BAB II PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK MENURUT ALIRAN KONVERGENSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK MENURUT ALIRAN KONVERGENSI"

Transkripsi

1 BAB II PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK MENURUT ALIRAN KONVERGENSI A. Pengertian dan Latar Belakang Lahirnya Teori Konvergensi 1. Pengertian Teori Konvergensi Jamaludin Darwis mendefinisikan teori konvergensi secara bahasa yaitu berasal dari bahasa Inggris dari kata verge yang artinya menyatu,.mendapat awalan con yang artinya menyertai, dan mendapat akhiran ance sebagai pembentuk kata benda. Sedangkan secara istilah konvergensi mengandung arti perpaduan antara entitas luar dan dalam, yaitu antara lingkungan sosial dan hereditas. 1 kamus Inggris Convergence yang artinya pertemuan pada satu titik. 2 dalam kamus psikologi yang dimaksud aliran konvergensi adalah interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam proses perkembangan tingkah laku. 3 Sumadi Surya Brata menegaskan tentang teori konvergensi yaitu bahwa di dalam perkembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan memainkan peranan penting, bakat kemungkinan telah ada pada masing-masing individu; akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang. 4 Jadi Menurut aliran ini, hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan dari faktor lingkungan. Sebaliknya, rangsangan lingkungan tidak akan membina perkembangan tingkah laku baik tanpa didasari oleh faktor hereditas. Penentuan kepribadian seseorang 1 Jamaluddin Darwis, Bimbingan Skripsi, Tgl, John M. Echols, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,1992), Cet. XX hlm J.P. Chaplin,Kamus Lengkap Psikologi, Penerj, Kartini Kartono,(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), Cet. IX, hlm Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1998), Cet. V. hlm,

2 15 ditentukan oleh kerja yang integral (potensi bawaan) maupun faktor eksternal (lingkungan). Teori konvergensi ini dipelopori oleh William Lois Stern ( ), Stern adalah salah satu pelopor dari psikologi modern dan perannya terletak dalam kemampuannya untuk menyatukan teori-teori yang saling bertentangan untuk menerangkan tingkah laku, yaitu antara aliran nativisme dan aliran empirisme. Beliau lahir di Jerman di kota Berlin pada tanggal 29 April tetapi meninggal di Amerika Serikat yaitu di Durham, North California pada tanggal 27 Maret Latar Belakang Lahirnya Teori Konvergensi Aliran konvergensi lahir dikarenakan adanya perbedaan pendapat tentang dua faktor yang mempengaruhi perkembangan akhlak anak, yaitu faktor hereditas (keturunan) dan Milliu (lingkungan). Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan lain-lainya, memikirkan dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan: perkembangan manusia itu bergantung kepada pembawaan ataukah lingkungan? Atau dengan kata lain dalam perkembangan anak muda hingga menjadi dewasa dibawa dari keturunan (pembawaan) ataukah pengaruh-pengaruh lingkungan? maka dari dua faktor itu timbul tiga aliran, yaitu: a. Aliran Nativisme Teori nativisme berasal dari kata natis = lahir, nativus = kelahiran, pembaharuan. 6 Teori nativisme menyatakan bahwa perkembangan sematamata ditentukan oleh pembawaan yaitu pembawaan yang dibawa sejak lahir. 7 Para tokoh teori ini berpendapat bahwa seluruh kehidupan manusia ditentukan perkembangannya oleh potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Apakah seseorang itu akan menjadi dokter, jenderal atau pengemis, 5 Sarlito Wirawan Sarwono, op. cit., hlm J.P. Chaplin, op. cit., hlm Siti Partini Suardiman, SU. Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: 1990), hlm. 15.

3 16 semuanya sudah ditentukan sejak lahir, yaitu sesuai dengan pembawaanpembawaan manusia sejak lahir. Hasil akhir perkembangan tingkah laku dan pendidikan manusia ditentukan oleh pembawaan dari lahir. Pembawaan itu ada yang baik dan ada yang tidak baik, oleh karena itu manusia akan berkembang dengan pembawaan baik maupun pembawaan tidak baik yang dia beri sejak lahir. Lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan itu, maka banyak kalangan menyebutkan teori ini disebut teori pesimis (tidak ada ikhtiar dalam berkembang). Teori ini dipelopori oleh Schopenhauer (seorang folosof Bangsa Jerman). Berdasarkan hal tersebut nativisme tidak dapat diterima secara penuh, artinya teori ini tidak mampu menerangkan kejadian-kejadian didalam masyarakat, atau dengan kata lain teori nativisme berat sebelah. b. Aliran Naturalisme Naturalisme berasal dari bahasa latin dari kata nature artinya, alam, tabiat. Dan pembawaan, aliran ini juga dinamakan negativisme ialah aliran yang meragukan pendidikan untuk perkembangan seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik. 8 Menurut Ngalim Purwanto aliran Naturalisme adalah pada hakekatnya semua anak (manusia) sejak dilahirkan adalah baik. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengaruh pendidikan itu baik, akan menjadi baiklah ia; akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. 9 Jadi aliran ini hampir mirip dengan nativisme, bahwa perkembangan anak (manusia) itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir; pembawaan yang terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya. 8 Zahara Idris, op, cit., hlm Ngalim Purwanto, op, cit., hlm. 59.

4 17 Pelopor aliran ini adalah J. J Rousseu seorang naturalis filosuf bangsa Perancis yang hidup dalam tahun dia berpendapat bahwa semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari tangan Sang Pencipta, tetapi semua menjadi rusak di tangan manusia. Oleh karena itu, sebagai pendidik Rousseau mengajukan pendidikan alam artinya, anak hendaklah dibiarkan tumbuh berkembang sendiri menurut alamnya; manusia atau masyarakat jangan banyak menyampurinya. 10 Jadi prilaku anak jika baik itu semata-mata hanya dari Tuhan, dan jika prilaku anak itu buruk disebabkan oleh manusianya itu sendiri yang tidak bisa menjaga amanah dari Tuhan, berupa potenai baik yang dibawa sejak lahir. c. Aliran Empirisme Teori empirisme berasal dari kata empiris = pengalaman. 11 Jadi teori ini mempunyai maksud bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung kepada faktor lingkungan saja. Aliran empirisme ini mengasumsikan bahwa anak yang baru lahir itu seperti kertas yang masih bersih (tabularasa). Sehingga perkembangan anak itu, baik buruknya ditentukan oleh faktor lingkungan saja, sedangkan faktor bawaan tidak berpengaruh. 12 Jadi lingkungan di mana anak itu hidup adalah faktor terpenting yang membentuk kepribadian anak tersebut. John locke ( ), tokoh empirisme yang pertama, mengatakan bahwa jiwa manusia waktu lahir adalah putih bersih bagaikan kertas yang belum ditulis atau bagaikan tabula rasa ( arti harfiahnya ; papan lilin). Akan menjadi apakah orang itu kelak, sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman apakah yang akan mengisi tabula rasa tersebut. 10 Ngalim Purwanto. op, cit. hlm Ibid., hlm Ibid., hlm.18.

5 18 Seorang tokoh empirisme lainnya, yang kemudian mendirikan aliran behaviorisme, John B. Watson (antara 1908 sampai 1920) terkenal dengan semboyannya yang berikut ini : berikan kepadaku sepuluh orang anak, akan kujadikan kesepuluh orang anak itu masingmasing menjadi pengemis, pedagang, sarjana dan sebagainya sesuai dengan kehendakku. Jadi menurut Watson, karena jiwa manusia waktu lahir masih bersih, maka untuk menjadikan manusia itu sesuai dengan yang dikehendaki, kepada orang itu tinggal diberikan lingkungan dan pengalaman-pengalaman yang diperlukan. Aliran empirisme ini ternyata tidak tahan uji, dalam arti aliran ini tidak dapat menjawab masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat, hal ini di contohkan dalam kehidupan sehari-hari perlakuan dalam proses pendidikan yang kita ajarkan kepada murid satu kelas, dengan lingkungan yang sama tetapi tingkat pemahaman anak terhadap materi yang kita ajarkan itu berbeda-beda. d. Konvergensi Aliran konvergensi adalah aliran yang menggabungkan dua aliran di atas (Nativisme dan Empirisme), Konvergensi adalah interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam proses perkembangan tingkah laku. 13 Menurut aliran ini hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan dari faktor lingkungan, sebaliknya rangsangan dari lingkungan tidak akan membina perkembangan tingkah laku anak yang idial tanpa di pengaruhi oleh faktor hereditas. Tokoh teori ini adalah William Lois Stern (1938), ada beberapa percobaan untuk memperkuat teori ini yaitu : 13 C.P. Chaplin, op., cit., hlm. 112

6 19 1) Dua anak kembar identik, yang mempunyai bakat yang persis sama, didikan dan dibesarkan dalam keluarga dengan lingkungan yang berbeda, akan mengembangkan sifat-sifat yang juga berbeda. 2) Seorang dengan taraf kecerdasan yang tergolong terbelakang, diberi didikan yang sistematis untuk menguasai pelajaran-pelajaran sekolah menengah. Sampai akhir percobaan itu, orang tersebut tidak menunjukkan kemajuan berarti. Terbukti dari kedua percobaan di atas bahwa lingkungan ada pengaruhnya terhadap perkembangan seseorang, tetapi dalam batas pembawaan yang ada. Pada intinya bahwa lingkungan dan pembawan sama-sama berpengaruh terhadap perkembangan seseorang. Hal tersebut dibenarkan oleh Abdul Mujib bahwa penentuan kepribadian seseorang ditentukan oleh kerja yang integral antara faktor internal (potensi bawaan) maupun faktor eksternal (lingkungan pendidikan). 14 B. Pengertian Akhlak Menurut Teori Konvergensi Didalam teori konvergensi ilmu akhlak disebut juga dengan istilah personalistik (ilmu kepribadian). Hal tersebut dibenarkan oleh Jalaluddin yang mengatakan bahwa seluruh sikap dan tingkah laku seseorang baik lahiriah maupun batiniah, itu dinamakan personality. 15 Di dalam personalistik (ilmu kepribadian) W. Stern ini mempunyai tiga arti, yaitu: 1. personalistik adalah ilmu pengetahuan yang menjadi dasar untuk mempelajari manusia, misalnya; ilmu jiwa, ilmu tubuh dan ilmu hayat. 2. personalistik adalah ilmu pengetahuan tentang pribadi, yang netral. Artinya yang tak terkena oleh perbedaan antara tubuh dan 14 Abdul Mujib et,al., Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet I, 2001), hlm Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan Pemikirannya. (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994), Cet, I, hlm. 91.

7 20 jiwa. Dan 3. personalistik adalah ilmu jiwa pengalaman. Sebab segala sesuatu yang metafisis dikesampingkan. 16 William Lois Stern mengemukakan kepribadian (akhlak) merupakan gambaran totaliotas yang penuh arti dalam diri seseorang yang ditujukan kepada suatu tujuan tertentu secara bebas. 17 Dalam pengertian yang lebih rinci William Stern mengemukakan kepribadian (akhlak) adalah suatu kesatuan banyak (unita multicomplex) yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus seseorang yang bebas menentukan dirinya sendiri. Ada tiga hal yang menjadi ciri khas kepribadian (akhlak) itu, yakni: a) Kesatuan yang banyak, terdiri atas unsur-unsur yang banyak dan tersusun secara berjenjang dari unsur yang berfungsi tinggi ke unsur yang berfungsi rendah. b) Bertujuan, untuk mempertahankan diri dan mengembangkan diri. c) Individualitas, merdeka untuk menentukan diri sendiri secara luar sadar. 18 Jadi yang dimaksud dengan person (kepribadian) adalah suatu kesatuan yang dapat menentukan diri sendiri dengan merdeka dan mempunyai dua tujuan, yakni mengembangkan diri dan mempertahankan diri. 19 Pendapat tersebut di perjelas oleh Samuel Soietoe bahwa kepribadian seseorang adalah suatu integrasi yang kompleks dari proses kognitif proses pengembangan sikap dan proses penilaian, proses dalam mempelajari berbagai peranan dan konsep diri, pengembangan pada tingkah laku yang spesifik dan pengintegrasiannya dengan kepribadian seseorang terjadi melalui proses sosialisasi. 20 Sedangkan yang dimaksud konsep diri di atas adalah serangkaian kesimpulan yang diambil seseorang tentang dirinya berdasarkan pengalaman baik secara langsung (contoh, anak mengetahui kelebihan berfikirnya diri sendiri) maupun tidak langsung 16 Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta : Aksara Baru, 1983), Cet. IV, hlm Jalaludin, op. cit., hlm Ibid 19 Agus Sujanto, op. cit., hlm Samuel Seito, Psikologi Pendidikan (mengutamakan segi-segi perkembangan), (Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi U I, 1994), Jilid. II, hlm. 64.

8 21 (contoh, anak didik diberi tahu tentang terjadinya gelombang tsunami oleh gurunya). 21 Yang dimaksud kepribadian (akhlak) dalam teori konvergensi adalah semua tindakan seseorang yang dapat membentuk suatu karakter atau prilaku yang mandiri (tanpa paksaan), yang bertujuan mengembangkan diri artinya semua tindakan seseorang yang muncul adalah hasil pemikiran manusia terlebih dahulu kemudian di wujudkan dengan prilaku; dan mempertahankan diri artinya orang tersebut dapat mempunyai prinsip prilaku yang kuat di dalam lingkungan kehidupannya. Perkembangan kepribadian seseorang berjalan terus sepanjang hidupnya, hasil pelajaran dari pengalaman yang lalu menjadi dasar untuk perkembangan kepribadian selanjutnya. Masalah kepribadian dalam psikologi, kepribadian berarti pola tingkah laku seseorang yang unik, terintegrasi dan terorganisir. Pola tingkah laku itu meliputi pandangan seseorang terhadap dunia, cita-citanya dan minatnya, apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, kemampuannya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Contohnya Memecahkan masalah yang dihadapinya, bagaimana perasaannya terhadap orang lain. C. Unsur-unsur pembentukan Akhlak menurut Teori Konvergensi 1. Faktor Pembawaan Pembawaan adalah seluruh potensi yang terdapat pada individu dan masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan. 22 Sementara menurut Ngalim Purwanto yang dimaksud pembawaan adalah seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangan benar-benar dapat diwujudkan. 23 Menurut Silverstone yang disiter oleh Alisuf Sabri, dalam bahsa inggris dikatakan The term heredity is used to discribe those characteristics and growth 21 Samuel Soeito, op. cit., hlm Ahmad Mudzakir, et. al., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Setia, 1995), hlm Ngalim Purwanto, op. cit., hlm. 69.

9 22 patterns that are biologically transmitted from parent to child. 24 Artinya ialah hereditas digunakan untuk menerangkan karakter-karakter dan bentukbentuk perkembangan biologi yang diturunkan dari orang tua anak. Manusia itu sejak dilahirkan telah mempunyai kesanggupan untuk dapat berjalan, potensi untuk berkata-kata dan lain-lain. Potensi yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tentu saja tidak begitu saja dapat diwujudkan. Untuk dapat diwujudkan menjadi sebuah kenyataan, potensipotensi tersebut harus mengalami perkembangan serta membutuhkan latihanlatihan. Tiap potensi mempunyai masa kematangan sendiri-sendiri. Hanya dengan memperhatikan prestasi-prestasi, bentuk wataknya dan tingkahlaku orang individu sajalah kita dapat mengambil kesimpulan tentang suatu pembawaan yang tertentu yang ada pada individu itu. Itulah sebabnya dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan orang mengartikan pembawaan itu adalah kesanggupan-kesanggupan untuk mencapai prestasi yang tinggi. Seorang anak dikatakan mempunyai akhlak yang baik, jika ia telah menunjukkan kemampuannya dalam bersosialisasi dengan lingkungannya, misalnya anak tersebut dapat menghormatri dengan orang yang lebih dewasa. Pembawaan atau keturunan terkandung dalam sel benih, yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan. Jadi setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa hereditas tertentu, ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak kedua orang tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik dan psikis (sifat-sifat mental). Hereditas atau keturunan merupakan aspek-aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang serta merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. I, hlm Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Rosida Karya, 2001), hlm. 31.

10 23 Menurut Ngalim Purwanto ada beberapa macam pembawaan dalam diri manusia diantaranya: a. Pembawaan Jenis. Manusia ketika dilahirkan telah memilki pembawaan jenis yaitu jenis manusia yang mengenal bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelegensinya, ingatannya dan lain sebagainya, yang masingmasing individu ciri khas yang berbeda-beda. b. Pembawaan Ras. 26 Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat bermacammacam perbedaan termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras misalnya ras Indo German, ras Mongolia dan lain sebagainya. c. Pembawaan Jenis Kelamin. Setiap manusia normal yang dilahirkan telah membawa jenis kelaminnya masing-masing yaitu baik laki-laki maupun perempuan. d. Pembawaan Perseorangan. Tiap-tiap orang memiliki pembawaan yang bersifat individu (pembawaan perseorangan) yang unik, dan setiap individu meskipun bersamaan ras atau jenis kelaminnya yang masing-masing mempunyai perbedaan, watak, intelegensi, sifat-sifat dan sebagainya yang berbedabeda dan pembawaan perseorangan pada tiap orang itu berbeda-beda Faktor Lingkungan Istilah lingkungan dapat juga disebut dengan istilah Environment, yang mempunyai arti segala sesuatu yang ada sekitar anak baik berupa bendabenda, peristiwa yang terjadi mupun kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat terhadap anak, dan lingkungan di mana anak-anak 26 Di dalam Ensiklopedi Agama dan Filsafat menerangkan bahwa yang dimaksud ras adalah golongan manusia yang jelas sekali memiliki kemiripan satu dengan yang lainnya, dan nyata berbeda dengan jenis lainnya, tak peduli bahasa dan adat. 27 Ngalim Purwanto, op. cit., hlm. 70.

11 24 bergaul sehari-hari. 28 Samuel Soeito mengatakan bahwa lingkungan adalah alam sekitar tempat manusia hidup dan dalam hubungannya dengan alam sekitar tersebut orang yang bersangkutan menunjukkan reaksi. 29 Sejak anak dilahirkan bahkan ketika anak masih di dalam kandungan, anak sudah mendapatkan pengaruh dari sekitarnya, misalnya jumlah makanan yang diterimanya, keadaan lingkungannya dan semua kondisi lingkungan baik yang bersifat membantu pertumbuhan maupun lingkungan yang bersifat menghambat pertumbuhan. Lingkungan (milliu) mempunyai peranan yang sangat penting terhadap pembentukan akhlak anak, lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif dan pengaruh yang negatif terhadap pembentukan akhlak anak. Pengaruh positif dari lingkungan yang baik di dalamnya terdapat sarana dan prasarana yang memadai seperti, masjid (tempat ibadah), sekolah dan lain sebagainya yang didukung oleh kondisi kondisi yang tertib dan rapi. Dan sebaliknya lingkungan kondisi yang masyarakatnya tinggal di kawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi di bawah rata-rata dan tanpa ada fasilitas umum seperti masjid, sekolah dan fasilitas umum yang lainnya, lingkungan seperti inilah yang menimbulkan pengaruh negatif bagi pembentukan akhlak anak. Di dalam buku Psikologi perkembangan lingkungan yang berpengaruh terhadap pembentukan akhlak itu di bagi menjadi tiga kelompok 30 : a. Lingkungan rumah Tingkah-tingkah-laku anak tidak hanya dipengaruhi oleh bagaimana sikap-sikap orang yang berada di dalam rumah itu, melainkan juga bagaimana mereka mengadakan atau melakukan hubungan-hubungan dengan orang-orang di luar rumah. Dalam hal ini peranan orang tua penting sekali untuk mengetahui apa-apa yang dibutuhkan si anak dalam 28 Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: IKIP, 1984), hlm Samuel Soeito, op. cit., hlm Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Gunung Mulia, 1995), hlm

12 25 rangka perkembangan nilai-nilai akhlak si anak, serta bagaimana orang tua ini dapat memenuhinya. Pentingnya peranan lingkungan rumah, kususnya peranan keluarga terhadap perkembangan akhlak anak dapat disingkat sebagai berikut : 1) Tingkah laku orang di dalam rumah (ortang tua, saudara, atau orang lain yang tinggal serumah) berlaku sebagai suatu model kelakuan bagi anak melalui peniruan yang diamatinya. 2) Melalui pelarangan-pelarangan terhadap perbuatan yang tidak baik, atau anjuran untuk melakukan perbuatan yang baik. Sehingga anak tersebut dengan tidak sengaja akan megetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang tidak baik. 3) Anggota-anggota keluarga di dalam rumah dapat berbuat banyak untuk menimbulkan pengertian-pengertian dan kehendak-kehendak agar anak selalu cenderung untuk melakukan hal yang baik. b. Lingkungan sekolah Corak hubungan antara murid dengan guru atau murid dengan murid, banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilai moreol yang masih perlu mengalami perubahan-perubahan. Type guru yang keras mungkin menyebabkan sikap-sikap rendah diri pada si anak, akan tetapi sikap tersebut akan berubah manakala anak tersebut menemukan guru yang demokratis. Kepribadian yang dipancarkan oleh guru dapat menjadi tokoh yang dikagumi, dan karena itulah timbul hasrat peniruan terhadap sebagain atau keseluruhan tingkahlaku guru tersebut. c. Lingkungan teman-teman sebaya Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan lebih luas untuk mengadakan hubungan dengan teman-teman bermain sebaya, sekalipun kenyataanya perbedaan umur yang relatif lebih besar tidak menjadi sebab tidak adanya kemungkinan melakukan hubunganhubungan dalam suasana bermain.

13 26 Anak yang bertindak langsung atau tidak langsung sebagai pemimpin, atau yang menunjukkan ciri-ciri kepemimpinan dengan sikap menguasai teman-temannya, akan besar pengaruhnya terhadap pola-pola sikap atau pola kepribadianya. D. Pembentukan Akhlak menurut Teori Konvergensi Pendapat william Lois Stern yang disitir oleh agus sujanto dikatakan bahwa faktor-faktor dari dalam atau dari luar saja tidak dapat menunjukkan adanya suatu pribadi tertentu yang bulat. Seperti contoh telah terjadi bagaimana kehidupan anak yang sejak kecil yang dibesarkan oleh binatang, anak itu hanya dapat bertingkah laku seperti apa yang ditingkah lakukan oleh binatang-binatang itu saja, sedang pembawaan-pembawaannya yang spesifik sebagai manusia tidak dapat berkembang sama sekali. Juga banyak sekali terjadi anak-anak yang kembar dari satu telur, mempunyai sifat-sifat berlainan. 31 Jadi pembentukan kepribadian (akhlak) anak itu dunia luar (lingkungan anak tinggal) dan dalam (pembawaan atau keturuinan), kedua faktor itu konvergerend, dan darinya timbulah anak yang mempunyai tingkahlaku tertentu, yang lain sekali dengan orang lain. Di dalam aliran Konvergensi ini konsep pembentukan akhlak anak dapat diterangkan bahwa, seorang yang akan menginginkan anaknya mempunyai akhlak baik, orang tersebut (pelaku perencana pembentuk akhlak) harus mempersiapkan dua faktor yang terpenting yaitu, faktor lingkungan dan faktor keturunan. Hereditas (keturunan) adalah pewarisan sifat-sifat fisik dan psikologis serta pola-pola pertumbuhan lainnya yang secara biologis diwarisi oleh setiap anak dari kedua orang tuanya melalui proses genetis. Maka hereditas (keturunan) dapat dikatakan sebagai potensi-potensi yang dibawa setiap individu ketika lahir yang merupakan warisan dari orang tuanya 31 Agus Sujanto, op. cit., hlm. 222.

14 27 Unsur-unsur hereditas (keturunan) yang berupa potensi-potensi fisik dan mental psikologis itu dalam proses pembentukan akhlak akan berfungsi sebagai faktor dasar atau bahan yang akan mempengaruhi dalam proses pembentukan akhlak anak. Dalam proses pembentukan akhlak anak diperlukan bahan dasar sebab tanpa adanya bahan dasar itu maka pertumbuhan fisik atau perkembangan akhlak anak tidak akan terjadi. Tentunya makin baik potensi dasar yang yang dibawa anak maka diharapkan makin baik pula dalam proses pembentukan akhlak anak. Dan sebaliknya semakin jelek potensi dasar yang dibawa anak tentu dalam proses pembentukan akhlak anak akan mengalami kesulitan-kesulitan. Sedangkan lingkungan (milliu) dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ada di dalam maupun di luar diri individu yang bersifat mempengaruhi dalam proses pembentukan akhlak anak. Lingkungan ada dua yaitu lingkungan alam (natural enviorement) dan lingkungan sosial (social enviorement). Lingkungan alam meliputi : iklim, suhu, geografis, waktu pagi atau siang dan malam. Sedangkan lingkungan sosial meliputi : lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, organisasi dan lain-lain. Dalam proses pembentukan akhlak anak, lingkungan ini merupakan faktor terpenting setelah faktor hereditas. Tanpa adanya dukungan dari faktor lingkungan maka proses perkembangan dalam mewujudkan potensi pembawaan menjadi kemampuan nyata tidak akan terjadi. Oleh karena itu dalam proses pembentukan akhlak anak dapat dikatakan dengan istilah faktor ajar, yaitu faktor yang akan mempengaruhi perwujudan suatu akhlak yang baik maupun akhlak yang buruk, sebab dalam hal ini lingkungan dapat bersifat positif yang berarti pengaruhnya baik maka akan muncul akhlak yang baik pula. Sedangkan bersifat negatif berarti pengaruhnya jelek maka akan muncul akhlak yang jelek pula. Jadi konsep pembentukan akhlak anak yang ditawarkan oleh aliran konvergensi adalah konvergerend, yaitu anak yang mempunyai akhlak baik dia pasti keturunan maupun lingkungannya juga baik, sebab aliran ini berpendapat bahwa potensi sebaik apapun kalau tidak didukung dengan lingkungan yang

15 28 menunjang (baik), maka potensi itu tidak akan memunculkan hasil yang baik, dan sebaliknya lingkungan yang baik tapi potensi yang dibawa anak kurang baik maka hasilnya juga tidak bagus. M. Arifin menambahkan bahwa aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara kusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fithroh dan kecenderungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intentif melalui berbagai metode H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet, hlm. 113.

PENDAHULUAN PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

PENDAHULUAN PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN PENDAHULUAN PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kelompok 1 Pengantar Ilmu Pendidikan Oleh : 1. Abdul Karim K 5410001 2. Bhian Rangga JR K 5410012 3. Hendri Sulistiawan K

Lebih terperinci

A. ALIRAN KONVENSIONAL

A. ALIRAN KONVENSIONAL A. ALIRAN KONVENSIONAL Aliran konvensional merupakan pandangan atau pendapat yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan perkembangan manusia dan kepribadiannya 1. Empirisme Aliran ini berpandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asuh, asih, asah orang tua. Asuh adalah kebutuhan dasar pangan, sandang, papan,

BAB I PENDAHULUAN. asuh, asih, asah orang tua. Asuh adalah kebutuhan dasar pangan, sandang, papan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Tuhan untuk dipelihara dan dilindungi orang tua hingga didewasakan dan dilepaskan dari tanggung jawab orang tua. Anak adalah tunas bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN Sejauh mana peranan dan efektivitas pendidikan dalam pembinaan kepribadian manusia, para ahli tidak sama pandangannya. Secara fisiologis, pandangan pandangan tersimpul dalam teori teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru kepada muridnya sehingga diharapkan akan terwujudnya proses pembelajaran secara aktif demi

Lebih terperinci

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari Sejarah pendidikan Indonesia 1 Dyah Kumalasari PENDAHULUAN Francis Bacon Knowledge is power Pendidikan untuk Manusia.Sumber pokok kekuatan bagi manusia adalah Pengetahuaan. Mengapa...? Karena manusia dgn

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN II

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN II BAHAN AJAR PEMBELAJARAN II Nama Mata Kuliah Kode I SKS Waktu Pertemuan Pertemuan : Filsafat Pendidikan : FIF 342 / 3 SKS : 1 x pertemuan (1 x 1 50 menit) : III Tujuan Instruksional Umum 1. Umum : Setelah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEORI KONVERGENSI DAN RELEVENSINYA DENGAN HADIST NABI MUHAMMAD SAW TENTANG FITRAH MANUSIA

BAB IV ANALISIS TEORI KONVERGENSI DAN RELEVENSINYA DENGAN HADIST NABI MUHAMMAD SAW TENTANG FITRAH MANUSIA BAB IV ANALISIS TEORI KONVERGENSI DAN RELEVENSINYA DENGAN HADIST NABI MUHAMMAD SAW TENTANG FITRAH MANUSIA Pendidikan dalam kehidupan manusia, mempunyai peranan penting dalam rangka mentrasformasikan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan

Lebih terperinci

Psikologi Perkembangan

Psikologi Perkembangan Psikologi Perkembangan Ahmad Agung Y, M.PD Andi Thahir, M.A (PAI 2010) Pengertian Psikologi Perkembangan Psikologi perkembangan ialah suatu ilmu yang merupakan bagian dari psikologi. Dalam ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dikemudian hari. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan waktu kecil

BAB I PENDAHULUAN. anak dikemudian hari. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan waktu kecil BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan secara umum diawali dalam suatu keluarga, orang tua yang bertanggung jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya, karena pengaruh yang diterima

Lebih terperinci

KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN. Ismail Hasan

KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN. Ismail Hasan KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN Ismail Hasan A. Keharusan Pendidikan Anak di lahirkan dalam keadaan tidak berdaya (berbeda dengan binatang seperti; kura-kura, buaya, kambing, kera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL A. Konsep Manusia Dalam Berbagai Sudut Pandang Pencarian makna dan hakekat manusia dilakukan melalui berbagai pendekatan. Para filosuf memahami manusia

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI. Cut Venny Luciana TK ANNISA MEDAN

HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI. Cut Venny Luciana TK ANNISA MEDAN HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI Cut Venny Luciana lucianavenny@yahoo.co.id TK ANNISA MEDAN ABSTRAK Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

Lebih terperinci

MEMAHAMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMAHAMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK Artikel MEMAHAMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK Mardiya Selama ini kita sebagai orangtua masih menganggap anak sebagai harta yang tak ternilai harganya. Karena selain sebagai tempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB III TEORI KONVERGENSI

BAB III TEORI KONVERGENSI BAB III TEORI KONVERGENSI A. Latar Belakang Munculnya Teori Konvergensi Dalam ilmu psikologi sangat erat hubungannya dengan ilmu pendidikan, yaitu suatu pembawaan dan lingkungan. Soal pembawaan ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakat industri dan nantinya ke masyarakat informasi, dimana untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakat industri dan nantinya ke masyarakat informasi, dimana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT 1. PERTUMBUHAN INDIVIDU A. PENGERTIAN INDIVIDU Individu berasal dari kata latin, individuum artinya yang tidak terbagi. Jadi Individu merupakan suatu sebutan yang dipakai

Lebih terperinci

OLEH : NANDANG BUDIMAN

OLEH : NANDANG BUDIMAN OLEH : NANDANG BUDIMAN PERKEMBANGAN SEBAGAI BAGIAN PSIKOLOGI UMUM DARI PSIKOLOGI PSIKOLOGI INDUSTRI PSIKOLOGI KLINIS PSIKOLOGI WANITA PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI LAINNYA KONSEP

Lebih terperinci

Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des, INTERAKSI PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK BERPRESTASI Abd. Rahim Razaq

Jurnal PILAR, Vol. 2, No. 2, Juli-Des, INTERAKSI PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK BERPRESTASI Abd. Rahim Razaq INTERAKSI PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK BERPRESTASI Abd. Rahim Razaq Abstrak Rangkaian kegiatan komunikasi antara subjek didik, guru dan peserta didik. Komunikasi antara dua subjek ini dipengaruhi oleh berbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral, dalam arti fungsi-fungsi jiwanya saling mempengaruhi secara organik. Karenanya sepanjang perkembangannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial Penyesuaian sosial adalah sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di antaranya adalah masalah belajar. Permasalahan belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai asal sekolah, kemampuan Bahasa Inggris, serta pengertian belajar dan hasil belajar. A. Asal Sekolah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: SISKA

Lebih terperinci

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN Lingkungan Lingkungan menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sutau proses mendidik, membina, mengendalikan, mengawasi, memengaruhi, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan oleh para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan saat ini adalah pembangunan dibidang pendidikan, menyadari. kalangan pendidikan itu sendiri termasuk para guru.

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan saat ini adalah pembangunan dibidang pendidikan, menyadari. kalangan pendidikan itu sendiri termasuk para guru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang giat-giatnya dilakukan oleh bangsa saat ini adalah upaya membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya, baik mental, spiritual dan fisik material. Salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja 1. Pengertian Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu dari kata adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1980). Secara psikologis

Lebih terperinci

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL A. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU Individu, berasal dari kata in (tidak) dan divided (terbagi) - (B.Inggris), dan Individum tak terbagi (B.Latin).

Lebih terperinci

Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80

Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80 Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan dipahami secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan pendidik melalui bimbingan, pengajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. Secara filosofis dan historis pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar (pendidikan) adalah proses yang dimana seseorang diajarkan untuk bersikap setia dan taat juga pikirannya dibina dan dikembangkan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara. 1 Dalam mewujudkan kecerdasan bangsa yaitu dengan belajar, dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Persepsi Orang Tua terhadap Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan manusia, pendidikan mempunyai peran penting dalam usaha membentuk manusia yang berkualitas. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDIVIDU I. Dra. Aas Saomah, M.Si

PERKEMBANGAN INDIVIDU I. Dra. Aas Saomah, M.Si PERKEMBANGAN INDIVIDU I Dra. Aas Saomah, M.Si JENIS-JENIS PSIKOLOGI Psikologi Umum Psikologi Industri Psikologi Klinis Psikologi Wanita Psikologi Lintas Budaya Psikologi Perkembangan KONSEP DASAR PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah siswa. 1 Berdasarkan hasil observasi awal proses belajar mengajar (PBM) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan bangsa. Agar dapat cerdas perlu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman tak lepas dari perkembangan ilmu dan teknologi di berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : YUNITA AYU ARDHANI F 100 060

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ketuntasan belajar siswa. Moral merupakan nilai yang berlaku dalam suatu

I. PENDAHULUAN. ketuntasan belajar siswa. Moral merupakan nilai yang berlaku dalam suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terbentuknya moral yang baik merupakan salah satu keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan, hal ini didukung dengan adanya kurikulum 2013 yang menjadikan aspek

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatukan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap kebutuhan. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang tua. Tujuan utama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya manusia. Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu di dalam kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu sedini mungkin. Anak usia dini

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMK PGRI 2 CIMAHI

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMK PGRI 2 CIMAHI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan dimasa

Lebih terperinci

Peserta didik ilmu pendidikan. Ilmu Pendidikan PESERTA DIDIK

Peserta didik ilmu pendidikan. Ilmu Pendidikan PESERTA DIDIK Ilmu Pendidikan PESERTA DIDIK 1 PENGERTIAN PESERTA DIDIK Anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri lewat proses pendidikan Peserta didik merupakan sosok yang membutuhkan bantuan orang lain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada Allah SWT. Oleh karena ia memiliki keragaman kebutuhan yang. menghiasi dirinya yaitu pokok ajaran Islam yang meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. kepada Allah SWT. Oleh karena ia memiliki keragaman kebutuhan yang. menghiasi dirinya yaitu pokok ajaran Islam yang meliputi : 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai instituasi sosial mempunyai fungsi yang sangat penting untuk mengembangkan kebudayaan dan memajukan masyarakat dan bangsa. Dalam satu sisi dapatlah

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan agama seharusnya memang sejak dini sudah mulai diberikan kepada anak karena perkembangan jiwa anak telah mulai tumbuh sejak kecil, sesuai dengan fitrahnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan hewan. Hewan juga belajar tetapi lebih banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, oleh karena itu dibutuhkan tenaga - tenaga kerja yang terampil dan profesional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN MENGURUTKAN POLA WARNA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA BATANG ANAI.

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN MENGURUTKAN POLA WARNA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA BATANG ANAI. PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN MENGURUTKAN POLA WARNA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA BATANG ANAI Mahdalena Abstrak. Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat manusia sejak terbentuknya seorang manusia baru yakni sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki sampai menjadi tua, ia akan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan berbagai pihak yang terkait secara bersama-sama dan bersinergi

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan berbagai pihak yang terkait secara bersama-sama dan bersinergi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sarana untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Oleh karena itu pembangunan dalam bidang pendidikan harus melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang unik dan berkembang menjadi organisme yang segar dan siap untuk belajar mengenal dirinya sendiri. Mengenal diri yang di maksud adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah menggalangkan berbagai usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya dan hal ini ditempuh dengan secara bertahap dengan berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PENGANTAR PSIKOLOGI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PENGANTAR PSIKOLOGI PENGANTAR PSIKOLOGI A. PENGANTAR IDENTITAS 1. Data Pribadi a. Nama Dosen : Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I. b. NIP : 1196911291994031003 c. NIDN : 2029116901 d. Pangkat : IVa/Lektor Kepala e. Alamat Kantor

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari BAB V PEMBAHASAN Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari temuan sebelumnya dengan teori temuan saat penelitian. Menggabungkan antara pola-pola yang ada dalam teori sebelumnya dan

Lebih terperinci

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang unik, dimana anak selalu bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki potensi untuk belajar dan mampu mengekspresikan diri

Lebih terperinci

PERAN GURU PKN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS. Ambiro Puji Asmaroini, M.Pd Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

PERAN GURU PKN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS. Ambiro Puji Asmaroini, M.Pd Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK PERAN GURU PKN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS Ambiro Puji Asmaroini, M.Pd Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK Guru PKn merupakan guru yang mengajarkan tentang pendidikan karakter kepada siswanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan suatu kata majemuk yang terdiri dari kata prestasi dan belajar. Belajar adalah suatu aktivitas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk. mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk. mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan

Lebih terperinci

Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat 3

Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat 3 I PENDAHULUAN Manusia diciptakan Allah dalam struktur tubuh yang paling baik di antara makhluk lain. Manusia terdiri atas unsur jasmani dan rohani, atau unsur fisiologis dan psikologis. Dua struktur tersebut

Lebih terperinci

2015 D AMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT TAD JIMALELA TERHAD AP KEBUGARAN JASMANI D AN PERILAKU SOSIAL SISWA SMP NEGERI 1 CILEUNYI

2015 D AMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT TAD JIMALELA TERHAD AP KEBUGARAN JASMANI D AN PERILAKU SOSIAL SISWA SMP NEGERI 1 CILEUNYI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupan seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun masal sudah merupakan berita harian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi seperangkat ajaran tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dari persepsi siswa terhadap Bimbingan dan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dari persepsi siswa terhadap Bimbingan dan BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dari persepsi siswa terhadap Bimbingan dan Konseling di SMP Muhammadiyah 4 Banjarmasin dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Mayoritas siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dia pimpin memiliki tugas yang tidak ringan. Sebab baik buruknya lembaga. tersebut tidak lepas dari pengawasan kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dia pimpin memiliki tugas yang tidak ringan. Sebab baik buruknya lembaga. tersebut tidak lepas dari pengawasan kepala sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kepala sekolah sebagai penanggung jawab dalam lembaga pendidikan yang dia pimpin memiliki tugas yang tidak ringan. Sebab baik buruknya lembaga tersebut tidak

Lebih terperinci

Hukum Perkembangan. Mahasiswa mampu mendeskripsikan hukum hukum perkembangan. Indikator. tempo perkembangan. masa peka.

Hukum Perkembangan. Mahasiswa mampu mendeskripsikan hukum hukum perkembangan. Indikator. tempo perkembangan. masa peka. Perkembangan Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu mendeskripsikan hukum hukum perkembangan. Indikator Mahasiswa dapat menjelaskan tentang hukum konvergensi; Mahasiswa dapat menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, penyesuaian diri dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013 PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo Oleh : ISKANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pendidikan menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia benar -benar memperhatikan bidang pendidikan rakyatnya. Bukti lain yang menunjukkan adanya perhatian pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini terjadi pada setiap individu manusia sejak dalam kandungan, yaitu sejak terjadi pertemuan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin dipandang sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia, baik menyangkut aspek ruhaniah dan jasmaniah. Tidak heran bila suatu kematangan yang

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSI SOSIAL

BAB II INTERAKSI SOSIAL BAB II INTERAKSI SOSIAL A. Pengertian Barangkali sudah menjadi hukum alam yang tidak dapat kita pungkiri, bahwa kehidupan individu tidak akan lepas dari situasi lingkungannya. Tegasnya, individu itu tidak

Lebih terperinci

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Pendahuluan Oleh Dinar dan Ahmad Juanda: Latifa Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS 2010 FIS UNY Sejatinya pendidikan merupakan

Lebih terperinci