PENYELIDIKAN RARE EARTH ELEMENT (REE) DAN MINERAL IKUTAN DI DAERAH SERUYAN DAN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYELIDIKAN RARE EARTH ELEMENT (REE) DAN MINERAL IKUTAN DI DAERAH SERUYAN DAN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH"

Transkripsi

1 PENYELIDIKAN RARE EARTH ELEMENT (REE) DAN MINERAL IKUTAN DI DAERAH SERUYAN DAN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Kaswan Budiharyanto, Rohmana, Sulaeman, Agata Vanessa Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Keterdapatan unsur tanah jarang (UTJ) atau rare earth elements (REE) pada mineralmineral seperti zirkon, monasit dan xenotim di Indonesia telah diketahui sejak lama. Keberadaan mineral mengandung unsur tanah jarang (UTJ) sebagai mineral ikutan dalam proses penambangan dan pengolahan timah dan emas. Sumber bahan baku untuk pasokan bagi produk industri ini yang menjadi target agar Indonesia turut berperan sebagai subjek di era serba teknologi canggih. Berpijak pada keinginan berperan sebagai subjek dan mengingat institusi pemerintah yang tugas dan fungsinya sebagai pusat penyedia informasi mineral bahan tambang, maka pada tahun anggaran 2015 melakukan penyelidikan Rare Earth Elements (REE) dan mineral ikutan di daerah Seruyan dan Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Sekaligus merespon keinginan pemerintah daerah untuk mengungkapkan potensi REE di wilayah tersebut. Kegiatan penyelidikan ini dilakukan dengan menggunakan alat bor dormer, meliputi dua wilayah yaitu; Kecamatan Danau Sembuluh, Kabupaten Seruyan (112, o sampai 112, o BT dan 2, o sampai 2, o LS) dan Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau (111, o sampai 111, BT dan 1, sampai o LS) Provinsi Kalimantan Tengah. Luas daerah penyelidikan dari dua lokasi + 6,700 Ha, jumlah titik bor 38 titik dengan jumlah conto 147, terdiri dari : 92 conto kosentrat dulang untuk analisis mineralogi butir, 36 conto tanah untuk analisis kimia (REE dan Sn), 8 conto tanah untuk analisis Major Element (X-RF), 7 conto tanah untuk analisis X-RD, sebanyak 4 conto batuan masing-masing : 2 conto untuk analisis mineragrafi, 2 conto untuk analisis petrografi, dengan total kedalaman lubang bor 76,96 meter. Secara megaskopis conto konsentrat dulang pengeboran teridentifikasi zirkon, mineral kuarsa, kasiterit, ilmenit dan kemungkinan mineral lainnya. PENDAHULUAN Latar Belakang Investasi di bidang eksplorasi mineral untuk unsur tanah jarang (UTJ) atau rare earth elements (REE) sudah lama dilakukan oleh negara-negara maju karena kegunaannya sebagai bahan baku industri berteknologi tinggi. Meskipun kebutuhan industri terhadap UTJ relative kecil dalam tonase, tetapi sangat penting untuk keragaman dan pengembangan aplikasi teknologi tinggi (Keith R., 2010). Produk dari industri berteknologi tinggi sudah dipakai oleh hampir sebagian besar orang Indonesia di perkotaan sampai pedesaan. Salah satu produk yang dipakai oleh kebanyakan orang adalah perangkat alat komunikasi seluler yang sebagian komponennya berasal dari UTJ. Daerah Seruyan dan Lamandau kaya akan potensi sumber daya bahan galian, terutama emas aluvial. Endapan aluvial emas umumnya mengandung mineral ikutan berharga seperti: ilmenit (TiO 2), magnetit (Fe 2TiO 4), zirkon (ZrSiO 4), xenotim (YPO 4), monazit (Ce, La,Nd,Th) PO 4, dan lainnya. Mineral-mineral tersebut di dalamnya terkandung unsur tanah jarang (REE), yang saat ini merupakan unsur yang bernilai ekonomis tinggi. Penggunaan REE

2 dalam dunia industri telah memicu perkembangan penemuan materialmaterial baru yang berguna untuk meningkatkan kualitas produk industri logam, informasi, elektronika, migas dan pengembangan energi nuklir. Maksud dan Tujuan Maksud kegiatan penyelidikan ini adalah untuk memperoleh data dan informasi potensi bahan galian, bahan galian lain/mineral ikutan dan unsur tanah jarang di daerah Seruyan dan Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah Tujuan kgiatan penyelidikan adalah untuk mengetahui dan memberikan rekomendasi potensi pemanfaatan agar memperoleh nilai tambah bahan galian, bahan galian lain/mineral ikutan dan unsur tanah jarang (UTJ) kepada Pemerintah Kabupaten Seruyan dan Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Lokasi Kegiatan Lokasi dan kegiatan dilaksanakan di daerah Kecamatan Danau Sembuluh Kabupaten Seruyan dan Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah (Gambar 1) METODOLOGI Metodologi penyelidikan dapat dibagi menjadi 4 tahapan yaitu : 1. Pengumpulan Data Sekunder; berupa pengumpulan data dan informasi yang terkait dengan daerah penelitian. Sumber data dari berbagai laporan hasil penyelidikan geologi, laporan dari dinas terkait di provinsi dan daerah serta berbagai web site yang terkait dengan pertambangan timah. 2. Pengumpulan Data Primer dan Pemercontoan; berupa pengeboran dengan bor Doormer pada endapan aluvial dan pemercontoan dengan cara channel sampling pada bukaan tambang. 3. Analisis Laboratorium; meliputi analisis mineralogi butir dan Inductively Coupled Plasma (ICP) di Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi-Bandung. Pengukuran geofisika radiometrii untuk analisis Uranium dan Thorium dengan menggunakan alat Gamma Surveyor II di Pusat Sumber Daya Geologi. 4. Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan. GEOLOGI UMUM Geologi Regional Fisiografi Daerah Seruyan dan Lamandau secara fisiografi terletak pada daerah batas 2 zona fisiografi yaitu : Zona Cekungan Barito dan Zona Paparan Sunda. Zona Barito ditandai oleh terdapatnya batuan sedimen Tersier hingga Kuarter, sedangkan Zona Paparan Sunda dicirikan oleh jenis batuan dasar Volkanik Pra Tersier. Berdasarkan keadaan morfologinya daerah ini dapat dibedakan atas tiga satuan yaitu morfologi dataran rendah, perbukitan bergelombang dan pegunungan. Dataran rendah dapat dibedakan lagi atas 2 satuan yaitu satuan dataran rawa dan dataran bergelombang. Dataran rawa dicirikan oleh bentuk morfologi yang relatif datar dengan ketinggian 0-20 meter di atas permukaan laut (mdpl), ditempati oleh rawa-rawa, terdapat sungai-sungai besar seperti Sungai Jelai, Sungai Lamandau dan Sungai Kumai. Sungai-sungai ini pada umumnya mempunyai bentuk yang tidak teratur, berkelok-kelok, mempunyai danau sungai (oxbow lake), lembah sungai relatif luas, lebar sungai antara meter dan arus tidak kuat. Satuan morfologi ini disusun oleh endapan Kuarter yang berupa aluvium sungai dan endapan rawa. Dataran bergelombang dicirikan oleh bentuk permukaan yang relatif miring (5-10 ) umumnya menempati daerah diantara dua sungai besar yang

3 membentuk pola aliran denritik, mempunyai ketinggian antara mdpl. Satuan dataran bergelombang ini umumnya disusun oleh batuan sedimen Tersier Akhir - Kuarter Awal. Stratigrafi Satuan batuan tertua di daerah Seruyan dan Lamandau adalah Batuan Malihan Pinoh (PzTRp) yang berumur Paleozoikum-Trias terdiri dari sekis muskovit-kuarsa, batutanduk, sedikit metatuf dan kuarsit, disusul Batuan Gunungapi Formasi Kuayan (TRvr) yang berumur Trias Akhir. Formasi Kuayan ini terdiri dari breksi gunungapi tak terpisahkan, andesitik dan basalt, lava, batupasir tufan, tuf, terobosan andesit (a) dan basalt (b). Formasi Kuayan diterobos oleh Batuan Granitik Plutonik/Tonalit Sepauk (G/Kls) yang berumur Kapur Atas. Batuan Granitik Plutonik/Tonalit Sepauk ini terdiri dari batuan granitik berkomposisi diorit (D), Tonali (T), Granodiorit (Gd)- Monzonit (M) dengan tekstur merata. Menyusul Granit Sukadana (Kus) berumur Kapur Atas yang terdiri dari granit biotit merah muda, granit alkali feldspar dan monzogranit. Batuan terobosan ini tertindih tak selaras oleh Batuan Gunungapi Kerabai (Kuk) yang berumur Kapur Atas, tersebar mulai daerah perbatasan Seruyan dan Lamandau (Kalimantan Tengah) dengan Kalimantan Barat dan meluas pada Kalimantan Barat. Batuan ini terdiri atas lava andesit dan riolit, piroklastika terelaskan (tuf abu), lapili dan kristal, breksi gunungapi dan aglomerat. Pada Kala Oligo-Miosen terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan Andesit (Tma) dan Basal (Tmb). Batuan ini sebagai Batuan Terobosan Sintang (Toms) terdiri dari andesit yang umumnya berupa stok dan basalt berupa sill/retas. Stok andesit ini berukuran beberapa ratus meter sampai beberapa kilometer, yang penyebarannya ditafsirkan dari Citra Landsat. Selanjutnya satuan batuan di atas tertindih oleh satuan batuan sedimen Formasi Dahor (Tqd) yang berumur Miosen Akhir-Pliosen. Formasi Dahor terdiri dari konglomerat, batupasir, batulempung bersisipan lignit. Batuan yang termuda di daerah ini adalah aluvium yang terdiri dari endapan sungai, pantai dan rawa yang berumur Kuarter. Endapan rawa terdiri dari gambut, lempung kaolinit dan lanau bersisipan pasir (Gambar 2). Struktur Geologi Daerah Seruyan dan lamandau berdasarkan geologi regionalnya masuk ke dalam Paparan Sunda dan cekungan Barito. Struktur sesar di daerah ini terutama hasil penafsiran Citra Landsat. Sesar Normal sangat besar dengan arah timur-barat, dari S. Katingan terus ke S. Kawah memanjang kira-kira 130 km, sesar-sesar normal umumnya mengarah Baratlaut- Tenggara, sedangkan di utaranya sesar normal mengarah Baratdaya-Timurlaut. Struktur perlipatan ini kurang begitu berkembang sehingga antiklin dan sinklin tidak ditemukan. Bahan Galian Potensi bahan galian yang terdapat di Seruyan dan Lamandau adalah : 1. Emas, terdapat di Desa Sambi, Kecamatan Arut Utara; 2. Batu kecubung, terdapat di Desa Pangkut dan Desa Gandis Kecamatan Arut Utara; 3. Kaolin di Desa Keraya dan Desa Kubu, Kecamatan Kumai. Pasir kwarsa, batu kali, tanah urug, kerikil, batu kapur, batu belah, batu pecah dan tanah pilihan. ( PEMBAHASAN Kabupaten Seruyan Stratigrafi

4 Berdasarkan pengamatan di lapangan Endapan Aluvium (Qa), merupakan endapan aluvial terutama terdiri dari gambut berwarna coklat kehitaman, pasir berwarna kekuningan berbutir halus-kasar, lempung berwarna kelabu kecoklatan dan lempung kaolinan berwarna putih kekuningan dan bersifat liat, menempati hampir keseluruhan dari daerah penyelidikan (Gambar 3). Hasil pemercontoan di lapangan dengan menggunakan alat bor dormer di daerah Kecamatan Danau Sembuluh (Gambar 4) endapan alluvial terdiri dari tanah pasiran, warna abu-abu kehitaman, loose, ukuran butir sedang, banyak terdapat butiran kuarsa dan masih terdapat unsur organik (0,00-1,00 m), Tanah pasiran, warna abu-abu terang, ukuran butir sedang, banyak terdapat butiran kuarsa (1,00-2,00 m), Tanah pasiran, warna abu-abu terang, ukuran butir sedang, terdapat butiran kuarsa berukuran kasar (2,00-2,25 m). Sedangkan pada conto chanel sampling di daerah Teluk Kupang (SCH.23) endapan aluvial tersusun tanah pasir, warna abu-abu terang, ukuran butir kasar-halus, banyak mengandung butiran kuarsa berukuran kasar (0,00-1,00 m), tanah pasir, warna abu-abu gelap, ukuran butir kasar-halus, banyak mengandung butiran kuarsa berukuran kasar (1,00-2,00 m), tanah pasir, warna abu-abu kekuningan, ukuran butir kasar-halus, banyak mengandung butiran kuarsa berukuran kasar (2,00-2,80 m) (Gambar 5). Peta pengambilan conto di daerh Seruyan ditunjukkan pada Gambar 6. Secara megaskopis conto konsentrat dulang pengeboran teridentifikasi zirkon, mineral kuarsa, kasiterit, ilmenit dan kemungkinan mineral lainnya. Kabupaten Lamandau Stratigrafi Daerah penyelidikan didominasi oleh endapan Granit Sukadana berumur Kapur dan endapan batuan Gunungapi Kerabai berumur Kapur Atas. Endapan Granit Sukadana ini sebarannya cukup luas dan umumnya terdapat pada daerah perbukitan. Sedangkan endapan batuan Gunungapi Kerabai umumnya tardapat pada lembah-lembah (Gambar 7). Hasil pemercontoan di lapangan dengan menggunakan alat bor dormer di lokasi (L.09) daerah Tanjung Beringin, endapan granit sukadana ini tersusun dari atas ke bawah terdiri dari tanah lempung pasiran, ukuran butir halus, warna coklat terang, masih terdapat unsur organik dan fragmen batuan yang tersilifikasi serta fragmen kuarsa (0.00-1,00 m). Tanah pasiran, ukuran butir sedang, coklat terang, sebagian berwarna abu-abu, terdapat fragmen batuan berukuran kerikil dan juga terdapat kuarsa (1,00-2,00 m). Sedangkan pada lokasi conto (L.02) endapan batuan Gunungapi Kerabai tersusun dari atas ke bawah terdiri dari tanah lempungan, warna coklat kehitaman, terdapat organic (akar), sedikit gravel, mineral hematit yang telah lapuk (0,00-1,00 m). Tanah lempungan warna coklat, masih terdapat organic (akar), banyak terdapat gravel yang telah tersilisifikasi, terdapat mineral hematit (1,00-2,00 m). Tanah lempungan, warna coklat, sebagian berwarna abu-abu tua, terdapat gravel-gravel batuan. Peta lokasi conto daerah Lamandau dapat ditunjukkan pada Gambar 8. Secara megaskopis conto konsentrat dulang pengeboran teridentifikasi zirkon, mineral kuarsa, kasiterit, ilmenit dan kemungkinan mineral lainnya. Pemercontoan Pengambilan conto menggunakan alat bor doormer pada daerah penyelidikan dengan pola pemboran secara acak. Sedangkan pola pemboran secara acak yaitu penentuan titik bor disesuaikan

5 dengan kondisi lapangan yang tidak mungkin dilakukan penentuan titik bor secara grid. Pemboran dihentikan setelah bor mencapai batuan dasar yang umumnya terdiri dari lempung abu-abu putih kehijauan dan batupasir. Conto hasil pemboran diambil pada setiap interval kedalaman 1 m kemudian diaduk sampai merata dan di kuartering (Gambar 9), kemudian dilakukan pengukuran volume dan didulang (Gambar 10 dan Gambar 11). Hasil pendulangan dikeringkan untuk memperoleh konsentrat kering selanjutnya dimasukan ke dalam kantong plastik dan diberi kode conto. Dari setiap kedalaman 1 m conto diaduk sampai merata dan di kuartering. Selain pengambilan conto pemboran juga diambil conto dari singkapan bukaan tambang dengan metoda chanel sampling. Contoconto dari singkapan bukaan tambang tersebut yaitu berupa conto lempung, batuan, pasir dan tailing (Gambar 12 dan Gambar 13). Hasil pemercontoan pemboran dan chanel sampling di lapangan untuk dilakukan analisis laboratorium adalah sebanyak 92 conto untuk analisis mineralogi butir, 36 conto untuk analisis ICP untuk Unsur Logam Tanah Jarang/REE, 8 conto untuk analisis X-RF dan 7 conto untuk analisis X-RD (Tabel 1). HASIL ANALISIS Mineralogi Butir Hasil analisis conto mineral butir dari dua daerah penyelidikan (Seruyan dan Lamandau) sebanyak 92 conto konsentrat dulang menunjukkan penyebaran mineral beragam dengan dominan mineral kuarsa, magnetit, ilmenit, oksida besi dan sebagian zirkon. Selain itu teridentifikasi pula mineral-mineral lainnya seperti ampibol, piroksen, pirit, rutil dan lain sebagainya (Gambar 6a). Hasil analisis conto bor (Tabel 2) menunjukkan presentasi kandungan mineral magnetit, ilmenit, kuarsa, zirkon dan oksida besi teridentifikasi sangat bervariasi dan tidak merata pada setiap lubang bor. Ilmenit Amfibol Zirkon Kuarsa Rutil Gambar 6a. L01/15/1-2M/PC (Lamandau). Butiran mineral Kuarsa, tidak berwarna, transparan, Zirkon, tidak berwarna, merah muda, transparan, prismatik, Rutil, coklat, kilap lilin, Amfibol. Hitam, bentuk prismatik, Ilmenit, hitam, kilap metalik. Perbesaran 75x. Tabel 2. Hasil Analisis Mineral Butir Conto Bor Daerah Mineral Lamandau (%) Seruyan (%) Magnetit 0-51,68 Trace - 2,78 Ilmenit 2-96,83 Trace - 73,98 Kuarsa 0-90,90 25, Garnet Trace Trace Pirit Trace Trace Leukosen 0 Trace Zirkon Trace - Trace - 26,79 37,96 Rutil Trace Trace - 1,20 Piroksen Trace - 17,64 Trace Amfibol Trace Trace Oksida besi Trace - 33,04 Trace - 1,60 Dari tabel di atas, masing-masing daerah memiliki persentase mineral yang berbeda-beda. Daerah Lamandau terdapat

6 mineral magnetit edngan persentase palng kecil 0% dan paling besar hingga 51,68 %, ilmenit dengan persentase paling kecil 2% dan paling tinggi hingga 96,83%, kuarsa dengan persentase sampai 90,90% dan zirkon memiliki persentase hingga 26,79%. Berbeda dengan daerah Seruyan yang didominasi oleh mineral kuarsa dengan persentase hingga 100% dan zirkon hingga 37,96%. Unsur Tanah Jarang Hasil analisis Inductively Coupled Plasma (ICP) lengkap 36 conto dari pemboran dan channel sampling pada bukaan/singkapan di lapangan dari 2 (dua) daerah yakni Lamandau sebanyak 13 conto dan Seruyan sebanyak 23 conto, terkandung kisaran nilai unsur tanah jarang (UTJ). Dari hasil analisis laboratorium kimia metode ICP (Tabel 3) daerah Lamandau, pada beberapa titik bor terdapat peninggian unsur tanah jarang dibandingkan dengan kelimpahan unsur tanah jarang di kerak bumi, sebagai berikut unsur Ce kisaran antara 6,40-190,42 ppm sedangkan di kerak bumi rata-rata 64 ppm ppm, unsur Gd kisaran antara 0-21,68 ppm sedangkan kelimpahan di kerak bumi berkisar 3,8 ppm, unsur Nd kisaran antara 2,24-30,22 ppm sedangkan kelimpahan di kerak bumi berkisar 26 ppm, unsur Pr berkisar antara 2,20-47,36 ppm sedangkan kelimpahan di kerak bumi berkisar 7,1 ppm, unsur Sm berkisar antara 0-6,17 ppm sedangkan kelimpahan di kerak bumi berkisar 4,5 ppm, unsur Tb berkisar antara 0-3,83 ppm sedangkan kelimpahan di kerak bumi 0,64 ppm. unsur tanah jarang lainnya berada dibawah Kelimpahan Unsur Tanah Jarang (UTJ) dalam Kerak Bumi (unsur Dy, Eu, Ho,La, Lu, Sc, Tm, Y dan Yb). Untuk Unsur Sn terdapat peninggian di ke dua daerah yaitu kisaran antara 5-30 ppm di daerah Lamandau dan kisaran ppm untuk di daerah Seruyan, sedangkan di kerak bumi umumnya rata-rata 2 ppm. Peta sebaran unsur Sn disajikan pada Gambar 14 dan Gambar 15. Tabel 3. Hasil analisis Inductively Coupled Plasma(ICP) Conto Bor Unsur Daerah Tanah Jarang Lamandau Seruyan (UTJ) Ce 6,40-190,42 0-4,71 Dy 0 0 Eu 0 0 Gd 0-21,68 0 Ho 0 0 La 1,22-39,65 0-0,56 Lu 0 0 Nd 2,24-30, ,20 Pr 2,20-47,36 0-6,31 Sc 0-27,73 0 Sm 0-6,17 0-3,78 Tb 0-3,83 0 Tm 0 0 Y 0-10,96 0 Yb 0 0 Sn KESIMPULAN Kesimpulan Kegiatan penyelidikan sumber daya REE dan mineral ikutan di Seruyan dan Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Di wilayah Seruyan dilakukan di daerah Kecamatan Danau Sembuluh dengan luas area Ha, sedangkan di wilayah Lamandau dilakukan di daerah Kecamatan Lamandau dengan luas area + 2,500 Ha. Luas daerah penyelidikan dari dua lokasi + 6,700 Ha, jumlah titik bor 38 titik dengan jumlah conto 147, terdiri dari : 92 conto kosentrat dulang untuk analisis mineralogi butir, 36 conto tanah untuk analisis kimia (REE dan Sn), 8 conto tanah untuk analisis Major Element (X-RF), 7 conto tanah untuk analisis X-RD, sebanyak 4 conto batuan masing-masing : 2 conto untuk analisis mineragrafi, 2 conto untuk

7 analisis petrografi, dengan total kedalaman lubang bor 76,96 meter. Secara megaskopis conto konsentrat dulang pengeboran teridentifikasi zirkon, mineral kuarsa, kasiterit, ilmenit dan kemungkinan mineral lainnya. DAFTAR PUSTAKA B. Hermanto, S. Bachari dan S. Atmawinata., 1994, PETA Geologi Lembar Pangkalanbuun, Kalimantan, Skala 1 : , Pusat Penelitian Geologi, Bandung. Reptak. Jantop T.N.I. A.D., 1974, Peta Ikhtisar Top. Kalimantan, Lembar Pangkalanbuun, Skala 1 : Rohmana, Gunradi, R., 2006, Inventarisasi Potensi Bahan Galian Pada Wilayah PETI Daerah Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. Sahrudin Sahminan, dkk., 1993, Studi Prainventarisasi Pengembangan Usaha Pertambangan Mineral Industri di Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung. Keith R. Long, Bradley S. Van Gosen, Nora K. Foley and Daniel Cordier, 2010, The Principal Rare Earth Element Deposits of the United States A Summary of Domestic Deposits and a Global Perspective, U.S. Geological Survey, Reston, Virginia. Kabupaten Seruyan Dalam Angka Tahun Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penyelidikan

8 Sumber: PPPG (1994) Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Seruyan dan Lamandau Gambar 3. Peta Geologi Daerah Penyelidikan Kecamatan Danau Sembuluh, Seruyan

9 Gambar 4. Pengambilan Conto Bor, Menggunakan Alat Bor Dormer Gambar 5. Deskripsi dan pengambilan conto secara channel sampling

10 Gambar 6. Peta Lokasi Bor Daerah Kec. Danau Sembuluh, Kabupaten Seruyan Gambar 7. Peta geologi daerah Penyelidikan Kecamatan Lamandau, Lamandau

11 Gambar 8. Peta Lokasi Bor Daerah Kec. Lamandau, Kabupaten Lamandau Gambar 9. Conto Hasil Pengeboran dan Channel Sampling di Kuartering Gambar 10. Pengukuran volume dan Penyaringan Conto Bor Gambar 11. Conto Bor Didulang Untuk Mengambil Konsentratnya

12 Gambar 12. Kegiatan Pengolahan Tailing Menggunakan Sluice Box Oleh Masyarakat Setempat di Daerah Muka, Danau Sembuluh Gambar 13. Lapisan Batuan Pada Endapan Aluvial (rawa) di Daerah Penyelidikan (Kec. Danau Sembuluh) Gambar 14. Peta Sebaran Unsur Sn di Daerah Lamandau

13 No Lokasi Penyelidikan Gambar 15. Peta Sebaran Unsur Sn di Daerah Seruyan Tabel 1. Lokasi Titik Bor, Luas Area Penyelidikan dan Jumlah Conto Luas Jumlah Total Conto Conto Area Titik Kedalaman Mineral (REE) (Ha) Bor (M) Butir Conto (X-RF) Conto (X-RD) 1. Seruyan , Lamandau , Jumlah 6, ,

PENYELIDIKAN REE DAN MINERAL IKUTAN DI DAERAH USULAN WPR KABUPATEN BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PENYELIDIKAN REE DAN MINERAL IKUTAN DI DAERAH USULAN WPR KABUPATEN BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PENYELIDIKAN REE DAN MINERAL IKUTAN DI DAERAH USULAN WPR KABUPATEN BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Kaswan Budiharyanto, Moe'tamar, Trisa Mulyana Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya

Lebih terperinci

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo*, Rudy Gunradi* dan Juju Jaenudin** *Kelompok Penyelidikan Mineral, **Sub Bidang Laboratorium

Lebih terperinci

Trisa Muliyana, Edya Putra Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI

Trisa Muliyana, Edya Putra Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI PENYELIDIKAN DAN EVALUASI POTENSI RARE EARTH ELEMENT (REE) DAN MINERAL IKUTAN PADA WILAYAH BEKAS TAMBANG/TAILING DI KECAMATAN KENDAWANGAN, KABUPATEN KETAPANG, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Trisa Muliyana,

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM DI KABUPATEN SERUYAN DAN KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM DI KABUPATEN SERUYAN DAN KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM DI KABUPATEN SERUYAN DAN KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Tisna Sutisna, BE, Ir. Iwan Z. Gondhonegoro, Sp I, Bayu Sayekti, ST, Endang Rifai, BE] Kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Daerah penyelidikan terletak di Desa Popai, Kecamatan Ella Hilir, Kabupaten Melawi, Propinsi Kalimantan Barat. Secara geografis daerah penyelidikan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Geologi Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan Lempeng Eurasia ke daratan Asia Tenggara dan merupakan bagian dari Busur Sunda.

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Armin Tampubolon Kelompok Program Penelitian Mineral SARI Secara regional, Pulau Sumba disusun oleh litologi yang berdasar

Lebih terperinci

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Bab III Geologi Daerah Penelitian Bab III Geologi Daerah Penelitian Foto 3.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan Blok Patahan dilihat dari Desa Mappu ke arah utara. Foto 3.5 Lembah Salu Malekko yang memperlihatkan bentuk V; foto menghadap ke

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI Secara geologi daerah Kabupaten Boven Digoel terletak di Peta Geologi

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Paparan Sunda 2. Zona Dataran Rendah dan Berbukit 3. Zona Pegunungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) pada dasarnya dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah Padang dan sekitarnya terdiri dari batuan Pratersier, Tersier dan Kwarter. Batuan

Lebih terperinci

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN Oleh : Nanan S. Kartasumantri dan Hadiyanto Subdit. Eksplorasi Batubara dan Gambut SARI Daerah

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Fisiografi Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barattimur (van Bemmelen, 1949 dalam Martodjojo, 1984). Zona-zona ini dari utara ke

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografi, Pulau Jawa berada dalam busur kepulauan yang berkaitan dengan kegiatan subduksi Lempeng Indo-Australia dibawah Lempeng Eurasia dan terjadinya jalur

Lebih terperinci

EKSPLORASI BITUMEN PADAT DENGAN OUT CROPS DRILLING DAERAH MALUTU DAN SEKITARNYA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

EKSPLORASI BITUMEN PADAT DENGAN OUT CROPS DRILLING DAERAH MALUTU DAN SEKITARNYA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN EKSPLORASI BITUMEN PADAT DENGAN OUT CROPS DRILLING DAERAH MALUTU DAN SEKITARNYA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN OLEH Untung Triono dan Mulyana Sub Direktorat Batubara, Direktorat

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL Daerah penelitian ini telah banyak dikaji oleh peneliti-peneliti pendahulu, baik meneliti secara regional maupun skala lokal. Berikut ini adalah adalah ringkasan tinjauan literatur

Lebih terperinci

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB 2 TATANAN GEOLOGI BAB 2 TATANAN GEOLOGI Secara administratif daerah penelitian termasuk ke dalam empat wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai Selatan, Sinjai Tengah, dan Sinjai Utara, dan temasuk dalam

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi Thorp dkk. (1990; dalam Suwarna dkk., 1993) membagi fisiografi wilayah Singkawang, Kalimantan Barat, menjadi 5 zona fisiografi (Gambar 2.1,

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timurbarat (Van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara ke selatan meliputi: 1. Zona

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI REGIONAL Jawa barat dibagi atas beberapa zona fisiografi yang dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan aspek geologi dan struktur geologinya.

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografis, menurut van Bemmelen (1949) Jawa Timur dapat dibagi menjadi 7 satuan fisiografi (Gambar 2), satuan tersebut dari selatan ke utara adalah: Pegunungan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Daerah penelitian berada di Pulau Jawa bagian barat yang secara fisiografi menurut hasil penelitian van Bemmelen (1949), dibagi menjadi enam zona fisiografi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Jawa Barat menjadi 4 bagian besar zona fisiografi (Gambar II.1) yaitu: Zona Bogor, Zona Bandung, Dataran Pantai Jakarta dan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Regional Van Bemmelen (1949) membagi Pulau Sumatera menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: 1. Zona Jajaran Barisan 2. Zona Semangko 3. Pegunugan Tigapuluh 4. Kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Studi Mineral Berat Dalam Endapan Pasir Kuarsa di Daerah Singkawang dan Sekitarnya, Propinsi Kalimantan Barat. I.2. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

PENELITIAN MINERAL IKUTAN DAN UNSUR TANAH JARANG DAERAH BEKAS TAMBANG DI KABUPATEN SAMBAS, PROVINSI KALIMANTAN BARAT S A R I

PENELITIAN MINERAL IKUTAN DAN UNSUR TANAH JARANG DAERAH BEKAS TAMBANG DI KABUPATEN SAMBAS, PROVINSI KALIMANTAN BARAT S A R I PENELITIAN MINERAL IKUTAN DAN UNSUR TANAH JARANG DAERAH BEKAS TAMBANG DI KABUPATEN SAMBAS, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Rudy Gunradi Kelompok Penyelidikan Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi S A R I Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Geografis Daerah Penelitian Wilayah konsesi tahap eksplorasi bahan galian batubara dengan Kode wilayah KW 64 PP 2007 yang akan ditingkatkan ke tahap ekploitasi secara administratif

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Stratigrafi Daerah Nanga Kantu Stratigrafi Formasi Kantu terdiri dari 4 satuan tidak resmi. Urutan satuan tersebut dari tua ke muda (Gambar 3.1) adalah Satuan Bancuh

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat (Gambar 2.1), berdasarkan sifat morfologi dan tektoniknya dibagi menjadi empat bagian (Van Bemmelen, 1949 op. cit. Martodjojo, 1984),

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014 PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014 Wahyu Widodo, Bambang Nugroho Widi Kelompok Penyelidikan Mineral Logam S A R I Prospeksi mineral logam di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian Morfologi muka bumi yang tampak pada saat ini merupakan hasil dari proses-proses geomorfik yang berlangsung. Proses geomorfik menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Keadaan Geografi Daerah Penelitian 2.1.1 Lokasi Penambangan Daerah penyelidikan berdasarkan Keputusan Bupati Tebo Nomor : 210/ESDM/2010, tentang pemberian Izin Usaha Pertambangan

Lebih terperinci

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Foto 3.7. Singkapan Batupasir Batulempung A. SD 15 B. SD 11 C. STG 7 Struktur sedimen laminasi sejajar D. STG 3 Struktur sedimen Graded Bedding 3.2.2.3 Umur Satuan ini memiliki umur N6 N7 zonasi Blow (1969)

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. FISIOGRAFI Geologi regional P.Obi ditunjukkan oleh adanya dua lajur sesar besar yang membatasi Kep.Obi yaitu sesar Sorong-Sula di sebelah utara dan sesar Sorong Sula mengarah

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Daerah Jawa Barat memiliki beberapa zona fisiografi akibat pengaruh dari aktifitas geologi. Tiap-tiap zona tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi 6 zona fisiografi yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949) (Gambar 2.1). Zona-zona tersebut dari utara ke selatan yaitu:

Lebih terperinci

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Oleh : Akhmad Hariyono POLHUT Penyelia Balai Taman Nasional Alas Purwo Kawasan Taman Nasional Alas Purwo sebagian besar bertopogarafi kars dari Semenanjung

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL 9 II.1 Fisiografi dan Morfologi Regional BAB II GEOLOGI REGIONAL Area Penelitian Gambar 2-1 Pembagian zona fisiografi P. Sumatera (disederhanakan dari Van Bemmelen,1949) Pulau Sumatera merupakan salah

Lebih terperinci

BATUBARA DI DAERAH LONGIRAM DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BATUBARA DI DAERAH LONGIRAM DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BATUBARA DI DAERAH LONGIRAM DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : Soleh Basuki Rahmat KELOMPOK PROGRAM PENELITIAN ENERGI FOSIL S A R I Inventarisasi endapan batubara di

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Propinsi Jawa Tengah secara geografis terletak diantara 108 30-111 30 BT dan 5 40-8 30 LS dengan batas batas sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Fisiografi Lokasi Penelitian Gambar 3. Letak cekungan Asam-asam (Rotinsulu dkk., 2006) Pulau Kalimantan umumnya merupakan daerah rawa-rawa dan fluvial. Selain itu juga terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL 2.1. TINJAUAN UMUM Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya dibagi menjadi tiga mendala (propinsi) geologi, yang secara orogen bagian timur berumur lebih tua sedangkan bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Secara administratif wilayah IUP Eksplorasi CV Parahyangan Putra Mandiri, termasuk di dalam daerah Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Menurut van Bemmelen (1949), fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi enam zona, yaitu Zona Dataran Aluvial Utara Jawa Barat, Zona Antiklinorium Bogor, Zona Gunungapi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI REGIONAL Kabupaten Brebes terletak di Jawa Tengah bagian baratlaut. Fisiografi Jawa Tengah berdasarkan Bemmelen (1949) terbagi atas 6 zona (Gambar 2.1), yaitu: 1.

Lebih terperinci

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB 2 Tatanan Geologi Regional BAB 2 Tatanan Geologi Regional 2.1 Geologi Umum Jawa Barat 2.1.1 Fisiografi ZONA PUNGGUNGAN DEPRESI TENGAH Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). Daerah Jawa Barat secara fisiografis

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Armin Tampubolon P2K Sub Direktorat Mineral Logam SARI Pada tahun anggaran 2005, kegiatan inventarisasi mineral

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen adalah proses-proses yang bersifat

Lebih terperinci

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat ) Gambar 3.12 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang, dibeberapa tempat terdapat sisipan dengan tuf kasar (lokasi dlk-12 di kaki G Pagerkandang). Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian maka diperlukan analisa geomorfologi sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

SURVEY GEOKIMIA MINERAL LOGAM DI PROVINSI SUMATERA BARAT. Ernowo, Kisman, Armin T, Eko Yoan T, Syahya S. , P.Total, S.Total, H 2. , Al 2.

SURVEY GEOKIMIA MINERAL LOGAM DI PROVINSI SUMATERA BARAT. Ernowo, Kisman, Armin T, Eko Yoan T, Syahya S. , P.Total, S.Total, H 2. , Al 2. SARI SURVEY GEOKIMIA MINERAL LOGAM DI PROVINSI SUMATERA BARAT Ernowo, Kisman, Armin T, Eko Yoan T, Syahya S Kegiatan survey ini dilaksanakan dalam rangka kerjasama antara China Geological Survey dengan

Lebih terperinci

INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH PETI DI DAERAH KAMIPANG, KABUPATEN KATINGAN, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SARI

INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH PETI DI DAERAH KAMIPANG, KABUPATEN KATINGAN, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SARI INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH PETI DI DAERAH KAMIPANG, KABUPATEN KATINGAN, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Edie Kurnia Djunaedi, Yuman Pertamana, Chandra Putra Kelompok Program Penelitian Konservasi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Regional Jawa Tengah berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Barat di sebelah barat, dan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Pada dasarnya Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Jawa Barat menjadi empat bagian (Gambar 2.1) berdasarkan sifat morfologi dan tektoniknya, yaitu: a.

Lebih terperinci

Bab II Geologi Regional

Bab II Geologi Regional BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1. Geologi Regional Kalimantan Kalimantan merupakan daerah yang memiliki tektonik yang kompleks. Hal tersebut dikarenakan adanya interaksi konvergen antara 3 lempeng utama, yakni

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL BUKAN LOGAM DI KABUPATEN MAMUJU DAN KABUPATEN MAMASA, PROVINSI SULAWESI BARAT

INVENTARISASI MINERAL BUKAN LOGAM DI KABUPATEN MAMUJU DAN KABUPATEN MAMASA, PROVINSI SULAWESI BARAT INVENTARISASI MINERAL BUKAN LOGAM DI KABUPATEN MAMUJU DAN KABUPATEN MAMASA, PROVINSI SULAWESI BARAT Oleh : Martua Raja P., Zulfikar, Corry Karangan Kelompok Program Penyelidikan Mineral Bukan Logam SARI

Lebih terperinci

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Wahyu Widodo dan Bambang Pardiarto (Kelompok Kerja Penelitian Mineral) Sari Kegiatan eksplorasi umum endapan besi

Lebih terperinci

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Wawang Sri Purnomo dan Fatimah Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Lokasi Penyelidikan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Secara fisiografis, daerah Jawa Tengah oleh van Bemmelen, (1949) dibagi menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: Dataran Aluvial Jawa Utara, Gunungapi Kuarter,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kaolin merupakan massa batuan yang tersusun dari mineral lempung dengan kandungan besi yang rendah, memiliki komposisi hidrous aluminium silikat (Al2O3.2SiO2.2H2O)

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografis dan struktural daerah Jawa Barat dapat di bagi menjadi 4 zona, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1: RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:250.000 OLEH: Dr.Ir. Muhammad Wafid A.N, M.Sc. Ir. Sugiyanto Tulus Pramudyo, ST, MT Sarwondo, ST, MT PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN

Lebih terperinci

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH Asmoro Widagdo*, Sachrul Iswahyudi, Rachmad Setijadi, Gentur Waluyo Teknik Geologi, Universitas

Lebih terperinci

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) 3.2.2.1 Penyebaran Satuan batuan ini menempati 2% luas keseluruhan dari daerah

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi dan Geomorfologi Regional Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timur-barat ( van Bemmelen, 1949 ). Zona tersebut dari arah utara

Lebih terperinci

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono Batulempung, hadir sebagai sisipan dalam batupasir, berwarna abu-abu, bersifat non karbonatan dan secara gradasi batulempung ini berubah menjadi batuserpih karbonan-coally shale. Batubara, berwarna hitam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB II TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penelitian berada di lokasi tambang batubara PT. Berau Coal, wilayah Lati, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau, Kalimantan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi empat bagian besar (van Bemmelen, 1949): Dataran Pantai Jakarta (Coastal Plain of Batavia), Zona Bogor (Bogor Zone),

Lebih terperinci

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan Stratigrafi regional Pegunungan Selatan dibentuk oleh endapan yang berumur Eosen-Pliosen (Gambar 3.1). Menurut Toha, et al. (2000) endapan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL II.1 Fisiografi Menurut van Bemmelen (1949), Jawa Timur dibagi menjadi enam zona fisiografi dengan urutan dari utara ke selatan sebagai berikut (Gambar 2.1) : Dataran Aluvial Jawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah Perusahaan CV. Putra Parahyangan Mandiri adalah salah satu perusahaan batubara yang terletak di Kec. Satui, Kab. Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, yang didirikan

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL BUKAN LOGAM DI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN DAN KABUPATEN BANGGAI LAUT, PROVINSI SULAWESI TENGAH

INVENTARISASI MINERAL BUKAN LOGAM DI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN DAN KABUPATEN BANGGAI LAUT, PROVINSI SULAWESI TENGAH INVENTARISASI MINERAL BUKAN LOGAM DI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN DAN KABUPATEN BANGGAI LAUT, PROVINSI SULAWESI TENGAH Martua Raja.P, Wawan Setiyawan, John Mauritz Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. Oleh: Robert L. Tobing, Wawang S, Asep Suryana KP Bnergi Fosil SARI Daerah penyelidikan secara administratif terletak

Lebih terperinci

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH Didi Kusnadi dan Eska P Dwitama Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Daerah penyelidikan terletak

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI II.1 Struktur Regional Berdasarkan peta geologi regional (Alzwar et al., 1992), struktur yg berkembang di daerah sumur-sumur penelitian berarah timurlaut-baratdaya

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.

Lebih terperinci

INTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT

INTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT INTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT L. Arifin dan D. Kusnida Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan 236 Bandung 40174 S a r i Rekaman seismik pantul dangkal

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT PUSAT SUMBERDAYA GEOLOGI B A D A N G E O L O G I DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 GEOGRAFIS Jawa bagian barat secara geografis terletak diantara 105 0 00-108 0 65 BT dan 5 0 50 8 0 00 LS dengan batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

Lebih terperinci

PENYEBARAN DAN KETERDAPATAN MINERAL BERAT DI PERAIRAN KALIMANTAN BARAT. Noor Cahyo D. Aryanto

PENYEBARAN DAN KETERDAPATAN MINERAL BERAT DI PERAIRAN KALIMANTAN BARAT. Noor Cahyo D. Aryanto PENYEBARAN DAN KETERDAPATAN MINERAL BERAT DI PERAIRAN KALIMANTAN BARAT Noor Cahyo D. Aryanto Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan noor_aryanto@yahoo.com S A R I Berdasarkan pengambilan 45

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL Pulau Sumatera terletak di sepanjang tepi baratdaya dari Sundaland (tanah Sunda), perluasan Lempeng Eurasia yang berupa daratan Asia Tenggara dan merupakan bagian dari Busur Sunda.

Lebih terperinci

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur Umur Analisis mikropaleontologi dilakukan pada contoh batuan pada lokasi NA805 dan NA 803. Hasil analisis mikroplaeontologi tersebut menunjukkan bahwa pada contoh batuan tersebut tidak ditemukan adanya

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL A. Fisiografi yaitu: Jawa Bagian Barat terbagi menjadi 4 zona fisiografi menurut van Bemmelen (1949), 1. Zona Dataran Aluvial Utara Jawa 2. Zona Antiklinorium Bogor atau Zona Bogor

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL 3.1 Fisiografi Jawa Barat Van Bemmelen (1949) membagi zona fisiografi Jawa Barat menjadi empat bagian (Gambar 3.1). Pembagian zona yang didasarkan pada aspek-aspek fisiografi

Lebih terperinci

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949) BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat menurut van Bemmelen (1949) terbagi menjadi enam zona (Gambar 2.1), yaitu : 1. Zona Gunungapi Kuarter 2. Zona Dataran Aluvial Jawa Barat Utara

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Nodul siderite Laminasi sejajar A B Foto 11. (A) Nodul siderite dan (B) struktur sedimen laminasi sejajar pada Satuan Batulempung Bernodul. 3.3.1.3. Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan

Lebih terperinci

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27 memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu gelap, struktur vesikuler, tekstur afanitik porfiritik, holokristalin, dengan mineral terdiri dari plagioklas (25%) dan piroksen (5%) yang berbentuk subhedral hingga

Lebih terperinci