HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG skripsi Disusun sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi Oleh Munlifatun Sadiyah JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

2 ii

3 iii

4 ABSTRAK Sadiyah, Munlifatun Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dr Lisdiana, M.Si. dan Drs. Ibnul Mubarok. Kecerdasan dibedakan menjadi tiga yaitu kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Kecerdasan intelektual diukur dari nilai indeks prestasi, menurut sebagian ahli nilai indeks prestasi yang baik merupakan tolak ukur dari kesuksesan seseorang. Tolak ukur tersebut tidak salah tetapi tidak seratus persen bisa dibenarkan. Keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional merupakan salah satu kunci keberhasilan belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Perguruan tinggi seharusnya tidak mengembangkan kecerdasan intelektual saja tetapi kecerdasan emosional yang juga perlu dikembangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi tahun angkatan 2011/2012 Universitas Negeri Semarang. Sampel pada penelitian ini adalah semua anggota populasi pada penelitian ini. Variabel pada penelitian ini ada dua yaitu variabel X (kecerdasan emosional) dan variabel Y (hasil belajar mahasiswa), Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasional dengan tehnik korelasional. Hasil penelitian dari perhitungan analisis korelasi product moment diperoleh r xy (r hitung ) 49,76 dan r tabel 0,103 dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa r xy (r hitung) lebih besar dari r tabel pada tingkat kesalahan 5% yang berarti bahwa, terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang. Tingkat kecerdasan emosional mahasiswa diperoleh dengan kriteria sangat baik 49 mahasiswa (35,48%) dan kriteria baik 97 mahasiswa (64,52%). Hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi angkatan 2011/2012 selama empat semester diperoleh indeks prestasi dengan kriteria sangat baik ada 29 mahasiswa (20%), kriteria baik ada 111 mahasiswa (62%), cukup baik 4 mahasiswa (12%), kurang baik 2 mahasiswa (6%). Simpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci: Kecerdasan emosional, hasil belajar, mahasiswa. iv

5 KATA PENGANTAR Bismillahirrakhmanirrakhim Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia, pertolongan, kasih dan sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang ini dengan baik. Suatu hal yang mustahil apabila hasil karya tulis ini dapat terselesaikan tanpa dorongan semangat, kasih sayang, kritik serta saran dari pihak-pihak yang telah banyak menyumbangkan segala sesuatunya kepada penulis. Oleh karena itu dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati, penulis bermaksud menyampaikan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di UNNES. 2. Dekan FMIPA atas kemudahan administrasi yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi di FMIPA UNNES. 3. Ketua Jurusan Biologi atas segala bantuan, dorongan dan kemudahan administrasi dalam proses penulisan skripsi. 4. Dr Lisdiana, M.Si. selaku pembimbing I dan Drs. Ibnul Mubarok selaku pembimbing II. Terimakasih atas kesabaran, bantuan, saran dalam membimbing dan mengarahkan saya selama proses penulisan skripsi. 5. Drs. Supriyanto, M.Si. selaku dosen penguji, terimakasih atas masukan dan saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi. 6. Orang tua tercinta bapak Sudarmadi dan ibu Siti Sudarsih, terimakasih atas kasih sayang, kesabaran, doa, dorongan, masukan dan semangatnya. 7. Adikku tersayang Ihsan terimakasih semangatnya. v

6 8. Kakakku yang baik mas Su udi terimakasih sudah menjadi kakak yang baik dan memberikan hunian yang nyaman dan istimewa selama di semarang. Kakak ipar tercinta mbak Eva Muryadi terimakasih sudah menerima saya dengan baik. 9. Terimakasih My Hunny sweety atas semangat, dorongan, motivasi, perhatian dan bantuannya dalam proses pembuatan skripsi. 10. Teman-teman yang baik Yuli, Ria, Anis, Atin, Fitri, Arif dan teman-teman Biologi 2009 kalian memberikan warna dalam hidup. Terimakasih atas persaudaraan yang mulia, semoga kita semua dapat meraih apa yang kita cita-citakan. 11. Teman-teman hafidz Ridjalul Qur an Ain, Ninin, Sufi, Ina, Desi, Evi, Tasbi, Laela, Beti terimakasih atas semangat, doa, dorongan, motivasi dan perhatian kalian memberikan pelajaran tentang arti kehidupan semoga kita semua dapat meraih apa yang kita cita-citakan. 12. Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas semua doa dan dukungannya. Harapan serta doa penulis kepada semua pihak, semoga segala bentuk perhatian kepada penulis dapat menjadi pedoman dalam setiap tindakan penulis. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan karunianya kepada kita semua. Penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karenanya dengan kerendahan hati penulis mohon saran serta kritik yang membangun. Demikian yang penulis dapat sampaikan. Semoga hasil karya ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Semarang, Mei 2014 vi Munlifatun Sadiyah

7 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.. PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR LAMPIRAN. ii iii iv v vii ix x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. 1 B. Rumusan Masalah 3 C. Penegasan Istilah. 3 D. Tujuan Penelitian. 3 E. Manfaat Penelitian 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar.. 4 B. Kecerdasan Emosional... 9 C. Hakeket Kecerdasan Emosional 10 D. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional 16 E. Pengukuran Kecerdasan Emosional. 17 vii

8 F. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar. 17 G. Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel. 21 B. Tempat dan Waktu Penelitian.. 21 C. Variabel Penelitian 21 D. Metode Penelitian. 21 E. Prosedur Penelitian 22 F. Uji Validitas dan Reliabilitas 22 G. Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 25 B. Pembahasan BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan.. 32 B. Saran 32 DAFTAR PUSTAKA 33 LAMPIRAN.. 36 viii

9 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Tingkat kecerdasan emosional mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi UNNES Data kecerdasan emosional mahasiswa berdasarkan tiap aspek Tingkat hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi UNNES. 27 ix

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Kisi-kisi variabel kecerdasan emosional setelah divalidasi oleh ahli Kisi-kisi variabel kecerdasan emosional setelah uji validitas product moment Kriteria penskoran Angket kecerdasan emosional Hasil uji validitas angket kecerdasan emosional Uji reliabilitas kecerdasan emosional Hasil analisis product moment kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang Dokumentasi pengambilan data kecerdasan emosional dan hasil belajar. 63 x

11 xi

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sebagai perwujudan dan hasil berfikir manusia serta daya nalar manusia mengakibatkan perubahan-perubahan perkembangan masalah dan tantangan yang harus dipecahkan oleh manusia. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Perguruan tinggi sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui perguruan tinggi, mahasiswa belajar berbagai macam hal. Pendidikan formal, dalam belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam hasil belajarnya. Mahasiswa merupakan suatu kelompok individu dalam masyarakat yang memperoleh statusnya melalui perguruan tinggi tempat mereka menuntut ilmu. Kegiatan mahasiswa pada umumnya adalah menyelesaikan tugas-tugas mata kuliah dan mempersiapkan diri menjelang ujian. Memasuki masa awal perkuliahan seorang mahasiswa tentulah dituntut untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan kampus, lingkungan kelas, dan teman temannya. Secara emosi mahasiswa tingkat awal biasanya merasakan ketidaknyamanan dengan temanteman baru atau senang dengan adanya teman teman baru. Proses belajar yang terjadi pada mahasiswa merupakan suatu yang penting, karena melalui belajar mahasiswa menganal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya (Iskandar 2009). Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku individu seseorang berdasarkan pengalaman baru, perubahan yang terjadi tidak secara alami dengan sendirinya, namun yang dimaksud dengan perubahan perilaku adalah perubahan yang dilakukan secara sadar dari reaksi situasi yang dihadapi. Mahasiswa untuk melihat hasil belajar yang dicapai selama dalam beberapa kurun waktu tertentu maka akan diadakan suatu evaluasi belajar. Hasil penilaian dosen terhadap hasil belajar mahasiswa dengan tujuan yang telah ditetapkan disebut sebagai prestasi 1

13 2 akademik. Berbagai penilaian dalam proses belajar diberikan melalui tugas, ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS) dari materi perkuliahan yang diberikan. Hasil dari proses pembelajaran mahasiswa tersebut dinamakan indeks prestasi. Indeks prestasi merupakan rumusan terakhir yang diberikan oleh dosen mengenai hasil belajar mahasiswa. Kecerdasan intelektual sering diukur dari nilai indeks prestasi, nilai indeks prestasi yang baik atau sering juara kelas merupakan tolak ukur dari kesuksesan seseorang. Tolak ukur tersebut tidak salah tetapi tidak seratus persen bisa dibenarkan. Terdapat faktor lain yang menyebabkan seseorang menjadi sukses yaitu adanya kecerdasan emosional. Daniel Goleman (2005) dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa kecerdasan intellegensi hanya memberikan kontribusi 20 persen terhadap kesuksesan hidup seseorang. Sisanya 80 persen bergantung pada kecerdasan emosi, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual. Bahkan dalam hal keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi empat persen. Hasil identik juga disimpulkan dari penelitian jangka panjang terhadap 95 mahasiswa Harvard lulusan tahun 1940-an. Puluhan tahun kemudian, mereka yang saat kuliah dulu mempunyai kecerdasan intelektual tinggi, namun egois, ternyata hidupnya tidak terlalu sukses (berdasar gaji, produktivitas, serta status bidang pekerjaan) bila dibandingkan dengan yang kecerdasan intelektualnya biasa saja tetapi mempunyai banyak teman, pandai berkomunikasi, mempunyai empati, tidak temperamental sebagai manifestasi dari tingginya kecerdasan emosi, sosial dan spiritual (Yosep dalam Filia Rahmi 2005). Taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional sangat diperlukan dalam proses belajar mahasiswa. Kecerdasan intelektual tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa pertisipasi penghayatan emosional terhadap mata kuliah yang disampaikan di perguruan tinggi. Keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional merupakan salah satu kunci keberhasilan belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Pendidikan di perguruan tinggi tidak hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami mahasiswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emosional intelligence mahasiswa.

14 3 Kecerdasan emosional mahasiswa memiliki pengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini yang mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan citacitanya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti bermaksud mengangkat permasalahan yaitu: Apakah ada hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang? C. Penegasan Istilah 1. Hasil belajar mahasiswa Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi berupa indeks prestasi kumulatif mahasiswa yang telah dicapai mahasiswa selama empat semester. 2. Emotional Quotient (Kecerdasan Emosional) Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk sadar diri, pengaturan diri, memotivasi, empati dan ketrampilan sosial. Kondisi emisional mahasiswa akan dilihat dari skor yang diperoleh dari pengisian angket kecerdasan emosional siswa. D. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang. E. Manfaat Penelitian Penulis berharap ada manfaat yang dapat diambil oleh pihak terkait seperti: 1. Memberikan gambaran hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa. 2. Dapat memberikan informasi serta gambaran kepada mahasiswa mengenai pentingnya mengenali emosi diri sendiri dan orang lain.

15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Mahasiswa Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan hasil belajar adalah hasil dari suatu proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang mahasiswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang mahasiswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh mahasiswa tersebut. Hakikat belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan dan citacita. Seseorang belajar bila ia ingin melakukan suatu kegiatan sehingga perilakunya berubah. Perilaku dipandang dalam arti luas yang meliputi pengamatan, pengenalan, perbuatan, ketrampilan, minat penghargaan, sikap dan lain-lain (Nasution 2003). Jadi dapat diambil kesimpulan, bahwa belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual saja, akan tetapi seluruh pribadi anak, kognitif, afektif, maupun psikomotor. Seperti penjelasan di atas Hamalik (2004) juga menuturkan bahwa belajar terkait dengan perubahan persepsi dan perilaku serta perbaikan perilaku, sehingga pengetahuan yang diperoleh mahasiswa setelah belajar menjadikan mahasiswa mempunyai persepsi atau pandangan yang berbeda pada segala sesuatu yang dia kenal sebelum belajar. Perubahan persepsi akan mempengaruhi perilakunya dengan harapan perubahan perilaku mahasiswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri mahasiswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar. Menurut Makmun (2005), perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas antara lain, perubahan intensional, perubahan positif dan perubahan efektif. Perubahan intensional merupakan perubahan dalam proses belajar karena pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari dilakukannya dan bukan secara kebetulan dengan demikian, perubahan karena kemantapan dan kematangan atau keletihan atau karena penyakit tidak dapat dipandang sebagai perubahan hasil belajar. 4

16 5 Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan makna tertentu bagi mahasiswa (setidak-tidaknya sampai batas waktu tertentu) relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah (problem solving), baik dalam ujian, ulangan dan sebagainya maupun dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan mahasiswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relative menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi mahasiswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Bentuk penghargaan dari proses belajar yang sudah ditempuh mahasiswa adalah perolehan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Istilah tersebut lazim digunakan sebagai sebutan dari penilaian hasil belajar. Dimana penilaian tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pelajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Prestasi belajar digunakan untuk menunjukan hasil yang optimal dari suatu aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat dipisahkan dari pengertian belajar. Prestasi belajar sebagai hasil dari suatu proses belajar yang sudah dijalani merupakan bentuk penghargaan yang diperoleh mahasiswa sesuai perjuangan dan usahanya. Untuk memperoleh prestasi belajar bukanlah suatu hal yang mudah karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan atau aktivitas tertentu. Menurut Makmun (2005), prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidikan terhadap proses belajar dan hasil belajar mahasiswa sesuai dengan tujuan intruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari mahasiswa. Jadi prestasi belajar adalah penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa untuk mengetahui sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar. Penilaian merupakan salah satu bagian dari proses evaluasi, seperti yang diutarakan oleh Arikunto (2006), evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar mahasiswa, dimana evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauhmana, dalam hal apa dan bagian mana tujuan pendidikan sudah dicapai. Tingkat

17 6 keberhasilan yang diperoleh mahasiswa selama mengikuti proses belajar mengajar atau kuliah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan dilakukan selama periode tertentu yang dapat diukur dengan menggunakan tes. Prestasi Belajar Mahasiswa ditunjukkan dalam indeks prestasi. Indeks restasi kumulatif (IPK) adalah angka yang menunjukkan prestasi atau keberhasilan studi mahasiswa dari semester pertama sampai dengan sampai dengan semester akhir yang telah ditempuh secara kumulatif (Diah Budiati, Yuliana, Suparti 2012 ). Indeks Prestasi (IP) adalah penilaian keberhasilan studi semester mahasiswa yang dilakukan pada tiap akhir semester. Pencapaian prestasi belajar yang baik tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi mahasiswa harus berjuang keras untuk meraihnya. Selain itu banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit mahasiswa yang mengalami kegagalan. Mahasiswa ada yang memiliki dorongan kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tetapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya. Menurut Syah (2001), secara global faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal, strategi dan metode belajar. 1. Faktor Internal Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani mahasiswa. Faktor ini meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologi (jasmani) menyangkut kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, hal ini dapat mempengaruhi semangat dan intensitas mahasiswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan dan lain sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Banyak faktor yang termasuk dalam aspek psikologis (rohani) yang dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar mahasiswa, antara lain tingkat intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi mahasiswa (Syah 2001). Tingkat kecerdasan merupakan wadah

18 7 bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan, tetapi pencapaian prestasi belajar juga tidak terlepas dari faktor lain yang mempengaruhi. Sikap mahasiswa merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik secara positif maupun negatif (Baiduri 2003). Sikap mahasiswa yang positif terutama kepada dosen dan mata kuliah yang diterima merupakan tanda yang baik bagi proses belajar mahasiswa. Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap dosen dan mata kuliahnya menimbulkan kesulitan belajar mahasiswa tersebut, sehingga hasil belajar yang dicapai mahasiswa akan kurang memuaskan. Bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Menurut Semiawan (2002) bakat juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar dan membutuhkan tenaga serta waktu yang lebih banyak untuk menguasai kegiatan belajar tersebut (Saparahayuningsih 2002). Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat terhadap suatu bidang studi dapat timbul karena berbagai alasan, misalnya karena cakupan bidang studi yang menarik perhatian mahasiswa, pembawaan guru atau dosen dalam kegiatan belajar yang menyenangkan serta ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan mahasiswa (Syah 2001). Minat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar mahasiswa. Mahasiswa yang menaruh minat besar terhadap bidang studi tertentu akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada mahasiswa lain, sehingga memungkinkan mahasiswa tersebut untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya mencapai hasil belajar yang maksimal (Saparahayuningsih 2002). Tanpa motivasi yang besar, peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena merupakan faktor pendorong kegiatan belajar. Menurut Syah (2001) motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri mahasiswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu mahasiswa

19 8 yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi yang dipandang lebih esensial adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. 2. Faktor eksternal Faktor eksternal (faktor dari luar), yakni kondisi atau keadaan lingkungan sekitar mahasiswa. Adapun faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar mahasiswa adalah lingkungan sosial dan lingkungan non sosial (Syah 2001). Lingkungan sosial mahasiswa di kampus adalah para guru atau dosen dan teman-teman, yang dapat mempengaruhi semangat belajar mahasiswa. Masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan mahasiswa juga termasuk lingkungan sosial bagi mahasiswa. Namun lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa (Goleman 2005). Lingkungan non sosial adalah gedung kampus dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga mahasiswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan mahasiswa. 3. Strategi dan metode belajar Tercapainya hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh aktivitas mahasiswa dalam belajar. Strategi dan metode belajar adalah suatu upaya belajar yang digunakan mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajar materi-materi pelajaran (Rosyidi 2002). Ketepatan dalam memilih strategi dan metode belajar akan sangat mempengaruhi cara belajar yang sesuai dengan dirinya, maka mahasiswa akan semakin mudah dalam belajar dan mencapai tujuan belajarnya (Purwanto 2003). Menurut Sumadi Suryabrata (2002), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan sebagai berikut: a. Faktor endogen yang dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Faktor fisiologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan jasmani dan panca indra. 2. Faktor psikologis, meliputi: inteligensi, bakat, motivasi dan konsentrasi. b. Faktor eksogen adalah bahan yang dipelajari, lingkungan alami dan sosial, instrumental (kurikulum, program, sarana/fasilitas dan guru/tenaga pengajar).

20 9 Menurut Semiawan (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: 1. Pemenuhan kebutuhan psikologi anak yang meliputi: kebutuhan primer, pangan, sandang dan perumahan serta kasih sayang, penghargaan terhadap dirinya serta peluang untuk mengaktualisasi diri. 2. Kemampuan intelektual, meliputi: a. Kemampuan intelektual kognitif berupa intelegensi b. Kemampuan intelektual non kognitif berupa emosi, motivasi, kepribadian serta pengaruh lingkungan. 3. Pengembangan kreativitas B. Kecerdasan Emosional (Emotional Quetion) Kecerdasan merupakan istilah umum untuk menggambarkan kepintaran atau kepandaian orang. Beberapa ahli mencoba merumuskan definisi kecerdasan diantaranya: 1. Suharsono (2004) menyebutkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah secara benar yang secara relatif lebih cepat dibandingkan denagan usia biologisnya. 2. Rose Colin dan Malcolm (2002) mengemukakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam suatu latar belakang budaya atau lebih. 3. Amstrong (2002) berpendapat bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan dan bukan tergantung pada nilai IQ, gelar dari perguruan tinggi atau reputasi bergengsi. Dari beberapa pengertian kecerdasan yang telah dikemukakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memberikan solusi terbaik dalam penyelesaian masalah yang dihadapinya sesuai dengan kondisi ideal suatu kebenaran. Rose Colin dan Malcolm (2002) membagi kecerdasan menjadi tujuh macam yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik-tubuh, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal.

21 10 Kecerdasan linguistik yaitu kemampuan membaca, menulis dan berkomunikasi dengan kata-kata atau bahasa. Kecerdasan logis-matematis yaitu kemampuan berfikir (menalar) dan menghitung, berfikir logis dan sistematis. Kecerdasan visual-spasial yaitu kemampuan berfikir menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan. Kecerdasan musikal yaitu kemampuan mengubah atau mencipta musik, dapat bernyanyi dengan baik atau memahami dan menjaga ritme. Kecerdasan kinestetik-tubuh yaitu kemampuan menggunakan tubuh secara terampil untuk memecahkan masalah, menciptakan barang serta dapat mengemukakan gagasan dan emosi. Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan menganalisis diri sendiri, membuat rencana dan menyusun tujuan yang akan dicapai. Kecerdasan seseorang banyak ditentukan oleh struktur otak. Otak besar dibagi dalam dua belahan otak yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpus callosum (Niven, Novita 2002). Belahan otak kanan menguasai bagian kiri badan dan sebaliknya belahan otak kiri menguasai bagian kanan badan. Belahan otak kiri bertugas untuk merespon hal-hal yang sifatnya linier, logis dan teratur sementara otak belahan kanan bertugas untuk imaginasi dan kreativitas. C. Hakekat Kecerdasan Emosional Emosi sering dipandang sebagai ungkapan perasaan negatif identik dengan kemarahan dan jarang orang memahami maksud emosi. Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog bernama Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire Amerika untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Hartati (2004) menyebutkan bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu. Emosi berperan dalam pengambilan keputusan yang menentukan kesejahteraan dan keselamatan individu. Ibda (2004) menyebutkan bahwa emosi merupakan suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk

22 11 bertindak. Kecerdasan atau intelegensi menurut whitherington dalam Djamarah (2008), diartikan sebagai kemampuan yang bersifat bawaan yang diwariskan dari pasangan suami istri akibat pertemuan sperma dan ovum. Menurut Goleman (2005), emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Rangsangan dapat berbentuk perbuatan, perkataan atau lainnya yang dapat menimbulkan respon berupa perubahan suasana hati, perilaku atau sikap dari seseorang yang mengalami emosi tersebut. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Makmun (2005) mendefinisikan emosi sebagai suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (a strid up state) yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya perilaku. Emosi mempunyai perwujudan yang sangat banyak macamnya. Perwujudan emosi nampak jelas pada mimik muka dan perilaku dari orang yang sedang mengalami emosi. Beberapa perilaku seperti takut, cemas, marah, dongkol, cemburu, senang, simpati dan sebagainya merupakan beberapa proses manifestasi dari keadaan emosional pada diri seseorang. Emosi dapat berupa kebencian atau terror yang berakhir pada perkelahian. Akan tetapi emosi juga dapat berupa kasih sayang dan perhatian, cinta dan ambisi (Hamalik 2004). Berarti emosi tidak terbatas pada perbuatan negatif yang brutal, tetapi juga menyangkut perbuatan positif yang dapat menumbuhkan hubungan yang harmonis antar sesama. Goleman (2005) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua pendapat di atas, yaitu: 1. Amarah: beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati 2. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa 3. Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri 4. Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur, bangga 5. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih

23 12 6. Terkejut: terkesiap, terkejut 7. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, tidak suka 8. Malu: malu hati, kesal. Ekspresi dari emosi yang timbul tidak muncul begitu saja tanpa ada yang mengawali atau menyebabkannya. Adanya reaksi yang ditunjukkan oleh seseorang merupakan tanggapan dari aksi yang diberikan orang lain kepadanya. Makmun (2005) menjelaskan bahwa, sedikitnya ada tiga variabel yang terlibat dalam aspek emosional, yaitu rangsangan yang menimbulkan emosi (the stimulus variable), perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi bila mengalami emosi (the organismic variable) dan pola sambutan ekspresi atau terjadinya pengalaman emosional itu (the response variable). Cooper dan Ayman (2009) menyatakan kecerdasan emosional sebagai suatu kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagi sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Cooper dan Ayman merinci kecerdasan emosional dalam 14 aspek, yaitu kesadaran diri emosi, kesadaran emosi terhadap orang lain, peristiwa dalam hidup, intensionalitas, kreativitas, ketangguhan, hubungan antar pribadi, ketidakpuasan konstruktif, belaskasihan, sudut pandang, intuisi, radius kepercayaan, daya pribadi dan integritas. Sedangkan Toto Tasmara (2002) menyatakan kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri (sabar) dan kemampuan dirinya untuk memahami irama, nada, music, serta nilai-nilai estetika. Emosi berhubungan dengan rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon) yang selanjutnya akan menimbulkan perubahan fisiologis pada diri seseorang. Rangsangan dari dalam (internal) maupun luar (eksternal) diri seseorang akan menimbulkan respon berupa tindakan atau perbuatan sebagai wujud tanggapan dari dalam berupa pikiran kurang baik terhadap guru atau dosen saat mengajar, hal ini akan menimbulkan respon berupa perasaan tidak senang, suntuk dan kesal yang selanjutnya akan berdampak pada kurangnya motivasi untuk belajar atau mahasiswa kurang berminat pada mata kuliah yang diajarkan dosen tersebut. Jadi, berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang

24 13 berasal dari dalam maupun dari luar dirinya dan akan mempengaruhi proses fisiologis pada diri seseorang tersebut. Keterampilan EQ juga bukanlah lawan ketrampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. Keterampilan IQ atau keterampilan kognitif yang tinggi tidak dapat menjamin mahasiswa untuk selalu berprestasi baik, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa mahasiswa yang mempunyai tingkat kecerdasan rasional tinggi memperoleh nilai rata-rata atau bahkan di bawah rata-rata yang berarti adalah sebuah kegagalan dalam belajar. Hal tersebut dapat terjadi karena kecenderungan mahasiswa yang hanya menggunakan kecerdasan rasional dan kurang memberdayakan kecerdasan emosionalnya sehingga memungkinkan mahasiswa menemui banyak hambatan dalam proses belajarnya. Hambatan yang sering terjadi misalnya stress, kejenuhan dan kebosanan (gangguan emosional), hal ini dapat berdampak pada menurunnya minat dan motivasi untuk belajar. Gangguan emosional dapat mempengaruhi kehidupan mental, murid-murid yang cerdas, marah atau depresi yang akan mengalami kesulitan belajar. Orang-orang yang terjebak dalam keadaan ini juga menemui kesukaran menyerap informasi dengan efisien atau menanganinya dengan benar. Kecerdasan emosional yang tidak terpelihara dengan baik akan mempengaruhi tingkat perkembangan emosional dalam diri mahasiswa. Emosional yang tidak terkontrol dengan baik memberikan efek tidak baik pada daya pikir mahasiswa yang selanjutnya akan berpengaruh juga pada kecerdasan rasional (kognitif) mahasiswa. Efek berkelanjutan ini akan berdampak pada hasil belajar mahasiswa yang mengalami penurunan. Kecerdasan emosional yang dimaksud oleh peneliti adalah kemampuan individu untuk mengenali perasaannya sehingga dapat mengatur dirinya sendiri dan menimbulkan motivasi dalam dirinya untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Sementara dilingkungan sosial ia mampu berempati dan membina hubungan baik terhadap orang lain. Salovey (dalam Goleman 2005) menjelaskan bahwa didalam kecerdasan emosional tercakup lima wilayah utama, yaitu: a. Kesadaran diri Kesadaran individu tentang emosinya sendiri mencakup pengenalan atas penyebab timbulnya emosi dan bagaimana ekspresi dari emosi itu sehingga ia bisa mengantisipasi

25 14 akibat dari emosi yang timbul. Mahasiswa dapat menempatkan diri pada situasi apapun dan dalam kegiatan pembelajaran meskipun tidak disukainya jika dia dapat mengenali emosi dirinya. b. Pengaturan diri Individu yang mampu mengendalikan emosinya, maka dia akan dapat menyelaraskan ekspresi emosinya dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, individu dapat menurunkan kemarahan secara proporsional, tepat sasaran dan dapat menjelaskan sebab kemarahannya sehingga orang lain mengerti situasinya. Selain itu, ia mampu memanfaatkan emosinya untuk melakukan perencanaan, berkreasi dan memotivasi diri. Selanjutnya, ia juga mampu menahan dorongan impuls-impuls sehingga tidak menuntut pemenuhan keinginan yang segera dan lebih menekan energi yang digunakan. Pada suatu pembelajaran dengan model kooperatif sangat membutuhkan pengendalian emosi pada diri mahasiswa (Utomo 2003). Kondisi emosi yang terkendali akan menciptakan hubungan antar mahasiswa dalam kelompok atau dengan kelompok lain yang terjalin dengan baik. Pembelajaran akan berjalan dengan baik sesuai tujuan dan hasilnya menjadi lebih maksimal. c. Memotivasi diri Individu mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam mencapai tujuannya, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan selalu berpikir optimis sehingga membuat fleksibel dalam menghadapi berbagai situasi dan dapat bekerja secara efektif. Motivasi internal tersebut akan semakin tertanam baik dalam diri mahasiswa jika motivasi eksternal mahasiswa juga tetap ada dan menunjukkan eksistensinya. d. Empati Empati didefinisikan sebagai respons afektif dan kognitif yang kompleks pada stres emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain. Empati memungkinkan individu untuk memahami maksud orang lain, memprediksi perilaku mereka dan mengalami emosi yang dipicu oleh emosi mereka (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003). sedangkan simpati adalah suatu proses seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain.

26 15 Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu mampu membaca perasaan orang lain, artinya dia mampu menangkap bahasa nonverbal (bahasa tubuh) orang lain yang mengandung muatan emosi tertentu. Selain itu, berempati artinya mengerti mengapa orang lain menunjukkan emosi tertentu, dengan demikian, individu tersebut dapat merespon orang lain dengan cepat. Seseorang yang dapat membaca dan merasakan perasaan orang lain (empati) lebih memahami cara memilih tindakan dan mengambil keputusan disaat berada dalam situasi dan kondisi lingkungan belajar yang sedang mendapat musibah, sehingga dia dapat menempatkan diri dan tetap leluasa belajar tanpa menyinggung perasaan orang lain. Seperti yang ditunjukkan oleh Rosyidi (2006) dalam penelitiannya, bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuaikan diri secara emosional, lebih popular, lebih mudah bergaul dan lebih peka. Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain. e. Ketrampilan sosial Individu mempunyai keterampilan sosial, artinya ia dapat mempengaruhi orang lain, mencegah dan menyelesaikan konflik, dapat bergaul dengan siapa saja, mampu mendengar perasaan orang lain dan mampu bekerja sama dan mematuhi norma-norma sosial (Goleman 2005). Selain itu, ia juga mampu bertindak asertif, yaitu mampu mempertahankan hak pribadi dan berani mengemukakan ketidak setujuan tanpa harus menyinggung perasaan orang lain. Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun, karena keahliannya menggaet orang lain untuk ikut bekerjasama. Mahasiswa yang dapat membina hubungan yang baik dengan teman sebaya maupun dengan mahasiswa lainnya akan lebih mudah dalam menjalankan kegiatan belajarnya dan akan lebih baik prestasinya dibandingkan dengan mahasiswa yang sudah menempatkan diri pada situasi sosial belajarnya (Shapiro Laurence 2006). Hal tersebut dapat terjadi

27 16 karena mahasiswa yang mudah menempatkan diri pada situasi sosial akan lebih mendapatkan bantuan dalam belajar, motivasi belajar yang muncul dari dalam diri akan semakin besar karena didukung oleh lingkungan dan dapat memperoleh ilmu lebih banyak dengan bertukar bersama teman-temannya. Sebaliknya, mahasiswa yang sukar menempatkan diri dengan situasi sosial akan sulit berprestasi baik karena ruang gerak yang terbatas. Keterbatasan tidak hanya pada bantuan belajar yang diterima dari lingkungan tetapi juga keterbatasan ilmu yang diperolehnya karena kurang bertukar informasi dengan teman dan keterbatasan motivasi dari lingkungan sehingga mahasiswa ini cenderung mudah kehilangan semangat belajarnya. Menurut Sabri 2001 Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini popular dalam lingkungannya berkomunikasi. Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana mahasiswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian mahasiswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya. Melihat aspek-aspek kecerdasan emosional yang mencakup berbagai kemampuan tersebut di atas yang dibutuhkan oleh individu dalam kehidupan pribadi dan sosialnya, dapat dipahami apabila individu yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi akan dapat mengatasi berbagai masalah dalam kehidupannya dan individu (mahasiswa) dapat mencapai berbagai tujuan, seperti tujuan dalam kehidupan sosial berupa kesuksesan dalam hidup bermasyarakat maupun tujuan dalam belajar berupa prestasi belajar yang baik (Goleman 2005). D. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Berdasarkan penelitian Siregar (2004) memperlihatkan bahwa kecerdasan emosional dipengaruhi oleh: 1. Nilai komunikasi, komunikasi antara orang tua dan anak sangat berperan penting dalam melatih kesadaran emosi diri dan mengekspresikan emosi. Selain itu juga dapat membantu untuk mengembangkan perbendaharaan kata dan mengkomunikasikan emosinya. 2. Riwayat hidup ibu, banyak orang tua yang meninggalkan cara mendidik otoriter seperti orang tua mereka lakukan terhadap mereka dan mendidik anaknya secara otoritatif.

28 17 Anak-anak yang dididik secara otoritatif mudah bekerja sama, mengandalkan diri sendiri, penuh tenaga, bersahabat dan berorientasi prestasi. 3. Stress anak, rasa tertekan pada anak akan menyebabkan anak sulit untuk mengungkapkan emosi mereka. 4. Lingkungan sosial, anak yang biasa hidup di lingkungan sosial dengan nilai toleransi tinggi akan dengan mudah berkomunikasi sehingga emosi mereka dapat tersalurkan. Faktor-faktor seperti kasih sayang, saling menghormati, status sosial ekonomi tidak berpengaruh secara langsung terhadap kecerdasan emosional. Dari penjelasan tersebut tampak bahwa kecerdasan emosional dipengaruhi oleh komunikasi, riwayat hidup orang tua terutama ibu karena ibu yang berperan cukup besar dalam tumbuh kembang anak, stress anak dan lingkungan sosial. Faktor-faktor tersebut menyebabkan fluktuasi pada emosi anak sehingga secara langsung mempengaruhi kecerdasan emosi anak. E. Pengukuran Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional mulai dikenal pada tahun Namun, hingga saat penulis hendak melakukan penelitian tahun 2014 belum terdapat tes standar untuk mengukur kecerdasan emosional. Maka dari itu, peneliti ingin mencoba melakukan sebuah tes standar kecerdasan emosional. Tes kecerdasan emosional ini mengacu pada teori kecerdasan emosional Goleman (2005). Menurutnya kecerdasan emosional meliputi mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi orang lain (empati), ketrampilan social. Setelah melalui tahap referensi, adaptasi, editing dan pengukuran validitas dan reliabilitas maka tes ini dinyatakan cukup representative untuk mengukur kecerdasan emosional. Skala pengukuran pada penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tenteng fenomena sosial (Sugiyono 2006). Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari positif sampai negatif seperti sangat baik, baik, cukup baik dan kurang baik. F. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Kegiatan belajar mengajar dalam kelas tidak hanya mengandalkan kognisi mahasiswa melainkan juga emosi. Brillianty (2003) menyatakan bahwa berhasilnya pendidikan tidak

29 18 tergantung pada tingkat kecerdasan semata. Faktor emosi ternyata ikut serta mempengaruhi hasil belajar. Rasa takut, benci dan bosan terhadap bahan atau mata kuliah, sifat mudah putus asa di dalam menyelesaikan tugas, kecemasan yang terus menerus akan mempengaruhi hasil belajar. Studi perbandingan oleh Asmiati (2005) mengenai faktor-faktor non intelektif antara anak berbakat yang berprestasi dan yang kurang berprestasi melalui pendekatan terhadap siswa dan orang tua menunjukkan bahwa dari 199 anak yang diidentifikasi berbakat ternyata 77 orang (38,7%) yang termasuk berprestasi. Faktor-faktor non intelektif yang mempengaruhi hasil belajar adalah kecerdasan akademik, nilai diri yang rendah, hubungan dengan tokoh otoriter yang kurang sehat, hubungan interpersonal yang terhambat, konflik antara dua kebutuhan, pola kegiatan yang berorientasi sosial dan orientasi terhadap tujuan yang kurang realistik. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa kemampuan dalam mengolah kecerdasan emosional sangat mempengaruhi faktor-faktor non intelektif siswa sehingga dapat juga berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2005) dan kawan-kawan tentang hubungan kecerdasan emosional, status gizi dengan prestasi belajar. Hasil penelitiannya menunjukkan korelasi p=0,862 dengan sampel sebanyak 126, didapat P tab sebesar 0,05. Model regresinya Y=7,303 0,00261 dengan bentuk hubungan linier. Namun nilai korelasi p > 0,05 maka tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. Selanjutnya Yulisinta Florence (2004) meneliti tentang pengaruh gaya pengasuhan orang tua, kecerdasan emosional dan kecerdasan kognitif terhadap prestasi belajar. Hasilnya menunjukkan korelasi Spearman p = 0,251 dan hasil uji regresi linier sebesar β=0,198 dengan sampel sebanyak 90 diperoleh P tab sebesar 0,05. Hal ini menunjukan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh nyata terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Fajarini (2008) tentang hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar matematika menunjukkan bahwa ada hubungan yang berarti antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar matematika. Hal ini ditunjukkan berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, meliputi uji keberartian model regresi dengan F hit =32,15 dan F tab =3,94 maka hubungan antara kecerdasan dengan hasil belajar matematika

30 19 adalah signifikan. Uji korelasi dengan Z hit = 8,54 dan Z tab = 1,657 maka Z hit Z tab maka terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar matematika. Dari penelitian diatas diperlukan suatu penelitian lanjutan untuk mengetahui tentang korelasi antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa prodi pendidikan biologi.

31 20 F. Kerangka Pikir Perguruan tinggi sebagai sarana mahasiswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran Dalam belajar menunjukkan adanya perubahan sifat positif, sehingga diperoleh ketrampilan, kecakapan dan pengetahuan baru Keseimbangan kecerdasan intelektual (IQ) dengan kecerdasan emosial (EQ) Penilaian diberikan dalam proses pembelajaran, melalui tugas, UTS dan UAS Kemampuan untuk mengelola perasaan. Kemampuan untuk memotivasi diri. Kemampuan untuk berempati. Kemampuan untuk mengatur diri. Kemampuan untuk bersosialisasi. (Goleman 2005) Hasil belajar (Indeks Prestasi Akademik) Kecerdasan Emosional (EQ) Hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa Gambar 1: Kerangka Berpikir

32 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi tahun angkatan 2011/2012. Sampel pada penelitian ini adalah anggota dari semua populasi tersebut yaitu mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi tahun angkatan 2011/2012. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi angkatan 2011/2012 adalah 146 mahasiswa. Pengambilan sampel tersebut karena mahasiswa yang sudah menempuh empat semester sudah mengalami proses pembelajaran yang cukup lama dan telah mendapat manfaat dari pembelajaran serta mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi sudah mendapatkan matakuliah psikologi pendidikan yang merupakan matakuliah wajib bagi mahasiswa prodi pendidikan. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Prodi Pendidikan Biologi FMIPA UNNES dengan jumlah sampel 146 mahasiswa. Penelitian dimulai pada tanggal 6 November 2013 sampai 18 Maret 2014 berdasarkan kesepakatan dengan mahasiswa dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi angkatan 2011/2012 Universitas Negeri Semarang yang sangat padat. C. Variabel Penelitian Peneliti mempunyai dua variabel dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel X : Kecerdasan emosional dalam bentuk skala kecerdasan emosional. 2. Variabel Y : Hasil belajar mahasiswa dalam bentuk indeks prestasi akademik. D. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasional dengan tehnik korelasional. Data kecerdasan emosional diperoleh melalui angket kecerdasan 21

33 22 emosional, sedangkan data hasil belajar diperoleh dari indeks prestasi mahasiswa yang telah dicapai selama empat semester. E. Prosedur Penelitian Penelitian yang dilakukan dibagi menjadi empat tahap yaitu: 1. Tahap persiapan, meliputi melakukan survei lapangan untuk mendapat informasi awal sebagai dasar penyusunan proposal penelitian. Mempersiapkan perlengkapan penelitian, yaitu membuat instrumen berupa angket dan tabel pengumpulan data. 2. Tahap yang kedua yaitu tahap validitas instrumen oleh ahli, selain ahli validitas instrumen juga dilakukan dengan menggunakan uji validitas dengan menggunakan rumus Product Moment. 3. Pelaksanaan, yaitu proses pengumpulan data di lapangan meliputi pengisian angket kecerdasan emosional dan pengumpulan hasil belajar mahasiswa berupa indeks prestasi kumulatif yang sudah ditempuh selama empat semester. 4. Analisis data, dilakukan setelah data yang dibutuhkan telah terkumpul. Proses analisis data dimulai dengan merekap seluruh data pada tabel hasil penelitian. Data angket kecerdasan emosional dihitung dengan bantuan program Komputer Microsoft Office Excel 2010 untuk menghitung koefisien korelasi yaitu antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang. F. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas instrumen pada penelitian ini terdapat dua tahapan yaitu uji validitas ahli dan menggunakan uji validitas kuesioner dengan rumus Product Moment (Sudijono Anas 2008) yaitu:

34 23 rxy = 𝛴 𝑥𝑦 𝑁.𝑆𝐷𝑥.𝑆𝐷𝑦 Keterangan : rxy = Angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y Σxy = Jumlah dari hasil perkalian antara deviasi skor variabel X dan variabel Y SDx = Deviasi standar dari variabel X SDy = Deviasi standar dari variabel Y N = Jumlah item Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila hasil perhitungan didapat angka koefisien korelasi rxy rtab yang dikonsultasikan pada taraf signifikan 0,05. Instrumen kecerdasan emosional yang terdiri dari 50 item pernyataan setelah divalidasi oleh ahli dapat diketahui bahwa terdapat 34 item disetujui dan 17 item tidak disetujui dan berdasarkan uji validitas dengan menggunakan rumus Product Moment, instrumen kecerdasan emosional yang terdiri dari 34 item pernyataan setelah diuji menggunakan rumus Product Moment menunjukkan bahwa terdapat 30 item dengan validitas baik dan empat item dengan validitas buruk. 1. Reliabelitas Penelitian memiliki nilai reliabilitas yang tinggi jika tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur. Instrument kecerdasan emosional diukur reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-21) (Sugiyono 2006), yaitu sebagai berikut:

35 24 𝑘 R11 = (𝑘 1) (1- 𝑀 (𝑘 𝑀) ) 𝑘𝑉𝑡 Keterangan: R11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan m = skor rata-rata Vt = varian total Reliabilitas instrumen kecerdasan emosional sebesar 0,7961 sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen kecerdasan emosional tersebut dalam tingkat reliabel tinggi. G. Analisis Data Perhitungan korelasi menggunakan Product Moment Correlation merupakan salah satu teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel yang kerap kali digunakan (Anas Sudijono 2008). Teknik korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson. Rumus korelasi Product Moment (Pearson) sebagai berikut: rxy = rxy n X Y ΣXY Σ Σ ( * ( ) +* = Korelasi antara variabel X dan Y = Jumlah Sampel = Variabel terikat = Variabel Bebas = Jumlah perkalian Variabel X dan Y = Jumlah kuadrat variabel X = Jumlah kuadrat variabel Y )( ) ( ) +

36 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Pengumpulan data kecerdasan emosional, peneliti menggunakan angket. Angket disusun berdasarkan aspek yang mengacu pada teori Daniel Goleman (2005), aspekaspek tersebut meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa, yang dapat diketahui berdasarkan perhitungan analisis korelasi Product Moment yang diperoleh r xy (r hitung ) 49,76 dan r tabel 0,103 dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa r xy (r hitung) lebih besar dari r tabel pada tingkat kesalahan 5% yang berarti bahwa, kecerdasan emosional memberikan pengaruh yang nyata (signifikan) terhadap hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh mahasiswa pada tes kecerdasan emosional ini sebesar 106 dan skor terendah diperoleh 77. Tabel 1 Tingkat kecerdasan emosional mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang Kriteri Tingkat Kecerdasan Emosional Jumlah Mahasiswa Presentase Jumlah Mahasiswa Sangat baik 49 35,48% Baik 97 64,52% Cukup baik - - Kurang baik

37 26 Tabel di atas menunjukkan tingkat kecerdasan emosional mahasiswa yaitu sangat baik, baik, cukup baik dan kurang baik. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional mahasiswa sangat baik berjumlah 49 atau 35,48% dan kecerdasan emosional yang baik terdapat 97 atau 64,52%. Analisis korelasi product moment (Pearson) digunakan untuk mencari hubungan antara variabel X dan variabel Y. Variabel X pada penelitian ini adalah kecerdasan emosinal mahasiswa, sedangkan variabel Y adalah hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang yang diperoleh melalui indeks prestasi mahasiswa. Data tiap aspek dalam angket kecerdasan emosional diperoleh sebagai berikut: Tabel 2 Data kecerdasan emosional mahasiswa berdasarkan tiap aspek No Kriteria Tingkat Aspek Kecerdasan Emosional Kecerdasan Kesadaran Pengaturan Emosional Motivasi Empati Ketrampilan Diri Diri Sosial 1 Sangat baik % 2 Baik 23 % 20% Cukup baik % Kurang baik % - Tabel di atas menunjukkan data tiap aspek kecerdasan emosional mahasiswa dari tabel di atas dapat diketahui bahwa aspek yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa adalah keterampilan sosial dengan yang dapat dilihat melalui hasil angkat dengan persentase 35% sedangkan aspek yang hasilnya paling rendah adalah empati dengan persentase 8%. Hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif mahasiswa prodi pendidikan biologi berupa indeks prestasi kumulatif mahasiswa yang dicapai selama empat semester. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi angkatan 2011/2012 yang diperoleh selama empat semester diperoleh nilai indeks prestasi tertinggi adalah 3,64 dan indeks prestasi terendah adalah 2,48.

38 27 Tabel 3 Tingkat hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang Kriteria Presentase Jumlah Tingkat Hasil Mahasiswa Jumlah Mahasiswa Belajar Mahasiswa Sangat baik 29 20% Baik % Cukup baik 4 12% Kurang baik 2 6% Tabel di atas menunjukkan tingkat hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang yaitu sangat baik, baik, cukup baik dan kurang baik. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kriteria tingkat hasil belajar mahasiswa sangat baik sebanyak 29 mahasiswa, kriteria hasil belajar baik sebanyak 111 mahasiswa, kriteria hasil belajar cukup baik empat mahasiswa dan kurang baik sebanyak dua mahasiswa. B. Pembahasan Prodi pendidikan biologi merupakan salah satu prodi di Universitas Negeri Semarang yang bertujuan untuk mencetak calon pendidik yang professional dan kompeten serta bersikap ilmiah. Mahasiswa prodi pendidikan biologi serius dalam memperhatikan penjelasan dosen. Sebagian mahasiswa mencatat penjelasan dosen, sebagian lagi hanya memperhatikan penjelasan dosen dengan melihat buku referensi. Penyampaian materi tidak seterusnya disampaikan oleh dosen namun, ada presentasi atau penyampaian materi oleh mahasiswa yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Mahasiswa pada sesi tanya jawab cukup antusias namun ada kejenuhan yang dialami mahasiswa ketika harus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa serta berbagai macam tuntutan dari dosen yang harus dipenuhi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan anatara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa, berdasarkan hasil analisis korelasi product moment antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa yaitu r xy (r hitung) = 49,76 yang dikonsultasikan pada taraf signifikan 0,05 diperoleh r tabel = 0,103, hasil tersebut

39 28 menunjukkan bahwa r xy (r hitung) lebih besar dari pada r tabel maka, dapat diketahui bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat 49 atau 35,48% mahasiswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional sangat baik dan 97 atau 64,52% mahasiswa menunjukkan tingkat kecerdasan baik. Hasil belajar mahasiswa menunjukkan terdapat 29 mahasiswa atau 20% memiliki kriteria sangat baik, 111 mahasiswa atau 62% memiliki kriteria baik, empat mahasiswa atau 12% dengan kriteria cukup baik dan dua mahasiswa memiliki kriteria hasil belajar kurang baik. Hasil belajar yang dimaksud peneliti disini adalah hasil belajar kognitif mahasiswa yang berupa indeks prestasi akademik yang sudah dicapai selama empat semester. Hasil belajar mahasiswa banyak dipengaruhi oleh banyak faktor. Kecerdasan intelektual selama ini dianggap sebagai faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, mahasiswa dengan kecerdasan intelektual tinggi dianggap lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan namun, pada kenyataannya masih banyak faktor lain yang turut mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, salah satunya adalah kecerdasan emosional. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa, hal tersebut sesuai dengan hasil belajar mahasiswa yang terdapat 111 mahasiswa atau 62% dengan tingkat kecerdasan baik. Goleman (2005) menyatakan bahwa pendidikan yang disertai emosi cenderung lebih mudah dan kuat diingat. Prestasi dan keberhasilan mahasiswa dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual melainkan juga ditentukan oleh keselarasan perkembangan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Mahasiswa dengan kecerdasan emosional yang tinggi cenderung berfikir dahulu sebelum mengambil suatu tindakan dan juga memahami benar-benar pertanyaan yang akan dijawab sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mencari jawaban yang terdapat dalam dirinya sendiri dan dalam diri orang lain. Sementara mahasiswa dengan kecerdasan emosional yang relatif rendah cenderung mengalami kesulitan dalam menemukan jawaban dalam dirinya sehingga ia juga kesulitan memahami pertanyaan yang akan dijawab dan mengakibatkan pertanyaan yang dijawab menjadi tidak tepat atau tidak yakin dengan apa yang dikerjakannya. Kecerdasan emosional memegang peranan yang cukup signifikan dalam pencapaian hasil belajar mahasiswa karena dapat meningkatkan

40 29 kesadaran diri sehingga, mahasiswa dapat lebih mudah untuk memusatkan perhatian dan lebih tekun dalam penyelesaian tugas. Hasil belajar mahasiswa banyak dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari faktor internal maupun faktor eksternal yang sangat mempengaruhi keberhasilan belajar mahasiswa walaupun tidak dipungkiri bahwa faktor eksternal mempunyai andil dalam menentukan keberhasilan belajar. Proses pembelajaran tidak hanya membutuhkan kecerdasan intelektual saja namun ada kecerdasan lainnya yang berperan penting dalam proses pembelajaran yaitu kecerdasan emosional. Salovey (dalam Goleman 2005) menjelaskan bahwa didalam kecerdasan emosional mencakup lima wilayah utama yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan social. 1. Kesadaran diri Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek kesadaran diri berkontribusi 23% dengan tingkat kecerdasan emosional baik, dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa mahasiswa mampu menyadari alasan atau sebab yang membuat mahasiswa marah atau senang sehingga, mahasiswa mampu mengkondisikan dirinya dalam situasi apapun. Keadaan tertentu terkadang membuat mahasiswa kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaan dan tugasnya sebagai mahasiswa, keadaan ini dipicu karena mahasiswa masih kesulitan untuk memahami perasaannya saat menghadapi masalah dan mahasiswa sulit untuk melupakan masalah yang tidak menyenangkan yang pernah dialami oleh mahasiswa. Menurut Mayer (diacu dalam Goleman 2005), kesadaran diri berarti waspada pada pikiran yang akan berpengaruh terhadap suasana hati. Kewaspadaan terhadap suasana hati atau mampu mengenali emosi diri akan membuat mahasiswa dapat menempatkan diri pada segala situasi. Apabila emosi mengalahkan konsentrasi, maka yang akan dilumpuhkan adalah kemampuan mental (ingatan kerja) yaitu kemampuan untuk menyimpan dalam pikiran semua informasi yang relevan dengan tugas yang dihadapi. 2. Pengaturan diri Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek pengaturan diri mahasiswa yang ditunjukkan melalui angket berkontribusi 20% dengat kriteria tingkat kecerdasan emosional baik, hasil tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa mampu mengendalikan emosinya sehingga berdampak positif pada pelaksanaan proses pembelajaran, pelaksanaan tugas serta mahasiswa mampu memenuhi tuntutan-tuntutan yang diajukan

41 30 dosen kepada mahasiswa. Kecerdasan intelektual bila tidak disertai dengan pengelolaan emosi yang baik tidak akan menghasilkan seorang mahasiswa yang sukses dalam belajarnya. Mahasiswa yang mampu mengatur dirinya dengan baik sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu segera pulih dari tekanan emosi. 3. Motivasi Aspek motivasi diri memberikan kontribusi sebesar 14% dengan kriteria tingkat kecerdasan emosional cukup baik, hasil tersebut cukup menimbulkan peran motivasi positif seperti perasaan antusias, gairah (minat), dan keyakinan diri dalam mencapai prestasi belajar yang tidak boleh dilupakan. Kekhawatiran atau tidak adanya keyakinan diri merupakan inti dari efek kecemasan yang bersifat merusak segala kemampuan mental. Kemampuan untuk menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, tergambar pada pengisian angket kecerdasan emosional mahasiswa dalam aspek motivasi diri. Pengisian angket tersebut dapat diketahui bahwa dorongan mahasiswa untuk berprestasi atau mendapatkan hasil belajar yang maksimal cukup tinggi, terbukti dengan adanya dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan, motivasi diri sebagai salah satu aspek dalam angket kecerdasan emosional, motivasi menimbulkan sikap optimis saat mahasiswa merasa tujuannya dalam proses pembelajaran tidak tercapai, kegigihan dalam memperjuangkan sasaran walaupun ada halangan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 4. Empati Empati atau kemampuan membaca perasaan orang lain memberikan kontribusi 8% dengan kriteria tingkat kecerdasan emosional kurang baik, hal ini karena mahasiswa tidak menunjukkan bahwa mahasiswa bisa melihat kesedihan dari raut wajah orang lain dan mahasiswa tidak mampu merasakan kesedihan melalui curahan hati temannya. Setiap hubungan merupakan akar kepedulian berasal dari penyesuaian emosional dari kemampuan untuk berempati (Goleman 2005).

42 31 5. Ketrampilan sosial Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketrampilan sosial ditunjukkan mahasiswa melalui angket kecerdasan emosional yang membrikan kontribusi 35% dengan kriteria tingkat kecerdasan emosional mahasiswa sangat baik. Aspek ketrampilan sosial memberikan kontribusi yang paling besar diantara empat aspek lainnya, hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa mampu menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi orang lain, sanggup untuk menjadi pemimpin, bermusyawarah, mampu menyelesaikan perselisihan dengan baik dan bekerjasama dalam tim. Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Mahasiswa yang hebat dalam ketrampilan membina hubungan akan sukses dalam bidang apapun, karena keahliannya menggaet orang lain untuk ikut bekerjasama. Mahasiswa yang dapat membina hubungan yang baik dengan teman sebaya maupun dengan mahasiswa lainnya akan lebih mudah dalam menjalankan kegiatan belajarnya dan akan lebih baik prestasinya dibandingkan dengan mahasiswa yang sudah menempatkan diri pada situasi sosial belajarnya. Hal tersebut dapat terjadi karena mahasiswa yang mudah menempatkan diri pada situasi sosial akan lebih mendapatkan bantuan dalam belajar, motivasi belajar yang muncul dari dalam diri akan semakin besar karena didukung oleh lingkungan dan dapat memperoleh ilmu lebih banyak dengan bertukar bersama teman-temannya. Sebaliknya, mahasiswa yang sukar menempatkan diri dengan situasi sosial akan sulit berprestasi baik karena ruang gerak yang terbatas. Keterbatasan tidak hanya pada bantuan belajar yang diterima dari lingkungan tetapi juga keterbatasan ilmu yang diperolehnya karena kurang bertukar informasi dengan teman dan keterbatasan motivasi dari lingkungan sehingga mahasiswa ini cenderung mudah kehilangan semangat belajarnya. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini popular dalam lingkungannya berkomunikasi. Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana mahasiswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian mahasiswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.

43 BAB V SIMPULAN DAN SARAN I. Simpulan Berdasarkan analisi Product Moment Correlation kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi tahun angkatan 2011/2012 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi tahun angkatan 2011/2012 Universitas Negeri Semarang. II. Saran 1. Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengenali emosi diri sendiri dan orang lain agar mampu menyelaraskan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa. 2. Mahasiswa perlu adanya motivasi dan dorongan dari orang-orang disekitarnya agar tetap mampu menyelaraskan hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar. 3. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa diharapkan agar untuk memperhatikan penentuan aspek aspek maupun penyusunan kalimat dalam angket. 32

44 DAFTAR PUSTAKA Amstrong, T Seven Kinds of Smart. terjemah T. Hermaya. Jakarta: Gramedia. Arikunto, S Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta Asmiati, T Perbandingan anak berbakat yang berprestasi dengan yang Kurang Berprestasi Melalui Pendekatan Siswa dan Orang Tua, Skripsi. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta Azwar, S Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baiduri Peningkatan Kualitas Pembelajaran dengan Prinsip Quality Assurance. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Alternatif, Jurnal Pemikiran Pendidikan Vol. 11 No.6 Brillianty, Amalia Roza Kecerdasan Emosional dan Hasil Belajar Para siswa Kelas Unggul SMU. Pedagogi Ilmu Pendidikan Jurnal Vol. 4 No.9 Cooper, Robert K. dan Ayman Sawaf EQ Excutive, terjemahan Alex Tri Kanjono. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dalyono, M Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Daud, M Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado. Ed Vokasi, Jurnal Pendidikan Teknik dan Kejuruan Vol. 1 No. 1 Diah Budiati, Yiliana dan Suparti Analisis Hubungan Antara Lama Studi, Jalur Masuk dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Menggunakan Model Log Linier. Jurnal Gaussian Vol. 3 No.1 Djamarah, SB Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Effendi, A Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta Fajarini, T Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Matematika. Skripsi, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Filia, R Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Perlakuan Belajar terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Goleman, D Emotional Intelligence (terjemahan: Alex Tri Kanjono Widodo). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 33

45 34 Gottman, J Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hamalik, O Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Hartati, N Islam dan Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo. Ibda, Fa Emotional Intelligence dalam Dunia Pendidikan. Emotional Intelegence Jurnal Vol. 2 No.2 Iskandar Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru). Jakarta: Gaung Persada (GP) Press. Agus, I Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana. Makmun, AS Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nasution, F, H.M Pengaruh Persepsi tentang Agama dan Kecerdasan Emosional terhadap Konsep Diri Siswa MAN di Kota Malang. Malang: Universitas Negeri Malang. Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol. 10 No. 3 Niven, N Psikologi Kesehatan: Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Nurita, M Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan. Jurnal Psikologi Vol. 16 No. 7 Purwanto, N Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. Tasmara, T Kecerdasan Rohaniah. Jakarta: Gema Insani Press. Rismayana Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi, Skripsi. Makasar: Universitas Negeri Makasar. Rosyidi, A Pengembangan Strategi Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Kebermaknaan Konsep Ditinjau dari Kemampuan Ingatan dan Ketelitian Kerja. Bioedukasi Vol. 6 No. 2 Rose, Colin dan Malcolm Cara Belajar Cepat abad XXI (terjemah Dedy Ahimsa). Bandung: Nuansa. Sabri, M Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Saparahayuningsih, S Prasyarat Penguasaan Materi, Ketrampilan Belajar, Sarana Belajar, Keadaan Diri Pribadi, Lingkungan Belajar, Sosio Emosional dan Hasil Belajar Mahasiswa UNIB. Triadi Jurnal Vol. 7 No.8

46 35 Semiawan, C. R Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Prehalindo. Setiawati, M Hubungan Kecerdasan Emosional, Status Gizi dengan Prestasi Belajar (Laporan Penelitian). Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Shapiro, L. E Mengajarkan Emotional Intellegence pada Anak, penerjemah Alex Tri Kanjono. Jakarta: Gramedia. Siregar, V Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai-Nilai Keluarga dan Kecerdasan Emosional Anak Usia Sekolah. Media Gizi dan Keluarga Jurnal Vol. 4 No. 11 Sudijono, A Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono Ststistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsono Akselerasi Intelegensi: Optimalkan IQ, EQ dan SQ Secara Islam. Depok: Inisiasi Press. Sukmadinata, N. S Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Supardi Pengaruh Bentuk Tes Formatif dan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 1 No. 2 Supranto Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga. Suryabrata, S Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo. Syah, M Belajar Psikologi. Jakarta: Rineka Cipta. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Yulisinta, F Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Kognitif terhadap Prestasi Belajar Remaja SMU. Media Gizi dan keluarga Jurnal Vol. 2 No. 2

47 LAMPIRAN LAMPIRAN 36

48 Lampiran 1 37

49 38

50 39

51 Lampiran 2 40 KISI-KISI VARIABEL KECERDASAN EMOSIONAL DAN KRITERIA PENSKORAN (Setelah Uji Validitas Product Moment) ASPEK PERNYATAAN SKOR MAKSIMUM Kesadaran Diri Saya tahu alasan yang membuat saya sedih. 4 Saya tahu peristiwa-peristiwa apa yang membuat saya senang. 4 Saya merasa senang ketika saya mendapatkan apa yang saya inginkan. Saya sulit menghadapi perasaan saya sendiri saat menghadapi masalah. Saya tidak bisa menyelesaikan pekerjaan saat marah. 4 Saya sulit melupakan masalah yang tidak menyenangkan. 4 Jumlah Skor Maksimum Pengaturan Diri Saya tidak marah tanpa alasan yang jelas. 4 Saya selalu tenang ketika menghadapi masalah. 4 Saya tidak sadar saat saya sedang marah. 4 Kekecewaan yang saya rasakan sampai mengganggu konsentrasi belajar saya. 4 Motivasi Meskipun saya kesal terhadap pekerjaan tertentu, saya tetap berusaha menyelesaikannya dengan baik. Ketika saya merasa tersinggung karena ucapan teman, saya bisa menahan diri. Jumlah Skor Maksimum 24 Saya selalu berusaha untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya. Saya tetap bersemangat ketika menghadapi masalah yang sulit

52 41 Nilai pelajaran yang rendah memacu saya untuk giat belajar. 4 Saya tetap bersemangat meski mengalami banyak masalah. 4 Ketika hasil tugas yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lagi. 4 Jumlah Skor Maksimum 20 Empati Saya bisa melihat kesedihan orang lain dari raut wajahnya. 4 Ketika seorang teman menceritakan masalahnya kepada saya, saya dapat merasakan kesulitannya. Saya berusaha memahami segala sesuatu yang terjadi pada teman saya. Saya ikut bahagia saat teman saya mendapatkan prestasi yang lebih baik dari saya Jumlah Skor Maksimum 16 Ketrampilan Sosial Saya sering melakukan musyawarah dengan teman untuk menyelesaikan suatu masalah. Saya merasa senang menyelesaikan tugas kuliah bersama temanteman. Saya bisa menangkap informasi dari pembicaraan dengan orang lain. Saya bisa memulai suatu pembicaraan dengan orang yang baru saya kenal. Saya mudah akrab dengan orang lain walaupun dengan orang baru. Saya selalu siap ketika harus berbicara di depan orang banyak Bekerjasama dengan orang lain hanya akan merepotkan saya. 4 Saya enggan untuk memulai percakapan terlebih dulu dengan orang yang belum saya kenal. Saya lebih senang melakukan pekerjaan bersama-sama dari pada 4 sendiri. Jumlah Skor Maksimum 40 Total Skor 120 4

53 Lampiran 3 42 Kriteria Penskoran: SKOR PERNYATAAN 4 SS (Sangat sesuai) 3 S (Sesuai) 2 TS (Tidak sesuai) 1 STS (Sangat tidak sesuai) Kriteria Penskoran: 1. Sangat baik : Skor baik : Skor cukup baik : Skor kurang baik : Skor 0 30

54 Lampiran 4 43 ANGKET KECERDASAN EMOSIONAL A. Identitas Diri 1. Nama : 2. Tahun Angkatan : 3. Jenis Kelamin : P/L B. Petunjuk Pengisian 1. Baca dan pahami baik-baik pernyataan berikut. Kemudian jawablah semua pernyataan sesuai dengan keadaan atau perasaan anda yang sesungguhnya. 2. Pilihlah salah satu pilihan jawaban yang tersedia: SS : Bila anda merasa sangat sesuai dengan pernyataan yang diajukan. S : Bila anda merasa sesuai dengan pernyataan yang diajukan. TS : Bila anda merasa tidak sesuai dengan pernyataan yang diajukan. STS : Bila anda merasa sangat tidak sesuai dengan pernyataan yang diajukan. 3. Berilah tanda check ( ) pada jawaban yang anda pilih. Contoh: No Pernyataan Pilihan Jawaban 1 Saya mengetahui kelebihan dan kekurangan saya SS S TS STS Bila hendak mengganti jawaban, berilah tanda sama dengan (=) kemudian buatlah tanda check ( ) pada jawaban yang baru. Contoh: No Pernyataan Pilihan Jawaban 1 Saya mengetahui kelebihan dan kekurangan saya. SS S TS STS 4. Dalam hal ini tidak ada penilaian benar atau salah, baik atau buruk sehingga tidak ada jawaban yang dianggap salah. Semua jawaban adalah benar, jika anda memberikan jawaban sesuai dengan keaadaan atau perasaan anda sebenarnya. 5. Teliti kembali pekerjaan anda, jangan ada pernyataan yang terlewatkan. 6. Waktu yang disediakan untuk menjawab pernyataan-pernyataan tersebut adalah 30 menit. 7. Atas partisipasi dan kesediaan anda untuk mengisi angket ini, saya ucapkan terimakasih. SELAMAT MENGERJAKAN

55 44 No Pernyataan Pilihan Jawaban SS S TS STS 1 Saya tahu alasan yang membuat saya sedih. 2 Saya tahu peristiwa-peristiwa apa yang membuat saya senang. 3 Saya merasa senang ketika saya mendapatkan apa yang saya inginkan. 4 Saya sulit memahami perasaan saya sendiri saat menghadapi masalah. 5 Saya tidak bisa menyelesaikan pekerjaan saat marah. 6 Saya sulit melupakan masalah yang tidak menyenangkan. 7 Saya tidak marah tanpa alasan yang jelas. 8 Saya selalu tenang ketika menghadapi masalah. 9 Saya tidak sadar saat saya sedang marah. 10 Kekecewaan yang saya rasakan sapai mengganggu konsentrasi belajar saya. 11 Meskipun saya kesal terhadap pekerjaan tertentu, saya tetap berusaha menyelesaikannya dengan baik. 12 Ketika saya merasa tersinggung karena ucapan teman, saya bisa menahan diri. 13 Saya selalu berusaha untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya. 14 Saya tetap bersemangat ketika menghadapi masalah yang sulit. 15 Nilai pelajaran yang rendah mamacu saya untuk giat belajar. 16 Saya tetap bersemangat meski mengalami banyak masalah. 17 Ketika hasil tugas yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lagi. 18 Saya bisa melihat kesedihan orang lain dari raut wajahnya.

56 45 19 Ketika seorang teman menceritakan masalahnya kepada saya, saya dapat merasakan kesulitannya. 20 Saya berusaha memahami segala sesuatu yang terjadi pada teman saya. 21 Saya ikut bahagia saat teman saya mendapatkan prestasi yang lebih baik dari saya. 22 Saya sering melakukan musyawarah dengan teman untuk menyelesaikan suatu masalah. 23 Saya merasa senang menyelesaikan tugas kuliah bersama teman-teman. 24 Saya bisa menangkap informasi dari pembicaraan dengan orang lain. 25 Saya bisa memulai suatu pembicaraan dengan orang yang baru saya kenal. 26 Saya mudah akrab dengan orang lain walaupun dengan orang baru. 27 Saya selalu siap ketika harus berbicara di depan orang banyak. 28 Bekerjasama dengan orang lain hanya merepotkan saya. 29 Saya enggan untuk memulai percakapan terlebih dahulu dengan yang belum saya kenal. 30 Saya lebih senang melakukan pekerjaan bersama-sama dari pada sendiri.

57 Lampiran 5 HASIL UJI VALIDITAS ANGKET KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Nomor pernyataan dan No. Rsp jawaban A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

58 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

59 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

60 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

61 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A r hitung r tabel Kategori valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid 50

62 51 Nomor soal dan No. Rsp jawaban A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

63 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

64 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

65 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

66 55 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A r hitung r tabel Kategori valid tdk valid tdk valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid tdk valid tdk valid valid valid

67 Lampiran 6 56 Uji Reliabilitas Tes Kecerdasan Emosional R = ( 1 ) ( ( ) = ( ) ( ( ) ) 1.1 = 1,034 (1 - ) = 1,030 (1 0,23) = 0,7961 Reliabilirtas instrumen kecerdasan emosional sebesar 0,7961 sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen kecerdasan emosional tersebut dalam tingkat reliabel tinggi

68 Lampiran 7 57 HASIL ANALISIS KORELASI PRODUCT MOMENT KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG NO X Y x2 y2 XY A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

69 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

70 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

71 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

72 61 𝑛 rxy = *𝑛 𝑋𝑌 ( 𝑋)( 𝑌) 𝑋² ( 𝑋)²+ *𝑛 𝑌² ( 𝑌)²+ Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh: rxy = 1 *1 = (11 1 ( 1 ) (1 ) (1 ) +*1 )( (1 1) ) ( 1) = 49,76 Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa menunjukkan rxy (r hitung) = 49,76 yang dikonsultasikan pada taraf signifikan 0,05 yang diperoleh rtabel = 0,103. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rxy (r hitung) lebih besar dari rtabel maka, dapat diketahui bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar mahasiswa.

73 Lampiran 8 62 PENGAMBILAN DATA KECERDASAN EMOSIONAL DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Pengambilan data kecerdasan emosional mahasiswa Gambar di samping merupakan gambar pengambilan data hasil belajar mahasiswa.

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keterampilan Sosial 2.1.1. Pengertian Keterampilan Sosial Penyesuaian sosial merupakan salah satu aspek psikologis yang perlu dikembangkan dalam kehidupan individu, mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok

Lebih terperinci

skripsi Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi Oleh Nofi Nurani

skripsi Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi Oleh Nofi Nurani PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA PROGRAM AKSELERASI SMAN 3 SEMARANG DITINJAU DARI EMOTIONAL QUOTIENT (KECERDASAN EMOSIONAL), MINAT BELAJAR DAN CARA BELAJAR skripsi Disusun sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau selalu membutuhkan orang lain dalam rangka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer

II. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KECERDASAN EMOSIONAL Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer pada Tahun 1990 (dalam Shapiro, 2001: 8), mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional ialah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan dan Emosi Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi: kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM KeterkaitanKecerdasanEmosionaldenganKinerjaSDM Oleh: Dra. Maria F.Lies Ambarwati, M.M. Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sejak dulu hingga saat ini tidak pernah surut sedikitpun. Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Emosi 2.1.1 Definisi Emosi Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional 2.1.1 Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional sangat penting dalam kehidupan karena pada hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional 1. Definisi kecerdasan emosional Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan terhadap frustasi, mengendalikan dorongan hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Oleh RUCI ENRIS JUMANIAR NIM A1D110114

ARTIKEL ILMIAH. Oleh RUCI ENRIS JUMANIAR NIM A1D110114 ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA SD NEGERI NO. 95/1 DESA OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI Oleh RUCI ENRIS JUMANIAR NIM A1D110114 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penyesuaian Sosial 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Schneider (1964) mengemukakan tentang penyesuaian sosial bahwa, Sosial adjustment signifies the capacity to react affectively

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

ARIS RAHMAD F

ARIS RAHMAD F HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DANKEMATANGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ARIS RAHMAD F. 100 050 320

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab itu perguruan tinggi khususnya akuntansi dituntut untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20 DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA Purwati 19, Nurhasanah 20 Abstrak. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang belajar dan menekuni disiplin ilmu yang ditempuhnya secara mantap, dimana di dalam menjalani serangkaian kuliah itu sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan suatu bangsa. Dinamika pembangunan di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Pada masa remaja awal, perkembangan emosi bersifat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persiapan Persiapan adalah faktor penenu keberhasilan mahasiswa dalam menguasai materi perkuliahan (Rapiyanta, 2015). Salah satu cara mempersiapkan materi perkuliahan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, seseorang tidak pernah lepas dari kehidupan emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup di hari-hari ini semakin rentan dengan stres, mahasiswa sudah masuk dalam tahap persaingan yang sangat ketat, hanya yang siap mampu menjawab kemajuan teknologi

Lebih terperinci

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional 15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional Saat ini kecerdasan emosional tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejak munculnya karya Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Why

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk dapat menjamin kelangsungan dan perkembangan suatu bangsa yang bersangkutan.

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill Modul ke: 07 Dra. Fakultas FIKOM Interpersonal Communication Skill Kecerdasan Emosi Tri Diah Cahyowati, Msi. Program Studi Marcomm & Advertising Emotional Equotion (Kecerdasan Emosi) Selama ini, yang namanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu tujuan. Salah satu tujuannya adalah pencapaian hasil belajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

*( Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

*( Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan J u r n a l E K B I S / V o l. X / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 4 512 TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (STUDI EMPIRIS MAHASISWA AKUNTANSI PADA UNIVERSITAS SWASTA DI LAMONGAN) *( Abdul Ghofur Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi dalam bidang akuntansi saat ini dan kedepannya dituntut untuk tidak hanya menghasilkan lulusan yang menguasai kemampuan di bidang akademik,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya,

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi (http://id.wikipedia.org). Mengenyam pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi (http://id.wikipedia.org). Mengenyam pendidikan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan mutu pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescent yang mempunyai arti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Musik Dalam Kehidupan Sehari-Hari 1. Definisi Musik Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : RESTY HERMITA NIM K4308111 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta menjadi. Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta menjadi. Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan akuntansi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang formal maupun informal bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter tiap mahasiswa guna mencerdaskan bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kesuksesan (keberhasilan, keberuntungan) yang berasal dari dasar kata sukses yang berarti berhasil, beruntung (Kamus Bahasa Indonesia,1998), seringkali menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang, juga dalam hal ini termasuk bidang pendidikan.

Lebih terperinci

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT PENGHASILAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Pendidikan tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K KONTRIBUSI IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DAN EQ (EMOTIONAL QUOTIENT) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : SITI FATIMAH NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki 5 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional bukanlah merupakan lawan dari kecerdasan intelektual yang biasa kita kenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas adalah modal dasar sekaligus kunci keberhasilan pembangunan nasional. Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sempurna perkembangan akal budinya (untuk berfikir, dan kemampuan mengolah tingkah laku dengan pola-pola baru sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sempurna perkembangan akal budinya (untuk berfikir, dan kemampuan mengolah tingkah laku dengan pola-pola baru sehingga 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosi 1. Pengertian Emosi dan Kecerdasan Emosi Kecerdasan secara harafiah berasal dari kata cerdas yang berarti sempurna perkembangan akal budinya (untuk berfikir,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia TK adalah anak yang berusia 4-6 tahun dan musik memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan pribadi anak yang harmonis dalam logika, rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja

Lebih terperinci

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN Kontribusi kecerdasan emosional dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kimia dalam metode pembelajaran GI (group investigation) dan STAD (student teams achievement division) materi pokok laju reaksi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang berkembang dan akan selalu mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab hakikat manusia sejak terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kesatuan yang semakin maju dan berkembang.kondisi tersebut menuntut masyarakat pada setiap tahap rentang kehidupannya untuk meneruskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia karena melalui pendidikan manusia dapat mencapai masa depan yang baik. Adapun pendidikan bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Melalui pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu membangun integritas kepribadian manusia Indonesia seutuhnya dengan mengembangkan berbagai potensi secara terpadu. UU RI No.20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik, dan mempersiapkan mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berperan penting bagi perkembangan dan perwujudan diri individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara. Undang-Undang Nomor 20

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suryabrata (2006), variabel diartikan sebagai segala sesuatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suryabrata (2006), variabel diartikan sebagai segala sesuatu 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Menurut Suryabrata (2006), variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Jadi, variabel adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka yang berpendidikan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KOMPARASI HASIL BELAJAR MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA ANTARA LULUSAN SMA DENGAN SMK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES KERJA PADA GURU MI 02, MTS, DAN MA MAZRA ATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES KERJA PADA GURU MI 02, MTS, DAN MA MAZRA ATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES KERJA PADA GURU MI 02, MTS, DAN MA MAZRA ATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN Lautry Luthfiya Sari Labib_11410109 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA

KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA Jurnal LINK, 13 (1), 2017, 1-7 http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA Akbar Yuli Setianto *) ; Puji Hastuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat persaingan yang semakin ketat dalam bidang jasa, terutama jasa psikologi. Masyarakat psikologi dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci