BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Definisi Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut hipertensi esensial atau sering disebut hipertensi primer. Beberapa para ahli menyebutkan istilah tersebut untuk membedakan hipertensi primer dengan hipertensi lainnya (Sudoyo, 2006). Hipertensi adalah tekanan darah yang persisten dimana tekanan sistoliknya140 mmhg ke atas dan tekanan diastoliknya 90 mmhg ke atas. Pengertian ini akan berbeda pada populasi lansia, dimana didefinisikan sebagai tekanan sistolik diatas 160 mmhg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmhg (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Price & Wilson (2006) Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah yang meningkat sedikitnya 140 mmhg untuk tekanan sistoliknya atau diatas 90 mmhg tekanan diastoliknya Klasifikasi Hipertensi The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) mengklasifikasikan hipertensi pada orang dewasa berusia diatas 18 tahun keatas menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat I, dan hipertensi derajat II. 9

2 10 Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7 Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7 Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik (mmhg) Takanan Darah Diastolik (mmhg) Normal <120 Dan < 80 Prahipertensi Atau Hipertensi Atau Derajat I Hipertensi 160 Atau 100 Derajat II Sumber: Sudoyo, Faktor Risiko Hipertensi Menurut Black dan Hawks (2005) ada dua faktor risiko yang memicu terjadinya hipertensi yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Kedua faktor tersebut akan dijelaskan dibawah ini: A. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi 1. Riwayat keluarga Orang yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi akan mempunyai risiko 4,04 kali menderita hipertensi dibandingkan orang yang tidak mempunyai riwayat hipertensi (Sugiharto, 2007 dalam Rahayu, 2012). 2. Umur Menurut penelitian yang dilakukan Rahayu (2012), risiko kejadian hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur, semakin bertambah umur seseorang, maka kejadian hipertensi semakin meningkat.

3 11 Hal ini dianalisis terjadi karena perubahan struktur dan fungsi kardiovaskuler. Seiring bertambahnya umur, dinding ventrikel kiri dan katub jantung akan menebal beserta elastisitas pembuluh darah berkurang. Kondisi ini yang membawa dampak peningkatan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. 3. Jenis kelamin Hasil penelitian dari Black & Izzo (2000) dalam Rahayu (2012) menyebutkan bahwa kejadian hipertensi lebih sering menyerang laki-laki dibandingkan perempuan pada usia dibawah 55 tahun dan akan sebanding ketika menginjak usia tahun. 4. Ras Berdasarkan hasil penelitian, orang yang berkulit hitam khususnya wanita akan berisiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi, hal ini dapat bertambah parah seiring dengan peningkatan berat badan dan kebiasaan olahraga (Lubis, 2011). B. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi 1. Stres Stres dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dan garam (Syaifuddin, 2002). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat merangsang

4 12 system rennin-angiotensin-aldosteron yang berpengaruh kuat terhadap pengaturan tekanan darah (Sudoyo, 2006). Zat lain yang disekresi dalam keadaan stress adalah katekolamin sehingga renin, angiotensin, dan aldosteron yang dihasilkan juga semakin meningkat. Peningkatan sekresi hormone tersebut berdampak pada peningkatan tekanan darah. 2. Obesitas Hasil peneltian menunjukkan orang yang mengalami obesitas mempunyai risiko 4,02 kali untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami obesitas (sugiharto, 2007 dalam Rahayu, 2012). Hasil penelitin yang didpatkan oleh rahayu (2012) juga menyebutkan bahwa obesitas signifikan memengaruhi kejadian hipertensi. Hal ini disebatkan oleh keadaan hiperinsulinemia pada keadaan obesitas yang dapat menyebabkan hipertrofi struktural pembuluh darah sehingga tahanan perifer meningkat (Sudoyo, 2006). 3. Nutrisi Nutrisi adalah faktor yang dapat dimodifiksi dalam mengendalikan hipertensi. Pola makan yang mengandung tinggi kalori, natrium dan lemak, tetapi rendah protein dapat meningkatkan tekanan darah. Diet tinggi sodium akan menstimulasi pengeluaran hormone natriuretik dan mekanisme vasopresor dalam system saraf pusat, yang akan berkontribusi pada peningkatan tekanan darah (Black & Hawks, 2005). Asupan garam berlebih juga dapat berpengaruh terhadap peningkatan volume

5 13 intravaskular yang secara langsung dapat menaikkan tekanan darah (Sudoyo, 2006). Penelitian yang dilakukan Sugiharto (2007) dalam Rahayu (2012) menyebutkan bahwa orang yang menkonsumsi makanan tinggi sodium (makanan asin) berisiko menderita hipertensi 3,95 kali dibandingkan orang yang mengkonsumsi makanan tinggi sodium. 4. Penggunaan zat Merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan obat-obatan adalah faktor risiko seseorang mengalami hipertensi. Nikotin yang terkandung dalam rokok dan obat-obatan seperti kokain dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba. Kafein juga mempunyai efek meningkatkan tekanan darah tetapi tidak secara terus menerus Mekanisme Fisiologis Pengaturan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Menurut Kowalak (2011), Hipertensi dapat terjadi akibat gangguan pada salah satu mekanisme intrinsik dibawah ini: 1. Sistem Renin-angiotensin Sistem renin-angiotensin bekerja untuk meningkatkan tekanan darah melalui beberapa mekanisme ini: Deplesi natrium, penurunan tekanan darah, dan dehidrasi menstimulasi pelepasan renin

6 14 Renin bereaksi dengan angiotensin yang merupakan enzim yang dihasilkan hati dan mengubahnya menjadi angiotensin I yang meningkatkan preload serta afterload Angiotensin I berubah menjadi angiotensin II di dalam paru-paru dimana angiotensin II merupakan vasokonstriktor poten yang target kerjanya adalah arteriol. Angiotensin II bekerja untuk meningkatkan preload dan afterload dengan menstimulasi korteks adrenal agar mensekresi aldosteron. Sekresi aldosteron ini meningkatkan volume darah dengan menahan natrium dan air 2. Autoregulasi Beberapa mekanisme intrinsik bekerja untuk mengubah diameter arteri untuk memertahankan perfusi jaringan dan organ sekalipun terjadi fluktuasi pada tekanan darah. Mekanisme ini meliputi relaksasi stres dan perpindahan cairan kapiler. Proses tersebut meliputi: Pada relaksasi stress, pembuluh darah secara perlahan berdilatasi untuk mengurangi resistensi perifer ketika terjadi peningkatan tekanan darah Pada perpindahan cairan kapiler, plasma mengalir antara pembuluh darah dan ruangan ekstravaskular untuk mempertahankan volume intravaskular 3. Sistem Saraf Simpatik Saat terjadi penurunan tekanan darah, baroreseptor dalam arkus aorta dan sinus karotikus akan mengurangi inhibisinya pada pusat vasomotor dalam

7 15 medulla oblongata. Peningkatan stimulasi saraf simpatik yang ditimbulkan oleh norepinefrin pada jantung akan meningkatkan curah jantung dengan menambah kekuatan kontraksi jantung sehingga terjadi peningkatan frekuensi jantung dan meningkatkan resistensi perifer karena vasokontriksi. Stres dapat pula menstimulasi system saraf simpatik untuk meningkatkan curah jantung dan resistensi vaskuler perifer. 4. Hormon Antidiuretik Pelepasan hormon antidiuretik dapat meregulasi hipotensi melalu peningkatan reabsorpsi air oleh ginjal. Dengan terjadinya reabsorpi, volume plasma darah meningkat maka akan terjadi kenaikan tekanan darah. Selain pengaturan oleh beberapa poin di atas terdapat faktor lain yang dapat mengatur tekanan darah pada pasien dengan hipertensi yaitu: 1. Disfungsi Edotel Sel edotel vaskuler mempunyai peranan penting dalam pengaturan kardiovaskuler dengan membentuk zat vasoaktif lokal yang kuat, termasuk molekul vasodilator oksida nitrogen (nitric oxide) dan peptida vasokinstriktor endotelin (Lumantobing, 2008) 2. Zat Vasoaktif Zat vasoaktif dikeluarkan dalam darah atau di dekat otot polos vaskuler. Zat ini membuat pembuluh darah menjadi vasokonstriksi atau vasodilatasi. Zatzat vasoaktif bisa berupa amino, peptide, protein, dan gas (Boron & Boulpaep, 2005).

8 Penatalaksanaan Hipertensi National Institutes of Health dalam Kowalak (2011) merekomendasikan pendekatan bertahap dalam penatalaksanaan hipertensi primer dibawah ini: Tahap I : Bantu klien untuk mulai mengubah gaya hidup sesuai yang diperlukan, meliputi penurunan berat badan, pengurangan asupan alkohol, latihan fisik secara teratur, pengurangan asupan garam, dan penghentian kebiasaan merokok. Tahap II : Jika tahap I tidak berhsil mencapai tekanan darah yang diinginkan atau belum mengalami kemajuan yang signifikan, lanjutkan modifikasi gaya hidup dan mulai terapi farmakologis. Terapi obat bersifat individu dan diarahkan oleh penyakit yang menyertai. Obat-obat yang sering dipai adalah preparat diuretic, inhibitor ACE, atau beta-bloker. Jika dengan obat-obat tersebut tidak efektif atau tidak bisa diterima, maka dapat digunakan antagonis kalsium, penyekat reseptor-alfa 1 atau penyekat alfabeta. Meskipun obat-obat ini terbukti menurunkan tekanan darah namun belum terbukti menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Tahap III: Jika klien tidak berhasil mencapai tekanan darah yang diinginkan atau tidak menunjukkan kemajuan yang berarti, tingkatkan dosis obat atau ganti obat yang sudah diberikan dengan obat pengganti dari golongan yang sama atau dapat ditambahkan obat dari golongan yang berbeda. Tahap IV: Jika klien tidak berhasil mencapai tekanan darah yang diinginkan atau tidak menunjukkan kemajuan yang berarti, tambahkan pengobatan dengan preparat kedua atau ketiga atau dengan preparat diuretic (jika

9 17 golongan ini belum diberikan). Preparat kedua atau ketiga yang diberikan adalah vasodilator, antagonis-alfa 1, antagonis neuron adrenernik yang kerjanya perifer, inhibitor ACE atau penghambat kanal kalsium. Sudoyo (2006) mengelompokkan terapi hipertensi terdiri dari farmakologis dan non farmokologis. Terapi non farmakologis harus dilakukan oleh semua penderita hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi faktor risiko penyakit penyerta lainnya. Penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis akan di jelaskan dibawah ini: a. Farmakologis Di bawah ini merupakan obat-obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7 (Sudoyo, 2006) 1. Diuretika 2. Beta Blocker 3. Calcium Channel Blocker 4. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor 5. Angiotensin II Receptor Blocker Setiap obat antihipertensi mempunyai efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihiertensi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: faktor sosio-ekonomi, profil faktor risiko kardiovaskular, ada tidaknya kerusakan organ target, ada tidaknya penyakit penyerta, variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi, kemungkinan adanya interaksi obat lain, kemampuan obat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular berdasarkan bukti ilmiah (Sudoyo, 2006)

10 18 b. Non farmakologis Terapi non farmakologis harus dilaksanakan oleh semua penderita hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah sesuai target dan mengendalikan faktor risiko dan mengatasi penyakit penyerta lainnya (Sudoyo, 2006). Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup dengan beberapa langkah dibawah ini: 1. Teknik Relaksasi Teknik relaksasi dapat menurunkan tekanan darah pada pasien yang menderita hipertensi (Black & Hawks, 2005). Contoh teknik relaksasi adalah relaksasi benson, yoga, meditasi, relaksasi otot progresif, dan psikoterapi. 2. Pengurangan Berat Badan Walaupun tidak semua orang gemuk menderita hipertensi, namun kegemukan dan hipertensi merupkan suatu yang berhubungan erat. Dengan menurunkan berat badan, walaupun belum mencapai berat badan normalnya akan membuat tekanan darah menurun. Untuk menurunkan berat badan, biasanya diberikan asupan kalori sebanyak kalori perhari (Sunardi, 2001). 3. Diet Rendah Garam Konsumsi garam di Indonesia pada umumnya cukup tinggi, yaitu diantara gram perhari atau setara dengan gram Na. Karena garam Na juga dibutuhkan oleh tubuh dan kebutuhan minimum dianjurkann 0,5 gr/

11 19 hari maka pada diit rendah garam dianjurkan mengkonsumsi lebih kurang 2 gram Na per hari (Sunardi, 2001). 4. Mengurangi Asupan Lemak Konsumsi lemak berlebihan dapat meningkatkan kejadian hiertensi, terutama pada asupan lemak jenuh dan kolesterol. Efek lemak ini menyebabkan peningkatan berat badan dan pembentukan kolesterol di pembuluh darah yang dapat menyebabkan hipertensi. Asupan lemak yang dianjurkan adalah 27% dari total energi dan <6% adalah jenis lemak jenuh (Ramayulis, 2010) 5. Olahraga Aktivitas aerobik yang teratur akan menjaga fungsi kardiovaskuler yang baik dan menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler. Tekanan darah dapat diturunkan mealui aktivitas fisik selama kurang lebih 30 menit, dua sampai tiga kali dalam seminggu (Bonow et al, 2008 dalam Rahayu, 2012). 6. Pengurangan Konsumsi Alkohol Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, hampir semua menjelaskan bahwa kebiasaan minum alcohol dengan takaran tinggi berpengaruh terhadap lonjakan tekanan darah. Sedangkan konsumsi alkohol dengan takaran sedang masih terjadi kontroversi (Kowalski, 2007)

12 20 7. Pengurangan Konsumsi Kafein Walaupun konsumsi kafein jangka pendek dapat meningkatkan tekanan darah, namun konsumsi kafein jangka panjang tidak memperlihatkan efek yang signifikan terhadap peningkatan tekanan darah. 8. Kurangi Merokok Nikotin dapat meningkatkan denyut jantung dan mengakibatkan vasokonstriksi perifer, yang akan meningkatkan tekanan darah arteri pada jangka waktu pendek, baik selama maupun setelah merokok (Black & Hawks, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Roslina dalam Rahayu (2012) menyatakan bahwa seorang perokok akan lebih berisiko mengalami hipertensi dibandingkan dengan seseorang yang bukan perokok Cara Pengukuran Tekanan Darah Tekanan darah adalah kekuatan lateral pada dinding pembuluh darah yang didorong oleh tekanan yang dihasilkan dari jantung. Aliran darah mengalir pada system sirkulasi karena adanya perbedaan tekanan. Darah mengalir dar daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi ke aorta. Puncak dari tekanan maksimum pada saat ejeksi terjadi adalah tekanan darah sistolik. Pada saat saat ventrikel relaksasi, darah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastolik atau minimum (Potter & Perry, 2005).

13 21 Guyton & Hall (2008) mendifinisikan tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh darah. Jika seseorang bertekanan darah 50 mmhg, hal ini berarti bahwa daya yang dihasilkan cukup untuk mendorong kolom air raksa melawan gravitasi sampai setinggi 50 mm, dan bila tekanan darah 120 mmhg, maka kolom air raksa akan terdorong setinggi 120 milimeter. Terkadang, tekanan dinyatakan dalam sentimeter air (cmh 2 O). Tekanan 10 cmh 2 O berarti bahwa tekanan cukup untuk menaikkan satu kolom air melawan gravitasi setinggi 1 sentimeter. Satu millimeter tekanan air raksa sama dengan 1,36 cm tekanan air krena berat jenis air raksa adalah 13,6 kali dari ar dan 1 sentimeter sama dengan 10 kali millimeter. Unit standar yang digunakan untuk pengukuran tekanan darah adalah millimeter air raksa (mmhg). Tekanan darah dicatat dengan pembacaan sistolik sebelum diastolik (misalnya 120/80 mmhg). Perbedaan tekanan sistolik dan diastolik disebut dengan takanan nadi, jika tekanan darah 120/80 mmhg maka tekanan nadinya adalah 40 (Potter & Perry, 2005). 2.2 Konsep Dasar Relaksasi Benson Definisi Relaksasi Benson Relaksasi adalah suatu bentuk latihan untuk mengurangi respon stress (Hartono, 2007). Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa pikiran/ tubuh intervensi seperti respon relaksasi dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan pada orang sehat dan melawan efek klinis yang merugikan dari stres dalam kondisi seperti hipertensi, kecemasan, diabetes dan penuaan (Benson,

14 ). Relaksasi benson adalah suatu teknik untuk mencapai respon relaksasi. Respon relaksasi ini dapat membawa seseorang dalam suatu keadaan mental yang tenang sehingga membuat tekanan darah turun, frekuensi nadi dan pernapasan turun, dan relaksasi otot-otot. Tehnik ini merupakan upaya untuk memusatkan perhatian pada suatu fokus dengan menyebut berulang-ulang kalimat ritual dan menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu. (Green & Setyawati, 2005). Prinsip dari pencapaian respon relaksasi ini dimulai dari pemilihan kata/ kalimat pendek atau doa yang berakar pada sistem keyakinan, seperti "tenang" atau "Tuhan adalah segalanya." Selanjutnya terapis dapat memberikan terapi di tempat yang tenang dan dalam posisi yang nyaman dan berakhir pada pengenduran otot-otot tubuh beserta pengaturan pernapasan dan pengucapan kata/ kalimat yang sudah dipilih sebelumnya (Benson, 2004) Manfaat Relaksasi Benson Benson pertama menggambarkan respon relaksasi yaitu proses fisiologis kebalikan dari respon fight-or-flight. Hampir 40 tahun yang lalu, benson dan timnya telah merintis penerapan pikiran/ tubuh teknik untuk berbagai masalah kesehatan. Banyak studi di jurnal telah mendokumentasikan bagaimana respon relaksasi baik meredakan gejala kecemasan dan gangguan lainnya, dan juga mempengaruhi faktor seperti detak jantung, tekanan darah, konsumsi oksigen dan aktivitas otak (Benson, 2013) Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rambod M.,et al, (2013) menyebutkan relaksasi benson mampu meningkatkan kualitas tidur pasien dan

15 23 mengurangi penggunaan obat tidur pada pasien yang menjalani hemodialisa. Hal ini senada dengan (Green & Setyawati, 2005), yang menyebutkan salah satu manfaat terapi relaksasi benson adalah untuk mengatasi insomnia. Manfaat lain dari relaksasi benson adalah mengurangi nyeri. Dalam penelitian yang dilakukan Datak (2013) menghasilkan relaksasi benson yang dikombinasikan dengan terapi analgesik lebih efektif untuk mengurangi nyeri pascabedah. Menurut Benson (2000) teknik respon relaksasi terbukti memodulasi stres terkait kondisi seperi marah, cemas, disritmia jantung, nyeri kronik, depresi, hipertensi dan insomnia serta meningkatkan perasaan menjadi lebih tenang. Teknik ini terdiri dari empat komponen utama antara lain : 1) Lingkungan yang tenang 2) Perangkat mental Perangkat mental ini terdiri dari satu kata atau kalimat atau doa secara singkat yang diucapkan berulang-ulang dalam hati atau dengan nada yang lembut atau pandangan yang tetap pada objek. 4) Sikap yang pasif Apabila muncul pikiran-pikiran yang mengacaukan, pikiran tersebut harus diabaiakan dan kembali fokus ke pengulangan kata atau kalimat atau doa sesuai dengan keyakinan. Tidak perlu mengkhawatirkan tentang bagaimana ketika seseorang melakukan teknik ini mengalami gangguan pada pikiran dan kembali ke satu fokus lagi.

16 24 5) Posisi yang nyaman Posisi tubuh yang nyaman penting agar tidak menyebabkan ketegangan otot. Posisi nyaman yang digunakan biasanya posisi duduk dan berbaring ditempat tidur Langkah-langkah Relaksasi Benson Menurut Benson (2004), beberapa cara dibawah ini dapat membantu seseorang mencapai respon relaksasi: a. Meditasi: Pilih frase pendek atau doa yang berakar pada sistem keyakinan, seperti contoh "damai" atau "OM" (pda keyakinan Hindu). Klien dianjurkan duduk tenang dalam posisi yang nyaman dan menutup mata. Bimbing pasien untuk mengendurkan otot-ototnya, mulai dari kaki dilanjutkan ke bagian betis, paha, perut, bahu, leher dan kepala. Bernapas perlahan-lahan dan secara alami, dan ketika menghembuskan napas, mengucapkan kata atau frase yang sudah dipilih diam-diam untuk diri sendiri. Jangan khawatir ketika pikiran lain datang ke pikiran. Hanya dirasakan keadaannya dan kembali tenang untuk mengucapkan frase. b. Pengaturan napas: Mulailah dengan menghirup perlahan. Saat Anda mengeluarkan napas, mengatakan jumlah "lima" dalam hati. Napas harus cukup dalam untuk memaksimalkan ekspansi perut. Setelah berhenti sebentar, mengambil napas lambat lain, dan berpikir "rileks" ketika menghembuskan napas. Lanjutkan pada kecepatan napas sesuai individu. Praktek ini dapat dilakukan selama 10 sampai 15 menit di pagi hari atau di malam hari.

17 25 Pasien tidak selalu harus duduk diam untuk membangkitkan respon relaksasi. Anda bisa melakukannya sambil berjalan, jogging, bermain alat musik atau melakukan kegiatan sederhana sesuai kebiasaan pasien. Green & Setyawati (2005), menyebutkan beberapa langkah untuk mencapai respon relaksasi adalah sebagai berikut: 1. Pilihlah kalimat spiritual yang akan digunakan. 2. Duduklah dengan santai. 3. Tutup mata. 4. Kendurkan otot-otot. 5. Bernapaslah secara alamiah. Mulai mengucapkan kalimat spiritual yang dibaca secara berulang-ulang dan khidmat. 6. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan pikiran. 7. Lakukan 10 sampai 20 menit. 8. Untuk berhenti jangan langsung, duduklah dulu dan beristirahat. Buka pikiran kembali. Barulah berdiri dan melakukan kegiatan kembali. 2.3 Pengaruh Relakasasi Benson Terhadap Tekanan Darah Salah satu anjuran dari WHO agar seseorang dengan hipertensi dapat mengontrol tekanan darahnya adalah dengan manjemen stress (WHO, 2013). Schneider (2005) dengan judul penelitian A Randomized Controlled Trial of Stress Reduction in African Americans Treated for Hypertension for Over One Year meneliti tentang manajemen stress terhadap penderita hipertensi. Subjek

18 26 penelitian adalah penduduk dari Afrika-Amerika dengan tekanan darah sistolik mmhg dan tekanan diastolic mmhg. Hasil yang didapatkan adalah manajemen stress dengan meditasi dan relaksasi dapat menurunkan tekanan darah rata-rata 3,1 mmhg untuk sistolik dan 5,7 mmhg terhadap tekanan diastolik. Selain mengurangi tekanan darah dalam penelitian ini juga didapatkan penurunan terhadap penggunaan obat antihipertensi. Relaksasi benson dapat memembantu sesorang untuk mencapai respon relaksasi yang ditimbulkan oleh tubuh manusia (Dusek, 2009). Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Purwati (2012) dimana didapatkan relaksasi benson dapat menurunkan tekanan darah sistolik rata-rata 9,02 mmhg dan tekanan diastolik 2,37 mmhg. Hasil ini dianalisis bahwa terdapat perbedaan tekanan darah yang signifikan sebelum dan susudah diberikan terapi relaksasi benson dengan nilan p-value sebesar 0,0001 dibandingkan dengan taraf signifikansi sebsar 5% atau 0,05 (p-value < 0,05). Serabut saraf simpatis dan parasimpatis mensekresikan salah satu dari bahan transmiter sinaps ini yaitu asetilkolin atau norepinefrin. Sebagian besar ujung saraf simpatis menyekresikan norepinefrin. Setelah norepinefrin disekresikan oleh ujung ujung saraf, kemudian akan berpindah ke seluruh jaringan organ dengan cara transpor aktif, difusi, atau dengan bantuan enzim yang berefek pada kerja organ tersebut. Efek dari perangsangan saraf simpatis dan parasimpatis yang berkaitan dengan hipertensi terletak pada organ jantung dan pembuluh darah. Perangsangan saraf simpatis pada jantung akan mengakibatkan naiknya frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Sebaliknya perangsangan saraf

19 27 parasimpatis akan menimbulkan efek yang berlawanan dari saraf simpatis (Guyton & Hall, 2008). Perangsangan saraf simpatis dan parasimpatis juga memberikan efek pada pembuluh darah sistemik dan tekanan arteri. Sebagian besar pembuluh darah sistemik akan berkontriksi bila ada perangsangan saraf simpatis. Tekanan arteri ditentukan oleh faktor daya dorong darah dari jantung (cardiac ouput) dan tahanan terhadap aliran darah yang melewati pembuluh darah perifer. Perangsangan dari saraf simpatis meningkatkan daya dorong oleh jantung dan tahanan aliran darah, yang biasanya menyebabkan peningkatan tekanan arteri (Guyton & Hall, 2008). Banyak peneliti mengemukakan bahwa respon relaksasi erat kaitannya dengan axis Hipothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA). Sesorang dalam keadaan relaksasi, axis HPA ini akan menurunkan kadar kortisol, epineprin dan noreprineprin yang dapat menyebabkan penurunkan tekanan darah dan frekuensi nadi (Dusek, 2009). Kadar kortisol dalam darah berefek dalam vasokontriksi pembuluh darah. Penurunan kadar epineprin dan norepineprin dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah. Kadar epineprin dan noreprineprin dalam darah bekerja langsung di reseptor andregenik alfa otot polos vaskular, sehingga menyebabkan vasokonstriksi (Guyton & Hall, 2008). Vasodilatasi pembuluh darah yang disebabkan oleh penurunan kadar epineprin dan norepineprin ini dapat menurunkan tahan perifer total yang akan menurunkan tekanan darah. Pada saat menghembuskan nafas secara perlahan, pengucapan berkali-kali kata tenang, sabar, rileks tersebut akan membantu proses relaksasi. Kata

20 28 yang dipilih berupa frase yang diyakini berguna, penting, dan cocok untuk masing-masing individu. Pada prinsipnya metode relaksasi dapat disesuaikan dengan keyakinan masing-masing individu. Dengan menggunakan keyakinan itu secara teratur, maka akan didapatkan manfaat sepenuhnya dari faktor keyakinan tersebut (Hartono, 2007). Relaksasi benson aman dilakukan untuk manajemen stress pasien, sehingga praktek terapi relaksasi ini dapat digunakan untuk terapi komplementer dalam penatalaksanaan hipertensi atau penyakit lainnya yang berkaitan dengan manajemen stress (Rambod, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai oleh penduduk dunia yang mengalami pergeseran pola pekerjaan dan aktivitas. Dari yang sebelumnya memiliki pola kehidupan agraris berubah menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Hipertensi Hipertensi merupakan kondisi medis dimana tekanan darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World Health Organization (WHO) dalam Soenardi & Soetarjo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritik A.1. Hipertensi a. Definisi : Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah 140 mmhg (tekanan sistolik) dan atau 90 mmhg (tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat sangat sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, banyak stresor dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan sangat serius saat ini. Hipertensi disebut juga sebagai the silent killer. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer, karena termasuk penyakit yang mematikan tersering tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan Darah Menurut Guyton, tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi menurut kriteria JNC VII (The Seventh Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure), 2003, didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diastoliknya diatas 90 mmhg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diastoliknya diatas 90 mmhg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Pada Hipertensi 2.1.1 Definisi Menurut Sheps (2005) hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir

Lebih terperinci

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya MAPPING CONCEPT PENGATURAN SIRKULASI Salah satu prinsip paling mendasar dari sirkulasi adalah kemampuan setiap jaringan untuk mengatur alirannya sesuai dengan kebutuhan metaboliknya. Terbagi ke dalam pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat yang terutama tinggal di kota-kota besar cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat, karena sering mengonsumsi makanan siap saji, hal ini meningkatkan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah merupakan salah satu tanda vital kehidupan manusia. Tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik yaitu tekanan dalam arteri saat jantung berdenyut (ketika

Lebih terperinci

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg dr. Annisa Fitria Hipertensi 140 mmhg / 90 mmhg 1 Hipertensi Primer sekunder Faktor risiko : genetik obesitas merokok alkoholisme aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah Beberapa faktor yang memengaruhi tekanan darah antara lain usia, riwayat hipertensi, dan aktivitas atau pekerjaan. Menurut tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

Lebih terperinci

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang paling sering terjadi baik pada negara maju maupun negara berkembang. Menurut klasifikasi JNC VII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh darah kepada dinding pembuluh darah yang dipengaruhi oleh volume darah, kelenturan dinding, dan diameter pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan manusia di seluruh dunia saat ini ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain, demografi penuaan, urbanisasi yang cepat, dan gaya hidup tidak sehat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition Examination Survey mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data Global Burden of

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmhg dan tekanan darah diastolic 90 mmhg atau buila pasien memakai obat hipertensi. (7) 2. Manifestasi Klinis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lataar Belakang Masalah Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau diastolik sedikitnya 90 mmhg. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan diastolik dan sistolik yang melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah, bergantung pada volume darah dan distensibilitas dinding pembuluh darah (Sherwood,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi dihasilkan dari dua faktor utama yaitu jantung yang memompa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan nasional yang berlangsung beberapa tahun terakhir telah menimbulkan pergeseran pola penyebab kematian dan masalah kesehatan. Sunaryo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Hipertensi Tekanan darah (Blood Pressure = BP) adalah perkalian antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler perifer (Pheripheral Vascular Resistance

Lebih terperinci

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad KEDOKTERAN KELUARGA SISTEM ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN HIPERTENSI LAPORAN KASUS FEBRUARI 2008 OLEH : ANITA AMIR C111 03 172 RIZKI AMALIAH RIFAI C111 03 210 PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah yang sering dijumpai baik pada negara maju maupun negara berkembang dan menjadi salah satu penyebab kematian paling sering di dunia. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Farida Rahmawati, Anita Agustina INTISARI Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri melebihi normal dan kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling umum melanda dunia. Hipertensi merupakan tantangan kesehatan masyarakat, karena dapat mempengaruhi resiko penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan adalah perilaku yang sering kita ulang-ulang baik secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan adalah perilaku yang sering kita ulang-ulang baik secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebiasaan 1. Pengertian Kebiasaan adalah perilaku yang sering kita ulang-ulang baik secara sengaja atapun tidak sengaja dan perilaku atau kebiasaan tersebut sudah kita lakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Hipertensi a. Definisi Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Pasien Hipertensi di Puskesmas Kraton dan Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antihipertensi yang dapat mempengaruhi penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis akibat proses menua. Lanjut usia merupakan tahapan dimana

BAB I PENDAHULUAN. psikologis akibat proses menua. Lanjut usia merupakan tahapan dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan terjadi pada manusia baik perubahan pada fungsi tubuh baik fisik maupun psikologis akibat proses menua.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan cukup istirahat maupun dalam keadaan tenang. 2

BAB I PENDAHULUAN. keadaan cukup istirahat maupun dalam keadaan tenang. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan nasional, khususnya di bidang kesehatan, menghasilkan dampak positif, yakni meningkatnya harapan hidup penduduk di Indonesia, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun di seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, akan menimbulkan persoalan-persoalan yang sangat beragam. dalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satunya dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. banyak, akan menimbulkan persoalan-persoalan yang sangat beragam. dalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satunya dalam hal BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah suatu negara dengan jumlah populasi terbesar setelah Cina, India, dan Amerika serikat. Pada tahun 2010 menurut data statistik menunjukkan bahwa jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 1 BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 mmhg,yang terjadi pada seseoang paling sedikit tiga waktu terakhir yang berbeda (who 1978,komisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang berlangsung terus-menerus (Brashers, 2007). Hipertensi adalah peningkatan tekanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIPERTENSI 1. Pengertian Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang tetap di atas batas normal. Seseorang dianggap terkena darah tinggi bila angka tekanan darahnya menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat sendiri dan masyarakat global yang merupakan suatu kesepakatan dan kemitraan global untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi telah menjadi penyebab kematian yang utama dari 57,356 penduduk Amerika, atau lebih dari 300,000 dari 2.4 milyar total penduduk dunia pada tahun 2005. Selebihnya,

Lebih terperinci

Mengetahui Hipertensi secara Umum

Mengetahui Hipertensi secara Umum Mengetahui Hipertensi secara Umum Eldiana Lepa Mahasiswa Kedokteran Universitas Krida Wacana Jakarta, Indonesia Eldiana.minoz@yahoo.com Abstrak Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistole, yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan di pembuluh darah naik secara persisten. Setiap kali jantung berdenyut maka darah akan terpompa ke seluruh pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyebab kematian, yang dapat menyebabkan gangguan kardiovaskular seperti stroke, gagal jantung dan penyakit jantung koroner.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi 2.1.1 Tekanan Darah Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Gaya yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Hipertensi dan Prehipertensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Hipertensi dan Prehipertensi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Hipertensi dan Prehipertensi a. Definisi Hipertensi dan Prehipertensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kejadian terjadinya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus berkembang dari tahun ke tahun dan membuahkan banyak komplikasi. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik dan diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi dikenal luas sebagai penyakit kardiovaskular, merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemukan di masyarakat modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi masalah dikarenakan beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer sampai saat ini. Berdasarkan data dari Riskesdas (Pusdatin Kemenkes RI 2013), hipertensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension. Hypertension merupakan istilah kedokteran yang populer untuk menyebutkan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi secara umum didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi beragam diantaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan sosial yang diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat, termasuk kelompok lanjut usia (lansia) merupakan salah satu sasaran

Lebih terperinci