BAHAN DAN METODE. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu. percobaan agronomis kemudian dilanjutkan dengan percobaan

Transkripsi

1 BAHAN DAN METODE Tempat dan Wakt u Penel i t i an Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu percobaan agronomis kemudian dilanjutkan dengan percobaan nut risi di laboratorium, Percobaan agronomis dilakukan di kebun percobean Sub Balai Penelitian Ternak Gowa, yang terletak sekitar 30 km dari Ujung Pandang i bukota Propinsi Sulawesi Selatan, dengan posisi 5'1 1 LU dan 11 9' 30'BT pada ket inggian 28 m di atas permukaan 1aut. Situasi iklim 1okasi penelitian telah dilaporkan oleh Oldeman dan Syarifuddin (1977), yaitu panjang musim basah dan kering sedikit bervariasi setiap tahun, namun lamanya musim hujan berkisar 3-4 bulan sedang musim kemarau berkisar 3-5 bulan. Suhu maksimum/minimum rat a-rat a berki sar 32/22O~ dan sedi ki t perubahan setiap tahunnya, sedangkan kelembaban relatif umumnya yang tinggi 91% pada musim hujan dan 81% pada musim kemarau (Tabel Lampiran 1). Topografi datar dan tipe tanah alluvial dengan ph 6 serta drainase yang baik (Mc Leod, 1984, t i'dak dipubl ikasi ). Percobaan aspek nut r i s i yai t u mengamat i kecernaan bahan kering dan organik secara in vitro serta mengukur laju degradasi bahan kering dan organi k secara in sacco dilakukan di Balai Penelitian Ternak Ciawi. Keseluruhan

2 penel it ian ini berlangsung selhma setahun yang dimulai November 1993 sampai Juni Bahan dan alat Pada penelitian agronomis digunakan dua jensi legumi- nose yai tu F7emingia congesta dan Desmodium rensoni i, t anaman pangannya ada? ah j agung ( Zea mays L..) var i et as Arjuna. Untuk pembersihan dan pemotongan t anaman digunakan cangkul, parang dan sabit, timbangan, meteran kayu, kantong plast i k, kertas, alat-alat tul is serta, pupuk urea, TSP dan KC1. Pada percobaan nut ri si di gunakan a1 at-alat sepert i penggiling sampel, oven, "water bath" desikator, cawang porselin, termos, pipet, kain muslin, generat or, sent ri fus, tanur 1 ist ri k untuk pengabuan, tabung reaksi, gel as ukur, sedangkan bahan-bahan kimi a unt uk anal isi s in vitro adalah larut an buffer (NaZHPO, NaHC03, NaCL, MgC12, CaCl2), air bebas ion, pepsin dan cairan rumen. Percobaan I Tuiuan Percobaan. Percobaan agronomis bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola tanam tumpangsari F. congesta dan D. rensonii dengan tanaman jagung terhadap produksi hi jauan dan produksi jagung pi pi lan.

3 Rancangan Percobaan. Percobaan ini menggunakan ran- cangan petak terbagi pola faktorial dengan t iga ulangan. Faktor pertama yang di tempat kan pada pet ak ut ama adalah jarak tanam leguminose dan lari kan tanaman jagung yakni : J1 : Jarak tanam 120,cm / satu larikan tanaman,i, jagung, J2 : Jarak tanam 180 cm / dua lari kan tanaman jagung J3 : Jarak tanam 240 cm / t iga larikan tanaman jagung Faktor kedua yang di tempat kan pada anak petak adalah jenis tanaman yang terdiri dari tiga macam yakni : S1 : Tanaman Flemengia congesta S2 : Tanaman Desmodium rensonii S3 : Tanarnan Flemengia congesta + Desmodium rensonii adal ah, Model statist i k rancangan petak terbagi tersebut dengan keterangan, = Pengamatan pada blok ke-k pada species (S) "Ik i jaraktanam(j)ke-j U = Rataan umum

4 Kk = Pengaruh blok ke-k,' k = 1, 2, 3 Si = Pengaruh species ke-i,. i = 1, 2, 3 Gik = Pengaruh galat pada species ke-i dan blok ke-k j SJij = = Pengaruh jarak tanam ke-j Pengaruh interaksi species ke-i dan species ke- j Gijk = Pengaruh galat pada blok ke-k, species ke-i dan jarak tanam ke-j Untuk membedakan antara perlakuan maka digunakan Uji Berganda Duncan. Pelaksanaan. Areal yang digunakan untuk penelitian agronomis terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa t anaman pengganggu, kemudi an diol ah hingga bersi h. Bi bi t 1 egumi nose yang akan di gunakan sebel umnya di semai kan pada kantong plastik yang berdiameter 12 cm dan telah diisi tanah dari sekitar lokasi penelitian. Pada bulan Oktober bi bi t leguminose ditanam di kantong plast ik hingga berumur satu bul an 1 alu di pindahkan ke plot percobaan pada bul an Desember Tiap plot ditanami tiga larikan leguminose yang se jenis atau campuran perlakuan dengan jarak t anam dalam larikan 20 cm dan antara larikan masing-masing 120 cm, 180 cm dan 240 cm.

5 Pemotongan seragam leguminose dilakukan pada tanggal 10 Mei 1993 setelah kondisi tanaman telah stabil dan tingginya mencapai lebih 100 cm di atas permukaan tanah, kemudian pemotongan selanjutnya set iap interval 6 minggu. Setelah dilakukan tiga kali pemotongan untuk tanaman 1 egumi nose, sel an j ut nya pad@ t a~ggal 27 November 1993 jagung ditanam di antar berjsan leguminose, dengan jarak tanarn antara lari kan 60 cm dan dalam lari kan 20 cm, serta jarak tanam antara larikan jagung dengan leguminose adalah 60 cm, sehingga setiap jarak tanam leguminosa masing- masing terdiri dari 1 baris jagung untuk jarak 120 cm, 2 baris jagung untuk jarak tanam 180 cm dan 3 baris jagung untuk jarak tanarn 240 cm. Pada saat yang bersamaan pada plot yang -lain juga ditaman jagung yang tanpa tanaman lguminose, yaitu pola tanam yang sama hanya larikan leguminose dikosongkan (tidak ditanami jagung). Letak plot percobaan dapat di 1 i hat pada Lampi ran 2. Pengambi lan sampel hi j auan tanaman jagung di lakukan pada saat bi j i jagung muda sudah dapat dikonsumsi yaitu pada tanggal 16 Februari 1994, sedangkan untuk me1 i hat produksi jagung pipilan maka sebagian tanaman disisihkan dan di panen pada saat masak 'fisiologis. Pemberian pupuk NPK pada tanaman jagung diberikan bersamaan pada saat tanam dengan dosis 200 kg ha-' urea, 200 kg ha'' KC1 dan TSP 60 kg ha-'. Untuk pupuk urea hanya diberikan sepertiga dari

6 dosi s yang digunakan, karena untuk selan jutnya di harapkan ada suplai dari tanaman leguminose.. Pengamatan Agronomis. Pengamatan agronomis yang di 1 akukan t erhadap t anaman 1 egumi nose maupun t anaman jagung meliputi, (1) tinggi tanaman leguminose sebelum pemotongan, (2) produksi hijauan leguminose dan tanaman jagung, (3) tinggi tanaman jagun'g sebelum panen, (4) tinggi tongkol dari permukaan tanah (5) hasil jagung pi pi lan, (6) indeks bi ji pi pi lan. Untuk mengetahui kondisi tanah pada lokasi penel it ian maka di lakukan pengambi Ian sampel tanah sebanyak 2 kali yaitu pada saat sebelum, dan setelah penel it ian berakhi r yang hasi lnya terl i hat pada Tabel Lampiran 12, 13 dan. Setiap pemotongan tanaman leguminose akan diambi 1 sampel dari 10 pohon tanaman yang berasal dari larikan tengah tiap plot, sampel tersebut akan dikeringkan dalam oven dengan suhu 80'~ selama 48 jam unt uk menent ukan bobot keri ngnya. Tanaman jagung j uga diambi 1 10 pohon dari masing-masing plot dari pola tanam t umpangsar i. Percobaan I1 Tuiuan Percobaan. Percobaan ini bertu juan untuk mengetahui degradasi bahan kering (DBK), degradasi bahan

7 organik (DBO) dan laju degradasi bahan organik (LDBO), dari sampel yang diperoleh dari percobaan di lapangan. Rancangan Percobaan. Percobaan ini menggunakan ran cangan percobaan petak petak terbagi pola faktorial. Faktor pertama dan kedua masih tetap jarak tanam legumi- nose dan jenis leguminose dan campuran, sedangkan yang...>,' menjadi faktor ke tiga adalah waktu inkubasi yang ditem- patkan sebagai anak-anak petak dan terdiri atas empat macam yakni : W1 : Waktu inkubasi 0 jam W2 W3 W4 : Waktu inkubasi 12 jam : Waktu inkubasi 36 jam : Waktu inkubasi 48 jam Model st at i st i k rancangan percobaan pet ak pet ak t erbagi t ersebut adalah; dengan ket erangan, 'i jk1 = Pengamatan pada blok ke-k, species ke-i, jarak tanam ke-j dan waktu inkubasi ke-1 U = Rataan umum

8 Kk i Gik j (SJIi = Pengaruh blok ke-k = Pengaruh species ke-i = Pengaruh galat jenis leguminose ke-i dan blok ke-k = Pengaruh jarak tanam ke-j = Pengaruh Interaksi species ke-i dan jarak t anam ke- j Gi jk = Pengaruh galat blok ke-k, species ke-i dan j arak t anam.ke- j. *.>.I. w1 = Pengaruh waktu inkubasi ke-1, 1 = 1, 2, 3, 4 4' (Sw) (Jw)jl (SJW)ijl = Pengaru Interkasi species ke-i dan waktu inkubasi ke-1 = Pengaruh interaksi jarak tanam ke-j dan waktu inkubasi ke-1 = Pengaru interaksi species ke-i, jarak tanam ke-j dan waktu inkubasi ke-1 Untuk membedakan antara perlakuan digunakan Uji Berganda Duncan. Untuk mengukur degradasi bahan kering dan bahan organi k di gunakan metode kantong ni lon menurut Orskov dan McDonald (1979) yang rumusnya adalah, dengan ket erangan, Pt = bahan kering atau bahan organik setelah diinkubasi selama t jam (g) Po = bahan kering atau bahan organik awal sebelum inkubas.i (g)

9 c = laju degradasi bahan kering atau bahan organik (f raksi/jam) t = lamanya bahan diinkubasi dalam rumen (jam) Pelaksanaan. Untuk pengujian kantong nilon digunakan tiga ekor ternak sapi yang berfistula. Ternak tersebut di beri kan rumput gajah (Penniset ium purpureum) secara ad libitum yang sebelumnya diberikan konsentrat sebanyak 2 kg ekoi per hari pada 'pagi hari, dan ajr minum tersedia terus menerus. Bahan sampel yang telah dikoleksi dari 9 kombinasi perlakuan dan telah digi 1 ing, diambi 1 sebanyak lima gram, kemudian dimasukkan dalam kantong nilon yang sebel umnya telah di t imbang untuk mengetahui bobotnya. Ujung kantong di i kat dengan karet 1 alu di i kat kan pada tal i yang akan dimasukkan dalam rumen (Gambar 2). Kantong yang telah siap diinkubasi di masukkan dalam rumen ternak yang telah siap. Periode inkubasi yang diperlukan adalah 0, 12, 36 dan 48 jam. Setelah mencapai waktu yang telah ditentukan maka kantong tersebut dikeluarkan dan dicuci dengan ai r mengal ir sampai ai rnya bersih. Kantong selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 55-70'~ sampai bobotnya konst an. Bahan kering yang t erdegradasi adalah sel i si h antara bahan kering sebelum inkubasi dengan bahan kering setel ah inkubasi. Untuk mengukur laju degradasi bahan organi k sampel tersebut diabukan dalam tanur 1 ist rik pada suhu 600'~ selama 8 jam.

10 Produksi gas dapat di ukur dengan metode "Gas Test " menurut Theodorou dan Brooks (1990), sedangkan kualitas hijauan dapat diketahui dengan metode Analisis Proksimat Gambar 1. Sapi yang difistula dan sampel yang siap diinkubasi dalam rumen.