LAMPIRAN. Menurut bapak sebuah film dianggap sebagai short movie itu kriterianya seperti apa?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAMPIRAN. Menurut bapak sebuah film dianggap sebagai short movie itu kriterianya seperti apa?"

Transkripsi

1 49 LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Bapak Gotot Prakosa Menurut bapak sebuah film dianggap sebagai short movie itu kriterianya seperti apa? Jadi kalau dalam film itu ada berbagai jenis. Ada yang namanya sport film. Sport film itu durasinya sangat pendek sekali durasinya detik. Yang kebanyakan kemudian kalau dalam aplikasi komersil menjadi sebuah iklan. Tapi di luar itu juga ada sebagai film A gitu. Orang juga membuat film pendek banget detik tetap sebagai karya seni. Maka kemudian bisa berkembang menjadi maksimal 1 menit. Karena komersil juga berkembangnya begitu kan? Komersil itu kebanyakan 1 menit malah sekarang berkembang bisa menjadi 2 menit. Kemudian dari sport film naik sedikit menjadi short film atau film pendek. Dulu tahun 40an yang disebut film pendek itu adalah film yang durasinya tidak lebih dari menit atau 1 jam. Itu yang bilang begitu adalah festival film Oberhausen. Festival film Oberhausen itu adalah festival film pendek dan dokumenter pertama yang diselenggarakan di Jerman. Dari sanalah film yang berdurasi 1 menit - 1 jam digolongkan sebagai film pendek. Karena itu merupakan dunia seni maka selalu ada kontroversi. Selalu diolah terus. Tidak mungkin seni itu mati dalam pengertian absolut. Seperti yang bapak bilang short movie itu kan durasinya cuma 1-60 menit. Menurut bapak apa saja tips atau cara supaya dalam waktu yang singkat itu kita dapat menyampaikan pesan? Dalam studi film itu bermacam-macam. Yang pertama kita memahami dulu bahasa filmnya atau film language itu dikuasai dulu. Karena film language itu dasar kita untuk bercerita. Close up, medium close up dan lain sebagainya itu fungsinya apa dan artinya apa. Itu dikenal dulu maka kemudian komposisi. Karena komposisi itu bahasa visual. Contohnya pan yang benar itu seperti apa. Dulu waktu saya masih belajar, pan yang

2 50 goyang-goyang itu kalau saya buat saya pasti dimarahin dosen. Tetapi begitu saya mengenal CNN mereka malah mengeksploitasi yang salah itu menjadi kebenaran. Nah masing - masing karena ada akademisinya, jadi mereka menciptakan gambar - gambar yang tadinya salah-salah itu memberi arti dan kemudian kita bisa belajar dari sana. Setelah kita mengenal bahasa visualnya baru kita melangkah membuat tentang skenario atau dalam animasi disebut storyboard. Tentunya ada strateginya, jika durasinya semakin pendek maka harus bisa menyampaikan pesan secara visual kepada penonton. Oleh karena itu harus punya strategi bagaimana membuat bahan yang sependek itu punya beban besar terhadap masyarakat. Cerita dalam film pendek tidak sama dengan cerita pada film panjang. Film pendek harus lebih banyak menggunakan simbol - simbol. Semakin banyak simbol - simbol, semakin banyak mengenal mitologi modern bahasa baru. Itulah yang digunakan dalam film pendek. Dengan demikian film pendek bukan hanya masalah durasi yang pendek, namun film pendek itu juga berarti menggunakan bahasa yang berbeda dengan film panjang. Karena film panjang memiliki durasi yang panjang jadi bisa banyak narasi, dialog dan lain sebagainya. Tidak mudah membuat film pendek. Semakin pendek durasinya harus semakin kuat berbicara masalah mitologi. Makanya membuat film iklan itu gajinya harus lebih besar daripada membuat film panjang. Di Indonesia juga sekarang sudah mulai begitu. Nah animasi bisa membantu memvisualkan seperti misalnya film Babe dimana karakter utamanya babi yang berbicara, itu tidak mungkin dikerjakan tanpa menggunakan teknik animasi. Bapak sendiri sering mengikuti festival film. Film pendek seperti apa yang biasa memenangkan festival film? Itu relatif. Yang menang itu kadang - kadang berbeda dari biasanya. Tapi yang terpenting sebetulnya kalian sadar membuat film pendek itu adalah panggilan hati kalian. Karena juri - juri itu sekarang mempunyai referensi yang bagus - bagus. Saya kenal beberapa juri festival film dari Jepang sampai Amerika. Mereka itu karena punya referensi yang bagus, mereka selalu mengenal film ini pasti idenya dari sini nanti hasilnya seperti apa. Yang terpenting panggilan hati kalian itu apa. Kalau kalian ingin membuat film yang juga berguna buat lingkungan sebetulnya membuat hal yang sangat sepele saja, hal yang suatu saat akan punah. Saya ambil contoh nenek. Nenek itu usianya

3 51 pasti pendek karena usianya sudah lebih dari 80 tahun atau mungkin 70 tahun. Kita tidak punya memori yang lebih dari itu. Kalau kita bisa membuat film tentang nenek kita yang sebentar lagi tidak ada dengan bagus dan semua yang melihat itu semua nanti bisa menangis karena mempunyai memori yang mungkin sama. Itu artinya pertama kita menyelamatkan memori itu. Yang kedua kita menghimbau kepada orang lain bahwa sesuatu itu segera akan hilang dan sebaiknya sebelum hilang kita lestarikan dulu. Kadang - kadang hal seperti itu berbeda dengan film - film yang lain apalagi kalau kita melihat tidak hanya sekedar nenek mungkin contoh lain yaitu penjual bakso. Sebentar lagi mungkin udah enggak ada. 4 tahun lagi mungkin bakso itu sudah tidak dijual dengan gerobak dan bunyi teng teng teng. Mungkin dijual pakai alat yang berbeda. Itukan sebetulnya termasuk romantisme. Jadi romantisme itu ingin sesuatu yang indah dalam pikiran kita terulang lagi. Kalau itu bisa kita lestarikan, atau kita buat itu menyelamatkan juga yang akan punah ini karena banyak seklai di dunia ini yang sebentar lagi punah bahkan juga bahasa lokal. Saya juga menyarankan pada teman - teman dan mahasiswa saya dari awal kalau kalian membuat film kebudayaan lokal atau objek di suatu tempat tertentu gunakan bahasa mereka jangan menggunakan lo gue seperti orang Jakarta. Nah karena itu kalian dalam membuat film, buatlah yang kalian suka kemudian menggunakan bahasa filmnya yang benar. Kalau bisa membuat perencanaan dulu. Perencanaan yang bagus itu 80% mendukung film itu bagus. Kalau kita bisa membuat perencanaan yang bagus dari ide diolah menjadi sinopsis, dari sinopsis kemudian diolah menjadi treatment kemudian menjadi skenario, dari skenario kemudian dikembangkan menjadi storyboard kemudian di design visual. Design visual itu mulai mementingkan detailnya seperti bajunya mau seperti apa, bahasa tubuhnya seperti apa, apakah dia gagap atau dan lain sebagainya, cara jalannya, caranya berbicara apalagi jika film tersebut menggunakan bahasa lokal. Contohnya jika orang sunda kalau menunjuk itu tidak menggunakan telunjuk tapi menggunakan jempol. Bahasa lokal dengan aturan dan tradisinya menciptakan gesture atau bahasa visual yang berbeda dengan daerah lainnya. Ini menjadi unik. Banyak yang membuat film atau animasi dengan konsep video visual dimana gambarnya sudah ada kemudian baru diisi suara. Berbeda dengan Walt Disney dimana mereka memahami konsep audio visual jadi mereka merekam suara dulu baru membuat gambarnya, karena suara lebih mudah diolah

4 52 jadi dalam konsep audio visual, suara itu dianimasikan terlebih dahulu karena jika menggunakan konsep video visual sering kali meleset dalam proses pengisian suara. Menurut Bapak apakah local content itu penting? Itu menurut saya sangat penting sekali karena local content itu adalah isi tentang yang sifatnya kelokalan. Makanya tadi saya tawarkan tentang penggunaan bahasa daerah. Jika sudah menggunakan bahasa lokal itu, tentu saja lokal kontennya terkait. Bahasa lokal itu nggak mesti bahasa yang paling baru. Kecuali kalau memang enggak bisa mendapatkan bahasa lokal lebih baik menggunakan bahasa Indonesia karena lebih mudah dimengerti dan melestarikan bahasa Indonesia. Karena lokal konten itu memberikan suasana kental, keperbedaan itu sangat penting untuk dilestarikan jangan sampai nanti seragam. Teknis mungkin bisa seragam karena teknis kita bergantung pada teknologi. Dan teknis menjadi patokan dalam pembuatan film. Tetapi masalah cerita, masalah mitologi itu ga boleh ngawur. Itu lokal kontennya. Makanya kita harus paham betul kalo buat cerita yang ada lokal kontennya. Kita harus tahu lokal konten apa yang harus ditanamkan. Di Jakarta dan di Bogor itu berbeda. Kita mengambil contoh yang sama misalnya cerita tentang asinan, asinan Jakarta dengan asinan Bogor itu beda. Cara membuatnya berbeda, rasanya juga berbeda. Mungkin bahan-bahannya juga berbeda. Yang satunya pakai timun yang satunya lagi enggak pakai. Nah ini yang membedakan lokal kontennya. Kenapa enggak sama nah ini yang perlu kita cari dalam cerita itu tadi. Lampiran 2 Hasil wawancara dengan Bapak Wahyu Aditya Menurut Bapak short movie itu apa? Menurut saya short movie itu film pendek. Secara tekniknya memang bebas tapi secara durasi memang pendek lalu ada yang bilang di bawah 30 menit sudah dikategorikan sebagai film pendek. Film pendek buat saya adalah merupakan lompatan medium yang lebih panjang tapi juga bisa berfungsi sebagai media yang memang dinikmati oleh orang-orang kaum urban yang sibuk seperti kita. Dimana kita membutuhkan konten-

5 53 konten yang cepat. Dan sesuatu yang cepat itu salah satunya bisa diakomodir melalui film pendek. Jadi kalau kita nonton di mobile phone itu lebih ideal film pendek daripada film panjang. Menurut bapak kriteria short movie yang baik itu bagaimana? Kriteria short movie yang bagus itu tergantung dari medium yang dipakai. Jika tolak ukurnya melalui festival film berarti harus yang disukai atau sesuai dengan selera para juri tapi kita bisa lihat masing-masing festival film memiliki juri yang karakteristiknya berbeda dan style short movie sendiri berbeda-beda. Ada yang animasi ada yang spesifik ke horor ada yang spesifik ke komedi dsb tapi di sisi lain mengkategorikan short movie yang bagus adalah dilihat dari audiencenya. Jaman sekarang kita bisa melihat tolak ukurnya dari jumlah viewer berapa banyak yang diperbincangkan di ranah media sosial, jadi lebih ke kuantiti penonton. Jadi menurut bapak short movie itu bukan hanya untuk festival tapi juga untuk penonton? Ya, karena short movie konsepnya susah berbeda sejak 10 tahun yang lalu. Pada era 2000an itu mediumnya masih didominasi festival dimana orang harus datang ke festival dulu baru bisa menikmati. Tapi kalau era sekarang kita sudah banyak medium baru yang lebih accessable dan orang tidak perlu membeli tiket ke festival tertentu tapi cukup lewat Iphone atau Youtube, Facebook dan lain sebagainya kita bisa menikmati konten. Jadi itu menjadi budaya yang baru. Bagaimana cara menyampaikan pesan dalam durasi yang singkat pada short movie? Yang saya lihat, saya sebagai pengelola festival hellofest yang saya lihat dari peserta adalah banyak yang seolah-olah memanjangkan film pendek. Jadi yang seharusnya pendek sengaja dipanjang-panjangkan. Nah itu yang biasa dilakukan oleh pemula. Jadi sebenarnya semakin pendek durasi film pendek, filmnya semakin bagus. Ada peserta yang membuat film berdurasi hanya 40 detik tapi ia bisa mengalahkan film pendek yang durasinya lebih panjang. Yang berdurasi 5 menit, 10 menit. Artinya yang penting

6 54 pesannya itu sampai tidak harus dipaksa untuk dipanjang-panjangkan kalau memang pendek. Menurut bapak film pendek yang bagus itu lebih baik menggunakan dialog atau tidak? Film pendek yang bagus itu menurut saya bukan dari segi teknis seperti itu tetapi dari segi memiliki dampak sosial yang besar atau tidak. Caranya bisa pakai dialog bisa juga pakai music, bisa pakai visual yang bagus tapi karya itu tetap bisa memberi inspirasi. Karena tidak semua film harus memiliki dialog tapi ada juga film yang butuh dialog untuk menjelaskan. Jadi kalau kita ngomong bagus tidaknya adalah film itu bagus ketika bisa memberi dampak. Karena film adalah medium untuk mengekspresikan sesuatu mengungkapkan ide dasar baru dan memberi inspirasi. Kalau di film itu tidak memberi nilai tambah kepada penontonnya menurut saya sia-sia saja menonton film tersebut. Sekarang kita lihat banyak sekali ada film-film yang ikut festival bahkan menang festival namun film tersebut memiliki pesan yang sulit dibaca oleh penonton awam. Menurut bapak bagaimana short movie yang seperti itu? Kembali lagi kepada karakteristik sebuah medium atau sebuah festival. Kita sebagai kreator harus paham dunia masing-masing festival. Saya pernah ke Berlin memperhatikan para nominator film pendek di sana. Standardnya jauh sekali dari yang ada di HelloFest. Di HelloFest memilih yang light, ringan, menghibur, tapi tetap memberi inspirasi. Di Berlin lebih berat, lebih kompleks, lebih rumit, lebih absurd. Jadi pada akhirnya masing-masing festival memiliki agenda yang berbeda-beda. Agenda entah itu edukasi atau memberi wawasan baru jadi itu kembali lagi ke festival dan kita juga bisa melihat di youtube misalnya banyak jenis-jenis film pendek ada yang light, ada yang absurd. Itu artinya kreator itu beragam jadi tidak bisa dibilang kalau festival film itu pasti yang berat-berat. Saya sudah mengamati beberapa festival film pendek, pada intinya memang beragam. Cuma memang flownya rata-rata yang dipilih itu adalah filmfilm yang nyeleneh yang berbeda, yang tidak terlalu mudah untuk dipikirkan. Kalau untuk bapak sendiri yang sering jadi juri pada festival film, bapak lebih senang memilih film yang seperti apa sebagai pemenang dalam festival?

7 55 Saya akan memilih film yang tidak semua peserta menggunakan gaya yang sama. Misalnya seperti di HelloFest. Tahun lalu banyak sekali film yang terlalu menonjolkan spesial efek. Spesial efek yang banyak dipakai itu adalah adegan tembak-tembakan. Saya bisa lihat itu sepertinya lagi ngetren di anak-anak yang baru bisa bikin film. Dia kepingin pamer bikin adegan tembak tetapi seperti asli. Itu ada puluhan. Artinya mereka kan hanya sekedar meniru penyampaian dimana hanya mengandalkan spesial efek yang mewah tanpa makna. Jadi yang saya lihat adalah membandingkan dari keseluruhan dan mencari sesuat yang beda dari film yang lain. Misalnya saya pernah memenangkan film karena dia membuat animasi dari 12 karung kancing disusun satu-satu dan menjadi visual yang menarik. Ada juga animasi yang dibuat dari cukilan kayu. Itukan kalau kita lihat dari ranah animasi yang sebagian besar mereka menggunakan 3D yang advanced, digital. Tapi ini berani membuat sesuatu yang beda. Ada juga yang bikin dari kapur. Ada yang cara berceritanya dibalik. Cara ngomongnya di rewind. Jadi buat saya festival adalah ajang mencari sesuatu yang cara penyampaiannya baru dan segar. Kalau pesertanya hanya meniru pemenang sebelumnya, dia tidak akan menonjol. Menurut bapak local content itu penting atau tidak dalam sebuah film? Local content itu yang dirindukan oleh penonton lokal. Tapi kalau saya amati konten yang bisa mencapai lapisan berbagai macam budaya adalah konten yang universal, yang mengungkapkan masalah-masalah universal. Ada seorang researcher mengamati konten yang sukses di dunia animasi adalah konten yang benar-benar pure dunia imajinasi. Dari Pokemon, One Piece itu dunia yang tidak ada korelasi dengan Jepang. Tidak ada budaya Jepang dimana berada di dunia fantasi. Ada orang yang bisa menerima. Tapi Indonesia diuntungkan dengan jumlah penduduk yang besar. Jadi otomatis mereka juga butuh suatu konten yang satu paham dengan mereka yaitu lokal. Kalau dalam festival film apakah dengan mengisi atau menambahkan local content akan menaikkan nilai film tersebut? Kalau berdasarkan juri, iya. Tapi kalau berdasarkan pilihan penonton bisa iya bisa tidak. Misalnya satu contoh, HelloFest ke-7 pemenang favorit penonton adalah anak-anak BiNus. Judulnya Marsol. Itu kalau kita lihat tidak ada konten lokalnya melainkan dunia

8 56 imajinasi seperti yang saya bilang tadi. Tapi ternyata itu pemenang pilihan penonton. Pemenang juri adalah yang benar-benar lokal. Jadi kita bisa lihat perbedaannya, publik butuh yang lebih sering mereka lihat. Juri melihat sesuatu yang baru yang memang kadang-kadang lebih rumit dan lebih berat. Hingga saat ini short movie apa yang paling bapak sukai? Yang saya sukai film saya sendiri. Bukan karena narsis tapi karena itu pasti akan dialami oleh kreator yang lain, dimana karir saya berawal dari film pendek. Buat saya ini adalah sesuatu yang membanggakan karena dari film pendek saya bisa berkarir, saya bisa mendapatkan pekerjaan, saya bisa membangun HelloMotion, semua berawal dari film pendek. Dan hal yang sama itu yang dialami oleh animator-animator lain. Tapi kalau saya disuruh memilih, film yang menurut saya fenomenal adalah film pendek yang judulnya "Tin Toy" yang dibuat oleh Pixar. Jadi itu adalah sebuah film pendek yang sangat sederhana yang membawa Pixar mendapatkan job dalam Toy Story. Jadi kita bisa lihat polanya semuanya berawal dari film pendek yang bisa mengantarkan ke film panjang. Film pendek adalah medium untuk eksperimen yang bisa memicu untuk projek-projek lainnya. Apa yang perlu diperhatikan agar film pendek khususnya short animation memiliki karakteristik tersendiri? Menurut saya sebuah karya itu pasti memiliki penontonnya sendiri. Tapi yang tidak diperhatikan oleh kreator adalah mereka menganggap setelah selesai render film mereka jadi. Padahal buat saya selesai render menjadi movie itu baru setengah jalan. Setengah jalan berikutnya adalah sampai enggak film ini pada penonton yang tepat. Nah itu yang biasanya tidak dipikirkan oleh kreator. Jadi kalau tidak ada yang nonton atau kalau yang nonton teman-teman kalian dan dosen-dosen kalian buat saya itu masih setengah jalan atau belum sukses. Jadi konten yang menarik, yang sukses adalah yang bisa menggrab penonton karena penonton buat saya adalah orang yang sibuk. Kita sebagai kreator harus bisa mencuri perhatian mereka dan itu tidak mudah. Apalagi penonton sekarang sudah diserbu dengan berbagai macam media. Setiap bangun pagi kita akan selalu melihat ratusan konten. Bagaimana kita bisa mencuri perhatian penonton.

9 57 Kalau dari semua jawaban bapak tadi kan banyak sekali ada pernyataan bisa tergantung juri atau festivalnya, kira-kira tips-tips apa yang menurut bapak untuk kami semua yang akan menempuh tugas akhir ini, short movie seperti apa yang setidaknya bisa menarik bagi dosen-dosen pembimbing kami yang berlaku sebagai juri juga untuk teman-teman yang akan menonton? Inilah yang harus kamu waspadai, yang harus diperhatikan adalah short movie itu hanya sebagai medium. Jadi kita membuat sebuah konten, artinya konten yang kamu buat harusnya bisa fleksibel. Contohnya bisa ke short movie, komik, music, novel, game dan lain sebagainya. Jadi kamu membuat konten yang multiplatform atau multimedia. Kalau kamu hanya menarik penonton melalui film pendek sedangkan konten lain itu dari berbagai macam media, seperti contohnya One Piece dari komik, animasi, merchandising, nah itu yang harus kamu pikirkan. Tapi kalau sekedar alasan nilai kamu harus mengerti selera dosen sebagai penilai tapi kembali lagi saya membuat film pendek, saya sudah tahu goalnya. Goalnya adalah minimal saya menang festival tingkat nasional. Nah ternyata terbukti selain saya menjadi best student di Sydney saya mendapatkan pekerjaan dari film pendek ini. Saya bisa memenangkan beberapa kompetisi nasional di Indonesia. Jadi yang saya buat adalah sesuatu yang diterima oleh dosen dan sesuatu yang diterima oleh publik. Artinya saya membuat konten yang tidak rumit tapi sangat aplikatif dan bisa diterima oleh masyarakat dan bisa menghibur. Karena untuk saya film pendek kategori komedi adalah kategori paling susah. Kamu membuat orang tertawa itu paling susah. Nah itu tantangan. Jadi kembali lagi alasannya seberapa jauh kamu ingin memberi impact dari filmmu, apakah sudah mempersiapkan dari awal apakah film ini akan menunjang karirmu. Karena film pendek ini akan berbicara sendiri dan akan memperlihatkan kualitasnya.

LAMPIRAN. Q : Menurut Bapak, apa itu Animasi Pendek? Q : Menurut bapak, animasi pendek yang bagus itu seperti apa?

LAMPIRAN. Q : Menurut Bapak, apa itu Animasi Pendek? Q : Menurut bapak, animasi pendek yang bagus itu seperti apa? LAMPIRAN Wawancara dengan Pak Gotot Prakosa Q : Menurut Bapak, apa itu Animasi Pendek? A : Animasi dari kata animare yang artinya memberi kehidupan, menghidupkan. Film animasi yaitu film yang dibuat dengan

Lebih terperinci

Wawancara Berikut hasil ringkasan wawancara dengan Gotot Prakosa dan Wahyu Aditya yang dikutip dari wawancara yang dilakukan oleh Raissa Christie:

Wawancara Berikut hasil ringkasan wawancara dengan Gotot Prakosa dan Wahyu Aditya yang dikutip dari wawancara yang dilakukan oleh Raissa Christie: Wawancara Berikut hasil ringkasan wawancara dengan Gotot Prakosa dan Wahyu Aditya yang dikutip dari wawancara yang dilakukan oleh Raissa Christie: Gatot Prakosa - Akademisi Apa itu animasi menurut Bapak?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 05. MEMBUAT CERITA KOMIK KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 2 Komik = Cerita + Gambar PENDAHULUAN Komik Intrinsik Ekstrinsik Jiwa Komik Tema Cerita Plot Penokohan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PERANCANGAN

BAB IV METODE PERANCANGAN BAB IV METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi Komunikasi Penulis akan memberikan beberapa pembagian sebagai berikut guna memperlancar komunikasi: 4.1.1.1 Fakta Kunci 1. Kurangnya informasi

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Walaupun Di dalam Cerita tersebut banyak dialognya penulis ingin membuat film animasi ini menjadi pantomin yang diiringi dengan lagu yang tepat, juga ceritanya diubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Edy Sedyawati dkk (2009:3) bahwa, seni media rekam atau yang sering disebut seni media.

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Edy Sedyawati dkk (2009:3) bahwa, seni media rekam atau yang sering disebut seni media. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni adalah salah satu sarana hiburan bagi masyarakat. Baik itu seni musik, seni rupa, seni tari maupun seni teater/ peran. Seiring dengan kemajuan zaman, seni juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid 2.1 Definisi Film BAB II LANDASAN TEORI Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN FILM ANIMASI 3D BERBASIS 2D MENGGUNAKAN TEKNIK CELL SHADING BERJUDUL THE POSTMAN STORY

PEMBUATAN FILM ANIMASI 3D BERBASIS 2D MENGGUNAKAN TEKNIK CELL SHADING BERJUDUL THE POSTMAN STORY PEMBUATAN FILM ANIMASI 3D BERBASIS 2D MENGGUNAKAN TEKNIK CELL SHADING BERJUDUL THE POSTMAN STORY Adindha Miftania D4 Komputer Multimedia, STIKOM Surabaya, email: dindambem@yahoo.com Film animasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari hiburan. Alasannya karena film adalah sebuah hiburan yang dapat dijangkau dari segala

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN ORISINALITAS BAB II METODE PERANCANGAN Dari beberapa video Motion Graphic yang ada seperti Dumb Ways to Die di produksi oleh McCann Melbourne, kental dengan karakter-karakternya yang unik. Sedangkan Video

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

AKTING UNTUK ANIMASI. Materi 5 STORYBOARD. Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG.

AKTING UNTUK ANIMASI. Materi 5 STORYBOARD. Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG. AKTING UNTUK ANIMASI Materi 5 STORYBOARD Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG. 1 Sejarah Storyboard Proses membuat storyboard, awalnya dikembangkan oleh studio Walt Disney pada awal 1930 Menurut John

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari 3.1 Metodologi BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari informasi lebih mendalam tentang eksistensi Ludruk sebagai seni tradisional.

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Gambar 2.1 Animasi Adab Berpakaian Sumber : Youtube Selama ini animasi 2D berbasis bitmap dengan konten adab - adab Islami yang beredar memiliki alur cerita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi menjadi semakin canggih. Salah satu perkembangan media informasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi menjadi semakin canggih. Salah satu perkembangan media informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi yang berkembang pesat pada era modern ini mendorong media informasi menjadi semakin canggih. Salah satu perkembangan media informasi yang paling pesat perkembangannya

Lebih terperinci

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI Ditulis oleh : Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi Pada 08 November 2015 publikasi film SMART? dalam screening mononton pada rangkaian acara Kampung Seni 2015 pukul 20.30

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Fakta Kunci 1. Mengangkat tema tentang merawat buku secara sederhana. 2. Banyak orang yang suka buku, tapi tidak terlalu familiar dengan cara merawatnya.

Lebih terperinci

PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA

PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA Oleh : Sutandi, ST, M.Pd Animasi merupakan gambar hidup yang digerakkan dari sekumpulan gambar, yang memuat tentang objek dalam posisi gerak yang beraturan. Objek tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah 14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film pendek yang berisi himbuan-himbauan atau larangan-larangan yang. menggunakan konsep visual yang berbentuk film.

BAB I PENDAHULUAN. film pendek yang berisi himbuan-himbauan atau larangan-larangan yang. menggunakan konsep visual yang berbentuk film. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di awal dekade millenium ketiga ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang demikian pesatnya sehingga menghasilkan inovasi inovasi baru seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film merupakan media massa yang digemari oleh masyarakat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. film merupakan media massa yang digemari oleh masyarakat di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia saat ini semakin pesat, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah film setiap tahunnya yang ada di Indonesia. Dalam website

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter animasi 2D sebagai media promosi sedang berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. Karakter animasi 2D sebagai media promosi sedang berkembang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter animasi 2D sebagai media promosi sedang berkembang di tahun 2014. Penggunaan karakter animasi tersebut bisa dalam bentuk pamflet, baliho, bahkan film. Di dalam

Lebih terperinci

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari segi visual berkualitas? Herman Effendy (Jurkam) : Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh apapun seperti yang di temui pada kehidupan sehari-harinya. besarnya investas dan rutinitas sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. oleh apapun seperti yang di temui pada kehidupan sehari-harinya. besarnya investas dan rutinitas sumber daya manusia yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Game animasi yang di tayangkan di internet banyak di senangi oleh banyak pemirsa, tidak hanya oleh anak-anak, tetapi juga orang dewasa. ini di karenakan game animasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di bidang seni, film merupakan suatu fenomena yang muncul secara spektakuler. Film merupakan cabang seni yang paling muda, tetapi juga yang paling dinamis

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi Komunikasi 4.1.1.1 Fakta Kunci 1. Biasanya, anak-anak tidak tertarik untuk mempelajari hal-hal yang ada di dalam text book, dan biasanya lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia luar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikis dan fisik yang saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku yang kompleks dan dinamis dalam setiap individu.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Perancangan Video Virtual Reality Gunung Tangkuban Perahu ini termasuk dalam lingkungan non-fisik, yaitu sebagai media penyampaian cerita dongeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu sarana hiburan bagi masyarakat. Baik itu seni musik, seni rupa, seni tari maupun seni teater. Seiring dengan kemajuan zaman, seni juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Musik dapat dikatakan sebagai bahasa universal. Musik merupakan sebuah hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik melalui unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1Strategi Kreatif 4.1.1 Fakta Kunci Banyak anak meniru sistem orangtua baik benar maupun kurang benar. Banyak orangtua yang kehilangan kepercayaan anak. Banyak anak yang kesusahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Film adalah salah satu bentuk media komunikasi dengan cakupan massa yang luas. Biasanya, film digunakan sebagai sarana hiburan yang cukup digemari masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TSI II Prigen ini merupakan Safari Park terbesar di Asia yang berlokasi di

BAB I PENDAHULUAN. TSI II Prigen ini merupakan Safari Park terbesar di Asia yang berlokasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman Safari Indonesia II Prigen Jawa Timur merupakan salah satu lembaga konservasi flora dan fauna terbesar di Indonesia. Hanya saja, permasalahan yang tampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara yang terkenal karena banyak hal, salah satunya adalah bidang hiburan. Baik budaya tradisional maupun modern yang dihasilkannya sering kali berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI BACKPACKER

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI BACKPACKER PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI BACKPACKER Edward Velwin Jovanca Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan no. 9, Kemanggisan, Jakarta barat 11480 edwardvelwin.social@gmail Ardiyan, S.Sn.

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN. A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN. A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Gambar3.1 Animasi Sejarah Komputer dan Sentra Kriya Animasi yang digunakan dalam video ini berfungsi

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Penyesalan seorang anak atas apa yang telah dilakukannya terhadap ibunya.

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Penyesalan seorang anak atas apa yang telah dilakukannya terhadap ibunya. BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Fakta Kunci Banyak orang tua yang salah dalam cara mendidik anaknya, sehingga seringkali membuat anak menjadi sangat nakal dan tidak sesuai dengan apa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan Film Pendek Passing note merupakan salah satu media Audio Visual yang menceritakan tentang note cinta yang berlalu begitu saja tanpa sempat cinta itu

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1. Strategi Kreatif 4.1.1 Fakta Kunci Fakta kunci yang akan diambil untuk melakukan proyek animasi ini: 1. Film e-learning yang menjelaskan tentang flight safety untuk para penumpang

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS FESTIVAL FILM PENDEK KEMARITIMAN 2017

PETUNJUK TEKNIS FESTIVAL FILM PENDEK KEMARITIMAN 2017 PETUNJUK TEKNIS FESTIVAL FILM PENDEK KEMARITIMAN 2017 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA 2017 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk mendapatkan pesan yang hendak disampaikan. Seseorang yang sedang membaca berarti berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Legenda Legenda yang dalam bahasa Latin disebut legere adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karenanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kehidupan adalah suatu proses yang dilalui oleh makhluk hidup sebelum mencapai batas kematian. Menurut Ir. I Ketut Gede Yudantara, kehidupan adalah anugerah sekaligus

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE (TOR) FESTIVAL FILM PELAJAR NASIONAL SUKABUMI MOVIE AWARD (SUKMA) TAHUN 2014

TERM OF REFERENCE (TOR) FESTIVAL FILM PELAJAR NASIONAL SUKABUMI MOVIE AWARD (SUKMA) TAHUN 2014 I. PENDAHULUAN TERM OF REFERENCE (TOR) FESTIVAL FILM PELAJAR NASIONAL SUKABUMI MOVIE AWARD (SUKMA) TAHUN 2014 Bertepatan dengan peringatan hari Pahlawan, bulan November tahun 2014, Kompetensi Keahlian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minat menonton animasi tradisional dalam bentuk 2 dimensi terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Minat menonton animasi tradisional dalam bentuk 2 dimensi terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Animasi sudah menjadi hiburan yang mendunia. Hampir setiap hari kita dapat menemukan tontonan animasi baik di televisi atau di bioskop. Setiap orang tentu membutuhkan

Lebih terperinci

Animasi Komputer. Oleh : Rio Widyatmoko, A.Md.Kom

Animasi Komputer. Oleh : Rio Widyatmoko, A.Md.Kom Animasi Komputer Oleh : Rio Widyatmoko, A.Md.Kom Tujuan Pembelajaran Siswa SMK Multimedia kelas XI semester ganjil mampu memahami pengertian animasi komputer Siswa SMK Multimedia kelas XI semester ganjil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Animasi berangkat dari fitur pada film, komedi situasi, iklan, website,

BAB I PENDAHULUAN. Animasi berangkat dari fitur pada film, komedi situasi, iklan, website, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Animasi berangkat dari fitur pada film, komedi situasi, iklan, website, telepon seluler, saat ini hadir dimana-mana. Animasi menurut Jill Nelmes (Nelmes, 2003) adalah

Lebih terperinci

Yudi Adha.

Yudi Adha. Yudi Adha yudiadha@yahoo.com Apa Itu Animasi? Animasi adalah susunan gambar diam (static graphics) yang dibuat efek sehingga seolah-olah tampak bergerak itulah yang disebut animasi ANIMASI Tulisan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media audio visual yang lebih dikenal dengan video klip.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media audio visual yang lebih dikenal dengan video klip. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat perkembangan industri musik, maka persaingan pun menjadi semakin lebih ketat dan jauh lebih sulit. Berbicara mengenai musik tak lepas dari dunia entertainment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknik CGI (Computer-generated imagery). Namun, jauh sebelum penggunaan CGI

BAB I PENDAHULUAN. teknik CGI (Computer-generated imagery). Namun, jauh sebelum penggunaan CGI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Perkembangan industri film pada era modern seperti sekarang ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang digunakan dalam proses produksi maupun pra-produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perfilman di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu. Film digunakan untuk memenuhi suatu kebutuhan umum yaitu. mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan atau kenyataan.

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu. Film digunakan untuk memenuhi suatu kebutuhan umum yaitu. mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan atau kenyataan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan film sekarang jelas tampak dengan penggunaan teknologi, dulu film hanya berupa gambar hitam putih dan bisu, lambat laun film pun berkembang sesuai

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN. Pembagian strategi komunikasi menurut Penulis adalah sebagai berikut :

BAB 4 METODE PERANCANGAN. Pembagian strategi komunikasi menurut Penulis adalah sebagai berikut : BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi Komunikasi Pembagian strategi komunikasi menurut Penulis adalah sebagai berikut : a. Fakta Kunci 1. Cerita kisah dan pengorbanan seorang laki

Lebih terperinci

TUGAS MID TERM Kritik Populer pada Film Dokumenter Wabah Gadget

TUGAS MID TERM Kritik Populer pada Film Dokumenter Wabah Gadget TUGAS MID TERM Kritik Populer pada Film Dokumenter Wabah Gadget Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kritik Televisi & Film Dosen Pengampu : Citra Dewi Utami, S.Sn., M.A Disusun oleh : Muna Rif atil Akhlaq

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah mulai mengantisipasi perfilman animasi. Media periklanan

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah mulai mengantisipasi perfilman animasi. Media periklanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan animasi saat ini sudah merambat ke area produksi yang lebih baik dan dinikmati oleh segala kalangan. Acara televisi, bioskop, majalah dan radio juga sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra saja. Karena perkembangan teknologi bahkan sudah masuk ke dunia multimedia (diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Obesitas Obesitas atau kegemukan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya penumpukan lemak tubuh yang melebihi batas normal. Penumpukan lemak tubuh berlebihan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Naskah Wawancara Vera Hermawan (Dosen Filmologi) 1. Apakah Bapak sudah menonton film Jerusalem 2013?

LAMPIRAN. Naskah Wawancara Vera Hermawan (Dosen Filmologi) 1. Apakah Bapak sudah menonton film Jerusalem 2013? LAMPIRAN Naskah Wawancara Vera Hermawan (Dosen Filmologi) 1. Apakah Bapak sudah menonton film Jerusalem 2013? Sudah 2. Bagaimana pendapat Bapak mengenai film Jerusalem 2013? Menurut saya tentang film ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Film saat ini bukanlah menjadi hal baru dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Film saat ini bukanlah menjadi hal baru dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Film saat ini bukanlah menjadi hal baru dalam kehidupan masyarakat, bahkan telah mendunia. Di Industri Film Lokal, berbagai jenis film sudah merebak, mulai dari genre

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Di jaman modern ini, masyarakat dapat dengan mudah dan menerima suatu informasi dari berbagai media massa. Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang sudah semakin maju ini, perkembangan teknologi dan komunikasi membuat semua lapisan masyarakat dunia mengikuti perkembangan tersebut dan menjadikan mereka

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Penggabungan live shot dan animasi pada film pendek yang berjudul ABIMANYU ini berfungsi sebagai alat media komunikasi visual tentang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( )

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( ) ABSTRAK Indonesia memiliki banyak kebudayaan, tradisi, dan adat istiadat yang tidak banyak diketahui oleh generasi muda. Budaya dan tradisi yang dipercaya turun temurun dan merupakan identitas bangsa harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam animasi, environment memainkan peranan penting dalam menciptakan suasana dalam cerita, melalui penggambaran dan pewarnaan yang tepat, mampu mengomposisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informatika yang berkembang dikalangan masyarakat pada saat ini, dunia hiburan untuk masyarakat luas dan khususnya untuk anak-anak dapat dikatakan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang biasanya didominasi oleh orang-orang pengonsumsi film

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang biasanya didominasi oleh orang-orang pengonsumsi film BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia yang biasanya didominasi oleh orang-orang pengonsumsi film animasi, kini mulai merambah muncul banyak animator yang memproduksi animasi. Hal ini dibuktikan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM PENDEK MALIN KUNDANG

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM PENDEK MALIN KUNDANG PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM PENDEK MALIN KUNDANG Vicky Willyani Syah Putri 087782035055,vqiechildish@yahoo.com Vicky Willyani syah Putri, Dermawan Syamsuddin, S.Sn ABSTRAK Kata kunci Malin

Lebih terperinci

Produksi AUDIO VISUAL

Produksi AUDIO VISUAL Modul ke: Produksi AUDIO VISUAL Storyboard Shooting board Dorector board Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pendahuluan: Storyboard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang 1.1.1. Latarbelakang Pengadaan Proyek Perkembangan negara Jepang yang sangat maju dalam waktu yang singkat merupakan titik pandang tersendiri baik bagi dunia Barat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang padat akan aktifitas membutuhkan hiburan dan informasi yang cepat, mudah dan murah. Ketat dan pesatnya persaingan dalam industri televisi khususnya

Lebih terperinci

BAB I. dalam dialog komik membuat pembaca secara langsung mampu. mengintepretasikan gambaran perasaan yang sedang di alami tokoh.

BAB I. dalam dialog komik membuat pembaca secara langsung mampu. mengintepretasikan gambaran perasaan yang sedang di alami tokoh. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran komik dalam ranah komunikasi dan seni visual sudah bukan menjadi hal yang asing. Komik merupakan bentuk komunikasi visual yang memiliki kekuatan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Film Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Komunikasi 4.1.1 Fakta Kunci 1. Bagaimana membuat animasi edukasi yang menarik mengingat banyaknya anak muda yang lebi menyukai animasi yang tidak bersifat edukasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film di berbagai belahan dunia, termasuk bangsa ini. Produksi film menjadi sangat mudah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini membuat film animasi 3D ( tiga dimensi) action dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini membuat film animasi 3D ( tiga dimensi) action dengan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tugas Akhir ini membuat film animasi 3D ( tiga dimensi) action dengan menggunakan teknik compositing visual effect yang berjudul The Cambo dengan tujuan animasi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi komunikasi 4.1.1.1 Masalah yang akan dikomunikasikan Bagaimana membuat animasi film pendek Rumah Makan Joko & Tito bisa disukai penonton dan

Lebih terperinci

BAB V. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB V. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam dunia Desain Komunikasi Visual peranan concept art sangatlah dibutuhkan dalam proses mewujudkan ide kreatif ke dalam berbagai Produk Desain Komunikasi Visual itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Budaya antre dalam kehidupan masyarakat di dalamnya sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Budaya antre dalam kehidupan masyarakat di dalamnya sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antre atau yang lebih kita kenal dengan sebutan antre berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berdiri berderet-deret memanjang menunggu untuk mendapat giliran

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI PENDEK BRAVE TOY SOLDIER. Reyhan. Jl. Pasar no 22/24, Bogor

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI PENDEK BRAVE TOY SOLDIER. Reyhan. Jl. Pasar no 22/24, Bogor PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI PENDEK BRAVE TOY SOLDIER Reyhan Jl. Pasar no 22/24, Bogor 083819034579 reyhanwithsmile@yahoo.com ABSTRAK Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI 1.1.1. Judul Perancangan Dalam pemberian suatu judul dalam perancangan dapat terjadinya kesalahan dalam penafsiran oleh pembacanya, maka dari itu dibuatlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari lahirnya berbagai macam sastra yang tentu tidak terlepas dari peran

Lebih terperinci

3. Syarat ketentuan lomba

3. Syarat ketentuan lomba Rulebook :Short Movie 1. Deskripsi Film Pendek / Short Movie adalah sebuah karya audio-visual yang berdurasi pendek dan bercerita dengan singkat. Satu situasi yang terjadi dalam kehidupan tokoh atau subyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Film merupakan suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari hari, film memiliki

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke: 13 Fakultas FIKOM Mata Kuliah - Advertising Project Management- Eksekusi Konsep Kreatif Periklanan (1) Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Tujuan penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan salah satu unsur utama dalam segala kegiatan kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Komunikasi sangat erat kaitannya dengan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman ilmu komunikasi dan teknologi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman ilmu komunikasi dan teknologi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman ilmu komunikasi dan teknologi dalam kehidupan manusia saat ini, media komunikasi yang paling banyak digunakan oleh seseorang

Lebih terperinci

MENULIS ITU BERCERITA!

MENULIS ITU BERCERITA! SERI JURNALISME DESA MENULIS ITU BERCERITA! Menulis itu (terasa) sulit. Demikian komentar banyak orang ketika mereka harus menulis. Benar kah demikian? Atau barangkali itu hanya pikiran kita saja? Sebelum

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Short Movie ( Youtube) Short Movie ini menceritakan bagaimana kehidupan seorang anak yang baru ditinggalkan oleh ibunya dan seorang ayah yang ingin anaknya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sajian teknisnya kepada masyarakat umum. 3 Film adalah sebuah karya cipta

BAB I PENDAHULUAN. dan sajian teknisnya kepada masyarakat umum. 3 Film adalah sebuah karya cipta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar khalayak. Batasan komunikasi massa ini lebih menitikberatkan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Produk 2.1.1 Buku Dongeng / Cerita Rakyat Indonesia Berdasarkan pada kajian dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Definisi Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan adalah seni yang merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sangat tua keberadaannya. Salah satu bentuk kesusastraan yang sudah lama ada di Indonesia

Lebih terperinci

PENCIPTAAN FILM ANIMASI TANPA DIALOG DAILY LIFE WITH CAT

PENCIPTAAN FILM ANIMASI TANPA DIALOG DAILY LIFE WITH CAT PENCIPTAAN FILM ANIMASI TANPA DIALOG DAILY LIFE WITH CAT TUGAS AKHIR untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi D-3 Animasi Disusun oleh: YADIKA ALIYUDIEN NIM 1300053033

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perfilman Indonesia pada saat ini adalah kelanjutan dari tradisi tontonan rakyat sejak masa trandisional, dan masa penjajahan sampai masa kemerdekaan.film adalah

Lebih terperinci