ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA JENIS IKAN DEMERSAL DI PASAR TRADISIONAL BILATO KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH FRANGKI DATUELA NIM.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA JENIS IKAN DEMERSAL DI PASAR TRADISIONAL BILATO KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH FRANGKI DATUELA NIM."

Transkripsi

1 ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA JENIS IKAN DEMERSAL DI PASAR TRADISIONAL BILATO KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH FRANGKI DATUELA NIM JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS ILMU PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2015

2

3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengamati kandungan merkuri (Hg) pada beberapa jenis ikan demersal di pasar tradisional Bilato, Kabupaten Gorontalo. Pengambilan sampel ikan Ekor Kuning (Caesionidae), ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) dan ikan kerapu (Epinephelus sp) dilakukan di pasar tradisional Bilato Kabupaten Gorontalo. Ananlisis sampel kandungan merkuri (Hg) pada ikan tersebut dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Propinsi Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis data hasil penelitian adalah metode deskritif. Hasil penelitian tentang kandungan merkuri (Hg) pada beberapa jenis ikan demersal di pasar tradisional Bilato, Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa kandungan merkuri pada ikan ekor kuning sebanyak 0,28 mg/kg, ikan kakap merah 0,27 mg/kg, kerapu 0,25 mg/kg, dan pasir sebagai kontrol sebanyak 0,30 mg/kg. Kandungan merkuri (Hg) pada ketiga jenis ikan demersal yang dijual di pasar tradisional Bilato, Kabupaten Gorontalo masih di bawah ambang batas SNI NO yaitu 0,5 mg/kg. Kata Kunci: Merkuri (Hg), Ikan Demersal, Pasar Bilato.

4 1. PENDAHULUAN Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, sertamudah menguap (Widowati etal., 2008). Hg banyak digunakan dalam proses industri, karena banyak manfaatnya antara lain, dalam industri pertanian, industri baterai, industri kertas dan kegiatan pertambangan secara tradisional. Pada penambangan tradisional menggunakan proses amalgamasi yaitu menggunakan merkuri (Hg) sebagai media untuk menangkap emas. Kegiatan tersebut dapat menghasilkan limbah yang jika tidak dikeloloa dengan baik akan berpotensi merusak lingkungan baik udara, tanah dan perairan. Limbah yang menggandung senyawa merkuri (Hg) dalam perairan akan dirombak mikroorganisme menjadi senyawa merkuri (Hg) organik seperti metil merkuri. Metil merkuri yang berada diperairan masuk kedalam tubuh fitoplankton dan termakan oleh ikan-ikan herbivora, dan dalam sistem rantai makanan sampai pada manusia sebagai konsumen tertinggi dalam piramid makanan. Proses tersebut jika berlangsung intensif akan terjadi bioakumulasi dalam tubuh ikan sehingga kesehatan dapat terganggu (Sulistyorini dan Hikmawati, 2006). Sebagai salah satu zat pencemar, merkuri (Hg) bersifat neutrotoksin dan masuk ke ekosistem akuatik melalui deposisi atmosferik maupun bersumber dari eksternalisasi limbah industri (Gocfeld, M dalam WHO, 2008). Pada lingkungan akuatik, merkuri (Hg) berbentuk anorganik maupun organik. Merkuri (Hg) anorganik dapat dimetilasi oleh bakteri membentuk senyawa organo merkuri yang mempunyai toksisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan merkuri (Hg)

5 anorganik. Senyawa merkuri (Hg) mempunyai afinitas lipid sehingga lebih mudah terakumulasi di dalam tubuh organisme dibandingkan senyawa logam berat lainnya (Ravichandran, 2004) Senyawa merkuri dalam bentuk organik maupun anorganik sangat bersifat toksit jika masuk dalam tubuh manusia, melihat beberapa kasus keracunan yang terjadi akibat terpapar senyawa merkuri (Hg). Salah satu contoh kasus keracunan senyawa merkuri yang terjadi di Jepang yakni di kenal dengan kasus Minamata. Akibatnya banyak orang meninggal dikarenakan mengonsumsi ikan-ikan yang terpapar senyawa merkuri (Hg). Senyawa merkuri (Hg) tersebut berasal dari industri plastik dimana limbahnya dibuang ke laut (Palar, 2008). Menurut Simangel et al. (2010) eksploitasi bahan mineral seperti emas menggunakanbahan merkuri dapat menimbulkan dampak negatif yang ditimbulkan bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat yang ada disekitarnya. Proses penambangan dan ekstraksi mineral emas menggunakan merkuri dapat merusak lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Merkuritersebut akan menjadi limbah bersama dengan lumpur dan apabila dibuang di sungai akan bermuara di laut dan mencemari ekosistem terumbu karang yang berdampak pada menurunnya keanekaragaman dan kekayaan sumberdaya hayati atau biota yang hidup disekitar kawasan tersebut termasuk ikan. Kontaminasi logam berat merkuri (Hg) pada terumbu karang dapat terjadi karena adanya sedimen dari sungai yang mengandung logam berat merkuri (Hg). Habitat tempat hidup ikan demersal yang cenderung hidup di pesisir pantai dapat

6 terkena dampak cemaran merkuri tersebut sehingga bisa mengancam kehidupannya. Pengaruh polusi logam berat ini bahkan dapat menyebabkan kematian dan punahnya suatu spesies ikan demersal (Suhandi dan Sabanto, 2005). Di Kecamatan Bilato Kabupaten Gorontalo terdapat aktivitas pertambangan emas yang berlangsung sejak berlangsung intensif sejak tahun Dalam pengolahan emas, penambang menggunakan bahan merkuri (Hg) sebagai media untuk menangkap emas. Penggunaan merkuri tersebut berlangsung secara terus menerus selama aktivitas pertambangan dilakukan. Limbah dari pengolahan yang mengandung merkuri tersebut dibuang langsung di sungai oleh para penambang. Hal tersebut tentunya dapat memberikan dampak negatif bagiekosistem perairan di Kecamatan Bilato baik itu di sungai maupun di perairan laut. Konsentrasi merkuri yang dibuang bersama limbah secara terus dapat meningkat tentunya dan dapat mencemari peairan laut dan ikan demersal yang terdapat pada perairan laut di Kecamatan Bilato. Produksi perikanan Kabupaten Gorontalo di dominasi oleh perikanan tangkap yang ada di pesisir pantai. Kabupaten Gorontalo yang berbatasan dengan Teluk Tomini adalah salah satu penghasil ikan yang cukup besar karena memiliki wilayah kelautan yang cukup luas. Dengan panjang garis pantai sekitar 80 km dari panjang pantai Provinsi Gorontalo, memiliki karakteristik sebagian besarnya adalah pantai berbatu/berpasir dan luas ZEE mencapai kira-kira 587,6 km 2 yang membentang di 3 Kecamatan dan 21 desa pesisir.produksi perikanan Kabupaten Gorontalo di dominasi oleh perikanan tangkap dan sebagian kecil perikanan tangkap ikan demersal (2.400 ha) dan kolam air tawar

7 (potensi sekitar 580 ha).kabupaten Gorontalo juga memiliki potensi ekosistem pesisir yang terdiri dari ekosistem terumbu karang sekitar 72 ha, ekosistem estuaria sekitar 12,4 ha dan ekosistem lamun sekitar 87,7 ha. (Dinas Perikanan dan Kelautan 2014). Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan tentang kandunga merkuri yang mengakibat pencemaran biota dan ekosistem peairan laut, maka diambil tiga jenis ikan demersal diantaranya ikan ekor kuning (Caesionidae), ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) dan ikan kerapu (Epinephelus), karena tiga jenis ikan tersebut lebih banyak yang terdapat pada pasar dan hasil tangkap dibandingkan ikan demersal lainnya,maka dilakukan penelitian tentang analisis kandungan merkuri (Hg) jenis ikan demersal di pasar tradisional Bilato Kabupaten Gorontalo.

8 II. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember Maret 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Pengambilan ikan ekor kuning (Caesionidae), ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) dan ikan kerapu (Epinephelus sp.) dilakukan di pasar tradisional Bilato Kecamatan Bilato Kabupaten Gorontalo. Analisis sampel kandungan merkuri (Hg) pada ikan tersebut dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Propinsi Gorontalo. Alat-alat yang digunakan untuk proses pengujian merkuri (Hg) dan uji kadar air adalah: Alminium foil, beaker gelas (ml), homogenizer, corong plastik, desikator, gelas ukur (ml) ± 0,000 1 g, mantle hating, seperangkat alat spektrofometer ASS (Anatomic Absorption Spectrophotometer). Bahan baku yang digunakan dalam penilitian ini adalah ikan ekor kuning (Caesionidae), ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) dan ikan kerapu (Epinephelus sp.) dari pasar Bilato, Kecamatan Bilato, Kabupaten Gorontalo. Bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan pengujian merkuri (Hg) adalah asam nitrat (HNO3), asan sulfat (H2SO4), hydrogen peroksida (H2O2), vanadium pentaoksida (V2O5), aquadest, batu didih, larutan primer merkuri 100 ppm.

9 2.1 Prosedur Penelitian Pengambilan Sampel (Pasar Bilato) Pedagang I Ekor Kuning Pedagang II Kakap Merah Pedagang III Kerapu LLPPMHP Uji Merkuri (Hg) Hasil (Analisis Deskriptif) 2.2 Prosedur Pengujian SNI NO Preparasi sampel Preparasi sampel adalah tahap awal dalam pengujian Hg dimana sampel dibersihkan dari sisik dan dicuci bersih. Hal tersebutbertujuan untuk mempermudah dalam pengambilan daging. Sampel yang diambil adalah pada punggung dan ekor, karena pada bagian tersebut adalah bagian pengakumulasi merkuri (Hg) selain pada organ hati dan ginjal, selanjutnya daging sampel

10 dihomogenasi dan ditempatkan dalam cawan petri untuk mempermudah tahap selanjutnya Pengeringan sampel Pengeringan sampel berfungsi untuk menghilangkan kadar air bebas yang terkandung dalam daging ikan. Proses pengeringan menggunakan metode oven. Sampel yang sudah dipreparasi dimasukan kedalam cawan petri, diratakan dan ditutup dengan aluminium foil setengah dari seluruh permukaan cawan. Hal tersebut berfungsi untuk mengurangi kontaminasi. Selanjutnya sampel dikeringankan dalam oven selama 18 jam pada suhu 103 C ± 1 C. Sebelumnya cawan petri yang digunakan sudah dipanaskan dalam oven dengan suhu 103 C ± 1 C selama 2 jam. Hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan kadar air dan mensterililsasikan alat. Setelah kering dan steril cawan didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Selanjutnya cawan petri di timbang sebagai berat A, cawan petri yang sudah berisi sampel ditimbang sebagai berat B, dan cawan petri dan sampel kering ditimbang sebagai berat C. Kemudian dihitung kadar air dengan rumus: Keterangan: Kadar Air (%) = B C B A x 100% A = Cawan Petri Kosong B = Cawan Petri Berisi Sampel Basah C = Cawan Petri Berisi Sampel Kering

11 Selanjutnya presentasi kadar air dihitung untuk mengetahui berat basah sampel dengan rumus: Ww = Wd x 100 % 100 % Kadar Air (%) Keterangan: Ww = Berat Sampel Basah Wd = Berat Sampel Kering Di mana Ww adalah berat sampel basah (g), dan Wd adalah berat sampel kering (g). Selanjutnya sampel kering dihaluskan dan ditempatkan dalam wadah tertutup Tahap Digesti Setelah proses pengeringan dan penghalusan sampel, dilanjutkan dengan proses digesti. Digesti adalah proses perombakan jaringan daging ikan dengan menggunakan senyawa asam (H2SO4 dan HNO3) dan suhu tinggi. Tahap awal dalam proses digesti adalah Labu alas bulat 250 ml dikeringan dalam oven pada suhu 103 C ± 1 C selama 2 jam hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan kadar air dan mensterilisasikan alat. Selanjutnya labu alas bulat didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Sampel halus dimasukan dalam labu alas bulat, kemudian ditambahkan vanadium pentaoksida (V2O5) yang berfungsi untuk katalisator dalam proses digesti. Ditambah tiga buah batu didih yang berfungsi untuk meredam buih yang besar pada saat proses pemanasan. Selanjutnya berturut-turut ditambah asam nitrat (HNO 3 ) dan asam sulfat (H 2 SO 4 ) yang berfungsi untuk merombak jaringan daging

12 ikan. Selanjutnya dilakukan tahap pemanasan. Pemanasan dilakukan 2 tahap karenauntuk mencegah tumpahan yang besar. Suhu pada tahap pertama 30ºC selama 6 menit dan suhu pada tahap kedua 80ºC selama 10 menit, selama proses pemanasan berlangsung sampel akan berwarna cokelat kekuningan. Hal tersebut terjadi karena asam nitrat telah melepaskan ion nitritnya, semakin bening larutan cokelat kekuningan maka menandakan proses digesti berlangsung baik, selanjutnya sampel didinginkan. Setelah dingin larutan ditambah dua tetes hidrogen peroksida (H2O2) 30% untuk menstabilkan larutan yang telahterbentuk pada proses digesti. Kemudian ditambah 15 ml aquades untuk membilas dinding pendingin yang terpapar larutan pada saat proses digesti. Selanjutnya larutandisaring menggunakan kertas saring whatman kedalam labu takar 100 ml dan ditepatkan dengan aquades Pembuatan Larutan Standar dan Blanko Setelah proses digesti, selanjutnya dilakukan pembuatan larutan standar. Larutan standar adalah patokan dalam pembacaan absorban merkuri (Hg) sampel. Larutan standar merkuri dibuat berdasarkan prinsip pengenceran dimana larutan standar primer 1000 mg/l diencerkan dengan menggunakan larutan H2SO4 dan HNO3 20%, penggunaan larutan tersebut karena H2SO4 dan HNO3 dapat mengikat merkuri. Proses pengeceran H2SO4 dan HNO3 20% yaitu dengan cara memipet masing-masing 10 ml H2SO4 dan HNO3 dimasukkan dalam labu takar 100 ml.rumus pengenceran yang dipakai dalam pembuatan larutan standar adalah:

13 V1. N1 = V2. N2 Keterangan: V1 = Jumlah Volume Larutan Awal V2 = Jumlah Volume Akhir N1 = Konsentrasi Larutan Awal N2 = Kosentrasi Larutan Akhir Dimana V1 adalah jumlah volume larutan yang diambil dari larutan awal, N1 adalah konsentrasi larutan awal, V2 adalah jumlah volume akhir (ml) setelah diencerkan dan N2 adalah konsentrasi larutan yang diinginkan. Berikut proses pembuatan larutan standar: Larutan standar primer Hg 1000 mg/l dipersiapkan, kemudian dipipet sebanyak 10 ml, lalu dimasukan kedalam labu takar 100 ml kemudian diencerkan dengan HNO3. H2SO4 20% sampai 100 ml sehingga diperoleh larutan standar sekunder pertama (i) dengan konsentrasi 100 mg/l. Larutan (i) dipipet sebanyak 1 ml, kemudian dimasukan kedalam labu takar 100 ml kemudian diencerkan dengan HNO3. H2SO4 20% sampai 100 ml sehingga diperoleh larutan standar sekunder kedua (ii) dengan konsentrasi 1 mg/l. Larutan (ii) dipipet sebanyak 10 ml, kemudian dimasukan kedalam labu takar 100 ml, kemudian diencerkan dengan HNO3. H2SO4 20% sampai 100 ml sehingga diperoleh larutan standar sekunder ketiga (iii) dengan konsentrasi 0,1 mg/l. Larutan (ii) dipipet sebanyak 5 ml, 10 ml, 20 ml dan dimasukan ke dalam 3 buah labu takar 100 ml, kemudian diencerkan dengan HNO3. H2SO4 20% sampai 100 ml sehingga

14 diperoleh larutan standar kerja dengan konsentrasi 0,005 mg/l, 0,01 mg/l, 0,02 mg/l. Larutan standar kerja kemudian dibaca pada alat AAS Pembacaan pada AAS Dalam pembacaan pada AAS, larutan sampel, standar dan blanko disiapkan.tahap awal dalam proses pembacaan adalah perangkat AAS dihidupkan, diatur posisi optimum untuk pengujian merkuri(hg) dengan mengatur posisi lampu katoda merkuri(hg) dan kedudukan sel absorbandan panjang gelombang untuk uji merkuri (Hg). Selanjutnya larutan standar dihubungkan dengan selang kecil yang bermuara pada sebuah tabung didalam sistem AAS, kemudian reduktor (SnCl2) dialirkan kedalam tabung tersebut. Reduktor tersebut yang memodifikasi larutan standar sehingga terbentuk kabut uap merkuri. Kabut uap merkuri akan didorong oleh campuran gas argon menuju ke sel absorban, didalam sel absorban, uap merkuri (Hg) akan menyerap sinar dari lampu katoda merkuri (Hg) pada panjang gelombang 253,7 nm. Besarnya absorban yang diserap akan langsung dibaca pada layar monitor. Setelah larutan standar kerja dibaca, maka akan terbenruk kurva standar absorban (Y) konsentrasi Hg (ug/l) (X), sehingga terbentuk kurva linier seperti terlihat pada lampiran hasil pembacaan AAS. Selanjutnya pembacaan blanko dan sampel seperti tahap pada pembacaan larutan standar, secara rinci tahap pembacaan pada AAS. Berdasarkan pembacaan di AAS maka, konsentrasi Hg dihitung dengan rumus:

15 Kadar Hg ug/g = (D-E) x Fp x V (ml) x 1/1000 ml Ww D E V Fp Ww Keterangan: = Konsetrasi Sampel dari AAS = Kadar Blanko Dari AAS = Volume Akhir Larutan Sampel = Faktor Pengenceran = Berat Basah Sampel Dimana D adalah konsetrasi sampel ug/l dari hasil pembacaan AAS, E adalah kadar blanko sampel ug/l dari hasil perbacaan AAS, V adalah volume akhir larutan sampel yang disiapkan (ml), Fp adalah faktor pengenceren, Ww: adalah berat basah sampel (g).

16 Merkuri (Hg) III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Kandungan Merkuri pada ikan Ekor kuning (Caesionidae), Kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) dan ikan Kerapu (Epinephelus sp). Penelitian kandungan merkuri (Hg) ini dilakukan pada tiga jenis ikan demersal yaitu ikan ekor kuning, kakap merah, kerapu yang dijual di pasar tradisional Bilato Kecamatan Bilato Kabupaten Gorontalo dari tiga pedagang yang berbeda sesuai hasil analisis, jumlah rata-rata cemaran merkuri (Hg) pada ketiga jenis ikan tersebut dapat dilihat pada Gambar. 0,31 0,30 0,29 0,28 0,27 0,26 0,25 0,24 0,23 0,22 Kandungan Merkuri (Hg) 0,30 0,28 0,27 0,25 Kontrol Ekor Kuning Kakap Merah Kerapu Sampel Berdasarkan histogram pada Gambar. dapat diketahui bahwa kandungan merkuri (Hg) pada tiga jenis ikan demersal yang diuji yaitu ikan ekor kuning sebanyak 0,28 mg/kg, ini sebabkan karena ikan tersebut merupakan ikan perenang cepat. Ikan sering ditemukan di luar karang, makanannya adalah zooplankton. Ikan kakap merah 0,27 mg/kg, ikan ini termasuk golongan karnivora bisa memakan ikan

17 kembung, cumi-cumi, dan ikan berukuran lebih kecil. Cara makan ikan kakap merah dengan menyerap mangsa dari balik karang dan makanan ikan kakap merah adalah jenis kepiting, udang dan jenis-jenis kurtacea, dan ikan kerapu mengandung merkuri (Hg) 0,25 mg/kg, ikan kerapu hidup diberbagai habitat tergantung dari jenisnya, ada yang di daerah karang, berlumpu berpasir ataupu daerah yang memiliki dasar perairan campuran antara patahan karang dan pasir. Ikan kerapu dikenal sebagai ikan predator pemangsa ikan-ikan kecil, plankton hewani, udang-udangan, invertebrata dan hewanhewan kecil lainnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa cemaran kandungan merkuri (Hg) pada ikan ekor kuning, kakap merah dan kerapu yang ada di perairan laut Kecamatan Bilato masih memenuhi syarat mutu dan keamanan pangan SNI Batasan cemaran merkuri (Hg) untuk bahan pangan sesuai SNI adalah maksimal 0,5 mg/kg. Hasil analisis kandungan merkuri (Hg) pada ikan demersal yang berasal dari perairan laut Kecamatan Bilato masih di bawah nilai ambang batas. Hal ini sesuai dengan peryataan Ratmini (2005), sumber merkuri (Hg) diperkirakan 80% disebabkan oleh aktivitas manusia, elemen merkuri dilepaskan ke udara terutama hasil pembakaran bensin, 15% dilepaskan ke dalam tanah akibat pemupukan dan fungsida, sampah baterai, thermometer dan skalar listrik, dan 5% adalah terlepas dari limbah industri kedalam lingkungan air. Lebih lanjut Darmono (2001) dalam Arifin et al. (2012) menyatakan bahwa logam berat masuk ke dalam tubuh organisme laut sebagian besar melalui rantai makanan dimana fitoplankton merupakanawal dari rantai makanan yang akan dimangsa oleh zooplankton. Zooplankton dimangsa oleh

18 ikan-ikankecil, ikan kecil dimangsa oleh ikan-ikan besar dan akhirnya ikan dikonsumsi oleh manusia. Proses ini berlangsung secara terus-menerus maka jumlah dari logam yang terkonsumsi juga semakin banyak dan termasuk terakumulasi dalam tubuh manusia. Hasil analisis kandungan merkuri (Hg) pada sampel pendukung yaitu pasir yang diambil dari muara sungai di Kecamatan Bilato terdeteksi adanya kandungan merkuri (Hg) yang lebih tinggi dibanding dengan kandungan merkuri pada sampel ikan demersal yang diuji. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah rata-rata kadar merkuri (Hg) pada sampel pasir adalah 0,30. Batas alamiah kandungan merkuri sesuai dengan rekomendasi Turekian dan Wedepohl (1961) dalam Sofarini (2010) pada sedimen pasir adalah maksimal 0,4 mg/kg. Sesuai dengan batasan tersebut, kandungan logam berat berupa merkuri (Hg) pada pasir di muara sungai Kecamatan Bilato berada di bawah batas alamiah tersebut. Hal tersebut belum menunjukkan adanya bahaya. Jumlah kandungan merkuri (Hg) pada pasir dari muara sungai Kecamatan Bilato tersebut menurut asumsi penulis masih akan terus meningkat jika aktivitas pertambangan emas dengan menggunakan merkuri di Kecamatan Bilato terus dilakukan. Hal tersebut dapat berdampak pada ikan yang hidup di perairan laut kecamatan bilato dikarenakan merkuri berat dibandingkan air dan akan tertahan oleh pasir sehingga terjadi akumulasi pada air dan habita tersebut, Ancaman ini juga bahkan dapat berdampak pada ikan yang hidup di perairan laut Kecamatan Bilato.

19 IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Hasil penelitian tentang kandungan merkuri (Hg) pada beberapa jenis ikan Demersal di Pasar Tradisional Bilato Kecamatan Bilato Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa kandungan merkuri(hg) pada ikan ekor kuning sebanyak0,28 mg/kg, ikan kakap merah 0,27 mg/kg,kerapu 0,25 mg/kg, dan pasir sebagai kontrol sebanyak 0,30 mg/kg. Sesuai data tersebut, maka kandungan merkuri (Hg) pada ketiga jenis ikan demersal yang dijual di pasar tradisional Bilato, Kabupaten Gorontalo sudah tercemar dan terkontaminasi oleh cemaran merkuri (Hg), dan cemaran merkuri (Hg) tersebut masih di bawah ambang batas SNI yaitu 0,5 4.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat dikemukakan antara lain: 1. Perlu dilakukan proses daur ulang merkuri pada pengolahan tambang emas untuk mencegah cemaran lingkungan di perairan laut Kecamatan Bilato. 2. Sebaiknya diadakan penelitian lanjutan tentang cara atau metode untuk menurunkan konsentrasi kadar merkuri pada tubuh ikan.

20 DAFTAR PUSTAKA Arifin,B., Deswati, dan Loekman, U Analisis Kandungan Logam Cd, Cu, Cr dan PbDalam Air Laut Di Sekitar PerairanBungus Teluk Kabung Kota Padang. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (2): Badan Standar Nasional Indonesia SNI tentang Cara Uji Kimia-bagian 6: Penetuan Kadar Logam Berat Merkuri (Hg) pada Produk Perikanan. BSN. Jakarta. Badan Standar Nasional SNI tentang Ikan Segar Bagian 2: Persyaratan Mutu Bahan Baku. BSN. Jakarta. Gocfeld, M Cases of Merkuri (Hg) exposure, bioavaila bility, and absorption. Ecotoxicologi and Environmental safly 56, Palar, H Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta. Ravichandran, M Interactions between mercury and dissolved organic mattera review. Chemosphere 55, Simange1, S.M., Simbolon, D. dan Jusadi. D Analisis Kandungan Merkuri (Hg) dan Sianida (Cn) Pada Beberapa Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Di Teluk Kao, Halmahera Utara. Jurnal (Tidak dipublikasikan). Sofarini, D., Rahman, A., dan Ridwan, I Studi Analisis Pengujian Logam Berat pada Badan Air, Biota dan Sedimen di Perairan Muara DAS Barito. Jurnal Bumi Lestari 10 (1), Hal: Sulistyorini, L. dan Hikmawati, A Perubahan Kadar Merkuri (Hg) pada Ikan Tongkol (Euthnnus sp) dengan Perlakuan Perendaman Larutan Jeruk Nipis dan Pemasakan. Jurnal kesehatan lingkungan, Vol 3. No 1: Product at www. solid PDF.com. WHO Guidance for indentifying populations at risk from mercury exposure.issued by UNEP DTIE chemicals Branch and WHO Department of Food Safely, Zoonoses and Foodborne Diseases. Geneva. Switzeland. Widowati, W. Sastiono, A. dan J, Raymond Efek Toksit Logam. Penerbit Andi. Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Mei 2013 yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Mei 2013 yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Mei 2013 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Pengambilan ikan kakap merah dilakukan

Lebih terperinci

KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA IKAN KAKAP MERAH

KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA IKAN KAKAP MERAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) Penelitian kandungan Hg dilakukan pada ikan kakap merah yang berasal dari tiga pasar tradisional, yaitu pasar Bilungala, pasar Mupuya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo. 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1.1 Lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pengambilan sampel dilakukan di TPA Tanjung Kramat, selanjutnya pemeriksaan dan analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum yakni tentang analisis penyebaran logam berat tembaga pada air tanah dan aliran sungai di sekitar industri kerajinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi pengujian sampel. Untuk lokasi pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di laboratoirum. Pengambilan sampel ikan bertempat di DAS Citarum bagian hulu dengan 4 stasiun yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh menurunkan kualitas lingkungan atau menurunkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh menurunkan kualitas lingkungan atau menurunkan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di daerah tersebut banyak terdapat penjual jajanan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan metode penelitian seperti tampak pada Gambar 3.1. identifikasi masalah penentuan titik sampling penentuan metode sampling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas manusia berupa kegiatan industri, rumah tangga, pertanian dan pertambangan menghasilkan buangan limbah yang tidak digunakan kembali yang menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c. BAB 3 METODE PERCOBAAN Pada analisis yang dilakukan terhadap penentuan kadar dari beberapa parameter pada limbah cair pengolahan kelapa sawit menggunakan beberapa perbedaan alat dan metode, adapun beberapa

Lebih terperinci

mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal

mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perindustrian mengalami perkembangan yang pesat di dunia. Hal ini terjadi di masa revolusi industri yaitu di Eropa pada abad pertengahan. Awalnya mendirikan pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik dengan tingkat

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa)

EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa) EFEKTIFITAS DEPURASI UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb dan Cd DALAM DAGING KERANG DARAH (Anadara granossa) D 03 Putut Har Riyadi*, Apri Dwi Anggo, Romadhon Prodi Teknologi Hasil Perikanan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumber kekayaan yang sangat melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Proses pengambilan sampel dilakukan di Perairan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta pada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi terutama bidang industri di Indonesia memiliki dampak yang beragam. Dampak positifnya adalah pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, di sisi

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO Siskawati Usman, Sunarto Kadir, Lia Amalia 1 siskawatiusman@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dalam penelitian ini diambil di Instalasi PDAM dan di rumah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dalam penelitian ini diambil di Instalasi PDAM dan di rumah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel dalam penelitian ini diambil di Instalasi PDAM dan di rumah pelanggan PDAM di Kota Gorontalo, sedangkan untuk pemeriksaan cemaran logam

Lebih terperinci

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 24 III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 3. Bahan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Sampel yang digunakan adalah gorengan berlapis tepung yang diolah sendiri. Jenis gorengan yang diolah mengacu pada hasil penelitian pendahuluan mengenai jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 36 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. telah tercemar logam merkuri oleh limbah pertambangan emas tradisional.

BAB III METODE PENELITIAN. telah tercemar logam merkuri oleh limbah pertambangan emas tradisional. 30 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di desa Hulawa kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato. Dengan hasil observasi bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pani Desa Botubulohu Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato dan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Pani Desa Botubulohu Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato dan lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Lokasi pengambilan sampel air limbah yaitu di Pertambangan Gunung Pani Desa Botubulohu Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato dan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO. Yunita Miu Nim :

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO. Yunita Miu Nim : ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO Yunita Miu Nim : 811409046 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan sampel yaitu, di sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung pada bulan Juli - Agustus 2011. B. Materi Penelitian B.1. Biota Uji Biota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari banyak gugusan pulau mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak jumlahnya.

Lebih terperinci

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 2 - Juli 2016

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 2 - Juli 2016 Pengaruh Perendaman Larutan Tomat (Solanum lycopersicum L.) Terhadap Penurunan Kadar Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) Pada Kerang Darah (Anadara granosa) The Effect of Soaking Solution Tomato (Solanum

Lebih terperinci

Cara uji kimia Bagian 5: Penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan

Cara uji kimia Bagian 5: Penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan Standar Nasional Indonesia Cara uji kimia Bagian 5: Penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan ICS 67.050 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indramayu merupakan salah satu daerah yang penduduknya terpadat di Indonesia, selain itu juga Indramayu memiliki kawasan industri yang lumayan luas seluruh aktivitas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian diawali dengan survei pendahuluan pada bulan Agustus 2012. Penelitian utama ini telah dilaksanakan pada Januari 2013 - Februari

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi yang berjudul: Analisis Kadar Logam Pb dan Cu Pada Lumpur Saluran Pembuangan Limbah Laboratorium Kimia Universitas Negeri Gorontalo Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometer

Lebih terperinci

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung.

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung. III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13-21 Januari 2014 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Menurut Palar (1994) pencemaran adalah suatu kondisi yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Menurut Palar (1994) pencemaran adalah suatu kondisi yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik. Limbah anorganik menurut Mukhtasor (2007) merupakan bahan yang tidak dapat terurai atau termasuk dalam senyawa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang

Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang LAMPIRAN 10 Lampiran 1 Stasiun pengambilan contoh bivalvia Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan Stasiun II Karang, Pulau Tarahan Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN KERANG DARAH (Anadara granosa) DENGAN PERASAN JERUK NIPIS TERHADAP KADAR MERKURI (Hg) DAN KADMIUM (Cd)

PENGARUH PERENDAMAN KERANG DARAH (Anadara granosa) DENGAN PERASAN JERUK NIPIS TERHADAP KADAR MERKURI (Hg) DAN KADMIUM (Cd) PENGARUH PERENDAMAN KERANG DARAH (Anadara granosa) DENGAN PERASAN JERUK NIPIS TERHADAP KADAR MERKURI (Hg) DAN KADMIUM (Cd) Dheasy Herawati 1), Soedaryo 2) 1),2) Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan, UMAHA, Sidoarjo

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah galah bambu, kantong plastik, ice box, kertas ph, gunting, oven, timbangan

Lebih terperinci

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion Pembimbing : Endang Kusumawati, MT Disusun Oleh : IndraPranata R 091431013 Irena Widelia 091431014 Irma Ariyanti 091431015

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. Uji protein dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALYSIS OF LEAD, COPPER, AND ZINC IN FRESH COW S MILKS COMMERCIAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini di mulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

ANALISIS LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DALAM KERANG YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL DI KOTA MAKASSAR. Syamsuri Syakri

ANALISIS LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DALAM KERANG YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL DI KOTA MAKASSAR. Syamsuri Syakri ANALISIS LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DALAM KERANG YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL DI KOTA MAKASSAR Syamsuri Syakri Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alauddin,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Nikè:Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015 Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Nanang Kasim Pakaya,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu,

PENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerang merupakan satu diantara penghuni perairan dan juga menjadi sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu, kerang juga memiliki kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Republik Indonesia berupa perairan laut yang letaknya sangat strategis. Perairan laut Indonesia dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan lokal maupun Internasional.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT 1. Kertas saring a. Kertas saring biasa b. Kertas saring halus c. Kertas saring Whatman lembar d. Kertas saring Whatman no. 40 e. Kertas saring Whatman no. 42 2. Timbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Panjang garis pantai di Indonesia adalah lebih dari 81.000 km, serta terdapat lebih dari 17.508 pulau dengan luas

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini kerangka konsep yang digunakan yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini kerangka konsep yang digunakan yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Dalam penelitian ini kerangka konsep yang digunakan yaitu: Lama perendaman dalam larutan tawas Kadar aluminium Variabel Bebas Variabel Terikat B. Tabel Rancangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA Umroh 1, Aries Dwi Siswanto 2, Ary Giri Dwi Kartika 2 1 Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Perikanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah banyak dikonversi lahan pantainya menjadi kawasan industri, antara lain industri batubara, pembangkit

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat yang digunakan ; a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu katoda Zn dan Cu c. Lampu katoda Fe dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM FENTI FATMAWATI 1,, AYUMULIA 2 1 Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. email: fenti.fatmawati@stfb.ac.id.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi menimbulkan permasalahan bagi kelestarian lingkungan hidup. Aktivitas manusia dengan berbagai fasilitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut : Konsentrasi tawas dalam perendaman Variabel independen Kadar aluminium

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Gambar 6. Sayur Sawi yang dijadikan Sampel Lampiran 2. Perhitungan Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri a. Penetapan Bobot Tetap Cawan Kosong Dengan pernyataan bobot

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci