BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
|
|
- Yohanes Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahu merupakan kata serapan dari bahasa Hokkian (Tauhu) yang secara harfiah berarti kedelai yang difermentasi (Hermawan, 2013). Seperti halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso, tahu yang berasal dari negeri Tiongkok, di Indonesia merupakan makanan favorit yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena harganya yang relatif terjangkau. Selain itu, tahu merupakan makanan yang menyehatkan karena kandungan proteinnya yang tinggi serta mutunya setara dengan protein hewani. Tingginya kandungan protein disebabkan pada tahu terdapat asam amino yang memiliki daya cerna yang tinggi (85-98%). Selain memiliki kelebihan, tahu juga mempunyai kelemahan antara lain oleh karena kandungan airnya yang tinggi (86%) (Iskandar, 2009) akibatnya mudah rusak karena ditumbuhi oleh mikroba, sehingga umur simpan tahu tersebut pendek dimana daya tahannya rata-rata 1-2 hari pada kondisi suhu kamar (Suprihatin, 2010). Beragam cara digunakan untuk memperpanjang umur simpan tahu diantaranya dengan menyimpannya pada kulkas, diberi bubuk kunyit (Mulyadi, 1997), kayu manis (Lianti, 2010) sebagai pengawet alami dsb. Namun tidak jarang untuk memperpanjang umur simpan tahu, beberapa industri tahu telah menggunakan pengawet kimia yang berbahaya seperti formalin. Sebagai pengawet, formalin memang terbukti mampu memperpanjang umur simpan tahu, karena menurut Winarno (1978), perendaman tahu dalam larutan formalin 2% selama 3 menit, terbukti mampu memperpanjang umur simpan tahu sampai 4-5 hari, sedangkan tahu tanpa formalin dan hanya direndam dengan air mampu bertahan 1-2 hari. Berdasarkan hasil survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan tahu yang beredar dipasaran berformalin dengan ciri sebagai berikut, tahu yang bentuknya sangat kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan berbau menyengat (Suwahono, 2009). Data survei pada tahun 1993 saja menunjukkan bahwa di DKI Jakarta, 2 dari 7 pasar swalayan (29 %), dan 8 dari 14 pedagang 1
2 2 dipasar tradisional (57%) menjual tahu berformalin, dengan kadar 1,25% hingga 3,8 miligram per 100 gram tahu. Akibat maraknya kasus tahu berformalin ini baik pemerintah dan masyarakat telah banyak melakukan antisipasi diantaranya dengan mengidentifikasi tahu berformalin menggunakan metoda yang sederhana sampai dengan canggih. Metode sederhana yang selama ini masih dilakukan adalah dengan menggunakan human tester. Metode ini menggunakan panca indra manusia berupa mata, peraba dan penciuman untuk membedakan warna dan aroma tahu berformalin dan tak berformalin. Indera mata akan melihat bentuk fisik dari tahu, kemudian indera peraba (tangan) akan meraba bentuk tahu tersebut. Jika hanya berdasarkan warna semata maka tahu yang telah dicampur dengan formalin tidak jauh beda dengan tahu murni, namun jika diraba dengan tangan maka bagi orang-orang tertentu akan dapat merasakan kekenyalan tahu yang telah diberi formalin terasa padat dan keras (Pahrudin, 2006). Sedangkan berdasarkan aroma bagi orang-orang yang peka akan bau menyengat formalin dapat membedakan hal tersebut namun bagi orang-orang yang kurang peka sulit untuk membedakan tahu tersebut. Hal ini disebabkan karena pada tahu disamping memiliki kandungan senyawa tak menguap (non volatile) yaitu isoflavones juga mempunyai kandungan senyawa yang mudah menguap (volatile). Adapun senyawa volatile yang berperan di dalam mencirikan aroma tahu berupa senyawa heksanal, etanol dan 1-heksanol. Walaupun tester manusia sejauh ini dikatakan metode yang paling realistis untuk mendapatkan informasi aroma sampel tahu namun masih terdapat beberapa masalah antara lain standarisasi pengukuran (standarization of measurements), kestabilan (stability), bersifat subyektif (subjective) dsb. (Banerjee, 2011). Sebagai alternatif digunakan metode analitik kimia konvensional. Salah satu metode analisa kimia konvensional yang dapat menentukan kandungan formalin, boraks, dan zat pewarna berbahaya lainnya adalah metode spot test. Metode ini menggunakan reagent kit atau kit tester untuk menentukan bahan individu tertentu dan susunan dalam suatu campuran (Mahdi, 2008). Spot test pada senyawa organik dan anorganik dapat digunakan untuk menentukan bahan individu tertentu dan susunan dalam suatu campuran (Schenk, 1981). Walaupun hasil yang diperoleh dapat diketahui dengan baik, namun metode ini tidak dapat diterapkan secara langsung oleh karena masih
3 3 membutuhkan ahli untuk menganalisanya. Sedangkan instrumen-instrumen canggih lainnya yang memiliki kinerja yang sangat tinggi seperti HPLC (high performance liquid chromatography) (Zuo, 2002), GC (gas chromatography) (Togari, 1995) dan CE (capillary electrophoresis) (Horie, 1997) membutuhkan biaya yang besar dan memerlukan sesorang ahli untuk mengoperasikannya (Sinha, 2012). Oleh karena tahu memiliki aroma khas yang dibentuk oleh beberapa senyawa kimia dan formalin merupakan senyawa mudah menguap maka dibutuhkan sebuah instrumen yang dapat berfungsi sebagai tester untuk mengidentifikasi tahu murni dan tahu berformalin. Hadirnya teknologi biomimetik telah memunculkan sensor aroma yang memungkinkan untuk mengekstrak informasi dari sebuah sampel yang diberikan. Kemampuan dari sistem tersebut dapat menganalisa sampel yang memiliki komposisi yang kompleks sehingga dapat diketahui karakteristiknya dan analisa kualitatifnya. Ditinjau secara keilmuan sistem tersebut merupakan gabungan pengetahuan dari berbagai cabang ilmu dasar yaitu teknologi sensor, metode pengenalan pola (pattern recognition), kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan kemometrika (chemometric) (Ciosek dan Wroblewski, 2007). Prinsip dasar dari sistem electronic nose mengkombinasikan sinyal dari sensor non-spesifik (nonspecific) dan tumpang tindih (overlapping) dengan rutin-rutin pengenalan pola (pattern ricognition) (Rulcker, dkk, 2001). Tidak seperti metode analisis tadisional, sistem tersebut tidak memberikan informasi tentang sifat dari senyawa yang diselidiki, tetapi hanya memberikan sinyal pelacak digital (digital fingerprint) dari sampel, yang kemudian diselidiki dengan cara kemometrika (chemometric). Kemometrika adalah ilmu yang berkaitan dengan pengukuran pada sistem kimia yang diterapkan dengan menggunakan pendekatan matematika atau statistika. Penggunaan kemometrika berarti dapat diimplementasikan dengan menggunakan analisa multivarian yang didasarkan pada kenyataan bahwa sistem yang kompleks memerlukan banyak parameter sebagai penjelas dan banyak informasi yang dapat diambil dari sistem yang sedang dianalisis dengan pendekatan multivarian tersebut. Selain itu kemometrika terbukti mampu menangani sejumlah besar data yang dihasilkan dengan teknik analisis modern (modern analysis) dan telah berhasil
4 4 diterapkan pada data elektrokimia (electrochemical data) (Pravdova, dkk, 2002; Richards, dkk, 2002). Sedangkan penggunaan pengenalan pola pada kedua sistem ini tujuan utamanya ada dua hal pertama adalah reduksi data (data reduction) dan analisa struktur data (data structure analysis) berupa pengenalan pola tanpa pengawasan (unsupervised pattern recognition), atau kedua yaitu pemodelan data dengan model regresi dan klasifikasi berupa pengenalan pola terawasi (supervised pattern recognition) (Scott, dkk, 2006). Adapun penggunaan jaringan syaraf tiruan atau JST (artificial neural network) saat ini dianggap sebagai salah satu perangkat yang penting pada kemometrika (Zupan, 1994). Salah satu alasannya adalah kemampuan JST di dalam memecahkan permasalahan baik supervised dan unsupervised seperti pengelompokan (clustering), tanggap pemodelan kualitatif (Tang, dkk, 2006) dan kuantitatif (Gutes, dkk, 2005). Pada dasarnya cara kerja JST meniru aksi dari neuron jaringan biologis manusia, dimana setiap neuron menerima sinyal yang berbeda dari neuron tetangganya dan kemudian memprosesnya. JST biasanya bekerja dengan baik jika berhadapan dengan kondisi non-linier dimana terdapat ketergantungan antara masukan (input) dengan vektor keluaran (output) dan umumnya metode tersebut berhasil dengan baik untuk jenis kelas terpisah dengan batas non-linier (non-linier). Secara umum karena JST merupakan perangkat non parametrik dimana parameternya mempunyai kemampuan beradaptasi (seperti jumlah neuron, lapisan dan epoch), kebanyakan skema pembelajarannya membutuhkan pengujian untuk mengoptimalkan struktur modelnya (Scampicchio, dkk, 2008). Sensor aroma (electronic nose) adalah sebuah mesin yang dirancang untuk mendeteksi dan mendiskriminasi antara aroma yang kompleks menggunakan larik sensor. Larik sensor tersebut terdiri dari sensor-sensor aroma umum yang dapat digunakan untuk berbagai aroma sensitif dari bahan biologi atau kimia. Oleh sebab itu di dalam sensor aroma ini tidak menggunakan sensor yang sifatnya selektif hanya untuk sebuah unsur atau senyawa saja hal ini disebabkan karena aroma terdiri ratusan unsur dan senyawa sehingga pola sinyal yang ditangkap oleh sensor gas bersifat tumpang tindih (overlapping) (Lelono, 2013). Sebuah stimulus aroma ditangkap oleh larik sensor gas yang tak terseleksi ini menghasilkan sebuah
5 5 karakteristik sinyal lacakan (fingerprint). Pola atau sinyal lacakan dari aroma yang tidak diketahui ini selanjutnya dapat diklasifikasi dan diidentifikasi dengan mesin pengenalan pola cerdas yang merupakan bagian dari sistem sensor aroma elektronik terintegrasi. Sinyal respon dari larik sensor dikondisikan dan diproses melalui rangkaian elektronik yang sesuai dan kemudian keluarannya diumpankan ke mesin pengenalan pola cerdas untuk diklasifikasi, dianalisis dan diidentifikasi (Bhattacharyya, dkk, 2004). Penerapan sensor aroma telah dibanyak diimplementasikan di berbagai bidang produk makanan seperti minuman anggur (Garcia-Martinez, dkk, 2011), cola (Kermani, dkk, 2005), daging (Boothe dan Arnold, 2002), ikan (O Connell, dkk, 2001), kopi (Pardo dan Sberveglieri, 2002) dsb. Kemudian di bidang diagnosa medis (D Amico, dkk, 2008) dan pemantauan lingkungan (Sironi, dkk, 2007) dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, maka pada skripsi ini difokuskan penelitian untuk mengidentifikasi tahu berformalin dengan menggunakan electronic nose. Oleh karena sistem ini digunakan untuk mengidentifikasi tahu berformalin dan tak berformalin maka diperlukan sebuah komputasi yang handal untuk menganalisanya. Komputasi yang dimaksud berupa pengenalan pola berbasis JST jenis galat mundur (backpropagation). Model komputasi khusus ini diharapkan dapat melakukan identifikasi tahu berformalin seperti halnya human tester Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah belum adanya penelitian untuk mengimplementasikan sistem berbasis jaringan syaraf tiruan backpropagation yang dapat mengidentifikasi tahu murni dan tahu berformalin dengan menggunakan electronic nose Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Instrumen yang digunakan adalah electronic nose yang terdiri dari 5 sensor (TGS 2610, TGS 2620, TGS 2611, TGS 2602, dan TGS 2600) yang telah dibuat oleh Iswanto, 2014.
6 6 2. Instrumen yang digunakan adalah electronic nose dengan sistem udara terbuka berbasis larik sensor TGS (Tauguchi Gas Sensor). 3. Tahu formalin yang digunakan sebagai objek direndam pada larutan formalin berkadar 2%. 4. Semua sampel yang diuji tidak divalidasi dengan instrumen analitik standar seperti GC (Gas Chromatography) dan HPLC (High Performance Liquid Cromatography) Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merancang dan mengimplementasikan sistem berbasis jaringan syaraf tiruan backpropagation yang dapat digunakan untuk identifikasi tahu murni dan tahu berformalin berdasarkan pola aroma yang dihasilkan dari electronic nose. Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam mengidentifikasi tahu murni dan tahu berformalin. Dari model komputasi yang telah dikembangkan berupa JST-BP dengan parameter yang optimal dapat digunakan untuk mengidentifikasi tahu murni dan tahu berformalin Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah : 1. Studi Literatur Melakukan identifikasi masalah dari tema yang dilatarbelakangi oleh keadaan dan permasalahan dari pengenalan pola dengan mengamati kondisi saat ini, menganalisis berbagai permasalahan yang masih ada, dan mencari solusi atas masalah yang ditentukan. 2. Pengambilan dan pemrosesan data Pengambilan sampel dilakukan dengan mencari sampel tahu dari pabrik tahu, pasar serta pasar swalayan yang terdapat di sekitar Yogyakarta. Pengambilan dan pemrosesan data dilakukan dengan tujuan pengenalan aroma untuk mengidentifikasi tahu berformalin dan tahu tak berformalin dengan metode backpropagation.
7 7 3. Implementasi sistem Sistem yang telah dirancang lalu diimplementasikan dalam bentuk software pengolahan data tahu murni dan tahu berformalin, implementasi dari jaringan syaraf tiruan dan implementasi GUI. 4. Analisis Hasil Pada penelitian ini dilakukan juga analisis data dengan pengenalan aroma menggunakan jaringan syaraf tiruan yang terdiri atas proses pengenalan aroma melalui suatu pelatihan jaringan, kemudian proses pengujian jaringan menggunakan data perubahan voltase, sehingga dapat diketahui apakah proses pelatihan telah sesuai harapan atau belum. Dari proses ini dapat dilakukan evaluasi dan ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan Sistematika Penulisan Laporan penelitian ini terdiri dari tujuh bab, dimana isi dari setiap bab adalah : - BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berisi penguraian tentang latar belakang masalah yang diteliti, batasan masalah pada penelitian, tujuan penelitian, metode penulisan yang dilakukan serta sistematika penulisan laporan penelitian. - BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi penjelasan mengenai penelitian yang sesuai bidang yang telah diterapkan sebelumnya, serta menghubungkannya dengan penelitian yang akan dilakukan. - BAB III: LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang penjelasan dan dasar teori yang meliputi : dasar teori tentang tahu, Formalin, electronic nose, sensor bau, Jaringan Syaraf Tiruan dan backpropagation. - BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini berisi tentang prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Dan terdapat tekhnik penelitian yaitu cara yang spesifik
8 8 dalam memecahkan masalah tertentu yang ditemukan dalam melaksanakan prosedur. - BAB V. IMPLEMENTASI Bab ini berisi implementasi dari rancangan pada perangkat lunak. Implementasi sistem meliputi penggunaan JST-BP yang menggunakan tools dari Matlab. - BAB VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi pengujian dari sistem yang telah dibuat dan dilakukan pembahasan secara terperinci dari proses pengujian tersebut. Hasil dari pengujian ini akan didukung dengan gambar saat sistem dijalankan. - BAB VII: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan, serta memberikan saran untuk pengembangan sistem lebih lanjut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aroma terbentuk dari berbagai macam molekul dan zat yang mudah menguap. Hampir semua aroma merupakan campuran gas kimia komplek dan mengandung ribuan unsur, perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Dalam setiap harinya, manusia memerlukan protein untuk mencukupi kebutuhan tubuh. Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh disamping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aroma terbentuk dari berbagai macam molekul dan zat yang mudah menguap. Hampir semua aroma merupakan campuran gas kimia komplek dan mengandung ribuan unsur, perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata tahu berasal dari bahasa Cina yaitu tao-hu, teu-hu/tokwa. Kata tao/teu berarti kacang untuk membuat tahu, orang menggunakan kacang kedele kuning yang disebut wong-teu
Lebih terperinciIdentifikasi Tahu Berformalin dengan Electronic Nose Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation
IJEIS, Vol.6, No.2, October 2016, pp. 211~220 ISSN: 2088-3714 211 Identifikasi Tahu Berformalin dengan Electronic Nose Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Wida Astuti* 1, Danang Lelono 2,Faizah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Electronic nose (e-nose) adalah sebuah instrument yang digunakan untuk mendeteksi bau atau aroma.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Electronic nose (e-nose) adalah sebuah instrument yang digunakan untuk mendeteksi bau atau aroma. Sistem ini dibangun atas larik sensor gas yang dikenal dengan sistem
Lebih terperinci11 BAB I 12 PENDAHULUAN
11 BAB I 12 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negeri penghasil rempah-rempah seperti jahe, pala, merica, cengkeh dan kunyit. Selain rempah-rempah, Indonesia juga dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lidah merupakan salah satu indera manusia yang memiliki kemampuan untuk mengecap dan mengklasifikan rasa. Lidah manusia memiliki reseptor khusus yang dapat merespon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Teknologi pengindraan elektronik telah mengalami perkembangan dari masa ke masa. Pengindraan elektronik ini mengacu pada kemampuan reproduksi indra manusia menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Jeruk merupakan salah satu buah yang paling digemari di Indonesia. Selain karena rasa dan manfaat nutrisinya, jeruk juga digemari untuk menjadi buah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ikan merupakan makanan yang dikonsumsi di seluruh belahan dunia. Berdasarkan habitatnya ikan dibagi menjadi dua jenis, yaitu ikan air asin dan ikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan bahan makanan yang banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia. Tahu yang kaya akan protein, sudah sejak lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan kadar gula dalam tubuh penderita tinggi. Hal ini karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara baik atau terdapat
Lebih terperinciIDENTIFIKASI AROMA CAMPURAN (BLENDING) KOPI ARABIKA DAN ROBUSTA DENGAN ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN SISTEM PENGENALAN POLA
IDENTIFIKASI AROMA CAMPURAN (BLENDING) KOPI ARABIKA DAN ROBUSTA DENGAN ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN SISTEM PENGENALAN POLA Scent Identification with Electronic Nose Method on Arabica And Coffee Blending
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Salah satu masalah besar dalam kehidupan manusia adalah kerusakan akibat api. Salah satu kerusakan akibat api yang sering terjadi adalah kebakaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan Syaraf Tiruan (artificial neural network), atau disingkat JST menurut Hermawan (2006, hlm.37) adalah sistem komputasi dimana arsitektur dan operasi
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG. Skripsi
PERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG Skripsi Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan
Lebih terperinciPERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI
PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya air yang digunakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya air yang digunakan oleh pelanggan. Alat ini biasa diletakkan di rumah-rumah yang menggunakan penyediaan air
Lebih terperinciPAH akan mengalami degradasi saat terkena suhu tinggi pada analisis dengan GC dan instrumen GC sulit digunakan untuk memisahkan PAH yang berbentuk
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Poliaromatik hidrokarbon (PAH) adalah golongan senyawa organik yang terdiri atas dua atau lebih molekul cincin aromatik yang disusun dari atom karbon dan hidrogen.
Lebih terperinciPEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG
PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat
Lebih terperinciPREDIKSI KONSENTRASI INOKULUM DAN UMUR FERMENTASI PADA TEMPE MENGGUNAKAN LARIK SENSOR GAS DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN
PREDIKSI KONSENTRASI INOKULUM DAN UMUR FERMENTASI PADA TEMPE MENGGUNAKAN LARIK SENSOR GAS DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN Kamirul 1), Boni Pahlanop Lapanporo 1), dan Andi Ihwan 1) 1)Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak azasi setiap warga masyarakat sehingga harus tersedia dalam jumlah yang cukup, aman, bermutu,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia, yang termasuk kedalam jenis kacang-kacangan. Kacang turi merupakan jenis kacang-kacangan dari pohon turi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu merupakan sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi masyarakat dan hampir setiap hari dijumpai dalam makanan sehari hari. Di Cina, tahu sudah menjadi daging
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu bagian sistem biometrika adalah face recognition (pengenalan wajah). Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem biometrika merupakan teknologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manusia yang memiliki keunikan. Salah satu bagian sistem biometrika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh anggota masyarakat tanpa kecuali, merupakan konsumen pangan. Pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Oleh karena tingkat pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
Lebih terperinciPENDETEKSI JENIS TEH MENGGUNAKAN DERET SENSOR TIN OXIDE DAN NEURAL NETWORK
PENDETEKSI JENIS TEH MENGGUNAKAN DERET SENSOR TIN OXIDE DAN NEURAL NETWORK Saifun Nur 2206 100 146 Pembimbing : Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence sejak pertama kali
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence sejak pertama kali dikemukakan pada tahun 1956 di konferensi Dartmouth sampai sekarang
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA
MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan
Lebih terperinciSistem Pengenalan Aroma Teh Dalam Instrumen Penciuman Elektronik Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan
Jurnal Gradien Vol.8 No.2 Juli 2012 : 796-801 Sistem Pengenalan Aroma Teh Dalam Instrumen Penciuman Elektronik Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Suwardi Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya untuk aplikasi medis, industri, dan militer. keamanan dan keselamatan operator. Perangkat pendeteksi gas yang didesain
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan sensor gas telah berkembang dengan pesat, dimulai dengan pendeteksian keberadaan gas yang berada di lingkungan sekitar kita, seperti karbon dioksida,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun masyarakat patut berhati-hati dengan bahan makanan dalam bentuk olahan atau mentah yang sangat mudah didapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Minyak bumi (crude oil) adalah cairan kental berwarna coklat gelap yang diperoleh dari beberapa area dalam kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu adalah salah satu jenis makanan yang banyak digemari masyarakat Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan protein. Karena itu, tahu
Lebih terperinciKLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati
KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan primer bagi manusia, di Indonesia sendiri tersedia berbagai macam makanan yang salah satunya yaitu bakso.bakso adalah makanan yang banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Universitas Muhammadiyah Ponorogo merupakan salah satu universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang terdiri dari : 3 program studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak dan relatif murah harganya. Daging ayam mengandung 22 persen protein dan 74 persen air dalam 100 gram
Lebih terperinciPENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT
PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita dapat menemukan benda-benda di dunia ini seperti kayu, beton, air, udara, pensil, susu, kecap, balon dan yang lainnya. Dari bentuk wujudnya benda dapat dibedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biji nangka merupakan salah satu limbah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal, padahal biji nangka memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu karbohidrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan protein nabati dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tahu merupakan produk olahan kacang kedelai yang memiliki kandungan protein nabati dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Tahu atau tofu berasal dari daratan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saus Cabai Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode analisisnya berupa pemodelan matematika dan statistika. Alat bantu analisisnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saluran pencernaan (digestive tract) adalah tabung pencernaan yang terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, usus besar, rektum dan anus. Lambung merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh
Lebih terperinciAPLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU
APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU Suprihatin, Lucky Indrati Utami Progdi Teknik Kimia FTI UPN Veteran Jawa Timur RINGKASAN Dengan maraknya penggunaan formalin sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelancaran berkomunikasi radio sangat ditentukan oleh keadaan lapisan E
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelancaran berkomunikasi radio sangat ditentukan oleh keadaan lapisan E sporadis yang merupakan bagian dari lapisan ionosfer. Untuk mengetahui keadaan lapisan E sporadis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi terus berkembang sejalan dengan bertambahnya waktu, pemilihan makanan didasarkan pada kandungan gizi serta
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang semakin maju ini, teknologi telah memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari, sehingga kemajuannya sangat dinantikan dan dinikmati para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata adalah indra terbaik yang dimiliki oleh manusia sehingga citra (gambar) memegang peranan penting dalam perspektif manuasia. Namun mata manusia memiliki keterbatasan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah pertanian Penggunaan bahan pakan ternak yang umum digunakan sering menimbulkan persaingan, sehingga harga pakan tinggi. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mencari alternatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, sektor perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pola perekonomian yang ada di Indonesia juga berubah, dari yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan energi fosil yang ada di bumi semakin menipis. Bila hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan bahan alam yang mudah diperoleh dan dapat diupayakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah penghasil kelapa yang cukup besar di dunia. Kelapa merupakan bahan alam yang mudah diperoleh dan dapat diupayakan menjadi bahan yang mempunyai nilai
Lebih terperinciSTUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA
STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Artificial Neural Network atau jaringan syaraf tiruan merupakan bidang yang sangat berkembang saat ini. Pemanfaatan teknologi mesin dan computer yang tidak terbatas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Pengukuran Analog Jurusan Teknik Elektro Universitas Muria Kudus 3.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri patogen atau bakteri pembusuk. Kerusakan tersebut dapat diminimalir dengan penambahan bahan yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyerupai otak manusia yang dikenal dengan jaringan syaraf tiruan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi saat ini dapat dimanfaatkan untuk membantu dan menggantikan kelemahan-kelemahan manusia, salah satu bentuk dari kecanggihan teknologi tersebut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda antara manusia satu dengan yang lain. Manusia mengenali
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini teknologi pengenalan wajah semakin banyak diaplikasikan karena wajah merupakan suatu bagian tubuh manusia yang biasa digunakan sebagai pengenalan identitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk kedalam suku Zingiberaceae. Jahe dikenal dengan nama umum ginger atau garden ginger.
Lebih terperinciRANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON
RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON Liza Afriyanti Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam
Lebih terperinciJURNAL SAINS DAN INFORMATIKA
39 Fauzul Sains Amri, dan Jaringan Informatika Syaraf Vol.1 Tiruan (N0.1) untuk (2015): Memprediksi 37-43 JURNAL SAINS DAN INFORMATIKA Research of Science and Informatic e-mail: jit.kopertis10@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan asal ternak sangat dibutuhkan manusia sebagai sumber protein. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino yang dibutuhkan manusia
Lebih terperinciPENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK
PENGGOLONGAN & RUANG LINGKUP KIMIA ANALITIK KIMIA ANALITIK Cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan cara-cara melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan atau zat kimia. ANALISIS KIMIA Organik
Lebih terperinciPOSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :
Modifikasi Estimasi Curah Hujan Satelit TRMM Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Studi Kasus Stasiun Klimatologi Siantan Fanni Aditya 1)2)*, Joko Sampurno 2), Andi Ihwan 2) 1)BMKG Stasiun
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.
1 I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari- hari seringkali ditemukan uang palsu pada berbagai transaksi ekonomi. Tingginya tingkat uang kertas palsu yang beredar di kalangan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Machine learning (ML), bagian dari kecerdasan buatan (artificial
BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Latar Belakang Machine learning (ML), bagian dari kecerdasan buatan (artificial intelligence), merupakan metode untuk mengoptimalkan performa dari sistem dengan mempelajari data
Lebih terperinciNeural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network
Neural Network (NN) adalah suatu prosesor yang melakukan pendistribusian secara besar-besaran, yang memiliki kecenderungan alami untuk menyimpan suatu pengenalan yang pernah dialaminya, dengan kata lain
Lebih terperinciAPLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK IDENTIFIKASI AROMA TEH MENGGUNAKAN ELECTRONIC NOSE 1
APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK IDENTIFIKASI AROMA TEH MENGGUNAKAN ELECTRONIC NOSE 1 Joko Nugroho 2, Dwi Muryani 2, Sri Rahayoe 2, Nursigit Bintoro 2 Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan
TINJAUAN PUSTAKA Daging Kerbau Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan mempunyaikebiasaan berendam di sungai dan lumpur. Ternak kerbau merupakan salah satu sarana produksi yang
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. luar dan daging iga sangat umum digunakan di Eropa dan di Amerika Serikat
6 BAB II DASAR TEORI 2.1. Daging Sapi dan Daging Babi 2.1.1.Daging Sapi Daging sapi adalah daging yang diperoleh dari sapi yang biasa dan umum digunakan untuk keperluan konsumsi makanan. Di setiap daerah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Golongan A dengan kadar alkohol 1-5% 2. Golongan B dengan kadar alkohol 5-20% 3. Golongan C dengan kadar alkohol 20-55%
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi sekarang ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Alat alat dengan teknologi canggih telah banyak ditemukan seiring dengan kebutuhan manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tes potensi akademik merupakan tes potensi intelektual untuk akademik. Tes potensi akademik sudah banyak diterapkan hampir di seluruh universitas saat ujian penerimaan
Lebih terperinci2014 ESTIMASI BEBAN PUNCAK HARIAN BERDASARKAN KLUSTER TIPE HARI BERBASIS ALGORITMA HYBRID SWARM PARTICLE-ARTIFICIAL NEURAL NETWORK
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara yang memiliki jumlah populasi penduduknya besar dan perkembangan industrinya mengalami peningkatan, tentunya memiliki tingkat kebutuhan akan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aroma terdiri dari molekul yang masing-masing memiliki ukuran dan bentuk tertentu. Sedangkan senyawa atau molekul aroma yang dapat dideteksi oleh hidung manusia sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler
PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging broiler merupakan komoditas yang banyak diperdagangkan dan sangat diminati oleh konsumen karena merupakan sumber protein hewani yang memiliki kandungan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR MATAKULIAH SISTEM CERDAS KOMPETENSI JARINGAN SYARAF TIRUAN
PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR MATAKULIAH SISTEM CERDAS KOMPETENSI JARINGAN SYARAF TIRUAN Slamet Wahyudi 1, Anik Nur Handayani 2, Heru Wahyu Herwanto 3 1.2.3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang gurih. Selain itu ikan lele dumbo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pangan alami adalah bahan pangan yang berasal dari sumber hayati, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, dan diperuntukkan bagi konsumsi manusia. Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecerdasan buatan, kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian ilmu
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jaringan Syaraf Tiruan merupakan bagian dari sistem kecerdasan buatan, kecerdasan buatan merupakan salah satu bagian ilmu pengetahuan yang digunakan untuk menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Virus Influenza merupakan virus RNA yang termasuk dalam famili orthomyxoviridae, yang dapat menginfeksi unggas, mamalia dan manusia (Nidom, 2005). Berbeda dengan virus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu larutan akan menguap pada titik didih yang berbeda.
I.1 Latar Belakang Distilasi tidak diragukan lagi adalah unit operasi yang sangat penting dalam industri perminyakan. Distilasi atau penyulingan adalah suatu metoda pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan
Lebih terperinciKlasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan
JURNAL TEKNIK POMITS 1-7 1 Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Dhita Azzahra Pancorowati, M. Arief Bustomi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinci