GAMBARAN KUALITAS PEGAWAI DELAMI BRANDS MANUFACTURING BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN KUALITAS PEGAWAI DELAMI BRANDS MANUFACTURING BANDUNG"

Transkripsi

1 GAMBARAN KUALITAS PEGAWAI DELAMI BRANDS MANUFACTURING BANDUNG Dina Marliani 1, Mamat Lukman 1, Nur Oktavia Hidayati 1 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas padjadjaran, Bandung, Jawa Barat ABSTRAK Skripsi ini tentang kualitas tidur pegawai delami brands manufacturing bandung. Sampel yang diambil oleh peneliti hanya wanita. Untuk mengetahui kualitas tidur pegawai delami dengan menggunakan alat ukur yaitu PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Instrumen ini berasal dari Bussye, instrumen ini banyak digunakan oleh peneliti sebelumnya dari universitas sumatera utara dan sudah dalam versi bahasa indonesia. Penilaian PSQI terdiri dari kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi tidur pada siang hari. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Sampel yang diteliti berjumlah 94 responden. Penarikan sampel per gedung peneliti menggunakan random sampling dan ketika menyebarkan kuisioner peneliti menggunakan aksidental. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui kualitas tidur pegawai delami adalah hampir sebagian besar dari responden (53%) mempunyai kualitas tidur yang buruk dan hampir setengahnya dari responden (47%) mempunyai kualitas tidur yang baik. Kata Kunci : Tidur, Kualitas tidur, Dewasa, kesehatan kerja ABSTRACT This thesis is about the quality of sleep delami brands manufacturing bandung employee. Sleep quality is an individual's ability to stay asleep and get some REM and NREM sleep right, not many companies in Indonesia that preventive efforts, so that employees make preventive efforts such as adequate sleep. To determine the quality of sleep delami employees using the measuring tool PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). This instrument comes from Bussye, This instrument is widely used by previous researchers from North Sumatra university and already in the Indonesian version. PSQI assessment of subjective sleep quality, sleep latency, sleep duration, sleep efficiency, sleep disturbances, use of sleeping pills and sleep in the daytime dysfunction. research used in this research is descriptive, Studied sample of respondents 94 employee. Samples taken by the researcher only woman. Withdrawal of samples building researchers use random sampling and when deploying researchers used questionnaires accidental. Based on the results of the study, known delami sleep quality employees is almost the majority of respondents (53%) had poor sleep quality, and nearly half of respondents (47%) had good quality sleep. Keyword: sleep, sleep quality, adult, occupational health PENDAHULUAN Kebutuhan tidur pekerja dewasa adalah masalah utama dalam masyarakat. Banyak tuntutan dari pekerjaan maupun keluarga sehingga pekerja dewasa tidak menaruh perhatian 1

2 yang cukup pada kebutuhan istirahat mereka. Pada orang dewasa membutuhkan cukup tidur untuk berpartisipasi dalam kesibukan aktivitas seperti bekerja (Potter & Perry, 2005). Jika kebutuhan tidur kurang maka kemampuan untuk konsentrasi, mengambil keputusan, berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun dan iritabilitas akan meningkat (Potter & Perry, 2005). Kualitas dan kuantitas tidur yang tidak optimal pada pegawai beban kerja yang besar ditempat kerja menyebabkan para pegawai ini seringkali mengantuk saat bekerja. Secara langsung atau tidak keadaan tersebut menyebabkan menurunnya efisiensi kerja. Diperkirakan tiap tahun, 20-40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius. Prevalensi gangguan tidur setiap tahun semakin meningkat, hal ini juga sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebab. Menurut data International Of Sleep Disorder, prevalensi penyebab-penyebab gangguan tidur yaitu sindroma kaki gelisah (5-15%), ketergantungan alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-10%), depresi (65%) (Japardi, 2002). Hal ini tentunya memiliki dampak yang serius bagi semua orang yang membutuhkan konsentrasi penuh. Karena jika tidak konsentrasi, maka dapat terjadi kecelakaan kerja dan kelalaian. Tidur terdiri dari kualitas tidur dan kuantitas tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan tiap individu untuk mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pas. Sementara kuantitas tidur adalah keseluruhan waktu tidur indivudu (Kozier, 2010).. Garment Delami merupakan salah satu garment yang bergerak dibidang industri pakaian, baik eksport maupun lokal. Garment ini memiliki 8 gedung dan mempekerjakan 3200 pegawai yang bekerja sesuai keahlian masing-masing individunya seperti menjahit, membuat pola, mengobras, memasang kancing, mekanik, sablon, menyetrika pakian yang sudah jadi, melipat baju, dan packing. Penempatan semua proses dari menjahit hingga 2

3 packing adalah ditempatkan dalam satu gedung. Tiap gedung berisi 400 pegawai, dalam penelitian ini penulis hanya melakukan penelitian pada pegawai yang bekerja dibagian menjahit saja. Populasi pegawai yang bekerja dibagian menjahit berjumlah 1600 pegawai yang tiap gedungnya terdapat 200 pegawai. Jam kerja yang diterapkan perusahaan mulai berkerja jam 7 pagi hingga jam 4 sore. Jam kerja yang diterapkan adalah 9 jam. Jadwal bekerja senin sampai jumat. Dalam penetapan keputusan menteri tahun 2003 jam kerja 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu untuk 6 enam hari kerja dalam satu minggu atau delapan jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu untuk 5 hari kerja dalam satu minggu. Perusahaan menggunakan hari sabtu untuk lembur. Selain jadwal kerja yang tidak sesuai dengan anjuran pemerintah pegawai dihadapkan pada lingkungan bekerja yang kurang nyaman karena tingkat kebisingan di tempat kerja. Nilai ambang maksimal yang diterapkan pemerintah pada pegawai yang terpajan lingkungan bising ditempat kerja adalah 8 jam sama dengan 85 Db. Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja salah satunya gangguan psikologis seperti susah tidur (Buchari, 2007). Peneliti melakukan studi pendahuluan pada 15 orang pegawai di delami brands manufacturing bagian menjahit mengenai pola tidur pada pegawai. Studi pendahuluan ini dilakukan pada pegawai dibagian menjahit dikarenakan bagian tersebut sering dikenakan lembur karena kelalaian dalam bekerja seperti salah memasang label, menjahit bagian bahan baju, dan bagian ini juga memiliki potensial hazard seperti kebisingan. Dari hasil studi pendahuluan didapatkan bahwa pekerja melakukan persiapan sebelum bekerja dengan tidur yang cukup sebagai upaya agar tidak terjadi kecelakaan atau kelalaian saat bekerja, 5 orang menyatakan kadang-kadang mengalami sulit tidur dan terbangun di tengah malam, 6 responden terlihat mempunyai area gelap disekitar mata pekerja menutupi bagian gelap 3

4 dimata dengan make up, 7 responden mengkonsumsi kopi untuk tetap terjaga, dan 5 responden mengkonsumsi suplemen untuk tetap terjaga dan diketahui hampir sebagian 10 responden menyatakan sering kehilangan konsentrasi saat bekerja dan sering mengantuk saat bekerja yang dapat mengakibatkan tingkat ketepatan saat bekerja menurun seperti salah memasang label atau salah dalam menjahit, hal tersebut dapat menurunkan produktivitas. Ketika memiliki kualitas tidur baik, maka segala aktivitas tubuh dan aktivitas kehidupan sehari-hari akan berjalan lancar. Sebaliknya, jika kualitas tidur buruk, berbagai efek negatif muncul. Antibodi menjadi lemah, berdasarkan studi JAMA, mereka yang tidur kurang dari 7 jam per malam bisa 3 kali lebih rentan mengalami rasa dingin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas tidur para pegawai di delami brands manufacturing bandung yang termasuk perusahaan garment. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tidur pegawai delami brands manufacturing. Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yakni kelitas tidur pegawai delami brands manufacturing. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di bagian menjahit saja jumlah populasi adalaha Dari jumlah tersebut diambil sampel sebanyak 94 orang yang didapatkan dari rumus slovin dengan estimasi 0,1. Dalam penelitian ini digunakan simple random sampling dengan mengambil sample menggunakan kocokan dari pegawai gedung satu hingga gedung 8, sedangkan dalam pembagian kuisioner menggunakan aksidental. Sampel yang diambil sebagai responden hanya wanita. 4

5 Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket/ kuisioner yang sudah baku yaitu kuisioner PSQI Pittsburgh Sleep Quality Index yang terdiri dari 7 indikator penilaian yakni kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, pengguanaan obat tidur dan gangguan pada siang hari seperti mengantuk. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif, dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi. Lokasi penelitian di Delami Brands Manufacturing Bandung. Tanggal 1 juni sampai 4 juni sampai 11 juni HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Kualitas f % Baik Buruk Berdasarkan hasil penelitian kualitas tidur disimpulkan hampir sebagian pegawai garment memiliki kualitas tidur yang buruk hampir sebagian besar dari responden 53 % yaitu mempunyai kualitas tidur yang buruk dan hampir setengahnya dari responden (47%) mempunyai kualitas tidur yang baik. Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang, dan gelisah, lesu, apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk (Alimul, 2006). 7 Indikator Penilaian Kualitas Tidur 5

6 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Subjektif Persepsi f % Sangat baik 4 4 Baik Buruk 2 2 Sangat buruk 0 0 Berdasarkan hasil penelitian untuk kualitas tidur subjektif pegawai didapatkan hampir seluruhnya dari responden (94%) menyatakan kualitas tidur mereka baik. sedangkan pada kelompok sangat baik (4%), (2%) menyatakan kualitas mereka buruk dan tidak seorang pun dari responden (0%) yang menyatakan kualitas tidur mereka sangat buruk. Tidur adalah pengalaman subjektif. Hanya klien yang dapat melaporkan apakah tidurnya cukup cukup dan nyenyak atau tidak. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Latensi Tidur < 15 menit menit Menit 9 10 >60 menit 2 2 Berdasarkan hasil penelitian untuk kelompok latensi tidur atau waktu yang dibutuhkan seseorang hingga tertidur di dapatkan data hampir setengahnya dari responden (42%) dapat tertidur dalam waktu <15 menit, hampir setengahnya dari responden (46%) dapat tertidur dengan waktu menit, (9%) baru dapat tertidur setelah menunggu menit dan (2%) dapat tertidur >60 menit. Ketika orang mencoba tidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi SAR menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang meneybabkan tidur. Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur. 6

7 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Durasi Tidur Waktu F % >7 jam jam jam <6 jam 7 7 Berdasarkan hasil penelitian diketahui hampir setengahnya dari responden (45%) tidur pulas lebih dari 7 jam, sebagian responden (22%) tidur selama 7 jam, (25%) tidur 5-6 jam dan (7%) tidur selama kurang dari 5 jam. Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan tidur selama 4 jam, sementara yang lain membutuhkan tidur selama 10 jam. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Effisiensi Tidur Effisiensi F % >85% % % 8 9 < Berdasarkan hasil penelitian untuk kelompok effisiensi tidur yang dihitung berdasarkan jam tidur dan bangun tidur di bagi jam lama tidur pulas seseorang. Effisiensi tidur pegawai delami yaitu didapatkan hampir sebagian besar responden (61%) mempunyai effisiensi tidur lebih dari 85%, (12%) mempunyai effisiensi tidur 75-84%, sedangkan (9%) hanya memiliki effisiensi tidur sebanyak 65-74% dan (18%) mempunyai effisiensi tidur kurang dari 65%. Efisiensi tidur didefinisikan sebagai rasio lama tidur yang sebenarnya dengan lama tidur kita di atas tempat tidur. Kelompok dengan jam tidur panjang kebanyakan mengalami tidur jenis NREM-dangkal dan REM, sehingga akhirnya tidur yang tidak berkualitas pun menjadi berkesinambungan. Padahal kuantitas tidur NREM-dalam yang dialami kelompok jam tidur panjang dan jam tidur pendek adalah sama. Oleh sebab itu, untuk memperoleh tidur dengan kualitas baik, sebaiknya tidur panjang dihindari. 7

8 Item Gangguan Tidur Tabel 6 Tidak Bisa Tertidur Dalam Tempo 30 menit Tidak ada pada bulan yang lalu < sekali dalam seminggu kali dalam seminggu atau > dalam seminggu 9 9 Berdasarkan hasil penelitian tidak bisa tertidur dalam tempo 30 menit. Pada tabel diatas dapat diketahui, hampir setengahnya dari responden (46%) tidak mengalami tidak bisa tertidur dalam tempo 30 menit, hampir setengahnya dari responden (33%) mengalami kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil dari responden (11%) mengalami tidak bisa tertidur dalam tempo 30 menit 1-2 kali dalam seminggu, dan sebagian kecil dari responden mengalami tidak bisa tertidur 3 atau lebih dalam seminggu. Selama seseorang terjaga hanya rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry, 2005 ). Tabel 7 Terbangun Tengah Malam Atau Bangun pagi terlalu cepat Tidak ada pada bulan yang lalu < sekali dalam seminggu kali dalam seminggu atau > dalam seminggu Berdasarkan hasil penelitian terbangun tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat, pada tabel diatas dapat diketahui hampir setengahnya dari responden (30%) tidak mengalami terbangun tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat, hampir setengahnya dari responden (26%) mengalami kurang dari sekali dalam seminggu, hampir setengahnya dari responden (24) mengalami 1-2 kali dalam seminggu, dan sebagian kecil dari responden yang mengalami 3 atau lebih dalam seminggu. Pada seseorang yang mengalami terbangun tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat dikhawatirkan mengalami insomnia, adalah ketidakmampuan untuk tidur dengan jumlah atau kualitas yang cukup. (Kozier, 2010) 8

9 Tabel 8 Harus Bangun untuk ke Kamar Mandi Tidak ada pada bulan yang lalu < sekali dalam seminggu kali dalam seminggu atau > dalam seminggu Berdasarkan hasil penelitian harus bangun untuk ke kamar mandi. pada tabel diatas dapat diketahui hampir setengahnya dari responden (36%) tidak harus bangun untuk ke kamar mandi, sebagian kecil dari responden (19%) harus bangun untuk ke kamar mandi kurang dari sekali dala seminggu, sebagian kecil dari responden (18) harus pergi untuk ke kamar mandi 1-2 kali dalam seminggu, dan sebagian kecil dari responden (21%) harus bangun untuk kekamar mandi 3 atau lebih dalam seminggu. Kebutuhan untuk berkemih dimalam hari dapat menggangu tidur dan orang yang terbangun dimalam hari untuk berkemih kadang kala mengalami kesulitan untuk dapat tidur kembali (Kozier, 2010). Tabel 9 Sulit Bernapas\ Tidak ada pada bulan yang lalu < sekali dalam seminggu kali dalam seminggu atau > dalam seminggu 1 1 Tabel 10 Batuk Tidak ada pada bulan yang lalu < sekali dalam seminggu kali dalam seminggu atau > dalam seminggu 4 4 Berdasarkan hasil penelitian sulit bernapas, pada tabel diatas dapat diketahui hampir seluruhnya (87%) tidak mengalami sulit bernapas pada bulan yang lalu, sebagian kecil dari responden (8%) sulit bernapas kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil dari responden (3%) mengalami sulit bernapas 1-2 kali dalam seminggu, dan sebagian kecil dari 9

10 responden (1%), mengalami sulit bernapas 3 atau lebih dalam seminggu. Dan berdasarkan hasil penelitian batuk, pada tabel diatas dapat diketahui hampir sebagian besar dari responden (74%) tidak mengalami batuk pada bulan yang lalu, sebagian kecil dari responden (11%) mengalami batuk kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil dari responden (5%) mengalami baruk 1-2 kali dalam seminggu dan sebagian dari responden (4%) mengalami batuk 3 atau lebih dalam semiggu. Kondisi pernapasan sangat mengganggu tidur individu. Napas pendek seringkali membuat sulit tidur dan orang yang mengalami masalah pernapasan sumbatan hidung atau drainase sinus dapat mengalami masalah pernapasan dan kemudian dapat membuatnya sulit tidur. Tabel 11 Distribusi Frekuensi Merasa Kedinginan Tidak ada pada bulan yang lalu <sekali dalam seminggu kali dalam seminggu atau > dalam seminggu Tabel 12 Distribusi Frekuensi Merasa Kepanasan Tidak ada pada bulan yang lalu <sekali dalam seminggu kali dalam seminggu atau > dalam seminggu 7 7 Berdasarkan hasil penelitian merasa kedinginan, pada tabel diatas dapat diketahui hampir setengahnya dari responden (48%) tidak merasa kedinginan pada bulan yang lalu, sebagian kecil responden (23%) merasa kedinginan kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil dari responden (14%) merasa kedinginan 1-2 kali dalam seminggu, dan sebagian kecil dari responden (14%) merasa kedinginan 3 atau lebih dalam seminggu. Dan berdasarkan hasil penelitian merasa kepanasan, dapat diketahui hampir setengahnya dari responden (49%) tidak merasa kepanasan pada bulan yang lalu, hampir setengahnya dari 10

11 responden (48%) merasa kepanansan kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil dari responden (16%) merasa kepanasan 1-2 kali dalam seminggu, dan sebagian kecil dari responden (7%) merasa kepanasan 3 atau lebih dalam seminggu. Ketiadaan stimulus yang biasa atau keadaan stimulus yang tidak biasa dapat mencegah orang untuk tidur. Ketidaknyamanan lingkungan dan kurang ventilasi dapat mempengaruhi tidur. Kadar cahaya dapat menjadi faktor lain yang berpengaruh. Peningkatan suhu dapat menyebabkan pengurangan tahap III DAN IV NREM dan REM. Tabel 13 Distribusi Frekuensi Mimpi Buruk Tidak ada pada bulan yang lalu <sekali dalam seminggu kali dalam seminggu atau > dalam seminggu 1 1 Berdasarkan hasil penelitian mimpi buruk, Pada tabel diatas dapat diketahui hampir sebagian besar dari responden (68%) tidak menglami mimpi buruk pada bulan yang lalu, sebagian kecil dari responden (21%) mengalami mimpi buruk kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil dari responden (10%)mengalami mimpi buruk 1-2 kali dalam seminggu dan sebagian kecil dari responden (1%) mengalami mimpi buruk 3 atau lebih dalam seminggu. Pada tahap tidur NREM terjadi mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain. Jika seseorang mengalami parasomnia akan terjadi mimpi buruk pada tahap NREM. Tabel 14 Distribusi Frekuensi Merasa Nyeri atau Pegal-pegal Waktu F % Tidak ada pada bulan yang lalu <sekali dalam seminggu kali dalam seminggu atau > dalam seminggu

12 Berdasarkan hasil penelitian merasa nyeri atau pegal-pegal, Pada tabel diatas dapat diketahui hampir setengahnya dari responden (33%) tidak mengalami nyeri atau pegal-pegal pada bulan yang lalu, sebagian kecil dari responden (19%) mengalami nyeri dan pegal-pegal kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil responden (19%) mengalami nyeri atau pegal-pegal 1-2 kali dalam seminggu dan hampir setengahnya dari responden mengalami nyeri atau pegal-pegal 3 atau lebih dalam seminggu. Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik (misal, kesulitan bernapas), atau masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan itu menpunyai masalah kesulitan tidur atau tetap tidur (Potter & Perry, 2005). Tabel 15 Distribusi Frekuensi Alasan Lain yang Mengganggu Tidur Tidak ada pada bulan yang lalu <sekali dalam seminggu kali dalam seminggu atau > dalam seminggu Berdasarkan hasil penelitian alasan lain yang mengganggu tidur, pada tabel diatas dapat diketahui, hampir sebagian besar dari responden (61%) tidak memiliki alasan lain yang mengganggu tidur pada bulan yang lalu, sebagian kecil responden (8%) memiliki alasan lain yang mengganggu tidur kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil dari responden (14%) memiliki alasan lain yang mengganggu tidur 1-2 kali dalam seminggu, dan hampir setengahnya dari responden (15%) memiliki alasan lain yang mengganggu tidur 3 atau lebih dalam seminggu. Faktor fisiologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur (Potter & Perry, 2005). 12

13 Penggunaan Obat Tidur Tabel 16 Distribusi Frekuensi Penggunaan Obat Tidur waktu f % Tidak ada pada bulan yang lalu <sekali dalam seminggu kali dalam seminggu atau > dalam seminggu 0 0 Berdasarkan hasil penelitian penggunaan obat tidur pegawai delami. Pada tabel diatas dapat diketahui hampir sebagian besar dari responden yaitu (85%) tidak menggunakan obat tidur untuk membantu tidur, (12%) menggunakan obat tidur kurang dari sekali dalam seminggu, (3%) mengkonsumsi obat tidur sekali atau dua kali dalam seminggu, dan (0%) yang mengkonsumsi obat tidur tiga kali atau lebih dalam seminggu. Medikasi yang diresepkan untuk tidur sering memberi banyak masalah daripada keuntungan. Orang dewasa muda dan tengah dapat tergantung pada obat tidur untuk mengatasi stressor gaya hidupnya. Penggunaan medikasi untuk tidur dalam jangka panjang dapat mengganggu pola tidur dan memperburuk masalah insomnia (Potter & Perry, 2005) Item Disfungsi pada Siang Hari Tabel 17 Distribusi Frekuensi Mengantuk Hingga Tertidur ketika Mengemudi, Makan, atau terlibat dalam Aktivitas Tidak ada pada bulan yang lalu <sekali dalam seminggu kali dalam seminggu atau > dalam seminggu 0 0 Berdasarkan hasil penelitian mengantuk hingga tertidur ketika mengemudi, makan, atau terlibat dalam aktivitas, pada tabel diatas dapat diketahui hampir seluruhnya dari responden (78%) tidak mengalami mengantuk hingga tertidur pada bulan yang lalu, sebagian kecil dari responden (19%) mengalami mengantuk hingga tertidur pada bulan yang lalu kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil responden (3%) mengalami mengantuk hingga tertidur 1-2 kali dalam seminggu, dan tidak seorangpun dari responden mengalami 13

14 mengantuk hingga tertidur 3 atau lebih dalam seminggu. Mengantuk menjadi patologis ketika mengantuk terjadi pada waktu ketika individu harus atau ingin terjaga. Orang yang kehilangan tidur sementara karena kegiatan sosial malam yang aktif atau jadwal kerja yang memanjang biasanya akan merasa mengantuk pada hari berikutnya Tabel 18 Distribusi Frekuensi Masalah yang Membuat Responden tidak Ingin Menyelesaikannya Waktu F % Tidak ada masalah Hanya masalah kecil Masalah besar 5 5 Masalah yang sangat besar 3 3 Berdasarkan hasil penelitian yang membuat responden tidak ingin menyelesaikannya, pada tabel diatas dapat diketahui hampir setengahnya dari responden (31%) tidak memiliki masalah pada bulan yang lalu, hampir sebagian besar dari responden (61% )hanya masalah kecil yang tidak ingin diselesaikan, sebagian kecil (5%) masalah besar yang tdak ingin diselesaikan, sebagian kecil (3%) memiliki masalah yang sangat besar yang tidak ingin diselesaikan. Ansietas meningkatkan kadar neropinefrin dalam darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap IV NREM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih sering terbangun (Kozier, 2010). SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada pegawai Delami Brands Manufacturing didapatkan bahwa kualitas tidur pegawai delami adalah hampir sebagian besar dari responden (53%) mempunyai kualitas tidur yang buruk dan hampir setengahnya dari responden (47%) mempunyai kualitas tidur yang baik. Hasil dari penelitian kualitas tidur 14

15 menggambarkan kualitas tidur yang buruk dan banyak pegawai yang mempunyai gangguan untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik. SARAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kualitas tidur sebagian pegawai adalah buruk maka diharapkan kepada perusahaan diharapkan agar lebih mengusahakan upaya preventif kualitas tidur juga berpengaruh terhadap terjadinya kelalaian kerja dan kualitas produksi yang dihasilkan. Dan pihak menagemen lebih berkordinasi dengan tenaga kesehatan melakukan upaya preventif juga perlu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Kepada perawat kesehatan kerja diharapkan tidak hanya memperhatikan perilaku pegawai hanya diperusahaan, diperlukan pengkajian yang lebih mendalam pada pegawai saat dirumah. Sedikit banyak perilaku atau masalah yang dialami dirumah berpengaruh terhadap kinerja kerja pegawai. kepada penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan informasi sebagai data awal kualitas tidur pegawai delami. Dengan adanya hasil kualitas tidur para pegawai buruk, maka diharapkan akan ada penelitian mengenai kualitas tidur pada perusahaan yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Aziz, Aimul.H Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep dan. Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Buchari, Kebisingan Industri dan Hearing Conservartion program. Universitas Sumatera Utara Repository. Bussye D, et al The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrumen For Psychiatric and Research. Available at: (diakses 29 januari 2012) 15

16 Japardi, I., Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatra Utara. USU Digital Library. Kozier, Barbara Fundamental Of Nursing : Concept, Process, and Practise : Four Edition,volume 2, Jakarta:EGC. Lubis, Petty Efek Negatif Dari Kurang Tidur. Available at Metronews.minggu,29 januari Bising dan Kualitas Tidur. Available at Tidur (diakses 8 februari 2012) Potter & Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III. Penerbit buku kedokteran EGC. Potter & Perry BukuAjar Fundamental Keperawatan Volume 1. Jakarta: EGC. 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istirahat atau tidur yang cukup merupakan kebutuhan setiap orang agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Maslow mengatakan kebutuhan fisiologis dasar manusia terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur multidisipliner yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Keperawatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Tidur Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-benar

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN

STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN Amalia Safitrie 1), M.Hasib Ardani 2) 1). Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT UMUR DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI POSYANDU PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS KECAMATAN LOWOKWARU MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT UMUR DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI POSYANDU PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS KECAMATAN LOWOKWARU MALANG ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT UMUR DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI POSYANDU PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS KECAMATAN LOWOKWARU MALANG Rudimin 1), Tanto Harianto 2), Wahidyanti Rahayu 3) 1) Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur 1.2.1 Pengkajian Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks, tidak stress, menganggur,.. Namun tidak berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga universal karena umumnya semua individu dimanapun ia berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain experimental dengan pendekatan pre and post test control group.

BAB III METODE PENELITIAN. desain experimental dengan pendekatan pre and post test control group. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif menggunakan desain experimental dengan pendekatan pre and post test control group. Sebelum intervensi

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Rivhan Fauzan Tempat/Tanggal Lahir : Lhokseumawe / 14 Juni 1993 Agama Alamat : Islam : Komp. Citra Garden Blok C9 No.21 Medan Telepon : 087868806425 Orangtua : -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein merupakan zat psikoaktif yang terdapat pada banyak sumber seperti kopi, teh, soda dan cokelat. Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kopi terbesar ke-4

Lebih terperinci

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI Overview of Sleep Quality and Sleep Disorders In Elderly at Social Home Tresna Werdha Budi Luhur

Lebih terperinci

Hubungan Kualitas Tidur dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2010 FK Universitas Andalas

Hubungan Kualitas Tidur dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2010 FK Universitas Andalas 243 Artikel Penelitian Hubungan Kualitas Tidur dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2010 FK Universitas Andalas Hanafi Nilifda 1, Nadjmir 2, Hardisman 3 Abstrak Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir seluruh hidup manusia dikaruniai nikmatnya tidur dan berbagai cara terus dilakukan untuk menciptakan kualitas tidur yang baik dimalam hari. Bagi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN 95 LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN 96 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. dr. Mansur No. 9 Padang Bulan, Medan 20155 Sumatera Utara, Indonesia TELP.+62

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN Esri Rusminingsih, Ikmal Qoyyimah ABSTRAK Perubahan fisiologi usia lanjut

Lebih terperinci

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016 Lampiran 1 Nama : Agung Prasetio NIM : 1401100116 No. Kegiatan Penelitian I II III Tahap Persiapan a. Penentuan Judul b. Mencari Literatur c. Penyusunan Proposal d. Konsultasi Proposal e. Perbaikan Proposal

Lebih terperinci

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *  ABSTRAK Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Berdasarkan Skor Pittsburgh Sleep Quality Index di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Bantul Yogyakarta RELATIONSHIP BETWEEN ELDERLY GYMNASTIC

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat terkait dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya kesehatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang disebut sebagai beranjak dewasa (emerging adulthood) tejadi dari usia 18 sampai 25 tahun (Arnett

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap orang. Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat dan tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Judul Penelitian : Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Pada Atlet Tapak Suci Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Peneliti : Tegar Rizky Nur Maulidha NIM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai pengaruh mendengarkan Al-Qur an surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut hirarki Maslow tingkat yang paling dasar dalam kebutuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN Ambar Winarti STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN ABSTRAK Tidur merupakan kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang ilmu kesehatan jiwa. Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang ilmu kesehatan jiwa. Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kesehatan jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di lingkungan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR NAMA : ZULIYA INDAH FATMAWATI NIM : G3A015019 PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Tidur Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (Wahit dan Nurul, 2007). Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan kesehatan emosional (Colten & Altevogt, 2006). Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap (Hurlock, 1999). Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia melakukan pekerjaan yang berbeda setiap harinya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia melakukan pekerjaan yang berbeda setiap harinya, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia melakukan pekerjaan yang berbeda setiap harinya, dibalik setiap rutinitas yang dilakukan, manusia juga membutuhkan tidur untuk mengistirahatkan tubuh.

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada Yth. Calon Responden Penelitian. Di Tempat

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada Yth. Calon Responden Penelitian. Di Tempat Lampiran 1 78 79 Lampiran 2 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan Hormat, Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Ayu Afriani Panyuwa NIM : 462012081

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah rencana penelitian yang disusun sehingga peneliti memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang mengacu pada jenis (macam)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berlangsung dari minggu ke-1 hingga minggu ke-13, trimester kedua dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berlangsung dari minggu ke-1 hingga minggu ke-13, trimester kedua dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah suatu kondisi maternal berkembangnya fetus di dalam tubuh (DeCherney et al., 2007). Kehamilan dibagi menjadi trimester pertama yang berlangsung dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN I LEMBAR PERMOHOHONAN MENJADI RESPONDEN

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN I LEMBAR PERMOHOHONAN MENJADI RESPONDEN 82 LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN I LEMBAR PERMOHOHONAN MENJADI RESPONDEN Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. : Hubungan Perilaku Merokok Pada Remaja dengan Kualitas Tidur Siswa SMK Taman Karya Madya Kebumen.

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. : Hubungan Perilaku Merokok Pada Remaja dengan Kualitas Tidur Siswa SMK Taman Karya Madya Kebumen. PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Assalamu alaikum warahmatullohi wabarokatuh Dengan Hormat, Peneliti yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIM Judul Penelitian : Dwi Dita Yuniasih : A11000581 : Hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Media Sosial a. Pengertian Media Sosial Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%

Lebih terperinci

Singkatan Nama Pasien No. Pasien Tanggal Jam

Singkatan Nama Pasien No. Pasien Tanggal Jam 60 Singkatan Nama Pasien No. Pasien Tanggal Jam KUESIONER UNIVERSITAS PITTSBURGH TENTANG KUALITAS TIDUR (Indonesian version of the Pittsburgh Sleep Quality Index - PSQI) PETUNJUK: Pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan

BAB V PEMBAHASAN. minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Siswi yang mengikuti latihan menari Gambyong Pareanom selama 8 minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan kualitas tidur ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI TIDUR Tidur suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa Tidur dibagi menjadi 2 fase : 1. Active sleep / rapid eye movement (REM) 2. Quid

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian 59 Lampiran 2. Persetujuan Etik Penelitian 60 61 Lampiran 3. Kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) Petunjuk: Pertanyaan-pertanyaan berikut ini berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. eksternal. Tidur dianggap sebagai keadaan pasif yang dimulai dari input sensoric

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. eksternal. Tidur dianggap sebagai keadaan pasif yang dimulai dari input sensoric BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur 2.1.1. Definisi Tidur Tidur merupakan keadaan tidak sadar yang relatif lebih responsif terhadap rangsangan internal. Perbedaan tidur dengan keadaan tidak sadar lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istirahat dan tidur suatu faktor bagi pemulihan kondisi tubuh setelah sehari penuh melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina. Kebutuhan tidur bervariasi pada masing-masing orang, umumnya 6-8 jam per hari. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit dan dirawat di rumah sakit jauh dari menyenangkan bagi anak. Hal ini merupakan suatu stresor karena anak tidak mengerti mengapa dia dirawat. Perpisahan dengan

Lebih terperinci

seseorang. Setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk Kozier(2008) dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah:

seseorang. Setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk Kozier(2008) dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah: 1 Naskah Publikasi Pendahuluan Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai.tidur memberikan peran yang esensial bagi kebutuhan fisiologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Penilaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dari dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti seseorang dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of Differentiation 4) sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa kedokteran merupakan golongan dewasa muda yang unik, yang memiliki komitmen akademik dan gaya hidup yang dapat berimbas pada kebiasaan tidurnya dan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan terjadi karena adanya konsepsi atau penyatuan antara sel sperma dan ovum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan terjadi karena adanya konsepsi atau penyatuan antara sel sperma dan ovum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu periode transisi pada kehidupan seorang wanita dan terjadi karena adanya konsepsi atau penyatuan antara sel sperma dan ovum (Lowdermilk et

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Gagal Jantung adalah ketidakmampuan Jantung untuk memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan tubuh. Kegagalan fungsi pompa Jantung ini disebabkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PERAWAT DI PUSKESMAS DAU MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PERAWAT DI PUSKESMAS DAU MALANG ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PERAWAT DI PUSKESMAS DAU MALANG Eva Susanti 1), Farida Halis Dyah Kusuma 2), Yanti Rosdiana 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengapa seseorang butuh tidur akan lebih jelas bila dilihat dari akibat bila

BAB 1 PENDAHULUAN. mengapa seseorang butuh tidur akan lebih jelas bila dilihat dari akibat bila BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi tidur adalah untuk memelihara kondisi otak dalam keadaan optimal agar dapat membantu kerusakan yang terjadi saat terjaga sepanjang hari. Alasan mengapa seseorang

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kualitas Tidur dengan Kebiasaan Senam Lansia di Lembaga Lanjut Usia Indonesia Provinsi Jawa Barat Relationship Of Sleep Quality With Elderly Gymnastic

Lebih terperinci

GAMBARAN KARAKTERISTIK LANSIA DENGAN GANGGUAN TIDUR (INSOMNIA) DI RW 1 KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI

GAMBARAN KARAKTERISTIK LANSIA DENGAN GANGGUAN TIDUR (INSOMNIA) DI RW 1 KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI 150 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 2, (2) Agustus 2016 ISSN. 2407-7232 GAMBARAN KARAKTERISTIK LANSIA DENGAN GANGGUAN TIDUR (INSOMNIA) DI RW 1 KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI DESCRIPTION OF THE CHARACTERISTICS

Lebih terperinci

PERBEDAAN KUALITAS TIDUR SEBELUM DAN SESUDAH MELAKUKAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA LANSIA ABSTRAK

PERBEDAAN KUALITAS TIDUR SEBELUM DAN SESUDAH MELAKUKAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA LANSIA ABSTRAK PERBEDAAN KUALITAS TIDUR SEBELUM DAN SESUDAH MELAKUKAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA LANSIA Yohanes Daud Djawa 1), Tanto Hariyanto 2), Vita Maryah Ardiyani 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa serta masa lansia. Keberhasilan pemerintah dalam

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Penelitian. Subjek NA, ARW, dan ITM adalah beberapa dari mahasiswa

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Penelitian. Subjek NA, ARW, dan ITM adalah beberapa dari mahasiswa BAB V PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Subjek NA, ARW, dan ITM adalah beberapa dari mahasiswa jurusan arsitektur Universitas Katolik Soegijapranata yang sedang menghadapi tugas akhir. Karena kesibukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar atau pasif yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar atau pasif yang ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar atau pasif yang ditandai dengan berkurangnya responsivitas terhadap rangsang eksternal. Secara fisiologis tidur dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco & Barros (2012), mendefinisikan tidur sebagai suatu kondisi dimana proses pemulihan harian terjadi.

Lebih terperinci

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan ISTIRAHAT & TIDUR By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Pengertian Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah Tidur adalah status perubahan kesadaran

Lebih terperinci

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS DAN MENYUSUI ISTIRAHAT

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS DAN MENYUSUI ISTIRAHAT PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS DAN MENYUSUI ISTIRAHAT OLEH : KELOMPOK 5 I Gusti Agung Ayu Cahyaningrum Ananta P07124214 017 Kadek Devi Ary Suta P07124214 022 Ni Putu Ayu Sinta Puji Rahayu P07124214

Lebih terperinci

Tidur dan Ritme Sirkadian

Tidur dan Ritme Sirkadian Modul ke: Tidur dan Ritme Sirkadian Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Pengertian Tidur : Tidur berasal dari bahasa latin somnus yang berarti alami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tidur a. Pengertian Tidur Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memiliki kebutuhan khusus yang harus dipenuhi, baik secara fisiologis maupun psikologis. Terdapat banyak kebutuhan fisiologis manusia, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan Gatt yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik, dengan desain cross-sectional. Penelitian dengan pendekatan cross-sectional bertujuan

Lebih terperinci

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI 1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI DESCRIPTION OF NURSE IN THE PREVENTION OF BEHAVIOR IN THE EVENT OF PLEBITIS INPATIENT KEDIRI BAPTIST

Lebih terperinci

GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA PERAWAT DINAS MALAM RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA PERAWAT DINAS MALAM RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA PERAWAT DINAS MALAM RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 1 Ricky R. T. A. Thayeb 2 Mieke A. H. N. Kembuan 2 Herlyani Khosama 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sarana dan internet seperti yang terdapat pada smartphone (Sunarto,

BAB I PENDAHULUAN. dengan sarana  dan internet seperti yang terdapat pada smartphone (Sunarto, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat, maka internet menjadi salah satu media yang paling mudah dan murah untuk digunakan. Sejalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Remaja WHO mendefinisikan remaja (adolescent) sebagai individu berusia 10 sampai 19 tahun dan dewasa muda (youth) 15 sampai 24 tahun. Dua kelompok usia yang saling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian studi kasus deskripsi. Studi kasus deskriptif merupakan penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian studi kasus deskripsi. Studi kasus deskriptif merupakan penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus deskripsi. Studi kasus deskriptif merupakan penelitian yang dianalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia menghadapi kesiapan dalam perkembangan era Masyarakata Ekonomi Asean yang sudah mulai berjalan seperti sekarang ini. Kerja sama yang dilakukan ini

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Jadwal Penelitian. Desember Februari Januari Persiapan. Pelaksanaan. Penyusunan Laporan Pengiriman Laporan

LAMPIRAN. 1. Jadwal Penelitian. Desember Februari Januari Persiapan. Pelaksanaan. Penyusunan Laporan Pengiriman Laporan LAMPIRAN 1. Jadwal Penelitian Kegiatan/ Waktu Persiapan November 2009 Desember 2009 Januari 2010 Februari 2010 Pelaksanaan Penyusunan Laporan Pengiriman Laporan 2. Personil penelitian 1. Ketua Penelitian

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pada era globalisasi, manusia lebih memforsir tubuh untuk melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan menuntut seseorang sering lebih bergadang yang

Lebih terperinci

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 169 174 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. optimal bagi manusia. Maslow dalam teori kebutuhan dasar manusia, membagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. optimal bagi manusia. Maslow dalam teori kebutuhan dasar manusia, membagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai macam kebutuhan dasar manusia seperti makanan, air, rasa aman, dan cinta sangat penting untuk keberlangsungan hidup dan terwujudnya kesehatan optimal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikendalikan sepenuhnya seperti aktivitas fisik sehari-hari.

BAB III METODE PENELITIAN. dikendalikan sepenuhnya seperti aktivitas fisik sehari-hari. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental. Dipilihnya quasi eksperimental karena pertimbangan etis dan ada faktor yang tidak dapat dikendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA YANG MENYUSUN SKRIPSI DI STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA YANG MENYUSUN SKRIPSI DI STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA YANG MENYUSUN SKRIPSI DI STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN Retno Yuli Hastuti, Anis Sukandar, Tri Nurhayati ABSTRAK Skripsi merupakan suatu karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KONSUMSI KOPI BERSAMA ROKOK DAN KUALITAS TIDUR PADA SOPIR BUS DI TERMINAL ARJOSARI MALANG

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KONSUMSI KOPI BERSAMA ROKOK DAN KUALITAS TIDUR PADA SOPIR BUS DI TERMINAL ARJOSARI MALANG HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KONSUMSI KOPI BERSAMA ROKOK 107 HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KONSUMSI KOPI BERSAMA ROKOK DAN KUALITAS TIDUR PADA SOPIR BUS DI TERMINAL ARJOSARI MALANG Ria Churin Ain 1, Iwan Sis Indrawanto

Lebih terperinci