KERANGKA RPMK AKTUARIS. Perubahan Nama dan/atau Bentuk Badan Usaha Konsultan Aktuaria

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERANGKA RPMK AKTUARIS. Perubahan Nama dan/atau Bentuk Badan Usaha Konsultan Aktuaria"

Transkripsi

1 KERANGKA RPMK AKTUARIS Kerangka RPMK Aktuaris BAB I Bagian Kesatu Bagian Kedua Bagian Ketiga BAB II BAB III Bagian Kesatu Bagian Kedua BAB IV Bagian Kesatu Bagian Kedua Bagian Ketiga Bagian Keempat Bagian Kelima Bagian Keenam BAB V BAB VI Bagian Kesatu Bagian Kedua Bagian Ketiga Bagian Keempat Bagian Kelima Bagian Keenam BAB VII BAB VIII BAB IX Bagian Kesatu Bagian Kedua Bagian Ketiga BAB X BAB XI Bagian Kesatu Bagian Kedua Bagian Ketiga Bagian Keempat Bagian Kelima BAB XII BAB XIII KETENTUAN UMUM Definisi Ruang Lingkup Aktuaria Tempat Bekerja Aktuaris AJUN AKTUARIS AKTUARIS Izin Aktuaris Tidak Berlakunya Izin Aktuaris KONSULTAN AKTUARIA Badan Usaha Konsultan Aktuaria Izin Konsultan Aktuaria Nama Konsultan Aktuaria Perubahan Nama dan/atau Bentuk Badan Usaha Konsultan Aktuaria Penutupan Konsultan Aktuaria Kerja Sama dengan Konsultan Aktuaria Asing TATA CARA PEMBERIAN IZIN HAK DAN KEWAJIBAN AJUN AKTUARIS, AKTUARIS, DAN KONSULTAN AKTUARIA Pemberian Jasa Aktuaria Anggota Asosiasi Pendidikan Profesional Lanjutan Perubahan Alamat dan Tempat Bekerja Kewajiban Konsultan Aktuaria Perubahan pada Konsultan Aktuaria LAPORAN AKTUARIS LAPORAN KEGIATAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Umum Pembinaan Pengawasan ASOSIASI TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF Umum Jumlah dan Jangka Waktu Pengenaan Sanksi Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria yang Dikenai Sanksi Pembekuan Sanksi dari Asosiasi atau Instansi Lainnya Pengumuman Sanksi KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN PENUTUP

2 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2015 TENTANG AKTUARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa profesi Aktuaris dibutuhkan dalam pengembangan bidang ekonomi khususnya industri perasuransian dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif; b. bahwa hasil pekerjaan yang dilakukan oleh Aktuaris yang independen dan profesional berperan penting dalam proses pengambilan keputusan ekonomi dan bisnis; c. bahwa berdasarkan Pasal 84 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, perizinan usaha, pembinaan, dan pengawasan perusahaan konsultan aktuaria dilakukan oleh Menteri. d. bahwa sampai saat ini belum terdapat pengaturan yang khusus terhadap Aktuaris; e. bahwa dalam rangka memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi pengguna jasa dan profesi Aktuaris, perlu dilakukan pengaturan terhadap Aktuaris; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d. dan huruf e, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Aktuaris; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24); 2. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.01/2014

3 - 2 - tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG AKTUARIS. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Definisi Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Aktuaria adalah proses pekerjaan untuk memberikan rekomendasi atas temuan dalam rangka merumuskan pendapat berdasarkan aplikasi ilmu keuangan dan teori statistik untuk menyelesaikan persoalan-persoalan bisnis aktual. 2. Ajun Aktuaris adalah seseorang yang telah memperoleh gelar ASAI (Associate of the Society of Actuaries of Indonesia) dan terdaftar dalam register Ajun Aktuaris. 3. Aktuaris adalah seseorang yang telah memperoleh gelar FSAI (Fellow Society of Actuaries of Indonesia) dan memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini. 4. Konsultan Aktuaria adalah badan usaha yang telah mendapat izin usaha dari Menteri sebagai wadah bagi Aktuaris dalam memberikan jasanya. 5. Rekan adalah Aktuaris dan/atau seseorang yang merupakan sekutu pada Konsultan Aktuaria berbentuk badan usaha persekutuan perdata atau firma. 6. Pemimpin atau Pemimpin Rekan adalah Aktuaris yang bertindak sebagai pemimpin pada Konsultan Aktuaria. 7. Kode Etik Aktuaris yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah pedoman etik Ajun Aktuaris dan Aktuaris yang disusun oleh Asosiasi. 8. Standar Praktik Aktuaria yang selanjutnya disingkat SPA adalah pedoman praktik Ajun Aktuaris dan Aktuaris yang

4 - 3 - disusun oleh Asosiasi. 9. Laporan Aktuaris adalah dokumen tertulis yang memuat hasil analisis dan rekomendasi Aktuaria yang ditandatangani oleh Aktuaris. 10. Pendidikan Profesional Lanjutan yang selanjutnya disingkat PPL adalah pendidikan berkelanjutan terkait Aktuaria yang diselenggarakan atau diakui oleh Asosiasi dan/atau PPPK. 11. Satuan Kredit Poin yang selanjutnya disingkat SKP adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan besaran waktu penyelenggaraan PPL. 12. Asosiasi adalah organisasi profesi nasional yang menaungi Ajun Aktuaris, Aktuaris, dan Konsultan Aktuaria yang ditetapkan oleh Menteri. 13. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan. 14. Pusat Pembinaan Profesi Keuangan yang selanjutnya disingkat PPPK adalah Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. 15. Kepala Pusat adalah Kepala PPPK. Bagian Kedua Ruang Lingkup Aktuaria Pasal 2 Ruang lingkup Aktuaria meliputi: a. pembuatan produk asuransi; b. penentuan liabilitas berupa cadangan perusahaan asuransi, dana pensiun, jaminan sosial dan perusahaan lainnya; c. pemberian pendapat atas perhitungan liabilitas; dan d. Aktuaria lainnya sesuai dengan SPA dan peraturan perundangundangan. Aktuaris dapat bekerja pada: Bagian Ketiga Tempat Bekerja Aktuaris Pasal 3

5 - 4 - a. Perusahaan; b. Konsultan Aktuaria; c. Kementerian/Lembaga Negara; d. Lembaga Pendidikan. BAB II AJUN AKTUARIS Pasal 4 (1) Dalam rangka tertib administrasi, Menteri menyelenggarakan register Ajun Aktuaris. (2) Seseorang yang telah terdaftar dalam register Ajun Aktuaris memperoleh piagam register Ajun Aktuaris dan dapat berpraktik sebagai Ajun Aktuaris. (3) Permohonan register Ajun Aktuaris diajukan kepada Kepala Pusat dengan menggunakan format permohonan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, dengan melampirkan: a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk; b. fotokopi sertifikat tanda lulus Ujian Profesi Ajun Aktuaris; c. fotokopi kartu anggota Asosiasi; dan d. foto terakhir berwarna dan berlatar belakang biru ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. (4) Piagam register Ajun Aktuaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Pusat atas nama Menteri. (5) Piagam register Ajun Aktuaris diterbitkan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan piagam register diterima secara lengkap. BAB III AKTUARIS Bagian Kesatu Izin Aktuaris Pasal 5 (1) Seseorang yang telah memperoleh izin Aktuaris dari Menteri dapat berpraktik sebagai Aktuaris.

6 - 5 - (2) Permohonan izin Aktuaris diajukan kepada Kepala Pusat dengan menggunakan format permohonan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, dengan melampirkan: a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk; b. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak; c. fotokopi ijazah yang telah dilegalisir, paling rendah berpendidikan strata satu atau setara; d. fotokopi sertifikat tanda lulus Ujian Profesi Aktuaris; e. fotokopi sertifikat register Ajun Aktuaris; f. fotokopi kartu anggota Asosiasi; g. surat keterangan pengalaman kerja paling sedikit 2 (dua) tahun di bidang aktuaria dari tempat bekerja; h. surat pernyataan tidak pernah dikenai sanksi pencabutan izin Aktuaris; dan i. foto terakhir berwarna dan berlatar belakang biru ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. (3) Aktuaris yang telah diterbitkan izinnya dikenai sanksi pencabutan izin, jika data dan informasi yang disampaikan dalam surat permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terbukti tidak benar. Bagian Kedua Tidak Berlakunya Izin Aktuaris Pasal 6 (1) Izin Aktuaris dinyatakan tidak berlaku jika Aktuaris meninggal dunia. (2) Dalam hal Aktuaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai Konsultan Aktuaria berbentuk perseorangan, izin usaha Konsultan Aktuaria berbentuk perseorangan dinyatakan tidak berlaku. BAB IV KONSULTAN AKTUARIA Bagian Kesatu Badan Usaha Konsultan Aktuaria Pasal 7

7 - 6 - (1) Konsultan Aktuaria dapat berbentuk badan usaha: a. perseorangan; b. persekutuan perdata; atau c. firma. (2) Konsultan Aktuaria berbentuk persekutuan perdata atau firma hanya dapat didirikan oleh Aktuaris paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari seluruh Rekan. (3) Dalam hal Konsultan Aktuaria berbentuk persekutuan perdata atau firma hanya terdiri dari 2 (dua) Rekan, Konsultan Aktuaria dimaksud hanya dapat didirikan oleh paling sedikit 1/2 (satu per dua) dari seluruh Rekan merupakan Aktuaris. (4) Dalam hal Rekan meninggal dunia atau mengundurkan diri dari Konsultan Aktuaria yang mengakibatkan tidak terpenuhinya komposisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau ayat ( 3), Konsultan Aktuaria wajib memenuhi komposisi dimaksud paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal meninggalnya atau pengunduran diri Rekan yang bersangkutan. (5) Konsultan Aktuaria yang tidak memenuhi komposisi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 4) dikenai sanksi peringatan. Bagian Kedua Izin Konsultan Aktuaria Pasal 8 (1) Aktuaris dapat membuka Konsultan Aktuaria di seluruh wilayah Indonesia. (2) Permohonan izin Konsultan Aktuaria diajukan kepada Kepala Pusat dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Pemimpin atau Pemimpin Rekan merupakan Aktuaris; b. memiliki perjanjian kerja sama yang disahkan oleh notaris bagi Konsultan Aktuaria berbentuk persekutuan perdata atau firma; c. mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang pegawai tetap, yang terdiri dari:

8 (satu) orang pegawai tetap paling rendah berpendidikan strata satu atau setara; dan 2. 1 (satu) orang pegawai tetap paling rendah berpendidikan diploma III atau setara; yang 1 (satu) di antaranya merupakan Ajun Aktuaris; d. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Konsultan Aktuaria; e. Seluruh Rekan merupakan anggota Asosiasi; f. memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor dan denah ruangan yang menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain; g. memiliki sistem pengolahan data; dan h. memiliki sistem pengendalian mutu. Bagian Ketiga Nama Konsultan Aktuaria Pasal 9 (1) Konsultan Aktuaria berbentuk perseorangan menggunakan nama Aktuaris yang bersangkutan. (2) Konsultan Aktuaria berbentuk persekutuan perdata atau firma menggunakan nama salah seorang atau lebih Rekan yang merupakan Aktuaris. (3) Dalam hal jumlah Rekan pada Konsultan Aktuaria lebih banyak dari jumlah Rekan yang namanya tercantum dalam nama Konsultan Aktuaria, di belakang nama Konsultan Aktuaria sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditambahkan frasa dan Rekan. (4) Dalam hal Konsultan Aktuaria berbentuk persekutuan perdata atau firma akan mempertahankan nama Aktuaris yang telah meninggal dunia sebagai nama Konsultan Aktuaria, Konsultan Aktuaria dimaksud wajib mendapat persetujuan tertulis dari ahli waris Aktuaris yang disahkan dengan akta notaris. (5) Apabila nama Aktuaris yang telah meninggal dunia dipertahankan sebagai nama Konsultan Aktuaria sebagaimana dimaksud pada ayat (4 ), Konsultan Aktuaria tetap wajib memenuhi komposisi Rekan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) atau ayat (4) paling lama 6 (enam) bulan sejak meninggalnya Rekan Konsultan Aktuaria. (6) Konsultan Aktuaria yang melanggar ketentuan sebagaimana

9 - 8 - dimaksud pada ayat (4) dikenai sanksi pencabutan izin. (7) Konsultan Aktuaria yang dalam jangka waktu 6 (enam) bulan tidak memenuhi komposisi Rekan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dikenai sanksi peringatan. Pasal 10 (1) Konsultan Aktuaria wajib memasang papan nama pada bagian depan kantor Konsultan Aktuaria dengan mencantumkan paling sedikit: a. nama Konsultan Aktuaria sesuai dengan yang tercantum dalam Keputusan Menteri; dan b. nomor izin usaha Konsultan Aktuaria. (2) Konsultan Aktuaria yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi peringatan. Bagian Keempat Perubahan Nama dan/atau Bentuk Badan Usaha Konsultan Aktuaria Pasal 11 (1) Konsultan Aktuaria yang akan melakukan perubahan nama dan/atau bentuk badan usaha, wajib mendapat izin Menteri. (2) Permohonan perubahan nama dan/atau bentuk badan usaha Konsultan Aktuaria diajukan secara tertulis kepada Kepala Pusat dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki perubahan perjanjian kerja sama yang dibuat di hadapan notaris bagi Konsultan Aktuaria berbentuk persekutuan perdata atau firma; b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Konsultan Aktuaria yang telah diubah; dan c. melampirkan salinan asli izin Konsultan Aktuaria sebelumnya. (3) Dalam hal perubahan nama dan/atau bentuk badan usaha Konsultan Aktuaria tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Konsultan Aktuaria dimaksud dikenai sanksi peringatan. Bagian Kelima Penutupan Konsultan Aktuaria

10 - 9 - Pasal 12 (1) Permohonan penutupan Konsultan Aktuaria diajukan oleh Pemimpin atau Pemimpin Rekan kepada Kepala Pusat dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, dengan melampirkan dokumen sebagai berikut: a. surat pernyataan penutupan yang ditandatangani oleh: 1. Pemimpin, bagi Konsultan Aktuaria yang berbentuk perseorangan; atau 2. seluruh Rekan, bagi Konsultan Aktuaria yang berbentuk persekutuan perdata atau firma; b. surat pernyataan tentang penyelesaian perikatan dengan klien yang ditandatangani oleh: 1. Pemimpin, bagi Konsultan Aktuaria yang berbentuk perseorangan; atau 2. seluruh Rekan, bagi Konsultan Aktuaria yang berbentuk persekutuan perdata atau firma; c. salinan asli izin Konsultan Aktuaria yang akan ditutup; d. laporan kegiatan Konsultan Aktuaria dalam bentuk tercetak ( hard copy) dan digital atau sistem aplikasi (soft file) mulai awal tahun buku sampai dengan tanggal permohonan penutupan Konsultan Aktuaria sesuai format laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; (2) Kepala Pusat menolak permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila Konsultan Aktuaria: a. sedang menjalani kewajiban yang harus dilakukan berdasarkan surat rekomendasi; atau b. sedang dikenai sanksi pembekuan izin. (3) Konsultan Aktuaria yang tidak melaporkan penutupan Konsultan Aktuaria sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemimpin atau Pemimpin Rekan dikenai sanksi peringatan. Bagian Keenam Kerja Sama dengan Konsultan Aktuaria Asing Pasal 13 (1) Konsultan Aktuaria dapat melakukan kerja sama dengan Konsultan Aktuaria Asing setelah mendapat persetujuan tertulis dari Kepala Pusat.

11 (2) Konsultan Aktuaria yang telah mendapat persetujuan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mencantumkan nama Konsultan Aktuaria Asing pada papan nama, kop surat, dokumen, atau media lainnya, bersamasama dengan nama Konsultan Aktuaria. (3) Pencantuman nama Konsultan Aktuaria Asing dilarang: a. melebihi besarnya huruf nama Konsultan Aktuaria; dan b. mencantumkan nama yang belum mendapat persetujuan tertulis dari Kepala Pusat. (4) Permohonan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis oleh Pemimpin atau Pemimpin Rekan kepada Kepala Pusat dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, dengan melampirkan: a. fotokopi perjanjian kerja sama yang dibuat dalam bahasa Indonesia dan disahkan oleh notaris, paling sedikit memuat bahwa: 1) kerja sama dilakukan secara langsung dengan 1 (satu) Konsultan Aktuaria Asing yang sedang tidak melakukan kerja sama dengan Konsultan Aktuaria lain; 2) kerja sama paling sedikit mencakup Jasa Aktuaria; dan 3) terdapat dukungan teknis dan alih pengetahuan dari Konsultan Aktuaria Asing; b. profil Konsultan Aktuaria Asing. (5) Persetujuan kerja sama sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 4) diterbitkan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. (6) Konsultan Aktuaria yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai sanksi peringatan. BAB V TATA CARA PEMBERIAN IZIN Pasal 14 (1) Izin Aktuaris, Konsultan Aktuaria, penutupan Konsultan Aktuaria, perubahan nama Konsultan Aktuaria, dan perubahan bentuk badan usaha Konsultan Aktuaria diberikan oleh Menteri.

12 (2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang ditandatangani oleh Kepala Pusat atas nama Menteri. (3) Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan izin diterima secara lengkap. (4) Permohonan izin yang dinyatakan tidak lengkap akan disampaikan melalui pemberitahuan tertulis oleh Kepala Pusat paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima. (5) Pemohon dapat melengkapi persyaratan yang dinyatakan tidak lengkap paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal pemberitahuan tertulis ditetapkan. (6) Jika kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 5) tidak dipenuhi, permohonan izin tidak diproses dan dianggap tidak ada. (7) Dalam hal diperlukan, Kepala Pusat menunjuk pejabat dan/atau pegawai untuk melakukan penelitian langsung terhadap permohonan izin yang diajukan. BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN AJUN AKTUARIS, AKTUARIS, DAN KONSULTAN AKTUARIA Bagian Kesatu Pemberian Jasa Aktuaria Pasal 15 (1) Ajun Aktuaris hanya berhak membantu Aktuaris dalam memberikan jasa Aktuaria. (2) Ajun Aktuaris sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilarang menandatangani Laporan Aktuaris. (3) Ajun Aktuaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dikenai sanksi pembekuan register. Pasal 16 (1) Aktuaris yang namanya tercantum dalam Laporan Aktuaris wajib bertanggung jawab atas jasa Aktuaria yang diberikan. (2) Aktuaris dalam memberikan jasa Aktuaria wajib menjaga

13 independensi serta bebas dari benturan kepentingan. (3) Aktuaris dilarang menjadi Rekan pada lebih dari 1 (satu) Konsultan Aktuaria. (4) Aktuaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau ayat (3) dikenai sanksi pembekuan izin. Pasal 17 (1) Ajun Aktuaris dan Aktuaris dalam memberikan jasa wajib mematuhi: a. Kode Etik dan SPA, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini; dan b. peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan Jasa Aktuaria yang diberikan. (2) Ajun Aktuaris dan Aktuaris yang dalam memberikan jasanya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35. Pasal 18 Ajun Aktuaris dan Aktuaris dalam memberikan berhak atas imbalan jasa. jasa Aktuaria Bagian Kedua Anggota Asosiasi Pasal 19 (1) Ajun Aktuaris dan Aktuaris wajib menjadi anggota Asosiasi. (2) Ajun Aktuaris dan Aktuaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi peringatan. Bagian Ketiga Pendidikan Profesional Lanjutan Pasal 20 (1) Ajun Aktuaris wajib mengikuti PPL setiap tahunnya paling

14 sedikit 15 (lima belas) SKP dan di antaranya paling sedikit 5 (lima) SKP PPL yang berkaitan dengan pembinaan Ajun Aktuaris. (2) Aktuaris wajib mengikuti PPL setiap tahunnya paling sedikit 25 (dua puluh lima) SKP dan di antaranya paling sedikit 5 (lima) SKP PPL yang berkaitan dengan pembinaan Aktuaris. (3) Ajun Aktuaris dan Aktuaris dapat melakukan penyetaraan jumlah SKP kepada Asosiasi jika mengikuti PPL yang diselenggarakan oleh selain Asosiasi dan/atau PPPK. (4) Ajun Aktuaris dan Aktuaris wajib melaporkan realisasi PPL setiap tahunnya paling lambat tanggal cap pos 31 Januari tahun berikutnya. (5) Laporan realisasi PPL sebagaimana dimaksud pada ayat ( 4) wajib disampaikan dengan lengkap kepada Kepala Pusat menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (6) Ajun Aktuaris atau Aktuaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), ayat (2) atau ayat (4 ) dikenai sanksi peringatan. Bagian Keempat Perubahan Alamat dan Tempat Bekerja Pasal 21 (1) Aktuaris wajib melaporkan kepada Kepala Pusat paling lama 1 (satu) bulan sejak terjadinya perubahan: a. alamat tempat tinggal Aktuaris; b. nama dan alamat tempat bekerja bagi Aktuaris yang tidak memiliki atau menjadi Rekan pada Konsultan Aktuaria. (2) Kewajiban melapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (3) Aktuaris yang tidak melaporkan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi peringatan. Bagian Kelima Kewajiban Konsultan Aktuaria

15 Pasal 22 (1) Konsultan Aktuaria wajib: a. dipimpin oleh Aktuaris; b. mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang pegawai tetap, yang terdiri dari: 1) 1 (satu) orang pegawai tetap paling rendah berpendidikan strata satu atau setara; dan 2) 1 (satu) orang pegawai tetap paling rendah berpendidikan diploma III atau setara; yang 1 (satu) di antaranya merupakan Ajun Aktuaris. c. mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak; d. memiliki atau menyewa kantor yang terisolasi dari kegiatan lain; e. memperbaharui dan memelihara data dalam sistem pengolahan data; f. memiliki dan menerapkan sistem pengendalian mutu; dan g. menjadi anggota kompartemen Konsultan Aktuaria di Asosiasi. (2) Konsultan Aktuaria yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi peringatan. Bagian Keenam Perubahan pada Konsultan Aktuaria Pasal 23 (1) Konsultan Aktuaria wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Pusat paling lama 1 (satu) bulan sejak terjadinya: a. perubahan alamat, dengan melampirkan fotokopi tanda bukti kepemilikan atau sewa kantor dan denah ruangan yang menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain; dan/atau b. perubahan nama atau susunan Rekan yang tidak mengakibatkan perubahan pada nama Konsultan Aktuaria, dengan melampirkan fotokopi perjanjian kerja sama yang disahkan oleh Notaris. (2) Kewajiban melapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

16 (3) Kepala Pusat menyampaikan surat pemberitahuan kepada Konsultan Aktuaria yang telah melaporkan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak laporan diterima secara lengkap. (4) Dalam hal diperlukan, Kepala Pusat menunjuk pejabat dan/atau pegawai untuk melakukan penelitian langsung terhadap perubahan alamat Konsultan Aktuaria. (5) Konsultan Aktuaria yang tidak melaporkan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi peringatan. BAB VII LAPORAN AKTUARIS Pasal 24 (1) Laporan Aktuaris wajib dibuat sesuai dengan penugasan yang tercantum dalam perikatan dengan pemberi tugas. (2) Laporan Aktuaris wajib ditandatangani oleh Aktuaris yang telah menandatangani perikatan atau mendapat penugasan dari pemberi tugas. (3) Dalam Laporan Aktuaris wajib dicantumkan nomor izin Aktuaris. (4) Laporan Aktuaris wajib dibuat dalam Bahasa Indonesia. (5) Jika Laporan Aktuaris juga dibuat selain dalam Bahasa Indonesia, Laporan Aktuaris dimaksud wajib memuat informasi yang sama dengan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5). (6) Aktuaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), atau ayat (5) dikenai sanksi peringatan. Pasal 25 (1) Aktuaris wajib memelihara Laporan Aktuaris dan dokumen yang terkait dengan jasa yang diberikan paling singkat 10 (sepuluh) tahun setelah tanggal Laporan Aktuaris. (2) Aktuaris yang tidak memelihara Laporan Aktuaris dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi peringatan.

17 BAB VIII LAPORAN KEGIATAN Pasal 26 (1) Konsultan Aktuaria wajib menyampaikan laporan kegiatan untuk periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember. (2) Aktuaris yang tidak memiliki atau menjadi Rekan pada Konsultan Aktuaria wajib menyampaikan laporan kegiatan untuk periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember. (3) Laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) atau ayat (2) wajib disampaikan dengan lengkap dalam bentuk tercetak ( hard copy) dan digital atau sistem aplikasi (soft file) kepada Kepala Pusat paling lambat tanggal cap pos 30 April tahun berikutnya, dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (4) Dalam hal diperlukan, Kepala Pusat menunjuk pejabat dan/atau pegawai untuk melakukan penelitian langsung terhadap Aktuaris atau Konsultan Aktuaria berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (2). (5) Aktuaris atau Konsultan Aktuaria yang dalam menyampaikan laporan melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai sanksi peringatan. (6) Dalam hal data dan informasi yang disampaikan dalam Laporan Tahunan terbukti tidak benar, Aktuaris atau Konsultan Aktuaria dimaksud dikenai sanksi peringatan. BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Umum Pasal 27 (1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria. (2) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala Pusat.

18 (3) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Pusat dapat meminta pendapat dari Asosiasi dan/atau pihak lain. Bagian Kedua Pembinaan Pasal 28 (1) Dalam rangka pelaksanaan pembinaan, Kepala Pusat berwenang: a. menetapkan keputusan atau kebijakan yang berkaitan dengan Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria; b. melakukan tindakan yang diperlukan terkait dengan: 1. penyelenggaraan PPL; 2. penyusunan Kode Etik dan SPA; 3. penyelenggaraan ujian profesi; 4. penyajian informasi tentang Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria; dan 5. tindakan lainnya dalam rangka pengembangan profesi. Bagian Ketiga Pengawasan Pasal 29 (1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Kepala Pusat berwenang melakukan pemeriksaan secara berkala dan/atau sewaktuwaktu terhadap Aktuaris dan Konsultan Aktuaria. (2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menguji kepatuhan terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini. (3) Pemeriksaan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), dilakukan berdasarkan rencana pemeriksaan tahunan yang ditetapkan oleh Kepala Pusat. (4) Pemeriksaan sewaktu-waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan jika: a. hasil pemeriksaan berkala memerlukan tindak lanjut; b. terdapat pengaduan masyarakat; atau c. terdapat informasi yang layak ditindaklanjuti.

19 (5) Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan pedoman dan tata cara yang ditetapkan oleh Kepala Pusat. Pasal 30 (1) Aktuaris, Pemimpin atau Pemimpin Rekan yang diperiksa wajib: a. mengikuti prosedur pemeriksaan; b. memperlihatkan dan memberikan fotokopi dan/atau dokumen elektronik ( softcopy) Laporan Aktuaris dan dokumen pendukung lain yang diperlukan pemeriksa; dan c. memberikan keterangan yang diperlukan dalam pemeriksaan kepada pemeriksa. (2) Aktuaris, Pemimpin atau Pemimpin Rekan yang diperiksa dilarang memperlihatkan atau memberikan Laporan Aktuaris, dokumen pendukung, atau keterangan yang palsu atau dipalsukan. (3) Aktuaris, Pemimpin atau Pemimpin Rekan yang ketika diperiksa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (2) dikenai sanksi pembekuan izin. Pasal 31 (1) Aktuaris, Pemimpin atau Pemimpin Rekan wajib menandatangani risalah pembahasan hasil pemeriksaan dan berita acara pemeriksaan yang dibuat oleh pemeriksa. (2) Dalam hal Aktuaris, Pemimpin, atau Pemimpin Rekan tidak bersedia menandatangani risalah pembahasan hasil pemeriksaan dan/atau berita acara pemeriksaan, yang bersangkutan harus membuat surat pernyataan penolakan. (3) Dalam hal Aktuaris, Pemimpin, atau Pemimpin Rekan tidak membuat surat pernyataan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2 ), pemeriksa menandatangani secara sepihak risalah pembahasan hasil pemeriksaan dan/atau berita acara pemeriksaan. Pasal 32 Kepala Pusat menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Aktuaris, Pemimpin atau Pemimpin Rekan Konsultan Aktuaria yang

20 diperiksa paling lama 45 (empat pemeriksaan berakhir. puluh lima) hari kerja sejak BAB X ASOSIASI Pasal 33 (1) Menteri menetapkan hanya 1 (satu) Asosiasi untuk menjalankan kewenangan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini. (2) Asosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) ditetapkan dengan Keputusan Menteri. (3) Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2 ) ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak Peraturan Menteri ini diundangkan. (4) Asosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. mempunyai akta pendirian yang dibuat di hadapan Notaris; b. memiliki kode etik organisasi; c. mempunyai pengalaman menyelenggarakan ujian sertifikasi Ajun Aktuaris dan Aktuaris; d. telah berdiri dan aktif paling sedikit 15 (lima belas) tahun; dan e. menjadi anggota organisasi Aktuaris internasional. Pasal 34 (1) Asosiasi berwenang: a. menyusun dan menetapkan Kode Etik dan SPA; b. menyelenggarakan ujian profesi Ajun Aktuaris dan Aktuaris; c. menyelenggarakan PPL; dan d. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap anggotanya. (2) Asosiasi wajib melaporkan kepada Kepala Pusat paling lambat setiap akhir bulan Desember: a. rencana penyelenggaraan ujian profesi Ajun Aktuaris dan Aktuaris untuk periode 1 (satu) tahun ke depan, yang mencakup silabus dan jadwal penyelenggaraan ujian;

21 b. daftar nama lulusan ujian profesi Ajun Aktuaris dan Aktuaris untuk periode 1 (satu) tahun berjalan; c. rencana penyelenggaraan PPL untuk periode 1 (satu) tahun ke depan, yang mencakup silabus dan jadwal PPL; d. hasil penyelenggaraan PPL setiap tahun, yang mencakup daftar kegiatan PPL, nama peserta PPL dan jumlah SKP; dan e. pengakuan dan penyetaraan jumlah SKP PPL setiap tahun yang diselenggarakan oleh pihak selain Asosiasi. BAB XI TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF Bagian Kesatu Umum Pasal 35 (1) Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan; b. pembekuan register atau izin; atau c. pencabutan register atau izin. (2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang ditandatangani oleh Kepala Pusat atas nama Menteri (3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak selalu dikenakan secara berurutan. Pasal 36 (1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat ( 1) dapat disertai dengan surat rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu yang mencantumkan sanksi berikutnya dalam hal rekomendasi tidak dipenuhi. (2) Kepala Pusat dapat memberikan surat rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu kepada Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria sebelum pengenaan sanksi. (3) Dalam hal kewajiban pada surat rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) telah dipenuhi, Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria dimaksud tidak dikenai sanksi.

22 Bagian Kedua Jumlah dan Jangka Waktu Pengenaan Sanksi Pasal 37 (1) Sanksi peringatan bagi Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria dikenakan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terakhir. (2) Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria yang telah dikenai sanksi peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi pembekuan register atau izin atas pelanggaran ringan berikutnya. Pasal 38 (1) Sanksi pembekuan register atau izin dikenakan paling lama 2 (dua) tahun. (2) Sanksi pembekuan register atau izin dikenakan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun terakhir. (3) Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria yang telah dikenai sanksi pembekuan register atau izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi pencabutan register atau izin atas pelanggaran berat berikutnya. Bagian Ketiga Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria yang Dikenai Sanksi Pembekuan Pasal 39 (1) Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria yang sedang dikenai sanksi pembekuan tidak dibebaskan dari tanggung jawab atas jasa yang telah diberikan dan kewajiban sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini. (2) Aktuaris yang menjadi Rekan, Pemimpin, atau Pemimpin Rekan pada Konsultan Aktuaria yang sedang dikenai sanksi pembekuan izin dilarang pindah ke Konsultan Aktuaria lain. (3) Ajun Aktuaris yang sedang dikenai sanksi pembekuan izin dilarang memberikan jasa aktuaria.

23 (4) Aktuaris yang sedang dikenai sanksi pembekuan izin dilarang: a. menandatangani perikatan dengan pemberi tugas atau klien; b. memberikan jasa Aktuaria; dan/atau c. menandatangani Laporan Aktuaris. (5) Konsultan Aktuaria yang sedang dikenai sanksi pembekuan izin dilarang memberikan jasa Aktuaria. (6) Konsultan Aktuaria yang sedang dikenai sanksi pembekuan izin tidak dapat melakukan penutupan, perubahan nama, dan/atau perubahan bentuk badan usaha. (7) Aktuaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi pembekuan izin. (8) Ajun Aktuaris, Aktuaris atau Konsultan Aktuaria yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4) atau ayat (5) dikenai sanksi pencabutan register atau izin. Bagian Keempat Sanksi dari Asosiasi atau Instansi Lainnya Pasal 40 (1) Aktuaris dapat dikenai sanksi: a. peringatan dalam hal Aktuaris mendapat sanksi peringatan keanggotaan dari Asosiasi; b. pembekuan izin dalam hal Aktuaris mendapat sanksi pemberhentian sementara keanggotaan dari Asosiasi; atau c. pencabutan izin dalam hal Aktuaris mendapat sanksi pemberhentian keanggotaan dari Asosiasi. (2) Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria dapat dikenai sanksi administratif dalam hal: a. Ajun Aktuaris, Aktuaris atau Konsultan Aktuaria dimaksud dikenai sanksi oleh instansi lainnya; atau b. Ajun Aktuaris dan Aktuaris dipidana penjara yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. (3) Kepala Pusat dapat melakukan pemeriksaan terhadap Aktuaris dan/atau Konsultan Aktuaria sebelum pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (2).

24 Pasal 41 (1) Izin Konsultan Aktuaria yang berbentuk perseorangan: a. dibekukan dalam hal izin Pemimpin Konsultan Aktuaria dimaksud dikenai sanksi pembekuan izin; atau b. dicabut dalam hal izin Pemimpin Konsultan Aktuaria dimaksud dikenai sanksi pencabutan izin. (2) Izin Konsultan Aktuaria yang berbentuk persekutuan perdata atau firma: a. dibekukan dalam hal izin seluruh Rekan Aktuaris dalam Konsultan Aktuaria dikenai sanksi pembekuan izin; atau b. dicabut dalam hal izin seluruh Rekan Aktuaris dalam Konsultan Aktuaria dikenai sanksi pencabutan izin. Bagian Kelima Pengumuman Sanksi Pasal 42 (1) Sanksi peringatan terhadap Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria, dapat diumumkan oleh Kepala Pusat kepada masyarakat. (2) Sanksi pembekuan register atau izin dan pencabutan register atau izin Ajun Aktuaris, Aktuaris dan Konsultan Aktuaria, diumumkan oleh Kepala Pusat kepada masyarakat. (3) Pengumuman sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan melalui media massa atau media elektronik. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 43 (1) Sertifikat gelar Ajun Aktuaris dan Aktuaris dari Asosiasi sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan masih tetap berlaku untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak berlakunya Peraturan Menteri ini. (2) Sertifikat Ajun Aktuaris dan Aktuaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disesuaikan menjadi piagam Ajun Aktuaris atau izin Aktuaris, dengan menyampaikan asli sertifikat gelar kepada Kepala Pusat.

25 (3) Ajun Aktuaris dan Aktuaris yang tidak menyesuaikan sertifikat gelar Ajun Aktuaris atau Aktuaris menjadi piagam Ajun Aktuaris atau izin Aktuaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dilarang memberikan jasa Aktuaria dan/atau menggunakan gelar Ajun Aktuaris atau Aktuaris. Pasal 44 (1) Izin usaha Perusahaan Konsultan Aktuaria yang telah diterbitkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi dinyatakan masih tetap berlaku untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sejak berlakunya Peraturan Menteri ini. (2) Perusahaan Konsultan Aktuaria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap wajib memenuhi ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi sampai dengan dicabutnya izin usaha Perusahaan Konsultan Aktuaria dimaksud. (3) Permohonan izin Konsultan Aktuaria yang telah diajukan sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini namun belum memperoleh izin, wajib diajukan kembali sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini. (4) Semua sanksi terhadap Perusahaan Konsultan Aktuaria yang telah dikenakan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi dinyatakan tetap berlaku, dan selanjutnya tunduk kepada ketentuan dalam Peraturan Menteri ini. Pasal 45 Asosiasi yang telah diakui Pemerintah sebelum Peraturan Menteri ini berlaku, dinyatakan tetap diakui sampai dengan adanya penetapan Asosiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33). BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 46

26 Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku: a. ketentuan mengenai Konsultan Aktuaria sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425/KMK.06/2003 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini; dan b. semua pihak dilarang memberikan jasa Aktuaria apabila tidak memenuhi ketentuan dalam Peraturan Menteri ini. Pasal 47 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. BAMBANG P. S. BRODJONEGORO Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. YASONNA HAMONANGAN LAOLY BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG AKTUARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG AKTUARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG AKTUARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa aktuaris dibutuhkan dalam pengembangan

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 /PMK.01/ TENT ANG AKTUARIS

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 /PMK.01/ TENT ANG AKTUARIS MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 /PMK.01/ 20 16 TENT ANG AKTUARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 17/PMK.01/2008 TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 17/PMK.01/2008 TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 17/PMK.01/2008 TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan tujuan Pemerintah dalam rangka mendukung perekonomian yang sehat dan efisien,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.01/2008 TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan tujuan Pemerintah dalam rangka mendukung perekonomian yang sehat

Lebih terperinci

2 e. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.01/2008 tentang Jasa Penilai Publik dipandang sudah tidak relevan dengan perkembangan profesi sehi

2 e. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.01/2008 tentang Jasa Penilai Publik dipandang sudah tidak relevan dengan perkembangan profesi sehi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.719, 2014 KEMENKEU. Publik. Penilai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101/PMK.01/2014 TENTANG PENILAI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.05/2015 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENGAWASAN KONSULTAN AKTUARIA, AKUNTAN PUBLIK, DAN PENILAI YANG MELAKUKAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan No.289, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Kegiatan. Penilai. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6157) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 68 /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 68 /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 68 /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.761, 2014 KEMENKEU. Konsultan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Departemen Keuangan RI Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Panitia Antar Departemen Penyusunan Rancangan Undang-undang Akuntan Publik Gedung A Lantai 7 Jl. Dr. Wahidin No.1 Jakarta 10710 Telepon:

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 101/PMK.01/2014 TENTANG PENILAI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 423/KMK.06/2002 Tanggal 30 September 2002 TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 423/KMK.06/2002 Tanggal 30 September 2002 TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 423/KMK.06/2002 Tanggal 30 September 2002 TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL. BAB I KETENTUAN UMUM

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL. BAB I KETENTUAN UMUM No.288, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Kegiatan. Notaris. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6156) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 66 /POJK.04/2017 TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 66 /POJK.04/2017 TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 66 /POJK.04/2017 TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25/POJK.04/2014 TENTANG PERIZINAN WAKIL MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25/POJK.04/2014 TENTANG PERIZINAN WAKIL MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25/POJK.04/2014 TENTANG PERIZINAN WAKIL MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain No.62, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Akuntan Publik. Jasa Keuangan. Penggunaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6036) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Manajer Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Manajer Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahan No.360, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Manajer Investasi. Wakil. Perizinan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5634) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27/POJK.04/2014 Tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27/POJK.04/2014 Tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27/POJK.04/2014 Tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN DENGAN

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.04/2015 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.04/2015 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.04/2015 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2018 TENTANG PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2018 TENTANG PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2018 TENTANG PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjamin Emisi Efek adalah Pihak yang membuat kontr

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjamin Emisi Efek adalah Pihak yang membuat kontr LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.362, 2014 KEUANGAN. OJK. Penjamin Emisi Efek. Perantara. Wakil. Perizinan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5636) PERATURAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 372/BL/2012 TENTANG PENDAFTARAN PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.04/2017 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.04/2017 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.04/2017 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK.03/2014 TENTANG PERSYARATAN SERTA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN SEORANG KUASA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK.03/2014 TENTANG PERSYARATAN SERTA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN SEORANG KUASA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK.03/2014 TENTANG PERSYARATAN SERTA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN SEORANG KUASA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Keuangan 229/PMK.03/2014 tgl 18 Desember 2014

Peraturan Menteri Keuangan 229/PMK.03/2014 tgl 18 Desember 2014 1 of 5 06/01/2015 8:03 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK.03/2014 TENTANG PERSYARATAN SERTA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN SEORANG KUASA

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PROFESI PENUNJANG INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PROFESI PENUNJANG INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PROFESI PENUNJANG INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.03/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.03/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 21 /POJK.04/2016 TENTANG PENDAFTARAN PENILAI PEMERINTAH UNTUK TUJUAN REVALUASI ASET BAGI BADAN USAHA MILIK

Lebih terperinci

BATANG TUBUH PENJELASAN

BATANG TUBUH PENJELASAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2016 TENTANG TATA CARA DALAM MENGGUNAKAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK BAGI LEMBAGA YANG DIAWASI OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 20152014 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 21 /POJK.04/2016 TENTANG PENDAFTARAN PENILAI PEMERINTAH UNTUK TUJUAN REVALUASI ASET BAGI BADAN USAHA MILIK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.401, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Reksa Dana. Wakil Agen Penjual. Perizinan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5819). PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.04/2014 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.04/2014 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2015 TENTANG PERIZINAN WAKIL AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2015 TENTANG PERIZINAN WAKIL AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2015 TENTANG PERIZINAN WAKIL AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

2 c. bahwa untuk memberikan pedoman pelaksanaan, meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, serta memberikan kepastian hukum, perlu diatur ketentuan m

2 c. bahwa untuk memberikan pedoman pelaksanaan, meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, serta memberikan kepastian hukum, perlu diatur ketentuan m BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2008, 2014 KEMENKEU. Pajak Bumi dan Bangunan. Pengajuan. Penyelesaian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.01/2012 TENTANG PERSYARATAN UNTUK MENJADI KUASA HUKUM PADA PENGADILAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.01/2012 TENTANG PERSYARATAN UNTUK MENJADI KUASA HUKUM PADA PENGADILAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.01/2012 TENTANG PERSYARATAN UNTUK MENJADI KUASA HUKUM PADA PENGADILAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untu

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untu LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.79, 2015 ADMINISTRASI. Akuntan Publik. Asosiasi. Profesi. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5690) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

2016, No Hak Asasi Manusia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Perpindahan, Pemberhentian, dan Perpanjangan Masa Ja

2016, No Hak Asasi Manusia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Perpindahan, Pemberhentian, dan Perpanjangan Masa Ja BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2129, 2016 KEMENKUMHAM. Notaris. Pengangkatan, Perpindahan, Pemberhentian, dan Perpanjangan Masa Jabatan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.396, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Reksa Dana. Penjual. Agen. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5653) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.116 /SEOJK.04/ TENTANG PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI WAKIL MANAJER INVESTASI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.116 /SEOJK.04/ TENTANG PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI WAKIL MANAJER INVESTASI -1- Yth. Wakil Manajer Investasi di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.116 /SEOJK.04/2016.. TENTANG PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI WAKIL MANAJER INVESTASI Dalam rangka pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.01/2012 TENTANG PERSYARATAN UNTUK MENJADI KUASA HUKUM PADA PENGADILAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.01/2012 TENTANG PERSYARATAN UNTUK MENJADI KUASA HUKUM PADA PENGADILAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.01/2012 TENTANG PERSYARATAN UNTUK MENJADI KUASA HUKUM PADA PENGADILAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2016 KEUANGAN OJK. Efek. Perantara. Agen. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5896). PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN Yth. Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19 /SEOJK.04/2017 TENTANG

Lebih terperinci

-1- SALINANSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /SEOJK.04/2016 TENTANG

-1- SALINANSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /SEOJK.04/2016 TENTANG -1- Yth. Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINANSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /SEOJK.04/2016 TENTANG PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI WAKIL PENJAMIN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. P

2017, No Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. P No.519, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemeriksaan Balai Lelang. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/PMK.06/2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BALAI LELANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BADAN PERTANAHAN NASIONAL. Surveyor. Berlisensi. Pengukuran. Pemetaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BERITA NEGARA. BADAN PERTANAHAN NASIONAL. Surveyor. Berlisensi. Pengukuran. Pemetaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL No.1013, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL. Surveyor. Berlisensi. Pengukuran. Pemetaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa penilai mempunyai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 425/KMK.06/2003

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 425/KMK.06/2003 KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 425/KMK.06/2003 TENTANG PERIZINAN DAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA PERUSAHAN PENUNJANG USAHA ASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1930, 2014 KEMENKEU. Pajak. Kuasa. Persyaratan. Pelaksanaan. Hak. Kewajiban. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK.03/2014 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Re

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Re No.56, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN BPK. Keuangan Negara. Pemeriksaan. Akuntan Publik. Persyaratan.Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 242, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 242, Tam No. 301, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Perjanjian. Lisensi Kekayaan Intelektual. Permohonan. Pencatatan. Syarat dan Tata Cara. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25/POJK.04/2014 TENTANG PERIZINAN WAKIL MANAJER

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168 /PMK.010/2010 TENTANG PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168 /PMK.010/2010 TENTANG PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168 /PMK.010/2010 TENTANG PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN. No.261, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pelaksanaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5958) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1325, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Varietas Tanaman. Konsultan. Tata Cara Pendaftaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119/PERMENTAN/HK.310/11/2013

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 33/M-DAG/PER/8/2008 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/M-DAG/PER/7/2017 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/M-DAG/PER/7/2017 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/M-DAG/PER/7/2017 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../POJK.04/2016 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../POJK.04/2016 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../POJK.04/2016 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PENGAKUAN SERTIFIKAT KEAHLIAN PASAR MODAL OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN KHUSUS DI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN BERKALA KEGIATAN PENILAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN BERKALA KEGIATAN PENILAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN BERKALA KEGIATAN PENILAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 4/POJK.05/2013 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN, DANA PENSIUN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168/PMK.010/2010 TENTANG PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168/PMK.010/2010 TENTANG PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168/PMK.010/2010 TENTANG PEMERIKSAAN PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Yth. 1. Konsultan Aktuaria; 2. Akuntan Publik; dan 3. Penilai, di tempat.

Yth. 1. Konsultan Aktuaria; 2. Akuntan Publik; dan 3. Penilai, di tempat. Yth. 1. Konsultan Aktuaria; 2. Akuntan Publik; dan 3. Penilai, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 /SEOJK.05/2016 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERMOHONAN, PENYAMPAIAN LAPORAN,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekayaan budaya dan etnis bangsa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.726, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pendaftaran. Kurator. Pengurus. Syarat. Tata Cara.

BERITA NEGARA. No.726, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pendaftaran. Kurator. Pengurus. Syarat. Tata Cara. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.726, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pendaftaran. Kurator. Pengurus. Syarat. Tata Cara. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /SEOJK.04/2016 PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI MANAJER INVESTASI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /SEOJK.04/2016 PENGAKUAN TERHADAP ASOSIASI MANAJER INVESTASI Yth. 1. Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Manajer Investasi; 2. Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia; dan 3. Asosiasi Manajer Investasi Indonesia, di tempat. SALINAN SURAT

Lebih terperinci

2017, No Cara Pemblokiran dan Pembukaan Pemblokiran Akses Sistem Administrasi Badan Hukum Perseroan Terbatas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nom

2017, No Cara Pemblokiran dan Pembukaan Pemblokiran Akses Sistem Administrasi Badan Hukum Perseroan Terbatas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nom BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1539, 2017 KEMENKUMHAM. Akses SABH Perseroan Terbatas. Pemblokiran dan Pembukaan Pemblokiran. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lemb

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2016 KEMENKUMHAM. Badan Hukum. Pengajuan. Persetujuan Perubahan. Anggaran Dasar Perkumpulan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin ketertiban dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.222, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Verifikasi. Akreditasi. Lembaga Bantuan Hukum. Organisasi Kemasyarakatan.

BERITA NEGARA. No.222, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Verifikasi. Akreditasi. Lembaga Bantuan Hukum. Organisasi Kemasyarakatan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.222, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Verifikasi. Akreditasi. Lembaga Bantuan Hukum. Organisasi Kemasyarakatan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Menteri

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Surat Izin Usaha Perdagangan; LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.04/2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA KOMITE AUDIT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.04/2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA KOMITE AUDIT - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.04/2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA KOMITE AUDIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Komite Profesi Akuntan Publik yang selanjutnya dis

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Komite Profesi Akuntan Publik yang selanjutnya dis LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.196, 2012 ADMINISTRASI. Akuntan Publik. Komite. Profesi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5352) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../POJK.04/2014

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../POJK.04/2014 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../POJK.04/2014 TENTANG PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci