BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan sebuah perusahaan adalah pada saat transaksi tersebut terjadi dan bukan
|
|
- Hartanti Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.5 Konsep Akrual Salah satu asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan adalah akuntansi berbasis akrual. Akuntansi berbasis akrual berarti pencatatan transaksi keuangan sebuah perusahaan adalah pada saat transaksi tersebut terjadi dan bukan hanya ketika transaksi melibatkan pengeluaran atau pemasukan kas dan setara kas. Misalnya pendapatan sudah dapat diakui ketika kemungkinan keuntungan di masa depan sudah bisa diterima atau sudah dapat diukur secara andal (Revenue Recognition), begitu pula beban sudah dapat diakui pada saat keterjadiannya dan bukan hanya ketika terjadi pembayaran kas (Expense Matching). Dalam Subramanyam dan Wild (2008), akrual dapat dibagi menjadi Shortterm accruals dan Long-term accruals. Short-term accruals adalah akrual yang mengahasilkan item-item modal kerja (working capital) pada laporan neraca (aset lancar dan kewajiban lancar) dan biasanya juga disebut sebagai modal kerja akrual (working capital accruals). Short-term accruals umumnya muncul dari inventories dan transaksi kredit yang mengakibatkan naiknya semua jenis piutang dan utang seperti trade debtors dan creditors, prepaid expenses, dan advances received. Long-term accruals muncul dari kapitalisasi. Kapitalisasi aset adalah suatu proses untuk menunda (differing) pengakuan biaya (cost) yang terjadi pada periode masa kini yang manfaatnya diekspetasi baru muncul di masa depan. Proses ini menghasilkan long-term assets seperti plant, machinery, dan goodwill. 10
2 Akuntansi akrual dapat memberikan relevansi informasi yang lebih superior dibanding cash flows. Superioritas ini dapat dijelaskan melalui hal-hal berikut: 1. Kinerja Keuangan (Financial Performance). Revenue recognition dan expense matching pada akuntansi berbasis akrual memastikan semua pendapatan dan beban yang berhubungan dengan pendapatan yang diterima tercatat dalam satu periode. 2. Kondisi Keuangan (Financial Condition). Akuntansi akrual menghasilkan neraca yang lebih secara akurat merefleksikan tingkat sumber daya yang ada bagi perusahaan untuk menghasilkan future cash flows. 3. Memprediksi future cash flows. Ada dua alasan mengapa laba akrual lebih baik dibanding arus kas masa kini dalam memprediksi future cash flows. Pertama, dengan revenue recognition, laba akrual mecerminkan konsekuensi future cash flows. Sebagai contoh, penjualan kredit hari ini meramalkan kas yang akan diterima dari pelanggan di masa depan. Kedua akuntansi akrual lebih baik dalam menghubungkan pemasukan dan pengeluaran sepanjang waktu melalui proses matching. Hal ini berarti laba lebih stabil dan dapat diandalkan sebagai prediktor arus kas. Secara eksplisit Statement of Financial Accounting Concepts No. 1, paragraph 44 (FASB, 2008) menyatakan: Information about enterprise earnings and its components measured by accrual accounting generally provides a better indication of enterprise performance than does information about current cash receipts and payments. 11
3 Hal ini tentu searah dengan tujuan pelaporan keuangan bertujuan umum yaitu untuk menyediakan informasi keuangan yang berguna bagi para investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan mengenai alokasi sumber daya pada entitas. Bagian di dalam laporan keuangan yang banyak digunakan investor dan kreditor dalam pengambilan keputusannya adalah earnings dan arus kas. Di bagian earnings inilah akuntansi berbasis akrual terefleksikan. Di dalam earnings terdapat accrual adjustments dalam revenue and expense recognition yang menyebabkannya berbeda dengan arus kas. Accrual adjustments ini dicatat setelah adanya pertimbangan asumsi-asumsi, estimasi-estimasi, serta kebijakan akuntasi. 1.6 Kualitas Akrual (Accruals Quality) Kualitas laba (earnings quality) telah mendapatkan perhatian serius dari para pengambil keputusan baik dari dalam manajemen perusahan maupun investor dan kreditor dan stakeholders lainnya di pasar modal. Dechow et al. (2010) mendefinisikan kualitas laba (earnings quality) yang tinggi adalah yang lebih jujur (faithfully) merepresentasikan fitur dari proses earnings fundamental perusahaan yang relevan untuk keputusan tertentu yang dibuat oleh pembuat keputusan. Terdapat banyak atribut yang bisa digunakan untuk mengukur earnings quality antara lain kualitas akrual (accruals quality), persistensi (persistence), prediktabilitas (predictability), smoothness, value relevance, timeliness dan conservatism (Francis et al. 2004, Dechow et al. 2010, Zhou, 2007). Penelitian ini akan fokus menilai earnings quality dengan menggunakan accruals quality sebagai proksi. 12
4 Earnings yang disusun secara akrual sebenarnya dapat lebih menunjukkan implikasi ekonomi dari transaksi dan kejadian yang ada. Akan tetapi, dalam penyusunannya, earnings pada akuntansi berbasis akrual tidak terlepas dari estimasi, asumsi, pilihan kebijakan akuntansi yang ditentukan oleh pertimbangan manajemen mengandung subjektifitas yang tinggi. Banyak literatur mengindikasikan bahwa terdapat trade-off antara relevansi dan reliabilitas pada laba (earnings) yang disusun secara akrual. Akuntansi berbasis akrual dianggap akan menaikkan relevansi informasi pada laporan keuangan namun menyebabkan reliabilitasnya menurun. Keleluasan yang dimiliki manajemen dalam pemilihan akrual dapat menyebabkan distorsi pada kegunaan dan kualitas dari earnings. Pihak manajemen perusahaan dalam penentuan akrualnya bisa saja melakukan kesalahan (error) perhitungan dan pemilihan estimasi, asumsi, dan kebijakan akuntansi karena memiliki keterbatasan tertentu. Fleksibilitas yang dimiliki manajemen ini juga ditakutkan secara sengaja dimanfaatkan oleh manajemen untuk melakukan manipulasi terhadap earnings (earnings management) karena adanya motif dan insentif tertentu dari manajemen tersebut. Easley dan O Hara (2004) mengatakan bahwa perlakuan akuntansi perusahaan terhadap earnings dan disclosure dapat mempengaruhi lingkungan informasi perusahaan yang kemudian akan berdampak pada resiko informasi, volatilitas idiosyncratic, dan biaya modal (cost of capital). 13
5 a. Akrual Innate dan Akrual Discretionary Francis et al. (2005) menyatakan bahwa komponen kualitas akrual dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu kualitas akrual innate dan kualitas akrual discretionary. Innate accruals quality merupakan akrual yang dipengaruhi atau diakibatkan kondisi perekonomian, operasional perusahaan, dan merefleksikan fundamental ekonomi. Discretionary accruals quality adalah akrual yang merupakan subjek kewenangan atau keleluasaan dari pilihan manajemen (managerial discretion) dan merefleksikan dasar dari kebijakan akuntansi dalam praktik akuntansi perusahaan. Akrual yang terjadi karena ada managerial discretion memiliki dua implikasi. Pertama, melalui keleluasaan yang dimilikinya tersebut manajemen bisa meningkatkan keinformatifan dari earnings dengan cara membuka informasi private perusahaan sehingga earnings dapat merefleksikan performa perusahaan yang dapat diandalkan dan memiliki ketepatan waktu (Guay et al. 1996) sehingga akan menjadi sarana signaling dari nilai perusahaan kepada investor. Kedua, adanya keleluasaan ini menyebabkan manajer yang memiliki motivasi dan insentif tertentu memanfaatkan akrual secara oportunistik sehingga menyebabkan distorsi pada pelaporan earnings. Menurut Lobo dan Zhou (2001) akrual discretionary dipandang sebagai komponen earnings yang kurang dapat diandalkan dibanding akrual non-discretionary (innate) oleh partisipan pasar. Hal ini mengimplikasikan bahwa akrual discretionary lebih 14
6 mungkin menjadi subjek manipulasi manajer dan oleh karena itu, merupakan ukuran yang valid dari earnings managements. a. Model Kualitas Akrual Tujuan dari model akrual adalah untuk memisah-misahkan akrual menjadi komponen yang dapat mengukur earnings berbasis akrual yang terasosiasikan dengan proses earnings fundamental perusahaan ataukah dengan akrual abnormal (akrual yang berasal dari discretionary atau error). Semakin tinggi tingkat akrual yang tidak berasosiasi dengan proses earnings utama perusahaan maka diasumsikan akan mengurangi kualitas akrual (Dechow et al., 2010). Terdapat beberapa model yang dikembangkan untuk mengukur kualitas akrual. Berikut beberapa model yang umum dipakai secara luas oleh peneliti untuk mengukur kualitas akrual: 1. Jones Model Jones (1991) menerangkan akrual modal kerja (working capital accruals) dan depresiasi (Acc t ) merupakan fungsi dari pertumbuhan penjualan ( Rev t ) dan Plant, Property, and Equipment kotor (PPEt). Acc t =a+b 1 Rev t +b 2 PPEt+e t Working capital accruals seperti piutang usaha, persediaan, dan utang usaha tergantung pada perubahan penjualan. Penjualan dianggap sebagai kontrol terhadap kondisi perekonomian karena diasumsikan dapat mengukur secara objektif operasi perusahaan sebelum manipulasi manajemen. PPE kotor dimasukan sebagai kontrol dari 15
7 porsi total akrual yang berhubungan dengan total beban depresiasi non-discretionary. Error (e t ) pada model ini merepresentasikan tingkat akrual abnormal (discretionary). Model Jones dianggap kurang memiliki kekuatan penjelasan karena hanya menjelaskan 10% dari variasi akrual. Model ini juga mungkin saja memasukkan bagian dari akrual yang merepresentasikan earning management pada akrual normal. 2. Modified Jones Model Model ini dikembangkan oleh Dechow et al. (1995) dan merupakan modifikasi dari model Jones (1991). Modifikasi dilakukan dengan menyesuaikan pertumbuhan pada penjualan kredit yang ditunjukkan lewat piutang ( Rec t ). Penjualan kredit dianggap sering dimanipulasi, sehingga modifikasi ini menambah kekuatan dari model Jones untuk menghasilkan residual yang lebih tidak berkorelasi dengan penjualan akrual normal. Acc t =a+b 1 ( Rev t - Rec t ) +b 2 PPE t +e t 3. Performance Matched Model Pada penelitiannya, Kothari et al. (2005) mengontrol tingkat normal dari kondisi akrual berdasarkan ROA. Cara yang dilakukan oleh Kothari et al. (2005) adalah dengan mengidentifikasi perusahaan dari industri yang memiliki tingkat ROA yang mendekati tingkat ROA perusahaan sampel. Kemudian dicari tingkat discretionary accruals perusahaan tersebut (Matched firm s DisAcc t ) dan menguranginya 16
8 dengan discretionary accruals perusahaan sampel (DisAcc t ) sehingga menghasilkan residual yang cocok dari segi kinerja. Tingkat discretionary accruals merupakan residual dari model Jones maupun modified Jones. DisAcc t - Matched firm s DisAcc t Dechow et al. (2010) mengatakan model ini memiliki kelemahan karena hanya menjelas 10-12% variasi akrual dan dapat menyerap terlalu banyak diskretioner ketika terjadi manajemen laba. 4. Dechow and Dichev Model Model ini dikembangkan oleh Dechow dan Dichev (2002) karena melihat bahwa terdapat hubungan antara arus kas realisasi dengan modal kerja sehingga fungsi matching akrual ke arus kas merupakan hal yang penting. Model akrual ( WC) dibuat sebagai fungsi dari arus kas masa lalu (CFO t-1 ), masa sekarang (CFO t ), dan masa depan (CFO t+1 ) karena akrual dapat mengantisipasi kas yang akan diterima/dibayar dan dibalik ketika kas yang sebelumnya dicatat sebagai akrual diterima/dibayar. Standar deviasi dari error (e t ) inilah yang menjadi proksi earnings quality, dengan semakin tinggi nilai error maka semakin rendah pula kualitas akrualnya. WC=a+b 1 CFO t-1 +b 2 CFO t +b 3 CFO t+1 +e t McNichols (2002) kemudian memodifikasi model dari Dechow dan Dichev (2002) dengan mengabungkannya dengan model Jones (1991), dan membagi akrual menjadi discretionary accruals dan non- 17
9 discretionary accruals. Hasilnya McNichols (2002) menemukan bahwa terjadi peningkatan kekuatan penjelasan. WC t =a+b1cfo t_1 +b 2 CFO t +b3cfo t+1 +b 4 Sales t +b 5 PPE t +e t 5. Discretionary Estimation Error Model Francis et al. (2005) mengikuti model Dechow dan Dichev (2002) yang telah dimodifikasi McNichols (2002) dengan menambahkan penjualan dan PPE pada model akrual normal mereka dan kemudian medekomposisi nilai residual dari regresi menjadi innate estimation errors dan discretionary estimation errors. Pemisahan ini dilakukan untuk mengetahui komponen kualitas akrual yang berasal dari fundamental ekonomi (innate) atau akrual yang merepresentasikan pilihan manajemen (discretionary) yang memiliki efek lebih besar. σ(e t )=α+λ 1 Size t +λ 2 σ(cfo) t +λ 3 σ(rev) t +λ 4 log(opercycle) t +λ 5 NegEarn t +υ t Pada model ini, kualitas akrual merupakan standar deviasi residual dari model modifikasi Dechow dan Dichev (2002) (e t ) yang merupakan fungsi dari komponen innate yang mempengaruhi kualitas akrual seperti ukuran perusahaan (SIZE), standar deviasi dari arus kas operasi (σ(cfo)), standar deviasi dari penjualan (σ(rev) t ), Siklus Operasi (OperCycle), dan kejadian laba negatif (NegEarn). Dan residual dari model ini merupakan discretionary accruals. 18
10 Tabel 2.1 Rangkuman model-model akrual Model Akrual Teori Catatan Akrual merupakan fungsi dari pertumbuhan pendapatan dan depresiasi adalah fungsi dari PPE. Semua variabel dibagi dengan total aset. Model Jones (1991) Acc t =a+b 1 Rev t +b 2 PPEt+e t Modified Jones Model (Dechow, Sloan dan Sweeney, 1995) Acc t =a+b 1 ( Rev t - Rec t ) +b 2 PPE t +e t Performance Matched (Khotari, Leone, dan Wasley, 2005) DisAcc t - Matched firm s DisAcc t Pendekatan Dechow dan Dichev (2002) WC=a+b 1 CFO t- 1+b 2 CFO t +b 3 CFO t+1 +e t Discretionary estimation errors (Francis, LaFond, Olsson, Schipper, 2005) σ(e t )=α+λ 1 Size t +λ 2 σ(cfo) t +λ 3 σ(rev) t +λ 4 log(opercycle) t +λ 5 NegEarn t +υ t Sumber: Dechow et al., 2010 Menyesuaikan model Jones untuk mengeluarkan pertumbuhan kredit pada tahun yang diidentifikasi sebagai tahun manipulasi. Mencocokan perusahaan yang menjadi sampel dengan perusahaan lain dari industri dan tahun yang sama yang memiliki ROA terdekat. Akrual diskresioner berasal dari model Jones atau model modifikasi Jones. Akrual dimodelkan sebagai fungsi dari arus kas masa lalu, masa sekarang, dan masa depan karena akrual mengubah timing dari pengakuan arus kas pada laba. Mendekomposisi standar deviasi dari model akrual menjadi komponen innate yang merefleksikan lingkungan operasional perusahaan dan komponen discretionary (νt ) yang merefleksikan pilihan manajemen. Korelasi atau error dengan performa perusahaan dapat menyebabkan bias pada pengujian. sekitar 12%. Residual berhubungan dengan akrual, laba, dan arus kas. Dapat mengurangi kekuatan pengujian. Penggunaan sebaiknya pada saat kinerja menjadi isu. σ(e t ) atau e t absolut memproksikan kualitas akrual. R 2 Estimasi error innate adalah komponen yang diprediksi dari σ(εt) regresi. 19
11 1.7 Sinkronitas Harga Saham (Stock Price Synchronicity) Pergerakan harga saham di pasar modal sangat dipengaruhi oleh cara investor dalam merespons informasi yang mereka miliki dan dapatkan mengenai suatu saham. Informasi ini dapat berupa informasi mengenai kinerja dari perusahaan, kondisi industri dan perekonomian dimana perusahan berada, serta informasi mengenai kondisi dan trend pasar modal. Jika investor rasional menyimpulkan bahwa perusahaan dapat memberikan returns yang tinggi, baik berupa deviden maupun capital gain, maka permintaan akan saham perusahaan itu akan naik. Naiknya permintaan akan saham akan meningkatkan harga saham perusahaan itu di pasar modal. Piotroski dan Roulstone (2004) mendefinisikan stock return synchronicity adalah sejauh mana returns pasar dan industri menjelaskan returns saham pada level perusahaan (firm-level). Sinkronitas harga saham menunjukkan jumlah relatif dari informasi firm-specific versus informasi market dan industry-specific yang mempengaruhi harga saham selama tahun fiskal. Sinkronitas ini diukur dengan melihat transformasi logaritmik R 2 dari suatu market pricing model, contoh: Capital Asset Pricing Model (CAPM). Semakin rendah (tinggi) sinkronitas harga saham (stock price synchronicity) / R 2 menunjukkan semakin banyak (sedikit) informasi firm-specific yang ter-impound pada harga saham Stock Price Synchronicity dan Kualitas Alokasi Modal Beberapa penelitian menggunakan sinkronitas harga saham untuk mengukur jumlah informasi firm-specific yang tercerminkan dalam harga saham dan mencari hubungannya dengan alokasi modal dan keputusan 20
12 investasi. Morck et al. (2000) dalam penilitiannya menyimpulkan bahwa returns saham lebih sinkron di negara ekonomi berkembang dibanding di negara maju. Temuan ini berkorelasi kuat dengan perkembangan institusi di negara-negara tersebut. Pasar modal di negara berkembang dianggap kurang berfungsi sebagai prosesor informasi dan kurang efisien dibanding negara berkembang. Konsisten dengan temuan tersebut, Wurgler (2000) menemukan bahwa negara dengan pasar modal yang menghargai (impound) informasi firm-specific pada harga saham individual (sinkronitas harga yang rendah) menunjukkan alokasi modal yang lebih baik. Karena jika harga saham lebih informatif, maka investor akan lebih terbantu dalam menilai saham yang baik dan yang buruk. Durnev et al. (2004) berasumsi jika tingkat informasi firm-specific yang tinggi pada harga saham berasosiasi dengan informed investor, maka akan meningkatkan kualitas keputusan investasi perusahaan. Dengan adanya kualitas investasi modal dan sumber daya yang baik dari investor di pasar modal maupun manajemen di perusahaan, yang terlihat dari asinkronitas harga saham, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di suatu negara. Pada studinya pada kondisi pasar modal di Tiongkok yang mengalami pertumbuhan ekonomi pesat, Hasan et al. (2013) menyatakan dengan adanya keterbukaan politik, penegakkan hukum yang kuat, dan perkembangan institusional yang pesat di Tiongkok selama 20 tahun 21
13 terakhir telah membuat saham di negara tersebut menjadi lebih informatif dan mengandung lebih banyak informasi firm-specific Stock Price Synchronicity: Keinformatifan Saham atau Noise Terdapat perdebatan diantara para peneliti dan akademisi dalam berbagai literatur mengenai apakah sinkronitas harga saham menunjukkan tingkat keinformatifan saham atau hanya merupakan noise dari aktivitas di pasar modal. Sebagian peneliti beranggapan bahwa ketidaksinkronan return saham karena adanya informasi spesifik perusahaan yang dimiliki investor sehingga pergerakan harga saham tersebut tidak sama dengan pasar maupun industrinya. Sedangkan sebagian peneliti lainnya menyatakan harga saham yang tidak sinkron lebih kepada volatilitas yang diakibatkan faktor non-fundamental perusahaan dan kesalahan pengolahan informasi (noise). Durnev et al. (2003) menunjukkan perusahaan atau industri dengan R 2 dari market pricing model yang rendah (sinkronitas rendah) menunjukkan asosiasi yang tinggi antara current returns dan future earnings, yang mengindikasikan bahwa terdapat lebih banyak informasi dari future earnings di dalam current earnings tersebut. Piotroski dan Roulstone (2004) memperkenalkan stock return synchronicity sebagai metric untuk mengukur jumlah informasi relatif yang tercermin dalam harga saham karena performa perusahaan dapat didisagregasikan ke dalam komponen firm-specific, industry-specific, dan market-specific. Jin dan Myers (2006) menyatakan bahwa kurangnya informasi yang membantu 22
14 investor untuk mengobservasi nilai perusahaan berhubungan positif dengan R 2. Beberapa penelitian seperti Bushman et al. (2004) dan Dasgupta et al. (2010) menghubungkan sinkronitas harga saham dan tingkat transparansi perusahaan. Hasil dari penilitian ini menunjukkan semakin banyak informasi firm-specific (sinkronitas rendah) pada sahamnya, maka semakin transparan juga perusahaan tersebut. Kim dan Shi (2007) menemukan adopsi IFRS yang mendukung traders untuk mengumpulkan informasi privat dan memproses informasi publik, secara signifikan menurunkan sinkronitas harga saham. Temuan ini konsisten dengan penilitian Chen et al. (2007) yang menyimpulkan bahwa semakin banyak informasi privat akan meningkat ketidaksinkronan harga saham. Sedangkan Ashbaugh-Skaife et al. (2005), Teoh et al. (2008), dan Rajgopal dan Venkatachalam (2011) dalam penilitiannya mengindikasikan bahwa tingginya tingkat asinkronisasi harga saham (R 2 yang rendah) tidak atau kurang berhubungan dengan keinformatifan harga saham. Ashbaugh- Skaife et al. (2005) dalam analisisnya terhadap pengujian bukti di 6 negara dengan diperoleh hasil yang tidak konsisten, menyatakan variasi sinkronitas harga saham diantara perusahaan di pasar internasional bukan dikarenakan informasi firm-specific. Teoh et al. (2008) yang menganalisis hubungan R 2 dengan earning response coefficient menolak interpretasi mengenai keinformatifan saham dan cenderung mengarah ke noise. Teoh et al. (2008) juga menguji anomali dari akrual, net operating assets, V/P, 23
15 dan post-earnings announcement yang menghasilkan efek berlawanan dengan penelitian Durnev et al. (2003). Rajgopal dan Venkatachalam (2011) yang menguji asosiasi kualitas laporan keuangan dengan volatilitas idiosyncratic dari returns menemukan adanya hubungan positif diantara keduanya. Lee dan Liu (2007) (dalam Johnston, 2009) mencoba merekonsiliasi perbedaan-perbedaan temuan empiris ini dengan membuat model dari volatilitas idiosyncratic. Dalam model ini ditunjukkan bahwa volatilitas idiosyncratic dapat didekomposisi menjadi komponen noise dan komponen informasi. Zhou (2007) berasumsi apabila sinkronitas harga tidak menunjukkan keinformatifan harga saham, maka kualitas laba tidak akan mempengaruhi tingkat sinkronitas harga saham. Zhou (2007) kemudian menemukan hasil bahwa earnings quality, yang berhubungan dengan keinformatifan informasi akuntansi, berpengaruh terhadap sinkronitas harga saham. 1.8 Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian terdahulu telah banyak dilakukan untuk melihat hubungan dan pengaruh antara kualitas laba (earnings quality) dengan kondisi di pasar modal seperti returns, cost of capital, price synchronicity, dsb. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan disajikan pada Tabel
16 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian Jennifer Francis, Ryan LaFond, Per M. Olsson, dan Katherine Schipper (2004) Cost of Equity and Earnings Attributes Cost of Equity Capital, Accruals Quality, Persistence, Predictability, Smoothness, Value Relevance, Timeliness, dan Perusahaan yang memiliki nilai earning attributes yang kurang disukai mengalami biaya modal ekuitas yang lebih tinggi. Efek biaya modal paling besar berasal dari atribut accounting-based, terutama kualitas akrual. Conservatism Jennifer Francis, Ryan LaFond, Per M. Olsson, dan Katherine Schipper (2005) The Market Pricing of Accruals Quality Cost of Debt, Cost of Capital Equity, Accruals Quality, Innate Accruals Quality, Discretionary Accruals Quality Kualitas akrual yang rendah berasosiasi dengan biaya modal yang tinggi. Kualitas akrual discretionary secara rata-rata memiliki efek harga yang lebih kecil dibanding kualitas akrual innate. Semua dampak ini diakibatkan karena kualitas akrual memproksikan resiko informasi. Zhou Jing (2007) Earning Quality, Analyst, Institutional Investors and Stock Price Synchronicity Earning Quality, Stock Price Synchronicity, Financial Analyst, Semakin tinggi kualitas laba, maka sinkronitas harga saham semakin rendah (hubungan negatif). Analis keuangan dan 25
17 Institutional Investor investor institusional memperkuat hubungan negatif antara kualitas laba dan sinkronitas harga. Miguel A. Ferreira Corporate Governance, Governance Index, Keterbukaan kontrol perusahaan pada pasar dan Paula A. Laux Idiosyncratic Risk, and Idiosyncratic Volatility, menyebabkan harga saham menjadi lebih (2007) Information Flow Information Flow informatif karena memotivasi pengumpulan dan perdagangan pada informasi privat. Joseph Atkins Accruals Quality and Price Accruals Quality, Innate Ditemukan hubungan negatif yang signifikan Johnston (2009) Synchronicity Accruals Quality, antara kualitas akrual dan sinkronitas harga. Discretionary Accruals Komponen Innate dari akrual secara Quality, Price konsisten berhubungan negatif dengan Synchronicity sinkronitas harga. Sedangkan pada komponen diskresioner hanya ditemukan bukti yang lemah. Dongcheol Kim dan Accruals Quality, Stock Accruals Quality, Risk Faktor resiko kualitas akrual secara signifikan Yaxuan Qi (2010) Returns, and Macroeconomic Factor Model, dihargai dalam saham, setelah mengontrol Conditions Macroeconomic Condition saham dengan harga rendah. Efek harga lebih utama pada total kualitas akrual dan kualitas akrual innate tetapi tidak pada kualitas akrual 26
18 Claudia Zhen Qi, Accrual Quality, Bond K.R. Subramanyam, Liquidity, and Cost of Debt dan Jieying Zhang (2010) Shiva Rajgopal dan Financial Reporting Quality Mohan and Idiosyncratic Return Venkatachalam Volatility (2011) Maria Ogneva (2012) Accrual Quality, Realized Returns, and Expected Returns: The Importance of Accruals Quality, Information Asymmetry, Bond Liquidity, Cost of Debt Earning Quality, Idiosyncratic Volatility Accruals Quality, Cash Flow Shocks, Cost of Equity discretionary. Premium resiko hanya berasosiasi dengan kualitas akrual ketika ekonomi mengalami ekspansi dan tidak pada saat resesi. Kualitas akrual yang tinggi tidak hanya mengurangi asimetri informasi, tetapi juga mengurangi ketidakpastian informasi. Kualitas akrual meningkatkan likuiditas obligasi yang kemudian akan menurunkan biaya utang. Kualitas laba yang memburuk mempunyai hubungan positif dengan peningkatan volatilitas idiosyncratic selama 40 tahun terakhir. Investor menjadi lebih fokus pada perusahaan yang memiliki kualitas laporan keuangan yang tinggi. Setelah mengeluarkan cash flow shocks, returns realisasi di masa depan berhubungan negatif dengan kualitas akrual. Premium yang 27
19 Controlling for Cash Flow berhubungan dengan kualitas akrual Shocks signifikan secara statistik dan ekonomi pada uji standard asset pricing ketika cash flow shocks dikeluarkan melalui dekomposisi firmspecific returns. Nilabhra Does Earnings Quality Affect Information Asymmetry, Kualitas laba yang buruk secara signifikan Bhattacharya, Information Asymmetry? FLOS Earnings Quality berhubungan dengan asimetri informasi yang Hemang Desai, dan Evidence from Trading Cost model, Innate and tinggi. Kualitas akrual innate dan Kumar Discretionary Accruals discretionary sama-sama berhubungan Venkataraman Quality dengan asimetri informasi, namun hubungan (2013) discretionary accruals bersifat relatif tergantung pada norma industri. Orie Barron, Information Environment and Cost of Capital, Adanya asimetri informasi akan Xuguang Sheng, dan The Cost of Capital Information Asymmetry, mengakibatkan peningkatan biaya modal, Maya Thevenot Average Information namun menurunkan biaya modal ketika (2013) Precision, Precision of tingkat informasi publik rendah. Presisi dari Public Information and informasi privat akan menurunkan biaya Private Information modal ketika jumlah total informasi rendah dan meningkatkan biaya modal ketika 28
20 kualitas total informasi rendah. Irine Ayuningtyas Pengaruh Kualitas Akrual Accruals Quality, Cost of Kualitas akrual, kualitas akrual innate dan dan Sylvia Veronica Terhadap Biaya Utang dan Debt, Cost of Equity kualitas akrual diskresioner tidak berpengaruh (2014) Biaya Ekuitas: Studi pada terhadap biaya utang. Kualitas akrual Perusahaan yang Terdaftar di memiliki pengaruh negatif terhadap biaya Bursa Efek Indonesia Tahun ekuitas. Pengaruh kualitas akrual innate lebih besar dibanding kualitas akrual diskresioner pada biaya ekuitas. Gregory D. Lyimo Accrual Quality and Stock Accruals Quality, Stock Akrual secara positif berhubungan dengan (2014) Price Informativeness: Price Synchronicity keinformatifan harga saham. Hasil ini Evidence from India mendukung bahwa kualitas akrual merupakan hal yang penting dalam proses masuknya informasi spesifik perusahaan pada harga saham. 29
21 1.9 Keterkaitan Antar Variabel Dengan Hipotesis 1. Kualitas Akrual dan Sinkronitas Harga Saham Harga suatu saham di pasar modal sangat tergantung pada informasi yang dimiliki dan dikumpulkan oleh pelaku pasar dan bagaimana mereka menginterpretasikannya. Informasi ini bisa berupa informasi spesifik pasar (market-specific), spesifik industri (industryspecific), dan spesifik perusahaan (firm-specific). Sinkronitas harga saham (Price Synchronicity) digunakan untuk menghitung jenis informasi mana diantara informasi spesifik pasar, industri, atau perusahaan yang lebih banyak dihargai (impounded) ke dalam harga saham. Jika semakin banyak informasi spesifik pasar atau industri yang masuk (impounded), maka harga pada pasar modal akan sangat sinkron (more synchronicity). Hal ini mengindikasi bahwa harga saham kurang informatif. Sedangkan jika lebih banyak informasi spesifik perusahaan (firm-specific) yang dihargai (impounded), maka harga saham di pasar akan kurang sinkron (less synchronicity). Hal ini menunjukkan harga saham yang lebih informatif. Saham dengan lebih banyak informasi firmspecific dianggap lebih informatif karena merefleksikan kapitalisasi informasi fundamental perusahaan yang akurat dan tepat waktu (Zhou, 2007). Sinkronitas harga yang rendah juga menjadi indikasi bahwa terjadi alokasi sumber daya dan modal yang efisien (Wurgler, 2000). Kualitas akrual sendiri sangat dipengaruhi oleh fundamental perusahaan seperti lingkungan informasi, model bisnis, dan juga oleh 30
22 diskresioner manajemen sehingga dianggap merefleksikan informasi firmspecific. Morck et al. (2000) menemukan bahwa sinkronitas harga saham yang rendah banyak terjadi di negara dengan standar akuntansi yang baik. Dengan standar akuntansi yang baik, kualitas akrual akan semakin tinggi. Kualitas akrual dapat berdampak bermacam-macam karena kemampuan investor dalam memproses informasi dari dalam perusahaan berbeda-beda. Johnston (2009) mengatakan bahwa kualitas akrual dapat menaikkan maupun menurunkan sinkronitas harga saham. Kualitas akrual dianggap menurunkan sinkronitas harga saham karena semakin banyak informasi firm-specific akan berkontribusi pada volatilitas returns. Kualitas akrual yang meningkat akan meningkatkan keandalan dan presisi informasi firm-specific sehingga besaran resiko sistemis (β) pasar perusahaan akan menurun. Dengan semakin kecilnya beta pasar, pergerakan returns perusahaan akan semakin tidak seragam dengan returns pasar. Hal ini mengindikasikan volatilitas returns perusahaan mencerminkan lebih banyak informasi firm-specific daripada informasi mengenai pasar. Kualitas akrual juga dianggap akan menaikkan sinkronitas harga pasar karena kualitas akrual yang tinggi mengurangi asimetri informasi (Bhattacharya, 2013). Karena berkurangnya asimetri informasi mengakibatkan investor akan memiliki tingkat informasi yang sama dan kemungkinan akan mempunyai pendapat yang sama dalam pengambilan keputusannya. 31
23 Peneliti dalam hal ini sependapat dengan Johnston (2009) yang mengatakan bahwa pengaruh presisi informasi akan lebih besar daripada asimetri informasi. Dengan meningkatnya presisi informasi karena kualitas akrual yang tinggi, yang kemudian dapat digunakan secara tepat dan andal dalam pengambilan keputusan, maka investor akan menilai lebih informasi firm-specific dalam menentukan returns saham. Hal ini didukung dengan penelitian lain yang mengatakan bahwa kualitas akrual yang tinggi akan menurunkan biaya modal (cost of capital) karena presisi informasi akan mengakibatkan resiko informasi berkurang (Francis et al., 2005; Lambert et al. 2007; Triningtyas dan Siregar, 2014). Dengan demikian peneliti akan menguji pengaruh dari kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham: H1: Kualitas akrual berpengaruh negatif terhadap sinkronitas harga saham. 2. Komponen Innate dan Discretionary Kualitas Akrual dan Sinkronitas Harga Saham Pada hipotesis penelitian pertama tidak dibedakan pengaruh dari komponen-komponen kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham. Francis et al. (2005) dalam penelitiannya membagi kualitas akrual menjadi dua komponen yaitu komponen innate dan komponen discretionary. Komponen innate adalah komponen yang berasal dari faktor-faktor fundamental ekonomi perusahaan seperti lingkungan operasi dan model bisnis perusahaan. Sedangkan komponen discretionary berasal dari 32
24 kewenangan yang dimiliki oleh manajemen dalam menentukan kebijakan penerapan dan estimasi akuntansi. Komponen innate yang berasal dari faktor ekonomi dasar perusahaan, dianggap tidak berada dalam kendali manajemen sehingga ketika kualitas akrual komponen innate meningkat akan mengurangi ketidakpastian informasi dari laba. Akibat dari berkurangnya ketidakpastian informasi, investor akan semakin mengandal informasi dari perusahaan dalam pengambilan keputusannya. Hal ini akan menyebabkan sinkronitas harga berkurang. Menurut Johnston (2009), pengaruh kualitas akrual komponen innate terhadap sinkronitas harga juga kurang terdampak dengan efek off-setting dari asimetri informasi dibanding total kualitas akrual karena komponen innate dapat dijelaskan dari kondisi ekonomi yang dialami perusahaan. H2: Komponen kualitas akrual innate berpengaruh negatif terhadap sinkronitas harga saham. Dari segi komponen kualitas akrual discretionary dimana manajemen memiliki wewenang yang luas di dalamnya, dapat terjadi berbagai kemungkinan. Dalam berapa literatur seperti Bernard dan Skinner (1996) dan Guay et al. (1996), manajemen dapat memanfaatkan fleksibilitas yang dimilikinya dalam diskresioner untuk membuka informasi privat dan kinerja aktual perusahan melalui laba (information/performance component) ataupun malah menggunakannya 33
25 secara oportunistik karena mempunyai insentif dan motivasi pribadi sehingga laporan keuangan menyimpang dari kenyataan (opportunistic component). Johnston (2009) mengatakan jika komponen akrual diskresioner dimanfaatkan secara oportunistik dan pasar mengetahuinya, kualitas akrual akan diabaikan oleh investor sehingga tidak akan berdampak pada sinkronitas harga saham. Jika manajemen menggunakan wewenang discretionary-nya secara oportunistik dan pasar tidak mengetahuinya, maka kualitas akrual discretionary akan memiliki efek yang sama dengan kualitas akrual innate. Dan apabila discretionary accruals digunakan oleh manajemen untuk mengungkapkan informasi privat dan kinerja aktual ke pasar, maka yang terjadi adalah asimetri informasi diantara investor akan berkurang dan akibatnya kualitas akrual komponen discretionary yang meningkat akan berpengaruh positif terhadap sinkronitas harga saham. Karena sebelum penelitian belum bisa dipastikan kondisi apakah yang terjadi pada subjek penelitian dan kondisi pasar modalnya, maka pengaruh dari komponen kualitas akrual discretionary belum ditentukan arah pengaruhnya terhadap sinkronitas harga saham. H3: Komponen kualitas akrual discretionary berpengaruh terhadap sinkronitas harga saham. Penelitian ini juga menguji perbedaaan signifikansi dari komponen kualitas akrual diskretioner dan komponen kualitas akrual innate pada 34
26 pengaruh kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham. Healy (dalam Triningtyas dan Siregar, 2014) menyatakan komponen akrual discretionary memiliki offset effect terhadap resiko informasi. Sebagian manajemen dianggap akan memanfaat discretionary yang dimilikinya secara oportunistik sedangkan pada lain kesempatan ataupun pada manajemen lainnya akan memanfaatkan diskresioner untuk mengungkapkan informasi privat dan kinerja aktual perusahaan, sehingga dampak yang ditimbulkan akan saling menyeimbangkan dalam pengaruhnya terhadap sinkronitas harga saham. Karena hal ini maka diekspektasi komponen kualitas innate yang kurang terpengaruh efek offsetting akan lebih signifikan daripada komponen kualitas akrual discretionary pada pengaruh kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham. H4: Komponen kualitas akrual innate akan lebih signifikan dibanding komponen kualitas akrual discretionary dalam pengaruh kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham Rerangka Konseptual Sinkronitas harga saham di pasar modal dapat merefleksikan sumber informasi yang terhargai (impounded) dalam harga saham. Informasi ini dapat berupa informasi firm-specific dan market-specific. Harga saham yang kurang sinkron diakibatkan karena lebih banyak informasi firm-specific yang terhargai (impounded) dalam harga saham perusahaan daripada informasi market specific. 35
27 Wurgler (2000) menyatakan saham dengan lebih banyak informasi firm-specific (sinkronitas harga yang rendah) mencerminkan alokasi sumber daya yang efisien. Informasi firm-specific dapat diperoleh dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Salah satu bagian laporan keuangan yang paling banyak dijadikan sumber informasi dalam pengambilan keputusan alokasi modal adalah earnings. Earnings yang relevan dan dapat diandalkan harus berkualitas tinggi. Terdapat banyak atribut untuk mengukur kualitas earnings, salah satunya yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas akrual. Kualitas akrual ini juga kemudian akan dikomposisi menjadi komponen kualitas akrual innate dan discretionary untuk mencari pengaruhnya terhadap sinkronitas harga saham seperti halnya dalam penelitian Johnston (2009). Peneliti juga menambahkan variabel kontrol untuk mengurangi perubahanperubahan yang dapat mempengaruhi hubungan sinkronitas harga diluar kualitas akrual dan komponen akrual innate dan discretionary. Seperti penelitianpenelitian terdahulu yang dilakukan oleh Piotroski dan Roulstone (2004), Johnston (2009), dan Lyimo (2014), variabel kontrol yang akan dimasukkan adalah resiko idiosinkratik (Idiosyncratic Risk) karena berpengaruh terhadap asimetri informasi yang kemudian akan mempengaruhi sinkronitas harga saham, ukuran perusahaan (Size) karena terdapat perbedaan kemampuan untuk membuka informasi pada perusahaan besar dan kecil, kepemilikan institusional (Institutional Ownership) karena kemampuannya untuk memperoleh informasi spesifik perusahaan langsung dari manajemen. 36
28 berikut: Rerangka konseptual penelitian secara umum dapat digambarkan sebagai Accruals Quality (X1) H1 Innate Accruals Quality (X2) H2 Stock Price Synchronicity (Y) Discretionary Accruals Quality (X3) H3 H4 Control Variables: 1. Idiosyncratic Risk 2. Firm Size 3. Institutional Ownership Gambar 2.1 Rerangka Konseptual 37
BAB I PENDAHULUAN. primary users (investor dan kreditor) yang telah dan/atau akan memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Keuangan merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi primary users (investor dan kreditor) yang telah dan/atau akan memberikan pendanaan pada sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. perubahan harga saham akan menyebabkan return saham yang berubah-ubah. Return
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menentukan pemilihan investasi di pasar modal, nilai harga saham menjadi pertimbangan yang sangat penting. Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal
Lebih terperinciWILLIAM SUGANDA FIRMAN SYARIF Universitas Sumatera Utara
Analisis Pengaruh Kualitas Akrual (Accruals Quality) Terhadap Sinkronitas Harga Saham (Stock Price Synchronicity): Studi Empiris pada Bursa Efek Indonesia WILLIAM SUGANDA FIRMAN SYARIF Universitas Sumatera
Lebih terperinciPENGARUH PEMILIHAN METODA DEPRESIASI DAN KUALITAS AKRUAL TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI
MEDIA BISNIS ISSN: 2085-3106 Vol. 7, No. 1, Edisi Maret 2015, Hlm. 50-55 http: //www.tsm.ac.id/mb PENGARUH PEMILIHAN METODA DEPRESIASI DAN KUALITAS AKRUAL TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI AAN MARLINAH STIE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dananya untuk kegiatan operasional dan meningkatkan usahanya antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Perusahaan dapat melakukan berbagai cara dalam memenuhi kebutuhan dananya untuk kegiatan operasional dan meningkatkan usahanya antara lain dengan hutang dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Tahun yang digunakan yaitu pada tahun , yang bertujuan
BAB III METODE PENELITIAN A. SUBJEK PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data perusahaan-perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tahun yang digunakan
Lebih terperinciPengaruh Keandalan Akrual dan Siklus Operasi terhadap Persistensi Laba pada Perusahaan Retail Trade yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Pengaruh Keandalan Akrual dan Siklus Operasi terhadap Persistensi Laba pada Perusahaan Retail Trade yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1 Elsa Fauzia, 2 Edi Sukarmanto, 3 Nurhayati 1,2,3 Prodi Akuntansi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengakuan, pengukuran, dan pelaporan laba perusahaan serta komponennya dianggap merupakan salah satu tugas akuntansi yang sangat penting dalam menyediakan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk pihak intern dan ekstern perusahaan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam laporan keuangan terkandung informasi mengenai laba yang sangat penting untuk pihak intern dan ekstern perusahaan untuk menilai kinerja manajemen. Laba
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur
Lebih terperinciBAB I Perusahaan yang biasa kita kenal dengan sebutan perusahaan go public, akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak perusahaan yang ingin menjual sahamnya kepada umum dengan persyaratan tertentu sehingga kepemilikan perusahaan tersebut tidak hanya dimiliki oleh seorang pemilik,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dampak krisis ekonomi global yang terus berkelanjutan berdampak pada kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai berimbas pada Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan ringkasan dari aktivitas keuangan perusahaan yang mampu menggambarkan kinerja keuangan perusahaan tersebut (PSAK No.1 Paragraf
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah menyediakan informasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fungsi laporan keuangan berdasarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis
Lebih terperinciBAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan:
11 BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Komite Audit Berdasarkan KEP-29/PM/2004 peraturan nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, terdapat beberapa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan hasil kinerja perusahaan. Tujuan akuntansi secara keseluruhan adalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi adalah sebuah aktifitas jasa, dimana fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, terutama informasi mengenai posisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data kuantitatif atas semua transaksi yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam periode tertentu.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Semua data dapat diperoleh dari situs resmi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Data dan Sampel Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Semua data dapat diperoleh dari situs
Lebih terperinci10/10/2009 ARIERAHAYU@GMAIL.COM MODEL JONES 1991. Paper Deskriptif arierahayu
10/10/2009 ARIERAHAYU@GMAIL.COM MODEL JONES 1991 Paper Deskriptif arierahayu MODEL JONES 1991 Jones mengembangkan model pengestimasi akrual diskresioner untuk mendeteksi manipulasi laba Jones 1991 1 yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kinerja keuangan entitas. Laporan keuangan menunjukkan hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas. Laporan keuangan menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk mengambil
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang diperlukan tersebut diantaranya berupa laporan keuangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Laporan Tahunan Perusahaan Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan keuangan emiten dalam jangka waktu satu tahun. Termasuk di dalam laporan
Lebih terperinciRECASTING LAPORAN KEUANGAN. Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
RECASTING LAPORAN KEUANGAN Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Recasting Recasting adalah proses untuk menyesuaikan atau menyusun ulang laporan keuangan. Kegiatan ini dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No.1, revisi 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan membantu para pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No.1, revisi 2009). Salah satu instrumen keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (judgement) dalam pelaporan keuangan, sehingga dapat menyesatkan stakeholders
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Distorsi akuntansi merupakan penyimpangan dari informasi yang dilaporkan pada laporan keuangan terhadap realitas usaha sebenarnya. Distorsi ini timbul dari sifat akuntansi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II A. Landasan Teoritis TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori sinyal (Signaling Theory) Teori sinyal mengasumsikan bahwa informasi yang diterima oleh masingmasing pihak tidak sama. Atau dengan kata lain, teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana eksternal bagi perusahaan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana eksternal bagi perusahaan, dan juga sebagai salah satu alternatif investasi bagi para investor. Pasar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya akuntansi keuangan dan laporan keuangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya akuntansi keuangan dan laporan keuangan dimaksudkan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
Lebih terperinci@UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Analisis laporan keuangan berkaitan erat dengan bidang akuntansi. Akuntansi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Analisis laporan keuangan berkaitan erat dengan bidang akuntansi. Akuntansi dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan suatu perusahaan. Kondisi keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan praktisi maupun akademisi, khususnya peneliti akuntansi karena berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Setiap tahun perusahaan menerbitkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pihakpihak eksternal seperti : investor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penilaian yang tepat terhadap perusahaan merupakan hal yang wajar bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian penilaian tersebut biasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan harus dapat mengungkapkan kondisi perusahaan yang sebenarnya, sehingga akan bermanfaat bagi para pengguna laporan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan komponen terpenting yang dapat membantu pemegang saham dan calon investor dalam mengambilan keputusan. Laba merupakan selisih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Brigham Gapensi, 1996 dalam Natalia, 2010). Laporan keuangan merupakan. dan laporan arus kas (standar akuntansi keuangan no. 1).
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Maksimum profit atas produk atau jasa yang dihasilkan adalah harapan setiap perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang go public. Dividen merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membagikan dividen merupakan hal yang biasa dilakukan oleh perusahaan yang go public. Dividen merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan menyusun laporan keuangan sebagai bukti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap perusahaan menyusun laporan keuangan sebagai bukti pertanggungjawaban atas kinerja perusahaan dalam suatu periode. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
7 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Manajemen Laba 2.1.1. Definisi Manajemen Laba Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan
Lebih terperinciprofitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau pasar ekuitas (equity market) adalah tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu periode tersebut. Ada berbagai manfaat dalam menyajikan keuangan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi akuntansi untuk melihat kinerja keuangan dalam suatu perusahaan, para pengguna kepentingan membutuhkan laporan keuangan di perusahaan tersebut.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Menurut Jogiyanto (2000:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa : 1. Return realisasi (realized
Lebih terperinciKEMAMPUAN ARUS KAS DAN LABA DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS PERUSAHAAN
KEMAMPUAN ARUS KAS DAN LABA DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS PERUSAHAAN (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini meneliti tentang Corporate Governance, Kualitas Laba,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari peneliti untuk melakukan pengujian kembali yaitu: 2.1.1. Siswardika dan Sylvia (2012) Penelitian ini meneliti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keputusan. Salah satu bentuk informasi yang dibutuhkan oleh pihak yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan tempat terjadinya berbagai transaksi saham yang fair. Pasar modal sebagai sarana yang efektif dalam mempercepat pertumbuhan profitabilitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu beserta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Financial Accounting Standard Boards (FASB) dan International Accounting Standard Boards (IASB) menyatakan pelaporan keuangan bertujuan menyediakan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang cukup penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai
Lebih terperinciBAB III Metode Penelitian. Objek pada penelitian ini adalah manipulasi akrual, manipulasi real, dan
BAB III Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah manipulasi akrual, manipulasi real, dan pengungkapan pertanggung jawaban perusaaan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan UKDW. membutuhkannya. Konsep dari International Accounting Standars Board (IASB)
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Investor akan memerlukan laporan keuangan yang berguna dan berkualitas untuk melakukan investasi dalam suatu perusahaan. Laporan keuangan adalah informasi keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keputusan operasional taktis stratejik manajerial, alat prediksi kinerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis, antara lain sebagai alat penilai kinerja perusahaan, alat bantu pengambilan keputusan operasional
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) merupakan sebuah metode pengukuran nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatannya selama periode tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dua komponen akrual yang utama yaitu discretionary accrual dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen. Dalam akuntansi terdapat dua
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
9 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pesinyal (Signalling Theory) Signalling theory menekankan bahwa pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Laba Menurut Ujiyantho dan Bambang (2007), laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN. penelitian. Bagian ini diakhiri dengan menyajikan keterbatasan penelitian dan
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN Bagian terakhir penelitian ini menyajikan simpulan penelitian, implikasi penelitian yang meliputi implikasi teoritis dan implikasi praktik dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja perusahaan menjadi hal yang penting bagi kelangsungan perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan menjadi hal yang penting bagi kelangsungan perusahaan agar dapat bertahan dan semakin berkembang. Perusahaan dengan kinerja keuangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan ekonomik negara adalah alokasi sumber daya ekonomik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan ekonomik negara adalah alokasi sumber daya ekonomik (alam, manusia, dan keuangan) secara efektif dan efisien untuk mencapai tingkat kemakmuran masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas informasi laba merupakan hal yang sangat penting dari produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas informasi laba merupakan hal yang sangat penting dari produk pelaporan keuangan yang terkandung didalam laba perusahaan yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang rumusan masalah yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai beberapa alternatif sumber pendanaan untuk membiayai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan mempunyai beberapa alternatif sumber pendanaan untuk membiayai kegiatan operasional dan ekspansi. Salah satu cara bagi perusahaan yang sedang berkembang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis laporan keuangan Laporan keuangan merupakan dasar menyediakan banyak informasi yang diperlukan para pemakai untuk membuat keputusan ekonomis sehubungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan yang berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan) Teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai kepentingan yang berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan agent) umumnya mempunyai kepentingan yang berbeda. Hal ini menyebabkan munculnya hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pangsa pasar yang besar. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, semua perusahaan bersaing ketat untuk memperoleh keuntungan dan pangsa pasar yang besar. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mampu mengembangkan
Lebih terperincidibuat oleh perusahaan disajikan sebagai informasi yang menyangkut posisi keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dunia perekonomian yang global, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan disajikan sebagai informasi yang menyangkut posisi keuangan perusahaan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan usaha. Dalam mengembangkan usaha akan membutuhkan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan mendorong perusahaan melakukan pengembangan usaha. Dalam mengembangkan usaha akan membutuhkan tambahan dana, baik yang berasal dari pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan merupakan sarana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan merupakan sarana utama untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) menyebutkan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke waktu. Perkembangan pasar modal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya perusahaan yang ingin go public.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk menampilkan performa terbaik dari perusahaan yang dipimpinnya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana alternative
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan Menurut PSAK no. 1, tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kuat dalam disiplin keuangan dan akuntansi (Abdullah, 2001). Teori keagenan menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks harga saham merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal menurut Husnan (2003:3) dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts No.1 tujuan pertama laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Statement of Financial Accounting Concepts No.1 tujuan pertama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna kepada investor, kreditor, calon investor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting di dalam kegiatan perekonomian sehingga efektivitas pasar modal seringkali dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu
Lebih terperinciKUALITAS PENGUNGKAPAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DI INDUSTRI KEUANGAN DAN PERANNYA DALAM MENGURANGI ASIMETRI INFORMASI
KUALITAS PENGUNGKAPAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DI INDUSTRI KEUANGAN DAN PERANNYA DALAM MENGURANGI ASIMETRI INFORMASI Muhammad Yufansa Eko Suprapto Syvia Veronica Siregar (Departemen Akuntansi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang digunakan untuk menyediakan berbagai keterangan mengenai data ekonomi. Keterangan ini disediakan untuk siapa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pasar modal merupakan sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Syarat utama yang diinginkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengungkapan yang sifatnya wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor, kreditur,
Lebih terperinciBab II. Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada hakekatnya adalah hasil dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi berterima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil dari kegiatan operasional yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil dari kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun eksternal perusahaan. Publikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan
Lebih terperinciAnalisa Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Volatilitas Penjualan, Tingkat Hutang, Book Tax Gap, dan Tata Kelola Perusahaan Terhadap Persistensi Laba
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 4, NO.1, 2014 Analisa Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Volatilitas Penjualan, Tingkat Hutang, Book Tax Gap, dan Tata Kelola Perusahaan Terhadap Persistensi Laba Briliana Kusuma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informas-informasi dalam laporan keuangan dengan
Lebih terperinciMANAJEMEN LABA AKRUAL, MANAJEMEN LABA RIIL, DAN BIAYA MODAL
MANAJEMEN LABA AKRUAL, MANAJEMEN LABA RIIL, DAN BIAYA MODAL Cut Naila Febrininta Sylvia Veronica Siregar Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424 Surel: cutnaila.febrininta@gmail.com Abstrak: Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan dapat memberikan informasi kepada para. investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Ltar Belakang Masalah Laporan keuangan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Informasi
Lebih terperinciANALISIS PENGATURAN LABA ( EARNINGS MANAGEMENT
ANALISIS PENGATURAN LABA ( EARNINGS MANAGEMENT ) UNTUK MENGHINDARI KERUGIAN PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA: DETEKSI BERDASARKAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sebagai principal dan pihak manajemen sebagai agent. Pihak principal selaku
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan mengenai hubungan antara pemegang saham sebagai principal dan pihak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Informasi Akuntansi Informasi akuntansi adalah informasi yang dihasilkan oleh akuntansi. Akuntansi adalah sebuah sistem yang mengukur aktifitas perusahaan, memproses informasi
Lebih terperinci