EFIKASI HERBISIDA CAMPURAN GLIFOSAT, MESOTRION DAN METOLAKLOR UNTUK MENGENDALIKAN GULMA UMUM PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFIKASI HERBISIDA CAMPURAN GLIFOSAT, MESOTRION DAN METOLAKLOR UNTUK MENGENDALIKAN GULMA UMUM PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L."

Transkripsi

1 EFIKASI HERBISIDA CAMPURAN GLIFOSAT, MESOTRION DAN METOLAKLOR UNTUK MENGENDALIKAN GULMA UMUM PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) (Skripsi) Oleh TONNY FIRMANSYAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

2 ABSTRAK EFIKASI HERBISIDA CAMPURAN GLIFOSAT, MESOTRION DAN METOLAKLOR UNTUK MENGENDALIKAN GULMA UMUM PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) Oleh TONNY FIRMANSYAH Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan terpenting di dunia selain padi dan gandum. Gulma merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis herbisida campuran glifosat, mesotrion dan metolaklor yang efektif dalam mengendalikan gulma pada tanaman jagung (Zea mays L.) dan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh herbisida campuran glifosat, mesotrion dan metolaklor pada tanaman jagung (Zea mays L.). Penelitian ini dilaksanakan di Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan di Laboratorium Ilmu Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Maret hingga Juni Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari herbisida gliofsat+mesotrion+metolaklor ( ), ( ), ( ), ( ), ( ) g/ha, pengendalian mekanis, dan kontrol. Data yang diperoleh dianalisis ragam yang sebelumnya dilakukan uji homogenitas ragam dengan uji Bartlet, dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Perbedaan nilai tengah antar perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian yang didapatkan

3 Tonny Firmansyah menunjukkan bahwa : (1) Herbisida campuran (glifosat, mesotrion dan metolaklor) pada dosis ( ) g/ha hingga ( ) g/ha dapat mengendalikan pertumbuhan gulma total, gulma golongan daun lebar, gulma golongan rumput, dan gulma golongan teki hingga 6 MSA, (2) Herbisida campuran (glifosat, mesotrion dan metolaklor) pada dosis ( ) g/ha hingga ( ) g/ha dapat mengendalikan gulma Cleome rutidospermae, Ricardia brasiliensis, Eleusine indica, dan Cyperus rotundus hingga 6 MSA, (3) Herbisida campuran (glifosat, mesotrion dan metolaklor) pada dosis ( ) g/ha hingga ( ) g/ha tidak meracuni tanaman jagung (Zea mays L.), sedangkan pada dosis ( ) g/ha terlihat gejala keracunan ringan dan ( ) g/ha terlihat gejala keracunan sedang, (4) Herbisida campuran (glifosat, mesotrion dan metolaklor) pada dosis ( ) g/ha hingga ( ) g/ha menghasilkan produksi jagung (Zea mays L.) lebih tinggi dibandingkan control Kata Kunci : glifosat, gulma, jagung, mesotrion, metolaklor.

4 EFIKASI HERBISIDA CAMPURAN GLIFOSAT, MESOTRION DAN METOLAKLOR UNTUK MENGENDALIKAN GULMA UMUM PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) Oleh Tonny Firmansyah Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

5

6

7

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Pringsewu pada 10 Mei 1993, merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Zainal Abidin (alm) dan Ibu Suhartini. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Gedong Tataan, Pesawaran pada tahun Kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Gedong Tataan, Pesawaran dan lulus pada tahun Pendidikan menengah atas ditempuh di SMA Negeri 1 Gading Rejo, Pringsewu dan lulus pada tahun Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi. Penulis pernah terdaftar sebagai Korps Muda Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tingkat Universitas, Anggota Muda di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gumpalan Fakultas Pertanian, Anggota Biasa di Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) periode , Ketua Panitia Khusus (Pansus) Pemilihan Raya Fakultas Pertanian tahun 2014, Duta Mahasiswa Fakultas Pertanian periode , Sekertaris Dinas Penelitian dan Pengembangan (Litbang) di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di tingkat Fakultas periode dan Wakil Ketua Umum di Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) periode Selain itu,

9 penulis juga aktif menjadi Asisten Dosen, seperti mata kuliah Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, mata kuliah Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma, mata kuliah Dasar-Dasar Budidaya Tanaman, dan mata kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Pada bulan Juli 2015, penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Way Berulu, Pesawaran. Kemudian pada bulan Januari Maret 2016, penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung di Desa Menyancang, Kecamatan Karya Penggawa, Kabupaten Pesisir Barat.

10 Bismillahhirrohmanirrohim,, Dengan penuh rasa syukur dan bangga, ku persembahkan kaya kecilku ini kepada : Ayah (alm) dan Mama tercinta, Adikku Lea Ayu Utari, Serta seluruh Keluarga Besarku Sebagai tanda bakti dan terima kasihku atas doa yang selalu terucap untuk kesuksesanku dan semua pengorbanan yang telah diberikan kepadaku selama ini Dan untuk Almamater tercinta.

11 SETIAP ORANG MEMILIKI KAPABILITAS DALAM KEHIDUPANNYA UNTUK BERJUANG DEMI APA YANG MEREKA IMPIKAN (DEAN KOONTZ) KELUARGA ADALAH MOTIVASI TERBESAR UNTUK MERAIH TAHTA PUNCAK DALAM PIRAMIDA KEHIDUPAN RAHASIA HIDUP ADALAH JATUH TUJUH KALI DAN BANGKIT DEPALAN KALI (JAMES PATTERSON)

12 SANWACANA Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta nikmat sehat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penelitian dan penulisan skripsi ini dengan lancar tanpa terhalang suatu apapun. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Hidayat Pujisiswanto, S.P M.S., selaku pembimbing utama yang telah memberikan kesempatan dan dengan sabarnya memberikan dorongan, pengarahan, bimbingan selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Ibu Prof. Dr. Nanik Sriyani, M.Sc., selaku pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, pengetahuan, bimbingan, kesabaran, dan saran selama menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Ir. Herawati Hamim, M.S., selaku pembahas atas saran, nasehat, bimbingan, serta kritik yang membangun dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Ir. Ardian, M. Agr., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa. 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

13 6. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 7. Kedua orang tua penulis, yaitu Bapak Zainal Abidin (alm) dan Ibu Suhartini yang telah memberikan dukungan baik moril dan materil serta doa yang selalu terucap demi kelancaran dan keberhasilan penulis dalam proses perkuliahan. 8. Adik penulis, yaitu Lea Ayu Utari yang telah memberikan dukungan semangat dan moril bagi penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 9. Teman-teman seperjuangan penelitian yang telah bersedia membantu penulis selama melaksanakan penelitian. 10. Teman-teman Agroteknologi kelas D dan Agroteknologi 2012 yang telah mengisi hari-hari selama penulis berada di kampus. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis akan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik dan dapat lebih bermanfaat bagi semua pihak. Bandar Lampung, September 2016 Penulis, Tonny Firmansyah

14 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... iii I. PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Tujuan Penelitian Landasan Teori Kerangka Pemikiran Hipotesis... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Informasi Umum Tanaman Jagung Gulma dan Pengelolaanya Herbsida III. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pelaksanaan Penelitian Penetuan Petak Perlakuan Penanaman Aplikasi Herbisida Pengambilan Sampel Gulma Pengamatan Gulma Tanaman... 24

15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Kering Gulma Total Bobot Kering Gulma Pergolongan Bobot Kering Gulma Golongan Daun Lebar Bobot Kering Gulma Golongan Rumput Bobot Kering Gulma Golongan Teki Bobot Kering Gulma Dominan Bobot Kering Gulma Cleome rutidospermae Bobot Kering Gulma Ricardia brasiliensis Bobot Kering Gulma Eleusine indica Bobot Kering Gulma Cyperus rotundus Tingkat dan Jenis Dominansi Gulma Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays) Fitotoksisitas Herbisida Tinggi Tanaman Jagung Bobot Pipilan Kering Jagung pada Kadar Air 14% V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 58

16 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Perlakuan Herbisida Glifosat, Mesotrion dan Metolaklor Bobot kering gulma total akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma daun lebar akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma rumput akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma teki akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma Cleome rutidospermae akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma Cyperus rotundus akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma Eleusine indica akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma Ricardia brasiliensis akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Jenis dan tingkat dominansi (SDR) gulma pada 3 MSA Jenis dan ingkat dominansi (SDR) gulma pada 6 MSA Fitotoksisitas tanaman jagung akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Tinggi tanaman jagung akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor... 50

17 14. Bobot pipilan jagung pada kadar air 14% akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma total pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam bobot kering gulma total pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma total pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam bobot kering gulma total pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma daun lebar pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam bobot kering gulma daun lebar pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma daun lebar pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam bobot kering gulma daun lebar pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma rumput pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam bobot kering gulma rumput pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma rumput pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam bobot kering gulma rumput pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma teki pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam bobot kering gulma teki pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma teki pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor... 66

18 30. Analisis ragam bobot kering gulma teki pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma Cleome rutidospermae pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam bobot kering gulma Cleome rutidospermae pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma Cleome rutidospermae pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam bobot kering gulma Cleome rutidospermae pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma Ricardia brasiliensis pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam bobot kering gulma Ricardia brasiliensis pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma Ricardia brasiliensis pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam bobot kering gulma Ricardia brasiliensis pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma Eleusine indica pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam bobot kering gulma Eleusine indica pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma Eleusine indica pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam bobot kering gulma Eleusine indica pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma Cyperus rotundus pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam bobot kering gulma Cyperus rotundus pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Bobot kering gulma Cyperus rotundus pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor... 74

19 46. Analisis ragam bobot kering gulma Cyperus rotundus pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Tinggi tanaman jagung pada 4 MST akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam tinggi tanaman jagung pada 4 MST akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Tinggi tanaman jagung pada 6 MST akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam tinggi tanaman jagung pada 6 MST akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Tinggi tanaman jagung pada 8 MST akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam tinggi tanaman jagung pada 8 MST akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Hasil bobot pipilan jagung kg/m 2 pada kadar air 14% akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam hasil bobot pipilan jagung kg/m 2 pada kadar air 14% akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Hasil bobot pipilan jagung ton/ha pada kadar air 14% akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor Analisis ragam hasil bobot pipilan jagung ton/ha pada kadar air 14% akibat perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor... 79

20 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Struktur kimia glifosat Struktur kimia mesotrion Struktur kimia metolaklor Tata letak percobaan Bagan petak pengambilan sampel gulma Tingkat penekanan herbsisida glifosat+mesotrion+metolaklor terhadap gulma total Tingkat penekanan herbsisida glifosat+mesotrion+metolaklor terhadap gulma daun lebar Tingkat penekanan herbsisida glifosat+mesotrion+metolaklor terhadap gulma rumput Tingkat penekanan herbsisida glifosat+mesotrion+metolaklor terhadap gulma teki Gulma Cleome rutidospermae Tingkat penekanan herbsisida glifosat+mesotrion+metolaklor terhadap gulma Cleome rutidospermae Gulma Cyperus rotundus Tingkat penekanan herbsisida glifosat+mesotrion+metolaklor terhadap gulma Cyperus rotundus Gulma Eleusine indica Tingkat penekanan herbsisida glifosat+mesotrion+metolaklor terhadap gulma Eleusine indica... 41

21 16. Gulma Ricardia brasiliensis Tingkat penekanan herbsisida glifosat+mesotrion+metolaklor terhadap gulma Ricardia brasiliensis Gejala keracunan pada tanaman jagung Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor dosis ( ) g/ha pada 3 MSA Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor dosis ( ) g/ha pada 3 MSA Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor dosis ( ) g/ha pada 3 MSA Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor dosis ( ) g/ha pada 3 MSA Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor dosis ( ) g/ha pada 3 MSA Kondisi gulma dan tanaman perlakuan penyiangan mekanis pada 3 MSA Kondisi gulma dan tanaman perlakuan kontrol pada 3 MSA Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor dosis ( ) g/ha pada 6 MSA Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor dosis ( ) g/ha pada 6 MSA Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor dosis ( ) g/ha pada 6 MSA Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor dosis ( ) g/ha pada 6 MSA... 85

22 30. Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida glifosat+mesotrion+metolaklor dosis ( ) g/ha pada 6 MSA Kondisi gulma dan tanaman perlakuan penyiangan mekanis pada 6 MSA Kondisi gulma dan tanaman perlakuan kontrol pada 6 MSA... 86

23 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan di dunia, termasuk di Indonesia. Tanaman jagung selain digunakan sebagai bahan pangan sebagian masyarakat Indonesia, juga digunakan sebagai bahan baku untuk makanan ternak. Menurut Badan Pusat Statistik (2014), produksi jagung di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 23,47 juta ton. Produksi ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang sebesar 19,37 juta ton. Meskipun demikian, saat ini Indonesia masih melakukan impor jagung sebesar 3,7 juta ton dari luar negeri. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jagung di Indonesia yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Salah satu penyebab rendahnya produksi jagung adalah kehadiran gulma pada lahan budidaya. Keberadaan gulma di sekitar tanaman budidaya dapat menyebabkan kerugian yang besar. Kehadiran gulma dapat secara nyata menekan pertumbuhan dan produksi karena menjadi pesaing dalam memperebutkan unsur hara serta cahaya matahari, sehingga mampu menurunkan produksi sebesar 48% (Bilman, 2001).

24 2 Kehadiran gulma pada lahan pertanaman jagung tidak jarang menurunkan hasil dan mutu biji. Penurunan hasil bergantung pada jenis gulma, kepadatan, lama persaingan, dan senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh gulma. Secara keseluruhan, kehilangan hasil yang disebabkan oleh gulma melebihi kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama dan penyakit. Meskipun demikian, kehilangan hasil akibat gulma sulit diperkirakan karena pengaruhnya tidak dapat segera diamati. Beberapa penelitian menunjukkan korelasi negatif antara bobot kering gulma dan hasil jagung, dengan penurunan hasil hingga 95% (Vencil et al; 2002). Sembodo (2010), menyatakan bahwa beberapa gulma penting pada tanaman jagung yaitu Boreria alata, Ageratum conyzoides, Synedrella nodiflora, Cyperus rotundus, Cyperus kyllingia, Eleusin indica, Digitaria ciliaris, Paspalum distichum, dan Cynodon dactylon. Salah satu metode pengendalian gulma adalah dengan menggunakan bahan kimia yang disebut herbisida. Metode pengendalian gulma dengan herbisida ini sangat efektif dan efisien terutama jika lahan yang harus dikelola sangat luas. Sembodo (2010), menyatakan terdapat beberapa bahan aktif terdaftar yang digunakan untuk mengendalikan gulma pada tanaman jagung yaitu Kalium MCPA : 400 g/l, Isopropilamina glifosat : 120 g/l, 2,4 D isopropilamina : 575 g/l, Atrazin 75 g/l, Ametrin 490 g/l, Paraquat diklorida 276 g/l, Imazetapir 52,5 g/l, Paraquat diklorida 248,4 g/l, dan Metolaklor 500 g/l. Herbisida glifosat adalah herbisida berspektrum luas yang dapat mengendalikan gulma semusim maupun tahunan di daerah tropis pada waktu pasca tumbuh. Cara

25 3 kerja herbisida ini adalah dengan menghambat enzim 5-enolpiruvil-shikimat-3- fosfat sintase (EPSPS) yang berperan dalam pembentukan asam amino aromatik, seperti triptofan, tirosin, dan fenilalanin. Tumbuhan akan mati karena kekurangan asam amino yang penting untuk melakukan berbagai proses hidupnya. Glifosat dapat masuk ke dalam tumbuhan karena penyerapan yang dilakukan tanaman dan kemudian diangkut ke pembuluh floem (James dan Rahman, 2005). Herbisida mesotrion bekerja dengan menghambat fungsi dari enzim yang esensial bagi kehidupan tanaman yaitu enzim HPPD (p- hidroksi-fenil-piruvat dehidrogenase) yang menyebabkan pigmen karotenoid tidak terbentuk sehingga mengganggu fotosintesis yang pada akhirnya akan menimbulkan gejala bleaching kemudian mati. Ditambahkan juga bahwa herbisida ini dapat mengendalikan gulma berdaun lebar dan gulma jenis rumputan yang diaplikasikan sebelum dan sesudah tumbuh gulma pada tanaman jagung (James et al; 2006). Herbisida metolaklor termasuk herbisida pra tumbuh yang diaplikasikan melalui tanah. Herbisida ini juga dapat mengendalikan pertumbuhan gulma berdaun lebar, rerumputan dan teki-tekian. Herbisida metolaklor bekerja dengan menghambat pembelahan pada sel (Wicks, Crutcfiled dan Burnside, 1994). Namun dalam pemakaian herbisida yang relatif singkat pada pertengahan tahun 1980, telah ditemukan banyak spesies gulma yang resisten terhadap glifosat. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan pencampuran herbisida. Pencampuran herbisida dilakukan dengan mencampurkan dua atau lebih bahan aktif dalam kelompok yang berbeda dengan sifat yang tidak saling bertentangan. Contoh pencampuran

26 4 herbisida tersebut adalah mencampurkan bahan aktif glifosat dengan mesotrion dan metolaklor. Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan, maka penelitian dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah berikut ini: 1. Apakah herbisida campuran glifosat, mesotrion dan metolaklor mampu mengendalikan gulma pada tanaman jagung? 2. Apakah terjadi keracunan pada tanaman jagung akibat penggunaan herbisida campuran glifosat, mesotrion dan metolaklor? 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui efikasi herbisida campuran glifosat, mesotrion dan metolaklor dalam mengendalikan gulma pada tanaman jagung 2. Untuk mengetahui fitotoksitas herbisida campuran glifosat, mesotrion dan metolaklor pada tanaman jagung. 1.3 Landasan Teori Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pokok di Indonesia yang cukup banyak dibudidayakan. Hal ini karena cukup tersedianya sumberdaya lahan dan teknologi dari budidaya hingga pascapanen. Selain digunakan sebagai makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia, jagung juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri yang setiap tahunnya

27 5 mengalami peningkatan. Meskipun demikian, produksi jagung Nasional masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (Suprapto, 1999). Salah satu yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung saat ini adalah keberadaan organisme pengganggu tanaman yang dapat menurunkan produktivitas jagung. Salah satu organisme pengganggu tanaman yang terus ada dan dapat menurunkan produktivitas tanaman jagung adalah gulma. Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh tidak pada waktu dan tempat yang tepat (Sembodo, 2010). Gulma dapat menjadi pesaing utama bagi tanaman budidaya dalam memperebutkan sarana tumbuh seperti air, unsur hara, cahaya, dan ruang tumbuh. Kemampuan tanaman dalam bersaing dengan gulma ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis gulma, tingkat kepadatan gulma, lama persaingan tanaman dan gulma, cara budidaya dan varietas yang ditanam, serta faktor kesuburan tanah (Sukman dan Yakup, 1995). Menurut Tjitrosoedirdjo dkk. (1984), persaingan antara gulma dan tanaman dipengaruhi oleh waktu atau lamanya tanaman berada dan bersaing dengan gulma. Sukman dan Yakup (1995), menyatakan bahwa hadirnya gulma pada awal hidup tanaman akan sangat berpengaruh terhadap tanaman karena pada fase tersebut tanaman sangat peka terhadap kehadiran gulma, fase ini disebut fase kritis tanaman. Jika gulma tumbuh di lahan budidaya pada fase ini, maka tanaman akan kalah bersaing dengan gulma. Oleh karena itu, pada fase tersebut perlu dilakukan pengendalian gulma.

28 6 Menurut Sembodo (2010), herbisida digunakan untuk mengendalikan gulma karena dapat mengendalikan gulma sejak dini, efisen dalam waktu, tenaga kerja, dan biaya, dapat mengendalikan gulma yang sulit untuk dikendalikan dan mencegah erosi serta mendukung konsep olah tanah konvesional (OTK). Kekurangan dalam penggunaan herbisida yaitu perlu keterampilan khusus dalam teknik aplikasi, pemilihan jenis herbisida, penentuan dosis, penanganan herbisida, dan keamanan. Keberhasilan aplikasi herbisida ditentukan oleh banyak hal, antara lain gulma sasaran, herbisida yang digunakan, dan cara pengaplikasiannya. Syarat pengaplikasian herbisida yang baik dirangkum dalam 4 tepat, yaitu tepat jenis, tepat cara, tepat dosis, dan tepat waktu. Cobb dan Kirkwood (2000), menyatakan bahwa cepat atau lambat penggunaan herbisida tunggal akan menjadi tidak efektif dan harus dilakukan pencampuran herbisida. Selain itu, pencampuran herbisida juga merupakan salah satu cara untuk memperpanjang persistensi suatu herbisida terutama jika beberapa gulma yang telah berkembang menjadi resisten terhadap suatu jenis herbisida. Mesotrion adalah jenis herbisida baru dalam kelompok triketon dan efektif terhadap spesies yang resisten terhadap herbisida glifosat dan herbisida metolaklor. Secara umum mesotrion bertindak sebagai penghambat pigmen. Pencampuran herbisida glifosat, mesotrion dan metolaklor diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dari masing-masing bahan aktif tersebut dalam mengendalikan gulma pada tanaman jagung.

29 7 1.4 Kerangka Pemikiran Salah satu penyebab rendahnya produksi jagung di Indonesa adalah masalah kompetisi gulma dengan tanaman yang budidaya. Gulma akan menjadi kompetitor utama dalam mendapatkan sarana tumbuh yang tersedia di lahan pertanian seperti unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh. Perebutan ini akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman sehingga menyebabkan menurunkan hasil dari tanaman jagung yang dibudidayakan. Untuk mengatasi masalah tersebut harus dilakukan suatu tindakan pengendalian terhadap gulma sehingga tidak menyebabkan penurunan hasil pada tanaman jagung yang dibudidayakan. Metode pengendalian gulma secara kimia dengan menggunakan herbisida dinilai lebih mudah dan lebih baik dalam mengendalikan gulma karena lebih efisien dalam penggunaan tenaga kerja, lebih aman bagi tanaman budidaya serta tidak menyebabkan erosi karena tidak harus memindahkan lapisan tanah. Penggunaan herbisida tunggal awalnya dinilai dapat mengenbdalikan gulma secara total akan tetapi lama kelamaan penggunaan herbsiida tunggal memiliki kelemahan, yaitu gulma menjadi resisten terhadap bahan aktif tertentu dalam waktu yang relatif singkat. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengendalikan gulma secara total dengan melakukan pencampuran beberapa bahan aktif herbisida untuk memperluas spektrum pengendalian serta meningkatkan efektifitas penggunaan herbisida. Gangguan gulma pada awal pertumbuhan akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan dari tanaman jagung karena harus bersaing untuk memperoleh

30 8 sarana tumbuh yang tersedia. Sedangkan pada awal pertumbuhan tanaman masih sangat rentan terhadap gangguan. Pencampuran herbisida glifosat, mesotrion dan metolaklor diaplikasikan sejak tanaman jagung memasuki fase awal pertumbuhan. Herbisida ini diaplikasi di tanah untuk kemudian akan ditranslokasikan menuju daun melalui xylem setelah itu diserap oleh akar gulma dan menyebabkan kematian pada gulma tersebut. Penggunanaan herbisidan campuran glifosat, mesotrion dan metolaklor dinilai tidak akan meracuni tanaman jagung karena herbisida campuran ini bersifat selektif. Sehingga herbisida campuran ini dapat digunakan untuk mengendalikan gulma pada tanaman jagung. Hal ini bertujuan agar nutrisi yang dibutuhkan pada awal pertumbuhan tanaman jagung dapat tersedia dengan baik. 1.5 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun, hipotesis yang dapat disusun adalah sebagai berikut: 1. Pada dosis tertentu herbisida campuran bahan aktif glifosat, mesotrion dan metolaklor mampu mengendalikan gulma pada pertanaman jagung 2. Pencampuran herbisida dengan bahan aktif glifosat, mesotrion dan metolaklor tidak meracuni pertanaman jagung.

31 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Umum Tanaman Jagung Menurut Rukmana (1997), tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah padi dan gandum. Di daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaaanya, antara lain dapat digunakan sebagai pakan ternak, pupuk hijau atau kompos, dan pulp (bahan kertas). Rendahnya produksi jagung di tingkat petani dapat mempengaruhi produksi secara Nasional. Hal ini dimungkinkan ada kaitannya dengan penggunaan varietas, pengolahan tanah dan kepadatan tanaman persatuan luas yang tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung dan keragaman produktivitas tersebut diduga disebabkan adanya perbedaan penggunaan benih bersertifikat, teknologi budidaya kurang memadai, pola tanam yang tidak sesuai, ketidaktersediaan air dan kondisi sosial ekonomi petani (Rosalyne, 2010).

32 Gulma dan Pengelolaan Gulma Pengertian gulma menurut Sembodo (2010), merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia. Sedangkan menurut Suprapto (1999), gulma merupakan tumbuhan yang sifatnya merugikan usaha pertanian, penilaian tersebut muncul karena gulma tersebut tumbuh tidak pada tempatnya, merupakan tumbuhan yang tidak diinginkan keberadaannya, dan termasuk tumbuhan yang bernilai negatif. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma diantaranya adalah dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian, mempersulit pengolahan tanah, dan mengganggu kelancaran irigasi. Dikatakan oleh Sukman dan Yakup (1995), gulma dalam agroekosistem menimbulkan berbagai masalah, yaitu berkompetisi dengan tanaman budidaya, mempersulit pemeliharaan tanaman, sebagai inang hama dan penyakit, menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman sehingga mengakibatkan kerugian secara finansial. Selain itu, pengaruh negatif lain dari gulma terhadap tanaman budidaya adalah dapat menjadi kompetitor terhadap sarana tumbuh, seperti nutrisi, air, cahaya, dan CO 2 ; dapat menghasilkan senyawa alelopati, sebagai inang hama dan penyakit tanaman, serta dapat menurunkan kualitas hasil karena adanya kontaminasi dari bagian gulma, misalnya biji (Tjitrosoedirdjo dkk., 1984). Menurut Suprapto (1999), jenis gulma dominan pada pertanaman jagung meliputi Digitaria sanguinalis, Cynodon dactylon, Echinochloa colona, Eleusine indica, Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus killingia, Amaranthus spinosus, Ageratum conyzoides, dan Synedrella nodiflora.

33 11 Teknik pengendalian gulma yang digunakan tergantung pada tingkat usaha tani, kultur teknis, kemampuan teknologi, dan status ekonomi petani. Sembodo (2010), menyatakan bahwa pengendalian gulma pada tanaman jagung dapat dilakukan secara manual seperti preventif, mekanis, kultur teknis dan hayati. Selain itu, dapat juga menggunakan cara kimia seperti dengan penggunaan herbisida. Pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia masih menjadi pilihan utama para petani saat ini karena dinilai efektif dan murah. Bahan kimia yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan dari gulma sehingga pertumbuhan gulma menjadi tidak normal disebut herbisida. Herbisida inilah yang biasa digunakan oleh petani untuk mengendalikan keberadaan gulma yang ada di lahan pertanian mereka, termasuk lahan budidaya jagung (Tjitrosoedirdjo, 1984). 2.3 Herbisida Herbisida adalah senyawa kimia atau kultur biologi organisme yang digunakan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan gulma (Anderson, 2007). Sedangkan menurut Soerjandono (2005), herbisida berasal dari senyawa kimia organik maupun anorganik atau berasal dari metabolit hasil ekstraksi dari suatu organisme. Herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan pengganggu, juga terhadap tanaman. Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian tumbuhan. Namun pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan tertentu dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya.

34 12 Herbisida semakin meningkat setiap tahun seiring dengan usaha peningkatan produksi pertanian. Menurut Tjitrosoedirdjo et al (1984), kontak antara partikel tanah dan molekul herbisida dapat terjadi dengan beberapa cara, seperti adsorpsi, pencucian, volatilisasi dan degradasi herbisida didalam tanah. Adsorpsi merupakan penarikan molekul herbisida ke arah permukaan partikel tanah. Adsorpsi merupakan salah satu mekanisme yang paling penting yang mengurangi konsentrasi larutan herbisida dalam tanah dan beberapa herbisida yang lolos terserap (Zimdahl, 2007). Absorbsi ini mampu menurunkan konsentrasi senyawa herbisida didalam larutan tanah sehingga menghalangi mobilitas senyawa tersebut menuju sistem perairan. Senyawa herbisida yang terabsorbsi bersifat pasif, tidak tersedia untuk proses fisik, kimia, maupun biologi sampai terjadinya desorbsi. Bahan organik tanah diketahui sebagai komponen tanah yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses absorbsi dan desorbsi herbisida di dalam tanah dan lingkungan (Herbicide Manual, 2005). Herbisida yang digunakan secara terus menerus akan menyebabkan persistensi, gulma yang awalnya peka terhadap herbisida tersebut lama kelamaaan akan menjadi toleran. Persistensi adalah lamanya aktivitas biologi herbisida dalam tanah yang merupakan akibat dari penyerapan, volatilisasi, pencucian, dan degradasi biologi ataupun nonbiologi. Pada umumnya persistensi herbisida di dalam tanah lebih pendek daripada insektisida dan bervariasi dari beberapa minggu hingga beberapa tahun, bergantung pada struktur dan sifat tanah serta kandungan air dalam tanah. Herbisida persistensi rendah menandakan lamanya aktivitas biologi herbisida dalam tanah termasuk rendah. Dengan demikian,

35 13 herbisida yang terserap tanaman jagung juga rendah sehingga hasil jagung aman dikonsumsi (Riadi, 2011). Glifosat memiliki rumus molekul C 3 H 8 NO 5 P. Glifosat adalah herbisida berspektrum luas yang dapat mengendalikan gulma semusim maupun tahunan di daerah tropis pada waktu pasca tumbuh (post emergence). Cara kerja herbisida ini adalah dengan menghambat enzim 5-enolpiruvil-shikimat-3-fosfat sintase (EPSPS) yang berperan dalam pembentukan asam amino aromatik, seperti triptofan, tirosin, dan fenilalanin. Tumbuhan akan mati karena kekurangan asam amino yang penting untuk melakukan berbagai proses hidupnya. Glifosat dapat masuk ke dalam tumbuhan karena penyerapan yang dilakukan tanaman dan kemudian diangkut ke pembuluh floem (Daud dan David, 2008). Ion glifosat dapat bereaksi dengan lebih dari satu ion COO- koloid organic tanah. Glifosat akan bereaksi dan diikat oleh dua gugus reaktif koloid organik tanah, mungkin oleh ion COO-, fenolat O-, kombinasi keduanya, atau kombinasi salah satu ion tersebut dengan radikal bebas. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, semakin tinggi kandungan gugus reaktif yang dimilikinya, semakin tinggi jumlah herbisida yang terabsorbsi (Herbicide Manual, 2005). Glifosat bersifat sistemik bagi gulma sasaran, seperti Imperatta cylindrica, Eleusine indica, Mimosa invsa, Cyperus iria, dan lain-lain. Penggunaan glifosat dapat diaplikasikan pada hampir seluruh jenis tanaman yang mengalami kompetisi dengan keberadaan gulma, hanya saja glifosat bersifat non-selektif yang artinya selain dapat mematikan gulma sasaran juga dapat mematikan tanaman utamanya jika tidak tepat cara dan waktu aplikasinya. Struktur kimia glifosat dapat dilihat pada Gambar 1 (Herbicide Manual, 2005).

36 14 Gambar 1. Struktur kimia glifosat Gambar 1. Struktur Kimia Glifosat Mesotrion memiliki rumus molekul C 14 H 13 NO 7 S dengan tatanan senyawa 2-[4- Methylsulfonyl-2-nitrobenzoyl cyclohexane-1,3-dione. Mesotrion telah didaftarkan di kota New York pada bulan Juni 2002 yang dapat dipergunakan untuk pengendalian gulma berdaun lebar pada tanaman jagung. Perkembangan herbisida ini dimulai pada tahun 1977 ketika seorang ahli biologi Zeneca mengamati bahwa sangat sedikit tanaman yang tumbuh dibawah tanaman botolnya (Callistemon citrinus). Analisis sampel tanah dari bawah tanaman mengungkapkan senyawa alelopati dari tanaman botol dan kemudian diidentifikasi sebagai leptospermae (Hahn dan Paul, 2012). Salah satu kelemahan dari herbisida mesotrion adalah herbisida ini mudah tercuci didalam tanah. Pencucian adalah gerakan herbisida dengan air biasanya ke bawah, namun tidak selalu ke bawah, yaitu ke strata tanah yang lebih dalam (Tjitrosoedirdjo et al, 1984). Menurut Zimdahl (2007), proses pencucian materi tergantung dari interaksi serap antara herbisida dan tanah, kelarutan dalam air, semakin besar kekarutan herbisida oleh air maka semakin besar potensi pencucian, ph tanah, adsorpsi meningkat seiring penurunan ph dan pada ph yang rendah herbisida akan diserap dan percucian berkurang, jumlah air yang bergerak melalui permukaan tanah. Semakin banyak air yang bergerak karena curah hujan, atau

37 15 irigasi, semakin besar kemungkinan pencucian akan terjadi, dan suhu pencucian akan lebih besar pada suhu yang lebih tinggi. Selain karena pencucian, mesotrion juga mudah mengalami volatilisasi. Volatilisasi atau penguapan adalah peristiwa hilangnya suatu bahan kimia ke atmosfer dalam bentuk gas. Tendensi herbisida untuk menguap ditentukan oleh tekanan uapnya yang terutama dipengaruhi oleh suhu. Beberapa herbisida mempunyai tekanan uap yang tinggi yang berarti herbisida itu amat mudah menguap, misalnya triflutalin (Tjitrosoedirdjo et al, 1984). Konsekuensi penguapan dapat baik atau justru merugikan. Penguapan menyebabkan hilangnya sebagian herbisida yang dipakai, jadi mengurangi jumlah yang diserap oleh gulma. Uap herbisida dapat juga bersifat racun terhadap tumbuhan lain yang bukan target atau bahkan terhadap hewan dan manusia. Sebaliknya penguapan dapat berpengaruh terhadap perkecambahan gulma yang dapat mengadsorpsi uap herbisida dari daun (Tjitrosoedirdjo et al, 1984). Struktur kimia mesotrion dapat dilihat pada Gambar 2 (Herbicide Manual, 2005). Gambar 2. Struktur kimia mesotrion Gambar 2. Struktur Kimia Mesotrion Metolaklor dengan rumus molekul C 15 H 22 CHNO 2 dengan tatanan senyawa 2[chloro-N-(2-ethyl-6-methylphenyl)-N-(2methoxy-1-methyl-ethyl)accetamide]. Metolaklor merupakan herbisida yang sering digunakan untuk mengendalikan gulma di pertanaman jagung, kedelai, kentang, dan kapas. Metolaklor sangat

38 16 efektif mengendalikan gulma berdaun lebar, teki dan rumputan semusim karena herbisida ini bersifat sistemik dengan mekanisme kerja menghambat sintesa protein serta menghambat pembelahan dan pembesaran sel. (Rao, 2000). Vencil et al (2002) menambahkan bahwa herbisida ini merupakan herbisida yang diaplikasikan ke tanah sebagai herbisida pra tumbuh berdasarkan tempat aplikasinya. Hal ini membuat metolaklor termasuk juga herbisida yang cepat dalam mengalami degradasi didalam tanah. Laju degradasi herbisida dalam tanah dipengaruhi oleh faktor tanah, iklim, tumbuhan, serta sifat kimia herbisida. Sifat herbisida yang dicirikan dengan sifat kimia akan bervariasi dalam hal daya larut dalam air, adsorpsi tanah, tekanan uap, dan kepekatan degradasi secara kimia dan mikroba. Dosis herbisida juga merupakan hal yang menjadi faktor yang mempengaruhi laju degradasinya. Laju degradasi herbisida proporsional dengan dosis yang diberikan. Hal itu dapat dijelaskan bahwa semakin sedikit dosis herbisida yang diberikan akan semakin cepat terdekomposisi melalui cahaya atau semakin cepat terdegradasi oleh mikroba (Herbicide Manual, 2005). Laju degradasi herbisida dalam tanaman dapat juga dipengaruhi oleh kultivar tanaman pada suatu lahan. Seperti yang kita ketahui bahwa adanya kultivar tanaman yang memiliki sistem perakaran kompleks, arsitektur daun yang baik, dan sistem percabangan yang banyak akan mempertinggi proses pengambilan atau adsorpsi hara, air, dan termasuk herbisida yang diaplikasi melalui tanah. Fenomena ini akan memperlihatkan bahwa kultivar tanaman yang berkanopi luas akan mengakibatkan semakin cepat laju degradasi herbisida di dalam tanah. Ketersediaan herbisida bergantung pada jumlah herbisida dalam larutan tanah serta laju transportasi herbisida melalui aliran massa dan difusi ke akar atau

39 17 bagian lain (Riadi,2011). Struktur kimia metolaklor dapat dilihat pada Gambar 3 (Herbicide Manual, 2005). Gambar 3. Struktur kimia metolaklor Gambar 3. Struktur Kimia Metolaklor

40 18 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan di Laboratorium Ilmu Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Maret hingga Juni Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah benih jagung hibrida (NK 22 ), pupuk NPK (Phonska), dan herbisida dengan merk dagang Optizon GT 525 ZC yang merupakan herbisida campuran (Premix) berbahan aktif Glfosat 250 g/l, Mesotrion 25 g/l dan Metolaklor 250 g/l. Sedangkan alat yang digunakan adalah timbangan digital, gelas ukur, knapsack sprayer, ember plastik, pipet, ruber bulb, oven, sabit, kantong plastik, patok bambu, meteran, cangkul, dan amplop kertas. 3.3 Metode Penelitian Untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis yang ada, perlakuan diterapkan pada petak percobaan dalam penelitian ini dengan menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan.

41 19 Tabel 1. Perlakuan Herbisida Glifosat, Mesotrion dan Metolaklor No Perlakuan Dosis Bahan Aktif (g/ha) Dosis Formulasi (l/ha) 1 Glifosat+Mesotrion+Metolaklor 250 g + 25 g g 1 l/ha 2 Glifosat+Mesotrion+Metolaklor 500 g + 50 g g 2 l/ha 3 Glifosat+Mesotrion+Metolaklor 750 g + 75 g g 3 l/ha 4 Glifosat+Mesotrion+Metolaklor 1000g +100g +1000g 4 l/ha 5 Glifosat+Mesot rion+metolaklor 1250g +125g +1250g 5 l/ha 6 Pengendalian Secara Mekanis Kontrol (Tanpa Pengendalian Gulma) - - Herbisida yang diuji adalah herbisida campuran Glifosat, Mesotrion dan Metolaklor yang digunakan sebagai pembanding untuk melihat pengaruh herbisida terhadap tanaman jagung, digunakan perlakuan pengendalian mekanis pada 3 dan 6 minggu setelah aplikasi (MSA). Untuk menilai pengaruh herbisida terhadap pertumbuhan gulma, maka digunakan kontrol (tanpa pengendalian gulma). Untuk menguji homogenitas ragam digunakan uji Bartlett dan additifitas data diuji dengan menggunakan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, maka data akan dianalisis dengan sidik ragam dan uji perbedaan nilai tengah perlakuan akan diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

42 Pelaksanaan Penelitian Penentuan Petak Perlakuan Lahan pecobaan yang akan diaplikasi herbisida campuran Glifosat, Mesotrion dan Metolaklor dengan berbagai taraf dosis disiapkan dengan melakukan pembajakan sebanyak dua kali dan garu satu kali. Kemudian dibuat petak-petak percobaan sebanyak 28 petak perlakuan. Ukuran setiap petaknya adalah 4 m x 7,5 m dengan jarak antar petak adalah 0,5 m. Dibawah ini merupakan skema tata letak percobaan yang dilakukan: I P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 II P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 1 P 2 III P 5 P 6 P 7 P 1 P 2 P 3 P 4 IV P 7 P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 Gambar 4. Tata Letak Percobaan Keterangan: P 1 : Glifosat+Mesotrion+Metolaklor 250 g + 25 g g P 2 : Glifosat+Mesotrion+Metolaklor 500 g + 50 g g P 3 : Glifosat+Mesotrion+Metolaklor 750 g + 75 g g P 4 : Glifosat+Mesotrion+Metolaklor 1000 g g g P 5 : Glifosat+Mesotrion+Metolaklor 1250 g g g P 6 : Pengendalian Mekanis P 7 : Kontrol (Tanpa Pengendalian Gulma)

43 Penanaman Sebelum dilakukan penanaman sebaiknya dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam cm, kemudian diratakan. Penanaman benih jagung dilakukan setelah olah tanah yang kedua dan setelah dilakukan pengeplotan. Jarak tanam yang digunakan adalah 40 cm x 75 cm. Penanaman dilakukan dengan cara ditugal dengan dua benih per lubang. Kegiatan pemupukan dilakukan pada waktu tanam dengan dosis 45 kg/ha N + 45 kg/ha P 2 O kg/ha K 2 O dan pada umur satu bulan dengan dosis 90 kg/ha N Aplikasi Herbisida Campuran Glifosat, Mesotrion dan Metolaklor Aplikasi herbisida campuran (Premix) dilakukan pada plot-plot yang ada sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebelum melakukan aplikasi, dilakukan kalibrasi untuk mengetahui volume semprot yang dibutuhkan dan dilakukan pengecekan terhadap sprayer yang akan digunakan. Herbisida diaplikasikan hanya sekali pada hari setelah tanam (HST) dengan menggunakan knapsack spayer bernosel kuning, volume semprot setelah dilakukan kalibrasi yaitu 400 l/ha. Penyemprotan herbisida dilakukan pada pagi hari dengan mempertahankan nosel pada ketinggian cm diatas permukaan tanah sehingga menghasilkan lebar bidang semprot 75 cm.

44 Pengambilan Sampel Gulma Pengambilan sampel gulma dilakukan 2 kali yaitu pada 3 minggu setelah aplikasi (MSA) dan pada 6 minggu setelah aplikasi (MSA). Petak pengambilan sampel gulma seperti pada Gambar 2. X X X X X X X X X X X 2 X X X X X X 1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 7,5 m X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 1 X X X X X X 2 X X X X X X X X X X X Keterangan: 4 m Gambar 5. Bagan Petak Pengambilan Sampel Gulma 1 Gulma pada petak contoh yang diambil pada 3 MSA 2 Gulma pada petak contoh yang diambil pada 6 MSA Tanaman Jagung yang diamati pertumbuhannya

45 Pengamatan Untuk menguji kerangka pemikiran dan hipotesis, maka dilakukan pengamatan pada beberapa variabel seperti berikut: Gulma 1. Bobot Kering Gulma Pengamatan bobot kering gulma dilakukan dengan cara memotong gulma tepat setinggi permukaan tanah pada petak contoh seluas 0,5 m x 0,5 m, sebanyak 2 petak percobaan. Kemudian gulma dipilih sesuai jenisnya lalu dikeringkan dengan mengoven selama 48 jam dengan suhu 80 o C hingga mencapai bobot yang konstan dan kemudian ditimbang. Bobot kering ini kemudian akan dianalisis secara statistika, dan dari hasil pengolahan data tersebut akan diperoleh kesimpulan mengenai keberhasilan efikasi herbisida yang digunakan. Bobot kering gulma yang diamati adalah bobot gulma total, bobot gulma per golongan, dan bobot gulma dominan. 2. Persentase Penekanan Gulma Persentase penekanan gulma dihitung berdasarkan bobot kering gulma dengan rumus : Perlakuan Kontrol Perlakuan Perulangan x 100% Perlakuan Kontrol 3. Summed Dominance Ratio (SDR) Nilai SDR ini digunakan untuk menentukan jenis dan urutan gulma dominan yang ada di lahan pertanaman jagung. Nilai SDR dihitung berdasarkan data bobot kering gulma. Nilai SDR untuk masing-masing spesies gulma pada petak percobaan dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

46 24 a. Dominansi Mutlak (DM) Bobot kering jenis gulma tertentu dalam petak contoh b. Dominansi Nisbi (DN) Dominansi Nisbi = c. Frekuensi Mutlak (FM) Jumlah kemunculan gulma tertentu pada setiap ulangan d. Frekuensi Nisbi (FN) Frekuensi Nisbi (FN) = e. Nilai Penting Jumlah nilai semua peubah nisbi yang digunakan (DN + FN) f. Summed Dominance Ratio (SDR) SDR = Tanaman Variabel yang diamati pada tanaman jagung adalah sebagai berikut: 1. Fitotoksisitas Menurut Kementrian Pertanian (2012), tingkat keracunan tanaman akibat herbisida dinilai secara visual terhadap populasi tanaman dalam petakan dengan nilai skoring sebagai berikut: 0 = tidak ada keracunan, 0-5 % bentuk dan atau warna daun muda tidak normal; 1 = keracunan ringan, > 5 % - 20 % bentuk dan atau warna daun muda tidak normal;

47 25 2 = keracunan sedang, > 20 % - 50 % bentuk dan atau warna daun muda tidak normal; 3 = keracunan berat, >50 % - 75 % bentuk dan atau warna daun muda tidak normal 4 = keracunan sangat berat, >75 % bentuk dan atau warna daun muda tidak normal hingga mengering dan rontok sampai tanaman mati. Sistem skoring ini dilakukan dengan cara membandingkan pertumbuhan tanaman pada petak yang diaplikasi herbisida dengan tanaman yang sehat dari petak yang diberi perlakuan pengendalian mekanis. Pengamatan dilakukan pada 1, 2, dan 3 minggu setelah aplikasi (MSA). 2. Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung daun teratas. Pengamatan dilakukan terhadap 10 tanaman yang diambil secara acak, diukur pada umur 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam (MST). 3. Hasil Pipilan Kering Pengamatan hasil pipilan kering dari tanaman jagung dilakukan terhadap petak panen berukuran 2,5 m x 2,5 m. Pengukuran dilakukan pada saat panen. Bobot jagung pipilan kering saat panen dikonversikan pada bobot jagung pipilan kering kadar air 14% dengan rumus: KA 14% =

48 53 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan seperti berikut : 1. Herbisida campuran (glifosat, mesotrion dan metolaklor) pada dosis ( ) g/ha hingga ( ) g/ha dapat mengendalikan pertumbuhan gulma total, gulma golongan daun lebar, gulma golongan rumput, dan gulma golongan teki hingga 6 MSA. 2. Herbisida campuran (glifosat, mesotrion dan metolaklor) pada dosis ( ) g/ha hingga ( ) g/ha dapat mengendalikan gulma Cleome rutidospermae, Ricardia brasiliensis, Eleusine indica, dan Cyperus rotundus hingga 6 MSA. 3. Herbisida campuran (glifosat, mesotrion dan metolaklor) pada dosis ( ) g/ha hingga ( ) g/ha tidak meracuni tanaman jagung (Zea mays L.), sedangkan pada dosis ( ) g/ha terlihat gejala keracunan ringan dan ( ) g/ha terlihat gejala keracunan sedang.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), kebun percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kebun Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas

Lebih terperinci

METODELOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

METODELOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung III. METODELOGI PERCOBAAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan di dunia, termasuk di Indonesia. Tanaman jagung selain digunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten 30 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada areal perkebunan kopi menghasilkan milik Balai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada areal perkebunan kopi menghasilkan milik Balai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada areal perkebunan kopi menghasilkan milik Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian di Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Umum Tanaman Jagung Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Taksonomi tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang penting bagi Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang penting bagi Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang penting bagi Indonesia. Jagung berperan sebagai bahan makanan pokok pengganti beras dan sebagai bahan pakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit Desa Mujimulyo, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit Desa Mujimulyo, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit Desa Mujimulyo, Kecamatan Natar, Lampung Selatan dan di Laboratorium Gulma, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika Selatan, pertama kali ada di Indonesia sebagai tanaman koleksi yang ditanam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda- beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. di dunia. Dan merupakan makanan pokok ketiga di dunia setelah gandum dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. di dunia. Dan merupakan makanan pokok ketiga di dunia setelah gandum dan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung Tanaman jagung merupakan jenis tanaman semusim yang banyak dibudidayakan di dunia. Dan merupakan makanan pokok ketiga di dunia setelah gandum dan padi. Tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan berumpun. Umur tanaman padi mulai dari benih sampai bisa dipanen kurang lebih 4 bulan.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih dan Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula.

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis

Lebih terperinci

EFIKASI HERBISIDA PENOKSULAM TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA UMUM PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH

EFIKASI HERBISIDA PENOKSULAM TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA UMUM PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 16 Jurnal Agrotek Tropika 4(1):16-21, 2016 Vol. 4, No. 1: 16 21, Januari 2016 EFIKASI HERBISIDA PENOKSULAM TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA UMUM PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan sumber bahan pangan penting setelah beras. Peranan jagung tidak hanya sebagai bahan makanan pokok, namun juga merupakan bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena mempunyai kandungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Biji kedelai digunakan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Sub sektor perkebunan mempunyai peranan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam

I. PENDAHULUAN. lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Selain sebagai pangan pokok dan sumber karbohidrat, jagung juga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting sebagai bahan pembuatan gula yang sudah menjadi kebutuhan industri dan rumah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang dapat memenuhi kebutuhan akan minyak nabati. Tanaman lain yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman pangan yang penting di dunia, selain padi

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman pangan yang penting di dunia, selain padi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman pangan yang penting di dunia, selain padi dan gandum. Jagung sebagai salah satu tanaman yang memiliki sumber karbohidrat

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI 1 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI Oleh NUR AYSAH NIM. 080500129 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah iklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di Lahan BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini merupakan penelitian jangka panjang yang telah berlangsung sejak tahun 1987. Pola tanam yang diterapkan adalah serealia (jagung dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun milik petani di desa Muara Putih, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun milik petani di desa Muara Putih, Kecamatan 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kebun milik petani di desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Gulma

TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Gulma TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Gulma Masalah gulma timbul pada suatu jenis tumbuhan atau sekelompok tumbuhan mulai mengganggu aktifitas manusia baik kesehatannya maupun kesenangannya. Istilah gulma bukanlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari,

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit adalah salah satu sumber utama minyak nabati di

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit adalah salah satu sumber utama minyak nabati di I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang dan Masalah Tanaman kelapa sawit adalah salah satu sumber utama minyak nabati di Indonesia. Peluang pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia sangat besar dikarenakan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (Monoecious) yaitu letak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (Monoecious) yaitu letak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (Monoecious) yaitu letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) :

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) : PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays. L) PADA BERBAGAI PENGELOLAAN GULMA DI KABUPATEN DELI SERDANG Growth and Production of Maize (Zea mays L) in the Various of Weed Control in Distric Deli Serdang

Lebih terperinci

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi PEMBAHASAN Sebagian besar perubahan jenis gulma pada setiap perlakuan terjadi pada gulma golongan daun lebar, sedangkan golongan rumput relatif tetap pada 3 MST dan 6 MST. Hal ini diduga dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan sayuran rempah yang tingkat

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan sayuran rempah yang tingkat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan sayuran rempah yang tingkat konsumsinya cukup tinggi di kalangan masyarakat. Hampir pada setiap masakan, sayuran ini selalu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung pada letak 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT dengan ketinggian 146 m dpl (dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kec. Natar Kab. Lampung Selatan dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan tanaman tebu PT. PG. Rajawali II Unit PG. Subang yang terletak di blok Cidangdeur, desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan prospek yang cukup cerah. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011-Januari 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung pada letak 5 22' 10" LS dan 105 14' 38" BT dengan ketinggian 146 m dpl

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada kemiringan lahan 15 %. Tanah Latosol Darmaga/Typic Dystrudepts (Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm) dipilih sebagai

Lebih terperinci

Efikasi Herbisida Campuran Atrazin Dan Mesotrion Untuk Mengendalikan Gulma Pada Budidaya Tanaman Jagung ( Zea Mays L.)

Efikasi Herbisida Campuran Atrazin Dan Mesotrion Untuk Mengendalikan Gulma Pada Budidaya Tanaman Jagung ( Zea Mays L.) Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 16 (1): 22-29 http://www.jptonline.or.id ISSN 1410-5020 eissn Online 2047-1781 Efikasi Herbisida Campuran Atrazin Dan Mesotrion Untuk Mengendalikan Gulma Pada Budidaya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai dengan bulan Desember 2013. Penelitian dilakukan di kebun percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman yang dibudidayakan secara

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman yang dibudidayakan secara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman yang dibudidayakan secara luas di Indonesia. Tebu sendiri adalah bahan baku dalam proses pembuatan gula. Dalam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

IV. BASIL DAN PEMBAHASAN Kerapatan Nisbi Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan (%)

IV. BASIL DAN PEMBAHASAN Kerapatan Nisbi Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan (%) IV. BASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kerapatan Nisbi Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan (%) Hasil pengamatan terhadap kerapatan nisbi yang dihasilkan dari kesembilan perlakuan baik pra maupun pasca perlakuan

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah Staf Pengajar fakultas pertanian Universitas Lancang kuning Jurusan Agroteknologi ABSTRAK Permintaan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.) J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 172 Vol. 1, No. 2: 172 178, Mei 2013 PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.) Mutiara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada bulan Maret Mei 2014. Jenis tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan dilaksanakan dari bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa depan karena mengandung karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar 1 III. METODE PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung mulai bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. 1.2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Jumlah Dominansi (NJD). a. Analisis vegetasi sebelum Aplikasi. Hasil analisis vegetasi menunjukan bahwa sebelum dilakukan aplikasi, atau pemberian herbisida glifosat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena kaya kandungan gizi. Putri dkk., (2014) menyatakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorim Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorim Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus tahun 2014 di Laboratorim Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah,

Lebih terperinci

Uji Efikasi Herbisida Pratumbuh untuk Pengendalian Gulma Pertanaman Tebu (Saccharum officinarum L.)

Uji Efikasi Herbisida Pratumbuh untuk Pengendalian Gulma Pertanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Uji Efikasi Herbisida Pratumbuh untuk Pengendalian Gulma Pertanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Efficacy Trial of Pre Emergence Herbicides to Control Weeds in Sugarcane (Saccharum officinarum L.) Plantation

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Oktober 2011-Januari 2012. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan mulai bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012. 3.2 Alat dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung di Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci