SOFT SKILL DAN SPIRITUAL SKILL PUSTAKAWAN DALAM LAYANAN PRIMA PERPUSTAKAAN. Oleh: Sri Haryati (FKIP Untidar)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOFT SKILL DAN SPIRITUAL SKILL PUSTAKAWAN DALAM LAYANAN PRIMA PERPUSTAKAAN. Oleh: Sri Haryati (FKIP Untidar)"

Transkripsi

1 SOFT SKILL DAN SPIRITUAL SKILL PUSTAKAWAN DALAM LAYANAN PRIMA PERPUSTAKAAN Oleh: Sri Haryati (FKIP Untidar) Abstrak Dalam menghadapi era teknologi dan informasi, perpustakaan seharusnya dilengkapi dengan sistem teknologi informasi yang terbaru. Pustakawan, pastinya akan menghadapi ledakan informasi, seperti istilah baru pengunjung perpustakaan net generation, yang ingin mendapatkan semua informasi secara akurat, cepat dan transparan. Oleh karena itu, menjadi seorang pustakawan yang baik seharusnya menguasai soft skill dan spiritual skill sehingga dia dapat memberikan pelayanan prima yang humanis pada pengunjung perpustakaan. Kata kunci: soft skill, spiritual skill, layanan prima pustakawan A. PENDAHULUAN Perpustakaan merupakan jantungnya perguruan tinggi. Perpustakaan merupakan bagian integral dari kegiatan perguruan tinggi dan merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Di samping itu, perpustakaan juga sebagai sumber informasi bagi sivitas akademika suatu perguruan tinggi sehingga dapat membantu pengembangan dan peningkatan minat baca, literasi informasi, bakat serta kemampuan mahasiswa dan dosen. Tetapi kenyataannya ada penurunan pengunjung di perpustakaan, bisa dibilang perpustakaan sepi pengunjung. Pustakawan adalah seorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan, serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan (UU No. 43 Tahun 2007). Pustakawan, sebagai salah satu profesi yang bergelut langsung dengan informasi, kini harus berhadapan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang semakin cepat dan canggih. Percepatan ketersediaan informasi dan kemajuan TIK dapat dianalogikan seperti halnya teori Robert Malthus tentang deret ukur dengan deret hitung, perkembangan informasi cenderung tumbuh pesat seperti deret ukur, sedangkan kemampuan manusia dalam mengelola dan memanfaatkannya seperti deret hitung. Dari sekian banyaknya sumber-sumber informasi, sumber dari internetlah yang kini semakin dicari dan digunakan. 1

2 Mengaksesnya semakin mudah dan murah. Maka kemudian muncullah isu miring tentang kekalahan perpustakaan dibandingkan dengan internet dalam memberikan layanan dan menyajikan informasi. Akibatnya perpustakaan menjadi sepi pengunjung. Pernyataan di atas diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan OCLC (Online Computer Library Center) pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa responden lebih bergantung pada mesin pencari (search engine) untuk kegiatan-kegiatan pencarian informasi. Survei OCLC menunjukkan bahwa 82% dari responden melaporkan memulai pencarian di mesin pencari dan hanya 1% responden melaporkan memulainya dengan website perpustakaan. Dalam penelitian OCLC itu juga ditanyakan pendapat responden tentang perbandingan antara mesin pencari dengan perpustakaan. Hasilnya adalah sebanyak 85% responden lebih menyukai mesin pencari, mengalahkan perpustakaan dalam hal kemudahan penggunaan sebagai sarana pencarian informasi ( p.4 5) dalam Rotmianto (2015). Berdasarkan hasil penelitian di atas maka perpustakaan perlu mengelola, menata perpustakaan semenarik mungkin agar dapat meningkatkan daya tarik pengunjung untuk mengunjungi perpustakaan. Tantangan berikutnya bagi pustakawan adalah munculnya paradigma Library 2.0, Library 3.0 sebagai implikasi langsung dari perkembangan terkini teknologi internet yang dinamakan Web 3.0 yang merupakan generasi ketiga dari perkembangan internet. Konsep Library 2.0 sendiri seperti belum lama dimunculkan oleh Michael Casey pada tahun 2005 lalu. Namun, mengingat bahwa library is a growing organism, maka seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi, perpustakaan pun mengalami perkembangan yang tidak hanya berhenti pada Library 2.0 saja. Paradigma baru yang disebut Library 3.0 pada akhirnya perlahan-lahan meninggalkan konsep Library 2.0, dan kelak akan muncul Library 4.0 sebagai perkembangan dari Library 3.0, demikian seterusnya. Sebenarnya, konsep Web 3.0 sendiri juga tidak terlalu jauh berbeda dengan Web 2.0. Yang paling menjadi ciri Web 3.0 adalah istilah semantic web. Semantic web merupakan pengembangan web dimana konten web ditampilkan tidak hanya dalam format bahasa manusia (natural language), tetapi juga dalam format yang dapat dibaca dan digunakan oleh mesin (baca: software/aplikasi). Semantic web akan memiliki informasi yang dimengerti oleh web itu sendiri, yang memiliki kecerdasan buatan (artificial intelligence) hingga mampu menemukan dan mengintegrasikan informasi dari si pencari informasi dengan mudah. Dengan demikian semantic web itu sendiri dapat diinstruksikan untuk mengambil informasi sesuai dengan kriteria tertentu dari si pengguna 2

3 ( dalam Rotmianto (2015 :80). Di lain pihak, pemustaka (user) dan masyarakat yang harus dilayani pustakawan dan perpustakaan saat ini adalah suatu generasi baru yang lahir akibat kemajuan TIK yang disebut net gerenation atau the native gadget. Perpaduan karakteristik net generation menurut Oblinger (2005) dalam Wulandari (2011:17) dan menurut Priyanto (2009) dalam Djuwarnik (2013:266) setidaknya adalah sebagai berikut: (1) Digital literate, mempunyai kemampuan digital yang lebih baik dibandingkan dengan kemampuan menggunakan perpustakaan sebagai sumber informasi, sehingga penggunaan sumber-sumber online lebih disukai dari pada sumber informasi tercetak (Wulandari, 2011). (2) Always online, selalu terhubung dengan jaringan internet menggunakan internet mobile yang selalu dibawa kemana-mana sehingga sangat tergantung dengan akses internet. (3) Ingin segera mendapatkan informasi yang dicari. (4) Sangat tertarik dengan interaksi sosial seperti chatting, posting, blogging, dan suka berbagi informasi melalui media-media jejaring sosial seperti facebook, twitter, instagram dan lain-lain. (5) Lahir dan tumbuh di era komputer dan internet. (6) Tidak pernah lepas dari teknologi baru. (7) Berharap informasi yang bersifat instan dan dapat disimpan dalam format digital dan dapat dimodifikasi sendiri (Rotmianto, 2015 :83). Generasi ini pada umumnya menganggap teknologi informasi adalah suatu kebutuhan hidup. Ketersediaan informasi yang serba cepat namun akurat, itulah yang mereka inginkan. Responden-responden dari survei OCLC di atas yang lebih memilih dilayani geogle dan internet dalam mencari informasi dari pada pustakawan dan perpustakaan bisa jadi mewakili keinginan para net generation ini. Berdasarkan penjelasan di atas dan untuk menghadapi tantangan kemajuan teknologi informasi maka pustakawan perlu selalu meningkatkan kompetensinya baik kompetensi secara teknis atau hard skill,dan kompetensi nonteknis yang berupa soft skill dan spiritual skill dalam melaksanakan profesinya. B. SOFT SKILL DAN SPIRITUAL SKILL PUSTAKAWAN DALAM LAYANAN PRIMA PERPUSTAKAAN 1. Pengertian Kompetensi Pustakawan Pustakawan perlu meningkatkan kompetensi diri dengan mengimplementasikan konsep tiga pilar pustakawan. Tiga pilar yang dapat membantu seorang pustakawan adalah : (1) hard skill (tentang profesionalitas), (2) soft skill (jiwa dalam bekerja), (3) 3

4 spiritual skill (keiklasan dalam bekerja). Implementasi pertama pada tiga pilar pustakawan tersebut adalah membina jaringan pustakawan. Jaringan pustakawan yang ada saat ini harus dioptimalkan untuk meningkatkan kompetensi pustakawan Indonesia ( Kompetensi adalah usaha untuk menggambarkan apa yang diharapkan, dikehendaki, didambakan, diantisipasi, dilatih dan sebagainya. Kompetensi menunjuk pada performance atau perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam pelaksanaan tugas tugas kependidikan. Sutomo (1999:4) mengemukakan 3 kriteria pernyataan kompetensi sebagai berikut: karakteristik karakteristik prasyarat meliputi: relevan dengan pengajaran, berorientasi pada kualitas, karakteristik karakteristik yang unik mencakup: pola penampilan yang kompleks, keuangan, berorientasi pada kenyataan, kemungkinan meramalkan, prioritas. Kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan dan nilai nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Depdiknas dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pengertian kompetensi menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas tugas di bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, bertindak, dan bersikap. Kebiasaan itu didasari oleh kompetensi kognitif, kompetensi psikomotorik, dan kompetensi afektif (nilai nilai dasar). Ranah kompetensi ini dikembangkan secara konsisten dan terus menerus sehingga peserta didik menjadi kompeten (cakap). Pengertian kompetensi menurut UUGD adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (bab 1 pasal 1 ayat 10) dalam Haryati (2013:18). Menurut Musda IPI Provinsi Jawa Tengah (2016:7-17) kompetensi adalah kemampuan dasar, sifat, ketrampilan dan pengetahuan yang memungkinkan seseorang berhasil menyelesaikan tugas dan tantangan. Kompetensi yaitu aspek personal (sifat, motif, nilai, sikap, pengetahuan, dan ketrampilan) yang memungkinkan pencapaian kinerja prima. Kompetisi dapat mendorong perilaku yang dapat menghasilkan kinerja. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang memungkinkan seseorang berfungsi dengan memuaskan di suatu lingkungan kerja, baik sendiri, maupun dengan orang lain. Kompetensi adalah kombinasi ketrampilan, pengetahuan, dan perilaku yang diperlukan untuk keberhasilan organisasi, kinerja perorangan dan pengembangan karir. Kompetensi pustakawan meliputi: 4

5 1. Kompetensi Profesional. Kompetensi profesional berkaitan dengan pengetahuan pustakawan di bidang sumber-sumber informasi, akses terhadap informasi, teknologi, manajemen dan riset, dan juga kemampuan menggunakan pengetahuan-pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam penyediaan jasa-jasa informasi dan perpustakaan. Untuk mempunyai sikap kompetensi profesional harus: a. Memiliki pengetahuan tentang content dari sumber-sumber informasi dan kemampuan untuk mengevaluasi dan memilih sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka. b. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang subyek/disiplin ilmu dari lembaga induk dan pemustaka. c. Mampu mengembangkan dan mengelola jasa pemberian informasi yang costeffective sejalan dengan tujuan strategis lembaga induk. d. Mampu memberikan bimbingan dan dukungan terhadap pemustaka layanan informasi. e. Mampu memanfaatkan TIK untuk mengelola dan menyebarkan informasi. f. Peka dan mampu menilai kebutuhan informasi pemustaka dan mampu memasarkan jasa informasi yang bernilai tambah untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. g. Menggunakan pendekatan manajemen dan bisnis yang bijak untuk mengkomunikasikan kepada manajemen akan pentingnya jasa penyediaan informasi. h. Mengembangkan produk informasi spesifik untuk keperluan internal, eksternal, atau untuk klien. Untuk mempunyai ketrampilan dan perilaku profesional informasi indikatornya: a. Pekerja keras ( siap untuk bekerja lembur ) b. Ramah dan bersikap proaktif c. Kemampuan berbahasa Inggris dan TIK yang selaras dengan tingkat kebutuhan pemangku kepentingan d. Luwes dan memiliki ketrampilan berkomunikasi yang baik e. Memiliki daya analisis yang baik f. Berani mengambil keputusan g. Bersikap terbuka h. Selalu tanggap dan waspada akan adanya perubahan kebutuhan informasi dari pemangku kepentingan 5

6 Untuk mempunyai ketrampilan profesional informasi proaktif meliputi: a. Trampil berkomunikasi b. Asertif c. Pengetahuan prima tentang perpustakaan yang dikelolanya d. Peka terhadap kebutuhan informasi pemustaka e. Tulus, dan selalu siap membantu pemustaka f. Mempunyai sense of judgement yang baik dan obyektif g. Sabar 2. Kompetensi Personal. Kompetensi personal mewakili serangkaian sikap, ketrampilan, dan nilai yang memungkinkan seorang pustakawan bekerja secara efektif dan efisien, serta menyumbangkan tenaga dan keahliannya dengan positif kepada organisasi/lembaga, pengguna dan profesinya. Kemampuan yang harus dimiliki agar memiliki sikap kompetensi personal yaitu: a. Kemampuan berkomunikasi dengan baik; b. Kemampuan menunjukkan nilai tambah dari kontribusi/sumbangan mereka; c. Kemampuan untuk bersikap luwes dan positif dalam setiap situasi dan lingkungan kerja yang selalu berubah. Kompetensi personal merupakan serangkaian ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang memungkinkan pustakawan untuk: a. Bekerja secara efisien; b. Menjadi komunikator yang baik; c. Memfokuskan pada pembelajaran berkelanjutan selama masa karirnya; d. Mampu menunjukkan hakekat nilai tambah dari yang dikontribusikannya; e. Mampu bertahan di dunia kerja yang baru. Untuk memiliki sikap kompetensi personal harus: a. Mampu bersikap disiplin, tepat waktu dalam pelaksanaan tugas dan mampu bersikap asertif. b. Selalu bersikap proaktif menyediakan jasa informasi prima (tepat, cepat, dan mutakhir). c. Peka dan mampu mengidentifikasi kebutuhan informasi staf dan perusahaan. d. Memiliki ketrampilan berkomunikasi efektif. e. Mampu bekerja dalam tim. Untuk memiliki ketrampilan kompetensi personal harus: a. Memiliki jiwa kepemimpinan dan selalu berusaha menjadi role model. 6

7 b. Mampu mencari solusi untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul. c. Mampu membuat prioritas dalam pengerjaan tugas. d. Memiliki kemauan untuk belajar dan keinginan untuk meningkatkan karir. e. Memiliki solidaritas dan menghargai jaringan. f. Selalu bersikap positif dan fleksibel dalam menerima perubahan. 3. Jenis kompetensi pustakawan yang lain adalah: a. Analytical Skills. Analytical skills adalah kemampuan atau ketrampilan untuk berfikir analitis. Pustakawan diharapkan mampu menarik kesimpulan secara logis dan bisa memberi rekomendasi tindakan yang tepat serta menggunakan pendekatan sistematis dan obyektif dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan. b. Communication Skills. Communication skills adalah ketrampilan berkomunikasi. Pustakawan diharapkan mampu menjadi pendengar aktif, mampu menyampaikan informasi dengan jelas dan dapat dipahami, dan bisa dengan jernih menerima feedback konstruktif. c. Creativity/Innovative. Creativity/innovative adalah kemahiran/berpengetahuan teknis. Pustakawan diharapkan mempunyai pengetahuan teknis yang luas dan mutakhir dan selalu tanggap akan perkembangan teknologi baru. d. Expertise/Technical Knowledge e. Interpersonal Skills. Interpersonal skills adalah kemampuan/ketrampilan interpersonal. Pustakawan diharapkan mampu membina hubungan kerja yang kokoh namun sekaligus memiliki kepekaan dan empati terhadap perilaku individu, dan kelompok kerja. f. Leadership. Leadership adalah memiliki integritas yang tinggi, membina kepercayaan timbal balik dengan rekan kerja dan bawahan. g. Organizational Understanding and Global Thinking. Organizational understanding and global thinking yaitu mempunyai pemahaman organisasional dan mampu berfikir secara global. h. Acoountability/Dependability. Mempunyai tanggung jawab dan bisa diandalkan. i. Resources Management. Pustakawan diharapkan mampu mengelola sumbersumber yang dimiliki, bisa mereduksi pengeluaran sekaligus meningkatkan keuntungan. j. Service Attitude/User Satisfaction. Memahami dan memenuhi kebutuhan pengguna serta bisa memenuhi minat mereka. 7

8 2. Pengertian Soft Skill dan Spiritual Skill Pustakawan Menurut Muhaniz (2015), soft skill berperan dalam dua pertiga dari serangkaian kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan, di mana satu pertiganya lagi adalah hard skill. Dari penjelasan di atas berarti soft skill memiliki peran yang lebih banyak dibandingkan dengan hard skill. Soft skill merupakan aktualisasi kecerdasan emosi, yang pada dasarnya terbangun ke dalam dua bagian yaitu kompetensi intra pribadi dan interpribadi. Hard skill merupakan kompetensi profesional yaitu kemampuan kita untuk menjalankan profesi kita. Soft skill merupakan kompetensi intrapersonal yaitu kemampuan untuk memahami dan mengendalikan diri sendiri. Kompetensi ini terdiri dari: pemahaman tentang sukses, evaluasi diri, citra diri, goal setting, motivasi diri. Kompetensi interpersonal yaitu kompetensi kita untuk bergaul dan berinteraksi dengan orang lain, kompetensi ini terdiri dari: pengendalian emosi, rasa percaya diri, komunikasi intensif, dan human relation ( Menurut Haryati (2016:2) untuk menghadapi pasar bebas menuntut penyiapan sumber daya manusia yang siap kerja dan profesional yang memiliki kemampuan akademik (hard skill) dan kemampuan menerapkan pengetahuan akademiknya dalam dunia kerja (soft skill). Hard skill merupakan kemampuan teknis dan akademis. Soft skill lebih mengutamakan kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori yaitu intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill meliputi: (1) self awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness), (2) self skill (improvement, self control, trust, worthiness, time/source management, proactivity, conscience). Sedang interpersonal skill meliputi: social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill. leadership, influence, communication, conflict management, coperation, team work, synergy). Menurut Baedhowi (2008), kemampuan soft skill antara lain meliputi kepribadian, keterampilan berkomunikasi, kepemimpinan, keterampilan berorganisasi dan kerja kelompok/tim. Menurut Majalah Mingguan Tempo (Mei 2007), soft skill merupakan keterampilan yang berhubungan dengan teknik-teknik pengelolaan diri (intrapersonal skills), keterampilan dalam pengelolaan orang lain (interpersonal skills), dan keterampilan dalam mengelola sumber daya atau lingkungan di luar dirinya (extrapersonal skills). Menurut Suwarno (2013: ), soft skill untuk meningkatkan profesionalisme pustakawan meliputi: (a) listening skills yaitu kemampuan mendengarkan pendapat, 8

9 masukan-masukan dan ide-ide dari pemustaka. Kemampuan ini membutuhkan tingkat kesabaran tinggi karena ada kalanya pemustaka bertindak kurang ramah (terlalu rewel, minta dilayani serba cepat atau semacamnya). (b) communication skills, yaitu kemampuan berkomunikasi yang memadai, efektif dan menyenangkan untuk membina hubungan baik dengan orang lain khususnya dengan pemustaka, melalui komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Oleh karena itu penting bagi pustakawan untuk menguasai cara berbicara ataupun berdiskusi, termasuk menyampaikan pemikiran dan ide-idenya dalam bentuk tulisan (makalah, artikel, essai, buku dan lain-lain). (c) public relation skill, kemampuan membangun relasi dan kerja sama dengan pemustaka, dengan pustakawan maupun dengan perpustakaan dan organisasi-organisasi lainnya untuk meningkatkan kualitas diri dan pekerjaannya. Prinsip tidak ada satu pun perpustakaan yang lengkap serta tidak ada satu pun manusia (pustakawan) yang sempurna berlaku di sini, maka dari itu salah satu cara untuk menutupi kekurangan itu adalah banyakbanyak berdiskusi, berbagi informasi (sharing), serta berorganisasi supaya dapat menjadi lebih baik. Jadi, sharing untuk memberikan yang terbaik, bukan bersaing untuk menjadi yang terbaik. Penguasaan soft skill yang erat kaitannya dengan EQ sebagaimana diuraikan di atas, memang sangat diperlukan pustakawan. Hanya sayangnya kurikulum pendidikan di Indonesia pada umumnya mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi kebanyakan lebih mengutamakan penguasaan hard skill (IQ) dari pada soft skill (EQ). Padahal menurut penelitian para ahli, seseorang dengan kemampuan EQ yang lebih tinggi dapat mencapai kesuksesan lebih baik dari pada orang yang hanya mempunyai IQ tinggi saja sedangkan tingkat EQ-nya rendah (Agustian. 2005:39). Namun tentunya lebih baik lagi jika pustakawan menguasai keduanya. Semua itu tentu saja membutuhkan kesadaran, stimulasi dan melakukan perbaikan diri secara terus menerus. Apabila diringkas, konsep hard skill dan soft skill pustakawan adalah sebagaimana contoh dalam bagan berikut ini: Hard Skill Pustakawan Soft Skill Pustakawan 9

10 1. Menguasai teori pencarian informasi 1. Sabar mendengarkan dan menyimak dan metode penyelesaian masalah (listening skill) 2. Menguasai teknologi, teori 2. Ramah, hangat dan menyenangkan komunikasi dalam dan bahasa Inggris berkomunikasi dan bertutur kata 3. Menguasai TIK (mesin pencari, (communication skill) jejaring sosial, , OPAC, website, 3. Mempunyai kemampuan menuliskan ide, perpustakaan, dan lain-lain) pendapat secara tertulis dengan santun 4. Menguasai teori dan ilmu-ilmu dan menggunakan gaya bahasa yang baik perpustakaan pada umumnya (communication skill) 4. Dapat bekerja sama dengan siapa saja (public relation skill) (Rotmianto, 2015:88) Daniel Goleman pernah mengatakan bahwa kecerdasan intelektual hanya memberikan kontribusi keberhasilan seseorang sebesar 20% sedangkan 80% dipengaruhi oleh kecerdasan lain. 80% kecerdasan lain tersebut antara lain meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, keterampilan sosial, kemampuan mengelola diri, dan berinteraksi dengan sekitar secara efektif untuk meningkatkan kinerja secara maksimal, tujuh hal tersebut di atas merupakan bagian dari sofskill. Dalam konteks pendidikan, sofskill tidak lain adalah soft competence yang harus dimiliki oleh seorang dosen yakni kompetensi kepribadian/intrapersonal skill, indikatornya adalah; (1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia dengan indikator mampu menghargai mahasiswa tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah asal, gender dan mampu bersikap sesuai dengan agama dengan norma agama yang dianut, suku, adat, hokum dan sebagainya; (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur dan sebagainya; (3) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantab, stabil, dewasa, arif dan berwibawa; (4) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi dosen, percaya diri; (5) menjunjung tinggi kode etik dosen dan kompetensi sosial, atau interpersonal skill, sementara hard skill adalah kompetensi pedagogik dan profesional. Seorang dosen profesional seharusnya tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga harus pandai dalam soft skill-nya. Hal ini diperkuat dengan penelitian di Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft 10

11 skill) (Haryati, 2016:8-9). Sebuah riset yang dilakukan di tiga Negara besar yaitu Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris Raya tentang keberhasilan orang di berbagai perusahaan besar menunjukkan bahwa ada 23 sofskill yang menjadikan keberhasilan seseorang, lima ranking yang menduduki poin terbesar adalah inisiatif, integritas, berpikir kritis, mau belajar, dan komitmen dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari apapun profesi kita. Orang yang mempunyai inisiatif pasti menjadi unggul dan menjadi yang terdepan, menjadi pelopor dalam mencari solusi dari setiap masalah yang muncul baik secara personal dan institusional. Orang yang punya inisiatif akan memenangkan dalam persaingan/kompetisi, muncul ide segar, cepat mengambil keputusan. Integritas, menjadikan seseorang tampil apa adanya, penuh kejujuran, tidak ada perbedaan antara yang dipikirkan dengan yang dikatakan dan yang dilakukan. Orang dengan integritas tinggi pasti lebih berpeluang menjadi yang terdepan. Sofskill ketiga adalah mau belajar, orang yang mau belajar mempunyai ciri antara lain antusias, bersikap terbuka, adaptif, rendah hati, dan siap menghadapi perubahan. Era TIK sangat membutuhkan individu yang mau belajar di manapun dan kapanpun. Dalam konteks TIK saat ini, praktek pendidikan di Indonesia diharapkan lebih menekankan pada values based education ketimbang values education sehingga berbagai jenis sofskill dapat dibiasakan dan dihidupkan kepada para mahasiswa. Satiadarma (2003) menyatakan kecerdasan spriritual adalah kesadaran dalam diri manusia yang membuat manusia menemukan dan mengembangkan bakat-bakat bawaan, intuisi, otoritas batin, kemampuan membedakan yang salah dan benar serta kebijaksanaan. Rahmat (2002) menyatakan bahwa kecerdasan spiritual itu merupakan kemampuan seseorang untuk menyeleraskan hati dan budi sehingga ia mampu menjadi orang yang berkarakter dan berwatak positif. Guna kecerdasan spiritual antara lain adalah: (1) Membuat manusia mampu menyadari siapa manusia sesungguhnya dan bagaimana manusia memberikan makna terhadap kehidupan; (2) Sumber yang mengarahkan hidup manusia untuk selalu berhubungan. Dengan kebermaknaan hidup agar hidup ini menjadi lebih bermakna; (3) Untuk mencapai perkembangan diri yang lebih utuh; dan (4) Memasuki jantung segala sesuatu, nilai-nilai kemanusiaan, kegembiraan, rasa humor, daya cipta, kecantikan, dan kejujuran. Elemen kualitas kecerdasan spiritual meliputi: (1) Kapasitas diri untuk bersikap fleksibel seperti aktif dan adaptif secara spontan; (2) Level kesadaran diri yang tinggi (self-awareness), (3) Kapasitas diri untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan (suffering); (4) Kualitas hidup yang terinspirasi dengan visi dan nilai-nilai (vissioner); (5) Keengganan untuk 11

12 menyebabkan kerugian yang tidak perlu (unnecessary ham); (6) Memiliki cara pandang yang holistik (wholistic); (7) Memiliki kecenderungan nyata untuk bertanya dan cenderung mencari jawaban yang fundamental (curriosity); (8) Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi (field-independent) (dalam Haryati,2008). Definisi spiritual skill atau kecerdasan spiritual yang biasa juga disebut dengan istilah SQ (spiritual quotient) pada umumnya adalah suatu kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif, dan merupakan fasilitas yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu. Ciri utama dari kecerdasan spiritual ini ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna ( Kecerdasan_spiritual). Menurut Mujib (2001) dalam Thontowi mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah sebagai kecerdasan kalbu yang berhubungan dengan kualitas batin seseorang. Kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk berbuat lebih manusiawi, sehingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang mungkin belum tersentuh oleh akal pikiran manusia. Oleh karena itulah, dapat dikatakan bahwa setiap niat yang terlepas dari nilai-nilai kebenaran Ilahiah, merupakan kecerdasan duniawi dan fana (temporer), sedangkan kecerdasan rokhaniah bersifat autentik, universal, dan abadi ( dokumen/kecerdasanspiritual). Nilai dan makna di sini menurut penulis adalah nilai dan makna yang bersumber dari ajaran agama. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang pustakawan yang literet teknologi sebagaimana konsep Librarian 3.0 dan untuk memberikan layanan prima kepada pemustaka kurang lengkap apabila hanya berbekal hard skill dan soft skill saja. Spiritual skill juga sangat diperlukan. Terlebih sebagai pustakawan yang hidup di negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa seperti Indonesia ini, di mana agama sudah menjadi sendi dasar dalam peri kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hal ini mengingat bahwa bagaimanapun perkembangan teknologi, berikut meledaknya segala macam informasi, memberikan efek yang tidak hanya dari sisi positifnya saja, namun banyak dampak dari sisi negatif juga. Berbagai penyakit sosial yang saat ini hinggap di masyarakat seperti kemerosotan moral, korupsi, kejahatan dan kekerasan baik fisik maupun psikis, yang timbul dikarenakan kemajuan teknologi sudah banyak terjadi di mana-mana. Perilaku individual, konsumtif, materialis dan kapitalis sedikit banyak mengikis bentuk-bentuk kearifan yang pernah diagung-agungkan seperti kejujuran, kesantunan, saling menghargai, serta semangat tolong-menolong. Ini semua sedikit 12

13 banyak akibat dari dampak kemajuan-kemajuan tersebut. Maka dari itu, kemampuan spiritual skill (baca: agama) diperlukan untuk dapat mengambil sisi positif yang bermanfaat dan meninggalkan hal-hal yang negatif yang merugikan. Seperti apa yang dikatakan Albert Einstein (14 Maret April 1955), ilmuwan besar abad 20, bahwa Science without religion is lame, religion without science is blind. Ini menyiratkan bahwa religion (agama nota bene spiritual skill) adalah hal yang tidak terpisahkan dengan science (pengetahuan dan teknologi). Teknologi apabila dikuasai oleh orang-orang yang tidak mempunyai spiritual skill bisa-bisa malah mengakibatkan kerusakan dan kehancuran. Menurut Goleman (1999) dalam Agustian (2005: 385) hard skill atau kecerdasan intelektual (IQ) relatif tetap, sedangkan soft skill atau kecerdasan emosi (EQ) dapat meningkat selama masih hidup. Hard skill dan soft skill mengantarkan pustakawan sukses di dunia, sedangkan spiritual skill menyempurnakannya. Itu adalah kesuksesan yang didambakan setiap orang, tidak hanya pustakawan: kesuksesan di dunia dan akhirat. Agustian (2005: 242) menyarankan dalam membentuk mental (mental building) yang berkaitan dengan spiritual skill prinsip pertama yang dikedepankan adalah ikhlas, melakukan segala sesuatu dan melaksanakan segala pekerjaan adalah berlandaskan niat karena Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Jadi segala bentuk aktivitas dan juga pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kembali kepada jargon berbagi pengetahuan (knowledge sharing) yang merupakan salah satu prinsip dasar dari Web 3.0 yang diturunkan pada Library 3.0, maka konsep berbagi pengetahuan di sini tentu saja tidak akan terjadi tanpa berdasarkan atas sebuah keikhlasan. Tanpa keikhlasan, tentu saja tidak ada sesuatupun yang dapat dibagikan (Rotmianto, 2015:88-89). C. PENUTUP Untuk menghadapi perubahan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, tuntutan net generation, serta tantangan maupun tuntutan apapun nantinya, pustakawan membutuhkan hard skill agar profesional dalam bekerja, dipadukan dengan soft skill agar menjiwai dan mencintai pekerjaannya serta dilengkapi dengan spiritual skill untuk menumbuhkan rasa ikhlas dalam bekerja karena niat ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Diharapkan dengan perpaduan ketiga kemampuan tersebut, pustakawan dapat memberi layanan prima di perpustakaan, dan dapat meningkatkan profesinya. DAFTAR PUSTAKA 13

14 Agustian, Ary Ginanjar, 2005, ESQ Emotional Spiritual Quotient: The ESQ Way 165, Jakarta: Arga. Derosa,Cathy,et al. Perception of Libraries, 2010: Context and Community dari ptions_all.pdf p. 4 5 diakses pada 16/8/2016 Djuwarnik Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Pustakawan di Tengah Perkembangan Teknologi Informasi, Prosiding Peran Jejaring Pustakawan dalam Meningkatkan Kompetensi Pustakawan FPPTI Jawa Timur. Haryati, Sri Power Point Bahan Kuliah Perkembangan Peserta Didik. Haryati, Sri Profesi Kependidikan Panduan untuk Guru dan Calon Guru, Yogayakarta: Penerbit Sembilan Bintang. Haryati, Sri Pengembangan Soft Skill Mahasiswa di Perguruan Tinggi, Seminar Regional Korpri Sub Unit Kopertis Wilayah VI di Magelang tanggal 16 April Haryati, Sri Peningkatan Profesionalisme Dosen di Era MEA, Seminar Regional Korpri Sub Unit Kopertis Wilayah VI di Magelang tanggal 28 Juli IPI Provinsi Jawa Tengah Kompetensi Personal Pustakawan: Tinjauan Ringkas. Seminar Internasional dan Musda IPI Provinsi Jawa Tengah di IAIN Salatiga tanggal 8 Maret Putra Setia Utama, Generasi Web Baru: Web 3.0 dari diakses pada 14/8/2016. Rotmianto, Mohamad, Konsep Hard Skill, Soft Skill dan Spiritual Skill Pustakawan Menghadapi Era Library 3.0, dalam Jurnal Pustakaloka, Vol. 7 No. 1 Tahun Suwarno, Wiji Mengembangkan Soft Skill di Dunia Kepustakawanan, Prosiding Peran Jejaring Pustakawan dalam Meningkatkan Kompetensi Pustakawan FPPTI Jawa Timur. Thontowi, Ahmad, Hakikat Kecerdasan Spiritual go.id/file/dokumen/kecerdasanspiritual.pdf diakses pada 13/8/2016. Wikipedia bahasa Indonesia, Kecerdasan spiritual org/wiki/kecerdasan_spiritual diakses pada 12/8/2016. Wulandari, Dian. Mengembangkan Perpustakaan Sejalan dengan Kebutuhan Net Generation, dalam Majalah Visi Pustaka, Vol. 13, No. 2, Agustus

15 15

KONSEP HARD SKILL, SOFT SKILL DAN SPIRITUAL SKILL PUSTAKAWAN MENGHADAPI ERA LIBRARY 3.0

KONSEP HARD SKILL, SOFT SKILL DAN SPIRITUAL SKILL PUSTAKAWAN MENGHADAPI ERA LIBRARY 3.0 KONSEP HARD SKILL, SOFT SKILL DAN SPIRITUAL SKILL PUSTAKAWAN MENGHADAPI ERA LIBRARY 3.0 Mohamad Rotmianto * Abstract: In this present time, librarian must know well about information technology or it also

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill Modul ke: 01Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Interpersonal Communication Skill Perkenalan Mata Kuliah, Kontrak Belajar dan pemahaman Soft Skill Eppstian Syah As'ari, M.Si Program Studi Periklanan dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PROFESIONALISME DOSEN DI ERA MEA. OLEH: Sri Haryati (FKIP-UNTIDAR)

PENINGKATAN PROFESIONALISME DOSEN DI ERA MEA. OLEH: Sri Haryati (FKIP-UNTIDAR) PENINGKATAN PROFESIONALISME DOSEN DI ERA MEA OLEH: Sri Haryati (FKIP-UNTIDAR) Seminar Semester Genap Sub Unit Korpri di Magelang Tanggal 28 Juli 2016 1 Ringkasan Dalam Abad Ke-21 ini, sumber daya manusia

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN SOFT SKILL MAHASISWA DI PERGURUAN TINGGI. Oleh Sri Haryati (FKIP UNTIDAR)

UPAYA MENINGKATKAN SOFT SKILL MAHASISWA DI PERGURUAN TINGGI. Oleh Sri Haryati (FKIP UNTIDAR) UPAYA MENINGKATKAN SOFT SKILL MAHASISWA DI PERGURUAN TINGGI Oleh Sri Haryati (FKIP UNTIDAR) DISAJIKAN PADA SEMINAR ILMIAH SEMESTERAN KORPRI SUB UNIT KOPERTIS WILAYAH VI JAWA TENGAH DI MAGELANG TANGGAL

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill Modul ke: 07 Dra. Fakultas FIKOM Interpersonal Communication Skill Kecerdasan Emosi Tri Diah Cahyowati, Msi. Program Studi Marcomm & Advertising Emotional Equotion (Kecerdasan Emosi) Selama ini, yang namanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. skills termasuk komunikasi dan kemampuan berinkteraksi, kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. skills termasuk komunikasi dan kemampuan berinkteraksi, kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) adalah hal yang paling penting bagi kelangsungan suatu organisasi. Karena persaingan organisasi yang semakin ketat dan kemajuan teknologi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SOFTSKILL MAHASISWA CALON GURU MELALUI PERKULIAHAN DI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

PENGEMBANGAN SOFTSKILL MAHASISWA CALON GURU MELALUI PERKULIAHAN DI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA PENGEMBANGAN SOFTSKILL MAHASISWA CALON GURU MELALUI PERKULIAHAN DI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA Oleh Endang Listyani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY listy_matuny@yahoo.co.id Banyak survey yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami

Lebih terperinci

Kurikulum Berbasis TIK

Kurikulum Berbasis TIK PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit

Lebih terperinci

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR PADA KURSUS DAN PELATIHAN STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2014 KEMENDIKBUD. Instruktur. Kursus Dan Pelatihan. Kompetensi. Kualifikasi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Akhir-akhir ini perhatian para akademisi dan praktisi pendidikan terhadap pendidikan karakter mulai bangkit kembali seiring terbitnya kesadaran akan pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin cepat dan sangat bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor diantaranya lingkungan, keluarga dan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor diantaranya lingkungan, keluarga dan pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK serta derasnya arus globalisasi telah membawa perubahan dan menciptakan paradigma baru di tempat kerja maupun didunia pendidikan. Persaingan

Lebih terperinci

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. 1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut, maka misi universitas adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional Menurut Stain dan Book (2002) kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan kedunia yang rumit, aspek pribadi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Guru memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Slameto (2012) bahwa kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Soft skill mahasiswa menurut pendapat Setditjend Dikti (2010)

BAB I PENDAHULUAN. Soft skill mahasiswa menurut pendapat Setditjend Dikti (2010) BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Soft skill mahasiswa menurut pendapat Setditjend Dikti (2010) dikatakan bahwa Sarjana lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih sulit bersaing dengan lulusan luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

ETIK UMB MANFAAT SOFT SKILL. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc. Ekonomi. Manajamen. Modul ke: Fakultas. Program Studi.

ETIK UMB MANFAAT SOFT SKILL. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc. Ekonomi. Manajamen. Modul ke: Fakultas. Program Studi. ETIK UMB Modul ke: 13 MANFAAT SOFT SKILL Fakultas Ekonomi Program Studi Manajamen www.mercubuana.ac.id Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc PENGANTAR McKinsey Global Institute, memperkirakan, pada 2030 Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna (user) pendidikan,

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Universitas Respati Yogyakarta Jln. Laksda Adi Sucipto KM 6.3 Depok Sleman Yogyakarta Telp : 0274-488 781 ; 489-780 Fax : 0274-489780 B A D A N P E N J A M I N A N M U T U Standar

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

RPSEP-82 MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DAN KODE ETIK PUSTAKAWAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN PROFESIONALISME.

RPSEP-82 MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DAN KODE ETIK PUSTAKAWAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN PROFESIONALISME. RPSEP-82 MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DAN KODE ETIK PUSTAKAWAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN PROFESIONALISME Yasir Riady UPBJJ UT Jakarta yasir@ut.ac.id Abstrak Salah satu bagian yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Undang- Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

Lebih terperinci

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 41 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 A. KUALIFIKASI PEMBIMBING STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN Standar kualifikasi pembimbing pada kursus

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS Konstantinus Dua Dhiu, 2) Nikodemus Bate Program Studi Pendidikan Guru PAUD, STKIP Citra Bakti, NTT 2) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Fenni Agustina

Fenni Agustina Fenni Agustina g http://staffsite.gunadarma.ac.id Ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (INTERPERSONAL SKILLS) dan ketrampilan dalam mengatur dirinya sendiri (INTRA-PERSONAL SKILLS)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Lingkungan Hidup Pendidikan merupakan perkembangan yang terorganisis dan kelengkapan dari semua potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani, oleh dan daya dukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Setiap organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu untuk mencapai keberhasilan, untuk mencapai keberhasilan diperlukan landasan yang kuat berupa Kompetensi

Lebih terperinci

BIMBINGAN PEMUSTAKA UNTUK MAHASISWA BARU STMIK SURABAYA DI ERA DIGITAL. Deasy Kumalawati Perpustakaan STMIK Surabaya

BIMBINGAN PEMUSTAKA UNTUK MAHASISWA BARU STMIK SURABAYA DI ERA DIGITAL. Deasy Kumalawati Perpustakaan STMIK Surabaya BIMBINGAN PEMUSTAKA UNTUK MAHASISWA BARU STMIK SURABAYA DI ERA DIGITAL Deasy Kumalawati Perpustakaan STMIK Surabaya deasy@stikom.edu ABSTRAK Saat ini perpustakaan sedang berjuang keras untuk melawan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasanya kepada pemustaka. Pustakawan harus dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pemustaka. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

Lebih terperinci

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU

Lebih terperinci

2015 SOFT SKILL PADA PEMBELAJARAN DI KAMPUS DAN PELAKSANAAN PROGRAM LATIHAN PROFESI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

2015 SOFT SKILL PADA PEMBELAJARAN DI KAMPUS DAN PELAKSANAAN PROGRAM LATIHAN PROFESI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam perguruan tinggi berperan dalam membekali para mahasiswa dengan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, suatu perusahaan dituntut untuk selalu bekerja keras dalam menyelesaikan segala tantangan baik yang sudah ada maupun yang akan datang.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan ilmu pengetahuan ini, dituntut orang-orang yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan ilmu pengetahuan ini, dituntut orang-orang yang berkualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang sudah sangat canggih dengan berbagai teknologi dan ilmu pengetahuan ini, dituntut orang-orang yang berkualitas dan berkompetisi tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

KOMPETENSI GURU 1. Kompetensi Profesional 2. Kompetensi Kepribadian

KOMPETENSI GURU 1. Kompetensi Profesional 2. Kompetensi Kepribadian KOMPETENSI GURU Seorang guru harus memiliki 4 Kompetensi Dasar yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.(lampiran PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional harus tanggap terhadap tuntutan perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Robert Bolton,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Robert Bolton, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diberlakukannya AFTA pada tahun 2003 yang lalu, Indonesia bukan hanya dibanjiri oleh produk luar tetapi banyak juga profesional dari luar negeri yang

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations.

PROFESSIONAL IMAGE. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations. Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Fakultas FIKOM Kompetensi komunikasi PR: Motivasi yang positif dan membangun komunikasi efektif dua arah dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (knowledge, hard skilsl, soft skills) yang tinggi. Sehingga organisasi tersebut mampu

BAB I PENDAHULUAN. (knowledge, hard skilsl, soft skills) yang tinggi. Sehingga organisasi tersebut mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) adalah hal yang paling penting bagi kelangsungan suatu organisasi.karena persaingan organisasi yang semakin ketat dan kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru Guru adalah pejabat profesional, sebab mereka diberi tunjangan profesional. Namun, walaupun mereka secara formal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pembelajaran dewasa ini di perguruan tinggi lebih banyak mengarah pada aspek kognitif (ketrampilan teknis) dan kurang memperhatikan aspek nonteknis mahasiswa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karyawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karyawan 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karyawan 1. Pengertian Karyawan Menurut Abdullah (2014) karyawan itu adalah sumberdaya manusia atau penduduk yang bekerja di suatu institusi baik pemerintah maupun swasta/bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (information

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (information 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology) atau ICT serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru 1. Pengertian Kompetensi Guru Sebagai pendidik seorang guru harus dibekali kompetensi. Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan melaksanakan tugas. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Pembukaan UUD 1945, perwujudannya berupa pembangunan nasional dalam

BAB I P E N D A H U L U A N. Pembukaan UUD 1945, perwujudannya berupa pembangunan nasional dalam 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan merupakan suatu upaya yang digunakan pemerintah untuk mencapai tujuan negara Indonesia yang termaktub dalam alinea keempat Pembukaan

Lebih terperinci

PROFES PRO SIONALISM

PROFES PRO SIONALISM PROFESS PROFES SIONALISM OF TEACHERS BY ASMUNI Presented at the workshop on the teaching practices for the teacher's candidate on College of Teacher Training and Education STKIP PGRI Jombang, East Java,

Lebih terperinci

A. Identitas Program Studi

A. Identitas Program Studi II. PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA A. Identitas Program Studi 1. NamaProgram Studi : Pendidikan Teknik Informatika 2. Izin Pendirian : 163/DIKTI/Kep/2007 3. Status Akreditasi : B 4. Visi

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Bab 1. Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Pembangunan pendidikan tinggi sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD 1945 merupakan bagian tugas dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA 68 BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA A. Kualitas Soft Skill Mahasiswa Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang

Lebih terperinci

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Sejarah Kurikulum Prodi Teknik Informatika Hingga saat ini, Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

KULIAH I PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER, 2017

KULIAH I PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER, 2017 PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH I PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER, 2017 2 11/04/2017 PENGANTAR Sesuai dengan Undang-Undang No 12 tahun 2012, bahwa perguruan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

Pertemuan 2 ETIKA PROFESI

Pertemuan 2 ETIKA PROFESI Pertemuan 2 ETIKA PROFESI Pembahasan 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme 5. Prinsip-prinsip yang menjadi tanggung jawab seorang Profesional I. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Minat Belajar Minat merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam belajar. Apabila bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan minat

Lebih terperinci

Pembahasan. 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme. seorang Profesional

Pembahasan. 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme. seorang Profesional Pertemuan 2 Pembahasan 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme 5. Prinsip-prinsip yang menjadi tanggung jawab seorang Profesional I. Pengertian Profesi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan lisan maupun tidak langsung (Purwanto, 2008). Sedangkan. yang mempunyai arti antara sesama manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan lisan maupun tidak langsung (Purwanto, 2008). Sedangkan. yang mempunyai arti antara sesama manusia. 7 A. Landasan Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kompetensi Komunikasi Kompetensi komunikasi adalah tingkat keterampilan penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan mengubah

Lebih terperinci

Kompetensi Lulusan Jurusan Arsitektur

Kompetensi Lulusan Jurusan Arsitektur Kompetensi Lulusan Jurusan Arsitektur JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 Kompetensi Lulusan Jurusan Arsitektur Kompetensi lulusan Berdasarkan tujuan program pendidikan di Jurusan

Lebih terperinci

1.2 Visi Menjadi Pendidikan Psikologi yang terkemuka dan memiliki kopetensi dalam psikologi kesehatan dan kesehatan mental.

1.2 Visi Menjadi Pendidikan Psikologi yang terkemuka dan memiliki kopetensi dalam psikologi kesehatan dan kesehatan mental. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Universitas Andalas merupakan universitas tertua di luar Jawa dan tertua ke empat di seluruh Indonesia, didirikan atas SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 80016/Kab;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Syahriandi Akbari Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Syahriandi Akbari Siregar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Seiring dengan majunya perkembangan dunia pada saat ini diharapkan lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah yang menjadi dasar pijakan peneliti melakukan penelitian, kemudian tujuan penelitian yang menjadi arah pada penelitian ini, selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro 47 IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro Pembangunan Kota Metro bersandar pada Visi Kota Metro jangka panjang, yaitu terwujudnya Metro sebagai kota

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sertifikasi guru banyak dibicarakan oleh masyarakat Indonesia saat ini, banyak yang menulis tentang bagaimana pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas vital dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui transfer ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai kehidupan guna

Lebih terperinci

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc. EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk Sam Poole ID HC560419 Tanggal 23 Februari 2017 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan

Lebih terperinci

APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata

APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata 1 1. Standar Kompetensi Dosen yang diangkat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa perubahan hampir di semua aspek kehidupan manusia, dimana berbagai permasalahan hanya dapat

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN MASTER OF CEREMONY BERBASIS

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN MASTER OF CEREMONY BERBASIS KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN MASTER OF CEREMONY BERBASIS Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional Oleh Dr. Siti Halimah, M.Pd. Disampaikan pada acara seminar dan tadabur

Lebih terperinci

S1 Manajemen. Visi. Misi

S1 Manajemen. Visi. Misi PAGE 1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRISAKTI S1 Manajemen Visi Menuju Program Studi Sarjana yang berstandar internasional dengan tetap memperhatikan nilai-nilai lokal dalam mengembangkan ilmu

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER RENCANA STRATEGIS 2012-2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JEMBER 2012 RENSTRA PS PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir, rasa, dan karsa, serta raga). Dengan potensi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007 tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Rektor Universitas Dian Nuswantoro Menimbang : bahwa untuk menjamin penyelenggaraan

Lebih terperinci

Peningkatan Kompetensi & Profesionalisme Tenaga Perpustakaan

Peningkatan Kompetensi & Profesionalisme Tenaga Perpustakaan Peningkatan Kompetensi & Profesionalisme Tenaga Perpustakaan Blasius Sudarsono Pemerhati Kepustakawanan Kappa Sigma Kappa INDONESIA Bogor, 25 November 2013 PENDAHULUAN TIGA PERTANYAAN MENDASAR 1) APA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru Istilah kompetensi merupakan istilah turunan dari bahasa inggris competence yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang.

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

TUGAS. Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA

TUGAS. Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA TUGAS MANAJEMEN PEMASARAN JASA PERPUSTAKAAN PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBENTUKAN CITRA PERPUSTAKAAN Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA 07540021 PRODI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

Lebih terperinci