontijensi Kabupaten Aceh Barat Rencana Penanggu1angan Bencana Kabupaten Aceh Barat tahun ; dibuat oieh pemerintah Kabupaten Aceh Barat tahun 2012 _ Peraturan Bupati Aceh Barat tentang rencana aksi daerah pengurangan resiko Bencana I 4; dibuat oleh pemerintah Kabupaten Aceh Barat tahun 2012 draft rencana Kontinjensi Bencana Gempa dan Tsunami di zona Prioritas Penanggulangan Bencana Aceb Barat; Pemerintah Kabupaten Aceh Barat; didukungamerican Red Cross Buku Aksi edisiv (Pelatihan dan Pengukuhan Tim Reaksi Cepat) Bidang kedaruratan dan logistik; dibuat BPPD Kab Aceh Barat tahun Meulaboh, Mei 20 I I Buku Aksi Edisi I, April 201 1; Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPPD, Kabupaten Aceh Barat tahun 20 I I mi. Simulasi /gladi/ siaga bencana Simulasi /gladi/ siaga bencana Ada Tidak Indikator Nomor (D ari 22 indikator) Dapur umum 20 Pendirian tenda 20 Pemadam kebakaran 20 l"'elatihan y an g sudah dilakukan terhada p TRC Ta g ana y aitu da p ur umum ' p endirian tenda pemadam kebakaran. Simulasi atau gladi untuk resiko kesehatan akibat bencana belum 46

48 IX. Dukungan sumber daya Dukungan sumber daya Ada Tidak Indikator Nomor (D ari 22 indikator) I APBD dana bencana 2 2 Anggaran cadangan pangan kesiapsiagaan menghadapi bencana 3 Bu ffer stock pang_a n 4 Kendaraan 5 Tend a l Oinsos, dinkes, PU, (BPPA tingkat prop, dan dikabupaten BPPD) Ada di propinsi dan abupaten, sedang gudang Iogistik hanya ada di 21 dari 23 kabupaten. Adanya tagana 1500 orang, dalam tagana di bagi lagi abji dapur umum, psikososial, dan evakuasi, pendampingan sosial. Dan petugas bidang Iogistik. Dinkes, ada disetiap kabupaten, sctiap kabupaten yang sudah ada BPPD, maka di dinkes ada juga bagian penanggulangan. Khusus untuk kebencanaan di dinas kesehatan kabupaten.!abupaten tidak ada, posnya adanya di propinsi. I X. Sistem infonnasi dan komunikasi kabupaten/kota 1 I Sistem informasi dan komunikasi kabupaten/kota Ada Tidak lndikator Nom or (Dari 22 indikator) ORARI trekuensi khusus untuk berkoordinasi 7 (1) 12 HT '3 telepon,j mobil komunikasi 6 Call center 1 Sistem informasi kebencanaan alam desa (SIKAT) 8 Sms ga teway denga n nomor handphone tertentu istem informasi yang intensif di BPBD mempergunakan HP dan RAPI untuk BPPD, sedang :nstansi yang lain masih sebatas HP. Untuk dinas kesehatan sendiri belum mempunyai khusus 47

49 XL Pelatihan dasar kebencanaan tingkat kabupaten/kota I Pelatihan dasar kebencanaan tingkat kabupatenlkota., 0: tahun 1: I tahun 3: 3 tahun 5: 5 tahun 1 Pelatihan Kelompok Siaga 1 Bencana 2 Pelatihan manajemen barak dan 1 pengu ngs i 3 Pelatihan evakuasi 1 4 Manajemen tanggap darurat, 1 5 Radio komunikasi 1 6 Teknik penyelamatan 1 7 Pelatihan kesiapsiagaan l 8 Pendataan masyarakat 1 9 Medis 1 manajemen bencana 1 11 Pelatihan manajemen logistik 1 12 Pelatihan search and rescue (SAR) 1 13 Pelatihar.t peningkatan kapasitas l kelompok rentan 14 Pelatihan komunitas 1 15 Pelatihan penyusunan SOP 1 komunitas 16 Pelatihan pemahaman bencana 1 17 Pelatihan penanganan gawat 1 darurat 18 Pelatihan dapur umum 1 19 TRC 1 20 Advanced Cardiac Life Support (ACLS) 21 Advanced Pediatric Cardiac Life Support (A PSLS),? Emergency Medical Tehnician course; insident command sistem (TCS) 13 Mass Casualty incident (MCI) Kurun waktu OTh. 1 Th. 3 Tahun 5 Tahun Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk Ada Tdk. Indikator Nomor (Dari 22 indikator) LO (1) Data data mengenai pelatihan dasar kebencanaan secara detail dan spesifik kurun waktu laksanaannya belum bisa diperoleh selama pengumpulan data di lapangan. 48

50 Untuk kurikulum masuk ke sekolah di kabupaten belum ada. Tetapi ada KKN bencana dari Unsyiah. Sebagian besar pelatihan sudah ada tetapi itu semua dikoordinir oleh BPPD, belum ada yang khusus pelatihan resiko kesehatan akibat bencana. Untuk data kabupaten berapa personil kesehatan yang dilatih TRC, ACLS, APSLS, ICS dan MCI, belum ada datanya. Hasil yang ada kegiatannya di tingkat kabupaten adalah no, 1, 2,4,5, 7, I 0,20. Hasil Kajian tingkat ketahanan atau kemampuan Kabupaten Aceh Barat dibidang kesehatan menghadapi bencana berdasarkan indikator per desember 2012 Propinsi Prioritas (nilai maks: 20) Total Tingkat 1(14) 2(5 3(9 4( 13 5( 19 Inde.ks ketahanan( I 00/5=20) 8) 12) 18) 22) Aceh ' Leve12 Kabupaten Apeh Barat mempunyai indeks total 11 dimana berarti berada pada level ke 2 atau range tertinggi (2024). Level 2 yaitu daerah telah melaksanakan beberapa tindakan pengurangan risiko bencana dengan pencapaianpencapaian yang masih bersifat sporadis yang disebabkan belum adanya komitmen kelembagaan dan atau kebijakan sistematis. Data Hasil Kecamatan Meurebo Dibawah ini beberapa data yang sudah diperoleh tim peneliti dan cara penyajian tabel :nasukan dari tim pakar :.. Kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar kecamatan Kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar kecamatan Ada Tidak No.Indikator I SK Puskemas, dinkes terkait tim TRC 0 1 1(0) 2 Struktur khusus tmtuk penanggulangan bencana di kecamatan bidang kesehatan..,.) Pedoman penanggulangan risiko kesehatan akibat bencana kecamatan, Perbup tentang Kawasan Rawan Bencana: Keputusan Bupati Aceh Barat nomor : 55 a tahun Tentang penetapan gampong/desa rawan bencana banjir, gempa dan tsunam i, tanah longsor dan kebakaran lahan pada kecamatan (0) 0 I 19(0) 0 1 1(0)

51 dalam kabupaten Aceh Barat Jadi tidal< ada peraturan camat, yang dipakai peraturan diatasnya; Ada 26 desa yang mempunyai jenis bencana banjir gempa bumu, tsunami 5 Standar penanggulangan risiko kesehatan akibat bencana kecamatan 0 I 19(0) Kalau SK untuk tim TRC belum ada. Adanya adalah ada 1 petugas yang ditunjuk untuk menangani bencana, dan sewaktu ditanya apakah ada tim, jawabannya adalah tim terbentuk saat terjadi bencana, hal ini menunjukkan bahwa masih lemahnya kebijakan, peraturan penmdangan tentang kebencanaan tingkat kecamatan, hal ini kemungkinan puskesmas kebanyakan bersifat kuratif tanpa mempertimbangkan segi preventi f. Untuk keseluruhan TRC saja belum ada maka dapat dikatakan untuk khusus kesehatanjuga tidak ada. Sedang SK khusus untuk penanggulangan bencana di kecamatan memang belum ada, karena hal ini berhubungan dengan kemampuan daerah untuk membayar dan menentukan jumlah pegawai yang diperlukan. Di Kecamatn Meurebo memang ada orang yang ditunjuk mengikuti acara kebencanaan tetapi bukan secara khusus. Demikian juga untuk struktur khusus di kecamatan, khusus kcsehatan untuk kebencanaan sudah pasti kosong. Pedoman pe{langulangan bencana kecamatan tidak ada, masih terpusat di kabupaten. Hal ini :emungkinan sistem di Indonesia yang masih system terpusat, dan ketidak mampuan kecamatan untuk membiayai secara mandiri struktur organisasi yang gemuk. Karena tidak mempunyai pedoman maka otomatis juga tidak mempunyai standart. ll. Peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan kecamatan Peta rawan bencana dan pemetaan masalah Ada Tidak kesehatan kecamatan I Peta rawan bencana wilayah kecamatan Peta rawan bencana wilayah Desa 0 I! N o.indikator 14(0) 14(0) Secara umum umtuk peta rawan bencana di tingkat kecamatan sudah ada, hanya uniknya ecamatan Merebo tidak mengetahui bahwa dia punya peta rawan bencana, seharusnya peta rersebut disosialisasikan, sehingga semua orang yang ada di kecamatan tersebut mengetahui keberadaan peta tersebut. Dari hasil penelitian diketahui temyata peta tersebut adanya hanya :!da di kabupaten di BPPD. Berdasarkan wawancara diketahui kecamatan atau di puskesmas :ersebutjuga belum mempunyai peta resiko kesehatan akibat bencana. so

52 Ill. Denah Evakuasi poster waspada bencana Denah Evakuasi poster waspada bencana Ada Tidak No.Indikator I Ada denah evakuasi bencana level 14(0) 0 I kecamatan 2 Ada denah evak:uasi bencana level desa (0) Pada hasil wawancara juga denah evakuasi bencana level kecamatan dan level desa belum dimiliki di kecamatan Merebo. Jacli dari sini juga dapat diketahui bahwa kegiatan kebencanaan masih dilevel kabupaten, sedang untuk kecamatan belum be1jalan, demikian juga untuk resiko kesehatan aklbat bencana maka dapat dikatakan belltm ada, di puskesmas merebo masih membuat tim, itupun hanya I orang. IV. Jaringan Komunikasi bencana di kecamatan Jaringan Komunikasi Ada Tidak No. bencana di kecamatan Indikator 1 Sistem peringatan dini, yang siap beroperasi untuk skala 7(1) besar dan jangkauan luas 2 Sirene l 0 7(1) 3 Kentongan 7(1) 4 HT 0 I 7(0) 5 HP 0 1 7(0) 6 RAPI ORARJ 0 I 7(0) 7(0) Dari uraian diatas diketahui bahwa ternyata sistem peringatan dini untuk bencana ada, ini dianggap cukup untuk mengetahui memang ada bahaya yang tentunya akan mengancam eselamatan manusia. Tetapi ada beberapa peta evakuasi kalau terjadi bencana. Sedang peta tentang evakuasi esehatan apabila terjadi bencana. Seperti adanya pelayanan kesehatan kalau terj adi bencana seharusnya sudah di rencanakan dan juga sudah di buat informasinya seperti suatu ketika terjadi banjir maka pengungsi akan di evakuasi di sisi mana dan akan dibawa kemana, lalu ;::otuk beberapa pengungsi yang mempu11yai masalah kesehatan akan dikirim kemana yang )'3ling dekat, denah tersebut harus jelas dan disosialisakian, karena kalau tidak orang akan "'lenjadi panik dan tidak terkendali karena kurangnya informasi. Misalnya kalau terjadi.l)encana sepeti ini maka waspada terhadap penyakitpenyakit tertentu. 51

53 V. Keberadaan Tim penanggulangan bencana umum dan bidang kesehatan tingkat kecamatan Keberadaan Tim Ada Tidak Fungsi I No. Indikator penanggulangan bencana l: Ya Anggota umum dan bidang 0: kesehatan tingkat Tidak kecamatan 1 Tagana I Desa tangguh bencana 2 3 Palang Merah Remaja l 0 2(1) 4 Saka Bakti Husada 2(1) 5 KKN bencana 2 6 PKSK didesa I Tim Reaksi Cepa t (T RC) 2(1) 8 Satgasos 2 9 Saluran Ketja Sosial 2 Bersama (SKSB) di I 0 Kabupaten Tim Logistik 2 11 Korps Sukarela (KSR) 2 12 Pekerja Sosial Masyarakat 2 l 0 _(PSM) Pada pembentukan tim kesehatan di bidang kebencanaan sudah ada di beberapa kegiatan. Karena keberadaan tim itu perlu, karena kalau terjadi sesuatu maka tim tersebut yang akhirnya bergerak dahulu, baru kemungkinan partisipan bisa berperan, Tetapi partisipan bisa bergerak kbih dahulu, tim sebagai koordinator a tau memfasilitasi. VI. Sistem penanggulangart bencana berbasis masyarakat tingkat kecamatan terutama bidang resiko kesehatan akibat bencana Sistem penanggulangan bencana ada Tidak Pelatihan/ Jumlah No. berbasis masyarakat tingkat (tahun Gladi Anggota Indikator kecamatan terutama bidang resiko terakhir) 1: Ada 1 kesehatan akibat bencana 0: Tidak Komunitas pe duli bencana 3( I) KLM 3.J PSW 3 Kader I relawan bencana l 0 3( 1) Kampung siaga bencana l Desa tangguh 3 7' PSKK 3! Komunitas masyarakat 3 penganggulangan bencana (KMPB) 52

54 9 Kelompok Siaga Bencana 3 Pengurangan Risiko Bencana 3 Berbasis Komunitas (PRBBK) 11 SIBA T (Community Based 3 Action Team) Sistem penanggulangan bencana berbasis masyarakat tingkat kecamatan terutama bidang resiko kesehatan akibat bencana, pada datadata diatas temyata kebanyakan adalah dari dinsos. Dan sedikit sekali atau boleh dikatakan tidak ada, karena kader yang dilatih adalah kader bencana, untuk kader kesehatan masih terbatas posyandu. Dan sibat karena sibat dibentuk oleh Palang Merah Indonesia VTI. Simulasi /gladi/ Simulasi /gladi/ Ada Tidak No. Indikator! l Simulasi kesiap siagaan bencana Tersedianya rencana kontingensi I kesehatan akibat bencana Sedang kesiapsiagaan bencana dan tersedianya kontingensi kesehatan akibat bencana belum ada juga Vl fl. Pelatihan dan kurikulum Pelatihan dan kurikulum Ada Tidak No.. Indikator II Pelatihan dan kurikulum sekolah tentang 20 tanggap darurat dibidang kesehatan akibat 0 1 bencana... Advanced Cardiac Life Support (ACLS) Advanced Pediatric Cardiac Life Support 0 1 (A PSLS)!! Emergency Medical Tehnician course; insident command sistem (JCS) Mass Casualty incident (MCI) 0 1 "urikulum kesehatan pengurangan resiko bencana belum ada dimasukkan kesekolah. Apalagi CLS, APSLS, ICS dan MCI. Belum ada staf puskesmas yang dilatih, padahal Aceh ini asuk daerah yang resiko bencananya tinggi. 53

55 I IX. Dukungan sumber daya kecamatan Dukungan sumber daya kecamatan Ada Tidak No. lndikator 1 Ambulans,, Jumlah, pemilik? 2 Jenis ambulans (evakuasi/gawat darurat) Sertifikasi ATLS dan ACLS (driver dan paramedik, medik) 3 Peralatan P3 K 2( 1) 4 Tend a Pustu ya ng siaga bencana disegi kesehatan 0 1 2(0) Jadi peralatan kesehatan yang ada sampai tingkat kecamatan hanya sebatas P3K, saja untuk orang dan sistem serta kerjasama lintas sektoralnya belum siap.!i X. Sasaran Pelatihan dasar kebencanaan tingkat kecamatan Sasaran Pelatihan dasar kebencanaan tingkat kecamatan Kurun waktu I tahun, 3 tahun, 5 tahun. Dan sebutkanjumlahnya 1th 3th 5th 2 Staf Puskesmas I > Masyarakat Sapir ambulans: 0 A TLS dan ACLS 0 0 No lndikator I 0( 1) Pada gambaran tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa pela t ihan dasar kebencanaan yang diikuti masih pelatihan dasar, itupun hanya diikuti oleh 1 petugas puskesmas, sedang pelatihan yang khusus untuk kesehatan untuk mengurangi resiko kesehatan apabila terjadi bencana aelum begitu kelihatan. :Jntuk jajaran petugas kesehatan saja masih minimal petugas kesehatan yang dilatih, apalagi :nasyarakat, maka bisa dibayangkan masih banyak pembenahan bidang kesehatan untuk esehatan yang perlu dibenahi. Sedang dari sarana seperti sopir ambulans: ATLS dan ACLS belum ada sama sekali. 54

56 Dari beberapa indikator diatas yang terisi hanya beberapa indikator untuk tingkat kecamatan; 2,3,. Hasil Kajian tingkat ketahanan atau kemampuan kecamatan Merebo dibidang kesehatan menghadapi bencana berdasarkan indikator per desember kecamatan Prioritas (nilai maks: 20) Total Tingkat 1 (14) 2(5 3(9 4(13 5(19 lndeks ketahanan( 0/5=20) 8) 12) 18) 22) Merebo l Levell Kecamatan rnerebo mempunyai indeks total I l dimana berarti berada pada level ke 1 atau range tertinggi (020). Level 1 yaitu daerah telah memiliki pencapaianpencapaian kecil dalam upaya pengurangan risiko bencana dengan rnelaksanakan beberapa tindakan rnaju daiam rencana encana atas kebijakan. 55

57 H asr 1 pengumpu an d ata p rovmst s umat ra B a:rat llo. Tuju an khusus Provinsi Kabupaten IKecamatan 3. Kebijakan, pe raturan pe rundangan, pe doman dan standar Peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan...,,.,,.... perlu koordinasi denqan puskesmas... _... Elrosur/leaneVposter wa d a bencana...,..... Dokumen analisis risiko bencana??,masy + o. tim pe nanggulanga n bencana.....,... **** ' 1 ':2. pe latihan dasar kebencanaan sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis... li* "3..!....,.,... masyarakat rencana kontijensi..... simulasi/gladi/pelatihan siaga...., "****.. "'*'*** Belum ada. 5_ 5. dukunqan sumber daya sistem informasi dan komunikasi.,... **... Provinsi Sumatra Barat mengalami bencana gempa bumi, namun memiliki kemampuan recovery cukup cepat. Dukungan pemerintah dan kemandirian masyarakat sangat mem bantu pemulihan. Sejak saat itu jajaran pemerintah daerah bahu membahu mempersiapkan infra struktur sistem kesiap siagaan bencana. Posdalop didirikan di wilayah yang telah diidentifikasi rentan bencana. Namun masih dibutuhkan pelatihan lebih intensif, serta dokumentasi rencana kontigensi yang lebih baik 56

58 Hasil puldat bencana provinsi DIY 'lo.. Pertanvaan Penelitian Provinsi Kabupa ten Kecamatan kebijakan, peraturan pe rundangan, pe doman dan standar peta rawan bencana dan oe metaan masalah kesehatan... ****! brosurlleafleu p oster waspada bencana spesifik region, pr ovinsi, dan kabuj_aten/kota????????????.a Dokumen analisis risiko bencana **....,. Tim jl_e nanggulangan bencana **** : Pelatihan dasar kebencanaan... :ll:f!jt;p... Sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis masyarakat..,.,.... L Rencana kontijensi llrtrftft Simulasi/gladilpelathan siaga _b_ ;;. Dukungan sumber... daya... *... Sistem informasi dan komunikasi... **** i Ada 2 bencana alam di Provinsi DIY berstatus skala nasional dalam 5 tahun terakhir, yaitu gempa bumi dan letusan gunung. Pengalaman ini membuat pemerintah waspada mengantisipasi kejadian bencana selanjutnya. Level provinsi dan kabupaten telah mempersiapkan infra struktur cukup matang dengan kebijakan, peta, pelatihan dan komponen penting lainnya. Level kecamatan telah memiliki tim pelaksana penanggulangan

59 I Hasil pengumpulan data provinsi Jawa Timur Tujuan khusus 6pbd Dlnas kesehatan Pmi.....! " r. **** kebia kan, peraturan perundangan, pedoman Protao pus at i keberadaan pe ta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan peta ada BPBD keberadaan brosur/ leaflevposter wasoada bencana sp esifik Ada kecuali tahun ini drop keberadaan dokumen analisis risiko bencana Ada data dan rencana oroses oenvusunan draft keberadaan tim penanqqulangan bencana Ada Ada sk tim rha ada keberadaan pelatihan dasar kebencanaan Ada ada ada sistem oe nanggulanqan krisis kesehatan berbasis masvarakat Ada ada rencana kontijensi belum lengkap ada draft keberadaan simulasi/qiadi/pelatihan siaqa Ada belum lenqkap Pernah simulasi ge ladi dukungan sumber daya lengkap lengkap lengkap sistem informasi dan komunikasi Ada ada ada Provinsi Jawa Timur mempunyai beberapa v.rilayah rentan berbagai bencana. Topografi wilayahnya terdiri dari gunung dan sungai, serta dataran rendah. Lumpur Lapindo merupakan salah satu bencana dengan skala nasional. Institusi level provinsi memiliki kesiapan dan antisipasi sangat bail<, diantaranya adalah kebijakan, infra struktur, materi informasi untuk masyarakat. Namun masih diperlukan kegiatan rencana kontigensi komprehensif. BPPD sebagai koordinator bencana level provinsi sedang mempersiapkan peta dan rencana 1'ontigensi bekerjasama dengan PMI dan Dinas Kesehatan. Dapat disimpulkan secara umum provinsi dan kabupaten di wilayah penelitian mempunyai esiap siagaan cukup baik. Hal menonjol yang memerlukan perhatian adalah dokumentasi rencana kontingensi di masing masing wilayah dan peta wilayah rentan. Hasil wawancara mendalam dan pengumpulan dokumen selanjutnya dibuat matrix untuk :nencari komponen yang memiliki jawaban variatif yang selanjutnya menjadi kandidat abel. Kemudian disusun pertanyaan sesuai dengan variabel terpilih. Produk ak.hir berupa.a. esioner untuk mendapatkan indikator. wesioner akan digunakan sebagai instrumen mengumpulkan informasi dari beberapa bupaten wilayah yang belum dan sudah mempunyai pengalaman menangani bencana. ':»engumpulan informasi akan dilakukan pada tahun Dari analisa variasi jawaban,..:':harapkan akan diperoleh indikator untuk menilai kesiap siagaan prabencana level..xamatan, kabupaten dan provinsi. 58

60 Pertanyaan Penelitian ( Variabel I pertanyaan ) Kecamatan I Kebija kan,_peratu ran pe rundan a n Ada Tidak 12. SK Puskemas terkait tim TRC I SK dinkes terkait tim TRC I Struktur khusus unmk penanggulangan bencana di kecamatan 15. Pedoman pe nanggulangan bencana kecamatan 16. Standar penanggulanga n bencana kecamatan I 0 [I Peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan kecamatan Ada Tidak 1 Peta rawan bencana wi layah kecamatan 2 Peta rawan bencana wilayah Desa Ill Denah Evakuasi poster waspada bencana Ada Tidak 1 Ada denah evakuasi bencana level kecamatan 2 Ada denah evakuasi bencana level desa I IV Jaringa n Komunikasi bencana di kecamatan Ada Tidak I Sistem peringatan dini 1 2 Sirene 3 Kentongan I 0 v Keberadaan Tim penanggulangan bencana tingkat Ada / Berfungs 2: kecamatan tidak i anggota I Tagana 1 2 Desa tangguh bencana 1 3 PMT 1 4 KKN bencana = kuliah kerjanvata 1 5 TKSK didesa = tenaga kesejahteraan sosial kecamatan 1 6 TRC = tim reaksi cepat 1 7 Satgasos 1 8 SKSB = saluran komunikasi siaga bencana I I 0 9 Tim Logistik dan KSR 1 Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) 1 VI Sistem penanggulangan bencana berbasis Ada Tidak Tho Berfungsi masyarakat tingkat kecamatan dibentuk I Komunitas peduli bencana 2 KLM = komunitas lereng merapi 3 PSW = pemantauan wilayah setempat?? I 0 4 Kampung siaga bencana I 0 5 Desa tangguh I 0 _ 6 PSKK 59

61 7 Komunitas masyarakat penganggulangan bencana l 0 (KMPB) 8 Kelompok Siaga Bencana I 0 9 Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) SIBAT (C ommunity Based Action Team) VIII Simulasi /gladi/pelatihan siaga kecamatan Ada / Terakhir Jenis tidak dilakukan ben can a l Simulasi kesiaq_ siaga an bencana 1 lx Dukungan sumber da:va kecamatan Ada Tidak I Ambulans, I 0 Jumlah, pemilik? Jenis ambulans (evakuasi/gawat darurat) Sertifikasi A TLS dan ACLS (driver dan paramedik, medik) X Sistem informasi dan komunikasi kabupatenlkota Ada Tidak I Media komunikasi 2 HT I_ l 0 3 HP siaga bencana, call center I 0 4 radio di desa XI Sasaran Pelatihan dasar kebencanaan terkait kesehatan tin2kat kecamatan Ada Tidak Thn pelatihan terakhir 1 Staf Puskesmas 0 I Sopi r ambulans: ATLS dan ACLS 0. 1 Masyarakat XII Sistem komunikasi Penanggulangan krisis kesehatan terkait Ada Tidak bencana berbasis masyarakat tingkat kecamatan l Sistem informasi kebencanaan alam desa (SIKAT) 2 Sms ga teway den_g_a n nomor handphone tertentu..ii Pertanyaan Penelitian ( Variabel I pertanyaan ) Kabupaten Kebijakan, dan peraturan pe rundanga n kabup_aten/kota pedoman Ada 17. Perbup tentang Kawasan Rawan Bencana 18. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten bermuatan penanganan bencana 19. bentuknya?? I implementasi?? = renja sl qj_d 20. Peraturan Daerah Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tidak I 0 60

62 21. Peraturan Bupati tentang Pedoman Penanggulangan Bencana 22. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten 7.). Pembentukan Tim Reaksi Cepat, Tim Penilaian Cepat (RHA), Tim Logistik 26. Inforrnasi Penanggulangan Bencana Kabupaten Bidang Kesehatan Tahun 27. Peraturan Bupati tentang rencana aksi daerah pengurangan resiko Bencana Surat Keputusan Bupati tentang Penunjukan Tim Reaksi Cepat (TRC), 29. Pedoman Penilaian Cepat/Rapid Health Assessment (RHA) Pedoman pemberian bantuan Kesehatan (Bankes) Penanggulan_gan Bencana 31. Pedoman kewaspadaan bencana alam l 0 I 0 I 0 I 0 I II I Peta wilayah rentan I potensi? Peta kerentanan bencana berdasarkan jenis T Ketersediaan alat komunikasi 4 Ketersediaan jaringan komunikasi u= Pcta rawan bcncana dan pemetaan masalah kesehatan terkait bencana kabupa ten I kota Ketersediaan jumlah bangunan sekolah Ketersediaan jumlah bangunan aset ekonomi _g_ Ketersediaan jumlah penduduk dan potensinya 2 Ketersediaan mata air 9 ketersediaan penduduk cacat dan rentan Ketersediaan titik kumpul r1 Transport evakuasi. 12 Peta sumber daya manusia di lokasi rawan bencana. 13 Peta sumber da sarana dan prasarana, fasilitas umum 14 Dokumentasi/ Foto Peta Sumberdaya manusia per Kecamatan 15 Dokumentasi/ Foto Peta Sarana dan Prasarana per kecamatan. 16 Dokumentasi/ Foto Peta Seismitas 17 Peta lokasi rumah sakit, polindes, sungai, dan sebaga inya. 18 pemetaan masalah kesehatan terkait bencana kabupaten (penyakit terbanyak, permasalahan mental emosional) Ada 1 I I 1 l I 1 I 1 1 I 1 l Tidak Lengkap I tidak m Media sosialisasi waspada bencana 1 Tersedianya banner/ spanduk I brosur/leaflet/poster waspada bencana isi brosur Gempa..) Banjir Tsunami :> Gunung berapi 6 Diseminasil distri busi Ada Tidak l 0 I 0 IV l Dokumen analisis risiko bencana di kabu aten/kota Ookumen Anal isis risiko otensi bencana di kab I kota 61 Ada l

63 v Keberadaan koordinator Tim penanggulangan bencana tingkat Ada / Aktif I kabupaten/kota tidak tidak 1 TRC 2 Tagana, 3 Korps sukarela (K SR, TSR) 4 KKN = kuliah kerja nyata bencana 5 TKSK = tenaga kesejahteraan sosial kecamatan 6 Satgasos = satuan tugas sosial I 0 7 Tim RHA = tim reaksi cepa t 8 Tim Logistik 9 Pekeria Sosial Masyarakat (PSM) I 0 VII Rencana kontijensi tingkat kabupaten/kota 7isi dari Ada Tidak Lengkap/tidak kontijensi (Rincian, I skor} Rencana kontijensi mencakup penilaian fe Ancaman bencana I 0 Penentuan kejadian dan pengembangan skenario, I 0 3 Kebijakan dan strategi, serta perencanaan sektoral (Pusdalops, SAR, evakuasi dan keamanan, petayanan I kesehatan, logistik, sarana prasarana). Rencana kontijensi kh usus kesehatan yang disusun meliputi lokasi pengungsian/ titik evakuasi, Alur rujukan korban, n= 6 Pembagian kelompok puskesmas yang bertugas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan Pertolongan Pertama I 0 7 g Pada Penyakit (P3P), Alur distribusi logistik, kesiapan sarana komunikasi puskesmas dan tim penanggulangan bencana, I 0. Kesiapan SDM kesehatan, pe ta geomedik. Kontigensi pl an berdasarkan institusi, po tensi bencana alam I 0 VIII Simulasi /gladi/pelatihan siaga Jlelatihan Sirnulasi Geladi kabupaten/kota I Dapur umum 2 Pendirian tenda 3 Pemadam kebakaran 4 Evakuasi korban l orang terancam I 0 IX Dukungan sumber daya kabupaten/kota Ada/ Jumlah Berfungsi tidak I tdk I APBD dana bencana 1/0 2 Anggaran cadangan pangan kesiaps iagaan mengh adapi 1 62

64 I ben can a. 3 Buffer stock pe nyangga 1 4 Pangan 1 5 MP ASI 1 6 Hygiene kit I baby kit 1 7 Kendaraan 1 8 Tenda 1 9 Kantong jenazah 1/0 X Perlengkapan penanganan penyelamatan Ada l "tidak jumlah Jumlah bencana berfu ngsi 1 mobil dapur umum, I I 0 2 mobil evakuasi, 1 I 0 3 mobil untuk angkut pengurus, 1 I 0 4 mobil jenazah I I 0 5 mobil truk tangki air beserta perangkat 1/0 sanitasinya 6 Perahu karet 1 7 Motor tempe! 1 I 0 8 Life jacket 1 9 Motor URC 1 1 Ambulans l/0 11 Mobil klinik I I 0 12 mobil operasional 1 13 berbaga i alat kesehatan 1 14 peralatan rumah tangga 1 I 0 15 peralatan kesling 1/0 16 alat komunikasi 1/0 17. peralatan untuk mendirikan RS lapangan 1 18 Mobil bencana I I 0 19 perahu do1pin 1 20 mobil dapur umum 1 I 0 21 mobil. tanki air I I gudang logistik 1 Radio 123 komunikasi l i O 24 Tenda 1 I 0 25 lampu besar 1 26 mobil truk boks I I 0 27 truk terbuka 1 I 0 28 Motor 1 29 Ambulans 1 30 pe rlengk apa n medis dan obatobatan standar I I 0 31 pe rahu karet I I 0 32 Alat komunikasi 1 I 0 63

65 33 kapa l denga n pa njang 36 meter 1 I 0 34 rigit inventable boat I IO 35 perahu karet 1/0 36 Sekoci 1 37 rescue truck berisi peralatan untuk urban SAR l/0 38 rescue car, leaving bag, eye TV, emergency ligh ting (lampu lapangan), 1 I 0 39 Alat maintenaring dan alatalat evakuasi 1 Dukun a n or anisasi Ada Tidak lx I Gudang logi stik I 0 2 Posko pe nanggulanga n bencana 3 Pusdalops standby 24 jam X Jaringan komunikasi kabupatenlkota Ada Tidak 1 ORARI frekuensi khusus untuk berkoordinasi RAPT? 2 HT 3 Telepon 4 5 Mobil komunikasi 6 Call center 7 SKSB = saluran komunikasi siaga bencana XI 1 Pelatihan Kelompo k Siaga Bencana, 2 Pelatihan manajemen barak dan pe ngungsi 3 Pelatihan evakuasi 4 Manajemen tanggap darurat, 5 Radio komunikasi,. 6 Teknik penye lamatan Pelatihan dasar kebencanaan tingkat kabupaten/kota 7 Pelatihan kesi(lq_siaga an 8 Pendataan masyarakat 9 Me dis manajemen bencana 11 Pelatihan manajemen logistik 12 Pelatihan search and rescue (S AR) 13 Pelatihan peningkatan kapasitas kelompok rentan 14 Pelatihan komunitas 15 Pelatihan penyusunan SOP komunitas 16 Pelatihan pemahaman bencana 17 Pelatihan penanganan gawat darurat Ada tidak. I 0 I 0 I 0 I 0 I 0 I 0 Tahun Terakhir dilaksanakan 64 :. =:;, :::::;::= _ =

66 18 Pelatihan dapur umum 0 I 0 Pertanyaan Penelitian ( Variabel I pertanyaan ) Provinsi I Kebiakan, pe t aturan perundanga n Ada Perda Prov tentang Penanggulangan Bencana 2. Perda Prov tentang Organisasi dan Tata Kerja BPBD Prov 3. Pergub tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Hunian 4. Sementara Tidak Pergub tentang Rincian Tugas dan Fungsi BPBD Prov 5. Pergub tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanggulangan Bencana 6. Rencana Strategis (Renstra) Tahun Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi 7. Peraturan Gubernur tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah. 8. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Pembentukan Tim Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan 9. Surat Keputusan Pengurus Daerah Palang Merah Indonesia Provinsi tentang Struktur Organisasi Program Pemulihan Gempa PMI Cabang. Surat Keputusan Pengurus Daerah Palang Merah Indonesia Provinsi tentang Struktur Organisasi Program Pemulihan Gempa PMI Cabang 11. Keputusan Gubernur tentang pembentukan tim reaksi cepat (TRC) penanggulangan bencana 12. Peraturan Gubernur tentang pedoman rencana kontingensi bencana pada zona prioritas pen a nggulangan Bencana I 13. Keputusan Gubernur pembentukan tim penanggulangan Bencana Bidang. l 0 Kesehatan 14. Peta rawan bencana di wilayah provinsi 15. Peta penyakit menular terkait bencana wilayah provinsi 16. Peta penyakit tidak menular terkait bencana wilayah provinsi II Peta rawan bencana dan pe metaan masalah kesehatan prov insi Ada Tidak I Peta rawan bencana l m Media informasi Ada Tidak 1 Leaflet 2 Buku I 0...,.) Poster 4 kartu kwartet I 0 5 petmainan film, lagu, nyanyiain nasihat 6 RRI TV 65

67 I 7 I banner, spanduk IV Dokumen analisis risiko bencana di provinsi 1 Dokumen po tensi risiko terjadinya bencana dan dampa k 2 Analisis risiko bencana Ada Tidak I 0 v I Tim penanggulaoe:a n bencana ting_kat proviosi Tim Human Resources Need Assessment (HRNA) dan Damaged And Lost Assessment (DALA).yang kin i bemama Post Disaster Needs Assessment (PDNA). 2 Tim Reaksi Cepa t (TRC) 3 Satgana 4 Relawan Palang Merah Remaja (PMR), Korps Suka Rela (KSR) dan Ten aga Suka Rela (TSR) 5 Taruna Siaga Bencana (Tagana) 6 Tim TRC, Tagana, PMI ada KKN bencana Ada Tidak I 0 VT Rencana kontijensi tingk at provinsi 1 Rencana kontijensi berdasarkan jenis bencana yang spesiftk, melibatkan berbaga i unsur pemerintah, LSM, dan masyarakat. 2 PengalGkasian angg_aran dalam rencana kontigensi Ada Tidak VII Simulasi /gladi/pelatihan siaga Ada / Jenis Jenis tidak simulasi pelatihan l Pelatihan dan uj i coba gl adi lapang. 1 I 0 2 Simulasi bencana, pertolongan pertama 1 dan sistem ruiukannya 3 Pelatihan 1 I 0 4 Tagana 1 /0 5 TRC 1 6 dapur umum I I 0 7 reaski cepat 1 8 ps ikososial 1. Tahun simulasi I pelatihan terakhir VIII Dukungan sumber daya Ada I tidak jumlah 1 Pasko ge nanggulangan bencana dan 1 Pusdaloos 24 iam dengan shiftloi ket. 2 Haglund mobil ambulans, 1/0 3 mobil we umum, 1 Jumlah berfungsi 66

68 4 mobil dapur umum, 1 5 mobil evakuasi, I I 0 6 mobil untuk angkut pengurus, l/0 7 mobil jenazah, 1 8 mobil truk tangki air beserta perangkat 1 I 0 sanitasinya 9 Perahu karet 1 motor tempel 1 II life jacket, 1 12 motor URC 1 I 0 13 ambulans, I I mobil klinik 1 15 mobil operasional 1 16 serta berbagai alat kesehatan 1 I 0 17 peralatan rumah tangga 1 18 peralatan kesling I I 0 19 alat komunikasi 1 20 peralatan untuk mendirikan RS ]apangan 1 21 Mobil bencana 1 22 perahu dolpin l I 0 23 mobil dapur urnum I I 0 24 mobil tanki air 1 25 gudimg logistik 1/0 26 Radio komunikasi 1 27 Tenda I I 0 28 lampu besar I I 0 29 mobil truk boks dan 1 30 truk terbuka 1 31 Motor 1 I 0 32 ambulans 1 I 0 perlengkapan medis dan obatobatan standar l I perahu karet 1 I 0 35 Alat komun:ikasi 1 36 kapal dengan panjang 36 meter 1 37 rigit inventab1e boat 1 38 perahu karet I I 0 39 Sekoci I I 0 40 rescue truck berisi peralatan untuk: urban I I 0 SAR 41 rescue car, leaving bag, eye TV, emergency 1 lighting (lampu lapangan), 42 alat maintenaring dan alatalat evakuasi I I 0 67

69 jumlah

70 :J Restoring Fami_!y Links, :2... _,.. Progra m Berbasis Mas_y_arakat (Community Based Pro &J"amme), Kepem impinan, Air dan Sanitasi (Water and Sanitation/ WatSan), serta Simulasi Lapangan. Pertolo a n Pertama, Medical Action Team (khusus dokter dan perawat dalam hal _Q_embentukan RS lapangan_1 _.:.5 Pelatihan IT (satelit phone dan repe ater),, Pelatihan Manajemen Tanggap Darurat Bencana (distribusi _penrrungsi, :3 o_q_erasi ta :ngg32_ darurat, 9 membangun tempat penampungan, logistik, dan peningkatan kapasitas fisi!1. I 0 I 0 I 0 l 0 I 0 I 0 69 _ = I:" =

71 Bab Y Diskusi Sejalan dengan desentralisasi berdasar UU No. 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah yang sempat mengalami perubahan berdasarkan UU No. 8 tahun 2005 dan UU No. 12 tahun Yang pada tahun 2007 dikeluarkan PP No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan. Delegasi kewenangan dan pembeayaannya menjadi tanggung jawab daerah. Di Indonesia yang saat ini terdiri dari 498 Kabupaten/Kota berada di daerah rawan bencana. Sehingga kesiapsiagaan bencana merupakan bagian penting agar daerah mampu menanggulangi bila terjadi bencana. Koordinasi lintas sektor terkait dalam penanggulangan bencana termasuk dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yang dikoordinir oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sangat diperlukan mulai dari pra sampai paska bencana. Sebenarnya data kerawanan bencana juga diperlukan dalam perencanaan pembangunan daerah. Bagaimana tentang pembangunan kawasan, perlindungan hutan, perumahan, transportasi, kesehatan lingkungan, bahkan perilaku bersih dan schat masyarakat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kesiapsiagaan bcncana. Di bidang kesehatan, sejalan dengan Keputusan Menteri Keschatan No 145 tahun 2007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan dan maka penelitian ini dimaksudkan untuk pengembangan indikator untuk kesiapsiagaan bencana. Dari hasi I penelitian di 4 (empat daerah) yaitu Provinsi Nangro Aceh Darussalam dan Kabupalen Aceh Barat, Provinsi Sumatra Barat dan Kabupaten Solok, Provinsi DI Yogyakarta dan Kabupaten Sleman se1ta Provinsi Jawa Timur dan Kabupatcn Bojonegoro dikembangkan indikator kesiapsiagaan bencana yaitu Penyusunan indikator kesiap siagaan pra bencana terdiri dari tiga fase. Fase pertama studi explorasi sejauh mana implementasi UU , UU 32, Kepmenkes 145, 2007 dan Renstra BNPB. Penerapan regulasi dan pedoman mentpakan salah satu domain indikator. Dengan adanya UU 32 desentralisasi, pemerintah kabupaten I kota bertanggung jawab menyusun 70

72 program dan prioritas di wilayahnya. Domain lainnya berupa disediakannya budget. Diikuti dengan cara penggunaan budget. Adanya koordinasi, peralatan komunikasi, rencana kontingensi merupakan domain penting lain sebagai indikator. Dalam fase pertama dilakukan explorasi untuk mendapatkan domain dan variabel yang selanjutnya disusun menjadi kuesioner untuk mendapatkan cajon indikator kesiap siagaan. Dari hasil pengumpulan data kesiap siagaan yang dibagi menjadi I I domain, telah diidentifikasi eaton vatiabel yang selanjutnya disusun menjadi kuesioner. Kuesioner yang telah tersusun akan digunakan sebagai instrumen pengwnpul informasi di provinsi, kabupaten I kota, kecamatan yang pemah dan belum pernah menangani bencana. Tujuannya untuk mendapatkan variasi jawaban. Pertanyaan yang mempunyai variasi jawaban merupakan pertanyaan yang mampu membedakan antara wilayah yang siap dan tidak siap. Domain di atas yaitu Di Tingkat Provinsi: I. Kebijakan, peraturan perundangan 2. Peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan provinsi 3. Media inforrnasi 4. Dokumen anal isis risiko bencana di provinsi 5. Tim penanggulangan bencana tingkat provinsi 6. Rencana kontijensi tingkat provinsi 7. Simulasi /gladi/ siaga 8. Dukungan sumber daya 9. Sistem informasi dan komunikasi kabupaten/kota I 0. Pelatihan dasar kebencanaan Di Tingkal Kabupaten: 1. Kebijakan, dan peraturan perundangan, pedoman kabupaten/kota 2. Peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan terkait bencana kabupaten I kota 3. Media sosialisasi waspada bencana 4. Dokumen analisis risiko bencru1a di kabupaten/kota 5. Keberadaan koordinator Tim penanggulangan bencana tingkat kabupatenlkota 6. Rencana kontijensi tingkat kabupaten/kota 7. Simulasi /gladi/pelatihan siaga kabupatenlkota 8. Oukungru1 sumber daya kabupatenlkota 9. Perlengkapan pcnanganan penyelamatan bencana. Dukungan organisasi 11. Jaringan komunikasi kabupaten/kota 12. Pclatihan dasar kcbencanaan tingkat kabupatenlkota 71

73 Di Tingkat Kecamatan: 1. Kebijakan, Peraturan perundangan 2. Peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan kecamatan 3. Denah evaku asi, poster \Vaspada bencana 4..Taringan komunikasi bencana di Kecamatan 5. Keberadaan Tim penanggulangan bencana tingkat kecamatan 6. Sistem penanggulangan bencana berbasis masyarakat tingkat kecamatan 7. Simulasi/gladi/pelatihan siaga kecamatan 8. Dukungan sumber daya kecamatan 9. Sistem informasi dan komunikasi kabupaten/kota l 0. Sasaran Pelatihan dasar kebencanaan terkait kesehatan tingkat kecamatan 11. Sistem komunikasi Penanggulangan krisis kesehatan terkait bencana berbasis masyarakat tingkat kecamatan Dalam tahap kedua akan dilakukan pengumpulan data menggunakan kuesioner yang telah disusun. Tahap ketiga akan dilakukan analisa data berdasarkan infom1asi yang diperoleh melalui kuesioner. Metode yang digunakan adalah analisis faktor untuk memperoleh faktor loading masing masing dom ain. Beberapa domain yang memiliki faktor loading tinggi merupakan kandidat indikator kesiap siagaan pra bencana. Selanjutnya indikator dapat digunakan Lmtuk menilai kesiap siagaan suatu wilayah. Diharapkan indikator dapat merinci komponen apa yang dibutuhkan suatu daerah untuk meningkatkan kesiap siagaan menghadapi bencana. 72

74 Bab VI Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Telah diperoleh kuesioner yang disusun berdasarkan hasil explorasi pelaksanaan peratman UU dan UU 32, pedoman pelaksanaan Kepmenkes , Renstra BNPB dan tuj uan klmsus penelitian. Selanjutnya kuesiner tersusun akan digunakan sebagai instrumen pengumpul data di wilayah yang berpengalc_tman dan belum berpengalaman menangani bencana. Hasil yang diperoleh akan dianalisa agar dapat diperoleh indikator kesiap siagaan pra bencana. Saran Kuesioner yang telah disusun dipresentasikan untuk mendapat masukan para pakar sebelum digunakan. Tindak Lanjut Melakukan pemilihan wilayah yang akan menjadi responden penelitian penyusunan indikator kesiap siagaan pra bencana Ucapan terima kasih Besar rasa terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Dlnas Kesehatan Kabupaten Sleman dan jajarannya, Kepala Badan Kepegawaian Kabupaten Sleman, Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman, Provinsi Aceh, Provinsi Jawa Timur Kabupaten Bojonegoro dan Provinsi Sumatra Barat. Semoga hasil dapat memberikan manfaat bagi kesiap siagaan wilayah menghadapi bencana agar mengurangi dampak negatif menjadi minimal bahkan tidak ada. Daftar pustaka 1. Badan Penanggulangan Bencana Nasional, Strengthening National Disaster Databases in Asia, Study in fndonesia. BPBN, GRIP, USAids, UNDP, WHOCentre for Research on the Epidemiology and Disaster, Universite Catholique de Louvain. Jakarta: BPBN 73

75 2. Departemen Kesehatan Rl, Penilaian Cepat.Masalah Kesehatan pada Kejadian Bencana. Jakarta: Pusat Penanggulangan Krisis. 3. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Manajemen Sumber Daya Ma nusia (SDM) Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana. Jakarta: Pusat Penanggulangan Krisis. 4. Kementerian Kesehatan dan UNHCR, Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (Mengacu pada Standar lnternasional) Technical Guidelines fo r health Crisis Response on Disaster. Jakarta: Pusat Penanggulan Krisis. 5. Kementerian Kesehatan, Peta Bencana Tahun Jakarta : Pusat Penanggulangan Krisis dalam view/ I 0/321Peta Bencana2009.htm, diakses tanggal 12 Maret Kementerian Kesehatan RI, 20. Profit Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun Jakarta: Pusat Penanggulangan Krisis. 7. Kementerian Kesehatan Rl, 201 I. Pedoman Teknis Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan. Jakarta: Pusat Penanggulangan Krisis. 8. Kementerian Kesehaatn RI, Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana. Jakarta: Pusat Penanggulangan Krisis. 9. Metode Penelitian Kualitatif Ver diakses tanggal 12 Maret I 0. Pan American Health Organization, Natural Disaster Protecting The Public Health. 11. Round Table Discussion diakses tanggal 12 Maret Salusu, J Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organism;/ Nonprofit. Jakarta : Grasindo. 13. Sudarwa Danim, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, (Jakarta, Bumi Aksara, 2005) 14. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Lamp iran Matriks wawancara VII. PERTIMBANGAN IZIN PENELITIAN Dimintakan izin penelitian dari fnstitusi : Oinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota.. VIII. PERTIMBANGAN ETIK Dimintakan etik penelitian dari Komisi Etik Penelitian Badan Litbangkes Depkes Rl IX. SUSUNAN TIM PENELITI 74

76 X. JADWAL KEGIATAN PELAKSANAAN PENELITIAN No URAIAN KEGIATAN BULAN 1 Persia pa n Rapat /pertemuan persiapan Surat menyurat, perijinan Uji cob a dan perbaikan kuesioner 2 Pelaksanaan Pengumpulan data Sosialisasi Hasil 3 Pen olahan dan analisis data Pengolahan data Analisis data 4 Penyusunan laporan dan artikel siap terbit Laporan triwulan I Laporan triwulan II Lapo ran triwulan Ill Laporan akhir Artikel siap terbit 75

77 No Nama Keahlian/ Kerjasama Kedudukan dalam Tim Uraian Tugas 1. Dra. Siti lsfandari, MA Psikologi Ketua Pelaksana Bertanggungjawab pada semua kcgiatan. penelitian sampai pada penulisan dan presentasi laporan 2. Noor Edi Widya Sukoco, MPS, Promosi Peneliti utama Membantu Ketua Pelaksana pada semua MScPH Kesehatan kegiatan penelitian sampai pada penulisan laporan 3. Dr. Betty Roosiehermiaty Manajemen Anggota Tim Membantu Ketua Pelaksana dalam hal Kesehatan manajemcn penelitian 4. Maria Holly Herawati, S.KM, M.Kes Epidemiologi Anggota Tim Membantu Ketua Pclaksana dalam metode dan Statistik kuantitatif, statistik dan analisis 5. Aan Kurniawan, SSos Antropologi Anggota Tim Membantu Ketua Pelaksana dalam metode Kesehatan kualitatif dan dokumentasi 6. Herti Windya Puspasari, SKM Perilaku Anggota Tim Membantu Ketua Pelaksana mulai tahap Kesehatan persiapan sampai pengumpulan data lapangan 7. lndah Pawitaningtyas, SKM Pedlaku Anggota Tim Membantu Ketua Pelaksana mulai tahap Kesehatan persiapan sampai pengumpulan data lapangan 8. Wening Widjajanti, SKM Epidemiologi Anggota Tim Membantu Ketua Pelaksana mulai tahap persiapan sampai pengumpulan data lapangan 9. Drg. Moh. Nur Nasiruddin, M.Kes PPK Nara sumber Memberikan masukan berkaitan dengan standar Kemenkes minimal kabupaten/k.ota siaga bencana. ProfHerman Sudiman Gizi Konsultan Memberikan masukan berkaitan dengan standar masyarakat minimal kabupaten/kota siaga bencana, konsep 76

78 kebijakan II. Prof Agus Suwandono Kebijakan Kesehatan Konsultan Memberikan masukan berkaitan dengan standar minimal kabupaten/kota siaga bencana, konsep. kebijakan 12. Dr Gurendro Putro Kebijakan Kesehatan 13. Mugeni Sugiharto, SKM, Mkes Kebijakan kesehatan Anggota tim Anggota tim Membantu Ketua Pelaksana mulai tahap persiapan sampai pengumpulan data lapangan Membantu Ketua Pelaksana mu1ai tahap persiapan sampai pengumpulan data lapangan 14. Mardiana Administrasi Penanggung Jawab Bertanggungjawab untuk administrasi & Administrasi keuangan kegiatan 77

79 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Penyusunan indikator kesiapsiagaan bidang kesehatan dalam mengbadapi bencana alam Lokasi Penelitian : DIY, Sumatra Barat, NAD, Jawa Timur Keteranga n Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian A. Lembaga Pelaksana Peneltian Nama Peneliti Utama Nama Lembaga/ Institusi Unit Organisasi Alamat Telepon/ HP/ Faksimile/ B. Lem baga lain ya ng terlibat Nama Koordinator Nama Lembaga Alamat Telepon/ H'P/ faksimile/ Dra. Siti Isfandari MA Badan Litbangkes Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Jl. Percetakan Negara No 23 Jakarta isfandari@litbang.d kes:_&o.id Setuju diusulkan : Kepala lnstitusi Kepala Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Koordinator/ Peneliti Utama drg. Agus Suprapto, M.Kes Dra. Siti Isfandari MA 78

Development of Health Preparedness Indicator. Pusat Humaniora dan Manajemen Kesehatan Badan Litbangkes, Kemenkes RI

Development of Health Preparedness Indicator. Pusat Humaniora dan Manajemen Kesehatan Badan Litbangkes, Kemenkes RI Development of Health Preparedness Indicator Pusat Humaniora dan Manajemen Kesehatan Badan Litbangkes, Kemenkes RI Riset Bencana di Pusat Humaniora Pengaruh Bencana Dan Karakteristik Masyarakat Terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku Buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ini dapat diselesaikan sebagaimana yang telah direncanakan. Buku ini menggambarkan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN PENILAIAN KAPASITAS DAERAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN PENILAIAN KAPASITAS DAERAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN PENILAIAN KAPASITAS DAERAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk meminimalisasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 19/2014 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL DAN NONSTRUKTURAL PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman. No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor alam dan/ atau faktor non alam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

Lebih terperinci

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana; Menimbang Mengingat QANUN KABUPATEN ACEH JAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN ACEH JAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan sangat bervariasi dari jenis bencana. Kondisi alam serta keanekaragaman

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN: 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT, Menimbang

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1389, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penanggulangan. Krisis Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 SABID UAK SADAYU A NG T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA PARIAMAN KOTA PARIAMAN TAHUN 2010-0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. No.2081, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT bahwa dengan limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Rencana Strategis (Renstra) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan menyebakan bencana alam

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DI PROVINSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas. Menurut Center of Research on the Epidemiology of Disasters (CRED), bencana didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Sekilas Berdirinya BNPB Indonesia laboratorium bencana Terjadinya bencana besar : Tsunami NAD dan Sumut, 26 Desember 2004,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1224, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Penanggulangan. Bencana. Bantuan. Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG DUNIA USAHA TANGGUH BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA BUPATI KARANGANYAR, ESA Menimbang : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi atau ring of fire yang dimulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi Utara hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah lama diakui bahwa Negara Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia serta diantara

Lebih terperinci

Empowerment in disaster risk reduction

Empowerment in disaster risk reduction Empowerment in disaster risk reduction 28 Oktober 2017 Oleh : Istianna Nurhidayati, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.kom Bencana...??? PENGENALAN Pengertian Bencana Bukan Bencana? Bencana? Bencana adalah peristiwa atau

Lebih terperinci

Bencana terkait dengan cuaca dan iklim [Renas PB ]

Bencana terkait dengan cuaca dan iklim [Renas PB ] KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Bencana terkait dengan cuaca dan iklim [Renas PB 2010-2014] Banjir Tanah longsor Kekeringan Kebakaran hutan dan lahan Gelombang

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa secara geografis,

Lebih terperinci

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN BANTUAN PERALATAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) DAFTAR ISI 1. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana dan keadaan gawat darurat telah mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat secara signifikan, terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Berdasarkan data dunia

Lebih terperinci

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA Koordinasi merupakan suatu tindakan untuk mengintegrasikan unit-unit pelaksana kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam hal penanggulangan bencana

Lebih terperinci

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 Direncanakan oleh : Kasubbag Kelembagaan, IBRAHIM, S. Sos NIP. 520 010 396 Disetujui oleh : Kepala Bagian Organisasi, TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGERTIAN - PENGERTIAN ( DIREKTUR MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA ) DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAHAN UMUM Definisi Bencana (disaster) Suatu peristiwa

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI RIAU BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jalan Jendral Sudirman No. 438 Telepon/Fax. (0761) 855734 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIGI PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2012 1 BUPATI SIGI PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BOGOR Diundangkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN B. Wisnu Widjaja Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan TUJUAN PB 1. memberikan perlindungan kepada masyarakat

Lebih terperinci

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG NOMOR 31 TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG SERI E STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TANGGAP DARURAT BENCANA DI KABUPATEN TANAH DATAR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 1 PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terletak digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan kondisi alam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan. BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

Lebih terperinci

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Ida Ngurah Plan International Indonesia Ida.Ngurah@plan-international.org Konteks Bencana dan Dampak Pendidikan

Lebih terperinci

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 1 DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 2 1. PENDAHULUAN 2. PERAN FASYANKES PRIMER /DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 3. DUKUNGAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Bencana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana

Lebih terperinci

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011 BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

Lebih terperinci