KEPADATAN TULANG PASIEN KUSTA DENGAN REAKSI YANG MENDAPAT TERAPI KOSTIKOSTEROID SISTEMIK DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
|
|
- Suharto Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Artikel Asli KEPADATAN TULANG PASIEN KUSTA DENGAN REAKSI YANG MENDAPAT TERAPI KOSTIKOSTEROID SISTEMIK DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Dewi Maryani, Endang Sutedja, Hendra Gunawan Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Padjajaran/RSUP.Dr. Hasan Sadikin, Bandung ABSTRAK Obat pilihan untuk reaksi kusta berat adalah kortikosteroid (KS) sistemik, yang diberikan minimal selama 12 minggu. Efek samping penggunaan KS sistemik jangka panjang terhadap tulang berupa osteopenia atau osteoporosis. Penilaian kepadatan tulang yang paling akurat adalah berdasarkan nilai bone mineral density (BMD). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai BMD pasien kusta dengan reaksi yang mendapat terapi KS sistemik di Poliklinik Morbus Hansen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif potong lintang, dilaksanakan pada periode Oktober-November Subyek penelitian adalah pasien kusta dengan reaksi, yang mendapat terapi KS sistemik yang didapatkan secara berurutan sesuai kedatangan. Pemeriksaan BMD dilakukan dengan densitometer dual x-ray absorptiometry pada lumbal (L1- L4) dan femur. Sebanyak 24 orang menjadi subyek penelitian pada penelitian ini, dan didapatkan rerata nilai BMD lumbal adalah 0,979 gram/cm2 dan femur adalah 0,895 gram/cm2. Pada lumbal, sebanyak 50% subjek mengalami osteopenia, 12,50% mengalami osteoporosis, dan 37,50% normal. Pada femur, sebanyak 20,83% subjek mengalami osteopenia, 4,17% mengalami osteoporosis, dan 75% normal. Simpulan dari penelitian ini adalah kepadatan tulang berdasarkan nilai BMD, pada lumbal terjadi osteopenia, terjadi pada separuh subjek penelitian dan osteoporosis terjadi pada sebagian kecil subjek penelitian, sedangkan pada femur sebagian besar subjek penelitian dalam batas normal.(mdvi 2015; 42/1: 7-11) Kata kunci:reaksi kusta berat, kortikosteroid sistemik, bone mineral density ABSTRACT Korespondensi : Jl. Pasteur No Bandung Telp drdewimaryanispkk@gmail.com Systemic corticosteroid (CS) is approved as the drug of choice for severe leprosy reaction treatment, which is used at least for 12 weeks. Long term side effect on skeletal including osteopenia or osteoporosis. Bone mineral density (BMD) is the most accurate test to evaluate bone density. The aim of this study was to assess leprosy patient's BMD score, who experiencing reaction under systemic CS treatment in Leprosy Clinic Department of Dermatology and Venereology Hasan Sadikin Hospital. Descriptive study with a cross-sectional method was carried out in Leprosy Clinic Department of Dermatology and Venereology Hasan Sadikin Hospital, from October - November The leprosy patients with reaction under systemic CS were recruited through consecutive sampling. BMD test on lumbal (L1-L4) and femur with dual x-ray absorptiometry densitometer were evaluated. The 24 patients were included in the study, the mean of lumbar spine and femur BMD were 0,979 gram/cm2 and 0,895 gram/cm2. Study revealed the lumbal BMD 50% subjects experiencing osteopenia, 12,50% osteoporosis, and 37,50% normal, meanwhile 20,83% of patients had osteopenia, 4,17% osteoporosis and 75% normal of the femur. This study concluded half of the patients were suffering from lumbar osteopenia and only a few experiencing osteoporosis, meanwhile femoral was found to be normal in almost all patients.(mdvi 2015; 42/1: 7-11) Key words : Severe leprosy reaction, systemic corticosteroid, bone mineral density 7
2 MDVI Vol. 42 No. 1 Tahun 2015; 7-11 PENDAHULUAN Hingga saat ini kusta masih menjadi permasalahan kesehatan terutama di Asia, Amerika Latin, dan Afrika. 1,2 Jumlah kasus baru kusta di dunia yang dilaporkan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 adalah sebanyak kasus. Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien kusta terbanyak ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Jumlah kasus baru kusta di Indonesia pada akhir tahun 2009 adalah sebanyak kasus. 1 Penyakit kusta dapat menyebabkan terjadinya kecacatan. 3,4 Berdasarkan satu laporan diketahui bahwa kecacatan pada kusta terjadi pada sekitar orang per tahun. 1 Kecacatan pada kusta umumnya disebabkan neuritis yang terjadi pada saat reaksi kusta. 4 Reaksi kusta merupakan suatu inflamasi akut pada perjalanan penyakit kusta yang kronis akibat perubahan imunitas. 4,5 Reaksi tersebut dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah pengobatan kusta selesai, 5,6 Reaksi kusta dibedakan menjadi reaksi tipe 1, yaitu reaksi reversal dan reaksi tipe 2 yaitu eritema nodosum leprosum (ENL). 3,4 Reaksi reversal maupun ENL dapat berupa reaksi ringan atau berat. 4,7 Kortikosteroid (KS) sistemik menjadi terapi pilihan pada reaksi kusta berat.3,6,7 Beberapa peneliti melaporkan bahwa pemberian KS bersama dengan multidrug therapy (MDT) efektif untuk mengontrol reaksi kusta. 8,9 Berdasarkan pedoman dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2006, pengobatan reaksi kusta berat adalah prednison dengan dosis awal 40 mg per hari selama dua minggu, kemudian diturunkan sebanyak 5-10 mg setiap dua minggu, sampai mencapai dosis 5 mg per hari, sehingga waktu penggunaan prednison minimal selama 12 minggu. 7 Pemberian KS sistemik jangka panjang merupakan salah satu penyebab terjadinya osteoporosis sekunder. 10 Mekanisme KS menimbulkan osteopenia dan osteoporosis terjadi secara langsung maupun tidak langsung. 10,11 Efek langsung KS terhadap tulang adalah dengan menghambat proliferasi, diferensiasi, serta fungsi osteoblas dan osteosit. Selain itu, KS meningkatkan apoptosis kedua sel tersebut sehingga akan menurunkan proses pembentukan tulang. Kortikosteroid juga meningkatkan proliferasi dan diferensiasi serta menurunkan apoptosis osteoklas, sehingga akan meningkatkan proses resorpsi tulang. 10,12 Secara tidak langsung, KS menghambat absorpsi kalsium di usus, meningkatkan eksresi kalsium di ginjal, serta memengaruhi sekresi hormon paratiroid dan hormon gonad yang berperan dalam metabolisme kalsium. 11 Peningkatan resorpsi tulang yang tidak diikuti oleh pembentukan tulang baru akan menyebabkan penurunan nilai bone mineral density (BMD). 13,14 BMD (gram/cm 2 ) adalah jumlah massa tulang (gram) pada luas area tertentu (cm 2 ). Pengukuran BMD merupakan indikator yang paling akurat untuk menentukan kepadatan tulang. 15 Nilai BMD selanjutnya dikonversi menjadi nilai T-score. 14 Berdasarkan T-score, WHO menetapkan kriteria, yaitu osteopenia jika T- score berada antara -1 dan -2,5 standar deviasi (SD), dan osteoporosis jika T-score <-2,5 SD.14,15 Penilaian T-score umumnya dilakukan pada wanita menopause, pria berusia lebih dari 50 tahun, dan pada pasien yang memiliki risiko terjadinya penurunan kepadatan tulang karena penyakit tertentu, 14 sehingga pada pasien kusta penilaiannya juga menggunakan T-score. Pada satu penelitian di Brazil diketahui bahwa penurunan nilai BMD berupa osteopenia atau osteoporosis telah terjadi pada pasien kusta yang baru terdiagnosis. 16 Sehingga, pada pasien kusta dengan reaksi yang mendapat terapi KS sistemik dikhawatirkan akan mengalami penurunan kepadatan tulang yang lebih besar. Sampai saat ini belum terdapat data mengenai kepadatan tulang berdasarkan nilai BMD pada pasien kusta dengan reaksi yang mendapat terapi KS sistemik di Poliklinik Morbus Hansen RSHS. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan tulang pasien kusta dengan reaksi yang mendapat terapi KS sistemik di Poliklinik Morbus Hansen RS. Hasan Sadikin Bandung (RSHS). METODE DAN SUBJEK PENELITIAN Penelitian ini merupakan peneltian deskriptif secara potong lintang, dilakukan selama periode Oktober-November 2013, di Poliklinik Morbus Hansen RSHS Bandung. Subjek penelitian berjumlah 24 orang, yaitu pasien kusta dengan reaksi yang mendapat terapi kortikosteroid sistemik minimal selama empat minggu. Subjek penelitian (SP) didapatkan menurut urutan kedatangan. Pada SP dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan BMD dengan alat densitometer jenis densitometer dual x-ray absorptiometry (DXA). Nilai BMD yang diperoleh selanjutnya dikonversi menjadi T-score untuk dikategorikan menjadi normal, osteopenia, dan osteoporosis berdasarkan klasifikasi WHO. HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan BMD dengan densitometer DXA pada vertebra lumbal (L1-L4) dan femur kiri sesuai dengan standar pemeriksaan WHO pada pasien usia< 50 tahun. Pada penelitian ini didapatkan rerata nilai BMD seluruh SP adalah 0,979 gram/cm 2 (lumbal) dan 0,895 gram/cm 2 (femur) (Tabel 1). Nilai T-score dikategorikan menurut WHO menjadi nor- 8
3 D Maryani Kepadatan tulang pasien kusta dengan reaksi terapi kostikosteroid sistemik Tabel 1 Nilai BMD dan rerata T-score pasien kusta dengan reaksi yang mendapat kortikosteroid sistemik di RS. Hasan Sadikin Bandung bulan Oktober - November 2013 Lokasi Tulang BMD (gram/cm 2 ) dan SD T-score rerata Lumbal (L1-L4) 0,979 dan 0,133-1,617 Femur kiri 0,895 dan 0,115-0,250 Tabel 2 Kepadatan tulang berdasarkan T-score pada pasien kusta dengan reaksi yang mendapat kortikosteroid sistemik di RS. Hasan Sadikin Bandung bulan Oktober - November 2013 Kepadatan Tulang Berdasarkan Lumbal (L1 - L4) Femur T-score n=24 % n=24 % Normal 9 37, ,00 Osteopenia 12 50, ,83 Osteoporosis 3 12,50 1 4,17 mal, osteopenia, dan osteoporosis. Pada penelitian ini rerata T-score seluruh SP adalah -1,617 (lumbal) dan -0,250 (femur) (Tabel 1). Berdasarkan kategori T-score maka SP yang mengalami osteopenia sebanyak 50% pada lumbal dan 20,83% pada`femur. Osteoporosis terjadi pada 12,50% lumbal dan 4,17% femur (Tabel 2). Berdasarkan lama penggunaan dan dosis kumulatif KS sistemik, pada penelitian ini nilai BMD terendah ditemukan pada SP yang mengonsumsi KS sistemik > 12 minggu (dosis kumulatif > mg) yaitu 0,879 gram/cm 2 (lumbal) dan 0,834 gram/cm 2 (femur), dan nilai BMD tertinggi ditemukan pada SP yang mengkonsumsi 4 hingga < 8 minggu (dosis kumulatif 980 hingga < mg) yaitu 1,109 gram/cm 2 (lumbal) dan 0,996 gram/cm 2 (femur).(tabel 3). Pada tabel 4 dapat dilihat kepadatan tulang lumbal berdasarkan lama penggunaan dan dosis kumulatif KS sistemik. Osteopenia dan osteoporosis lumbal sebagian besar dialami oleh SP yang mengkonsumsi prednison >12 minggu (dosis kumulatif > mg). DISKUSI HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini didapatkan nilai rerata BMD seluruh SP adalah 0,979 gram/cm 2 (lumbal) dan 0,895 gram/cm 2 (femur). Konversi nilai BMD dapat dikonversi menjadi T-score dan Z-score. Pada pasien usia <50 tahun dan premenopause umumnya digunakan Z-score, tetapi pada penelitian ini dipilih kategori T-score karena peserta merupakan pasien Tabel 3 Nilai rerata BMD berdasarkan lama penggunaan dan dosis kumulatif KS sistemik pada pasien kusta dengan reaksi di RS. Hasan Sadikin Bandung bulan Oktober - November 2013 Variabel Lumbal (L1-L4) Rerata BMD (gram/cm2) Femur Lama penggunaan/dosis kumulatif KS < 8 minggu (980- < mg) 1,109 0, <12 minggu ( < mg) 1,024 0,904 > 12 minggu ( >1.670 mg) 0,879 0,834 Tabel 4 Kepadatan tulang lumbal menurut lama penggunaan dan dosis kumulatif KS sistemik pada pasien kusta dengan reaksi di Hasan Sadikin Bandung bulan Oktober - November 2013 Lama penggunaan / Normal Osteopenia Osteoporosis dosis kumulatif n=9 % n=12 % n=3 % Lumbal 4 -<8 minggu 6 25,00 0 0,00 0 0,00 (dosis < 1470 mg) 8- <12 minggu x 2 8, ,83 0 0,00 (dosis < 1670 mg) >12 minggu 1 4, , ,50 (dosis >1.670 mg) 9
4 MDVI Vol. 41 No. 4 Tahun 2014; Tabel 5 Kepadatan tulang femur menurut lama penggunaan dan dosis kumulatif KS sistemik pada pasien kusta dengan reaksi di Hasan Sadikin Bandung bulan Oktober - November 2013 Lama penggunaan / Normal Osteopenia Osteoporosis dosis kumulatif n=18 % n=3 % n=1 % Femur 4 - < 8 minggu 6 25,00 0 0,00 0 0,00 (dosis 980- < 1470 mg) 8 - < 12 minggu 7 29,17 0 0,00 0 0,00 (dosis <1.670 mg) > 12 minggu 5 20, ,83 1 4,17 (dosis > mg) kusta yang memiliki risiko terjadinya osteopenia atau osteoporosis. 17 Nilai T-score dikategorikan menurut WHO menjadi normal, osteopenia, dan osteoporosis. Pada penelitian ini rerata T-score seluruh SP adalah -1,617 (lumbal) dan -0,250 (femur). Berdasarkan kategori T-score maka SP yang mengalami osteopenia sebanyak 50% pada lumbal dan 20,83% pada`femur. Osteoporosis terjadi pada 12,50% lumbal dan 4,17% femur. Ribeirio dkk.(2007) 16 melakukan pengukuran BMD pada pasien kusta tanpa reaksi di Brazil, dan melaporkan bahwa rerata nilai T-score lumbal (LI-L4) adalah -1,8. Ishikawa dkk. (1997)18 melakukan pengukuran BMD pada pasien kusta usia tahun di Jepang, dan mendapatkan osteoporosis terjadi pada 30% peserta. Pada penelitian ini didapatkan kejadian osteoporosis yang lebih rendah dibandingkan penelitian lain kemungkinan karena perbedaan usia peserta penelitian. Osteoporosis yang terjadi pada pasien kusta disebabkan oleh berbagai factor, antara lain hipogonadisme pada lakilaki sebagai akibat invasi langsung M. leprae ke testis, nutrisi yang rendah dihubungkan dengan rendahnya kondisi sosioekonomi, imobilisasi karena kecacatan, dan inflamasi kronik. 16 Berdasarkan lama penggunaan dan dosis kumulatif KS sistemik, pada penelitian ini nilai BMD terendah terdapat pada SP yang mengonsumsi KS sistemik > 12 minggu (dosis kumulatif > mg) yaitu 0,879 gram/cm 2 (lumbal) dan 0,834 gram/cm 2 (femur). Osteopenia paling banyak terjadi pada SP yang mendapatkan terapi KS sistemik > 12 minggu (dosis kumulatif > mg), yaitu sebanyak 29,17% pada lumbal dan 20,83% pada femur. Osteoporosis hanya terjadi pada SP yang mendapat terapi KS sistemik selama > 12 minggu (dosis kumulatif > mg) yaitu sebanyak 12,50% pada lumbal dan 4,17% pada femur. Pada penelitian ini didapatkan bahwa osteopenia dan osteoporosis lebih banyak terjadi pada peserta yang mengonsumsi KS sistemik > 12 minggu (dosis kumulatif > mg). Dubois dkk. (2008) 19 mendapatkan bahwa nilai BMD lebih kecil pada pasien yang mendapatkan KS sistemik lebih lama dengan dosis kumulatif lebih besar ( > 1000 mg). Lesley dkk. (2002) 20 pada tahun 2002 melaporkan bahwa dosis kumulatif KS sebanyak gram selama enam bulan berhubungan secara bermakna dengan penurunan nilai BMD pada lumbal dan femur. Pemberian KS sistemik jangka lama ( > 6 bulan) walaupun dengan dosis 2-7,5 mg prednison per hari atau yang setara dapat menimbulkan penurunanan BMD. Demikian pula pemberian KS sistemik dengan dosis tinggi yang diberikan dalam waktu singkat akan menyebabkan penurunan BMD.19,21,22 Penelitian Conway dkk. (2000)17 pada pasien kistik fibrosis yang diberikan KS sistemik dengan rerata lama pemberian bulan, mendapatkan sebanyak 55% laki-laki dan 43% perempuan mengalami osteopenia, serta sebanyak 25% laki laki dan 13% perempuan mengalami osteoporosis. Kortikosteroid menimbukan osteopenia dan osteoporosis melalui dua fase, yaitu fase cepat (tiga sampai enam bulan pertama) dan fase lambat (lebih dari enam bulan). Pada fase cepat penurunan BMD disebabkan proses resorpsi tulang, sedangkan pada fase kedua atau fase lambat penurunan BMD disebabkan penurunan proses pembentukan tulang. Pada penggunaan KS sistemik jangka panjang, dua fase tersebut akan terlewati dan terjadi penurunan nilai BMD yang lebih besar, sedangkan pada penggunaan jangka pendek proses penurunan BMD yang terjadi akan dikompensasi dengan pembentukan kembali tulang setelah pemberian KS dihentikan. 23,24 Beberapa efek KS sistemik, misalnya peningkatan resorbsi tulang, penghambatan pembentukan tulang, perubahan keseimbangan negatif kalsium, dan hiperparatiroid sekunder ditentukan oleh lama penggunaan dan jumlah dosis kumulatif KS sistemik. 23 KESIMPULAN Sebagai simpulan penelitian ini adalah kepadatan tulang berdasarkan nilai BMD pada lumbal berupa osteopenia terjadi pada separuh SP dan osteoporosis terjadi pada sebagian kecil SP, sedangkan pada femur sebagian besar SP dalam batas normal. 10
5 D Maryani Kepadatan tulang pasien kusta dengan reaksi terapi kostikosteroid sistemik DAFTAR PUSTAKA 1. Organization WHO. Leprosy-global situation. Weekly epidemiological record. 2010; 85: Goulart IMB, Ricardo L. Leprosy: diagnostic and control challenges for a worldwide disease. Arch Dermatol Res. 2008;12(3): Jopling WH. Hand book of leprosy. Edisi ke-2. New York: Sheridan medical book; h Bryceson A, Pfaltzgraff RE. Leprosy. Edisi ke-3. London: Churcil Livingstone; h Katoch VM. Advances in the diagnosis and treatment of leprosy. Expert Rev Mol. 2002; 4(15): Walker SL, Lockwood DNJ. Leprosy type-1 (reversal) reactions and their management. Lepr Rev. 2008;79: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku pedoman nasional pemberantasan penyakit kusta. Jakarta: Depkes RI Dit Jen PPM & PLP; Sugumaran DST. Leprosy reactions-complications of steroid therapy. Int J Lepro. 1997;66(1): Richardus JH, Withington SG, Anderson AM, Croft RP. Adverse events of standardized regimens of corticosteroids for prophylaxis and treatment of nerve function impairment in leprosy: results from the 'TRIPOD' trials. Lepr Rev. 2003;74: Yago T, Nanke Y, Kawamoto M, FuruyaT,Kobashigawa T, Ichikawa N, dkk. Roles of osteoblasts, osteoclasts, T cells and cytokines in glucocorticoid-induced osteoporosis. Inflammregen. 2007; 27(3): Lukert BP, Raiz LG. Glucocorticoid-induced osteoporosis pathogenesis and management. Ann Int Med. 1990;112(5): Canalis E, Mazioti G, Giustina A, Bilezekian JP. Glucocorticoids induced osteoporosis: pathophisiology and therapy. Osteoporos Int. 2007;18: Clarke BL. Corticosteroid-induced osteoporosis, an update for dermatologist. Am J Clin Dermatol. 2012;13(3): Tesar R, Caudil J, Colquhoun A, Krueger D. Bone densitometry course. Middletown. The International Society for Clinical Densitometry Rittweger J. Can exercise prevent osteoporosis. J Musc Int. 2006;6(2): Riberio FB, Pereira A, Muller E, Foss NT. Evaluation of bone and mineral metabolism in patient recently diagnosed with leprosy. Am J med Sci. 2007;334(5): Conway SP, Morton AM, Oldroyd B, Truscott JG. Osteoporosis and osteopenia in adults andadolescents with cystic?brosis: prevalence andassociated factors. Thorax. 2000;55: Ishikawa S, Tanaka H, Mizushima M, Hashizume H. Osteoporosis due to testiscular atrophy in male leprosy patients. Acta Med Okayama. 1997; 51(5): Dubois EF, Roder E, Dekhujien R. Dual energy x-ray absorptiometry outcomes in male COPD patient after treatment with different glucocorticoid regimens. CHEST. 2008; 121: Lesley J, Sarah A, Lewis A, Conroy A, Wong A. The impact of oral corticosteroid use on bone mineral density and vertebral fracture. Am J Respi Cri Care Med. 2002; 1666: Arslan S, Celiker R, Karabudak R. Cumulative corticosteroid doses and osteoporosis in patients with multiple sclerosis. Turk J Rheumatol. 2010; 25: Van Staa TP, Leufkens HGM, Abenham L, Zhang B, Cooper. Use of oral corticosteroid and risk of fractures. J Bone Milner Res. 2000;15: Tuck SP, Pearce MS. Differences in bone mineral density and geometry in men and women: the new caslike thousand families study at 50 years. Br J Rad. 2005; 78: Hirakawa. Patient after treatment with different glucocorticoid regimens. Chest. 2008; 120:
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE
ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2011 2013 Kasus kusta di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan Negara lain. Angka kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia
Lebih terperinciPROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012
PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 1 Patricia I. Tiwow 2 Renate T. Kandou 2 Herry E. J. Pandaleke 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. Osteoporosis merupakan penyakit ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) terutama menyerang kulit dan saraf tepi. Penularan dapat terjadi dengan cara kontak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae (M. leprae). Kuman ini bersifat intraseluler obligat yang menyerang saraf tepi dan dapat
Lebih terperinciGambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung
Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung Adam BH Darmawan, Slamet Santosa Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Abstrak Osteoporosis
Lebih terperinciTingginya prevalensi kusta di Kabupaten Blora juga didukung oleh angka penemuan kasus baru yang cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya menyerang kulit,
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015
ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik
Lebih terperinciABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSIS. Paulus Budi Santoso ( ) Pembimbing : David Gunawan T., dr
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSIS Paulus Budi Santoso (0210186) Pembimbing : David Gunawan T., dr Osteoporosis merupakan new communicable disease yang banyak dibicarakan, dan menyerang terutama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lupus Eritematosus Sistemik atau yang dikenal juga dengan Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit reumatik autoimun yang ditandai adanya inflamasi yang tersebar
Lebih terperinciKetetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013
Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013 Gugus tugas tenatng kemungkinan resiko patah tulang serta definisi osteoporosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta atau morbus Hansen merupakan infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Kusta dapat
Lebih terperinciPREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER
ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv ABSTRAK...v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015 Annisa Nurhidayati, 2016, Pembimbing 1 Pembimbing 2 : July Ivone, dr.,mkk.,m.pd.ked. : Triswaty
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO
KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO Dian Wahyu Laily*, Dina V. Rombot +, Benedictus S. Lampus + Abstrak Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang terjadi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada tulang, penyakit ini ditandai dengan penurunan kepadatan tulang dan peningkatan risiko terjadinya patah
Lebih terperinciOsteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat,
Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur Tuesday, April 29, 2014 http://www.esaunggul.ac.id/article/osteoporosis-konsumsi-susu-jenis-kelamin-umur-dan-daerah-di-dki-ja
Lebih terperinciJURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
NILAI DIAGNOSTIK OSTEOPOROSIS SELF-ASSESMENT TOOL FOR ASIANS TERHADAP DUAL ENERGY X-RAY ABSORBTIOMETRY DALAM PENAPISAN OSTEOPOROSIS STUDI PADA WANITA POST MENOPAUSE Daniel Yoga Kurniawan 1, Tanti Ajoe
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum memberikan gejala-gejala yang diketahui (asymtomatic disease). Osteoporosis baru diketahui ada apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom nefrotik (SN, Nephrotic Syndrome) merupakan salah satu penyakit ginjal terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom klinik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis didefinisikan sebagai kondisi rendahnya kepadatan mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang, peningkatan kerapuhan tulang dan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai kemajuan dalam segala aspek kehidupan manusia saat ini telah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi maupun dalam bidang
Lebih terperinci5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi
DAFTAR ISI Halaman COVER... i LEMBAR PENGESAHAN... ii DAFTAR ISI... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.3.1
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum
PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET XYLITOL TERHADAP LAJU ALIRAN SALIVA (Studi Kasus Pada Pasien Radioterapi Kepala dan Leher di RSUP Dr. Kariadi Semarang) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi
Lebih terperinciABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN
ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN Deisy Octaviani 1 ;Ratih Pratiwi Sari 2 ;Soraya 3 Gastritis merupakan
Lebih terperinciGAMBARAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DAN HbA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-MEI 2014 ABSTRAK
1 GAMBARAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DAN HbA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-MEI 2014 Putu Ugi Sugandha 1, AA Wiradewi Lestari 2 1 Program Studi
Lebih terperinciHUBUNGAN PERBEDAAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN DI ICU DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE BULAN JULI 2014 HINGGA OKTOBER
HUBUNGAN PERBEDAAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN DI ICU DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE BULAN JULI 2014 HINGGA OKTOBER 2014 Oleh : Thanaletchumy A/P Veranan 110100318 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kesadaran akan osteoporosis masih rendah, terutama dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif di mana terjadi proses
Lebih terperinciUJI KORELASI NILAI TEKSTUR CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL DIGITAL DENGAN NILAI KEPADATAN MASSA TULANG. Abstract. Intisari
UJI KORELASI NILAI TEKSTUR CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL DIGITAL DENGAN NILAI KEPADATAN MASSA TULANG Sri Lestari Prodi Teknik Elektro Fakultas Sains & Teknologi Universitas Respati Yogyakarta Jl. Laksda Adisucipto
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI KEJADIAN REAKSI KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PONTIANAK PERIODE
NASKAH PUBLIKASI KEJADIAN REAKSI KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PONTIANAK PERIODE 2008-2013 QORY IRSAN NIM I11110028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2014 LEPROSY REACTION
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007
ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007 Yanuarita Dwi Puspasari, 2009. Pembimbing I : July Ivone, dr., MS Pembimbing II : Caroline Tan Sardjono,
Lebih terperinciGAMBARAN TEKANAN INTRAOKULAR PADA PASIEN YANG MENDAPAT TERAPI KORTIKOSTEROID DI POLIKLINIK REUMATOLOGI DAN HEMATOLOGI RSUP H
GAMBARAN TEKANAN INTRAOKULAR PADA PASIEN YANG MENDAPAT TERAPI KORTIKOSTEROID DI POLIKLINIK REUMATOLOGI DAN HEMATOLOGI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2014 Oleh: YOSSY NIA BELLINA 110100319 FAKULTAS
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PASIEN RADIODERMATITIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN JANUARI AGUSTUS Oleh : MUHAMMAD FACHRUL ROZI LUBIS
KARAKTERISTIK PASIEN RADIODERMATITIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN JANUARI 2014- AGUSTUS 2015 Oleh : MUHAMMAD FACHRUL ROZI LUBIS 120100056 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 KARAKTERISTIK
Lebih terperinciRadiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection
ORIGINAL ARTICLE Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection Nadia Surjadi 1, Rahmi Amtha 2 1 Undergraduate Program, Faculty of Dentistry Trisakti University, Jakarta
Lebih terperinciTerapi Kortikosteroid Oral pada Pasien Baru Kusta dengan Reaksi Tipe 2
Terapi Kortikosteroid Oral pada Pasien Baru Kusta dengan Reaksi Tipe 2 (Oral Corticosteroid Therapy in Leprosy's new patients with Type 2 Reaction) Irma Tarida Listiyawati, Sawitri, Indropo Agusni, Cita
Lebih terperinciPROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER
PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER Rosida 1, Siti Anawafi 1, Fanny Rizki 1, Diyan Ajeng Retnowati 1 1.Akademi Farmasi Jember
Lebih terperinciPatogenesis dan Metabolisme Osteoporosis pada Manula
Patogenesis dan Metabolisme Osteoporosis pada Manula Hikmat Permana Sub Bagian Endokrinologi dan Metabolisme Bagian Ilmu Penyakit Dalam RS Perjan Hasan Sadikin FK Universitas Padjadjaran Bandung Osteoporosis
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN SKOR OHIP-14 PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER YANG MENDAPATKAN RADIOTERAPI DAN KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016
ABSTRAK GAMBARAN SKOR OHIP-14 PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER YANG MENDAPATKAN RADIOTERAPI DAN KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016 Kanker kepala dan leher adalah kanker tersering ke lima di dunia. Banyak
Lebih terperinciPREVALENSI ABORTUS DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : WONG SAI HO
PREVALENSI ABORTUS DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2010 Oleh : WONG SAI HO 080100272 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 PREVALENSI ABORTUS DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN
Lebih terperinciMamat Lukman*Neti Juniarti*
SKRINING OSTEOPOROSIS: HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS DI DESA CIJAMBU KECAMATAN TANJUNGSARI Mamat Lukman*Neti Juniarti* ABSTRAK Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka
Lebih terperinciPerbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta The Difference of Hb Levels Pre and Post Hemodialysis in Chronic Renal Failure Patients
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan kasus yang cukup banyak dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan dengan begitu
Lebih terperinciABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT, TEMUAN HISTOPATOLOGIS, DAN TERAPI PASIEN KANKER KOLOREKTAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH
ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT, TEMUAN HISTOPATOLOGIS, DAN TERAPI PASIEN KANKER KOLOREKTAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH Kanker kolorektal merupakan kanker yang umum dijumpai dengan angka kematian yang tinggi
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, KEBIASAAN MEROKOK, PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS (Studi Di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya) Oleh : UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lebih terperinciABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007
ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007 Fransisca Maya Angela, 2010; Pembimbing I Pembimbing II : J. Teguh Widjaja, dr., Sp P : Evi
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG
ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG Adina Pertamigraha, 2008; Pembimbing I : Aloysius Suriawan, dr.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2006).Insidensi LLA di Indonesia 2,5-4 kasus baru per anak sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia adalah penyakit keganasan hematologi yang paling banyak dijumpai pada anak dan 75% dari semua kasus leukemia adalah LLA (Permono, 2006).Insidensi LLA di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan kerusakan jaringan ( Davis dan Walsh, 2004). Nyeri merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nyeri merupakan pengalaman sensoris atau emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan ( Davis dan Walsh, 2004). Nyeri merupakan salah satu gejala
Lebih terperincipeningkatan dukungan anggota keluarga penderita kusta.
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT KUSTA DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECACATAN PADA PENDERITAKUSTA DI KABUPATEN KUDUS peningkatan dukungan anggota keluarga penderita kusta. 1. Wiyarni, 2. Indanah, 3. Suwarto
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014
ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Jennifer Christy Kurniawan, 1210134 Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes.,
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013
i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciOSTEOPOROSIS DEFINISI
OSTEOPOROSIS DEFINISI Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS
ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,
Lebih terperinciProfil Pasien Kusta Baru pada Anak. (Profil of New Leprosy in Childhood )
Profil Pasien Kusta Baru pada Anak (Profil of New Leprosy in Childhood ) I G.A. Kencana Wulan, Indropo Agusni, Cita Rosita Departemen / Staf Medik Fungsional Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung
ABSTRAK Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung Ananda D. Putri, 2010 ; Pembimbing I : H. Edwin S., dr, Sp.PD-KKV FINASIM
Lebih terperinciGAMBARAN BERAT JENIS DAN GLUKOSA PADA URIN PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE SEPTEMBER NOVEMBER 2014
GAMBARAN BERAT JENIS DAN GLUKOSA PADA URIN PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE SEPTEMBER NOVEMBER 2014 OLEH: GUNAWAN WIJAYA SETIAWAN 110100246 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPenderita Kusta Anak Baru sebagai Tolok Ukur Derajat Endemisitas Penyakit Kusta
Penderita Kusta Anak Baru sebagai Tolok Ukur Derajat Endemisitas Penyakit Kusta (Leprosy in Children as a Standard for Leprosy Endemicity) Amrita Rosvanti, Dian Kencana Dewi, Monika Hadimulyono, Muhammad
Lebih terperinciABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR
ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat sangat ditunjang oleh pengetahuan
Lebih terperinciABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung
ABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung Regina Emmanuela Gusti Pratiwi, 2016 Pembimbing I : dr. Dani M.kes Pembimbing II : dr.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami
1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan menopause sebagai berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat,
Lebih terperinciOBAT YANG MEMPENGARUHI HOMEOSTASIS MINERAL TULANG
OBAT YANG MEMPENGARUHI HOMEOSTASIS MINERAL TULANG www.rajaebookgratis.com FISIOLOGI TULANG Tulang merupakan bentuk khusus jaringan ikat yang tersusun oleh kristal-kristal mikroskopis kalsium dan fosfat
Lebih terperinciPREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H
PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2009 Oleh: LIEW KOK LEONG
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eplanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih dengan rancangan
Lebih terperinciAbstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Arya Widyatama 1, Imam Rusdi 2, Abdul Gofir 2 1 Student of Medical Doctor, Faculty of Medicine,
Lebih terperinciPEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
ETIOLOGI Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang berlebihan dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dalam jumlah yang lebih banyak. Obat-obat golongan steroid pun dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dari
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011
ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Adelia, 2012, Pembimbing 1: Laella K.Liana, dr., Sp.PA., M.Kes Pembimbing 2: Hartini Tiono, dr.,
Lebih terperinciEFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI
EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN UNTUK MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS ILMU TERAPAN FISIOTERAPI
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS TINJAUAN TEORI 1. Definisi Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR RISIKO OSTEOPOROSIS PADA PASIEN DENGAN USIA DI ATAS 50 TAHUN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
FAKTOR FAKTOR RISIKO OSTEOPOROSIS PADA PASIEN DENGAN USIA DI ATAS 50 TAHUN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana Strata-1 Kedokteran Umum WISNU
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Osteoporosis Secara harfiah kata osteo berarti tulang dan kata porosis berarti berlubang atau dalam istilah populer adalah tulang keropos. Zat kapur, kalsium adalah mineral terbanyak
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kanker kolorektal merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kanker merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan adanya kanker di bagian colon dan rectum. Kanker kolon dan kanker rectum sering dikelompokan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduk merupakan alasan untuk diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencegahan kematian, kesakitan ibu dan mengontrol laju pertambahan penduduk merupakan alasan untuk diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana (KB). Alat kontrasepsi
Lebih terperinciPOLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com
Lebih terperinciPROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012
PROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012 1 Anggelina Moningka 2 Renate T. Kandou 2 Nurdjanah J. Niode 1 Kandidat Skripsi Fakultas
Lebih terperinciKata Kunci : Variasi Makanan, Cara Penyajian Makanan, Ketepatan Waktu Penyajian Makanan, Kepuasan Pasien
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA PENYELENGGARAAN MAKANAN DI BLU IRINA C. RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO R. B Purba*, Grace Kandou*, Alfa C. Laode*
Lebih terperinciPREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN Oleh : ANGGIE IMANIAH SITOMPUL
PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN 2012 Oleh : ANGGIE IMANIAH SITOMPUL 100100021 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN
ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN, Ana Ulfah Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Email: perdana_182@yahoo.co.id ABSTRAK Menurut WHO (World Health Organization)
Lebih terperinciFakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia vii ABSTRAK
ABSTRAK Nama : Cynthia Michelle Anggraini Program Studi : Sarjana Kedokteran Gigi Judul : Prevalensi dan Distribusi Variasi Anatomis Normal pada Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Renny Anggraeni, 2011 Pembimbing I : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto,dr.,M.H. Asam urat telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya menyerang kulit,
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014 Ferdinand Dennis Kurniawan, 1210122 Pembimbing I : Dr.Jahja Teguh Widjaja, dr., SpP.,
Lebih terperinciNILAI DIAGNOSTIK OSTEOPOROSIS SELF-ASSESMENT TOOL FOR ASIANS
NILAI DIAGNOSTIK OSTEOPOROSIS SELF-ASSESMENT TOOL FOR ASIANS TERHADAP DUAL ENERGY X-RAY ABSORBTIOMETRY DALAM PENAPISAN OSTEOPOROSIS Studi Pada Wanita Post Menopause LAPORAN HASIL AKHIR KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
1 GAMBARAN HASIL AKHIR PENGOBATAN PASIEN TB PARU BTA POSITIF YANG MENGGUNAKAN STRATEGI DOTS TIDAK MENGALAMI KONVERSI SPUTUM SETELAH 2 BULAN PENGOBATAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2004-2012 Oleh
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS ATOPIK DI POLIKLINIK RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS ATOPIK DI POLIKLINIK RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran
Lebih terperinciABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS JANUARI 2010
ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS 2009-31 JANUARI 2010 Yuvens, 2010. Pembimbing I : Vera, dr.,sp.pd. Pembimbing II : dra. Endang Evacuasiany,
Lebih terperinciABSTRAK EVALUASI HASIL TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS FASE INTENSIF PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN
ABSTRAK EVALUASI HASIL TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS FASE INTENSIF PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2013-2014 I Nyoman Surya Negara, 1210087 Pembimbing I : Dr. J. Teguh
Lebih terperinciBAB 5 HASIL Osteoporosis. Proporsi kasus osteoporosis dan osteoporosis berat terlihat pada gambar. berikut:
BAB 5 HASIL 5.1. Osteoporosis berikut: Proporsi kasus osteoporosis dan osteoporosis berat terlihat pada gambar Gambar 5.1. Gambaran Distribusi Kasus Menopause Osteoporosis berdasarkan Kriteria WHO di MTIE
Lebih terperinciOleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara
PREVALENSI PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS DENGAN RIWAYAT MEROKOK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK (RSUP HAM) MEDAN PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2009 Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH 070100443
Lebih terperinciPREVALENSI OBESITAS PADA PASIEN YANG OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN Oleh: Noormimi Khatijah Binti Kasim
PREVALENSI OBESITAS PADA PASIEN YANG OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN 2009 Oleh: Noormimi Khatijah Binti Kasim 070100427 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERTAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010
Lebih terperinciPENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI
PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI Suryani, N.M 1, Wirasuta, I.M.A.G 1, Susanti, N.M.P 1 1 Jurusan Farmasi - Fakultas
Lebih terperinciPENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS
PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu
Lebih terperinciABSTRAK TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN HOSPITAL DOTS LINKAGE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL KOTA BANDUNG TAHUN 2012 DALAM UPAYA PENANGANAN TUBERKULOSIS PARU
ABSTRAK TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN HOSPITAL DOTS LINKAGE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL KOTA BANDUNG TAHUN 2012 DALAM UPAYA PENANGANAN TUBERKULOSIS PARU Mutiara Dewi, 2013, Pembimbing I : dr. Sri Nadya J. Saanin,
Lebih terperinciABSTRAK. GAMBARAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2010
ABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2010 Ezra Endria Gunadi, 2011 Pembimbing I : Freddy Tumewu Andries, dr., MS Pembimbing
Lebih terperinciGAMBARAN KARAKTERISTIK DAN JENIS PENYAKIT REMATIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN PERIODE JULI 2015 OKTOBER 2015
GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN JENIS PENYAKIT REMATIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN PERIODE JULI 2015 OKTOBER 2015 Oleh: HANSEL TIMOTHY GINTING 120100363 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daur hidup manusia akan melewati fase usia lanjut (proses penuaan). Proses penuaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari, dimana mulai terjadi perubahan fisik dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup pada masa dewasa awal sebagai masa transisi dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu perhatian khusus adalah masalah
Lebih terperinci