Adhitya Riefka Sari Putri, Ibu Surini Mangundihardjo, Ibu Endah Hartati. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Adhitya Riefka Sari Putri, Ibu Surini Mangundihardjo, Ibu Endah Hartati. Abstrak"

Transkripsi

1 TINJAUAN YURIDIS MENGENAI WARISAN YANG DIKUASAI OLEH PIHAK LAIN YANG BUKAN MERUPAKAN AHLI WARIS BESERTA AKIBAT HUKUMNYA DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (STUDI KASUS PUTUSAN NO. 24/PDT.G/2011/PN.LMJ) Adhitya Riefka Sari Putri, Ibu Surini Mangundihardjo, Ibu Endah Hartati Program Kekhususan Hukum Tentang Hubungan Antara Sesama Masyarakat, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, adhityarsp@gmail.com Abstrak Setelah Pewaris meninggal dunia, harta yang dimilikinya beralih secara otomatis kepada ahli warisnya. Ahli waris yang berhak untuk mewaris adalah keluarga sedarah. Meskipun telah dinyatakan pada undang-undang bahwa ahli waris yang sah dari pewarislah yang dapat mewaris, nyatanya masih terdapat juga kasus mengenai penguasaan atas harta warisan oleh pihak lain yang bukan ahli waris. Atas dasar tersebut ahli waris pada kasus Putusan No. 24/Pdt.G/2011/Pn.Lmj, mengajukan gugatan mengenai penguasaan harta warisan yang berupa tanah. Pokok permasalahan yang diangkat adalah mengenai pengaturan hukum waris secara umum, dan penerapan pasal 833 dan 834 KUHPerdata pada kasus diatas, serta apakah sudah tepat putusan yang diberikan majelis hakim. Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif berupa penelitian bahan pustaka, dan data yang dipergunakan adalah data sekunder. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa hanyalah ahli waris dari pewaris yang sah yang berhak untuk menguasai dari harta warisan yang diturunkan oleh pewaris, serta atas penguasaan harta warisan oleh pihak ketiga dan segala peralihan hak yang dilakukan olehnya adalah batal demi hukum. Maka agar tidak terjadi kasus yang demikian, dapat dicapai salah satunya dengan memberikan penyuluhan hukum agar masyarakat lebih mengerti mengenai hukum waris, dan juga kerjasama antara para ahli waris untuk melindungi hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dimilikinya yang dimiliknya. Kata Kunci: Ahli Waris; Harta Warisan; Hukum Waris; Mewaris; Pewaris; Pewarisan; Tanah. Abstract After the death of the Inheritor, his property left will be automatically transferred to his legal heir. The heirs entitled to the property of inheritance include immediate family members of the inheritors. Even though the law defines that only the legal heirs are entitled to the property, there are cases as to the controll of inheritance property by other parties who are not heirs. On account to this, the heirs to the Decision No. 24/Pdt.G/2011/Pn.Lmj may file claim for the object, which is land, against inheritance to other persons. The subject matter raised is the administration of inheritance law general and the enforcement of Article 833 and 834 Civil Code on the above case and whether the decision passed by the panel of judges correct. This study applied normative method which include literature study where secondary data were employed. The study concluded that only the legal heirs to the legal inheritor are entitled to acquire the property of the inheritor and all control, possession and transfer of inhertitance property by any third party shall be null and void. In order to prevent such a case, legal counseling will be one of effective approaches to provide better understanding of inheritance law and cooperation among the heirs to protect their rights and to fulfill their obligations.

2 Key words: Inheritance Law, Heirs, Inheritor, Inherit, Inheriting, Inheritance Property, Land. Pendahuluan Hukum waris merupakan sekumpulan peraturan, yang mana mengatur hukum mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang; yaitu mengenai pemindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh si mati dan akibat dari pemindahan ini bagi orang-orang yang memperolehnya, baik dalam hubungan antara mereka dengan mereka, maupun dalam hubungannya antara mereka dengan pihak ketiga. 1 Telah disebutkan sebelumnya bahwa pewarisan hanya dapat berlangsung apabila telah terjadinya peristiwa kematian, hal ini merujuk pada Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam hal ini menandakan bahwa dalam pewarisan haruslah ada harta yang ditinggalkan, juga adanya pihak yang meninggal dunia dan pihak yang menjadi ahli waris yang masih hidup. Pihak yang menjadi subjek dalam hukum waris adalah yang pertama pewaris, yaitu orang yang telah meninggal dunia dengan meninggalkan kekayaan. Selanjutnya adalah ahli waris atau waris adalah orang yang menggantikan pewaris dalam kedudukan hukum mengenai kekayaannya, baik untuk seluruhnya maupun untuk bagian yang sebanding. 2 Harta warisan atau warisan ialah segala harta kekayaan yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal atau disini pewaris, yang berupa semua harta kekayaan dari yang meninggal dunia setelah dikurangi dengan utang-utangnya. 3 Pada skripsi ini akan membahas mengenai tinjauan yuridis mengenai akibat yang terjadi atas harta warisan yang dikuasai oleh pihak yang tidak mempunyai hak atas warisan yang ditinggalkan oleh Penggugat karena ia bukan merupakan ahli waris yang sah, ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atas Putusan Pengadilan Negeri Kota Lumajang No. 24/Pdt.G/2011/PN.Lmj. Pada putusan ini Tergugat I telah melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan dengan harta warisan yang objek 1 A. Pitlo dan J. E. Kasdorp, Hukum Waris Menurut Undang-Undang Hukum Perdata Belanda, cet. 3, (Jakarta: PT. Intermasa, 1990), hlm.1. 2 Ibid. 3 Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian Menurut Kitab Undang-Undang Perdata (BW), cet.1, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1983), hlm. 7.

3 sengketa yang merupakan tanah peninggalan pewaris. Pada kasus diatas yang terjadi adalah pihak ketiga yaitu Tergugat I yang bukan merupakan ahli waris yang sah dan juga bukan merupakan legataris telah menguasai warisan dan menyalah gunakan tanah sengketa tersebut dengan cara menyewakannya kepada pihak lain dan juga menjaminkan tanah yang bukan merupakan haknya. Maka dari itu Para Penggugat merupakan ahli waris yang sah dari pewaris, menuntut Para Tergugat karena mereka merupakan anak dan cucu yang memang berhak untuk menerima warisan. Dan karena itulah para ahli waris merasa perlu untuk mengajukan gugatan demi melindungi hak-hak yang patut diterima oleh mereka selaku ahli waris dari pewaris yang sah. Dalam kasus diatas yang menjadi patokannya adalah Hukum Waris Perdata Barat, maka yang dilihat dalam mewarisnya, sesuai asas yang terkandung dalam Pasal 832 KUHPerdata, bahwa menurut undang-undang untuk dapat mewaris, seseorang haruslah mempunyai hubungan darah dengan si pewaris. 4 Maka dari Para Penggugat yang merupakan anak dan cucu-cucu dari pewaris berhak untuk muncul menjadi ahli waris. Kemudian dalam kasus diatas dapat diketahui bahwa Tergugat I yang merupakan kerabat jauh yang tidak memiliki hubungan darah secara langsung dengan pewaris, akan tetapi ia menguasai dan berbuat sekehendaknya dengan warisan yang oleh para ahli waris belum sempat untuk dibagi. Tergugat I hanyalah keponakan dari ibu tiri Penggugat II dan Penggugat III. Dan kedudukannya yang seperti itulah yang membuat bahwa Tergugat I bukan merupakan ahli waris yang berhak atas tanah warisan dari pewaris. Dari pembahasan tersebut dapat diketahui bagaimana konsep mengenai peristiwa pewarisan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan juga untuk mengetahui penerapan Pasal 833 KUHPerdata dan Pasal 834 KUHPerdata pada kasus dalam Putusan Pengadilan Negeri Kota Lumajang No. 24/Pdt.G/2011/PN.Lmj. Dan yang terakhir adalah untuk mengetahui apakah putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lumajang apakah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ataukah tidak. Metode Penelitian 4 J. Satrio, Hukum Waris, cet. 1, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990), hlm. 29.

4 Di dalam penelitian ini digunakan bentuk penelitian yuridis-normatif karena berdasarkan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan dari undang-undang pada kasus yang terdapat pada putusan. 5 Dipandang dari sudut bentuknya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia keadaan atau gejala-gejala lainnya. Pada penelitian dengan bentuk yuridis-normatif ini yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan dengan dikaitkan pada kasus. Data sekunder dengan menggunakan studi dokumen antara lain, mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan seterusnya. Data sekunder yang digunakan pada penelitan ini adalah yang berupa bahan hukum primer, yaitu peraturan perundangundangan yaitu dengan KUHPerdata, bahan hukum sekunder yang berupa buku-buku hukum, artikel hukum, dan bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya artikel dari internet. Data primer diperoleh dari sumber pertama, yakni putusan pengadilan, yang dalam hal ini merupakan putusan dari Pengadilan Negeri Kota Lumajang. Pada penelitian ini dipergunakan metode analisis data secara kuantitatif karena yang dilakukan merupakan peyorotan terhadap masalah dan yang dicari adalah pemecahannya yang ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pembahasan Prof. Mr. A. Pitlo yang mengatakan bahwa Hukum Waris adalah kumpulan peraturan, yang mengatur hukum mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang: yaitu mengenai pemindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh si mati dan akibat dari pemindahan tersebut bagi orang-orang yang memperolehnya, baik dalam hubungan antara mereka dengan mereka, maupun dalam hubungan antara mereka dengan pihak ketiga. 6 Disini dapat disimpulkan bahwa menurut Prof. Pitlo Hukum Waris merupakan peraturan yang berlaku karena adanya seseorang yang meninggal, dimana yang meninggal tersebut meninggalkan harta kekayaan 5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2010), hlm A. Pitlo, Op.Cit., hlm. 1

5 kepunyaannya kepada orang-orang yang memang berhak untuk memperolehnya maupun kepada pihak lain. Yang dapat diwariskan oleh si meninggal kepada ahli warisnya pada dasarnya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dalam lingkup hukum kekayaan atau harta benda saja yang dapat diberikannya. 7 Kekayaan tersebut merupakan gabungan antara aktiva dan pasiva. Dan juga terdapat suatu keadaan, yaitu hak dari seorang bapak untuk menyangkal sahnya seorang anak dan hak seorang anak untuk menuntut supaya dinyatakan sebagai anak yang sah dari bapak atau ibunya, kedua hal tersebut dinyatakan dalam undang-undang dapat untuk diwariskan kepada ahli warisnya. Dalam Hukum Waris, yang menjadi syarat umum agar suatu kejadian dapat dinyatakan bahwa terjadinya pewarisan telah timbul apabila telah terpenuhi syarat-syarat umum dari pewarisan. Terdapat pada Titel ke-11 Buku Kedua KUHPerdata, syarat umum dari pewarisan yaitu: a. Ada orang yang meninggal dunia. Kematian disini adalah kematian yang wajar. b. Untuk memperoleh harta peninggalan, ahli waris haruslah hidup pada saat pewaris meninggal dunia. 8 c. Adanya harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris, dan yang akan beralih kepada ahli waris. 9 Sesuai yang disebutkan pada Pasal 830 KUHPerdata, bahwa pewarisan hanya berlangsung karena kematian. Tanpa adanya kematian maka tidak akan ada perpindahan harta kekayaan dari pewaris kepada ahli warisnya secara otomatis. Pewarisan yang baru dapat terjadi apabila telah ada seseorang yang meninggal dunia, hal ini sesuai dengan pasal 830 KUHPerdata. Dalam kasus diatas, dengan meninggalnya Pak Ninggar dan Bok Ninggar maka harta kekayaan yang mereka miliki akan jatuh ketangan ahli warisnya yaitu Ninggar Pak Ninggar dan Bok Ninggar adalah pasangan suami istri yang sah, dan maka dari itu setelah mereka meninggal dunia maka yang berhak untuk menerima harta kekayaan mereka adalah keturunan yang didapat dalam perkawinan mereka. 7 Effendi Perangin, Hukum Waris,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.3 8 Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah, Hukum Kewarisan Perdata Barat; Pewarisan Menurut Undang-Undang, (Jakarta: Renada Media Group, 2005), hlm Untuk bagian c tersebut, ditambahkan dengan referensi dari buku Prof. Ali Afandi, hlm. 14

6 Dalam putusan disebutkan bahwa dari perkawinan mereka, Pak Ninggar dan Bok Ninggar memiliki anak satu-satunya yaitu Ninggar Als. P. Muraya. Dan maka dari itu harta kekayaan mereka akan didapatkan olehnya secara keseluruhan dikarenakan tidak ada lagi ahli waris yang ikut mewaris dengannya. Ninggar Als. Murnaya yang sekarang telah meninggal dunia, dahulu memiliki istri yaitu B. Hani, yang dalam perkawinan mereka dikaruniai dengan tiga orang anak yaitu Murnaya, Mat Murnawi dan Murtiha. Murnaya juga telah meninggal dunia tanpa dikaruniai anak, dan Mat Murnawi masih hidup dan dalam kasus ini ia menjadi Penggugat I, sedangkan Murtiha yang kini telah meninggal dunia sebelumnya juga telah menikah. Dari pernikahan Murtiha dengan P. Musinar, dikaruniai tiga orang anak, yaitu Tinarsum, telah meninggal dunia, Ereng yang menjadi Penggugat II dan juga Tinarsim yaitu Penggugat III. Disini syarat umum dari pewarisan sudah terpenuhi, yang pertama adalah dengan meninggal dunianya pewaris yaitu Ninggar. Kemudian untuk dapat memperoleh harta warisan maka ahli waris haruslah hidup pada saat pewaris meninggal dunia, disini Penggugat I, II dan III masih hidup pada saat meninggal dunianya pewaris. Yang terakhir adalah adanya harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris. Pewaris yaitu Ninggar semasa hidupnya menerima warisan berupa tanah dari Pak Ninggar dan Bok Ninggar yang kemudian juga diwariskan olehnya kepada para ahli warisnya. Asas mewaris dalam Hukum Waris ini terdapat pada Pasal 832 KUHPerdata yang mana menurut undang-undang, untuk dapat mewaris, seseorang harus mempunyai hubungan darah dengan si pewaris. Pada pasal diatas menyebutkan bahwa dengan adanya hubungan darah, maka pewaris dan ahli waris secara otomatis terdapat perpindahan dari hak dan kewajiban atas harta kekayaan, dari pewaris kepada ahli warisnya. Hubungan darah tersebut dapat secara sah ataupun luar kawin, baik melalui garis ibu maupun garis bapak. 10 Hubungan darah yang sah adalah hubungan darah yang timbul dari perkawinan yang sah antara pria dan wanita, sedangkan hubungan yang tidak sah timbul sebagai akibat dari hubungan antara pria dan wanita diluar perkawinan. Keturunan dari pewaris yang sah adalah yang dilahirkan dalam suatu hubungan pernikahan yang sah antara pria dan wanita. Anak-anak yang lahir menjadi ahli waris yang sah dan juga berhak untuk mewaris harta kekayaan dari pewaris. Sedangkan untuk anak luar kawin yang lahir diluar dari perkawinan yang sah, hanya dapat mewaris setelah dilakukannya 10 J. Satrio, Op.Cit., hlm. 28

7 pengakuan dari pewaris tersebut terhadapnya. Pengakuan tersebut menjadi dasar dari hubungan hukum antara si anak luar kawin tersebut dengan orang yang mengakuinya. Dan untuk itulah maka anak luar kawin dapat mewaris harta kekayaan dari orang yang mengakuinya. Pasal 832 KUHPerdata menyebutkan bahwa untuk dapat mewaris, seseorang harus mempunyai hubungan darah dengan pewaris. Pada kasus, ahli waris yang berhak untuk mewaris adalah Mat Murnawi, Ereng dan Tinarsim yang merupakan keturunan dari Ninggar. Mat Murnawi merupakan anak kandung, sedangkan Ereng dan Tinarsim adalah cucu dari pewaris. Maka dari itu secara otomatis seharusnya terjadi perpindahan hak dan kewajiban atas harta kekayaan yang dimiliki oleh pewaris. Pada pasal 852 a KUHPerdata menyebutkan pula bahwa istri merupakan pengecualian untuk asas pada pasal 832. Jadi suami atau istri yang ditinggalkan terlebih dahulu oleh pewaris ikut juga dapat ikut mewaris bersama dengan keturunan. Jadi dalam hal ini B. Hani dan P. Musinar sebagai istri dan suami yang sah dari Ninggar dan Murtiha dapat ikut mewaris beserta dengan anak-anaknya. Majelis hakim menyatakan bahwa atas dasar bukti tertulis P-13 vide P-15 yang dikuatkan dengan keterangan saksi Ribut Bin Mudar, saksi Surap bin Ramin dan saksi Midi, yang saling berkesesuaian dan menyatakan kedudukan dari para Penggugat adalah merupakan ahli waris yang sah atas Bok Ninggar. Atas dasar diatas dan juga alasan yang telah disebutkan sebelumnya, maka penulis setuju dengan pertimbangan hakim yang menyatakan bahwa adalah benar para Penggugat merupakan ahli waris dari Ninggar karena para Penggugat adalah merupakan keturunan dalam garis lurus kebawah. Golongan I pada mewaris telah ditetapkan oleh KUHPerdata, pada golongan ini yang menjadi ahli waris adalah suami atau istri yang hidup terlama beserta anak-anak atau keturunannya. Pasal 852 KUHPerdata menyatakan bahwa: Anak-anak atau keturunan-keturunan, sekalipun dilahirkan dan berbagai perkawinan, mewarisi harta peninggalan para orangtua mereka, kakek dan nenek mereka, atau keluargakeluarga sedarah mereka selanjutnya dalam garis lurus ke atas, tanpa membedakan jenis kelamin atau kelahiran yang lebih dulu. Mereka mewarisi bagian-bagian yang sama besarnya kepala demi kepala, bila dengan yang meninggal mereka semua bertalian keluarga dalam derajat pertama dan masing-masing berhak karena dirinya sendiri; mereka mewarisi pancang demi pancang, bila mereka semua atas sebagian mewarisi sebagai pengganti.

8 kepala. 11 Dikarenakan pada waktu kematian dari pewaris tidak disebutkan adanya wasiat yang Anak atau keturunannya menjadi ahli waris yang mana sesuai dalam pasal diatas bahwa anak-anak maupun cucu dapat mewaris tanpa adanya perbedaan perolehan besarnya harta warisan antara pria dan wanita. Selanjutnya pada Ayat (2) disebutkan juga bahwa anakanak atau keturunannya mereka mewarisi bagian perkepala, maksudnya adalah mereka semua masing-masing berhak untuk bagian yang sama besarnya dengan satu sama lainnya. Kemudian dijelaskan juga bahwa mewaris pancang demi pancang, disini diartikan bahwa keturunan yang menjadi ahli waris yang sudah meninggal dibagi dahulu bersama dengan Ahli Waris yang lainnya, kamudian bagian dari ahli waris yang meninggal tersebut dibagi rata kepada keturunannya yang masih hidup, dan begitu seterusnya. Jadi jika keturunannya menggantikan dari ahli waris yang meninggal, maka keturunannya yang menggantikan tempat tersebut mewaris pancang demi pancang yang tiap-tiapnya mendapat hak waris yang sama dengan hak bagian orang yang digantikan olehnya dan dalam tiap-tiap pancang mereka yang bertalian keluarga dengan pewaris dalam derajat yang sama, berbagai kepala demi sebelumnya telah dibuat, maka pada kasus ini tata cara mewaris secara ab-intestanto atau ahli waris secara undang-undang yang terdapat pada Pasal 832 KUHPerdata. Mewaris secara abintestato atau mewaris berdasarkan undang-undang menentukan mengenai golongan ahli waris. Ahli waris yang ada pada kasus diatas adalah anak dan cucu dari pewaris beserta suami dan istri yang hidup terlama. Ahli waris yang demikian termasuk kedalam ahli waris Golongan I yang mana berdasarkan Pasal 852 KUHPerdata menyebutkan bahwa anak atau keturunannya mewarisi harta peninggalan dari orang tuanya. Mat Murnawi yang merupakan satu-satunya anak dari pewaris yang masih hidup mewaris demi dirinya sendiri, sedangkan untuk Ereng dan Tinarsim mereka mewaris dari pancang Murtiha yang merupakan saudara dari Mat Murnawi yang telah meninggal dunia. Dan juga B. Hani dan P. Musinar juga ikut mewaris karena merupakan suami dan istri yang hidup terlama. Hani ikut mewaris bersama dengan perolehan akan harta warisannya sama dengan anak kandunganya, sedangkan untuk P. Musinar ia mewaris dengan pancang dari Murtiha bersama dengan Ereng dan Tinarsim yang bagiannya dibagi rata oleh mereka. Maka untuk itu dapat diketahui bahwa Ereng dan Tinarsim merupakan ahli waris yang dapat mewaris karena penggantian. Hal ini dikarenakan mereka dapat muncul menjadi ahli waris 11 Ibid., hlm. 91

9 akibat dari ibu mereka yang mewaris karena diri sendiri meninggal dunia. Jadi untuk menggantikannya mereka berdua tampil menggantikan Murtiha menjadi ahli waris yang sah. Penggantian yang seperti ini temasuk peristiwa penggantian tempat dalam garis lurus kebawah tanpa batas yang diatur dalam pasal 842 KUHPerdata,yang berarti penggantian tempat dapat dilakukan oleh anak dan cicit secara bersama walaupun berbeda derajat. Suyanto Als. Yanto yang merupakan Tergugat I merupakan saudara jauh dari para ahli waris Ereng dan Tinarsim, bukan merupakan ahli waris dari Ninggar. Kedudukan Suyanto disini adalah anak dari saudara kandung ibu tiri Penggugat II dan Penggugat III. Disini Suyanto tidak memiliki hubungan darah dengan ahli waris yang mewaris demi dirinya sendiri ataupun juga ahli waris berdasaarkan peristiwa penggantian. Maka dari itu Suyanto yang merupakan Tergugat I tidak seharusnya untuk memperoleh hak dari harta warisan yang dimiliki oleh para Penggugat. Karena sesuai dengan asas mewaris, jika tidak memiliki hubungan darah maka seseorang tidak dapat menerima warisan. Selain itu pewaris yaitu Ninggar juga diketahui tidak membuat adanya surat wasiat atau testamen, Murtiha yang juga telah meninggal dunia tidak diketahui untuk membuat testamen. Maka dari itu tidak mungkin juga Tergugat I merupakan legaataris yang berhak untuk menerima warisan. Dan berdasarkan pasal 833 dan pasal 834 KUHPerdata dapat kita simpulkan bahwa sudah benar tindakan dari para ahli waris untuk menggugat dari pihak Tergugat I, yang dilakukan oleh Penggugat I, II dan III, untuk mengambil kembali apa yang telah menjadi haknya. Bahwa ahli waris dari pewaris dapat memperoleh seluruh harta kekayaan dari pewaris, baik yang bersifat aktiva maupun pasiva. Dalam kasus ini yang menjadi obyek sengketa adalah 4 bidang tanah yang terletak di Lumajang. Atas sikap yang diambil oleh para ahli warisnya, dapat terlihat adalah mereka menerima warisan yang ditinggalkan oleh pewaris secara diam-diam. Para ahli waris yaitu Penggugat I, Penggugat II, Penggugat III, B. Hani dan Musinar memang tidak membuat akta yang menyatakan dengan tegas bahwa mereka menerima warisan, akan tetapi dengan dilayangkannya gugatan oleh para Penggugat telah bisa dinilai bahwa secara diam-diam mereka menerima harta warisan yang berikan kepadanya. Pasal 584 KUHPerdata menyebutkan bahwa mewaris merupakan salah satu cara untuk mendapatkan hak kebendaan, hal ini dikarenakan dengan mewaris, ahli waris dapat menerima secara otomatis harta kekayaan orang yang meninggal. Pada kasus ini pewaris yaitu Ninggar memiliki harta kekayaan yaitu beberapa bidang tanah yang ia warisi dari orang

10 tuanya. Dan setelah pewaris meninggal dunia, harta kekayaannya kemudian jatuh ketangan para ahli warisnya. Maka dari itu para ahli waris dari Ninggar secara bersama-sama mewarisi tanah yang menjadi obyek sengketa I, II, III, dan IV. Maka dari itu Tergugat I yang sehari-harinya tinggal satu rumah dengan Penggugat II pada waktu itu dikarenakan Penggugat II belum dewasa maka ia diberikan kesempatan untuk mengerjakan tanah sengketa I, II, III, dan IV yang malah disalahgunakan olehnya. Tergugat I yang tidak memiliki hak atas tanah warisan tersebut malah menyewakan tanah tersebut dan juga ia melakukan hal-hal yang tidak seharusnya ia lakukan tanpa seizin dan sepengetahuan dari para ahli waris. Disini ia tidak memiliki hak apapun atas tanah tersebut karena hak milik atas tanah sengketa I, II, III dan IV bukan berada ditangannya. Pengertian benda terdapat pada pasal 499 KUHPerdata yang berarti segala sesuatu yang dapat dihaki dan dijadikan objek hak milik. Sebelumnya juga telah disebutkan bawa salah satu cara untuk memperoleh hak kebendaan adalah dengan mewaris. Diatur pada pasal 506 KUHPerdata, tanah adalah termasuk kepada jenis benda. Maka dari itu tanah yang menjadi objek sengketa I, II, III, dan IV termasuk kedalam jenis benda yang tidak bergerak karena sifatnya. Dan sesuai dengan pasal 584 KUHPerdata menyebutkan bahwa terdapat 5 cara untuk memperoleh hak milik atas benda, yaitu dengan pendakuan, perlekatan, daluwarsa, pewarisan dan penyerahan berdasarkan suatu peristiwa perdata untuk menyerahkan hak milik, yang dilakukan oleh orang yang berhak untuk berbuat bebas terhadap kebendaan yang akan diserahkan hak miliknya tersebut. Dalam pertimbangan hakim sebelumnya telah disebutkan bahwa atas tanah yang menjadi obyek sengketa tersebut adalah benar milik dari Bok Ninggar yang kemudian menjadi harta warisan yang diturunkan kepada Para Penggugat. Hal ini menurut dari majelis hakim didasarkan kepada bukti kepemilikan dari tanda pendaftaran sementara hak milik tanah yang tercatat atas nama B. Ninggar (bukti P-I, P-II) dan dikuatkan dari keterangan para saksi. Untuk para ahli waris dari pewaris atau Ninggar, dengan adanya hak saisine ini maka secara otomatis harta kekayaan yang dimiliki oleh pewaris akan jatuh kepada ahli waris. Didalamnya termasuk juga hak-hak kebendaan. Maka dari itu para ahli waris dari Ninggar berhak untuk memperoleh tanah yang menjadi obyek sengketa, bukannya Tergugat I. Jika Tergugat I ingin memiliki hak dari tanah warisan tersebut seharusnya ia menggunakan penyerahan dengan cara adanya peristiwa perdata. Dan penyerahan tersebut haruslah dari orang yang berhak melakukannya yaitu para

11 ahli warisnya yang berhak, karena berdasarkan pasal 584 KUHPerdata menjelaskan bahwa hanya seorang pemilik atas suatu benda sajalah yang dapat mengalihkan hak miliknya atas suatu benda. Dan karena tanah obyek sengketa tersebut merupakan hak dari para ahli waris yaitu para Penggugat, maka Tergugat I tidak berhak untuk menikmati tanah harta warisan tersebut karena ia bukanlah merupakan ahli waris yang sah dari pewaris. Maka dari itu adalah sudah benar pertimbangan dari majelis hakim bahwa terhadap segala peralihan hak yang dilakukan oleh Tergugat I terhadap tanah obyek sengketa I, II, III, IV yang olehnya sebagian telah dijual dan dijadikan jaminan hutang, serta dipindahtangankan haruslah dikesampingkan. Hal ini dikarenakan Tergugat I tidaklah memiliki hak alas sebagai pemilik yang menguasai atas tanah sengketa tersebut. Dan karena kedudukannya yang seperti itulah maka tidak memenuhi syarat materil dari pihak yang mengalihkan dari suatu benda. Maka dari itu atas peralihan yang telah dilakukan olehnya dapat dijadikan suatu bentuk kebatalan (null en void). Dengan batalnya peralihan tersebut, maka peralihan tersebut dianggap tidak pernah ada dan oleh karena itu hak milik atas tanah sengketa I, II, III dan IV masih berada di tangan ahli waris dan atas peralihan tersebut batal demi hukum. Dapat dikatakan peralihan tersebut batal demi hukum adalah karena kedudukan dari Tergugat I itu sendiri. Juga mengenai fakta bahwa tanah tersebut merupakan harta warisan yang hanya dapat dikuasai oleh para ahli warisnya. Dan sudah jelas bahwa Tergugat I bukan merupakan ahli waris yang sah dari pewaris. Putusan yang diberikan Majelis Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri Kota Lumajang No. 24/Pdt.G/2011/PN.Lmj sudah tepat, namun pada bagian pertimbangan hukum seharusnya diberikan juga landasan hukum yang konkrit, baik mengenai pewarisan secara umum maupun mengenai hak kebendaan yang diturunkan melalui waris. Yang dikemukakan oleh Majelis Hakim pada kasus ini hanya mengenai persesuaian antara barang bukti dengan keterangan yang diberikan oleh para saksi. Seharusnya ketiga hal tersebut dinyatakan oleh Majelis Hakim pada pertimbangan hukumnya. Majelis Hakim seharusnya juga menyebutkan pada dasar pertimbangan mengenai hukum waris secara umum, dan dari sanalah dapat diketahui bahwa hanyalah ahli waris yang sah yang dapat mewaris. Hal ini dikarenakan jika dalam suatu putusan yang kurang cukup pertimbangan hukumnya maka dapat dijadikan alasan untuk dimajukan ke tingkat kasasi.

12 Kesimpulan 1. Hukum waris adalah sekumpulan peraturan yang mengatur mengenai apa yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia (pewaris) kepada orang-orang yang berhak atas harta kekayaan yang dimilikinya (ahli warisnya), maupun kepada pihak ketiga. Harta kekayaan disini gabungan antara aktiva dan pasiva, karena yang dapat diwariskan kepada ahli warisnya adalah hak-hak dan kewajibankewajiban yang termasuk kedalam lingkup hukum kekayaan. Pada prinsipnya pewarisan hanya daat terjadi karena adanya hubungan darah dan hibah wasiat. 2. Pewarisan adalah salah satu cara untuk memperoleh hak milik atas suatu benda. Dan diketahui juga bahwa hak waris adalah hak kebendaan. Maka dari itu pewaris atau Ninggar setelah ia meninggal dunia kemudian terdapat peralihan hak dan kewajiban atas aktiva dan pasiva yang dimiliki olehnya kepada para ahli warisnya. Peralihan yang demikian terjadi dengan sendirinya secara hukum kepada para ahli warisnya yang sah, sesuai dengan pasal 833 KUHPerdata. Dan didalamnya terdapat harta kekayaan berupa kepemilikan atas empat bidang tanah yang saat ini belum terbagi oleh para ahli warisnya. Maka dapat diketahui bahwa tanah obyek sengketa merupakan hak yang seharusnya dikuasai oleh para ahli waris, yaitu Mat Murnawi, Ereng dan juga Tinarsim. Maka dari itu Suyanto atau Yanto yang merupakan Tergugat I, adalah pihak yang bukan merupakan ahli waris dari Ninggar dan ia tidak memiliki hak untuk menguasai tanah warisan, karena ia tidak memiliki hubungan darah dengan pewaris. Dalam hal ini Tergugat I hanyalah kerabat jauh dari ibu tiri Ereng dan Tinarsim. Maka dari itu ia tidaklah berhak untuk menguasai tanah sengketa I, II, III dan IV dan juga melakukan perbuatan hukum atas tanah tersebut. Para ahli waris sesuai dengan pasal 834 KUHPerdata, mereka berhak untuk mengajukan gugatan untuk mengambil alih harta warisan yang seharusnya diterima oleh mereka Akan tetapi dalam kasus kedua pasal diatas tidak diterapkan oleh Para Penggugat. Padahal Pasal 833 dan Pasal 834 KUHPerdata dapat dijadikan sebagai dasar hukum dari Para Penggugat untuk mendapatkan hak-haknya sebagai ahli waris dari Ninggar, karena kedua pasal diatas merupakan hak-hak yang diterima oleh mereka sebagai ahli waris. 3. Putusan yang diberikan Majelis Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri Kota Lumajang No. 24/Pdt.G/2011/PN.Lmj sudah sesuai dengan peraturan perundang-

13 undangan yang berlaku. Ditinjau dari segi Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Majelis Hakim menyatakan bahwa Para Penggugat adalah ahli waris dari pewaris, hal ini sesuai dengan Pasal 832 yang menyatakan bahwa untuk dapat mewaris seseorang harus mempunyai hubungan darah dengan pewaris. Juga bahwa Para Penggugat telah membuktikan bahwa mereka adalah ahli waris dari pewaris maka sesuai dengan Pasal 852 KUHPerdata, mereka yang merupakan keturunan dari pewaris berhak untuk mewarisi harta darinya. Kemudian Pasal 584 KUHPerdata menyatakan bahwa dengan suatu peristiwa pewarisan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan hak milik. Maka dari itu pewaris atau Ninggar setelah ia meninggal dunia kemudian terdapat peralihan hak dan kewajiban atas aktiva dan pasiva dari harta kekayaan yang dimiliki olehnya kepada para ahli warisnya, yaitu Para Penggugat. Dilihat dari dasar hukum yang digunakan oleh Majelis Hakim adalah Pasal 163 HIR yaitu pihak yang mendalilkan maka ia lah yang wajib untuk membuktikan kebenarannya. Para Penggugat dapat membuktikan bahwa mereka adalah ahli waris dari pewaris, sedangkan Tergugat I, II, IV dan VI dalam bantahannya tidak disertai dengan alasan dan tidak juga dikuatkan dengan alat bukti. Pertimbangan hukum yang diajukan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lumajang pada Putusan No. 24/Pdt.G/2011/Pn.Lmj adalah dengan persesuian antara barang bukti dengan pernyataan yang diberikan oleh para saksi. Dan Tergugat I bukan merupakan ahli waris karena ia hanyalah saudara jauh dari Penggugat I dan Penggugat III yang tidak memiliki hubungan darah dari pewaris. Dan dari itu Tergugat I tidaklah berhak untuk menguasai harta warisan dari pewaris. Maka putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim mengenai Tergugat I bukanlah ahli waris dari pewaris adalah benar. Akan tetapi pada bagian pertimbangan hukum masih terdapat kekurangan. Seharusnya diberikan landasan hukum yang konkrit, baik mengenai pewarisan secara umum maupun mengenai hak kebendaan yang diturunkan melalui waris. Saran

14 1. Pengaturan mengenai hukum waris di Indonesia bersifat pluralistis, karena dikenal tiga sistem hukum yang mengatur hal tersebut. Selain Hukum Waris Perdata, dikenal juga hukum waris Islam dan juga Hukum Waris Adat. Pemahaman mengenai hukum waris tersebut hingga saat ini tidak secara utuh dikuasai oleh masyarakat. Padahal visi dari hukum sendiri adalah hukum haruslah diketahui oleh warga negaranya. Jadi alangkah lebih baik jika masyarakat diberi pengetahuan dengan cara diadakannya sosialisasi dan penyuluhan hukum yang konkrit oleh universitas atau lembaga hukum yang kompeten dengan bekerja sama dengan pemerintah mengenai hukum waris ini. 2. Di Indonesia sendiri masih terdapat banyak kasus yang dapat dijumpai dimana harta warisan tidak dimiliki oleh para ahli warisnya yang berhak, akan tetapi dikuasai oleh pihak-pihak diluar ahli warisnya. Dan mereka yang seperti itu tidak sedikit yang pada akhirnya melepaskan apa yang telah menjadi haknya. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan antara para pihaknya. Atau juga hal tersebut dapat dihindari seperti yang terdapat pada kasus diatas, dengan cara harta warisan yang berupa aktiva dan pasiva tersebut secepatnya dapat langsung dibagi diantara ahliwarisnya yang berhak. Kemudian dengan cara para ahli waris bekerja sama dengan memposisikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban mereka. Para ahli waris juga haruslah sependapat bahwa penguasaan atas harta warisan oleh pihak lain dapat dihindarkan, dan mencari solusi bagaimana caranya. Dan mencara cara bagaimana agar penguasaan tanah hak yang mereka miliki agar tidak dikuasai oleh pihak lainnya. Dan mereka harus menjaga harta yang telah beralih dari pewaris, dengan sedemikian rupa agar hak-hak para ahli waris tersebut dapat terlindungi. Daftar Referensi Buku: A. Pitlo. Hukum Waris; Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda. Diterjemahkan Oleh M. Isa Arief. Jakarta: Pt. Intermasa, 1990.

15 Afandi, Ali. Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian; Menurut Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (Bw), Cet. 1. Jakarta: Bina Aksara, J. Satrio. Hukum Waris, Cet. 1. Bandung: Citra Aditya Bakti, Perangin, Effendi. Hukum Waris, Cet. 11. Jakarta: Pt. Grafindo Persada, Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press, Sjarif, Surini Ahlan Dan Nurul Elmiyah. Hukum Kewarisan Perdata Barat; Pewarisan Menurut Undang-Undang, Cet.2. Jakarta: Kencana, Undang-Undang: Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Burgerlijk Wetboek), diterjemahkan oleh Prof. R. Subekti, S.H dan R. Tjitrosudibio, cet. 28 (Jakarta Praditya Paramita, 1996).

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN A. Pengertian Hukum Waris Pengertian secara umum tentang Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS AHLI AHLI WARIS AB INTESTATO MENURUT HUKUM PERDATA

TINJAUAN YURIDIS AHLI AHLI WARIS AB INTESTATO MENURUT HUKUM PERDATA TINJAUAN YURIDIS AHLI AHLI WARIS AB INTESTATO MENURUT HUKUM PERDATA USWATUN HASANAH / D 101 10 062 Pembimbing: I. ABRAHAM KEKKA, S.H, M.H., II. MARINI CITRA DEWI, S.H, M.H., ABSTRAK Menurut pasal 832 KUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang manusia yang lahir di dunia ini, memiliki hak dan kewajiban yang diberikan hukum kepadanya maupun kepada manusia-manusia lain disekitarnya dimulai kepadanya

Lebih terperinci

SISTEM PEWARISAN APABILA PEWARIS DAN AHLI WARISNYA MENINGGAL DUNIA PADA SAAT BERSAMAAN DITINJAU BERDASARKAN KITAB UNDANG -UNDANG HUKUM PERDATA

SISTEM PEWARISAN APABILA PEWARIS DAN AHLI WARISNYA MENINGGAL DUNIA PADA SAAT BERSAMAAN DITINJAU BERDASARKAN KITAB UNDANG -UNDANG HUKUM PERDATA SISTEM PEWARISAN APABILA PEWARIS DAN AHLI WARISNYA MENINGGAL DUNIA PADA SAAT BERSAMAAN DITINJAU BERDASARKAN KITAB UNDANG -UNDANG HUKUM PERDATA Oleh : Ni Made Ayu Ananda Dwi Satyawati Suatra Putrawan Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam perjalanan hidupnya mengalami beberapa peristiwa yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan mempunyai akibat hukum.

Lebih terperinci

HAK AHLI WARIS BERKEWARGANEGARAAN ASING TERHADAP HARTA WARISAN BERUPA TANAH

HAK AHLI WARIS BERKEWARGANEGARAAN ASING TERHADAP HARTA WARISAN BERUPA TANAH HAK AHLI WARIS BERKEWARGANEGARAAN ASING TERHADAP HARTA WARISAN BERUPA TANAH Oleh: Ida Ayu Ide Dinda Paramita I Gede Yusa I Wayan Wiryawan Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015 AHLI WARIS PENGGANTI MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Patricia Diana Pangow 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kedudukan seseorang sebagai

Lebih terperinci

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan 46 BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata Sebelum penulis membahas waris anak sumbang dalam KUH Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan yang mana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia karena ia tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami isteri saja tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus terjadi perselisihan atau sengketa dalam proses pembagian harta warisan

BAB I PENDAHULUAN. harus terjadi perselisihan atau sengketa dalam proses pembagian harta warisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembagian harta warisan secara adil sesuai aturan hukum yang berlaku merupakan hal utama dalam proses pewarisan. Keselarasan, kerukunan, dan kedamaian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk dalam lapangan atau bidang hukum perdata. Semua cabang hukum yang termasuk dalam bidang

Lebih terperinci

PEWARISAN DAN AHLI WARIS PENGGANTI BIJ PLAATSVERVULLING

PEWARISAN DAN AHLI WARIS PENGGANTI BIJ PLAATSVERVULLING PEWARISAN DAN AHLI WARIS PENGGANTI BIJ PLAATSVERVULLING Oktavia Milayani STIP Bunga Bangsa Palangkaraya Jalan Pangeran Samudra III No. 7 Palangkaraya Email: oktavia.milayani09@gmail.com Abstract The law

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM HAK WARIS BAGI AHLI WARIS YANG DALAM KEADAAN TAK HADIR DAN PULANG KEMBALI*1

PERLINDUNGAN HUKUM HAK WARIS BAGI AHLI WARIS YANG DALAM KEADAAN TAK HADIR DAN PULANG KEMBALI*1 PERLINDUNGAN HUKUM HAK WARIS BAGI AHLI WARIS YANG DALAM KEADAAN TAK HADIR DAN PULANG KEMBALI* 1 Oleh : Isnani Hifzhi Syauchani** 2 I Ketut Westra*** 3 Ida Bagus Putra Atmadja**** 4 ABSTRAK : Perlindungan

Lebih terperinci

BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek

BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA A. Hukum kewarisan perdata Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek yang sering disebut BW adalah kumpulan peraturan yang mengatur mengenai kekayaan

Lebih terperinci

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR KAWIN DALAM HUKUM PERDATA (BURGERLIJK WETBOEK) A. Pengertian Anak Luar Kawin Menurut Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) Anak menurut bahasa adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau beberapa orang lain. Intinya adalah peraturan yang mengatur akibat-akibat

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau beberapa orang lain. Intinya adalah peraturan yang mengatur akibat-akibat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hukum Waris Hukum waris menurut para sarjana pada pokoknya adalah peraturan yang mengatur perpindahan kekayaan seseorang yang meninggal dunia kepada satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang merdeka di dalam wadah Negara Republik Indonesia sudah berumur lebih dari setengah abad, tetapi setua umur tersebut hukum nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mewaris adalah menggantikan hak dan kewajiban seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Mewaris adalah menggantikan hak dan kewajiban seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mewaris adalah menggantikan hak dan kewajiban seseorang yang meninggal. Pada umumnya yang digantikan adalah hanya hak dan kewajiban di bidang hukum kekayaan

Lebih terperinci

KEDUDUKAN HUKUM AHLI WARIS YANG MEWARIS DENGAN CARA MENGGANTI ATAU AHLI WARIS BIJ PLAATSVERVULLING MENURUT BURGERLIJK WETBOEK

KEDUDUKAN HUKUM AHLI WARIS YANG MEWARIS DENGAN CARA MENGGANTI ATAU AHLI WARIS BIJ PLAATSVERVULLING MENURUT BURGERLIJK WETBOEK KEDUDUKAN HUKUM AHLI WARIS YANG MEWARIS DENGAN CARA MENGGANTI ATAU AHLI WARIS BIJ PLAATSVERVULLING MENURUT BURGERLIJK WETBOEK Oktavia Milayani Fakultas Hukum STIP Bunga Bangsa Palangkaraya Jalan Pangeran

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. PEMBATALAN ATAS PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA 1 Oleh : Erni Bangun 2

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. PEMBATALAN ATAS PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA 1 Oleh : Erni Bangun 2 PEMBATALAN ATAS PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA 1 Oleh : Erni Bangun 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan sistem hukum waris menurut BW dengan

Lebih terperinci

HAK MEWARIS ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA

HAK MEWARIS ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA HAK MEWARIS ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA Oleh : Ni Wayan Manik Prayustini I Ketut Rai Setiabudhi Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Adopted

Lebih terperinci

BAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA

BAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA 25 BAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA A. Hukum Waris di Indonesia Hukum Waris merupakan salah satu bagian dari hukum Perdata secara keseluruhan

Lebih terperinci

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) 0 TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

TATA CARA PENUNTUTAN HAK WARIS OLEH AHLI WARIS YANG SEBELUMNYA DINYATAKAN HILANG BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA (KUHPERDATA)

TATA CARA PENUNTUTAN HAK WARIS OLEH AHLI WARIS YANG SEBELUMNYA DINYATAKAN HILANG BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA (KUHPERDATA) TATA CARA PENUNTUTAN HAK WARIS OLEH AHLI WARIS YANG SEBELUMNYA DINYATAKAN HILANG BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA (KUHPERDATA) Oleh : Ni Putu Yuli Kartika Dewi Ni Putu Purwanti Bagian Hukum

Lebih terperinci

PENERAPAN LEGITIME FORTIE (BAGIAN MUTLAK) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KUH PERDATA. SULIH RUDITO / D

PENERAPAN LEGITIME FORTIE (BAGIAN MUTLAK) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KUH PERDATA. SULIH RUDITO / D PENERAPAN LEGITIME FORTIE (BAGIAN MUTLAK) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KUH PERDATA. SULIH RUDITO / D 101 09 645 ABSTRAK Hukum waris dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata termasuk dalam bidang hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk membentuk suatu keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan mempunyai tempat dalam masyarakat disertai hak-hak dan kewajibankewajiban terhadap orang lain, sesama

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017. KEDUDUKAN AHLI WARIS DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Daniel Angkow 2

Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017. KEDUDUKAN AHLI WARIS DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Daniel Angkow 2 KEDUDUKAN AHLI WARIS DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Daniel Angkow 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kedudukan ahli waris menurut KUH

Lebih terperinci

PENOLAKAN WARIS BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA

PENOLAKAN WARIS BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA PENOLAKAN WARIS BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA Oleh: Arya Bagus Khrisna Budi Santosa Putra I Gusti Agung Ayu Ari Krisnawati Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1 A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata Anak dalam kandungan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang merupakan ketentuan yang mengatur pelaksanaan perkawinan yang ada di Indonesia telah memberikan landasan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN OLEH AHLI WARIS YANG PEWARISNYA MASIH HIDUP (STUDI KASUS DI LBH-HPP-PETA)

PENYELESAIAN SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN OLEH AHLI WARIS YANG PEWARISNYA MASIH HIDUP (STUDI KASUS DI LBH-HPP-PETA) PENYELESAIAN SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN OLEH AHLI WARIS YANG PEWARISNYA MASIH HIDUP (STUDI KASUS DI LBH-HPP-PETA) Oleh : Margareth Vera Sonia Korassa I Wayan Suardana Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PEMBERIAN WARISAN SAAT PEWARIS MASIH HIDUP BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

AKIBAT HUKUM PEMBERIAN WARISAN SAAT PEWARIS MASIH HIDUP BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA AKIBAT HUKUM PEMBERIAN WARISAN SAAT PEWARIS MASIH HIDUP BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Oleh: I Putu Budi Arta Yama Gde Made Swardhana Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai kaidah atau norma sosial yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan pencerminan dari

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 ANALISIS YURIDIS KEHILANGAN HAK MEWARIS MENURUT KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Weidy V. M. Rorong 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah sistem pembagian

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website : ALAT BUKTI SURAT DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI TEMANGGUNG (Studi Kasus Putusan No. 45/Pdt.G/2013/PN Tmg) Abdurrahman Wahid*, Yunanto, Marjo Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas

Lebih terperinci

PEMBAGIAN HAK WARIS KEPADA AHLI WARIS AB INTESTATO DAN TESTAMENTAIR MENURUT HUKUM PERDATA BARAT (BW)

PEMBAGIAN HAK WARIS KEPADA AHLI WARIS AB INTESTATO DAN TESTAMENTAIR MENURUT HUKUM PERDATA BARAT (BW) PEMBAGIAN HAK WARIS KEPADA AHLI WARIS AB INTESTATO DAN TESTAMENTAIR MENURUT HUKUM PERDATA BARAT (BW) Oleh : Indah Sari, SH, M.Si 1 (Indah.alrif@gmail.com) ----------------------------------- Abstrak: Hukum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga

BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga Masyarakat di Indonesia telah menganut tiga hukum mengenai hibah, yaitu Hukum Adat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia ( naturlijk person) sebagai subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban sehingga dapat melakukan perbuatan hukum. Mempunyai atau menyandang hak dan kewajban

Lebih terperinci

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps )

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps ) WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps ) Oleh: Ayu Septiari Ni Gst. Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG BAGIAN AHLI WARIS YANG MENOLAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA BW

TINJAUAN TENTANG BAGIAN AHLI WARIS YANG MENOLAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA BW 15 TINJAUAN TENTANG BAGIAN AHLI WARIS YANG MENOLAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA BW Dosen Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan Abstract Based on the constitution, basically everyone has

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam tatanan kehidupan berkeluarga, perkara yang berkaitan dengan warisan sering menimbulkan permasalahan. Dimana permasalahan tersebut sering menyebabkan sengketa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa meninggal dunia di dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Kanun Jurnal Ilmu Hukum Susiana No. 55, Th. XIII (Desember, 2011), pp. 139-148. HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam perjalanan hidupnya pasti akan mengalami peristiwa hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah kejadian, keadaan atau

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGHIBAHAN SELURUH HARTA WARISAN OLEH PEWARIS SEHINGGA MELANGGAR LEGITIME PORTIE

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGHIBAHAN SELURUH HARTA WARISAN OLEH PEWARIS SEHINGGA MELANGGAR LEGITIME PORTIE RIVERA WIJAYA 1 AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGHIBAHAN SELURUH HARTA WARISAN OLEH PEWARIS SEHINGGA MELANGGAR LEGITIME PORTIE AHLI WARIS DITINJAU DARI KUHPERDATA (STUDI PUTUSAN NOMOR 188/PDT.G/2013/PN.SMG) RIVERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari seorang ayah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung jawab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dengan saling berdampingan satu dengan yang lainnya, saling membutuhkan dan saling

Lebih terperinci

Waris Menurut BW Bab I Pendahuluan

Waris Menurut BW Bab I Pendahuluan Waris Menurut BW Bab I Pendahuluan Disusun Oleh: Dimas Candra Eka 135010100111036(02) Hariz Muhammad 135010101111182(06) Nyoman Kurniadi 135010107111063 (07) Edwin Setyadi K. 135010107111071(08) Dewangga

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG Oleh : Komang Padma Patmala Adi Suatra Putrawan Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT:

Lebih terperinci

AGNES ADRIANI HALIM ABSTRACT

AGNES ADRIANI HALIM ABSTRACT AGNES ADRIANI HALIM 1 PENUNJUKAN ANAK LUAR KAWIN SEBAGAI AHLI WARIS DENGAN TESTAMEN BAGI GOLONGAN TIONGHOA AGNES ADRIANI HALIM ABSTRACT There were some problems of appointing an illegitimate child as an

Lebih terperinci

ANALISIS YURIDIS PENDAFTARAN PERALIHAN HAK GUNA BANGUNAN AKIBAT PEWARISAN SECARA AB INTESTATO DI KOTA MEDAN BERLIANA YUNITA HUTAGALUNG ABSTRACT

ANALISIS YURIDIS PENDAFTARAN PERALIHAN HAK GUNA BANGUNAN AKIBAT PEWARISAN SECARA AB INTESTATO DI KOTA MEDAN BERLIANA YUNITA HUTAGALUNG ABSTRACT Berliana Yunita Hutagalung 1 ANALISIS YURIDIS PENDAFTARAN PERALIHAN HAK GUNA BANGUNAN AKIBAT PEWARISAN SECARA AB INTESTATO DI KOTA MEDAN BERLIANA YUNITA HUTAGALUNG ABSTRACT According to law of inheritance

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018 PELAKSANAAN SURAT WASIAT BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DALAM PRAKTEK KENOTARIATAN 1 Oleh: Karini Rivayanti Medellu 2 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Telly Sumbu, SH, MH Meiske T. Sondakh, SH,

Lebih terperinci

KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERKARA WARIS Rahmatullah, SH.,MH Dosen Fakultas Hukum UIT Makassar

KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERKARA WARIS Rahmatullah, SH.,MH Dosen Fakultas Hukum UIT Makassar KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERKARA WARIS, SH.,MH Dosen Fakultas Hukum UIT Makassar Abstract This inheritance issues often cause disputes or problems for heirs, because it

Lebih terperinci

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH Hukum Keluarga dan Waris HUKUM WARIS ISTILAH Didalam hukum waris dikenal istilah-istilah seperti pewaris, ahli waris, harta waris, boedel, testament, legaat, dan legitieme portie[1]. Yang dimaksud Pewaris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Semakin meningkatnya kebutuhan atau kepentingan setiap orang, ada kalanya seseorang yang memiliki hak dan kekuasaan penuh atas harta miliknya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup bermasyarakat, karena sebagai individu, manusia tidak dapat menjalani kehidupannya sendiri untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya BAB I PENDAHULUAN Saat ini di Indonesia masih terdapat sistem hukum waris yang beraneka ragam, yaitu sistem hukum waris Adat, hukum waris Islam, dan hukum waris Barat (KUHPerdata). Sistem hukum waris Adat

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM PENGHIBAHAN HARTA WARISAN YANG MELANGGAR BAGIAN MUTLAK ATAU LEGITIME PORTIE AHLI WARIS OLEH PEWARIS MENURUT KUHPERDATA

BAB III AKIBAT HUKUM PENGHIBAHAN HARTA WARISAN YANG MELANGGAR BAGIAN MUTLAK ATAU LEGITIME PORTIE AHLI WARIS OLEH PEWARIS MENURUT KUHPERDATA BAB III AKIBAT HUKUM PENGHIBAHAN HARTA WARISAN YANG MELANGGAR BAGIAN MUTLAK ATAU LEGITIME PORTIE AHLI WARIS OLEH PEWARIS MENURUT KUHPERDATA A. Hibah dan Hibah Wasiat Sebagai Peristiwa Hukum Anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak sengketa terjadi di Indonesia yang menimbulkan konflik ringan dan berat. Beberapa konflik tersebut dapat terbentuk dari, 1) Perebutan tahta, termasuk

Lebih terperinci

BAB II STATUS HUKUM HARTA WARIS YANG DIPEROLEH BERDASAR PADA WASIAT / TESTAMEN. hubungan pewarisan antara pewaris dan ahli waris.

BAB II STATUS HUKUM HARTA WARIS YANG DIPEROLEH BERDASAR PADA WASIAT / TESTAMEN. hubungan pewarisan antara pewaris dan ahli waris. 20 BAB II STATUS HUKUM HARTA WARIS YANG DIPEROLEH BERDASAR PADA WASIAT / TESTAMEN A. Perolehan Harta Waris Menurut BW Pewarisan berdasarkan undang-undang adalah suatu bentuk pewarisan dimana hubungan darah

Lebih terperinci

BAB III WASIAT PENGANGKATAN AHLI WARIS (ERSFTELLING) DALAM KUHPERDATA. yaitu segala hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan perorangan.

BAB III WASIAT PENGANGKATAN AHLI WARIS (ERSFTELLING) DALAM KUHPERDATA. yaitu segala hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan perorangan. BAB III WASIAT PENGANGKATAN AHLI WARIS (ERSFTELLING) DALAM KUHPERDATA A. Sekilas KUHPerdata Hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat materiil yaitu segala hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan

Lebih terperinci

HAK ANAK TIRI TERHADAP WARIS DAN HIBAH ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM

HAK ANAK TIRI TERHADAP WARIS DAN HIBAH ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM HAK ANAK TIRI TERHADAP WARIS DAN HIBAH ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM Oleh : Putu Ari Sara Deviyanti Made Suksma Prijandhini Devi Salain Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

GALIH PRIYONO C

GALIH PRIYONO C PROSES PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP PEMBAGIAN HAK WARIS ATAS TANAH YANG TELAH DIJUAL OLEH SALAH SATU AHLI WARIS (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI PEMALANG) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana

Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana AKIBAT HUKUM JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH KEPADA ORANG ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Setiap pasangan (suami-istri) yang telah menikah, pasti berkeinginan untuk mempunyai anak. Keinginan tersebut merupakan naluri manusiawi dan sangat

Lebih terperinci

KEKUATAN YURIDIS METERAI DALAM SURAT PERJANJIAN

KEKUATAN YURIDIS METERAI DALAM SURAT PERJANJIAN KEKUATAN YURIDIS METERAI DALAM SURAT PERJANJIAN Oleh : Komang Kusdi Wartanaya Nyoman A. Martana Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT: This paper entitled Juridical Power of Seal on

Lebih terperinci

PEWARISAN HAK CIPTA MENURUT KUHPERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

PEWARISAN HAK CIPTA MENURUT KUHPERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA PEWARISAN HAK CIPTA MENURUT KUHPERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA Oleh: Bernat Panjaitan, SH, M.Hum Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Hak cipta merupakan hak milik oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa pewarisan adalah perihal klasik dan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Apabila ada seseorang meninggal dunia, maka pada saat itulah

Lebih terperinci

Soal Latihan UAS 2014/2015 Asas-Asas Hukum Perdata

Soal Latihan UAS 2014/2015 Asas-Asas Hukum Perdata Soal Latihan UAS 2014/2015 Asas-Asas Hukum Perdata SOAL 1. Apa yang dimaksud dengan pewaris, ahli waris, hukum waris dan harta warisan? 2. Sebutkan aspek-aspek hukum lain selain aspek hukum benda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) memberikan pengertian mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, meliputi permukaan bumi,

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA (Studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Disusun dan Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan masalah yang esensial bagi kehidupan manusia, karena disamping perkawinan sebagai sarana untuk membentuk keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung

Lebih terperinci

BAB IV. PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KUHPerdata

BAB IV. PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KUHPerdata BAB IV PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KUHPerdata A. Kewarisan dalam KUHPerdata Dalam KUHPerdata Hukum kewarisan diatur dalam Buku II KUHPerdata. Jumlah pasal yang mengatur hukum waris sebanyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang penting yaitu pada waktu ia dilahirkan, waktu ia kawin, dan waktu ia meninggal dunia (Ali Afandi,

Lebih terperinci

Oleh: GALIH PRIYONO C

Oleh: GALIH PRIYONO C PROSES PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP PEMBAGIAN HAK WARIS ATAS TANAH YANG TELAH DIJUAL OLEH SALAH SATU AHLI WARIS (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI PEMALANG) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN Oleh : Dewa Made Sukma Diputra Gede Marhaendra Wija Atmadja Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

GUGATAN PEMOTONGAN (INKORTING) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

GUGATAN PEMOTONGAN (INKORTING) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA GUGATAN PEMOTONGAN (INKORTING) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Dedy Pramono Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul Jakarta Jalan Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia, dari sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu kenyataan atas keinginan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ATAS AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS

TINJAUAN YURIDIS ATAS AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS TINJAUAN YURIDIS ATAS AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS, SH.MH 1 Abstrak : Sistem Ahli Waris Pengganti menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terjadi apabila seorang ahli waris terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA 70 BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA A. Analisis Yuridis Terhadap Dasar Hukum Yang Dipakai Oleh Pengadilan Negeri Jombang

Lebih terperinci

KEDUDUKAN HUKUM SUAMI ISTRI DALAM HAL JUAL BELI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN (KAJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN)

KEDUDUKAN HUKUM SUAMI ISTRI DALAM HAL JUAL BELI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN (KAJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN) KEDUDUKAN HUKUM SUAMI ISTRI DALAM HAL JUAL BELI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN (KAJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN) Oleh I Gusti Ayu Oka Trisnasari I Gusti Ayu Putri Kartika I

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN 1. Akibat Hukum Terhadap Kedudukan, Hak dan Kewajiban Anak dalam Perkawinan yang Dibatalkan a. Kedudukan,

Lebih terperinci

BAB III HIBAH DALAM KELUARGA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM PERDATA INDONESIA

BAB III HIBAH DALAM KELUARGA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM PERDATA INDONESIA BAB III HIBAH DALAM KELUARGA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM PERDATA INDONESIA A. Konsep Keluarga dalam Hukum Perdata 1. Konsep Keluarga Keluarga adalah kesatuan masyarakat kecil yang terdiri atas suami, istri

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 1 PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI MEDIASI DALAM PERKARA WARISAN DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajad Sarjana Hukum dalam

Lebih terperinci

DALUWARSA PENGHAPUS HAK MILIK DALAM SENGKETA PERDATA

DALUWARSA PENGHAPUS HAK MILIK DALAM SENGKETA PERDATA DALUWARSA PENGHAPUS HAK MILIK DALAM SENGKETA PERDATA ( Studi Putusan Pengadilan Negeri Wates Nomor : 06/PDT.G/2007.PN.WT ) STUDI KASUS HUKUM Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga manusia akan meninggalkan dunia ini tanpa membawa suatu apapun juga. Dia lahir ke dunia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, ketika seorang anggota dari

BAB I PENDAHULUAN. suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, ketika seorang anggota dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Warisan dapat diartikan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, ketika seorang anggota dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang merupakan negara yang terdiri dari berbagai etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. lainnya dalam satu kesatuan yang utuh (Abdulsyani, 1994:123).

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. lainnya dalam satu kesatuan yang utuh (Abdulsyani, 1994:123). II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian SistemWaris Sistem mengandung pengertian sebagai kumpulan dari berbagai unsur (komponen)yang saling bergantungan

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 9/Nov/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 9/Nov/2017 EKSISTENSI LEMBAGA HEREDITATIS PETITIO DALAM PENUNTUTAN HAK OLEH AHLI WARIS APABILA HARTA WARISAN MENJADI JAMINAN HUTANG OLEH PENGAMPU (CURATOR) 1 Oleh: Septian Ardianzah Nugroho 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 7/Sep/2017. PEMBATALAN HIBAH MENURUT PASAL 1688 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Meylita Stansya Rosalina Oping 2

Lex Privatum Vol. V/No. 7/Sep/2017. PEMBATALAN HIBAH MENURUT PASAL 1688 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Meylita Stansya Rosalina Oping 2 PEMBATALAN HIBAH MENURUT PASAL 1688 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Meylita Stansya Rosalina Oping 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana ketentuan pembatalan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1 Abstrak Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perkawinan di bawah tangan masih sering dilakukan, meskipun

Lebih terperinci