BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini keseluruhan pengujian dilakukan di Laboratorium Perkerasan Jalan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Metode penelitian yang digunakan ialah metode experimen terhadap benda uji daspal yang dijadikan sebagai bahan pengikat lapisan aspal beton (laston) yang dibandingkan terhadap bahan pengikat lainnya yaitu aspal pertamina pen. 60/70 dan asbuton. Standar pengujian yang digunakan yaitu untuk pengujian Job mix design didasarkan pada SNI (Tata Cara Pelaksanaan Lapisan Beton LASTON untuk Jalan Raya) sedangkan untuk pengujian marshall menggunakan SNI (Metode Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Marshall). Didalam penelitian ini pengujian pengujian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap. Tahap I yang merupakan analisis sifat agregat campuran yang bertujuan untuk mengetahui sifat fisik terhadap agregat yang digunakan untuk pencampuran Laston. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian agregat halus dan kasar yang menggunakan agregat dari PT Pancadarma. Tahap II yaitu pembuatan daspal dan job mix desain. Daspal yang dilakukan pengujian terdiri dari 4 type yang perbandingan antara damar dan serbuk bata yaitu A (300 gr damar : 300 gr serbuk bata : 145 gr Minyak goreng]), B (400 gr damar : 200 gr serbuk bata : 155 gr Minyak goreng]), C (450 gr damar : 150 gr serbuk bata : 170 gr Minyak goreng]) dan D (600 gr damar : 225 gr Minyak goreng). Daspal dibuat campuran antara damar dengan serbuk bata dalam satu wadah / tempat untuk setiap type perbandingan kemudian dimasak dengan menggunakan kompor gas seperti halnya memanaskan aspal yang sesuai dengan prosedur pemasakan daspal yang telah ditetapkan. Job mix design dilakukan sebelum pemasakan daspal untuk masing-masing type dengan menggunakan spesifikasi agregat VII yang berdasarkan SNI

2 1989 (Tata Cara Pelaksanaan Lapisan Beton LASTON untuk Jalan Raya) didesain sesuai dengan kadar aspal yang ditetapkan kemudian campuran daspal dengan berbagai type dipanaskan bersama dengan agregat hasil jobmix desain dan dipadatkan dengan menggunakan alat stamper manual setelah itu dilakukan uji volumetrik dari masing-masing sampel pengujian. Tahap III yaitu melakukan pengujian Marshall Test, tujuan dari pengujian ini untuk mendapatkan nilai stabilitas dan kelelehan ( flow) dari lapisan aspal beton dengan bahan pengikat daspal berdasarkan SNI (Metode Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Marshall). Tahap terakhir yaitu melakukan pengolahan data dari hasil pengujian yang dilakukan. Berdasarkan pada hasil pengujian volumetrik yaitu kepadatan (density), Porositas dan hasil pengujian Marshall Test stabilitas, flow kemudian dihitung untuk mendapatkan nilai Kadar Daspal Optimum (KAO). Kadar daspal optimum inilah yang nantinya akan menjadi patokan dalam pelaksanaan dilapangan dalam mencampur agregat dengan daspal. Ketiga tahapan tersebut yang menjadi patokan ataupun dasar dalam pelaksanaan penelitian ini. Setiap tahapan dilakukan secara teliti dan prosedural untuk mendapatkan hasil sesuai dengan maksud dan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini. Selain prosedur pelaksanaan faktor lain yang perlu dipertimbangkan ialah faktor error lainnya baik berupa alat, bahan maupun ketelitian (human error) dari peneliti itu sendiri. Untuk mempermudah proses pelaksanaan maka dibuat diagram alir (flow chart) dari tahapan diatas. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian ini secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 3.3 hal Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan metode eksperimental terhadap benda uji yang dilaksanakan dan diuji di laboratorium Perkerasan Jalan Universitas Sebelas Maret (UNS). Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. 27

3 3.2.1 Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung pada serangkaian kegiatan pengujian yang dilakukan sendiri yang mengacu berdasarkan petunjuk manual yang ada, misalnya dengan pengadakan penelitian / pengujian secara langsung. Adapun data yang termasuk dalam data primer dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Data analisis sifat fisik agregat. 2. Data pengujian Marshall Properties terhadap Daspal Data Sekunder Data primer adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data ini diperoleh dari peneliti atau sumber lain. Dalam banyak hal peneliti harus menerima data sekunder menurut apa adanya. Adapun data yang termasuk dalam data sekunder dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Data pengujian Marshall Properties terhadap aspal penetrasi 60/70 2. Data pengujian Marshall Properties terhadap asbuton Retona Blend Bahan Penelitian Secara garis besar bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian evaluasi karakteristik marshall daspal pada lapisan perkerasan terdiri dari lima material yang digunakan. Damar, serbuk bata dan minyak goreng yang merupakan campuran daspal yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pengganti aspal pentrasi 60/70 dan asbuton retona blend 55 yang akan dipanaskan dengan minyak goreng bekas yang berfungsi sebagai bahan pelebur / pengikat kedua campuran tersebut. Agregat kasar dan agregat halus digunakan sebagai gradasi campuran jobmix desain daspal Adapun bahan-bahan serta sumber pengambilannya yang digunakan pada penelitian evaluasi karakteristik marshall daspal yaitu : 28

4 a. Getah damar Getah damar yang digunakan merupakan getah damar bungkusan yang sering digunakan oleh para pengrajin perak untuk membuat bantalan perak. Getah damar disini digunakan sebagai bahan utama campuran daspal yang dikombinasikan dengan serbuk bata sesuai perbandingan yang telah ditentukan untuk dijadikan daspal. b. Serbuk bata Serbuk bata di peroleh dari pembongkaran / renovasi rumah di Singosaren, Bantul-Yogyakarta yang kemudian dihaluskan dan diambil mineral butiran halus dengan menggunakan proses sedimentasi air. Tujuan dari menggunakan bata renovasi ialah sebagai pemanfaatkan limbah bekas (recycle). Serbuk bata dicampur dengan damar sesuai dengan perbandingan yang telah ditentukan untuk dijadikan daspal. c. Minyak goreng Minyak goreng yang digunakan ialah minyak goreng kualitas rendah yang tidak bermerk dibeli di Pasar Gedhe, Surakarta. Minyak goreng pada penelitian ini digunakan sebagai bahan pengikat damar dan serbuk bata. Penggunaan minyak kualitas rendah sebagai bentuk pengurangan limbah (recycle) d. Agregat kasar Agregat kasar yang digunakan yaitu agregat dari PT. Pancadarma yang merupakan kontraktor jalan yang ada di Surakarta. Tujuan dari penggunaan agregat kasar dari PT. Pancadarma ialah menyesuaikan agregat yang sering digunakan pada proyek jalan di Surakarta dan sekitarnya. e. Agregat halus Agregat halus yang digunakan juga berasal dari PT. Pancadarma yang merupakan kontraktor jalan yang ada di Surakarta. Tujuan dari penggunaan agregat halus dari PT. Pancadarma ialah menyesuaikan 29

5 agregat yang sering digunakan pada proyek jalan di Surakarta dan sekitarnya. f. Filler (Bahan Pengisi) Filler (bahan pengisi) yang digunakan juga berasal dari PT. Pancadarma yang merupakan kontraktor jalan yang ada di Surakarta. Tujuan dari penggunaan filler (bahan pengisi) dari PT. Pancadarma ialah menyesuaikan filler (bahan pengisi) yang sering digunakan pada proyek jalan di Surakarta dan sekitarnya. 3.4 Peralatan Pengujian Peralatan pengujian yang digunakan pada penelitian ini keseluruhannya tersedia di Laboratorium Perkerasan Jalan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Penggunaan alat pengujian tidak boleh sembarang pemakaian terdapat prosedur dan tatacara dalam pemakaiannya. Di Indonesia standart pengujian dan alat sudah diatur dalam Standart Nasional Indonesia (SNI) untuk berbagai pengujian jalan Peralatan Pengujian Berat Jenis agreagat Setiap jenis agregat pasti memiliki berat jenis agregat yang berbedabeda bergantung pada bentuk dan material penyusun agregat tersebut. Untuk mengetahui berat jenis suatu agregat maka dilakukan pengujian sekala laboratorium. Peralatan dan prosedur pelaksanaan yang digunakan untuk pengujian berat jenis agregat halus SNI 1970:2008 (Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus) dan agregat kasar SNI 1969:2008 (Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar) Peralatan Jobmix design Pada saat melakukan jobmix desain penggunaan timbangan yang memiliki ketelitian yang tinggi dibutuhkan untuk mendapatkan campuran yang dibutuhkan. Hal ini nantinya yang akan berkaitan dengan kepadatan ( density), porositas dan stabilitas dari campuran 30

6 tersebut. Rangkaian kegiatan selanjutnya yang dilakukan ialah pemadatan dengan menggunakan alat stamper. Peralatan dan prosedur pelaksanaan yang digunakan dalam jobmix desain sudah diatur dalam SNI (Tata Cara Pelaksanaan Lapisan Beton LASTON untuk Jalan Raya) Peralatan Marshall Test Pengujian marshall test ini hasil output yang diperoleh yaitu dial stabilitas dan dial flow. Untuk mendapatkan nilai stabilitas dan flow angka dial harus dikalikan dengan faktor kalibrasi alat itu sendiri. Kalibrasi setiap alat marshall test pasti berbeda-beda untuk itu dibutuh sertifikat kalibrasi alat yang sesuai dengan alat marshall test yang digunakan yang nantinya akan digunakan sebagai faktor pengali dial. Peralatan dan prosedur pelaksanaan yang digunakan dalam jobmix desain sudah diatur dalam SNI (Metode Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Marshall). 3.5 Jumlah Sampel Benda Uji Adapun jumlah sampel pengujian yang direncanakan dapat dilihat pada rincian tabel 3.1 Tabel 3.1 Jumlah Sampel Pada Pengujian Laston Dengan Bahan Pengikat Daspal Laston dengan bahan pengikat Daspal Sampel Tingkat kenaikan Type Jlh sampel Total kadar A B C D Keterangan : A = Damar : Serbuk bata : Minyak goreng (300 gr : 300 gr : 145 gr) B = Damar : Serbuk bata : Minyak goreng (400 gr : 200 gr : 155 gr) C = Damar : Serbuk bata : Minyak goreng (450 gr : 150 gr : 170 gr) D = Damar : Minyak goreng( 600 gr : 225 gr) 31

7 3.6 Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan Agregat Adapun pemeriksaan agregat yang dilakukan laboratorium Perkerasan Jalan Universitas Sebelas Maret (UNS) antara lain: 1. Pemeriksaan berat jenis agregat kasar 2. Pemeriksaan berat jenis agregat halus 3. Pemeriksaan penyerapan agregat kasar 4. Pemeriksaan penyerapan agregat halus Pemeriksaan Daspal Adapun pemeriksaan daspal menggunakan data sekunder penelitian Studi Karakteristik dan Gugus Fungsi Senyawa Daspal Penetration Grade 60 Dibandingkan dengan Aspal Pertamina Penetration Grade 60 dan Asbuton oleh (Nasution, 2015). 3.7 Prosedur Perencanaan Penelitian Dalam penelitian ini dibagi dalam 3 tahapan yang setiap bagiannya memegang peranan masing-masing dalm mendukung proses pelaksanaanya. Taham I mengenai pemeriksaan sifat fisik suatu agregat. Tahap ke II mengenai proses jobmix desain dan prosedur pemasakan daspal. Dan yang terakhir tahap III mengenai pengujian marshall test Tahap I Penentuan sifat fisik agregat ini dilakukan untuk mengetahui berat jenis agreagat halus dan agregat kasar. Data hasil pengujian agregat ini nantinya digunakan perhitungan pada pengujian marshall test. Datadata yang di peroleh dari pengujian ini antara lain: a. Berat jenis (bulk specific gravity) b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) c. Berat jenis semu (apparent specific gravity) d. Penyerapan Untuk prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis agragat halus menggunakan SNI 1970:2008 (Metode Pengujian Berat Jenis dan 32

8 Penyerapan Air Agregat Halus) dan agregat kasar menggunakan SNI (Metode Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Marshall) Tahap II Pada tahap kedua yakni pembuatan material daspal dan jobmix design. Pada pembuatan jobmix desain hal pertama yang dilakukan ialah penentuan spesifikasi agregat. Di dalam SNI (Tata Cara Pelaksanaan Lapisan Beton LASTON untuk Jalan Raya) terdapat 11 spec agregat didalamnya. Penelitian ini menggunakan agregat dengan spec VII disebabkan karena sebahagian besar jalan menggunakan spesifikasi ini. Adapun agregat spec VII dapat dilihat pada tabel 3.2. Pembuatan jobmix desain berdasarkan pada peningkatan kadar daspal pada masing-masing sampel pengujian. Berat 1 sampel pengujian sebesar 1100 gram. Tabel 3.2. Tabel Spesifikasi Agregat Spec VII No. Saringan Batas Gradasi (%) Nilai Tengah (in) Ats Bwh (%) 3/4" /2" # # # # # # (Sumber: SNI ) Hal kedua pada tahap pertama yang dilakukan ialah pembuatan daspal. Daspal terdiri dari tiga komponen material antara lain damar, serbuk bata dan minyak goreng kualitas rendah. Minyak goreng digunakan sebagai peleburan damar dengan serbuk bata. Pada proses pembuatan daspal sendiri mempunyai tahapan yang dilakkan untuk mendapatkan 33

9 hasil yang ingin dicapai. Tingkat kehati-hatian dalam proses pemasakan daspal penting disebabkan apabila daspal keciprat kebagian tubuh pada saat panas akan menyebabkan kulit terbakar dan gatalgatal. Adapun proses pemasakan 3 material (damar, serbuk bata dan minyak goreng bekas) tersebut menjadi daspal ialah sebagai berikut: a. Persiapkan kompor, wajan yang agak tebal dan sutil besi. Pastikan wajan dan sutil dalam keadaan kering. Apabila wajan dan sutil masih dalam kondisi basah, air yang terdapat pada benda tersebut akan memicu cipratan daspal panas pada saat proses pemasakan dan jika mengenai kulit akan terbakar dan gatal-gatal. Pemakaian sarung tangan sangat disarankan untuk antisipasinya. b. Persiapkan damar dan serbuk bata sesuai dengan perbandingan dan takaran rencana. Campur dengan rata damar dan serbuk bata sebelum dimasukkan kedalam wajan untuk dimasak. Buang kotoran yang terdapat dalam serbuk bata dan damar. Pastikan semua dalam keadaan kering dan bersih. c. Persiapkan minyak goreng kalitas rendah sesuai dengan takaran rencana. Minyak goreng ini didapatkan dari pasar-pasar d. Letakkan wajan diatas kompor kemudian masukkan campuran damar dan serbuk bata kedalam wajan kemudian nyalakan kompor dengan nyala api standart. e. Masukkan minyak goreng kedalam campuran damar dan serbuk bata antara lain: 1/3 takaran minyak goreng rencana pada saat awal memulai memasak. Aduk hingga merata sampai campuran antara damar dan serbuk bata mulai menggumpal. 1/3 takaran minyak goreng rencana pada saat campuran damar dan serbuk bata menggumpal. Aduk kembali hingga campuran damar dan serbuk bata mencair. 34

10 1/3 takaran minyak goreng rencana pada saat campuran damar dan serbuk bata sudah mencair. Aduk hingga campuran tidak terlihat gumpalan. f. Hentikan pemasakan campuran damar dan serbuk bata pada suhu 200 o C. Dan daspal telah selesai diolah. Lakukan hal yang sama untuk keempat type dan jumlah perbandingan daspal dapat dilihat pada tabel 3.2 Adapun diagram alir ( flow chart) pembuatan benda uji lapisan aspal beton (laston) dengan bahan pengikat daspal dapat dilihat pada gambar 3.1 hal Tahap III Tahap III yaitu tahapan pengujian Marshall Test. Metode Marshall di temukan oleh Bruce Marshall dan telah di standarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO. Tujuan Pemeriksaan campuran daspal dengan alat marshall untuk menentukan nilai stabilitas dan kelelehan ( flow) dari campuran. Nilai stabilitas adalah jumlah muatan yang dibutuhkan untuk menghancurkan campuran aspal (kemampuan ketahanan un tuk menerima beban sampai kelelehan plastis) yang dinyatakan dalam kg atau pound. Nilai flow (kelelehan plastis) adalah keadaan perubahan bentuk dari bahan contoh sampai batas leleh yang dinyatakan dalam mm. Alat marshall merupakan alat tekan dengan dilengkapi proving ring (cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (5000 lbs) digunakan untuk mengukur nilai stabilitas dan flowmeter digunakan untuk mengukur kelelehan plastis (flow). Pengujian dilakukan dengan cara menjalankan mesin penekan marshall dengan kecepatan 51 mm ( 2 in) per menit sampai keruntuhan pada benda uji terjadi. Adapun diagram alir ( flow chart) dari pengujian 35

11 sesuai dengan SNI (Metode Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Marshall) pada gambar 3.2 hal Analisis Data Berdasarkan hasil dari berbagai pengujian volumetrik dan marshall test terhadap lapisan aspal beton (laston) dengan bahan pengikat daspal kemuian dilakukan analisis korelasi (R) dan analisis determinasi ( R 2 ) terhadap persamaan yang diperoleh yang merupakan penggambaran prilaku dari hasil pengujian. Analisis korelasi digunakan unuk mengetahui seberapa besar hubungan yang terjadi antara dua variabel yang disimbolkan dengan huruf R. Nilai R sendiri berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila di dapatkan nilai R=1 berarti hubungan kedua variabel kuat begitu juga sebaliknya apabila didapatkan nilai R=0 berarti kedua variabel memiliki hubungan yang lemah. Analisis determinasi digunakan unuk mengetahui seberapa besar presentase sumbangan pengaruh yang diberikan terhadap kedua variabel yang disimbolkan dengan huruf R 2. Nilai R 2 sendiri berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila di dapatkan nilai R=1 berarti 100 % memiliki sumbangan pengaruh yang diberikan kepada kedua variabel tersebut. begitu juga sebaliknya apabila didapatkan nilai R=0 berarti 0 % tidak memiliki sumbangan pengaruh yang diberikan kepada kedua variabel 36

12 Mulai Penyaringan Agregat kasar dan halus berdasarkan Spesifikasi Spec 7 Menimbang agregat untuk 1 mould (kumulatif) Memasukkan campuran agregat dan memanaskan hingga suhu C Memanaskan daspal C Menimbang dan menuang daspal Memanaskan dan mencampur daspal + agregat pada suhu C Melapisi dasar mould dengan kertas Menuangkan dalam mould pada suhu C Menusuk nusuk campuran agregat yang ada di dalam mould dengan spatula Melapisi kembali mould yang telah berisi campuran agregat dengan kertas Memadatkan dengan compactor pada kedua sisi masing-masing 75 kali Mendinginkan benda uji Mengeluarkan benda uji dari mould dengan dongkrak hidrolis Menamai benda uji Selesai Gambar 3.1. Flow Chart Pembuatan Benda Uji Laston Dengan Bahan Pengikat Daspal 37

13 MULAI Benda uji (hasil percobaan job mix) Mengukur ketebalan benda Menimbang berat benda uji Merendam selama 24 jam, suhu ruang Mengeluarkan benda uji dari air Menimbang benda uji dalam keadaan jenuh Menimbang dalam air Memasukkan benda uji dalam waterbath, dengan suhu 60 o C selama 30 menit Mengambil benda uji dari waterbath dan memasang pada segmen bawah kepala penekan. Kemudian memasang segmen atas dan meletakkan keseluruhannya pada mesin uji marshall. Menjalankan mesin dengan kecepatan 50 mm/menit Mencatat flow dan stabilitas Mengulangi langkah keja pada benda SELESAI uji lainnya. Selesai Gambar 3.2. Flow Chart Pengujian Marshall Test 38

14 Mulai TAHAP I Analisis Sifat fisik agregat TAHAP I Penentuan Spesifikasi agregat dan job mix TAHAP II Pembuatan Daspal TAHAP II Pembuatan Benda Uji Laston Bahan Pengikat Daspal (stamper) Pengujian Volumetrik & Test Marshall Pengolahan Data Data Sekunder Data Primer Laston Dengan Bahan Pengikat Aspal pen 60/70 & Asbuton Retona Blen 55 Laston Dengan Bahan Pengikat Daspal TAHAP III TAHAP III Penarikan Kesimpulan Selesai Gambar 3.3. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian. 39

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Pengujian Material 1. Agregat Kasar dan Steel Slag Agregat kasar merupakan agregat yang tertahan diatas saringan 2.36 mm (No.8), menurut saringan ASTM. a. Berat Jenis Curah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC- 41 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan 37 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung meliputi pengujian material dan pembuatan sampel Marshall,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Mulai Identifikasi Masalah Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Aspal Pengujian Agregat Pengujian filler Syarat Bahan Dasar Tidak Memenuhi Uji Marshall

Lebih terperinci

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam BAB V METODE PENELITIAN 5.1 Lokasi, Bahan, Dan Alat Penelitian 5.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang digunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang digunakan

Lebih terperinci

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3) BAB III LANDASAN TEORI A. Parameter Marshall Alat Marshall merupakan alat tekan yang di lengkapi dengan proving ring yang berkapasitas 22,5 KN atau 5000 lbs. Proving ring dilengkapi dengan arloji pengukur

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Bagan alir dibawah ini adalah tahapan penelitian di laboratorium secara umum untuk pemeriksaan bahan yang di gunakan pada penentuan uji Marshall. Mulai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini agregat

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas III. METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung untuk pembuatan Arang Tempurung Kelapa, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODE PENGUJIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 31 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode marshall dan dilakukan di Laboratorium Jalan Raya PT Subur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian BAB III METODOLOGI Dalam bab ini peneliti menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan selama penelitian tentang Studi komparasi antara beton aspal dengan aspal Buton Retona dan aspal minyak Pertamina

Lebih terperinci

optimum pada KAO, tahap III dibuat model campuran beton aspal dengan limbah

optimum pada KAO, tahap III dibuat model campuran beton aspal dengan limbah BAB V METODE PENELITIAN 5.1. Cara Penelitian Penelitian dilakukan dengan tiga tahap. tahap pertama untuk mencari kadar aspal optimum (KAO), tahap II untuk mencari kadar limbah batu baterai (Magan) optimum

Lebih terperinci

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal) (Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal) LABORATORIUM INTI JALAN RAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMPUNG Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Jurusan PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

dahulu dilakukan pengujian/pemeriksaan terhadap sifat bahan. Hal ini dilakukan agar

dahulu dilakukan pengujian/pemeriksaan terhadap sifat bahan. Hal ini dilakukan agar BABV CARA PENELITIAN Tempat yang digunakan didalam penelitian ini adalah di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia. Pelaksanaan penelitian di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap persiapan, pemeriksaan terhadap spesifikasi, penentuan rencana campuran (mix design),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC WC), terlebih dahulu melakukan uji coba dalam skala kecil terhadap agregat, aspal dan asbuton yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat dan aspal, penentuan gradasi campuran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Penelitian ini dilakukan di laboratorium jalan raya UPT. Pengujian dan Pengendalian Mutu Dinas Bina Marga, Provinsi Sumatera Utara. Jalan Sakti Lubis No. 7 R Medan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Mulai Studi Pustaka Penyiapan material dan Peralatan Pemeriksaan Material Analisa Data dan Hasil Pemeriksa Material Memenuhi Syarat Tidak Membuat Benda Uji

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS TUGAS AKHIR Oleh : Putu Anggi Wedayanti (0719151037) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap persiapan, pemeriksaan terhadap spesifikasi, penentuan rencana campuran (mix design), pembuatan benda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70 BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras yang mempunyai nilai penetrasi 60/70. Pengujian aspal di laboratorium Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini semua data

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian yang dilakukan melalui beberapa tahap, mulai dari persiapan, pemeriksaan mutu bahan yang berupa agregat dan aspal, perencanaan campuran sampai tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Laboratorium Transportasi Universitas Negeri Gorontalo. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Tahapan persiapan alat dan bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan selama penelitian di laboratorium adalah sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan selama penelitian di laboratorium adalah sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian melalui uji marshall dan uji perendaman serta analisa terhadap hasil pengujian di laboorataorium

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipresentasikan pada gambar bagan alir, sedangkan kegiatan dari masing - masing

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipresentasikan pada gambar bagan alir, sedangkan kegiatan dari masing - masing BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Program Kerja Uji Laboratorium Bagan alir yang dipergunakan untuk kelancaran dari program penelitian ini dipresentasikan pada gambar bagan alir, sedangkan kegiatan dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Pada penelitian ini untuk pengujian agregat, aspal, pembuatan benda uji dan pengujian Marshall dilakukan di Laboratorium Bahan Perkerasan Jalan, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT Persentase Lolos (%) GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT Nomor Saringan 00 30 8 3/8 / 3/4 90 80 70 60 50 40 30 0 0 0 No 00 No. 30 No.8 "3/8" /" 3/4" Grafik Pasir Grafik abu Batu Grafik kasar Garis Diagonal ANALISA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODE MARSHALL Konsep dasar dari metode campuran Marshall adalah untuk mencari nilai kadar aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Sebelum melakukan suatu penelitian, maka perlu adanya perencanaan dalam penelitian. Pelaksanaan pengujian dilakukan secara bertahap, yaitu pemeriksaan

Lebih terperinci

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian melalui uji marshall dan uji perendaman serta analisa terhadap hasil pengujian di laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1 BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1. Pengujian Aspal Pada pengujian material aspal digunakan aspal minyak (AC Pen 60/70) atau aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan BAB III METODE PENELITIAN Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI Studi Pustaka Persiapan Alat dan Bahan Agregat Aspal Pen 60/70 Filler Semen Serbuk Kaca Lolos Saringan No.200 Abu Sekam

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alur seperti pada gambar 5.1.

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alur seperti pada gambar 5.1. BABV METODE PENELITIAN 5.1. Merode Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alur seperti pada gambar 5.1. START Penyediaan aspal AC 60-70 Penyediaan additive Poly Ethylene Penyediaan agregat

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC Ronni Olaswanda 1 Anton Ariyanto, M.Eng 2 dan Bambang Edison, S.Pd, MT 2 Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Perkerasan Jalan Teknik Sipil Universitas Mercu Buana. Hasil pengujian ini dibandingkan dengan kriteria dan spesifikasi SNI.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Material Dasar 1. Agregat dan Filler Material agregat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari batu pecah yang berasal dari Tanjungan, Lampung Selatan. Sedangkan sebagian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai pengaruh variasi suhu pada proses pemadatan dalam campuran beton aspal yang dilakukan di Laboratorium Transportasi Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC DONNY SUGIHARTO NRP : 9321069 NIRM: 41077011930297 Pembimbing: TAN LIE ING, ST.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Aspal Beton Aspal Beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN JOB MIX FORMULA

BAB IV PENGUJIAN JOB MIX FORMULA BAB IV PENGUJIAN JOB MIX FORMULA 4.1 PEMBUATAN BENDA UJI 4.1.1. Tujuan Tujuan pembuatan benda uji ini adalah: a. Membuat sample yang nantinya digunakan dalam pengujian Marshall. b. Mengetahui cara pembuatan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN BERKALA PRODUK MINYAK BUMI TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH PERENDAMAN BERKALA PRODUK MINYAK BUMI TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN BETON ASPAL PENGARUH PERENDAMAN BERKALA PRODUK MINYAK BUMI TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN BETON ASPAL Disusun oleh : Orlando D. Sinaga NRP : 9621038 NIRM : 41077011960317 Pembimbing : Bambang Ismanto, Ir., M.Sc., Ph.D

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di 2 lokasi yaitu di ruas jalan Ketapang Labuan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di 2 lokasi yaitu di ruas jalan Ketapang Labuan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 2 lokasi yaitu di ruas jalan Ketapang Labuan Ratu meliputi pengambilan sampel perkerasan dan di Laboratorium Inti Jalan Raya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Aspal Beton Menurut Sukirman (1999) aspal beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran merata antara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Penelitian ini menggunakan agregat kasar, agregat halus, dan filler dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pengujian agregat ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium PT. Karya Murni Perkasa, Patumbak dengan menggunakan metode pengujian eksperimen berdasarkan pada pedoman perencanaan campuran

Lebih terperinci

Lampiran Perhitungan Pengujian Aspal

Lampiran Perhitungan Pengujian Aspal Lampiran Perhitungan Pengujian Aspal BERAT JENIS ASPAL (Spesific Gravity of Asphalt) Kelompok Jurusan Lokasi : Penelitian Tugas Akhir : Teknik Sipil : Politeknik Negeri Sriwijaya Tanggal : April 06 Penguji

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai pengaruh penggunaan polyethylene glycol 6000 dalam campuran beton aspal yang dilakukan di Laboratorium Transportasi Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian 1. Bagan Alir Secara General Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Perkerasan Jalan Teknik Sipil Universitas Mercubuana. Hasil pengujian ini dibandingkan dengan kriteria dan spesifikasi SNI.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Bina Marga Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton. Saringan Agregat Halus Dan Kasar, SNI ;SK SNI M-08-

DAFTAR PUSTAKA. 1. Bina Marga Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton. Saringan Agregat Halus Dan Kasar, SNI ;SK SNI M-08- DAFTAR PUSTAKA 1. Bina Marga. 1983. Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton ( LATASTON ). 2. Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian Dan Pengembangan PU, Standar Nasional Indonesia, Metode Pengujian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai penggunaan lateks pekat sebagai bahan tambah pada campuran aspal beton yang dilakukan di Laboratorium Transportasi Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal beton (Laston) sebagai bahan untuk konstruksi jalan sudah lama dikenal dan digunakan secara luas dalam pembuatan jalan. Penggunaannya pun di Indonesia dari tahun

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP: STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP: 9921035 Pembimbing: Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL

Lebih terperinci

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC) PENGGUNAAN LIMBAH BONGKARAN BANGUNAN (BATAKO) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS DAN FILLER PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASBUTON I Made Agus Ariawan 1 Program Studi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah.(1998):Pemanfaatan Asbuton untuk Lasbutag dan Latasbusir, Direktorat

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah.(1998):Pemanfaatan Asbuton untuk Lasbutag dan Latasbusir, Direktorat Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA Abdullah.(1998):Pemanfaatan Asbuton untuk Lasbutag dan Latasbusir, Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta. Ade I,Afnidas., Nugroho A, Alan.(2008):Studi Komparasi Antara Beton

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. pemeriksaan mutu bahan yang berupa serat ijuk, agregat dan aspal, perencanaan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. pemeriksaan mutu bahan yang berupa serat ijuk, agregat dan aspal, perencanaan BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian yang dilakukan melalui beberapa tahap, mulai dari persiapan, pemeriksaan mutu bahan yang berupa serat ijuk, agregat dan aspal, perencanaan campuran sampai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRTE-WEARING COURSE ABSTRAK

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRTE-WEARING COURSE ABSTRAK PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRTE-WEARING COURSE Dhita Novayanti NRP: 0421032 Pembimbing Utama: Ir. Silvia Sukirman. Pembimbing Pendamping: Samun Haris, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

Bab IV Penyajian Data dan Analisis 6 Bab IV Penyajian Data dan Analisis IV.1 Hasil Pengujian Sifat-Sifat Fisik Agregat Agregat kasar, agregat halus dan filler abu batu yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari mesin pemecah batu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian

Lebih terperinci

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji Abstract : Daerah Baturaja merupakan kawasan penghasil batu kapur yang ada

Lebih terperinci

Zeon PDF Driver Trial

Zeon PDF Driver Trial 44 Lampiran 1 Tanggal : 20 Mei 2002 No. Contoh : Agregat kasar Dikerjakan : Rully Rismayadi PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR SNI. 03 1969 1990 Berat benda uji kering oven BK 1.483,6

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN: PENGARUH JUMLAH KANDUNGAN FRAKSI BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS BERGRADASI HALUS Windy J. Korua Oscar H. Kaseke, Lintong Elisabeth

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA 4.1 Hasil dan Analisis Sifat Agregat 4.1.1 Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar Berikut adalah hasil pengujian untuk berat jenis dan penyerapan agregat kasar. Tabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan melalui beberapa tahap, mulai dari persiapan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan melalui beberapa tahap, mulai dari persiapan, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian yang dilakukan melalui beberapa tahap, mulai dari persiapan, pemeriksaan mutu bahan yang berupa serat sisal, agregat dan aspal, perencanaan campuran sampai

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall 98 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 2, 98-107, November 2012 Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall (Effect of Using

Lebih terperinci

JOB SHEET PRATIKUM KONSTRUKSI JALAN

JOB SHEET PRATIKUM KONSTRUKSI JALAN JOB SHEET PRATIKUM KONSTRUKSI JALAN Disusun oleh: JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN 2013 i KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASBUTON DAN LIMBAH BONGKARAN BANGUNAN (BATAKO) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS DAN FILLER I Made Agus Ariawan 1 Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT PPP DPU DKI Jakarta, Jakarta Timur dengan menggunakan system pencampuran aspal hangat dengan panduan metode

Lebih terperinci

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Penelitian Dari data yang didapat dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 PEMERIKSAAN MATERIAL 4.1.1 Agregat Agregat yang digunakan dalam penelitian ini adalah agregat Sudamanik. Untuk mengetahui kelayakan agregat ini agar dapat digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG ( LIMBAH BAJA ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERTAHAN SARINGAN / DAN 3/8 TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN AC-WC Afif Ghina Hayati INTISARI Semakin banyaknya industri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar. 1/2" (gram)

Lampiran 1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar. 1/2 (gram) 78 Lampiran 1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar Pemeriksaan 1/2" (gram) 3/8" (gram) No.4 (gram) No.8 (gram) Berat Benda Uji Kering Oven (Bk) 1494,2 1498,1 998,2 492 Berat Benda Uji Permukaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengujian tentang Analisis Kelayakan Material Quarry Liquisa Sebagai Bahan Campuran Lapis Aspal Beton (Laston) Dengan Metode Marshall yang di lakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Menurut Sukirman, (2007), aspal didefinisikan sebagai material perekat berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON JF Soandrijanie L 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl Babarsari 44 Yogyakarta Email: jose@staff.uajy.ac.id

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. 24 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. 2. Bahan campuran yang akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA 4.1 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras yang mempunyai nilai penetrasi 60/70, serat alam berupa sabut kelapa, Asbuton

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN Harry Zentino 1, Oktavianus Danny Sivananda 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Serat ijuk merupakan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PARAMETER MARSHALL BETON ASPAL STANDAR DENGAN BETON ASPAL HASIL PEMANASAN ULANG AMRI NOVRIANTO

STUDI PERBANDINGAN PARAMETER MARSHALL BETON ASPAL STANDAR DENGAN BETON ASPAL HASIL PEMANASAN ULANG AMRI NOVRIANTO STUDI PERBANDINGAN PARAMETER MARSHALL BETON ASPAL STANDAR DENGAN BETON ASPAL HASIL PEMANASAN ULANG AMRI NOVRIANTO 9721056 Pembimbing : V. HARTANTO, Ir., M. Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1 VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1 Dosen Pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana E-mail : agusariawan17@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pengujian Marshall dapat disimpulkan bahwa

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Agregat

Tinjauan Pustaka. Agregat 27 Tinjauan Pustaka Aspal Penetrasi 60 Agregat Material Produk Minyak Bumi: Bensin, olar, Minyak Tanah ifat Fisik ifat Fisik Gradasi Rancangan Campuran Kompaksi 2 x 75 Uji Marshall Kadar Aspal Optimum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan masyarakat dewasa ini telah berdampak kepada semakin tingginya permintaan akan jasa transportasi jalan raya. Tingginya permintaan akan jasa transportasi

Lebih terperinci

EVALUASI KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN ASPAL DENGAN DAMAR ASPAL (DASPAL) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

EVALUASI KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN ASPAL DENGAN DAMAR ASPAL (DASPAL) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT EVALUASI KARAKTERISTIK MARSHALL PADA AMPURAN ASPAL DENGAN DAMAR ASPAL (DASPAL) SEAGAI AHAN PENGIKAT Fieza Abraham Emha 1), Ary Setyawan 2), Niken Silmi Surjandari 3) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci