8 VI. 9 VII. 12 VIII. 16 IX.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "8 VI. 9 VII. 12 VIII. 16 IX."

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI Lembar Pengesahan... ii DAFTAR ISI... iii I. Pendahuluan... 1 II. Latar Belakang... 2 III. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus... 3 IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan... 4 V. Cara Melaksanakan Kegiatan... 8 VI. Sasaran... 9 VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan VIII. Monitoring Evaluasi IX. Pencatatan dan Pelaporan... 17

3 I. Pendahuluan Pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan jiwa dapat dilakukan melalui upaya kesehatan yang komprehensif mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengembangkan sistem pelayanan kesehatan jiwa yang dapat mendukung upaya pemeliharaan dan perawatan kesehatan jiwa masyarakat dengan melakukan redefenisi peran dan fungsi seluruh sistem pelayanan kesehatan dengan mengintegrasikan pelayanan kesehatan jiwa pada semua level pelayanan yang ada, termasuk melakukan revitalisasi peran dan fungsi Rumah Sakit Jiwa. Upaya upaya penanggulangan masalah kesehatan jiwa sudah dilakukan berbagai pihak dengan melibatkan peran serta masyarakat dan kader kesehatan jiwa dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah. Kesehatan jiwa berbasis masyarakat ini didukung pula dengan tersedianya pelayanan kesehatan jiwa dan psikofarmaka di Puskesmas serta dokter umum dan perawat yang telah dibekali dengan keterampilan melakukan deteksi dan penatalaksanaan gangguan jiwa serta memberikan asuhan keperawatan jiwa.

4 II. Latar Belakang Pembangunan segala bidang di Indonesia telah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang ditandainya dengan menurunnya kejadian berbagai penyakit menular dan peningkatan umur harapan hidup. Namun keadaan ini juga telah memicu transisi epidemiologi penyakit dengan bertambahnya penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular seperti penyakit jantung,hipertensi,diabetes melitus,nyeri punggung dan sendi sehingga menyebabkan ketidakmampuan bekerja, kecelakaan lalu lintas, penggunaan narkotika,psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), serta gangguan jiwa. Kecenderungan perubahan ini juga dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup (life style) yang tidak sehat akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi seperti pola makan yang tidak seimbang, kurang gerak, konsumsi tembakau, alkohol dan NAPZA, lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan, serta tingkat stres yang tinggi. Prilaku gaya hidup tidak sehat ini tidak hanya dipraktekkan di kota-kota besar saja tapi juga terjadi di pedesaan. Masalah kesehatan jiwa sangat berhubungan dengan determinasi sosial ekonomi dan kualitas hidup yaitu tingginya tingkat pengangguran yang akan berdampak pula pada tingginya tingkat kemiskinan. Beberapa gangguan jiwa yang dikaitkan dengan kemiskinan antara lain adalah bunuh diri, penggunaan alkohol, depresi, gangguan penggunaan zat, masalah perkembangan anak dan remaja serta gangguan stres pasca trauma akibat trauma kekerasan dan bencana. Status kesehatan jiwa selain dipengaruhi oleh kemiskinan, juga oleh kebodohan, ketersediaan sumber daya alam, kualitas lingkungan hidup serta adat, kebiasaan dan budaya. Sehingga semua yang terlibat dalam pembangunan kesehatan jiwa, harus melakukan advokasi yang terus menerus kepada berbagai pihak terkait untuk meningkatkan kapasitas sumber daya potensial, membangun dukungan sosial serta membangaun kemampuan masyarakat dalam upaya mengatasi berbagai penyebab mendasar dari gangguan kesehatan jiwa.

5 III. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus Tujuan Umum : meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat. Tujuan Khusus: 1. Meningkatkan pengetahuan petugas, penyedia layanan, pendidik, dan penyuluh dalam memfasilitasi masyarakat agar tahu, mau dan mampu memecahkan masalah di bidang kesehatan jiwa. 2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk dapat melakukan deteksi dini gangguan jiwa. 3. Meningkatkan keterampilan masyarakat untuk melakukan rujukan ke sarana pelayanan kesehatan maupun ke petugas kesehatan.

6 IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan Kegiatan Pokok 1. Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Melaksanakan kegiatan pelayanan penyuluhan, menyebarluaskan informasi kesehatan jiwa kepada masyarakat. 2. Assertif Community Treatment (ACT) Tim ACT merupakan tim multidisiplin dan dikuatkan dengan Tim leader untuk memberikan pelayanan yang komprehensif terhadap krisis, penanganan dan rehabilitasi untuk seseorang yang mengalami gangguan jiwa di komunitas dan rumah 3. Pelayanan Mobile Mendekatkan pelayanan kepada masyarakat melalui kerjasama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota dan instasi lain yang terkait 4. Penanganan Psikososial Pasca Bencana Adalah pendampingan yg dilakukan kepada penyintas yang mengalami dampak psikososial pasca bencana. Rincian Kegiatan 1. PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) Promosi Kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan pasien, keluarga maupun masyarakat yang berada di lokasi Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma, agar mereka dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhannya, sehingga mereka dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya-upaya kesehatan, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Ruang Lingkup Pelaksanakan promosi kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma dapat dilakukan dalam gedung maupun di luar gedung. Pelaksanaan PKRS didalam gedung, dapat dilakukan diruang pendaftaran/adminsitrasi, di ruang pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, ruang pelayanan penunjang medik seperti pelayanan obat/apotik, pelayanan laboratorium, dan pelayanan rehabilitasi mental, maupun tempat tempat yang di anggap strategis untuk melaksanakan promosi kesehatan. sedangkan, pelaksanaan PKRS di luar gedung dapat di lakukan di sekolah-sekolah atau tempat umum berdasarkan kebutuhan pelayananan kesehatan. Lingkup Kegiatan dalam Promosi kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma antara lain:

7 1. Pelayanan konseling antara lain : Konseling narkoba, HIV/AIDS dan Konseling kesehatan jiwa 2. Edukasi dengan mengadakan Penyuluhan Kesehatan baik didalam maupun diluar gedung dengan mengunakan metode Ceramah, Diskusi. dll 3. pembagian selebaran ( leaflet ), majalah dan pemasangan poster, Spanduk dan media informasi kesehatan lainnya 4. penayangan video yang berkaitan dengan kesehatan jiwa 5. Seminar/Talkshow tentang kesehatan jiwa 6. Memberikan Informasi tentang kesehatan & layanan RSJ Mutiara Sukma. 7. Menyusun materi penyuluhan untuk media tatap muka dalam bentuk konseling 8. Menyusun materi penyuluhan untuk media cetak dalam bentuk leaflet 9. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kelompok dgn demonstratif/praktek 10. Melaksanakan kegiatan penyuluhan individu dgn demonstratif/praktek 11. Memberikan pelayanan konseling kepada masyarakat dengan dasar pendidikan diatas SLTA 12. Advokasi pasien dengan manfaat : 1) Meningkatkan pengertian dan sikap ingin sembuh 2) Memberi pengertian kepada orang sekitarnya/keluarga 3) Memberi pengertian/pengetahuan dan sikap tentang penggunaan fasilitas kesehatan secara tepat dan benar 4) Mengerti dan mendukung dalam upaya perawatan agar keluarga mampu merawat keluarganya dengan benar. 5) Membantu pasien yang sudah sembuh/rehabilitasi untuk meningkatkan kesehatannya agar bisa berproduktif kembali. 6) Upaya pencegahan penyakit dan perubahan perilaku untuk hidup sehat 7) Senam Kesehatan dengan cara membentuk kelompok senam dll. Sumber daya Sumber daya utama dalam kegiatan PKRS di RSJ Mutiara Sukma ini adalah semua petugas kesehatan yang melayani pasien antara lain : 1. Psikiater, Dokter Umum, Perawat, Psikolog dll. 2. Tenaga Khusus Promosi Kesehatan 2. ASSERTIF COMMUNITY TREATMENT (ACT) Assertive Community Treatment (ACT) adalah suatu model yang didesain terdiri dari multidisiplin untuk memberikan pelayanan terdiri dari tim multidisiplin untuk memberikan pelayanan secara komprehensif dengan menggunakan sumber-sumber yang

8 tersedia, mengatasi masalah psikososial dan ditujukan untuk mengatasi masalah yang komplek karena lamanya perawatan pasien gangguan jiwa. Tim ACT merupkan tim multidisiplin dan dikuatkan dengan tim leader untuk memberikan pelayanan yang komprehensif terhadap krisis, penanganan dan rehabilitasi untuk seseorang yang mengalami gangguan jiwa dikomunitas dan rumah. Kegiatan 1. Rehabilitasi untuk keterampilan activity daily living/aktifitas Hidup Seharihari:melatih berbelanja dan memasak, menggunakan transportasi, berpakaian, dan membantu berhubungan dengan keluarga dan masyarakat 2. Pelayanan terhadap keluarga: management crisis, konseling dan psikoedukasi dengan keluarga dan keluarga besar. 3. Health Promotion: memberikan pendidikan pencegahan kesehatan, mengatur skrining medis, membuat jadual dan mempertahankan kunjungan, memberikan pelayanan medis akut, memberikan konseling reproduksi dan pendidikan seksual. 4. Support Medikasi: memberikan pendidikan tentang pengobatan, memonitor komplikasi medikasi dan efek samping, pengobatan lanjutan dan rujukan. 5. Konseling: menggunakan pendekatan yang berorientasi pada masalah, mengintegrasikan konseling secara berkesinambungan, mengembangkan tujuan bersama dengan semua anggota tim, meningkatkan ketrampilan komunikasi, memberikan konseling sebagai bagian dari pendekatan rehabilitasi. Bentuk Dan Sasaran Kegiatan Kegiatan yang dilakukan berbentuk: 1. Layanan ACT Statis 1. Bentuk layanan Bentuk layanan yang dilakukan di Poliklinik ACT di RSJ. Prov. NTB 2. Sasaran layanan ACT Statis; 1. Seseorang/pasien yang dengan frekuensi rawat jalan ke RS tinggi 2. Pasien dan keluarga dengan pemasungan 3. Keterbatasan dalam berfungsi 4. Keterbatasan dalam memenuhi ADL 5. Ketidakmampuan dalam berpartisipasi dalam masyarakat. 2. Layanan ACT Mobile: 1. Bentuk layanan Bentuk layanan dengan melakukan kunjungan pada pasien dan keluarga di rumahnya dan masyarakat.

9 Pembentukan Self Help Grup (SHG) atau Kelompok Swabantuadalah kelompok yang dibentuk di masyarakat yang beranggotakan orang-orang yang mengalami masalah yang sama dengan tujuan saling mendukung 2. Sasaran layanan ACT Mobile; 1. Pasien dengan percobaan bunuh diri 2. Pasien dengan krisis 3. Pasien yang mengalami penolakan keluarga dan masyarakat 3. Layanan Hotline: 1. Layanan laporan kasus pemasungan dan krisis yang ada di masyarakat 2. Layanan konsultasi dengan pasien, keluarga, masyarakat dan petugas kesehatan baik di Puskesmas maupun RSU Kab./Kota dan lintas sektor. 3. Layanan menghubungi keluarga dan petugas puskesmas. 4. Self Helf Group (SHG) Kelompok swabantu yang ada di masyarakat yang anggotanya dapat terdiri dari pasien,keluarga pasien, atau pemerhati orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Dimana kegiatan kelompok ini berkoordinasi dan di pandu dari tim keswamas. 5. Website MAKPASOL (Masyarakat Aktif Klik Pasung On Line) Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma sebagai RSJ Pemerintah Provinsi NTB bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi NTB dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di NTB telah secara aktif melakukan sistem komunikasi yang efektif demi mewujudkan NTB Bebas Pasung Sistem komunikasi tersebut diwujudkan dalam upaya pelaporan dan pencatatan jumlah tindakan pemasungan di wilayah NTB dengan melibatkan peran serta aktif dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) maupun dari kader kesehatan di masyarakat yang peduli akan kesehatan jiwa. Sistem yang telah berjalan tersebut diwujudkan melalui komunikasi via telepon dan sms di nomor , yang kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan langsung ke lokasi tindakan pemasungan. RSJ Mutiara Sukma juga memberikan kemudahan layanan kesehatan jiwa lainnya bagi masyarakat melalui whatsapp di nomor , PIN Blackberry Messenger (BBM) 5AB1B2D7, twitter di dan Upaya berikutnya yang dilakukan adalah dengan melakukan terapi terhadap ODGJ yang dipasung, melakukan monitoring secara berkala, dan melakukan upaya pemberdayaan terhadap ODGJ pasca pasung agar dapat hidup mandiri dan produktif. Sistem komunikasi yang telah terbentuk dalam upaya penanggulangan tindakan pemasungan di wilayah NTB mengacu pada Peraturan Gubernur NTB nomor 22 tahun Peraturan Gubernur NTB tersebut berisi tentang pencegahan pemasungan

10 melalui kampanye yang dilakukan melalui kegiatan sosialisasi perubahan perilaku dengan cara komunikasi, informasi, dan edukasi sehingga dapat mendorong dan meningkatkan layanan kesehatan jiwa. Sistem komunikasi yang telah berjalan saat ini dapat ditingkatkan melalui inovasi MAK PASOL dengan sistem pencatatan, pelaporan, dan tindak lanjut berkesinambungan yang lebih baik dalam hal mengatasi kendala biaya, waktu, tenaga, dan geografi. Inovasi MAK PASOL juga diharapkan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mudah diakses seiring dengan perkembangan teknologi internet saat ini. Manfaat inovasi MAK PASOL lainnya adalah dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat NTB mengenai pemasungan dan gangguan jiwa berat sehingga akan menurunkan angka jumlah ODGJ yang mengalami pemasungan di NTB. Kinerja Pemerintah Provinsi NTB pun juga akan meningkat di bidang kesehatan jiwa apabila inovasi MAK PASOL berjalan dengan baik dan berkesinambungan. MAK PASOL secara langsung akan menghubungkan komunikasi diantara masyarakat, Puskesmas, Dinas Kesehatan, RSJ Mutiara Sukma, dan Pemerintah Provinsi melalui media internet secara on line dalam upaya pembebasan ODGJ yang mengalami tindakan pemasungan di wilayah NTB. MAK PASOL dapat diakses secara mudah dan langsung di alamat website: rsjmutiarasukma.ntbprov.go.id. Keluaran yang mendukung keberhasilan MAK PASOL adalah: 1. Meningkatnyaangka temuanodgj yang mengalami pemasungan di NTB untuk data dasar (baseline) berdasarkan nama dan alamat (by name by address). 2. Penatalaksanaan/perawatan yang komprehensif terhadap ODGJ yang mengalami pemasungan di NTB. 3. Melakukan monitoring secara berkala terhadap ODGJ pasca pasung yang telah diberikan terapi, termasuk pemberdayaan ODGJ dan keluarga dalam hal kemandirian ekonomi. 4. Mempermudah sistem pelaporan dan koordinasi antara pemangku kepentingan atau lintas sektoral. Manfaat utama dari inovasi MAK PASOL ialah meningkatnya angka temuan ODGJ yang mengalami pemasungan di NTB untuk data baseline berdasarkan nama dan alamat (by name by address) yang dapat dijadikan acuan untuk tatalaksana selanjutnya. Semakin banyak ODGJ yang terdeteksi mengalami pemasungan di NTB maka semakin cepat ODGJ tersebut mendapatkan terapi dan monitoring yang adekuat sehingga upaya pemberdayaan secara mandiri dalam terwujud. ODGJ pasca pasung yang berdaya dan mandiri akan berproduktif bagi keluarga dan masyarakat sehingga meningkatkan keberhasilan sumber daya manusia di bidang kesehatan jiwa bagi pemerintah daerah provinsi NTB.

11 Waktu Pelayanan Waktu pelayanan yang dilakukan adalah: 1. Layanan ACT Statis Tiap hari kerja: Senin Kamis Wita Jumat Wita Sabtu Wita 2. Layanan ACT Mobile Dilaksanakan 10 x di wilayah Pulau Lombok. 3. Layanan Hotline 24 jam sehari Pelaksana 1. Psikiater 2. Dokter umum 3. Perawat 3. PELAYANAN MOBILE Pelayanana mobile adalah pelayanan yang dilakukan dengan mendekatkan akses pada sasaran dengan tidak mengurangi mutu layanan. Terdiri dari: 1. Integrasi Integrasi adalah program kegiatan pembinaan kesehatan jiwa kepada petugas kesehatan (dokter, perawat, tim kesehatan) yang dilakukan di puskesmas atau di tingkat pelayanan dasar. 2. Mobile Clinic Mobile Clinic adalah kegiatan layanan pengobatan dan konsultasi tentang masalah kesehatan jiwa yang dilakukan langsung ke masyarakat. 3. Droping Pasien Dropping (Pemulangan Pasien) adalah layanan pemulangan/pengembalian pasien stabil/kooperatif yang tidak dijemput keluarga setelah dirawat selama 3 bulan atau lebih kepada keluarganya. 4. Home Visite Kunjungan rumah (home visite) adalah kegiatan layanan kunjungan ke rumah pasien dan keluarganya yang terlantar/terpasung/terisolasi yang pernah/tidak pernah dirawat di RSJ Mutiara Sukma akan tetapi tidak pernah kontrol secara teratur/belum mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa. 4. PENANGGULANGAN PSIKOSOSIAL PASCA BENCANA Penanganan pasca bencana tidak hanya dititikberatkan pada sektor kesehatan fisik tapi juga aspek psikososial. Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma sebagai salah satu institusi

12 pelayanan kesehatan jiwa masyarakat merasa bertanggung jawab untuk memberikan penanganan secara lebih serius dan komprehensif dalam penanganan kasus kasus yang terkait dengan aspek psikososial masyarakat. Tujuan 1. Melakukan Asesmen psikososial pasca bencana di daerah yang terkena 2. Mengidentifikasi dan Mendeteksi Dini kasus psikososial yang terjadi pasca bencana 3. Memberikan penanganan dampak psikososial pasca bemcana Strategi 1. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan 2. Membentuk Tim kecil penanganan dampak psikososial pasca bencana terdiri dari psikiater, dokter umum, psikolog, perawat spesialis kejiwaan, perawat, dan petugas kesehatan lainnya. 3. Penanganan dampak psikososial pada kelompok masyarakat yang terkena bemcana dan daerah sekitarnya. 1. Membuat Posko Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Dampak Psikososial 2. Melakukan Asesmen Psikososial 3. Memberikan intervensi psikososial secara berkelompok berdasarkan usia dan kelompok yang rentan 4. Memberikan intervensi psikososial secara individual terhadap korban / penyintas yang berisiko mengalami gangguan yang lebih berat. Rencana aksi 1. Deteksi dini Melakukan skrining dengan menggunakan alat kuisioner yang terkait dengan dampak psikososial. Kuisioner tersebut terdiri dari 2 jenis yaitu untuk anak-anak dan dewasa. 2. Memberikan Intervensi Psikososial yang akan diberikan secara berkelompok berdasarkan kelompok usia yaitu kelompok anak-anak, dewasa, dan lansia. maupun individual terhadap penyintas yang lebih berisiko terhadap gangguan psikologis yang lebih berat. Berikut rincian kegiatan yang akan dilakukan: 1. Kelompok dewasa Bercakap cakap tentang perasaan, harapan, keinginan, hal positif yang masih bisa disyukuri, latihan relakasi, teknik hipnosis 5 jari 2. Kelompok remaja Bercakap-cakap tentang cita-cita, harapan, olahraga, musik, bernyanyi, menulis, aktivitas social, latihan relaksasi 3. Kelompok anak Bermain, menggambar, bernyanyi, bercerita. 4. Kelompok lansia

13 Bercakap cakap tentang perasaan, berikan informasi tentang kegiatan yang dilakukan di pengungsian, berbagi pengalaman sukses masa lalu, relaksasi. Kelompok lansia merupakan kelompok yang butuh perhatian dan rentan. Sedangkan intervensi secara individual akan dilakukan dengan pemberian konseling oleh psikolog dan psikiater.. 3. Memberikan pengobatan dan perawatan terhadap kelompok yang berisiko mengalami gangguan yang lebih berat. Kegiatan ini diberikan kepada korban / penyintas yang mengalami gangguan mental emosional, pasca trauma, maupun individu dengan riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya berdasarkan hasil skrining, anamnesis, dan pemeriksaan psikiatrik.

14 V. Cara Melaksanakan Kegiatan Dalam pelaksanaan kegiatan di Instalasi Keswamas RSJ Mutiara Sukma menggunakan metode siklus PDSA (Plan, Do, Study and Action). PDSA singkatan bahasa Inggris dari Plan, Do, Study and Action, (Rencanakan, Kerjakan, Pelajari, Tindak Lanjuti) adalah suatu proses empat langkah alternatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas untuk lebih menggambarkan hasil rekomendasinya.

15 VI. Sasaran No Kegiatan Target 1. Promosi Kesehatan Rumah Sakit 100% 2. Assertive Community Treatman (ACT) 100% 3. Layanan Hotlane 100% 4. Self Helf Group (SHG) 100% 5. Websate MAKPASOL(masyarakat aktif klik pasung on line) 100% 6. Integrasi 100% 7. Mobile Clinik 100% 8. Droping 100% 9. Home Visite 100% 10. Pendampingan Psikososial Pasca Bencana 100%

16 VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan NO 1 PKRS URAIAN - Penyuluhan pendidikan individu - Penyuluhan pendidikan kelompok 2 ACT ( Assertive Community Treatment) BULAN (2017) KET - SHG 2 x - Hotlane - MAKPASOL 3 Pelayanan Mobile 10 x - Integrasi 20 x - mobile clinic 20 x - Droping 20 x - Home Visit 20 x 4 Bencana Keterangan : = Jadwal kegiatan = Program = Bila diperlukan

17 VIII. Monitoring Evaluasi 1. Dilakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan secara berkala. a. Harian (laporan dari kegiatan). b. Bulanan (laporan Kepala Unit Kerja ke Kasi Pelayanan medikdan PMKP) c. Tahunan (laporan Kepala Unit Kerja ke Kasi Pelayanan medik dan PMKP) 2. Sarana yang dipergunakan dalam monitoring dan evaluasi adalah a. Laporan langsung ke Kasi Pelayanan Medik / Direktur ( secara teratur dan insidentil ). b. Rapat kerja unit. c. Rapat kerja bulanan. d. Rapat kerja kepala seksi e. Rapat koordinasi. f. Monev keswamas g. Paparan program kerja keswamas.

18 IX. Pencatatan dan Pelaporan 1. Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan Program Kerja Instalasi Keswamas RSJ Mutiara Sukma terdokumentasi melalui hard file dan soft file sesuai kebutuhan. Data hard file dan atau soft file terdokumentasi dan tersimpan di penanggung jawab dokumen keswamas. 2. Masing masing kegiatan mempunyai dokumentasi dalam bentuk hard file dan soft file sesuai dengan kebutuhan terkait Program Kerja Instalasi Keswamas. Mataram Tanggal : 1 Desember 2016 Kepala Instalasi KESWAMAS Dr. A. A. A. Arimawati Nip:

Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta

Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta Nama Inovasi Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta Produk Inovasi Meningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Family Gathering Terpadu Dalam Rangka

Lebih terperinci

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.185, 2014 KESEHATAN. Jiwa. Kesehatan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014

Lebih terperinci

PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI

PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Apakah saya sehat jiwa? Sehat Jiwa Bukan semata-mata tidak adanya penyakit/gangguan

Lebih terperinci

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI Sehat Jiwaku Sehat keluargaku (UPK Puskesmas Siantan Hulu)

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI Sehat Jiwaku Sehat keluargaku (UPK Puskesmas Siantan Hulu) LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI Sehat Jiwaku Sehat keluargaku (UPK Puskesmas Siantan Hulu) 1. Lab. Inovasi : KOTA PONTIANAK 2. Nama Unit Kerja : UPK Puskesmas Siantan Hulu 3. Judul Iovasi : Sehat

Lebih terperinci

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: Ditetapkan Kepala UPTD Puskesmas Kampar Kiri dr. Pasniwati Nip. 19750805 200904 2 001 PEMERINTAH KABUPATEN KAMPAR DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS

Lebih terperinci

Ditulis oleh Rini Saputro Jumat, 28 November :47 - Last Updated Selasa, 15 Desember :40

Ditulis oleh Rini Saputro Jumat, 28 November :47 - Last Updated Selasa, 15 Desember :40 PROGRAM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT QIM I. PENDAHULUAN Untuk memelihara kesehatan masyarakat, diperlukan sesuatu rangkaian usaha yang luas. Perawatan dan pengobatan kuratif di rumah sakit

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara menjamin setiap orang hidup sejahtera lahir

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS KESAMBEN Jl. Raya Kesamben No. 3A Kecamatan Kesamben Kode Pos : 61484 Telp. 085655075735 Fax - Email : pkmkesamben@gmail.com Website : puskesmaskesamben.blogspot.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kendali (control) atas kesehatannya, dan meningkatkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUNAN KALIJAGA KABUPATEN DEMAK TAHUN 2016

PROGRAM KERJA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUNAN KALIJAGA KABUPATEN DEMAK TAHUN 2016 PROGRAM KERJA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUNAN KALIJAGA KABUPATEN DEMAK TAHUN 2016 A. PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sunan Kalijaga Kabupaten Demak merupakan

Lebih terperinci

PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS

PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Tahun Ajaran 2013 / 2014 Program Studi Pendidikan Dokter FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Kepala Puskesmas Wara Barat Nomor : / SK / PKM - WB / I Tanggal : Januari 2015 PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA PARIPURNA

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA PARIPURNA PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA PARIPURNA Dr. Suryo Dharmono SpKJ Divisi Psikiatri Komunitas Departemen Psikiatri FKUI/RSCM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI INDONESIA Dikenal

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA INSANI 2014 I. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA I. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 menyatakan bahwa kesehatan jiwa adalah kondisi ketika seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH. Kode Mata Kuliah : GIZ : PRAKTEK KERJA LAPANGAN PELAYANAN GIZI KLINIK (PKL PGK)

SILABUS MATA KULIAH. Kode Mata Kuliah : GIZ : PRAKTEK KERJA LAPANGAN PELAYANAN GIZI KLINIK (PKL PGK) SILABUS MATA KULIAH Program Studi : Gizi (S1) Kode Mata Kuliah : GIZ 80154 Nama Mata Kuliah : PRAKTEK KERJA LAPANGAN PELAYANAN GIZI KLINIK (PKL PGK) Jumlah SKS : 4 (Empat) Semester : 8 (Delapan) Mata Kuliah

Lebih terperinci

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas Nama : Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : 19671215 200003 1 002 Departemen Mata Kuliah Topik : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas : Keperawatan Komunitas : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas LAPORAN WHO (2002)

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif, yang digunakan untuk menggambarkan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan berubahnya karakteristik seseorang dari kerusakan fungsi perilaku atau psikologis yang secara umum diukur dari beberapa konsep norma dihubungkan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN TIM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT LAVALETTE

PEDOMAN PELAYANAN TIM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT LAVALETTE PEDOMAN PELAYANAN TIM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT LAVALETTE PT. NUSATARA SEBELAS MEDIKA RUMAH SAKIT LAVALETTE MALANG 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER)

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER) PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER) RUMAH SAKIT MH THAMRIN CILEUNGSI JL. Raya Narogong KM 16 Limus Nunggal Cileungsi Bogor Telp. (021) 8235052 Fax. (021) 82491331 SURAT KEPUTUSAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY 3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA, SEKTOR UNGGULAN, PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN VISI DAN MISI PRESIDEN TRISAKTI: Mandiri di bidang ekonomi;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sektor kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, pembangunan kesehatan semakin ditingkatkan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sektor kesehatan dituntut untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian No.169, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5559) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI Adalah : Upaya kesehatan yang memanfaatkan latihan fisik atau

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara menjamin setiap orang hidup sejahtera

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara menjamin setiap orang hidup sejahtera

Lebih terperinci

2014, No Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Den

2014, No Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Den LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.185, 2014 KESEHATAN. Jiwa. Kesehatan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH 1. PENDAHULUAN Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks, karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan

Lebih terperinci

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.

Lebih terperinci

2012, No.1156

2012, No.1156 5 2012, No.1156 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN REHABILITASI MEDIS BAGI PECANDU, PENYALAHGUNA, DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI TIM PELAKSANA KESEHATAN JIWA MASYARAKAT (TPKJM) KOTA SURAKARTA

MONITORING DAN EVALUASI TIM PELAKSANA KESEHATAN JIWA MASYARAKAT (TPKJM) KOTA SURAKARTA MONITORING DAN EVALUASI TIM PELAKSANA KESEHATAN JIWA MASYARAKAT (TPKJM) KOTA SURAKARTA TIM MONEV : BAPPEDA KOTA SURAKARTA i KATA PENGANTAR Mengingat makin kompleknya serta makin meningkatnya masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara menjamin setiap orang hidup

Lebih terperinci

MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF,

MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF, MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF, dan BERKESINAMBUNGAN MELALUI UNDANG-UNDANG KESEHATAN JIWA Oleh : Arrista Trimaya * Melalui Sidang Paripurna DPR masa sidang IV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara menjamin setiap orang hidup

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYULUHAN PADA PASIEN

PEDOMAN PENYULUHAN PADA PASIEN PEDOMAN PENYULUHAN PADA PASIEN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TEMBOK DUKUH Jl.Kalibutuh No.26 Surabaya 60173 Telp. (031) 5343410 pkmtembokdukuh@gmail.com KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

BEBAS PASUNG PUSKESMAS TELUK LUBUK

BEBAS PASUNG PUSKESMAS TELUK LUBUK BEBAS PASUNG PUSKESMAS TELUK LUBUK L E M B A G A A D M I N I S T R A S I N E G A R A D E P U T I I N O V A S I A D M I N I S T R A S I N E G A R A P U S A T I N O V A S I T A T A P E M E R I N T A H A

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kondisi sehat individu tidak bisa hanya dilihat dari kondisi fisik saja melainkan juga kondisi mental dan kondisi sosial. Dalam kasus anak-anak yang mengidap HIV/AIDS memperhatikan

Lebih terperinci

Program Kesehatan Peduli Remaja PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Program Kesehatan Peduli Remaja PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes Program Kesehatan Peduli Remaja PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan mengenai Program Kesehatan Peduli Remaja Pengertian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 Pendahuluan... 3 Kegiatan

Lebih terperinci

Tabel 7.5 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Misi 5. INDIKATOR KINERJA (outcome)

Tabel 7.5 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Misi 5. INDIKATOR KINERJA (outcome) 1 Peningkatan Derajat kesehatan masyarakatt 1 2 3 1 Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar 1 a. Pembangunan sarana dan prasasarana kesehatan yang berkualitas b. Meningkatkan kapa-sitas tenaga medis

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional untuk memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam Undang-Undang No. 36 tahun

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika tidak mampu atau kurang termotivasi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PELUANG-PELUANG PERBAIKAN INOVATIF

IDENTIFIKASI PELUANG-PELUANG PERBAIKAN INOVATIF 1.1.3 Peluang pengembangan dalam penyelenggaraan upaya Puskesmas dan pelayanan diidentifikasi dan ditanggapi secara inovatif Kebutuhan akan pelayanan tidak sama antara daerah yang satu dengan daerah yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016 A. Daftar Pertanyaan untuk Kepala Puskesmas Teladan I. Data Umum 1. Nama : 2. Pendidikan

Lebih terperinci

2 ODGJ terhadap layanan kesehatan. Sedangkan secara hukum, peraturan perundang-undangan yang ada belum komprehensif sehingga menghambat pemenuhan hak

2 ODGJ terhadap layanan kesehatan. Sedangkan secara hukum, peraturan perundang-undangan yang ada belum komprehensif sehingga menghambat pemenuhan hak TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESEHATAN. Jiwa. Kesehatan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 185) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang No.78, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kesehatan Kerja. Pos. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2015 TENTANG POS UPAYA KESEHATAN KERJA TERINTEGRASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAKSANAAN KOORDINASI DESA SIAGA DAN PHBS

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAKSANAAN KOORDINASI DESA SIAGA DAN PHBS KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAKSANAAN KOORDINASI DESA SIAGA DAN PHBS A. PENDAHULUAN Desa siaga kesehatan adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa yang memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan

Lebih terperinci

I. SEJARAH RSJ Mataram Rumah Sakit Jiwa Provinsi. Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma

I. SEJARAH RSJ Mataram Rumah Sakit Jiwa Provinsi. Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma I. SEJARAH Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mataram didirikan berdasarkan surat Penunjukan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan tanggal 31 Oktober 1983 No. 17867/Yankes/DKJ/1983 kepada PT. Yodya Karya, Jl. D.I

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT A. SEJARAH DAN KEDUDUKAN RUMAH SAKIT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rengat Kabupaten Indragiri Hulu pada awalnya berlokasi di Kota Rengat Kecamatan Rengat (sekarang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1775, 2015 KEMENKES. Penyakit Tidak Menular. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT TIDAK

Lebih terperinci

PEDOMAM PELAYANAN KESPRO REMAJA oleh. dr. Yuliana Tjawan

PEDOMAM PELAYANAN KESPRO REMAJA oleh. dr. Yuliana Tjawan PEDOMAM PELAYANAN KESPRO REMAJA oleh dr. Yuliana Tjawan 1 LATAR BELAKANG penduduk remaja 10-19 tahun, sekitar 19% populasi yakni sekitar 41,897,400 remaja. UU RI 36/2009 tentang Kesehatan mengatur layanan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep

PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep A. Pengertian Discharge Planning (Perencanaan Pasien Pulang) merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1663, 2015 KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Lanjut Usia. Penyelenggaraaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) DINAS KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 20 NAMA FORMULIR DPA SKPD DPA SKPD DPA SKPD 2. Ringkasan Dokumen

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial

Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial Lesson learned masa emergency dan antisipasi ke depan Dr. Carla R. Marchira SpKJ Pendahuluan Bencana yang terjadi silih berganti di berbagai wilayah di Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. PROGRAM KESEHATAN USIA LANJUT DI PUSKESMAS PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil meningkatnya umur harapan hidup dengan meningkatnya populasi

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 141 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 141 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 141 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia saat ini. Berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan No.1942, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Standar Pelayanan Rehabilitasi. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN REHABILTASI BAGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh manusia, karena kesehatan menentukan segala aktivitas dan kinerja manusia. Pengertian sehat

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2016

PROGRAM KERJA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2016 PROGRAM KERJA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2016 I. Pendahuluan Salah satu pelayanan kesehatan dalam rantai sistem rujukan adalah rumah sakit yang didirikan dan diselenggarakan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita gangguan jiwa (skizofrenia). Sampai saat ini penanganan penderita gangguan jiwa masih sangat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terserang peyakit degenerative, Dinas Kesehatan kota Yogyakarta terus menerus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terserang peyakit degenerative, Dinas Kesehatan kota Yogyakarta terus menerus BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Tingginya jumlah penduduk lansia di kota Yogyakarta mewajibkan pemerintah kota Yogyakarta melakukan intervensi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lansia.

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG 2013 DAFTAR ISI

PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG 2013 DAFTAR ISI PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG 2013 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i I. Pendahuluan...1 1 II. Latar Belakang...1 III. Tujuan...1 IV. Kegiatan pokok...2 V. Cara melaksanakan kegiatan...2

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK) / PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT PPK

PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK) / PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT PPK PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK) / PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT PPK RUMAH SAKIT AT-TUROTS AL-ISLAMY 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 A LATAR BELAKANG... 3 B TUJUAN BAB II LANDASAN TEORI

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan I. Latar Belakang Beberapa pertimbangan dikeluarkannya Permenkes ini diantaranya, bahwa penyelenggaraan Pusat Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci