Implementasi Kepemimpinan Situasional Kepala Sekolah Dalam Pengambilan Keputusan Di SMA Negeri 1 Kwandang Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Implementasi Kepemimpinan Situasional Kepala Sekolah Dalam Pengambilan Keputusan Di SMA Negeri 1 Kwandang Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara"

Transkripsi

1

2 ` Implementasi Kepemimpinan Situasional Kepala Sekolah Dalam Pengambilan Keputusan Di SMA Negeri 1 Kwandang Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Oleh: Yulin Latonggu 1, Arifin Suking dan Warni T. Sumar 2 Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo yulinlatonggu@yahoo.com ABSTRAK Implementasi Kepemimpinan Situasional Kepala Sekolah Dalam Pengambilan Keputusan di SMA Negeri 1 Kwandang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) gaya instruksi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan, 2) gaya konsultasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan, 3) gaya partisipasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan, 4) gaya delegasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) gaya instruksi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan berada pada kategori baik (2) gaya konsultasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan berada pada kategori cukup baik (3) gaya partisipasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan berada pada kategori baik. (4) gaya delegasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan berada padakategori cukup baik. Saran-saran : 1) Bagi sekolah, hendaknya kepemimpinan situasional kepala sekolah terutama dalam pengambilan keputusan lebih ditingkatkan. 2) Bagi kepala sekolah untuk lebih memberikan kesempatan kepada para guru terlibat dalam proses pengambilan keputusan. 3) Bagi guru, diharapkan kontribusi dari penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan tentang implementasi kepemimpinan situasional kepala sekolah. 4) Bagi Peneliti dapat memperluas wawasannya. Kata kunci : Kepemimpinan, Situasional, pengambilan keputusan. 1. PENDAHULUAN Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, ia menggerakkan seluruh anggota yang berfungsi didalamnya guna melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban yang ada di sekolah. Kepala sekolah juga memberikan apresiasi yang tinggi terhadap hasil kerja guru sehingga guru memiliki semangat kerja yang 1 Yulin Latonggu, Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo 2 Arifin Suking dan Warni T. Sumar, Dosen Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo

3 tinggi pula, ia selalu menjalin hubungan yang baik terhadap guru demi terciptanya suasana kerja yang harmonis dan menyenangkan bagi guru dimana mereka tidak merasa jenuh ataupun merasa terpaksa dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah tidak memaksakan kehendaknya tehadap guru-guru termasuk dalam pengambilan suatu keputusan akan tetapi berdasarkan keputusan yang telah disepakati bersama. Kepala sekolah sangat berperan penting dalam melaksanakan tujuan dari sekolah, program sekolah, termasuk juga dalam setiap pengambilan keputusan. Dalam hal ini kepala sekolah tidak mengambil keputusan berdasarkan kemauannya sendiri ia selalu melihat situasi dan kondisi disekitarnya, karena setiap saat situasi yang ada di lingkungan sekolah akan berubah-ubah, dimana dalam pengambilan keputusan ia selalu mempertimbangkan berdasarkan situasi yang terjadi dilingkungan sekolah, selain itu dalam setiap penetapan sebuah keputusan ia selalu mengikut sertakan para guru-guru untuk memberikan suatu pendapat ataupun solusi dalam pemilihan keputusan yang tepat demi tercapainya tujuan sekolah yang efektif. Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah pertama kepala sekolah sebagai administrator pendidikan, yakni untuk meningkatkan mutu sekolahnya, kepala sekolah dapat memperbaiki dan mengengbangkan fasilitas sekolahnya berupa perlengkapan atau peralatan yang tercakup dalam bidang administrasi pendidikan. Kedua kepala sebagai supervisi pendidikan yakni usala peningkatan mutu dapat dilakukan dengan cara meningkatkan mutu guru-guru dan seluruh staf sekolah baik melalui rapat, observasi kelas, dan sebagainya. Menurut Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2015: 141) fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar dengan baik. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, kepala sekolah memiliki tanggung jawab ganda yaitu : (a) Melaksanakan Administrasi sekolah, sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang baik dan, (b)

4 Melaksanakan Suvervisi, sehingga kemauan guru-guru meningkat dalam membimbing pertumbuhan murid-muridnya. Dari segi kepemimpinan, seorang kepala sekolah perlu memiliki gaya kepemimpinan situasional, agar semua potensi yang ada disekolah dapat berfungsi secara optimal. Kepemimpinan situasional merupakan gaya seorang pemimpin yang akan berbeda-beda, tergantung pada tingkat kesiapan para pengikutnya, dimana situasi memberikan kendali kepada seorang pemimpin atas para bawahan. ( Dimyati, 2014: 213 ). Kepemimpinan kepala sekolah sangat besar perannya terutama dalam setiap pengambilan keputusan, karena membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas dari seorang pemimpin. Keputusan yang di tetapkan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin harus di sesuaikan dengan kondisi dan suasana yang ada di sekolah tersebut, dimana bawahanya dapat menerima serta melaksanakan keputusan-keputusan yang telah di tetapkan oleh kepala sekolah. Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju atau mundurnya organisasi. Pengambilan keputusan yang tepatlah yang akan menghasilkan suatu perubahan terhadap sekolah kearah yang lebih baik, tetapi sebaliknya pengambilan keputusan yang salah akan berdampak buruk bagi sekolah. Dalam penerapan teori kepemimpinan situasional, kepala sekolah harus didasarkan pada hasil analisis terhadap situasi yang dihadapi pada suatu saat tertentu dan mengidentifikasikan kondisi anggota yang dipimpinnya. Kepala sekolah harus mampu mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima oleh bawahannya. Peran kepemimpinan situasional kepala sekolah menjadi sangat penting dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan yang ada. Pengambilan keputusan khusunya di sekolah merupakan hal yang sangat substansial dan harus dilakukan. Kondisi ini mengingat bahwa sekolah merupakan institusi yang harus diperhadapkan dengan berbagai persoalan yang memerlukan pemecahan masalah. Usaha untuk mencari solusi yang tepat atas berbagai masalah yang muncul tersebut harus melalui proses pengambilan keputusan yang tepat.

5 Suatu hal yang sangat prinsip untuk diperhatikan dalam proses pengambilan keputusan yaitu tingkat kualitas keputusan, manfaatnya bagi organisasi serta adanya dukungan yang positif dari seganap stakeholder pendidikan disekolah. Proses pengambilan keputusan disekolah dapat dilakukan sejak awal sampai dengan lahirnya keputusan. Berdasarkan observasi awal di SMA Negeri 1 Kwandang Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara melalui wawancara dengan guru bahwa dalam kepemimpinan kepala sekolah masih ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan, terutama dalam setiap pengambilan keputusan kepala sekolah belum melibatkan para guru secara penuh dalam menentukan suatu keputusan yang akan diambil. Hal ini dapat dilihat dari kepemimpinan kepala sekolah yang kurang lebih dua tahun dalam menjabat sebagai kepala sekolah. Melihat realitas di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam guna mengkaji masalah mengenai kepemimpinan kepala sekolah sehingga penulis mangangkat judul Implementasi Kepemimpinan Situasional Kepala Sekolah Dalam Pengambilan Keputusan. Rumusan Masalah 1) Bagaimana Gaya Intruksi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMA Negeri 1 Kwandang Kec.Kwandang Kab.Gorontalo Utara? 2) Bagaimana Gaya Konsultasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMA Negeri 1 Kwandang Kec.Kwandang Kab.Gorontalo Utara? 3) Bagaimana Gaya Partisipasi kepala sekolah terhadap pengambilan keputusan di SMA Negeri 1 Kwandang Kec.Kwandang Kab.Gorontalo Utara? 4) Bagaimana Gaya Delegasi Kepala Sekolah dalam Pengambilan Keputusan di SMA Negeri 1 Kwandang Kec.Kwandang Kab.Gorontalo Utara. 2. KAJIAN TEORI A. Kepemimpinan Situasional Menurut Dimyati (2014: 213) kepemimpinan situasional adalah a leadership contingency theory that focuses on followers readiness/maturity. Inti dari teori kepemimpinan situasional adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, bergantung pada tingkat kesiapan para

6 pengikutnya. Pemahaman dasar dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang tidak adanya gaya kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan efektif tergantung pada relevansi tugas dan hampir pemimpin yang sukses selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat. Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan kelompok, melainkan bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan, atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan. Jadi, pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada penomena kepemimpinan pada situasi yang unik. Pendekatan situasional biasa disebut dengan pendekatan kontingensi. Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilah kepemimpinan tidak hanya bergantung atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin. Setiap organisasi atau lembaga memiliki ciri-ciri khusus dan unik. Bahkan, organisasi atau lembaga sejenis pun menghadapi masalah yang berbeda karena lingkungan yang berbeda, semangat, watak, dan situasi yang beda-beda. Perbedaan ini harus dihadapi dengan perilaku pemimpin yang berbeda pula. B. Gaya Kepemimpinan Situasional Menurut Pasalong (2013: 48) dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin, ada dua hal yang biasanya dilakukan terhadap bawahannya atau pengikutnya yakni : prilaku mengarahkan atau prilaku mendukung. 1. Perilaku mengarahkan adalah sejauh mana seorang pemimpin melibatkan dalam komunikasai satu arah. Bentuk pengarahan dalam komunikasi satu arah ini antara lain, menetapkan peranan yang seharusnya dilakukan pengikut, memberitahukan pengikut tentang apa yang saharusnya bias dikerjakan, dimana melakukan hal tersebut, bagaimana melakukannya dan melakukan pengawasan secara ketat kepada pengikutnya. 2. Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan pengikut dalam pengambilan keputusan.

7 Kedua norma prilaku tersebut ditempatkan pada dua poros yang terpisah dan berbeda, sehingga dapat diketahui empat gaya dasar kepemimpinan, yaitu sebagai berikut: Tinggi Tinggi Dukungan Tinggi Pengarahan Dan Rendah Dan Tinggi Pengarahan Dukungan (Partisifasi) (Konsultasi) Perilaku G3 G2 Mendukung Rendah Dukungan Tinggi Pengarahan Dan Rendah Dan Rendah Pengarahan Dukungan (Delegasi) (Instruksi) G4 G1 Rendah Perilaku Mengarahkan Gambar 2.1 Empat Gaya Dasar Kepemimpinan Situasional A. Gaya Instruksi (G1). Menurut Pasalong (2013: 48) gaya intruksi pemimpin yaitu diterapkan kepada bawahan yang memiliki tingkat kematangan yang rendah. Dalam hal ini bawahan yang tidak mampu dan tidak mau (MI) memikul tanggung jawab untuk melaksanakan tugas. Dalam banyak kasus ketidakinginan bawahan merupakan akibat dari ketidakyakinannya atau kurangnya pengalaman dan pengetahuan berkenaan dengan satu tugas. Dengan demikian gaya pengarahan (GI) yang jelas dan spesifik yang cocok diterapkan oleh pemimpin. Pengawasan yang ketat memiliki tingkat kemungkinan efektif yang paling tinggi. Oleh karena itu, perilaku instruksi pemimpin yang dirujuk, karena dicirikan dengan peranan pemimpin yang menginstruksikan bawahan tentang apa, bagaimana, dan di mana harus melakukan suatu tugs tertentu.

8 B. Gaya Konsultasi (G2) Gaya konsultasi pemimpin yaitu diterapkan kepada bawahan yang mempunyai tingkat kematangan rendah ke sedang. Dalam hal ini bawahan yang tidak mampu tetapi bekeinginan (M2), untuk memikul tanggung jawab, yaitu memiliki keyakinan tetapi kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian gaya konsultasi (G2) yang memberikan perilaku mengarahkan, karena mereka kurang mampu, juga memberikan dukungan untuk memperkuat kemampuan dan antusias. (Pasolong, 2013: 48). C. Gaya Partisipasi (G3) Menurut Pasolong ( 2013:50 ) partisipasi yaitu diterapkan kepada bawahan yang memiliki tingkat kematangan dari sedang ke tinggi. Bawahan pada tingkat perkembang ini, memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki kemauan (M3) untuk melakukan suatu tugas yang diberikan. Ketidakinginan bahwa seringkali disebabkan karena kurangnya keyakinan. Namun bila mereka yakin atas kemampuannya tetapi tidak mau, maka keengganan mereka untuk melaksanakan tugas tersebut lebih merupaka persoalan motifasi dibandingkan persoalan keamanan. Dalam kasus seperti ini pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendengar dan mendukung usaha-usaha bawahan untuk menggunaka kemampuan yang telah dimiliki. D. Gaya Delegasi (G4) Menurut Dimyati ( 2014:51 ) delegasi diterapkan pada bawahan yang memiliki tingkat kematangan tinggi. Dalam hal ini bawahan denagn tingkat kematangan seperti ini adalah mampu dan mau, atau mempunyai keyakinan untuk memikul tanggung jawab (M4). Dengan demikian gaya delegasi yang berprofil rendah (G4) yang memberikan sedikit pengarahan atau dukungan memiliki tingkat kemungkinan efektif yang paling tinggi dengan bawahan dalam tingkat kematangan seperti ini. Sesuai dengan uraian tersebut, bahwa empat gaya dasar kepemimpinan merupakan hal yang penting bagi seorang pemimpin dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin itu sendiri dalam mempengaruhi bawahannya dalam hal ini

9 perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung yang nantinya akan melibatkan hubungan kerja yang berorientasi akan tugas. C. Fungsi Kepemimpinan Situasional Menurut Wahab (2011:90) usaha pemimpin untuk mengefektifkan organisasi, harus diakukan dengan mempergunakan strategi yang paling tinggi jaminan kemampuannya untuk dapat mencapai tujuan organisasi, strategi seperti itu menuntut kemampuan pemimpin mengimplementasikan fungsi-fungsi kepemimpinan secara efektif dan efisien. Berikut fungsi-fungsi kepemimpinan situasional. 1. Fungsi Instruksi Menurut Wahab (2011 : 93) fungsi instruksi, setiap pemimpin harus memahami bahwa di dalam posisi dan perannya secara implisit terdapat kekuasaan dan atau/wewenang dan tanggung jawab, yang harus dijalankan secara efektif. Salah satu dianntaranya adalah kekuasaan dan wewenang memerintahkan anggotanya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai anggota organisasi. Dengan kata lain fungsi instruktif tidak harus dijalankan secara otoriter, yang dapat berdampak pemimpin kehilangan kewibawaannya karena instruksi ditantang atau ditolak dan tidak dilaksanakan oleh anggota organisasi. Kekuasaan dan wewenang tidak perlu mendorong seorang pemimpin bertindak seorang penguasa yang tidak boleh dicampuri dalam mengambil keputusan dan tidak boleh dibantah intruksinya dalam pelaksanaan keputusan atau kegiatan lain yang telah ditetapkannya. Perintah dari seorang pemimpian untuk mewujudkan organisasi yang efektif harus disampaikan secara jelas, baik mengenai isinya (apa yang harus dikerjakan) maupun dari segi bahasa yang harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan/pendidkan atau kematangan anggota yang menerima perintah. 2. Fungsi Konsultasi Setiap dan semua pemimpin organisasi atau unit kerja dinilai sebagai seseorang yang memiliki kelebihan dari anggota organisasi, baik oleh pihak yang berwewenang mengangkatnya menjadi pemimpin informal. Berdasarkan penilaian itu, maka pemimpin menjadi figur sentral dan menjadi tumpuan harapan anggota

10 dilingkungan organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin ditempatkan sebagai tokoh utama yang diyakini mengetahui dan dapat membantu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh anggota organisasi dalam bekerja. Fungsi konsultasi tidak sekedar memberikan kesempatan pada anggota organisasi untuk menyampaikan masalah-masalah pekerjaan atau masalah pribadi, yang diharapkan akan dibantu pemimpin untuk menyelesaikannya. Fungsi konsultasi dapat juga berarti anggota organisasi diberikan kesempatan menyampaikan kritik, saran, informasi dan pendapat yang berhubungan dengan pekerjaan dan organisasi. Pelaksanaan fungsi konsultasi seperti ini penting bagi pemimpin, karena dapat digunakan juga untuk menghimpun informasi-informasi terbaru atau umpan balik yang berguna untuk melakukan perbaikan kepemimpinannya, terutama untuk mengambil keputusan-keputusan baru di masa mendatang, dalam rangka meningkatkan kepemimpinan dalam mengefektifkan organisasi. 3. Fungsi Partisipasi Seorang pemimpin untuk menjadi berwibawa tidak perlu menjadi orang yang ditakuti karna mudah/senang menghukum atau memberikan sanksi. Demikian juga kepemimpinan bukan untuk menggunakan kelebihan atau kekuasaan berdasarkan posisi atau kemampuan kerja, sehingga merasa senang berperilaku menjauh dari anggota organisasi. Kelebihan atau kekurangan pemimpin tidak boleh dijadikan alasan untuk menjauh atau menghindar dari anggota organisasi. Perilaku itu justru akan mengundang dan mendatangkan kesulitan dalam melaksanakan kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi, karena anggota organisasi tidak megetahui bantuan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan pemimpin. Pemimpin harus mampu membina dan berorientasi pada hubungan dengan bawahan sebagai teman kerja (co worker) melalui penampilan sikap positif yang kuat pada bawahannya. Untuk itu diperlukan interaksi yang positif antara atasan sebagai pimpinan dengan anggota organisasi sebagai bawahan, terutama dalam pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan perlu mengikutsertakan bawahan dalam memberikan kesempatan menyampaikan saran dan pendapatnya, dengam pola ini bawahan

11 akan merasakan bahwa keputusan tersebut adalah keputusannya juga, yang harus didukung pelaksanaannya secara bertanggungjawab. Fungsi partisipasi tersebut diatas, tidak saja akan menempatkan pemimpin sebagai orang dalam ( in group ) tetapi juga akan diiringi dengan sikap dipercaya, dihormati dan disegani tanpa rasa takut diantara anggota organisasi. Namun sebagai mana telah dikemukakan terlebih dahulu, pemimpin harus mengetahi batas-batas partisipasi yang dapat dilaksanakan anggota organisasi, agar selain tidak kehilangan peranan dan kewibawaannya sebagai pemimpin, juga anggota organisasinya tetap berfungsi dan mampu bertanggungjawab atas pekerjaan dan hasil kerja yang menjadi tugas pokoknya. 4. Fungsi Delegasi Dalam melaksanakan kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi, setiap pemimpin memerlukan dan memiliki kekuasaan/kewenangan dan tanggungjawab yang harus diimplementasikan secara baik, tepat dan benar. Menurut Gumming ( dalam Wahab, 2011 ) wewenang merupakan bentuk khusus kekuasaan. Kekuasaan dianggap sebagai kemampuan seseorang untuk membuat kemauannya dipenuhi. Sedangkan wewenang merupakan suatu fungsi dari kedudukan yang sah dalam suatu hirarki tertentu. D. Pengertian Pengambilan Keputusan Menurut Dermawan (2013:97) bahwa pengambilan keputusan merupakan daya pendorong kegiatan operasional organisasi. Disetiap inti dari sebuah sistem organisasi, selalu terdapat aturan khas tentang proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara rutin, terstruktur, terprogram, ataupun pengambilan keputusan yang tidak rutin, tidak terstruktur, dan tidak terprogram. Pengambilan keputusan yang memiliki pola siklus dalam fungsi manajemen membawa stabilitas, dan memudahkan organisasi untuk mereproduksi struktur organisasi, seluruh aktifitas, dan kompetensi inti organisasi setiap saat. Proses pengambilan keputusan yang merupakan kegiatan rutin dalam organisasi menyediahkan sejumlah alternatif terbaik, yang dilakukan dengan tepat pada akhirnya akan meningkatkan efektifitas organisasi.

12 Menurut Wahab (2011: 165) pengambilan keputusan merupakan kegiatan yang selalu kita jumpai setiap kegiatan kepemimpinan. Bahkan dapat juga dikatakan, bagaimana cara pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang pemimpin menunjukan bagaimana gaya kepemimpinannnya. Dengan demikian, pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang turut menentukan proses dan tingkat keberhasilan kepemimpinan itu sendiri. Pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi individu maupun organisasi. Mengambil keputusan kadang-kadang mudah tetapi lebih sering sulit sekali, kemudahan atau kesulitan mengambil keputusan tergantung pada banyaknya alternatif yang tersedia, semakin banyak alternatif yang tersedia kita akan semakin sulit dalam mengambil suatu keputusan. Keputusan yang diambil memiliki tingkat yang berbeda- beda. Ada keputusan yang tidak terlalu berpengaruh terhadap organisasi ada juga keputusan yang sangan menentukan kelangsungan hidup suatu organisasi. Menurut Robins (dalam Dimyati, 2014: 276) decision making is a process in which one choose between two or more alternatives. Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses memilih salah satu pilihan di antara dua atau lebih alternatif. Pengambilan keputusan adalah menetapkan pilihan atau alternatif secara nalar dan menghindari diri dari pilihan yang tidak rasional, tanpa alasan dan data yang kurang akurat. Menurut Dimyati (2014: 281) ada empat jenis-jenis pengambilan keputusan, yaitu : (1) berdasarkan program dan regularitas (2) berdasarkan tingkat kepentinganya (3) berdasarkan tipe persoalan (4) berdasarkan lingkungannya. Secara garis besar keputusan digolongkan kedalam keputusan rutin dan keputusan tidak rutin. Keputusan rutin adalah keputusan yang sifatnya rutin dan berulangulang, dan biasanya telah dikembangkan cara tertentu untuk mengendalikannya. Keputusan tidak rutin adalah keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kwandang Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Penelitian ini menggunakan pendekatan

13 kuantitatif dengan metode deskriptif. Dengan jumlah populasi 51 orang guru. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Teknik analisis data digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rekapitulasi hasil penelitian implementasi kepemimpinan situasional kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMA Negeri 1 Kwandang. Gaya instruksi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan dengan persentase 78,38%, secara umum berada pada kriteria baik, gaya konsultasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan dengan persentase 75,62%, secara umum berada pada kriteria cukup baik, gaya partisipasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan dengan persentase 76,60%, secara umum berada pada kriteria baik, gaya konsultasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan dengan persentase 75,42%, secara umum berada pada kriteria cukup baik. Berdasarkan hasil persentase implementasi kepemimpinan situasional kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMA Negeri 1 Kwandang menggambarkan bahwa 76,50% yang berada pada kategori baik. Kesimpulannya bahwa implementasi kepemimpinan situasional kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMA Negeri 1 Kwandang sudah berjalan sesuai dengan target capaian walaupun belum 100% kepemimpinan situasional kepala sekolah dalam pengambilan keputusan tersebut dijalankan sesuai dengan tujuan dan harapan. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi kepemimpinan situasional kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMA Negeri 1 Kwandang sudah memenuhi kriteria namun masih berada pada kategori level menengah ini menunjukan kesenjangan dalam kepemimpinan situasional kepala sekolah dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu implementasi kepemimpinan situasional kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMA Negeri 1 Kwandang, membutuhkan perhatian dari pihak-pihak yang terkait dalam peningkatannya.

14 5. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Gaya instruksi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMA Negeri Kwandang berada pada kategori baik. 2. Gaya konsultasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMA Negeri 1 Kwandang berada pada kategori cukup baik. 3. Gaya partisipasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMA Negeri 1 Kwandang berada pada kategori baik. 4. Gaya delegasi kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di SMA Negeri 1 Kwandang berada pada kategori cukup baik. B. Saran 1. Bagi sekolah, hendaknya kepemimpinan situasional kepala sekolah terutama dalam pengambilan keputusan lebih ditingkatkan dan dilaksanakan secara saksama, agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2. Bagi kepala sekolah untuk lebih memberikan kesempatan kepada para guru terlibat dalam proses pengambilan keputusan strategis dalam menyikapi perubahan dan permasalahan sekolah yang kian kompleks dan rumit. Pemberian kesempatan bagi para guru tersebut dapat berupa dilibatkannya mereka dalam perumusan-perumusan kebijakan, penetapan tujuan, pembuatan program kerja. Pemberian kes empatan dalam bentuk lain juga bisa dilakukan melalui kebebasan berpendapat untuk menyampaikan gagasan-gagasan bagi kemajuan sekolah, dilibatkan dalam penyelesaian masalah, serta diberikan wewenang dan kepercayaan. 3. Bagi guru, diharapkan kontribusi dari penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan tentang inplementasi kepemimpinan situasional kepala sekolah. 4. Bagi Peneliti dapat memperluas wawasannya, dan dapat dijadikan bahan perbandingan apabila nanti akan menjadi pimpinan.

15 DAFTAR PUSTAKA Danim, Sudarwan Motivasi Kepemimpinan & Efektifitas Kelompok. Jakarta: PT RINEKA CIPTA Dermawan, Rizky Pengambilan Keputusan. Bandung: ALFABETA Dimyati, Hamdan Model Kepemimpinan dan Sistem Pengambilan Keputusan. Bandung: PUSTAKA SETIA Fahmi, Irham Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasinya. Bandung: ALFABETA Pasolong, Harbani Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: ALFABETA Saladin, Djaslim Manajemen Strategi Dan Kebijakan Perusahaan. Bandung: LINDA KARYA Sutrisno, Edy Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Nasional Manajemen Pendidikan. Bandung: ALFABETA Wahab, Abdul, Azis Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung : ALFABETA

BAB I PENDAHULUAN. anggota yang berfungsi didalamnya guna melaksanakan tugas-tugas dan

BAB I PENDAHULUAN. anggota yang berfungsi didalamnya guna melaksanakan tugas-tugas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, ia menggerakkan seluruh anggota yang berfungsi didalamnya guna melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban yang ada di sekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan saling mengisi. Peran kepala sekolah adalah sangat penting dalam melakukan. penting guna meningkatkan kualitas pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan saling mengisi. Peran kepala sekolah adalah sangat penting dalam melakukan. penting guna meningkatkan kualitas pengajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai usaha membantu anak didik untuk mencapai kedewasaan yang diselenggarakan dalam suatu kesatuan organisasi yang salaing berhubungan dan saling

Lebih terperinci

Pengembangan Kepemimpinan

Pengembangan Kepemimpinan Penempatan Pegawai School of Communication & Business Inspiring Creative Innovation Pengembangan Kepemimpinan KEPEMIMPINAN SITUASIONAL Mahasiswa dapat mengetahui tentang kepemimpinan situasional Pertemuan

Lebih terperinci

PENDEKATAN DALAM STUDI KEPEMIMPINAN

PENDEKATAN DALAM STUDI KEPEMIMPINAN PENDEKATAN DALAM STUDI KEPEMIMPINAN -Pendekatan Perilaku -Pendekatan Situasional Disusun oleh : 1. Danang Ramadhan (135030200111032) 2. Fahad (135030201111180) 3. Rinaldi Hidayat (135030201111011) 4. Yohannes

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif

PEMBAHASAN. 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif PEMBAHASAN 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif Model kepemimpinan merupakan aspek penting bagi seorang pemimpin, karena model kepemimpinan akan efektif jika disesuaikan dengan tingkat kematangan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (Studi Kasus : SMA AL-ISLAM 2 SURAKARTA) TESIS. Oleh MAHMUDAH : Q

EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (Studi Kasus : SMA AL-ISLAM 2 SURAKARTA) TESIS. Oleh MAHMUDAH : Q EFEKTIFITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (Studi Kasus : SMA AL-ISLAM 2 SURAKARTA) TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi senantiasa memanfaatkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi senantiasa memanfaatkan sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi senantiasa memanfaatkan sumber daya manusia yang dimilikinya dengan sumber daya lainnya seperti mesin, sarana dan prasarana untuk dioptimalkan dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan motor

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan motor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi atau unit usaha baik itu formal ataupun informal, membutuhkan seorang pribadi pemimpin yang dapat memberikan semangat kepada bawahannya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF PADA HOTEL GARUDA DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF PADA HOTEL GARUDA DI PONTIANAK GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF PADA HOTEL GARUDA DI PONTIANAK Andi Julio Email:andi_julio0909@yahoo.com Program StudiManajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Setiap perusahaan memiliki tujuan dan

Lebih terperinci

PATH GOAL DAN SUBSTITUSI)

PATH GOAL DAN SUBSTITUSI) PENDEKATAN SITUASIONAL (TEORI BLANCHARD, FIEDLER, PATH GOAL DAN SUBSTITUSI) Oleh Kelompok 7 Dwi Aprianing Yunarti Laras Tri Wahyu D M. Darmawan Saputra Ninis Atikasari A. DEFINISI PENDEKATAN KEPEMIMPINAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh kepemimpinan, melalui kepemimpinan

Lebih terperinci

LEADERSHIP DI SUSUN OLEH : HARRY SATRIA PUTRA ERPEN JUANDA

LEADERSHIP DI SUSUN OLEH : HARRY SATRIA PUTRA ERPEN JUANDA LEADERSHIP DI SUSUN OLEH : HARRY SATRIA PUTRA 112.6211.060 ERPEN JUANDA 112.6211.068 Manajer Vs Pemimpin Manajer Ditunjuk untuk posisinya. Dapat mempengaruhi didasarkan pada wewenang formal yang melekat

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN PENGARUH KOMUNIKASI DALAM BISNIS PERTEMUAN KEENAM

KEPEMIMPINAN PENGARUH KOMUNIKASI DALAM BISNIS PERTEMUAN KEENAM KEPEMIMPINAN PENGARUH KOMUNIKASI DALAM BISNIS PERTEMUAN KEENAM ATRIBUT KEPEMIMPINAN KEPEMIMPINAN KHARISMATIK Cerdas, mudah bergaul, perhatian Keyakinan tinggi, dominasi, pendapat kuat Struktur lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan perorangan atau secara bersama-sama (beberapa orang) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com e-mail : sitisyamsiar@yahoo.com HP : 081-1286833 Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com A. Dinamika Dinamika diartikan sebagai gerak atau kekuatan yang dimiliki sekumpulan orang di masyarakat yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terhadap Kinerja Pegawai pada kantor Departemen Agama Kabupaten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terhadap Kinerja Pegawai pada kantor Departemen Agama Kabupaten BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Baedawi (2004) dengan judul Pengaruh gaya kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai pada kantor Departemen Agama Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Pengertian Kepemimpinan, Pemimpin dan Pimpinan

Pengertian Kepemimpinan, Pemimpin dan Pimpinan II. Pengertian Kepemimpinan, Pemimpin dan Pimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan. Setiap dan semua organisasi apapun jenisnya pasti memiliki dan memerlukan seorang pimpinan tertinggi ( pimpinan puncak/top

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia saat ini didorong oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia saat ini didorong oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia saat ini didorong oleh kemajuan peradaban, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan tuntutan daya saing produksi barang dan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses kelangsungan siklus hidup perusahaan. Hal ini karena seorang

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses kelangsungan siklus hidup perusahaan. Hal ini karena seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan kepemimpinan adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam proses kelangsungan siklus hidup perusahaan. Hal ini karena seorang pemimpin berperan

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMK NEGERI 2 PARIAMAN

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMK NEGERI 2 PARIAMAN HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMK NEGERI 2 PARIAMAN Frimaiyulis Jurusan/Program Studi Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstrak This research about principal leadership

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan akan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan akan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Keberhasilan organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan akan sangat tergantung berperannya kepemimpinan. Demikian halnya kepemimpinan dalam sebuah organisasi

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO NOVRIYANTI SUMAS SI MANAJEMEN ABSTRAK Novriyanti Sumas, NIM 931 409 084 Pengaruh

Lebih terperinci

a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah

a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah Lampiran a. Daftar pertanyaan wawancara terhadap Kepala Sekolah 1. Bagaimana cara anda selaku Kepala Sekolah dalam memberikan pelimpahan dan distribusi kewenangan terhadap rekan kerja anda? 2. Bagaimana

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. alat canggih dapat menyelesaikan masalah, tanpa. adanya pengelolaan sumber daya manusia yang baik maka tidak akan

BABI PENDAHULUAN. alat canggih dapat menyelesaikan masalah, tanpa. adanya pengelolaan sumber daya manusia yang baik maka tidak akan BABI PENDAHULUAN A. La tar Belakang Masalah Sumber daya manusia tidak dapat diabaikan begitu saja, meskipun komputer dan alat - alat canggih dapat menyelesaikan masalah, tanpa adanya pengelolaan sumber

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kepemimpinan Mudîr dalam Pengelolaan Pondok Pesantren Tahfizhul Qur an di

BAB V PENUTUP. Kepemimpinan Mudîr dalam Pengelolaan Pondok Pesantren Tahfizhul Qur an di BAB V PENUTUP Pada bab ini secara berturut-turut akan dikemukakan simpulan dan saransaran dari hasil penelitian. A. Simpulan Setelah mengkaji dan menganalisis secara mendalam tentang Gaya Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar sebagai upaya mencapai tujuan pendidikan. Keberhasilan sekolah dalam mengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang paling strategis karena diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang paling strategis karena diharapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang paling strategis karena diharapkan dapat mempersiapkan generasi muda yang sadar IPTEK, kreatif, dan memiliki solidaritas sebagai

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU TENTANG KINERJA KEPALA SMA NEGERI 10 CIPONDOH KOTA TANGERANG

PERSEPSI GURU TENTANG KINERJA KEPALA SMA NEGERI 10 CIPONDOH KOTA TANGERANG PERSEPSI GURU TENTANG KINERJA KEPALA SMA NEGERI 10 CIPONDOH KOTA TANGERANG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Serjana Pendidikan (S.Pd)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Abstrak... i. Kata Pengantar... ii. Daftar Isi... iv. Daftar Lampiran... iv

DAFTAR ISI. Abstrak... i. Kata Pengantar... ii. Daftar Isi... iv. Daftar Lampiran... iv ABSTRAK Dalam penulisan skripsi ini, penulis memilih topik mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi pada anggota organisasi X (Gereja Mawar Sharon Tentara Tuhan). Gaya kepemimpinan diartikan

Lebih terperinci

BAB VII KEPEMIMPINAN,PENGARUH, DAN KOMUNIKASI DALAM BISNIS

BAB VII KEPEMIMPINAN,PENGARUH, DAN KOMUNIKASI DALAM BISNIS - BAB VII KEPEMIMPINAN,PENGARUH, DAN KOMUNIKASI DALAM BISNIS MANAJER SEBAGAI PEMIMPIN Boone & Kurtz(2002:298) Komponen terpenting yang dapat dilihat dari tanggung jawab seorang manajer adalah kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja harus memiliki banyak keterampilan untuk mempersiapkan diri menjadi seseorang yang dewasa terutama keterampilan bersosialisasi dengan lingkungan. Ketika

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ORGANISASI

KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke: KOMUNIKASI ORGANISASI Kepemimpinan dan Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi www.mercubuana.ac.id Program Studi Public Relation Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom PEMBAHASAN Definisi Kepemimpinan Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keadaan karyawan. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keadaan karyawan. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai faktor tenaga kerja dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, bersemangat dalam melakukan aktivitas kerja, maka sangat penting memberi perhatian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru atau seorang pendidik, merupakan ujung tombak pendidikan, karena guru

BAB I PENDAHULUAN. Guru atau seorang pendidik, merupakan ujung tombak pendidikan, karena guru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru atau seorang pendidik, merupakan ujung tombak pendidikan, karena guru memegang perananan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan

Lebih terperinci

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Operasional Variabel... 37 Tabel 3.2 Arti pembobotan dengan Skala Likert... 45 Tabel 3.3 Skala Interval Gaya Kepemimpinan... 46 Tabel 3.4 Skala Interval Motivasi... 46 Tabel 3.5

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan utama di dalam segala bentuk organisasi. Sehingga perlu mendapatkan perhatian, penanganan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini persaingan antar perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini persaingan antar perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini persaingan antar perusahaan semakin ketat. Di satu pihak peralatan kerja semakin modern dan efisien, dan di lain

Lebih terperinci

Oleh : Nina Martina Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh Jln. R.E. Martadinata No.150 Ciamis. Abstrak

Oleh : Nina Martina Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh Jln. R.E. Martadinata No.150 Ciamis. Abstrak PENGARUH PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH KEPALA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKANKECAMATAN CIPAKU KABUPATEN CIAMIS Oleh : Nina Martina Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan BAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Bab IV ini mempakan deskripsi temuan penelitian yang mencakup masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Lembaga persekolahan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Lembaga persekolahan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga persekolahan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, peranan stakeholdersnya sangatlah penting. Menggerakkan semua stakeholders sekolah agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah organisasi membutuhkan seorang pemimpin untuk mengordinasi semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah organisasi membutuhkan seorang pemimpin untuk mengordinasi semua kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Sebuah organisasi membutuhkan seorang pemimpin untuk mengordinasi semua kegiatan agar tujuan dari organisasi itu bisa tercapai. Pemimpin ibarat kepala dari tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dicapai. Alat-alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. dicapai. Alat-alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa keikutsertaan karyawan, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan berperan aktif dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

Pengertian Kepemimpinan

Pengertian Kepemimpinan KEPEMIMPINAN Pengertian Kepemimpinan SEIRING PERKEMBANGAN ZAMAN, KEPEMIMPINAN SECARA ILMIAH MULAI BERKEMBANG BERSAMAAN DENGAN PERTUMBUHAN MANAJEMEN ILMIAH YANG LEBIH DIKENAL DENGAN ILMU TENTANG MEMIMPIN.

Lebih terperinci

Sumber : Abdul Mukhyi dan Organisasi.org. yudaharja.com

Sumber : Abdul Mukhyi dan Organisasi.org. yudaharja.com Sumber : Abdul Mukhyi dan Organisasi.org yudaharja.com Arti Kepemimpinan Menurut Stoner : kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas, untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya para pelaku yang terdapat dalam setiap instansi. Pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. upaya para pelaku yang terdapat dalam setiap instansi. Pada sebuah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu instansi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap instansi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orang- orang yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pendidikan senantiasa menjadi bagian yang strategis dalam pencapaian kemajuan suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang berkepribadian, dalam mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengarahkan bawahannya. Selain itu dibutuhkan pemimpin yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengarahkan bawahannya. Selain itu dibutuhkan pemimpin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu organisasi, kelompok atau masyarakat tentunya membutuhkan dan memiliki pemimpin. Masyarakat yang ingin berkembang membutuhkan tidak saja adanya pemimpin namun

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN SUNGAI TARAB Hermi Elvira Abstract The purpose of this research was look information about the teacher perception

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, maka segala upaya terus dilakukan untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, maka segala upaya terus dilakukan untuk menciptakan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan yang serba modern ini setiap perusahaan dituntut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar dapat mengatasi persaingan yang semakin ketat

Lebih terperinci

PENGARUH HUMAN RELATIONS DAN GAYA KEPEMIMPINAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN

PENGARUH HUMAN RELATIONS DAN GAYA KEPEMIMPINAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN 0 PENGARUH HUMAN RELATIONS DAN GAYA KEPEMIMPINAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN S K R I P S I Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor-faktor

Lebih terperinci

Review of Session Three. Copyright Houghton Mifflin Company. All rights reserved. Lecture Outlines, 14 1

Review of Session Three. Copyright Houghton Mifflin Company. All rights reserved. Lecture Outlines, 14 1 Review of Session Three Copyright Houghton Mifflin Company. All rights reserved. Lecture Outlines, 14 1 2 What are your opinion about Conflict in Organization Organizational conflict is a disagreement

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA PENERAPAN POLA KEPEMIMPINAN BRANCH MANAGER DALAM PENGELOLAAN PT. ASURANSI TAKAFUL UMUM KANTOR PEMASARAN CABANG PEKANBARU

BAB III PENYAJIAN DATA PENERAPAN POLA KEPEMIMPINAN BRANCH MANAGER DALAM PENGELOLAAN PT. ASURANSI TAKAFUL UMUM KANTOR PEMASARAN CABANG PEKANBARU BAB III PENYAJIAN DATA PENERAPAN POLA KEPEMIMPINAN BRANCH MANAGER DALAM PENGELOLAAN PT. ASURANSI TAKAFUL UMUM KANTOR PEMASARAN CABANG PEKANBARU Pada bab penyajian data ini, data yang disajikan adalah berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenting mereka yakni ketersediaan dan pengelolaan sumber daya. manusianya. Manusialah yang dapat menggerakkan suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. terpenting mereka yakni ketersediaan dan pengelolaan sumber daya. manusianya. Manusialah yang dapat menggerakkan suatu organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah Siklus aktifitas organisasi pada dasarnya bergantung pada asset terpenting mereka yakni ketersediaan dan pengelolaan sumber daya manusianya. Manusialah yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi

Lebih terperinci

Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 Beratus-ratus tahun yang lalu dalam sistem pemerintahan monarki para raja atau ratu memiliki semua kekuasaan absolut, sedangkan hamba sahaya tidak memiliki kuasa apapun. Kedudukan seorang raja atau ratu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahan. Setiap organisasi dituntut untuk siap menghadapi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bertahan. Setiap organisasi dituntut untuk siap menghadapi perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, mensyaratkan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar tetap bertahan. Setiap

Lebih terperinci

BAB IV KESESUAIAN ANTARA KEMATANGAN KARYAWAN DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SUB DIREKTORAT SDM PT X KANTOR PUSAT JAKARTA

BAB IV KESESUAIAN ANTARA KEMATANGAN KARYAWAN DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SUB DIREKTORAT SDM PT X KANTOR PUSAT JAKARTA BAB IV KESESUAIAN ANTARA KEMATANGAN KARYAWAN DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SUB DIREKTORAT SDM PT X KANTOR PUSAT JAKARTA Setelah melakukan penyebaran kuesioner kepada 52 orang responden karyawan tetap pada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan mengarahkan para pegawai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun untuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun untuk mencapai tujuan secara efektif diperlukan manajemen yang baik dan benar. Manajemen merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan guru, kepala madrasah dan komite madrasah dalam mengelola. satuan pendidikan. Guru merupakan ujung tombak dalam mendidik

BAB I PENDAHULUAN. peranan guru, kepala madrasah dan komite madrasah dalam mengelola. satuan pendidikan. Guru merupakan ujung tombak dalam mendidik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan tidak terlepas dari peranan guru, kepala madrasah dan komite madrasah dalam mengelola satuan pendidikan. Guru merupakan ujung

Lebih terperinci

Disampaikan dalam Latihan Manajemen Organisasi Fakultas Teknik Universitas Mataram 12 November 2016

Disampaikan dalam Latihan Manajemen Organisasi Fakultas Teknik Universitas Mataram 12 November 2016 Disampaikan dalam Latihan Manajemen Organisasi Fakultas Teknik Universitas Mataram 12 November 2016 PENGERTIAN PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (pemimpin)

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP ETOS KERJA GURU DI SMPN KECAMATAN CIBATU KABUPATEN PURWAKARTA

PENGARUH KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP ETOS KERJA GURU DI SMPN KECAMATAN CIBATU KABUPATEN PURWAKARTA PENGARUH KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP ETOS KERJA GURU DI SMPN KECAMATAN CIBATU KABUPATEN PURWAKARTA Oleh: Vitha Prima Dewi Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya, keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya, keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur pengendali, merupakan faktor paling penting dan utama didalam segala bentuk organisasi. Sumber daya Manusia disini

Lebih terperinci

ORGANISASI INOVATIF. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

ORGANISASI INOVATIF. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 ORGANISASI INOVATIF Dalam masyarakat modern dan dinamis tempat dimana suatu organisasi berada, pertanyaan tentang apakah perubahan organisasi perlu dilakukan menjadi tidak relevan lagi. Mungkin pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para manajer memiliki peran strategis dalam suatu organisasi. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Para manajer memiliki peran strategis dalam suatu organisasi. Peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Para manajer memiliki peran strategis dalam suatu organisasi. Peran manajer dalam organisasi merupakan penentu keberhasilan dan suksesnya tujuan yang hendak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang mengembangkan segala potensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawahannya untuk senantiasa produktif sebab semangat keberadaan seorang

BAB I PENDAHULUAN. bawahannya untuk senantiasa produktif sebab semangat keberadaan seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam suatu organisasi atau unit usaha baik itu formal atau informal, membutuhkan seorang pemimpin yang dapat memberikan semangat kepada bawahannya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Kemampuan dan keterampilan dalam

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 800-376 Tahun 2011 TENTANG KODE ETIK KHUSUS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DITJEN KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM

Lebih terperinci

1. Terdapat hubungan yang signifikan positif dan berarti Pelaksanaan Supervisi

1. Terdapat hubungan yang signifikan positif dan berarti Pelaksanaan Supervisi 94 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pembelajaran merupakan salah satu faktor dan indikator terpenting dalam pendidikan karena sekolah merupakan tempat pembelajaran. Dalam proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk karyawan untuk berfikir, bersikap dan berperilaku. Budaya organisasi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk karyawan untuk berfikir, bersikap dan berperilaku. Budaya organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Budaya dapat membantu organisasi agar dapat terus bertahan dengan menyediakan standar yang tepat. Secara tidak langsung budaya organisasi dapat membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting saat ini bahkan dimasa yang akan datang, karena perusahaan tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting saat ini bahkan dimasa yang akan datang, karena perusahaan tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat turnover karyawan masih menjadi pembahasan yang paling intens dan penting saat ini bahkan dimasa yang akan datang, karena perusahaan tidak akan berkembang tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Manajer Operasi terhadap Prestasi Karyawan PT. Bank Muammalat Medan. Hasil

Lebih terperinci

MSDM Handout 10. Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia

MSDM Handout 10. Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia MSDM Handout 10 Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia Latar belakang Organisasional dan Gaya individual Dalam sessi ini akan disampaikan hal-hal yang terjadi dan berlaku dalam suatu organisasi yang melatar

Lebih terperinci

Struktur Organisasi Balai Besar Logam

Struktur Organisasi Balai Besar Logam Struktur Organisasi Balai Besar Logam KUESIONER Kepada Yth Bapak / Ibu Responden Dengan Hormat, Sehubungan dengan penelitian yang saya lakukan untuk menyusun skripsi di Universitas Widyatama Jurusan Manajemen,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama BAB V PENUTUP Semua analisa dan pembahasan didasarkan pada dokumen dan data yang diperoleh dari penggalian informasi dari staf tersebut mendukung hubungan antara penerapan model penilaian kinerja staf

Lebih terperinci

Ariesta Marsitho Nugrahawan F

Ariesta Marsitho Nugrahawan F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER DENGAN TEKANAN KERJA PADA KARYAWAN SKRIPSI Disusun oleh : Ariesta Marsitho Nugrahawan F 100 010 149 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah. Efektivitas kerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah. Efektivitas kerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Efektivitas kerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, dalam hal ini adalah organisasi pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN 3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN Semua organisasi organisasi yang terlibat dalam kegiatan nuklir jelas memiliki perhatian yang sama terhadap pemeliharaan dan peningkatan keselamatan. Tetapi

Lebih terperinci

Rena Marliana F

Rena Marliana F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KETERLIBATAN KERJA Skripsi Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1 Disusun Oleh : Rena Marliana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak negara menerapkan prinsip good governance dengan mengadopsi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak negara menerapkan prinsip good governance dengan mengadopsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan teknologi yang dinamis membawa konsekuensi kepada perubahan lingkungan yang strategik. Perubahan juga terjadi pada organisasi

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Pembangunan Daerah pada abad ke-21 harus seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Pembangunan Daerah pada abad ke-21 harus seiring dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah pada abad ke-21 harus seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi dan komunikasi. Karena itu, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Kepemimpinan Pertemuan 3 SM III

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Kepemimpinan Pertemuan 3 SM III Penempatan School of Communication Pegawai & Business Inspiring Creative Innovation Pengembangan Kepemimpinan Pertemuan 3 SM III 2017-2018 1 BEBERAPA PENDEKATAN KEPEMIMPINAN, Mahasiswa mampu mengetahui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepemimpinan Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan (Hasibuan, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan. mengatur seluruh unsur unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan. mengatur seluruh unsur unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsur unsur di dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Kepemimpinan menjadi suatu kekuatan yang sangat penting dalam pengelolaan

BABI PENDAHULUAN. Kepemimpinan menjadi suatu kekuatan yang sangat penting dalam pengelolaan BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan menjadi suatu kekuatan yang sangat penting dalam pengelolaan sekolah. Oleh karena itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prosedur yang telah ditetapkan yaitu pimpinan dapat memberikan. melakukan kinerja didalam suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prosedur yang telah ditetapkan yaitu pimpinan dapat memberikan. melakukan kinerja didalam suatu perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu perusahaan dalam melakukan aktivitasnya selalu didukung dengan adanya manajemen kerja yang efektif dan hal tersebut merupakan kunci keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selfi Yugastiyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selfi Yugastiyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan organisasi sosial yang menyediakan layanan pembelajaran bagi masyarakat. Sekolah sebagai tempat terbaik untuk belajar yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi baik organisasi dalam skala kecil maupun besar. Kemajuan perekonomian yang semakin

Lebih terperinci